Anda di halaman 1dari 9

Petunjuk Sitasi: Prasetyawati, M., & Sudarwati, W. (2017).

Identifikasi Aktivitas Rantai Pasok Industri Hijab Pemula


Berdasarkan Value Chain Analysis. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H87-95). Malang: Jurusan Teknik Industri
Universitas Brawijaya.

Identifikasi Aktivitas Rantai Pasok Industri Hijab


Pemula Berdasarkan Value Chain Analysis
Meri Prasetyawati (1), Wiwik Sudarwati( (2)
(1), (2), (3)
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. Cempaka Putih Tengah 27
(1)
Wiwik.sudarwati@ftumj.ac.id

ABSTRAK
Saat ini pemerintah sedang menggalakkan industri kreatif Indonesia melalui
berbagai macam program pengembangan Ekonomi Kreatif hingga 2025. Salah satu
industri kreatif yang saat ini sedang trend adalah industri kreatif bidang fesyen terutama
fesyen hijab. Hijab saat ini telah diakui menjadi suatu trend mode yang membawa
pengaruh positif terhadap meluasnya pasar hijab di Indonesia. Dampak dari meluasnya
pasar hijab di Indonesia adalah pertumbuhan industri hijab sangat pesat. Banyak
bermunculan industri hijab dalam skala menengah hingga kecil, yang pada akhirnya
menimbulkan persaingan antar industri tersebut untuk bisa survive terutama bagi
industri hijab pemula. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi industri hijab pemula ini
untuk bisa bertahan dengan menciptakan nilai tambah ekonomi. Untuk dapat
menciptakan nilai tambah ekonomi ini perlu dilakukan berbagai cara salah satunya
adalah melihat apakah aktivitas yang dilakukan telah memiliki nilai tambah atau bahkan
tidak memiliki nilai tambah. Setiap aktivitas akan menimbulkan biaya, maka perlu dikaji
masalah aktivitas tersebut. Untuk itu tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
aktivitas dalam rantai pasok industri hijab pemula menggunakan value chain analisis.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu metode penelitian. Metode yang digunakan
adalah value chain analysis. Langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh
aktivitas pada rantai pasok usaha hijab berdasarkan teori dalam value chain. Dimana
dalam analisis value chain menurut (Porter, 1980) dapat digunakan sebagai alat analisis
stratejik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan
kompetitif, dimana perusahaan dapat meningkatkan nilai tambah (value added) maupun
penurunan biaya sehingga dapat membuat usaha lebih kompetitif
Hasil dari identifikasi yang telah dilakukan terhadap aktivitas pada rantai pasok
industri hijab pemula ini adalah industri hijab pemula ini perlu mempertimbangkan
peran dari beberapa aktifitas dari proses usaha hijab, adapun yang harus
dipertimbangkan adalah aktifitas inbound logistics, operation, outbound logistic,
marketing and sales dan service. Dengan mempertimbangkan peran aktifitas rantai nilai
pada proses hijab diharapkan dapat meningkatkan efisiensi cost dan meningkatkan daya
saing industri hijab pemula

Kata kunci— Aktivitas rantai pasok, industri hijab pemula, value chain analysis

I. PENDAHULUAN
Industri Kreatif Subsektor fesyen/mode adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi
desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan
aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.(Marie Elka P.2008)
Industri kreatif ini sedang digalakkan oleh pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
masyarakat indonesia. Ada 14 bidang industri kreatif yang akan dikembangkan oleh pemerintah
antara lain bidang periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fasyen, film, video
dan fotografy, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan
komputer dan piranti lunak,riset dan pengembangan. Berbagai program untuk peningkatan dan
pengembangan industri kreatif telah dilaksanakan pemerintah. Kementrian ekonomi kreatif dalam
bukunya yang berjudul pengembangan ekonomi kreatif menuju visi ekonomi kreatif indonesia
2025, menguraikan tentang potensi, tantangan serta program kerja pengembangan industri kreatif
yang ada di indonesia salah satunya adalah industri kreatif bidang fesyen. Saat ini Persentase

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-1
Sudarwati, Prasetyawati

kontribusi PDB kelompok industri kreatif fesyen mendominasi sektor industry kreatif pada tahun
2006 sebesar 44,18% .(Marie Elka P. 2007)
Hijab merupakan salah satu fesyen yang ada di Indonesia. Dalam Islam, hijab merupakan
salah satu hukum yang harus ditaati oleh pemeluknya. Hijab berfungsi untuk menutup aurat,
bagian-bagian tubuh yang wajib ditutupi dari pandangan orang lain dengan pakaian. Selama Ini
hijab identik dengan busana yang menutupi tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki layaknya
perempuan-perempuan di Arab dan Afganistan. Hijab menjadi identik dengan kaum fanatik dan
puritan karena bentuk yang tidak modis dan berwarna suram. Namun di era yang sudah terbuka
dengan informasi, terutama di negara seperti Indonesia, hijab lambat laun berubah. Hijab kini
tampil dengan beragam varian bentuk dan warna. Tentu saja mengingat pasar hijab yang
sedemikian besar, hijab kini mulai dilirik oleh industri fashion. Menurut data Kementerian
Perindustrian, industri fashion muslim di Indonesia meningkat 7% setiap tahunnya.
Selain terbukanya era informasi, industri hijab juga tak lepas dari berkembangnya golongan
kelas menengah di Indonesia. Karena golongan kelas menengahlah yang mempunyai pilihan
untuk mengikuti mode pakaian. Saat ini, industri hijab mulai dilakoni industri kecil dan
menengah (IMK), bahkan dikreasi oleh berbagai desainer pakaian. Banyak bermunculan industri
hijab dalam skala menengah hingga kecil, yang pada akhirnya menimbulkan persaingan antar
industri tersebut untuk bisa survive terutama bagi industri hijab pemula. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri bagi industri hijab pemula ini untuk bisa bertahan dengan menciptakan nilai
tambah ekonomi.
Ada beberapa penelitian yang membahas tentang industri kreatif bidang fesyen ini
diantaranya adalah Strategi Pengembangan industri kreatif sektor fesyen studi kasus distro
clothing antara lain (diaas satria, 2011) . Penelitian yang lain dengan judul Model pengembangan
industri kecil bidang fesyen. Hasil dari penelitian ini adalah berupa model pengembangan industri
kreatif bidang fesyen meliputi 4 (empat) komponen utama yaitu pelatihan, pembiayaan,
pendampingan, dan jejaring usaha, lebih memfokuskan pada pembahasan komponen pendidikan
dan pendampingan usaha (Muhammad Adam, 2011). Penelitian tersebut dilakukan lebih
mengarah pada pengembangan industri kreatif fesyen secara menyeluruh.
Penelitian ini membahas tentang efisiensi yang dapat dilakukan oleh industri kreatif pemula
hijab dengan pendekatan value chain analisis. Dimana dalam analisis value chain menurut
(Porter, 1980) dapat digunakan sebagai alat analisis stratejik yang digunakan untuk memahami
secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, dimana perusahaan dapat meningkatkan nilai
tambah (value added) maupun penurunan biaya sehingga dapat membuat usaha lebih kompetitif.
Analisis value chain ini dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas – aktivitas yang
memiliki nilai tambah dan yang tidak memiliki nilai tambah. Eliminasi aktivitas yang tidak
memiliki nilai tambah akan meningkatkan margin perusahaan.
Permasalahan yang dihadapi adalah industri kreatif pemula hijab biasanya melakukan seluruh
aktivitas proses produksinya tanpa memikirkan aktivitas yang dilakukannya memberikan nilai
tambah atau tidak. Padahal setiap aktivitas yang dilakukan mengandung biaya. Semakin banyak
aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah maka biaya yang dikeluarkan akan semakin besar ,
hal ini mengakibatkan pemborosan. Aktor dari industri kreatif pemula hijab biasanya tidak
memikirkan pemborosan yang diakibatkan oleh aktivitas yang tidak bernilai tambah tersebut,
karena focus utamanya adalah bagaimana produknya terjual. Untuk itu perlu dirumuskan untuk
Bagaimana mengidentifikasi aktivitas pada industri hijab pemula sehingga dapat mengurangi
biaya produksi.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan oleh industri
hijab pemula.(2) Mengoptimalkan aktivitas yang dilakukan oleh industri hijab pemula sehingga
memiliki nilai tambah.

II. METODOLOGI
Dalam Metodologi Penelitian ini akan dijelaskan mengenai langkah – langkah dalam
penyelesaian penelitian sesuai dengan diagram alirnya, termasuk juga tentang data yang
dibutuhkan, bagaimana memperoleh data tersebut dan hasil dari setiap langkah penyelesaiannya.

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-2
Identifikasi Aktivitas Rantai Nilai Dalam Upaya Meningkatkan Value Added Pada Industri Hijab Pemula

A. Pengumpulan Data
Berdasarkan jenis datanya maka data yang dikumpulkan antara lain :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung. Dari jenis data ini
diperoleh data antara lain :
a) seluruh aktivitas yang dilakukan oleh industri hijab pemula mulai dari supplier
hingga ke buyer.
b) Aliran proses mulai dari supplier hingga ke buyer
c) Proses produksi hijab
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan mencari studi literatur dari lembaga atau
instansi. Dari jenis data ini diperoleh data tentang industri fashion muslim dll.

B. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa langkah yaitu :
1. Pemetaan Value Chain Produk Hijab
Langkah awal dalam menyelesaikan penelitian adalah dengan melakukan pemetaan rantai
nilai produk hijab, dimana tujuan dalam pemetaan ini untuk mengetahui aliran input
produk dan jasa dalam rantai nilai produk hijab. Didalam pemetaan ini akan dilakukan
mulai dari segmen upstream, segmen midstream, dan dilanjutkan pada segmen
downstream.
2. Analisis value chain
Langkah dalam menganalisis dengan menggunakan analisis value chain :
a. Mengidentifikasi aktifitas value chain
Memisahkan kegiatan atau operasi pada industri hijab pemula menjadi beberapa aktivitas
bisnis, dengan cara mengelompokkan aktifitas atas proses tersebut kedalam kategori
primer atau pendukung.
b. Menghitung Maturity Level.
Bertujuan untuk mengidentifikasi aktifitas mana yang dilaksanakan sesuai standar,
dilaksanakan tetapi tidak sesuai standard dan aktivitas mana yang tidak dilaksanakan.

.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Usaha
TWIN Hijab berdiri tahun 2014 memproduksi berbagai macam hijab. Produk yang telah
dihasilkan antara lain : hijab pashmina, hijab segi empat, hijab 2 lobang, hijab 1 lobang dll.
Usaha ini dilakukan sebagai home industri karena dilakukan di rumah sendiri. Sampai dengan saat
ini TWIN Hijab belum memiliki visi dan misi yang jelas dan tertulis bahkan struktur organisasi
pun beli ada. Tetapi TWIN Hijab memiliki motto bahwa memberikan yang terbaik serta
pelayanan yang terbaik untuk pelanggan.
Strategi pemasaran yang digunakan dalam usaha industri kreatif pemula TWIN Hijab antara lain :
a. Promosi produk Twins Hijab dilakukan dengan dua cara yaitu :1).Langsung menggunakan
alat - alat pemasaran seperti brosur atau katalog sehingga memudahkan calon pembeli
memilih produk. Menawarkan produk kepada konsumen misalnya kepada keluarga,teman,
atau tetangga. Memanfaatkan komunitas tempat berkumpul. Mendistribusikan ke toko - toko
pakaian muslim. Menjalin kerja sama dengan kenalan atau relasi yang berada di daerah atau
kota lain.
b. Online menggunakan media promosi melalui facebook, twitter, bbm, Shopee atau sosial
media lainnya
Adapun aktivitas proses produksi Twins Hijab antara lain :
a. Aktivitas pembelian dan pemilihan bahan
b. Aktivitas pembuatan pola
c. Aktivitas pemotongan
d. Aktivitas penjahitan
e. Aktivitas pengepakan
f. Aktivitas distribusi

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-89
Sudarwati, Prasetyawati

B. Rantai Pasok Industri Kreatif Pemula Hijab


Rantai pasok industri Hijap Pemula TWINSHIJAB sangat sederhana dimana tidak banyak
anggota/orang yang terlibat dalam proses pendistribusian produk hijab mulai dari bahan baku kain
diproses menjadi produk hijab hingga didistribusikan sampai ke tangan konsumen. Anggota –
anggota yang terlibat ini memiliki peranannya masing – masing dalam rantai pasok produk hijab.
Anggota rantai pasok produk hijab tersebut adalah : pedagang kain, proses produksi, penjahitan,
dan Perusahaan jasa pengiriman paket kilat (TIKI, JNE).
Pola Aliran ranti pasok industri Hijab pemula TWINSHIJAB secara sistematis dapat dilihat
pada gambar 1

Proses
Pedagang Kain Distribusi Konsumen
Pembuatan Hijab

Gambar 1. Rantai pasok industri hijab pemula


C. Analisis Rantai Nilai
Rantai nilai adalah model yang digunakan untuk membantu menganalisis aktivitas – aktivitas
spesifik yang dapat menciptakan nilai dan keuntungan kompetitif bagi organisasi. Analisis rantai
nilai memperhatikan organisasi sebagai sebuah proses yang berkelanjutan dalam kegiatan
penciptaan nilai. Analisis dilakukan dengan cara mempelajari potensi penciptaan nilai. Aktivitas
dalam rantai nilai terbagi menjadi dua kategori yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung.
Pada aktivitas utama akan dikaji dari sisi pengadaan bahan baku, operasi dan pemasaran. Adapun
aktivitas pendukung terdiri dari penyiapan infrastruktur penunjang industri, pengembangan
sumber daya manusia, pengembangan teknologi dan pengadaan. Tahapan rantai nilai pembuatan
hijab di TWINS Hijab secara umum terlihan pada gambar berikut

Penyedia Proses pembuatan


Bahan Penjualan Konsumen
Hijab
Utama

VC STAGES
Pedagang
D. Persiapan
Bahan
E. hingga
utama pemotongan
F.
Penjahitan Online
Konsumen

Operator
Gambar 2. Rantai nilai umum proses produksi hijab TWINS Hijab
Berdasarkan data yang diperoleh dari TWINS Hijab, maka bahasan penelitian ini akan
dijelaskan bahwa penerapan activity based management system berfokus pada pengelolaan
aktivitas secara terpadu dan pada aktivitas system yang bertujuan mengingatkan customer value
dan laba. Manajemen berbasis aktivitas berfokus ke aktivitas yaitu serangkaian kegiatan yang
membentuk suatu proses untuk pembuatan produk dan penyerahan jasa. Saat ini TWINS Hijab
belum menerapkan activity based management system sebagai alat efisiensi biaya produksi.
Untuk itu perlu diterapkan system ini untuk lebih bisa meningkatkan laba.

D. Identifikasi Aktifitas
Proses identifikasi, dan evaluasi setiap aktivitas yang dilakukan oleh TWINSHIJAB dalam
proses pembelian bahan baku, pembuatan hijab hingga packing dan delivery dilakukan dengan
tujuan untuk melakukan peninjauan dan perbaikan secara berkelanjutan terhadap aktivitas yang
sudah terjadi dalam proses produksi.

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-90
Identifikasi Aktivitas Rantai Nilai Dalam Upaya Meningkatkan Value Added Pada Industri Hijab Pemula

Adapun aktivitas yang terjadi pada TWINSHIJAB dimulai dari pembelian bahan baku, masuk ke
proses produksi hingga delivery. Dalam identifikasi aktifitas, setiap aktivitas yang dilakukan
dikelompokkan ke dalam 4 Kegiatan yaitu 1. Kegiatan pembelian bahan baku, 2. Kegiatan proses
pembuatan hijab 3. Kegiatan inspeksi dan packing dan 4. Kegiatan delivery. Hasil identifikasi
aktivitas secara detail disajikan dalam table 1

Tabel 1. Aktivitas dalam proses pembuatan hijab


Kegiatan Ativitas
Pembelian bahan baku Pemilihan bahan
Bertransaksi (pembayaran ) bahan
Pembuatan hijab Persiapan alat dan bahan
Membuat desain hijab
Membuat pola
Memngukur bahan sesuai pola
Memotong bahan sesuai dengan pola atau ukuran
Membawa kain yang telah terpotong ke tukang jahit
Mengambil hasil jahitan
Inspeksi dan packing Inspeksi ( pengecekan ) Seluruh jahitan
Memperbaiki hasil jahitan atau memotong kelebihan benang
Melipat hijab
Memasukkan ke dalam plastik
Delivery dan Promosi Pengemasan sesuai pesanan
Pemberian nama dan alamat
Membawa produk jadi ke TIKI atau JNE
Pengiriman oleh TIKI atau JNE
Promosi melalui instagram, facebook, tweeter, dan shopee
Sumber : TWINS Hijab

A. Pemetaan Value Chain


Pemetaan dilakukan dengan melihat seluruh aktivitas yang dilakukan industri hijab pemula.
Rantai nilai produk merupakan aktifitas yang berawal dari bahan mentah sampai dengan
penanganan purna jual. Rantai nilai ini mencakup aktivitas yang terjadi karena hubungan dengan
pemasok (Supplier Linkages), dan hubungan dengan konsumen (Consumer Linkages).Ditinjau
rantai nilai pengrajin produk hijab di Bintaro tangerang selatan dapat dilihat pada gambar 3

Rantai Nilai Rantai nilai


Rantai nilai pembeli
pemasok Perusahaan

UPSTREAM MIDSTREAM DOWNSTREAM


Aktivitas pembelian bahan : Aktivitas Proses Produksi : Aktivitas penjualan :
- Kain - Persiapan - Promosi instagram
- Benang - Membuat desain - Menerima pesanan
- Acessoris hijab misalnya - Membuat Pola - Menyiapkan pesanan
mote - Pengukuran - Mengirimkan pesanan
- Pemotongan kain
- Menjahit
- Penambahan accesoris
- Pengecekan
- Packing
Gambar 3. Rantai Nilai Industri Hijab Pemula di Bintaro Tangerang Selatan

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-91
Sudarwati, Prasetyawati

Dalam Pemetaan value chain terdiri dari tiga segmen utama :


1. Segmen Upstream
Segmen upstream terdiri dari supplier-supplier yang terdiri dari supplier bahan baku utama dan
supplier bahan bahu penunjang. Bahan utama Hijab adalah kain dengan berbagai jenis kain yang
cocok untuk hijab diantaranya kain dengan jenis royal fine, maxmara, katun silky, katun crepe,
katun wolfis dll.
2. Segmen Midstream
Segmen midstream terdiri merupakan produsen dalam aktifitas value chain. Dalam segmen ini
terdapat proses-proses penambahan nilai yaitu proses yang persiapan, membuat pola,
pemotongan, menjahit, dan finishing.
3. Segmen Downstream
Segmen downstream merupakan keseluruhan kegiatan yang melibatkan pengiriman produk
kepada konsumen akhir. Kegiatan utama dalam distribusi produk hijab.

Sedangkan untuk melihat aktivitas tersebut secara detail yang terbagi ke dalam aktivitas utama
dan aktivitas pendukung, keseluruhan aktivitas tersebut dapat didistribusikan sebagai berikut :

Tabel 2. Identifikasi aktivitas berdasarkan value chain


Jenis Kelompok Aktivitas yang ada di IHP Bintaro
Aktivitas Aktivitas
Inbound Logistic - Perencanaan kebutuhan bahan yang akan dibeli
- Transportasi Pengiriman bahan baku kain ke TWINS Hijab
Operation - Persiapan
- Membuat desain
- Membuat Pola
- Pengukuran
- Pemotongan kain
- Transportasi pengiriman kain yang telah dipotong dan
terpola ke penjahit
- Transportasi pengambilan hasil jahitan hijab
- Pengecekan hasil jahitan
Aktivitas - Pengemasan
Primer Outbound Logistic - Menerima pesanan
- Menyiapkan pesanan
- Mengirimkan pesanan
Pemasaran dan - Promosi instagram, shopee (update konten)
penjualan - Penetapan harga
- Pemilihan agen distribusi
Pelayanan (Services) - Komitmen kualitas produk
- Penyesuaian produk
Procurement - Perencanaan kebutuhan bahan yang akan dibeli
- Pembelian bahan baku
- Pemilihan bahan utama dan pendukung
Technology
Development
Aktivitas Human Resource - Kompensasi Untuk semua jenis
Pendukung Management personel

Firm Infrastruceture - Manajemen Umum

B. Model Aktivitas Value Chain TWINS Hijab


Keseluruhan aktivitas yang telah teridentifikasi tersebut digambarkan dalam suatu model value
chain analisis.

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-92
Identifikasi Aktivitas Rantai Nilai Dalam Upaya Meningkatkan Value Added Pada Industri Hijab Pemula

Infrastruktur perusahaan : M

Manajemen Umum
Manajemen Sumber daya manusia :
Perekrutan , pemberian kompensasi pada pegawai A
Pengembangan teknologi : R
Pengadaan : G
Pembelian bahan baku, pemilihan bahan baku
Logistik Ke Operasi : Logistik Pemasaran Pelayanan :
dalam : keluar : & penjualan
: M
- Perencanaan -persiapan -menerima - Komitmen A
kebutuhan -membuat desain pesanan - Promosi kualitas
R
bahan - membuat pola - menyiapkan - Penetapan - Penyesuaian
- Transportasi - pengukuran pesanan harga produk G
pembelian - pemotongan -mengirimkan - Penentuan I
bahan - transportasi pesanan agen
N
pengiriman dan distribusi
- pengmbilan
jahitan
- peemeriksaan
- pengemasan
Gambar 4. Model rantai nilai actual TWINS Hijab
C. Analisis Value Chain
Aktivitas tersebut diatas dapat dijabarkan lagi secara detail dalam 2 kategori yaitu Aktivitas
Primer dan Aktivitas Pendukung. Berdasarkan hasil identifikasi maka diperoleh aktivitas yang
mendukung aktivitas primer dan aktivitas yang mendukung aktivitas pendukung.
Berdasarkan kebutuhan yang teridentifikasi dalam tinjauan literature, maka dapat dibuat suatu
matriks penilaian dengan menggunakan pendekatan maturity model untuk melaksanakan value
chain analysis. Dalam penelitian ini, kelima level maturity level adalah sebagai berikut: (1) skor 0
jika tidak ada aktivitas, (2) skor 1 – undefined – telah ada proses, namun masih apa adanya, tidak
terdokumentasi dan tidak standar, (3) skor 2 – defined – proses telah dilakukan secara berulang,
(4) skor 3 – manageable – proses telah terstandar dan konsisten serta terukur, (5) skor 4 –
collaborative – proses telah terkolaborasi dengan supplier dan customer, (5) skor 5 – leading -
proses telah terkolaborasi dengan supplier dan customer telah dievaluasi secara periodik untuk
pengembangan.

Hasil identifikasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Identifikasi Aktivitas dan Maturity level dalam Analisis Value Chain
Jenis Kelompok Aktivitas yang ada di IHP Bintaro MODUS
Aktivitas Aktivitas
Inbound Logistic - Perencanaan kebutuhan bahan yang akan dibeli 1
- Transportasi Pengiriman bahan baku kain ke 2
TWINS Hijab
Operation - Persiapan 3
- Membuat desain 2
- Membuat Pola 2
- Pengukuran 3
- Pemotongan kain 3
- Transportasi pengiriman kain yang telah 2
dipotong dan terpola ke penjahit

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-93
Sudarwati, Prasetyawati

- Transportasi pengambilan hasil jahitan hijab 2


Aktivitas - Pengecekan hasil jahitan 3
Primer - Pengemasan 3
Outbound Logistic - Menerima pesanan 3
- Menyiapkan pesanan 3
- Mengirimkan pesanan 3
Pemasaran dan - Promosi instagram, shopee (update konten) 3
penjualan - Penetapan harga 2
- Pemilihan agen distribusi 1
Pelayanan - Komitmen kualitas produk 1
(Services) - Penyesuaian produk 2
Procurement - Perencanaan kebutuhan bahan yang akan dibeli 2
- Pembelian bahan baku
- Pemilihan bahan utama dan pendukung 3
3
Technology
Aktivitas Development
Pendukung Human Resource - Kompensasi Untuk semua jenis 2
Management personel

Firm - Manajemen Umum 1


Infrastruceture

Berdasarkan hasil identifikasi aktivitas yang dilakukan oleh industri hijab pemula tersebut dapat
dilihat, bahwa dalam aktivitas value chain, terdapat aktivitas yang belum dilaksanakan oleh
industri hijab pemula, yaitu: aktivitas technologi Development. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa aktivitas yang paling rendah tingkat maturitynya memiliki nilai rendah (skor
1) diantaranya:
1. Perencanaan kebutuhan bahan yang akan dibeli, Aktivitas ini dinilai rendah karena dalam
hal perencanaan kebutuhan bahan yang akan dibeli pemilik TWINS Hijab hanya
merencanakan kebutuhan tersebut pada saat akan pergi ke pasar mayestik untuk membeli
bahan baku yang habis dan dilihat juga atas dasar perkiraan jumlah permintaan.
Perencanaan tersebut tidak terdokumentasi dan kebutuhan tidak dihitung detail.
2. Pemilihan agen distribusi, Aktivitas pemilihan agen distribusi ini termasuk kategori nilai
maturity rendah. Pada dasarnya dalam pemilihan agen distribusi , TWINS Hijab tidak
memiliki kriteria khusus . sehingga tidak ada pemilihan agen distribusi secara spesifik.
Tidak ada dokumentasi dalam pemilihan agen.

IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil identifikasi diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil identifikasi menyebutkan bahwa industri hijab pemula telah melakukan aktivitas
primer diantaranya inbound logistic, operation, Outbound Logistic, Pemasaran dan
penjualan, services dan aktivitas pendukung meliputi procurement, technology
development, Human resources management, firm infrastructure. Dimana dari kelompok
aktivitas tersebut ada kelompok yang secara rata – rata menjalankan aktivitas secara
berulang dan sesuai standar yaitu inbound logistic, outbound logistic, pemasaran dan
penjualan. Dan ada pula yang secara rata – rata tidak menjalankan aktivitas yaitu human
resources management.
2. Aktivitas yang masih memiliki nilai level maturity rendah bisa dioptimalkan dengan cara
melakukan perencanaan pengembangan industri hijab pemula sehingga atas dasar
perencanaan tersebut bisa dioptimalkan seluruh aktivitasnya.

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-94
Identifikasi Aktivitas Rantai Nilai Dalam Upaya Meningkatkan Value Added Pada Industri Hijab Pemula

DAFTAR PUSTAKA
Harsono Budi (2014), Tiap orang Bisa Menjadi Pengusaha Sukses melalui UMKM, PT. Gramedia Jakarta
Jerusalem Muhammad Adam ( 2011) , “Model pengembangan industri kecil bidang fesyen “, Prosiding
Seminar Nasional TIK, UNESA
Porter Michael E. (1993), “Competitive Advantage”, The Value Chain and competitive advantage, hlm. 33-
59, New York: The Free Press.
Pangestu Marie Elka (2007), studi industri kreatif Indonesia 2007, Jakarta, Departemen Perdagangan RI
Pangestu Marie Elka (2008), Pengembangan Industri kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif Indonesia 2025,
Jakarta, Departemen Perdagangan RI
Pujawan I Nyoman (2010), Supply Chain Management, ITS Surabaya, Gunawidya
Suhartini; Evi Yuliawati 2014, “Analisis Value Chain Untuk Peningkatan Daya Saing Produk Batik”,
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI A-18-1, Indonesia: Program Studi MMT-ITS
Satria Dias (2011), strategi pengembangan industri kreatif untuk meningkatkan daya saing pelaku ekonomi
local, jurnal aplikasi manajemen volume 9 nomor 1

SNTI dan SATELIT, 4-6 Oktober 2017, Batu


H-95

Anda mungkin juga menyukai