Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/362545107

Citayam Fashion Week: Fenomena Sosial, Peluang Ekonomi dan Respons


Kebijakan Pemerintah

Article · August 2022

CITATIONS READS

0 4,445

1 author:

Dian Herdiana
Universitas Padjadjaran
48 PUBLICATIONS   285 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Penulisan Disertasi View project

Prosiding Seminar View project

All content following this page was uploaded by Dian Herdiana on 08 August 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Mimbar Muamalah
Edisi Agustus 2022, Vol. 1 No. 1

Citayam Fashion Week: Fenomena Sosial, Peluang Ekonomi
dan Respons Kebijakan Pemerintah


Dian Herdiana
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

E-mail: dianherdiana@uinsgd.ac.id

Abstrak
Artikel ini mengkaji Citayam Fashion Week sebagai suatu fenomena sosial yang ada di
kalangan remaja dalam mengekspresikan identitas diri dalam cara berbusana, serta upaya
apa yang harus dilakukan pemerintah dalam merespons fenomena ini, khususnya
instrumen kebijakan yang mampu mendorong kegiatan Citayam Fashion Week ke arah yang
berdampak positif dan memberi peluang terhadap industri ekonomi kreatif. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kegiatan Citayam Fashion Week merupakan bentuk pemanfaatan
ruang publik yang lahir atas dasar adanya keinginan eksistensi remaja sekaligus keinginan
pengakuan sosial terhadap jati diri dan kreativitas berbusana yang dimiliki oleh para remaja
tersebut. Respons pemerintah diorientasikan untuk dapat menciptakan kebijakan
pemanfaatan ruang publik yang inklusif serta mampu mendorong terciptanya kegiatan yang
tidak hanya mampu mewujudkan kreativitas warga negara tetapi juga mampu menciptakan
peluang ekonomi khususnya bagi industri kreatif lokal melalui instrumen kebijakan
pengembangan industri kreatif.

Kata Kunci: Citayam Fashion Week, Fenomena Sosial, Ekonomi Kreatif, Kebijakan.

Abstract
This article analyzes Citayam Fashion Week as a social phenomenon that exists among
teenagers in expressing their identity in the way they dress, as well as what efforts should be
made by the government in responding to this phenomenon, especially policy instruments that
can encourage Citayam Fashion Week activities in a positive direction and provide
opportunities for creative industries. The results of the analysis revealed that the Citayam
Fashion Week activity is a form of utilizing public space that is presently based on the desire
for the existence of teenagers as well as the desire for social recognition of the identity and
creativity of fashion owned by these teenagers. The government's response is oriented towards
creating inclusive public space utilization policies and being able to encourage the creation of
activities that are not only able to realize the creativity of citizens but are also able to create
economic opportunities, especially for the local creative industry through creative industry
development policy instruments.

Keywords: Citayam Fashion Week, Social Phenomenon, Creative Economy, Policy.

PENDAHULUAN
Citayam Fashion Week (CFW) pada awalnya merupakan bentuk kegiatan remaja yang
berasal dari daerah Citayam, Bojong Gede dan Depok yang bertempat di kawasan bisnis Sudirman
Central Business District atau dikenal dengan singkatan SCBD. Awalnya kegiatan ini dilakukan
oleh para remaja guna mempertunjukan cara berbusana di ruang terbuka publik sebagai salah
satu bentuk eksistensi dalam mengikuti perkembangan “street fashion”. Kegiatan CFW dilakukan
secara insidental tanpa adanya pihak yang mengatur atau mengorganisir kegiatan tersebut,
sehingga setiap warga masyarakat dari berbagai latar belakang secara spontan mengikuti kegiatan
tersebut sebagai bentuk eksistensi diri guna menunjukkan cara berbusana kepada khalayak

Received: 29 Juli 2022; Revised: 4 Agustus 2022; Accepted: 6 Agustus 2022
Jurnal Mimbar Muamalah; Edisi Agustus 2022, Vol. 1 No. 1
Citayam Fashion Week: Fenomena Sosial, Peluang Ekonomi dan Respons Kebijakan Pemerintah
Dian Herdiana

umum. Pada umumnya, warga masyarakat khususnya dari kalangan remaja menggunakan area
penyebrangan jalan sebagai “catwalk” guna menampilkan peragaan busana yang dianggap baik
menurut masing-masing warga masyarakat tersebut (Defianti, 2022; Fikri, 2022).
Kegiatan CFW seiring dengan perkembangannya mengundang antusiasme warga
masyarakat yang mana tidak hanya kegiatan peragaan tetapi juga kegiatan kreatif lainnya seperti
pembuatan konten untuk diunggah di jejaring sosial. Implikasinya berbagai konten tersebut
menjadi media pemberitaan informasi yang mengundang khalayak ramai untuk datang dan
mengikuti kegiatan CFW. Dalam waktu singkat, kegiatan CFW tidak hanya ditayangkan di berbagai
jejaring sosial semata, tetapi diliput di berbagai media berita baik cetak maupun digital yang
menjadikan CFW sebagai sebuah fenomena peragaan busana “dadakan” yang dilakukan oleh
warga masyarakat khususnya generasi muda, bahkan diikuti oleh remaja yang ada di daerah
lainnya mengikuti apa yang tengah menjadi trend di kalangan generasi muda di Ibukota Jakarta
tersebut (Azanella, 2022; Maulana, 2022).
Fenomena CFW yang makin populer menghadirkan berbagai dukungan dari berbagai pihak
baik dari unsur pemerintah daerah maupun dari pihak swasta yang menyatakan bahwa kegiatan
CFW sebagai bentuk aktualisasi remaja yang berasal dari kalangan masyarakat menengah
kebawah untuk memperagakan gaya berbusana. Pengamat sosial menganggap bahwa kegiatan
tersebut dapat mendorong kreativitas remaja dalam berbusana khususnya penggunaan produk-
produk lokal, dengan begitu banyak pihak yang berharap bahwa kegiatan CFW akan mampu
menjadi sarana pengembangan industri kreatif khususnya industri tekstil dan fashion lokal (Arga,
2022; Fauziah, 2022).
Popularitas CFW sebagai kegiatan di kalangan remaja yang mampu mendatangkan
keuntungan direspons oleh pihak-pihak yang mencoba mendaftarkan Citayam Fashion Week
sebagai merek dagang ke Pangkalan Data Kekayaan Intelektual (PDKI) Kementerian Hukum dan
HAM (Kemenkumham), pendaftaran merek dagang ini disikapi secara berbeda oleh berbagai
pihak, terdapat kalangan yang mendukung kebijakan pendaftaran merek dagang Citayam Fashion
Week sebagai upaya untuk mengorganisasi kegiatan CFW lebih tertata dan teratur yang mampu
memberikan keuntungan bagi banyak pihak. Akan tetapi terdapat juga sikap penolakan dari
sebagian kalangan masyarakat yang menganggap pendaftaran merek dagang Citayam Fashion
Week oleh pihak swasta akan mendistorsi kegiatan CFW yang diorientasikan untuk mencari
keuntungan semata. Pihak yang menolak pendaftaran merek Citayam Fashion Week oleh pihak
swasta beranggapan bahwa pihak yang paling tepat untuk mengelola kegiatan CFW adalah pihak
pemerintah sebagai otoritas yang tidak hanya memiliki kewenangan untuk mengatur kegiatan di
ruang publik, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan industri kreatif dalam
kegiatan CFW (Dilanggi & Shelavie, 2022; Farouk & Pangesti, 2022).
Kondisi tersebut mengundang perhatian bahwa pemerintah sebagai institusi resmi negara
untuk segera campur tangan dalam pengelolaan CFW yang mana diharapkan dengan adanya
campur tangan tersebut tidak hanya akan mengakhiri polemik atas merek dagang dan
pengelolaan CFW, tetapi juga diharapkan pemerintah mampu menyusun instrumen kebijakan
yang mampu membangun kegiatan CFW sebagai sebuah sarana pengembangan kreativitas remaja
ke arah yang lebih baik lagi, serta mampu menjadikan kegiatan CFW sebagai industri kreatif
bidang fashion di kalangan remaja.
Berdasarkan kepada uraian tersebut di atas, artikel ini ditujukan guna mengkaji fenomena
CFW yang difokuskan tidak hanya kepada menguraikan CFW sebagai sebuah fenomena sosial
khususnya yang tengah terjadi di kalangan remaja di Ibukota Jakarta, tetapi juga mengkaji

10 │
Available online at: https://hes.uinsgd.ac.id/mimbar-muamalah
Jurnal Mimbar Muamalah; Edisi Agustus 2022, Vol. 1 No. 1
Citayam Fashion Week: Fenomena Sosial, Peluang Ekonomi dan Respons Kebijakan Pemerintah
Dian Herdiana

mengenai respons kebijakan pemerintah terhadap kegiatan CFW yang seharusnya dikembangkan
sehingga CFW menjadi kegiatan yang produktif dan mampu membangun industri kreatif melalui
instrumen kebijakan pemerintah.

METODE PENELITIAN
Analisis terhadap kegiatan Citayam Fashion Week dalam artikel ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan yang mana bahan-bahan referensi
yang digunakan berasal dari sumber data sekunder baik dari buku, artikel ilmiah, laman web
maupun sumber lainnya yang relevan. Berbagai sumber referensi tersebut dianalisis melalui
tahapan check, re-check dan cross-check antara satu dokumen dengan dokumen lainnya (Creswell,
2007), sehingga dihasilkan data yang valid sebagaimana realitas yang ada.

PEMBAHASAN
Analisis terhadap kajian CFW dibagi kedalam 2 (dua) fokus kajian yaitu bagian pertama
yang menggambarkan kemunculan CFW sebagai suatu fenomena sosial yang ada di kalangan
remaja dan bagian kedua yang terkait dengan respons pemerintah dalam upaya penyusunan
instrumen kebijakan mengenai ruang publik yang mampu dimanfaatkan oleh setiap warga negara
termasuk didalamnya akomodasi dalam CFW. Uraian lebih rinci mengenai kedua pembahasan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Citayam Fashion Week: Suatu Fenomena Sosial
Fenomena secara asal usul kata berasal dari bahasa yunani yaitu phainomenon yang artinya
apa yang terlihat, menurut kamus KBBI fenomena didefinisikan sebagai kejadian nyata yang dapat
dilihat secara langsung melalui panca indra, fenomena sosial sendiri dapat diartikan sebagai
gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dalam konteks kehidupan
sosial (Alwi, 2007; Soelaeman, 1987). Lebih lanjut fenomena sosial memiliki banyak macam yaitu
fenomena sosial ekonomi, budaya, lingkungan alam, psikologis yang mana hal ini menjadi faktor
pembentuk dari fenomena sosial tersebut, semisal fenomena sosial ekonomi yaitu adanya
kemiskinan dan pengangguran maka dapat dikatakan sebagai fenomena yang timbul akibat dari
permasalahan di bidang perekonomian.
Kegiatan CFW dikaitkan dengan pengertian fenomena sosial maka dikategorikan sebagai
bentuk dari fenomena sosial yang mana CFW merupakan kegiatan yang terjadi dalam konteks
sosial yang dapat diamati dan diteliti, lebih lanjut CFW dapat dilihat sebagai suatu fenomena sosial
budaya yang dibentuk dari latar belakang kreativitas dalam peragaan busana di kalangan remaja.
Kegiatan CFW sebagai suatu fenomena sosial khususnya di kalangan remaja yang tengah terjadi
saat ini dilatarbelakangi oleh berbagai motif yang mana antara motif yang satu dengan motif yang
lainnya saling berpengaruh, berbagai motif tersebut secara umum dapat dilihat antara lain sebagai
berikut:
Pertama, kreativitas remaja dalam mengekspresikan cara berbusana. Motif ini yang menjadi
latar belakang utama lahirnya CFW yang mana sekelompok remaja menggunakan ruang publik di
kawasan SCBD yang kemudian menarik minat remaja lainnya dan masyarakat secara lebih luas
sehingga CFW menjadi suatu fenomena yang dikenal luas seperti saat ini.
Kedua, kesamaan persepsi dan keinginan, yang mana hal ini dilatarbelakangi oleh aspek
pertama yaitu adanya keinginan untuk menunjukkan cara berbusana dari kalangan remaja,
keinginan tersebut menciptakan persepsi bersama bahwa salah satu cara untuk menunjukkan
│ 11
Available online at: https://hes.uinsgd.ac.id/mimbar-muamalah

Jurnal Mimbar Muamalah; Edisi Agustus 2022, Vol. 1 No. 1
Citayam Fashion Week: Fenomena Sosial, Peluang Ekonomi dan Respons Kebijakan Pemerintah
Dian Herdiana

eksistensi tersebut yaitu dengan menggunakan ruang publik. Kesamaan persepsi dan keinginan
ini yang turut membangun CFW yang dikenal sebagai kegiatan remaja dalam berbusana di
penyeberangan jalan atau mengikuti arus mode yang tengah berlangsung di luar negeri sebagai
street fashion.
Ketiga, pemanfaatan ruang publik. Ruang publik selama ini khususnya di area
penyeberangan jalan menjadi sesuatu yang tidak lazim digunakan dalam peragaan busana,
terlebih lagi selama ini kawasan SCBD dikenal sebagai kawasan bisnis yang mana gaya hidup yang
ada di kawasan tersebut cenderung dikenal sebagai gaya hidup “elite”. Kehadiran CFW yang mana
adanya pemanfaatan ruang publik di kawasan SCBD menjadi sesuatu yang menarik, khususnya
dikaitkan dengan remaja yang pada awalnya dikenal dari kalangan keluarga menengah ke bawah,
sehingga menjadikan kegiatan CFW menjadi sesuatu unjuk identitas remaja yang menggunakan
produk busana lokal di tempat yang selama ini dikenal dengan para pekerjanya yang
menggunakan pakaian “branded”. Adanya kemampuan remaja dari kalangan menengah ke bawah
dalam mengakses ruang publik yang berada di kawasan “elite” yaitu kawasan bisnis di pusat kota
Provinsi DKI Jakarta menjadi fenomena akan adanya hak setiap warga masyarakat untuk dapat
mengakses ruang publik tanpa adanya perbedaan atau diskriminasi.
Keempat, publisitas di media sosial, hal ini sangat erat kaitannya dengan keinginan kalangan
remaja untuk diakui eksistensinya, sehingga kegiatan yang mereka lakukan yang kemudian
dikenal dengan CFW dipublikasikan oleh para remaja tersebut di jejaring media sosial yang
mereka miliki guna menarik perhatian orang banyak. Keinginan memiliki pengakuan sejalan
dengan publisitas CFW yang selama ini dilakukan yang mana CFW telah mampu memunculkan
nama-nama remaja yang sebelumnya tidak dikenal menjadi dikenal oleh masyarakat luas
khususnya di jejaring media sosial sebagai “para model” CFW.
Keempat hal yang melatarbelakangi motif CFW sehingga menjadi suatu fenomena sosial
tentu saja masih perlu dikaji yang mana motif CFW akan terus berkembang seiring dengan lebih
banyak lagi masyarakat yang turut terlibat dalam CFW yang mana berbagai masyarakat dari latar
belakang yang berbeda ini memiliki motif dan keinginan yang berbeda dalam kegiatan CFW yang
mereka ikuti tersebut yang menjadi fenomena sosial yang tengah terjadi di wilayah Ibukota
Jakarta.

Respons Pemerintah dalam Perspektif Kebijakan
Fenomena CFW harus mendapatkan respons kebijakan pemerintah yang mana hal ini
didasarkan kepada beberapa pertimbangan yang antara lain yaitu: Pertama, adanya penggunaan
ruang publik yang mana sekalipun ditujukan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat,
namun dalam prakteknya harus terikat kepada aturan yang ada, sehingga apabila ada indikasi
pelanggaran hukum yang terjadi harus direspons melalui penegakan hukum.
Kedua, pemerintah memiliki kewenangan untuk mengatur penggunaan ruang publik
sebagaimana mestinya, sehingga ruang publik yang ada tidak dimanfaatkan oleh kepentingan
kelompok tertentu dan mengucilkan kelompok lainnya yang sama-sama memiliki hak untuk
mengakses ruang publik.
Ketiga, pemerintah memiliki kewajiban untuk dapat mendorong dan mengembangkan
industri kreatif bagi semua pihak, sehingga mampu menciptakan manfaat bagi masyarakat luas
termasuk mampu menciptakan peluang ekonomi khususnya bagi pengembangan ekonomi kreatif.
Ketiga uraian tersebut diatas mengkonstruksikan bahwa pemerintah melalui instrumen
kebijakan harus hadir dalam kegiatan CFW guna memastikan bahwa kegiatan tersebut selain

12 │
Available online at: https://hes.uinsgd.ac.id/mimbar-muamalah
Jurnal Mimbar Muamalah; Edisi Agustus 2022, Vol. 1 No. 1
Citayam Fashion Week: Fenomena Sosial, Peluang Ekonomi dan Respons Kebijakan Pemerintah
Dian Herdiana

dapat terlaksana sesuai dengan aturan yang ada, juga mampu mendorong, kreativitas bagi
masyarakat yang terlibat, serta mendorong pengembangan industri kreatif. Adapun respons
kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penciptaan Ruang Publik yang Inklusif
Ruang publik didefinisikan sebagai ruang yang memiliki fungsi sebagai tempat menampung
aktivitas warga masyarakat, lebih lanjut ruang publik tidak hanya tempat warga masyarakat
melakukan interaksi sosial tetapi juga menyuarakan kepentingan, wacana publik maupun sikap
politik (Hantono & Ariantantrie, 2018; Purnamasari & Mutaali, 2012). Ruang publik pada
hakikatnya ditujukan untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya kepentingan masyarakat yang mana
masyarakat dengan berbagai latar belakang memiliki hak untuk dapat memanfaatkan ruang
publik sebagaimana peruntukannya, sehingga masyarakat tidak hanya dapat berkumpul di ruang
publik tersebut akan tetapi dapat mengekspresikan pandangan dan minat yang dimilikinya
sepanjang sejalan dengan norma-norma hukum dan norma-norma sosial yang berlaku.
Ruang publik dalam konteks kegiatan CFW setidaknya memiliki 3 (tiga) arti penting yaitu
proses akomodasi kegiatan CFW sebagai pemanfaatan ruang publik. Kedua, proses menciptakan
kesetaraan dan inklusivitas di ruang publik bagi setiap jenis kegiatan kreativitas. Ketiga,
pemanfaatan ruang publik didasarkan kepada tujuan awal dan fungsinya. Adapun uraiannya dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, kegiatan CFW merupakan bentuk pemanfaatan ruang publik yang mana warga
masyarakat beserta dengan berbagai latar belakangnya memiliki hak untuk mengekspresikan
gagasan dan minatnya masing-masing sepanjang tidak bertentangan dengan aturan hukum dan
norma yang ada. Pemerintah harus menjadi lembaga/institusi yang mampu mengakomodasi
aktivitas warga masyarakat tersebut dengan cara menyediakan ruang publik yang layak bagi
setiap warga masyarakat untuk melakukan aktivitasnya secara komunal yang salah satunya minat
warga masyarakat dalam peragaan busana di ruang terbuka publik atau street fashion.
Kedua, proses menciptakan kesetaraan dan inklusivitas di ruang publik bagi setiap jenis
kegiatan kreativitas masyarakat. Kegiatan CFW merupakan salah satu kegiatan warga masyarakat
di ruang publik yang harus diakomodasi oleh pemerintah, akan tetapi bahwa masyarakat memiliki
latar belakang yang beragam sehingga berbagai aktivitas warga masyarakat di ruang publik harus
diakomodasi, semisal warga masyarakat yang memiliki aktivitas utamanya olahraga maka harus
disediakan ruang publik yang memiliki fungsi sebagai ruang publik olahraga, begitu pula dengan
kegiatan masyarakat lainnya. Pengembangan ruang publik tidak boleh didasarkan kepada
orientasi pada satu minat warga masyarakat tertentu saja, tetapi harus bersifat adil, akomodatif
dan inklusif bagi setiap jenis aktivitas dari warga masyarakat.
Ketiga, pemanfaatan ruang publik didasarkan kepada tujuan awal dan fungsinya. Ruang
publik sebagaimana dijelaskan dalam poin sebelumnya harus bersifat inklusif bagi setiap warga
masyarakat, meskipun demikian ruang publik harus dirancang berdasarkan kepada fungsinya
masing-masing seperti taman bermain, tempat olahraga, plaza, ruang terbuka komunitas dan
sebagainya, hal ini dikarenakan warga masyarakat memiliki preferensi yang beragam dalam
mengekspresikan keinginan dan minatnya di ruang publik sehingga harus diakui dan
diakomodasi.
Ruang publik dalam kaitannya dengan kegiatan CFW harus pula memperhatikan
keberfungsian ruang publik yang dibangun di kawasan SCBD, apabila sejalan dengan fungsi ruang
sebagaimana yang dirancang di awal maka kegiatan CFW perlu didukung dan dikembangkan,
│ 13
Available online at: https://hes.uinsgd.ac.id/mimbar-muamalah

Jurnal Mimbar Muamalah; Edisi Agustus 2022, Vol. 1 No. 1
Citayam Fashion Week: Fenomena Sosial, Peluang Ekonomi dan Respons Kebijakan Pemerintah
Dian Herdiana

namun semisal dikemudian hari bahwa kegiatan CFW tidak sejalan dengan rancangan awal dan
fungsi pembangunan ruang publik di kawasan SCBD, maka pemerintah memiliki kewenangan
untuk mencari ruang publik lainnya yang akomodatif terhadap kegiatan CFW, sehingga
kedepannya ruang publik yang ada akan dimanfaatkan oleh seluruh warga masyarakat
berdasarkan kepada fungsi ruang publik masing-masing serta kepada minat warga masyarakat
masing-masing pula.

2. Komitmen Penegakan Hukum
Kegiatan CFW di ruang publik sekalipun ditujukan untuk menunjukkan ekspresi warga
masyarakat akan tetapi harus tetap terikat kepada aturan yang ada yang mana pihak-pihak yang
terlibat dalam CFW harus mampu menjunjung tinggi hukum yang ada guna menciptakan
kondusifitas CFW dan meminimalisir kerugian yang ditimbulkan bagi pihak-pihak yang terlibat.
Setidaknya terdapat 3 (tiga) dasar pertimbangan penegakan hukum yang ada di ruang publik
dalam kegiatan CFW, yaitu:
Pertama, adanya interaksi sosial dari berbagai warga masyarakat yang memiliki minat dan
kepentingan yang berbeda, sehingga dalam konteks interaksi tersebut membutuhkan aturan
sebagai bagian dari mewujudkan keadilan bagi setiap warga masyarakat untuk memanfaatkan
fasilitas publik.
Kawasan SCBD yang digunakan dalam kegiatan CFW merupakan Kawasan publik bersama
yang mana tidak hanya warga masyarakat yang memiliki minat dalam peragaan busana semata,
tetapi juga terdapat warga masyarakat yang memiliki minat berbeda yang juga harus diakomodasi
dan difasilitasi, sehingga Kawasan tempat pelaksanaan CFW akan menjadi kawasan yang terbuka
bagi setiap warga masyarakat beserta dengan segala minat dan kepentingannya, hal ini
membutuhkan penegakan hukum yang berlaku untuk semua warga masyarakat.
Kedua, memfungsikan ruang publik sebagaimana fungsinya yang mana kawasan SCBD
merupakan Kawasan bisnis yang mana aktivitas utamanya yaitu tata kelola bisnis, sehingga
aktivitas CFW tidak boleh mengganggu kegiatan bisnis yang tengah dilaksanakan di Kawasan
SCBD tersebut, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan CFW harus memahami fungsi utama
Kawasan tersebut sebagai pusat bisnis yang ada di Provinsi Jakarta.
Tempat pelaksanaan kegiatan CFW yang berada di area penyebrangan jalan harus dipahami
oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut bahwa fungsi utamanya sebagai tempat
warga masyarakat untuk menyeberang jalan, sehingga tidak boleh mengganggu kegiatan utama
area penyebrangan, terlebih menyulitkan orang yang ingin menyeberang jalan, hal ini tentu saja
akan mengganggu aktivitas warga masyarakat lainnya yang tengah melakukan kegiatan berbeda
di lokasi yang sama dengan kegiatan CFW.
Ketiga, segala bentuk tindakan yang bertentangan dengan hukum harus diberikan sanksi,
hal ini sebagai bentuk komitmen kegiatan CFW yang harus taat kepada aturan hukum yang ada,
konsekuensi apabila adanya pelanggaran hukum dalam kegiatan CFW yang dibiarkan tidak hanya
akan memberikan peluang untuk perilaku yang sama akan diulangi kembali, tetapi juga akan turut
memperburuk penilaian masyarakat lainnya terhadap kegiatan CFW yang mana hal ini tentu akan
merugikan kegiatan CFW itu sendiri.
Berdasarkan kepada uraian tersebut di atas, maka menjadi penting bagi pemerintah untuk
menegakan instrumen penegakan hukum dalam kegiatan CFW, hal ini selain untuk menjaga
kondusifitas kegiatan tersebut agar sesuai dengan tujuan awal yang telah direncanakan, juga
dikarenakan guna membangun iklim positif guna menumbuh-kembangkan kreativitas warga

14 │
Available online at: https://hes.uinsgd.ac.id/mimbar-muamalah
Jurnal Mimbar Muamalah; Edisi Agustus 2022, Vol. 1 No. 1
Citayam Fashion Week: Fenomena Sosial, Peluang Ekonomi dan Respons Kebijakan Pemerintah
Dian Herdiana

negara yang didasarkan kepada adanya ketaatan kepada hukum. Langkah yang perlu dilakukan
yaitu melakukan pembinaan kepada warga masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan
CFW untuk senantiasa mentaati peraturan hukum yang ada, sehingga akan memunculkan
kesadaran dan komitmen bersama untuk menyelenggarakan kegiatan CFW yang kondusif dan taat
kepada hukum yang ada. Kedua, melakukan penindakan berupa pemberian sanksi kepada pihak-
pihak yang melanggar aturan hukum yang dilakukan selama kegiatan CFW.
Upaya yang dilakukan tersebut diharapkan mampu mewujudkan kegiatan CFW sebagai
kegiatan membangun kreativitas bagi setiap warga masyarakat yang memiliki latar belakang dan
kepentingan yang berbeda sehingga tidak hanya suksesnya penyelenggaraan CFW, tetapi juga
tidak mengganggu kegiatan lain dan warga masyarakat lainnya yang tengah melakukan kegiatan
yang sama di Kawasan SCBD.

3. Instrumen Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif
Industri kreatif mengutip dari beberapa ahli didefinisikan sebagai suatu industri yang
berasal dari pemanfaatan keterampilan, kreativitas, dan bakat yang dimiliki individu dalam
menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Berdasarkan kepada hal tersebut maka
Industri menyasar segmen pemberdayaan cipta dan karya individu sehingga hasilnya yaitu adanya
penyerapan tenaga kerja yang mampu mendorong produktivitas, pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan (Arifianti & Alexandri, 2017; Nurjanah, 2013).
Kegiatan CFW dikaitkan dengan pemahaman industri kreatif maka secara umum dapat
dikatakan kegiatan ini sebagai kegiatan yang mampu melahirkan produk kreatif, hal ini selain
CFW merupakan gagasan kreatif yang lahir dari kalangan remaja, juga kegiatan mempertunjukan
cara berbusana merupakan bentuk pertunjukan kreativitas yang mampu dibangun menjadi
sebuah industri kreatif mulai dari industri pertunjukan, pagelaran seni sampai dengan liputan
kesenian melalui publikasi konten di jejaring media massa yang dapat dimonetisasi. Hasilnya
merupakan bentuk kegiatan yang melibatkan banyak pihak, memberi manfaat dan menciptakan
keuntungan bagi pihak-pihak tersebut.
Penjelasan tersebut di atas tidak serta merta menjadikan CFW sebagai sebuah peluang bagi
lahirnya industri kreatif, hal ini dikarenakan CFW membutuhkan campur tangan pihak lainnya
guna membangun suatu industri kreatif. Pihak yang dianggap paling mampu untuk
mengembangkan CFW menjadi sebuah industri kreatif adalah pemerintah melalui instrumen
kebijakan yang dimilikinya, setidaknya instrumen kebijakan yang dapat dibuat oleh pemerintah
dalam pengembangan industri kreatif yaitu:
Pertama, pengorganisasian kegiatan CFW sebagai suatu acara yang direncanakan dengan
baik oleh pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya, sehingga segala jenis kegiatan
yang termasuk dalam CFW menjadi tersusun dengan baik, bahkan CFW harus pula menjadi bagian
dari kegiatan promosi budaya, pariwisata dan ekonomi kreatif yang menjadi kinerja dari
pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dengan begitu ketertiban dan keteraturan akan senantiasa
menjadi bagian dari CFW dan wujud dari suatu perencanaan yang baik. Didasarkan kepada uraian
tersebut, maka instrumen kebijakan yang dibuat merupakan instrumen perencanaan dan
penyelenggaraan kegiatan CFW sebagai bagian dari agenda kinerja pemerintah di bidang budaya
dan seni.
Kedua, membangun kapasitas ruang publik yang representatif bagi kegiatan CFW yang
mana pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam pengaturan dan penataan
ruang publik -khususnya yang berada di kawasan SCBD yang saat ini digunakan dalam kegiatan
│ 15
Available online at: https://hes.uinsgd.ac.id/mimbar-muamalah

Jurnal Mimbar Muamalah; Edisi Agustus 2022, Vol. 1 No. 1
Citayam Fashion Week: Fenomena Sosial, Peluang Ekonomi dan Respons Kebijakan Pemerintah
Dian Herdiana

CFW- harus mampu membangun ruang publik yang mengakomodasi segala kebutuhan
penyelenggaraan CFW sehingga kegiatan CFW akan berjalan dengan lancar yang mencerminkan
kapasitas ruang publik yang baik.
Ketiga, pelibatan pihak lain untuk dapat bekerjasama yang mana pemerintah harus mampu
membangun kerjasama dengan berbagai pihak yang terlibat sekaligus menetapkan hak dan
kewajiban bagi setiap pihak tersebut, sehingga penyelenggaraan CFW akan mampu
menguntungkan para pihak yang terlibat tersebut.
Berdasarkan kepada uraian tersebut, maka diharapkan kegiatan CFW menjadi sebuah
peluang ekonomi yang tidak hanya memberi manfaat kepada generasi muda, tetapi juga kepada
masyarakat umum yang terlibat di dalamnya. Adapun jenis industri kreatif yang dapat
dikembangkan dalam kegiatan CFW antara lain yaitu:
Pertama, industri kreatif dalam bidang pergelaran busana yang mana hal ini menjadi inti
dari kegiatan CFW yang selama ini dilakukan, industri kreatif ini diharapkan mampu mewadahi
berbagai pihak yang memiliki minat di bidang peragaan busana, sehingga kedepannya CFW akan
menjadi agenda peragaan busana yang dikelola secara resmi dan akan mendatangkan keuntungan
bagi para pihak yang terlibat.
Kedua, industri kreatif dalam bidang pertunjukan seni dan hiburan. Industri ini menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari CFW yang mana seni khususnya di bidang tata busana menjadi
kegiatan yang harus ditunjukan, kegiatan ini tentu saja disatukan dengan kegiatan hiburan yang
masih terkait dengan seni tersebut, sehingga bidang ini akan mampu menjadikan CFW sebagai
suatu industri kreatif.
Ketiga, industri kreatif dalam bidang produk barang/jasa tekstil dan kerajinan. Penggunaan
produk-produk lokal, khususnya pakaian yang digunakan dalam CFW selama ini harus tetap
dipertahankan, bahkan dapat dikembangkan menjadi sebuah industri kreatif yang mampu
melahirkan pengembangan industri tekstil dan kerajinan lainnya seperti aksesoris pakaian yang
mana hal ini tentu saja akan mendukung kegiatan CFW secara keseluruhan.
Keempat, industri kreatif dalam bidang digital seperti pembuatan konten digital dan
penyiaran digital, hal ini secara empiris sudah banyak dilakukan oleh para content creator dan
mengunggahnya ke berbagai jejaring sosial yang mana monetisasi dalam peliputan kegiatan CFW
sudah mampu menciptakan keuntungan bagi para pembuat konten tersebut. Hal ini kedepannya
harus dijadikan sebagai sebuah industri kreatif yang mampu menunjang CFW sehingga selain
akan mendapat akses publikasi secara luas juga akan mendatangkan keuntungan.
Kelima, industri kreatif bidang pendidikan dan pelatihan budaya. Proses pengembangan
CFW harus pula mampu berkontribusi kepada dunia pendidikan khususnya bidang seni budaya
nasional, sehingga CFW tidak hanya semata mengenai pertunjukan peragaan busana dan seni,
tetapi juga menjadi suatu bentuk proses pendidikan baik terhadap para pelaku yang terlibat di
dalamnya maupun terhadap konten yang termuat di dalamnya yang mengadopsi nilai-nilai budaya
nasional, sehingga pada akhirnya mampu membangun pendidikan seni dan kebudayaan.
Berdasarkan kepada pemahaman tersebut di atas, maka kegiatan CFW memiliki potensi
yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi industri kreatif, sehingga peran pemerintah
melalui penyusunan instrumen kebijakan, khususnya pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta
sangat dibutuhkan, sehingga kegiatan CFW tidak hanya akan menjadi wadah bagi kreativitas
remaja, tetapi juga mampu memberikan keuntungan ekonomi bagi pihak-pihak yang terlibat
didalamnya.

16 │
Available online at: https://hes.uinsgd.ac.id/mimbar-muamalah
Jurnal Mimbar Muamalah; Edisi Agustus 2022, Vol. 1 No. 1
Citayam Fashion Week: Fenomena Sosial, Peluang Ekonomi dan Respons Kebijakan Pemerintah
Dian Herdiana

SIMPULAN
Kegiatan CFW lahir sebagai bentuk aktualisasi remaja dalam memanfaatkan ruang publik
untuk menunjukkan eksistensi jatidiri mereka dalam berbusana, seiring perkembangannya
kegiatan CFW menjadi media untuk mengembangkan kreativitas lainnya seperti pembuatan
konten di berbagai jejaring media sosial. Kondisi ini mendorong upaya untuk menjadikan CFW
sebagai kegiatan pengembangan kreativitas yang perlu turut campur pemerintah melalui
instrumen kebijakan sehingga memberi manfaat tidak hanya bagi pengembangan kreativitas
remaja, tetapi mampu membangun suatu industri kreatif.
Respons kebijakan pemerintah diorientasikan untuk dapat menciptakan kebijakan
pemanfaatan ruang publik yang inklusif yang mampu membangun kreativitas semua warga
masyarakat dengan latar belakang ide dan gagasannya, sehingga CFW menjadi sebuah kegiatan
yang tidak hanya terorganisir dan taat kepada kebijakan pemerintah yang telah dibuat, tetapi juga
mampu memberikan manfaat dan keuntungan ekonomi bagi para pihak yang terlibat dan
masyarakat luas melalui instrumen kebijakan industri kreatif.


REFERENSI
Alwi, H. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arga, L. W. Z. (2022). Pengamat Sosial UI Apresiasi Remaja di Citayam Fashion Week Punya
Kebebasan Berekspresi Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul
Pengamat Sosial UI Apresiasi Remaja di Citayam Fashion Week Punya Kebebasan
Berekspresi, https://wartakota.t. Retrieved July 27, 2022, from tribunnews.com website:
https://wartakota.tribunnews.com/2022/07/23/pengamat-sosial-ui-apresiasi-remaja-di-
citayam-fashion-week-punya-kebebasan-berekspresi
Arifianti, R., & Alexandri, M. B. (2017). Aktivasi Sub-Sektor Ekonomi Kreatif di Kota Bandung.
Jurnal Adbispreneur, 2(3), 201–209.
Azanella, L. A. (2022). Jadi Tren, Citayam Fashion Week Diadaptasi Daerah Lain, Mana Saja?
Retrieved July 27, 2022, from kompas.com website:
https://www.kompas.com/tren/read/2022/07/26/080500865/jadi-tren-citayam-
fashion-week-diadaptasi-daerah-lain-mana-saja-?page=all.
Creswell, J. W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches.
Thousand Oaks: Sage Publications.
Defianti, I. (2022). Citayam Fashion Week, Cara Eksis Remaja Tanggung di Belantara Ibu Kota.
Retrieved July 27, 2022, from liputan6.com website:
https://www.liputan6.com/news/read/5010276/journal-citayam-fashion-week-cara-
eksis-remaja-tanggung-di-belantara-ibu-kota
Dilanggi, M. R., & Shelavie, T. (2022). Tegas Wagub DKI soal Baim Wong Daftarkan Citayam
Fashion Week ke PDKI: Itu Milik Publik. Retrieved July 27, 2022, from tribunnews.com
website: https://www.tribunnews.com/nasional/2022/07/25/tegas-wagub-dki-soal-
baim-wong-daftarkan-citayam-fashion-week-ke-pdki-itu-milik-publik.
Farouk, Y., & Pangesti, R. (2022). Kronologi Baim Wong Pantenkan Citayam Fashion Week hingga
Akhirnya Membatalkan. Retrieved July 28, 2022, from suara.com website:
https://www.suara.com/entertainment/2022/07/27/082348/kronologi-baim-wong-
pantenkan-citayam-fashion-week-hingga-akhirnya-membatalkan
Fauziah, L. (2022). Penjelasan Lengkap Pengamat Sosial Soal Fenomena “Citayam Fashion Week.”
Retrieved July 27, 2022, from www.jpnn.com website: https://jabar.jpnn.com/jabar-
terkini/4365/penjelasan-lengkap-pengamat-sosial-soal-fenomena-citayam-fashion-week
Fikri, C. (2022). Ini Asal Usul Citayam Fashion Week yang Tengah Viral. Retrieved July 27, 2022,
from beritasatu.com website: https://www.beritasatu.com/lifestyle/954287/ini-asal-usul-
│ 17
Available online at: https://hes.uinsgd.ac.id/mimbar-muamalah

Jurnal Mimbar Muamalah; Edisi Agustus 2022, Vol. 1 No. 1
Citayam Fashion Week: Fenomena Sosial, Peluang Ekonomi dan Respons Kebijakan Pemerintah
Dian Herdiana

citayam-fashion-week-yang-tengah-viral
Hantono, D., & Ariantantrie, N. (2018). Kajian Ruang Publik dan Isu yang Berkembang di
Dalamnya. Vitruvian: Jurnal Arsitektur, Bangunan Dan Lingkungan, 8(1), 43–48.
Maulana, R. (2022). Mengapa Citayam Fashion Week Viral. Retrieved July 27, 2022, from
www.forestdigest.com website: https://www.forestdigest.com/detail/1883/fenomena-
citayam-fashion-week
Nurjanah, S. (2013). Analisis Pengembangan Program Bisnis Industri Kreatif Penerapannya
Melalui Pendidikan Tinggi. JMA, 18(2), 141–151.
Purnamasari, A., & Mutaali, L. (2012). Kajian Spasial Ruang Publik (Public Space) Perkotaan
Untuk Aktivitas Demonstrasi Mahasiswa Di Kota Makassar. Jurnal Bumi Indonesia, 1(2), 27–
36.
Soelaeman, M. (1987). Ilmu Sosial Dasar - Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: Refika Aditama.

18 │
Available online at: https://hes.uinsgd.ac.id/mimbar-muamalah

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai