Anda di halaman 1dari 110

STRATEGI GURU PAI DALAM MENCERDASKAN

EMOSIONAL ANAK DI PONDOK PESANTREN SIGHOR


PUTRI DARUL QUR’AN TANGERANG

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Hayatun Nufus

NIM. 14311352

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

TAHUN 1439 H / 2018 M


STRATEGI GURU PAI DALAM MENCERDASKAN
EMOSIONAL ANAK DI PONDOK PESANTREN SIGHOR
PUTRI DARUL QUR’AN TANGERANG

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Hayatun Nufus

NIM. 14311352

Pembimbing:

Dr. KH. Ahmad Dimyathi Badruzzaman, MA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

TAHUN 1439 H / 2018 M


ABSTRAK

Nama Hayatun Nufus, Judul Skripsi “Strategi Guru PAI dalam


Mencerdaskan Emosional Anak di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`an Sighor Putri Tangerang”. Prodi Pendidikan Agama Islam, tahun
2018.

Kecerdasan emosional sangat berperan penting dalam kesuksesan seseorang.


Agar kecerdasan emosional anak berkembang dengan baik maka diperlukan
strategi yang tepat dalam proses pendidikan. Permasalahan yang sering kali
dijumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran Agama Islam adalah
bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik agar diperoleh
hasil yang efektif dan efisien serta dapat meningkatkan kecerdasan emosional
anak. Selain itu juga sering didapati kurangnya perhatian guru agama
terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam upaya peningkatan
mutu secara baik. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya strategi guru
PAI dalam mencerdaskan emosional anak. Adapun rumusan masalah pada
penelitian ini yaitu bagaimana strategi guru PAI dalam proses belajar dan
cara mengevaluasi strategi guru PAI di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`an Sighor Putri Tangerang dalam mencerdaskan emosional anak?. Untuk
menjawab rumusan masalah tersebut digunakan metode penelitian penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Dari hasil penelitian
diperolehkesimpulan bahwa Strategi Guru PAI dalam Mencerdaskan
Emosional Anak yaitu dengan menerapkan “Metode pembiasaan” yang
dimulai dari guru terlebih dahulu, penyampaian langsung ke psikomotorik
anak, seperti mempersiapkan rencana pembelajaran (i’dad tadris) sebelum
mengajar, menggunakan media dan metode pembelajaran yang tepat sesuai
kondisi kelas, pendekatan langsung, tanya jawab, dan pengkondisian anak
pada awal pembelajaran.

Kata kunci: Strategi Guru PAI dan Kecerdasan Emosional

xix
DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing ....................................................................... i

Lembar Pengesahan ............................................................................... ii

Pernyataan Penulis ................................................................................. iii

Motto ...................................................................................................... iv

Persembahan .......................................................................................... v

Kata Pengantar ....................................................................................... vi

Pedoman Transliterasi ............................................................................ ix

Daftar Isi ................................................................................................ xii

Daftar Tabel . .......................................................................................... xvi

Daftar Lampiran . .................................................................................... xviii

Abstraksi ................................................................................................ xix

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah . ............................................................... 6
D. Rumusan Masalah .................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 7

xii
G. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 9
H. Sistematika Penulisan ............................................................... 15

BAB II. KAJIAN TEORI


A. Strategi Pembelajaran ............................................................... 17
1. Pengertian Strategi Pembelajaran . ...................................... 17
2. Strategi Dasar Pembelajaran .............................................. 19
3. Metode Pembelajaran . ........................................................ 20
4. Komponen Strategi Pembelajaran ...................................... 21
B. Guru Pendidikan Agama Islam ................................................ 23
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................. 23
2. Pengertian Guru .................................................................. 24
3. Pengertian Guru PAI .......................................................... 29
C. Kecerdasan Emosional Anak .................................................... 31
1. Pengertian Kecerdasan Emosional ..................................... 31
2. Emosi Dasar Manusia dalam Al-Qur`an ............................ 32
3. Cara Menstimulasi Kecerdasan Emosi ............................... 36
4. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional . ........................................ 37
5. Pengertian Anak . ................................................................ 39
6. Kecerdasan Emosional Anak .............................................. 41

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 43
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian . ............................................... 43
C. Fokus Penelitian ......................................................................... 44
D. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................... 45
E. Sumber ....................................................................................... 45
F. Populasi dan Sampel . ................................................................. 46

xiii
G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 47
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................... 50

BAB IV. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA


A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an
Sighor Putri Tangerang .............................................................. 53
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`an Sighor Putri Tangerang ............................................ 53
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an
Sighor Putri Tangerang ........................................................ 54
3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`an Sighor Putri Tangerang ............................................ 55
4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa ................................... 57
5. Sistem Pembelajaran dan Kurikulum yang digunakan
Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri
Tangerang ............................................................................ 60
B. Proses Pelaksanaan Pembelajaran PAI di Pondok Pesantren
Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang ........................ 61
C. Analisis Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Mencerdaskan Emosional Anak di Pondok Pesantren
Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang ........................ 64
1. Strategi Guru PAI dalam Mencerdaskan Emosional
Anak di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an
Sighor Putri Tangerang ........................................................ 64
2. Tingkat Keberhasilan Guru PAI dalam Meningkatkan
Kecerdasan Emosional Anak di Pondok Pesantren
Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang .................. 70

xiv
3. Pengukuran Kecerdasan Emosional Anak di Pondok
Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri
Tangerang ............................................................................ 73

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 93
B. Saran ......................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 95


LAMPIRAN-LAMPIRAN

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat penting dalam pembelajaran di


sekolah karena di dalamnya tidak hanya mempelajari hubungan antar sesama
manusia tapi juga membahas tentang hubungan manusia terhadap lingkungan
dan manusia kepada Sang Pencipta. Pendidikan Agama Islam sudah menjadi
satu mata pelajaran yang wajib ada dan diajarkan pada semua sekolah umum
Negeri maupun sekolah swasta yang berbasis agama Islam.

Strategi pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang berisi


tentang rangkaian kegiatan dan langkah-langkah yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dalam sebuah lembaga sekolah sangat
diperlukan strategi pembelajaran untuk setiap mata pelajaran, tidak terkecuali
mata pelajaran PAI. Strategi pembelajaran PAI merupakan rangkaian
kegiatan dan langkah-langkah pembelajaran PAI yang didesain sebagai upaya
untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Pasal 3 No. 20 Tahun


2003 tentang fungsi dan tujuan pendidikan Nasional menyatakan bahwa
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Maha Esa, berakhlak Mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.”1

1
Undang-undang RI No.20 tahun 2003.

1
2

Untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional tersebut, tenaga pendidik


khususnya guru sangat memerlukan berbagai macam pengetahuan,
keterampilan keguruan dan memiliki kemampuan yang memadai dalam arti
sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan teknologi. Strategi pembelajaran
merupakan salah satu pengetahuan yang harus dikuasai seorang guru dalam
merealisasikan pembelajaran yang tepat dalam mencapai tujuan pendidikan.

Dalam Islam, strategi pembelajaran sudah diajarkan Allah SWT lewat


firman-Nya dalam Q.S. An-Nahl ayat 125.

ِ ِ ِ ْ ‫اْلِكْم ِة والْمو ِعظَِة‬


ْ ‫اْلَ َسنَة ۖ َو َجاد ْْلُ ْم بِالَِّ ْت ه َي أ‬
‫َح َس ُن ۖ إِ َّن‬ َْ َ َ ْ ‫ك ب‬
ِ َ ِّ‫ْادعُ إِ َ ىل سبِْي ِل رب‬
َ َ
)‫ض َّل َع ْن َسبِْيلِ ِه ۖ َوُه َو أ َْعلَ ُم بِالْ ُم ْهتَ ِديْ َن(سورة النحل‬
َ ‫ك ُه َو أ َْعلَ ُم ِِبَ ْن‬
َ َّ‫َرب‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (Q.S.An-Nahl [16]: 125)
Dalam ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa dalam proses
pembelajaran diperlukan adanya strategi pembelajaran sebagai keterampilan
pendidik dalam memberikan pengajaran yang tepat dan membantu
mempermudah guru dalam mengajarkan materi kepada peserta didik.
“Strategi mengajar juga tidak terlepas dari metode mengajar, karena
merupakan kiat praktis yang dipakai guru untuk mengajarkan materi
pelajaran tertentu dengan metode mengajar tertentu pula seperti metode
ceramah, metode ceramah plus dan sebagainya.”2

Strategi pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai


beberapa strategi dasar yang harus dilakukan seorang guru yaitu

2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),
h. 210-211.
3

mengidentifikasikan perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik,


memilih dan menetapkan prosedur, metode, teknik dan sistem pendekatan
belajar mengajar serta menetapkan norma-norma dan batas minimal
keberhasilan. Peran seorang guru juga sangat penting dalam realisasi
perencanaan strategi dasar yaitu sebagai fasilitator, mediator dan
mengarahkan gagasan dan ide-ide peserta didik. Strategi dasar ini bertujuan
untuk mempermudah guru dalam proses Transfer of Knowladge dan
menyampaikan berbagai informasi dalam pembelajaran.3
Dunia pendidikan dalam menghasilkan pembelajaran yang optimal
masih berorientasi pada 9 kecerdasan salah satunya yaitu kecerdasan
emosional (Emosional Quotient). Kecerdasan emosional adalah suatu
keadaan yang bergejolak dalam individu. Jika emosi tidak dapat dikuasai atau
melebihi batas, ia bisa menyebabkan hubungan individu dengan dunia luar
terputus. Bentuk-bentuk reaksi emosional biasanya meliputi rasa takut,
khawatir, marah, terkejut, gembira dan cemburu, kemampuan memotivasi
diri sendiri, mengatasi frustasi, mengatur suasana hati, berempati serta
kemampuan bekerja sama.
Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda,
tetapi saling melengkapi, dengan kecerdasan akademik, yaitu kemampuan-
kemampuan kognitif murni yang diukur dengan Intelligence Qoutient (IQ),
meskipun IQ tinggi, tetapi bila kecerdasan emosional rendah tidak banyak
membantu. Banyak orang cerdas, dalam arti terpelajar tetapi tidak

3
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), h. 129.
4

mempunyai kecerdasan emosi, ternyata bekerja menjadi bawahan orang yang


IQ-nya lebih rendah tetapi unggul dalam keterampilan kecerdasan emosi. 4
Kecerdasan emosional merupakan salah satu cara mengatasi
permasalahan yang terjadi sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dan
terlaksana dengan baik. Oleh karena itu kecerdasan emosional sangat penting
dalam meningkatkan prestasi belajar dan kesuksesannya di masyarakat.
Individu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti
kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi
untuk berprestasi.

Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran, khususnya


pengajaran Agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada
siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Di
samping masalah lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya
perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam
upaya peningkatan mutu secara baik.5

Oleh karena itu, pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan
karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan di mana pengajaran
berlangsung. Bila ditinjau secara lebih teliti sebenarnya keunggulan suatu
metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain; tujuan,
karakteristik siswa, situasi dan kondisi, kemampuan dan pribadi guru, serta
sarana dan prasarana yang digunakan.

Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang


sederajat dengan Sekolah Dasar (SD) yang khusus untuk putri yang berada
dalam naungan Yayasan PPPA Daarul Qur`an yang dibina oleh Ustad Yusuf

4
Agus Nggermanto, Quantum Quetion kecerdasan Quantum, (Bandung: Penerbit
Nuansa, 2001), h. 106.
5
Baharuddin, Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 75.
5

Mansur. Ditambah lagi dengan ke-khas-an Daarul Qur`an, bahwa setiap anak
menjadi penghafal Al-Qur`an. Terdapat beberapa perbedaan Pondok
Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri dengan SD lain, salah satunya
pada mata pelajaran PAI. Mata pelajaran PAI yang ada di Pondok Pesantren
Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri dalam kurikulum yang mencakup di
antaranya; Tahfîzh al-Qur`ân, Tahsîn al-Qur`ân, metode ngaji yanbû’â,
Akidah Akhlak, Sîrâh, Imla, Al-Qur`ân hadîts, do’a harian, Mahfûdzât dan
Mufrâdât, sedangkan yang di luar PAI diantaranya; vocabulary, english,
arabic, indonesia, science, civic education, sosial, math, art dan culture.

Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang


“Strategi Guru PAI dalam Mencerdaskan Emosional Anak diPondok
Pesantren Tahfizh Daarul Qur`anSighor Putri, Tangerang.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, memperolah
beberapa identifikasi masalah, yaitu:
1. Pengaruh mata pelajaran PAI terhadap kecerdasan emosional
2. Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa
3. Strategi pembelajaran emotional quetient (EQ) dalam proses
pembelajaran
4. Strategi guru PAI dalam mencerdaskan emosional anak
5. Peranan guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan siswa
6. Teknik evaluasi strategi guru PAI dalam mencerdaskan emosional anak
6

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut penulis membatasi ruang lingkup


permasalahan yang akan dibahas. Hal ini dilakukan agar pembahasannya
tidak terlalu luas kepada aspek-aspek yang jauh relevansi sehingga penelitian
itu lebih fokus untuk dilakukan
Pembatasan masalahnya di ambil dari poin ke-4 dari identifikasi
masalah yaitu strategi guru PAI dalam mencerdaskan emosional anak di
Pondok Pesantren TahfizhDaarul Qur`anSighor Putri, Tangerang.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang disajikan pada latar belakang di atas,
maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi guru PAI dalam proses belajar mengajar di Pondok
Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang?
2. Bagaimana mengevaluasi strategi guru PAI di Pondok Pesantren Tahfizh
Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang dalam mencerdaskan emosional
anak?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui strategi guru PAI dalam proses belajar mengajar di


Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang
2. Untuk mengevaluasi strategi guru PAI di Pondok Pesantren Tahfizh
Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang dalam mencerdaskan emosional
anak
7

F. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang penulis kemukakan di atas maka manfaat
dari penelitian tersebut adalah:
1. Secara Teoritis
Manfaat teoritis menjelaskan bahwa hasil penelitian tersebut
bermanfaat dalam memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya
konsep-konsep dan teori-teori terhadap ilmu pengetahuan.
Adapun manfaat dan hasil penelitian ini secara teoritis dapat
membantu para guru PAI dalam memperkaya wawasannya dalam
melaksanakan tugasnya khususnya guru di Pondok Pesantren Tahfizh
Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang agar dapat meningkatkan
keterampilannya mengajar dalam mengembangkan kecerdasan emosional
peserta didik serta meningkatkan prestasinya terutama dalam bidang studi
Pendidikan Agama Islam.
2. Secara praktis
Manfaat praktis menjelaskan bahwa hasil penelitian bermanfaat
memberikan sumbangan pemikiran dalam pemecahan masalah yang
berhubungan dengan topik atau tema sentral dari suatu penelitian, untuk
memperbaiki, meningkatkan suatu keadaan berdasarkan penelitian yang
dilakukan.
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat
menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan
dengan masalah strategi guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan
emosional peserta didik serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang meningkatkan keterampilan dan strategi yang tepat bagi guru agar
kecerdasan emosional anak lebih berkembang.
Selanjutanya penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi
penetapan metode dan model pengajaran yang tepat bagi pendidik dalam
8

meningkatkan perkembangan kecerdasan emosional anak dan kesuksesan


anak dalam berprestasi.
Dan juga sebagai bahan evaluasi bagi lembaga pendidikan,
khususnya di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri,
Tangerang terhadap strategi pembelajaran PAI dalam mengembangankan
kecerdasan emosional siswa dan meningkatkan prestasi belajar anak didik.

G. Tinjauan Pustaka
1. Latifatunnisak Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta Tahun 2013, menulis skripsi dengan judul “Pengembangan
Kecerdasan emosional (EQ) dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Godean”.
Dalam skripsi ini, objek yang diteliti adalah siswa kelas VIII
MTsN Godean. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
lapangan (Field Research) dan menggunakan metode kualitatif.
Sedangkan dalam pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi.

Kesimpulan dalam skripsi ini adalah aspek kecerdasan


emosional (EQ) yang dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan
Agam Islam (PAI) siswa kelas VIII MTsN Godean adalah empati,
sikap hormat, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengelola
emosi, kemampuan menyelesaikan masalah antar pribadi, kemarahan
motivasi, kemandirian, ketekunan dan kemampuan menyesuaikan diri.
Sedangkan metode yang digunakan guru PAI dalam mengembangkan
kecerdasan siswa adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja
kelompok, pemberian tugas, disiplin dan tepat waktu, membaca do’a
sebelum belajar dan tadarus Al-Qur`an.
9

Persamaan dari judul skripsi Latifatunnisak dengan penulis


adalah membahas tentang kecerdasan emosional anak. Perbedaannya
yaitu pada skripsi Latifatunnisak dengan penulis yaitu berbedanya
objek penelitian, dalam skripsi Latifatunnisak objek penelitiannya pada
Madrasah Tsanawiyah Negeri Godean, sedangkan penulis akan
mengambil objek penelitian di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`an Sighor Putri, Tangerang

2. Siti Aminah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah


dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1435 H/2014 M,
menulis skripsi dengan judul “Peningkatan Kecerdasan emosional (EQ)
Siswa Melalui Metode Video Critic Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam”. Studi kasus siswa kelas VII di SMPI At-Taqwa
Pamulang Kota Pamulang Selatan Tahun Ajaran 2013/2014.

Dalam skripsi ini objek yang diteliti adalah siswa kelas VII
SMP Islam At-Taqwa Pamulang Kota Pamulang Selatan. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau
Classroom Research (CAR) yang terdiri dari 2 siklus. Metode
penelitiannya adalah dengan menggunakan metode kuantitatif. Sumber
data dalam penelitian ini adalah siswa, guru kelas dan peneliti. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini adalah angket, observasi dan
wawancara.

Presentasi siswa pada siklus I yaitu 64,76%, dan setelah


dilakukan perbaikan pada siklus II rata-rata presentasi siswa yaitu
75,59%. Selain itu peningkatan juga terlihat dari hasil angket setelah
penggunaan metode video critic pada siklus I yaitu 64,84% dan siklus
II yaitu 73,33%. Secara keseluruhan penelitian ini berhasil
10

membuktikan bahwa kecerdasan emosional (EQ) dapat ditingkatkan


menggunakan metode video critic dalam pembelajaran SKI.

Persamaan dari judul skripsi Siti Aminah dengan penulis adalah


membahas tentang kecerdasan emosional anak. Perbedaannya yaitu
pada skripsi Siti Aminah dengan penulis yaitu dalam skripsi Siti
Aminah menjelaskan tentang metode kritik pada mata pelajaran sejarah
kebudayaan Islam, sedangkan penulis akan menjelaskan tentang
strategi pembelajaran PAI yang ada di Pondok Pesantren Tahfizh
Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang.

3. Miftahudin Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan


Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto tahun
2016, menulis skripsi dengan judul Strategi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri Pekuncen Banyumas.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan
(field research) dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Sedang proses pengumpulan data di lakukan dengan menggunakan
metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Subjek dari penelitian
ini yaitu guru PAI, siswa dan kepala sekolah SMP N 2 Pekuncen.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa penerapan
strategi pembelajaran di SMP Negeri 2 Pekuncen Banyumas tidak
hanya menggunakan satu strategi saja dalam proses pembelajarannya,
melainkan menggunakan kombinasi dari berbagai metode diantaranya;
strategi pembelajaran ekspositori, strategi pembelajaran kontekstual,
strategi pembelajaran aktif jenis peer lesson, strategi pembelajaran aktif
jenis Modelling The Way, strategi pembelajaran aktif jenis information
search dan strategi pembelajaran jenis Roll Playing.
11

Penerapan strategi pembelajaran di SMP N 2 Pekuncen secara


umum sudah sesuai dengan teori strategi pembelajaran. Namun sebagai
upaya penyesuaian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
efektif dilakukan inovasi sebagai pengembangan dari strategi
pembelajaran yang ada.
Persamaan dari judul skripsi Miftahudin dengan penulis adalah
membahas tentang strategi pembelajaran PAI. Perbedaannya yaitu pada
skripsi Miftahudin dengan penulis yaitu berbedanya objek penelitian,
dalam skripsi Miftahudin objek penelitiannya pada SMP Negeri
Pekuncen Banyumas, sedangkan penulis akan mengambil objek
penelitian di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri,
Tangerang.
4. Zizwatul Amriyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta (IIQ Jakarta) Tahun 1438 H/2017 M,
menulis skripsi dengan judul “Strategi Pembelajaran Spiritual Quetient
(SQ)” studi kasus di SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon.

Kecerdasan spiritual sangat berperan penting dalam kehidupan


karena keberadaan kecerdasan spiritual ini akan menumbuhkan sikap-
sikap yang positif. Apabila kecerdasan spiritual sudah terbentuk maka
timbullah keselarasan antara manusia sebagai makhluk dengan
Khaliqnya, antara manusia dengan manusia lainnya sebagai makhluk
sosial dan bahkan manusia dengan alam.

SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon mempunyai latar belakang nilai


keislaman yang kuat, dan fokus mengembangkan tiga kecerdasan salah
satunya yaitu Spiritual Quetient (SQ) yang memfokus dalam hal
akidah, ibadah dan akhlak.
12

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 25 April-29 mei 2017.


Objek yang diteliti siswa-siswi SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus dengan
menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi dan
kuesioner/angket.

Dari analisa penelitian ini penulis mengambil kesimpulan


bahwa standar proses pendidikan yang diselenggarakan di SMA Islam
Al-Azhar 5 Cirebon sesuai dengan Peraturan Pemerintah Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016. Kemudian tujuan
pendidikan di SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon sesuai dengan tujuan
pendidikan Nasional seperti yang tertera dalam UUD Nomor 20 Tahun
2003 yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Semua mata pelajaran yang ada di SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon
dilengkapi dengan nilai-nilai Al-Qur`an. Guna mencapai misi sekolah
yaitu mewujudkan lembaga pendidikan yang bernuansa IMTAQ dan
IPTEK, menjadikan lembaga yang unggul, mengembangkan syiar
Islam antara sekolah dengan orangtua dan masyarakat. Dalam kegiatan
pembelajarannya menggunakan pendidikan yang mengembangkan
kecerdasan, penjelasan di atas merupakan strategi yang tidak berdiri
sendiri saling melengkapi sehingga menjadi strategi yang terpadu
(integrated).

Persamaan dari judul skripsi Zizwatul Amriyah dengan penulis


adalah membahas tentang strategi pembelajaran. Perbedaannya yaitu
13

pada skripsi Zizwatul Amriyah dengan penulis yaitu berbedanya objek


penelitian, dalam skripsi Zizwatul Amriyah objek penelitiannya pada
SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon, sedangkan penulis akan mengambil
objek penelitian di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor
Putri, Tangerang.

5. Abiila Zainatul Millah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas


Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta (IIQ Jakarta) Tahun 1438
H/2017 M, menulis skripsi dengan judul “Pengaruh Keistiqamahan
Pelaksanaan Salat Tahajud Terhadap Kecerdasan emosional (EQ)”
studi kasus siswa SMP An-naja Islamic Boarding School, Cipeundeuy,
Bandung Barat.

Dalam skripsi ini objek yang diteliti adalah siswa SMP Islamic
Boarding School, Cipeundeuy, Bandung Barat. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dengan
menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini terdapat 2 variabel,
pertama yaitu variabel keistiqomahan salat tahajjud (variabel X) dan
kedua yaitu variabel kecerdasan emosional (EQ) (variabel Y). Populasi
yang diteliti adalah siswa-siswi SMP Islamic Boarding School
sebanyak 136 siswa dan sampel yang diambil adalah 25% dari populasi
yaitu 34 siswa. Peneliti menggunakan sampel random (random
sampling) yaitu pengambilan sampel secara acak dari dua kelas. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi
dokumentasi dan kuesioner/angket.

Berdasarkan dari hasil analisis, menghasilkan nilai rxy 0,639


lebih besar daripada rtabel pada taraf signifikan 5% yaitu 0,325 dan 1%
yaitu 0,418 maka Hipotesis Alternatif (Ha) diterima sedangkan
Hipotesis Nihil (Ho) ditolak. Kesimpulannya yaitu terdapat pengaruh
14

positif yang signifikan antara veriabel X (keistiqomahan salat tahajjud)


terhadap variabel Y (kecerdasan emosional (EQ)). Semakin
keistiqomahan salat tahajjud dilaksanakan tanpa terputus setiap harinya
maka akan meningkatkan kecerdasan emosional (EQ) seseorang,
siapapun dan dengan berbagai profesi apapun.

Persamaan dari judul skripsi Abiila Zainatul Millah dengan


penulis adalah membahas tentang kecerdasan emosional anak.
Perbedaannya yaitu pada skripsi Abiila Zainatul Millah dengan penulis
yaitu berbedanya pembahasan yang diteliti, pada skripsi Abiila Zainatul
Millah membahas tentang pengaruh keistiqomahan salat tahajjud
terhadap kecerdasan emosional, sedangkan penulis akan membahas
tentang strategi guru PAI dalam mencerdaskan emosional anak.

H. Sistematika Penulisan
Penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan
Disertasi yang diterbitkan oleh Insitut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta revisi
tahun 2017. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, bab ini mencakup pembahasan mengenai, Latar


Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II Kajian Teori, bab ini mencakup landasan teoritis yang mendukung
yaitu meliputi pengertian strategi pembelajaran, strategi dasar
pembelajaran, metode pembelajaran, komponen strategi
pembelajaran, pengertian Pendidikan Agama Islam, pengertian
guru, pengertian kecerdasan emosional, emosi dasar manusia
dalam Al-Qur`an, cara menstimulasi kecerdasan emosi, ciri-ciri
15

kecerdasan emosional, pengertian anak dan kecerdasan emosional


anak.
BAB III Metode Penelitian, bab ini meliputi pembahasan mengenai jenis
penelitian, subjek, tempat dan waktu penelitian, serta desain
prosedur penelitian (metode penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data)
BAB IV Hasil Penelitian, bab ini meliputi pembahasan yang mencakup
gambaran umum objek penelitian, deskripsi data dan analisa data
serta interpretasi data.
BAB V Penutup, bab ini membahas tentang penutup yang berisi
kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Dalam proses pendidikan, diperlukan perhitungan tentang
kondisi dan situasi di mana proses tersebut berlangsung dalam
jangka waktu panjang. Dengan perhitungan tersebut tujuan yang
hendak dicapai menjadi terarah karena segala sesuatunya
direncanakan secara matang.
Strategi biasanya berkaitan dengan taktik (terutama banyak
dikenal dalam lingkungan militer). Taktik adalah segala cara dan
daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar
memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Dalam
pendidikan dipergunakan istilah metode atau teknik.1
Strategi pada intinya adalah langkah-langkah yang terencana
dan bermakna luas dan mendalam serta berdampak jauh ke depan
dalam menggerakkan seseorang agar kemampuan dan kemauannya
sendiri dapat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
belajar.2
Menurut Muhibbin Syah, strategi mengajar (teaching strategy)
didefinisikan sebagai “sejumlah langkah yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.”3
Sebagai contoh, untuk memperoleh perhatian siswa yang sedang

1
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam:Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 39.
2
Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2014), h. 209.
3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: dengan Pendekatan Baru,(Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2010) h. 211.

17
18

mengikuti uraian pelajaran secara lisan (metode ceramah) guru dapat


melakukan peragaan.
Strategi dalam pembelajaran adalah suatu prosedur yang
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran sebagai sarana
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.4
Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan
kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa,
peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.5
Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada
dengan pendapat di atas, Dick dan Carey juga menyebutan bahwa
strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
6
menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran adalah prosedur dan langkah-langkah
terencana yang harus dilaksanakan oleh guru yang meliputi kegiatan
pembelajaran, pengorganisasian materi pelajaran,

4
Winarno, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2014), h. 73.
5
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2013), h. 209.
6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2006), h. 126.
19

metodepembelajaran dan lain sebagainya yang bertujuan agar


mengarahkan pembelajaran siswa menjadi terarah dan tersusun
hingga dapat terlaksana secara efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan pendidikan dan pembelajaran tertentu.

2. Strategi Dasar Pembelajaran


Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang
meliputi hal-hal berikut:
a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana
yang diharapkan.
b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan
aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau
kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan
belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan
balikbuat sistem instruksional yang bersangkutan secara
keseluruhan.7
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran mempunyai strategi dasar yang menjadi pokok
masalah yang sangat penting yang dapat dijadikan pedoman dalam

7
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), h. 5-6.
20

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sehingga memberikan hasil


yang sesuai dengan yang diharapkan.

3. Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu upaya mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.8 Dengan demikian,
dalam satu strategi pembelajaran bisa menggunakan beberapa
metode.
Ada beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan
untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran.
a. Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan
pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung
kepada sekelompok siswa.9
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya
atau hanya sekadar tiruan.10
c. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua
arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan

8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 124.
9
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 145.
10
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 150.
21

siswa. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal


balik secara langsung antara guru dan siswa.11
d. Metode Diskusi
Metode diskusi pada dasarnya adalah bertukar informasi,
pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan
maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan
lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang
dibahas.12
e. Metode Pemberian Tugas
Metode ini dapat dilakukan dalam bentuk tugas/kegiatan
individual maupun kerja kelompok seperti mengerjakan soal-soal,
mengumpulkan kliping, dan sebagainya, dan dapat merupakan
unsur penting dalam pendekatan pemecahan masalah (Problem
Solving).13

4. Komponen Strategi Pembelajaran


Berdasarkan pengalaman dan uji coba para ahli, terdapat
beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam menetapkan
strategi pembelajaran. Di antaranya yaitu; penetapan perubahan
yang diharapkan, penetapan pendekatan, penetapan metode dan
penetapan norma keberhasilan.
Yang dimaksud dengan penetapan perubahan yang diharapkan
yaitu meliputi perubahan pada peserta didik baik dari aspek
wawasan, pemahaman, keterampilan, sikap dan lain sebagainya.

11
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S., Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 106.
12
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S., Perencanaan Pembelajaran, h. 106.
13
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S., Perencanaan Pembelajaran, h. 107.
22

Sedangkan penetapan pendekatan yaitu berkaitan dengan cara


pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif
untuk mencapai sasaran.
Penetapan metode sangat penting dalam mendukung kegiatan
belajar mengajar. Penggunaan metode tersebut selain harus
mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai, juga harus
memperhatikan bahan pelajaran yang akan diberikan kondisi anak
didik, lingkungan dan kemampuan dari guru itu sendiri.14
Selain penetapan metode, menetapkan norma keberhasilan
juga merupakan hal penting dalam kegiatan pembelajaran.
Seseorang anak didik dapat dikategorikan sebagai anak yang
berhasil, dapat dilihat dari berbagai segi, seperti dari keaktifannya
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, tingkah laku
sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial,
kepemimpinan, prestasi olahraga, keterampilan, ketekunan dalam
beribadah, akhlak dan kepribadiannya dan lain sebagainya.15
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulakn bahwa strategi
pembelajaran punya komponen-komponen yang penting dan harus
dilaksanakan untuk menggerakkan peserta didik agar mau melakukan
kegiatan belajar mengajar dengan kemauan dan kemampuannya
sendiri, sehingga memudahkan proses terlaksananya kegiatan
pembelajaran.

14
Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, h. 210-214.
15
Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, h. 215.
23

B. Guru Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan
negara.16
Secara etimologi pendidikan berasal dari kata at-Tarbiyah
yang berarti pendidikan, pengasuhan, dan sebagainya. Pendidikan
at-Tarbiyah merupakan “upaya yang mempersiapkan individu untuk
kehidupan yang lebih sempurna etika, sistematis dalam berpikir,
memiliki kemajuan intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi
kepada yang lain, berkompetensi dalam mengungkap bahasa lisan
dan tulisan, serta memiliki beberapa keterampilan.”17
Jadi, pendidikan agama Islam adalah upaya atau proses
secara sadar dalam transfer of knowlagde and value yaitu disiplin
ilmu yang mengajarkan tidak hanya ilmu pengetahuan saja, akan
tetapi juga mengajarkan nilai serta pembentukan perilaku atau sikap
seorang siswa berdasarkan ajaran agama Islam dari Allah SWT dan
Rasul-Nya sehingga mencapai tidak hanya tujuan pendidikan akan
tetapi disertai dengan mencapai ridhâ Allah SWT dan Rasul-Nya.

16
Undang-undang RI No.20 tahun 2003.
17
Ramayulis, Ilmu Pendidika Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), h. 16.
24

2. Pengertian Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang
berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan
yangdimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang
yang cerdas18
Pendidik adalah tokoh masyarakat dan mereka yang
memfungsikan dirinya untuk mendidik. Siapa saja yang dapat
menjadi pendidik dan melakukan upaya untuk mendidik secara
formal maupun nonformal. Para pendidik dikenal dengan sebutan
guru atau ustâdz pada sekolah agama.19
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik
di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa
ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.20
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas
utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas
tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau
keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik
tertentu.21
Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang
yang mengajar. Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher yang
berarti pengajar. Selain itu terdapat kata tutor yang berarti guru

18
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h. 112.
19
Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012) h. 54.
20
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) h.
42.
21
Sudarwan Danim, Propesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung:Alfabeta,
2013), h. 17.
25

pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstra, mengajar les


tambahan pelajaran.22 Sedangkan dalam bahasa Arab istilah yang
mengacu kepada pengertian guru yang lebih banyak lagi seperti al-
„Âlim (jamaknya „ulamâ) atau al-Mu‟allim yang berarti orang yang
mengetahui atau banyak digunakan para ulamâ/ahli pendidikan
untuk menunjukkan pada hati guru.23
Selanjutnya jika melihat pada Al-Qur`an dan al-Sunnah,
dijumpai pula istilah yang merujuk kepada pengertian guru atau
orang yang berilmu lebih banyak lagi. Ada beberapa istilah yang
berhubungan dengan guru, diantaranya:
Pertama, istilah ulamâ, merupakan bentuk jamak dari kata al-
„Âlim yang menunjukkan pada seseorang yang memiliki
pengetahuan di atas rata-rata kemampuan yang dimiliki orang lain.
Dalam Al-Qur`an disebutkan:

.‫ ۗ إِمَّنَا ََيْ َشى اللموَ ِم ْن ِعبَ ِادهِ الْعُلَ َماءُ ۗ إِ من اللموَ َع ِزيْ ٌز َغ ُف ْوٌر‬...
“.... Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya,
hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha
Pengampun.”. (Q.S. Fâtir [35]: 28)

Menurut potongan ayat menjelaskan bahwa “seorang „ulamâ


adalah seorang yang mempunyai pengetahuan ilmu agama dan ilmu
kealaman yang dengan pengetahuannya tersebut memiliki rasa takut
dan tunduk kepada Allah SWT.”24
Banyak pakar agama-seperti Ibn Asyur dan Thabathaba‟i-
memahami kata ulama adalah mendalami ilmu agama. Thabathaba‟i
menulis bahwa mereka itu adalah yang mengenal Allah SWT.

22
John M Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1982), h. 581.
23
M. Asy‟ari, Konsep Pendidikan Islam, (Ciputat: Rabbani Press, 2011), h. 92-93.
24
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur`an, h. 104.
26

dengan nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-Nya,


pengenalan yang bersifat sempurna sehingga hati mereka menjadi
tenang dan keraguan serta kegelisahan menjadi sirna, dan tampak
pula dampaknya dalam kegiatan mereka sehingga amal mereka
membenarkan ucapan mereka.25
Dalam kitab Tafsir Al-Azhar, prof. Dr. Hamka menjelaskan
bahwa ûlama bukan hanya sekedar orang yang tau hukum-hukum
agama secara terbatas, akan tetapi siapapun yang memiliki
pengetahuan dan apapun pengetahuan itu maka ia dapat dinamai
âlim.26
Kedua, istilah al-Murabbî, seorang murabbi adalah “orang
yang mengembangkan sesuatu setahap demi setahap hingga
mencapai tingkat kesempurnaan”27
Allah berfirman:

ِ ‫ْم َوالنُّبُ موَة ثُم يَ ُْ ْوَل لِلن‬


‫ماس ُك ْونُ ْوا‬ َ ‫اْلُك‬
ْ ‫اب َو‬ ِ ِ ِ
َ َ‫َما َكا َن لبَ َش ٍر أَ ْن يُ ْؤتيَوُ اللموُ الْكت‬
ِ ِ ِّ‫ِعبادا ِل ِمن دو ِن اللم ِو ولَكِن ُكونُوا ربمانِي‬
‫اب َوَِمَا‬ َ َ‫ي َمَا ُكْنتُ ْم تُ َعلِّ ُم ْو َن الْكت‬َْ َ ْ ْ ْ َ ُْ ْ ْ ً َ
‫ُكْنتُ ْم تَ ْد ُر ُس ْو َن‬
“Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh
Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata
kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan
penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu
pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab
dan karena kamu mempelajarinya!””. (Q.S. Ali „Imran [3]:
79)

Dilihat dari penjelasan ayat tersebut Allah SWT menyebutkan


bahwa seorang murabbî adalah orang yang mengajarkan kitab dan

25
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian Al-Qur`an
Volume 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 61.
26
Hamka, Tafsir l-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional,1990), h. 5932.
27
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur`an, h. 113.
27

yang sebelumnya sudah mempelajarinya.28Di sini dapat kita ambil


kesimpulan bahwa sebagai al-Murabbî, seorang guru adalah orang
yang secara bertahap mengajarkan ilmu yang telah dia pelajari dan
dapatkan sebelumnya kepada peserta didik menerima ilmu
pengetahuan tersebut hingga mencapai tingkat pemahaman yang
sempurna, sebagaimana orang tua yang mengajarkan anaknya dari
hal terkecil hingga yang seharusnya dilakukan dengan disertai
arahan dan pemeliharaan yang intensif.
Ketiga, istilah Ulû al-Albâb, kata Ulû al-Albâbdapat diartikan
sebagai orang yang berakal. Sebagaimana firman Allah SWT.:

‫ْمةَ فَ َْ ْد أ ُْوِِتَ َخْي ًرا َكثِْي ًرا ۗ َوَما‬ ِ ‫اْلِكْمةَ من ي َشاء ۗ ومن ي ْؤ‬
َ ُ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ ‫يُ ْؤِِت‬
َ ‫ت ا ْْلك‬
ِ ‫ي مذ مكر إِمَّل أُولُو ْاْلَلْب‬
‫اب‬َ ُ َ
“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki.
Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi
kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil
pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.”.
(Q.S. al-Baqarah [2]: 269)

Yang dimaksud dengan Ulu al-Albâb dari ayat di atas adalah


orang yang memahami petunjuk-petunjuk Allah SWT, merenungkan
ketetapan-ketetapannya, serta melaksanakannya, itulah yang telah
mendapat hikmah.29
Sebagai Ulû al-Albâb, maka seorang guru adalah “orang yang
senantiasa menggunakan akalnya untuk memikirkan dan
menganalisis berbagai ajaran yang berasal dari Tuhan, peristiwa

28
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian Al-Qur`an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 159.
29
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian Al-Qur`an,
h. 705.
28

yang terjadi di sekitarnya untuk diambil makna dan ajaran yang


terdapat di dalamnya.”30
Keempat, al-Mudarris, yaitu orang yang senantiasa
melakukan kegiatan ilmiah seperti membaca, memahami,
mempelajari, dan mendalami berbagai ajaran yang terdapat di dalam
Al-Qur`an dan al-Sunnah sebagaimana telah Allah jelaskan dalam
firmannya:

‫ت َولِنُبَ يِّ نَوُ لَِْ ْوٍم يَ ْعلَ ُم ْو َن‬ ِ ِ


َ ‫ف ْاْليَات َوليَ ُْ ْولُْوا َد َر ْس‬
ُ ‫صِّر‬
َ ُ‫ك ن‬
ِ
َ ‫َوَك َذل‬
“Dan demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang ayat-
ayat Kami agar orang-orang musyrik mengatakan, “Engkau
telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab),” dan agar
Kami menjelaskan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang
mengetahui.”. (Q.S. al-An‟am [6]: 105)

Menurut penjelasan ayat di atas, bahwa seorang guru yang


digambarkan dengan kata mudarris adalah seorang guru yang
“berupaya mengajarkan dan membimbing para siswanya agar
memiliki tradisi ilmiah yang kuat, sehingga menjadi seorang ilmuan
yang cendekiawan yaitu orang yang selain memiliki ilmu
pengetahuan yang luas dan mendalam juga mau mengamalkan
ilmunya itu bagi kepentingan umat manusia.”31
Berdasarkan petunjuk Al-Qur`an sebagaimana yang telah
disebutkan, terdapat empat hal yang berkenaan dengan guru, pertama,
seorang guru harus memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi,
sehingga mampu menangkap pesan-pesan ajaran, hikmah, petunjuk
dan rahmat dari segala ciptaan Tuhan, serta memiliki potensi
bâthiniyyah yang kuat sehingga ia dapat mengarahkan hasil kerja dari

30
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur`an, h. 119.
31
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur`an, h. 125.
29

kecerdasannya yang diabadikan kepada tuhan. Kedua, seorang guru


harus dapat mempergunakan kemampuan intelektual dan emosional
spiritualnya untuk memberikan peringatan kepada manusia lainnya,
sehingga manusia-manusia tersebut dapat beribadah kepada Allah.
Ketiga, seorang guru harus dapat membersihkan diri orang lain dari
segala perbuatan dan akhlak yang tercela. Keempat, seorang guru
harus berfungsi sebagai pemelihara, pembina, pengarah, pembimbing,
dan pemberi bekal ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan
kepada orang-orang yang memerlukannya.32

Dengan demikian, seorang guru mempunyai peranan penting


dalam pendidikan. Khususnya dalam proses belajar mengajar
terhadap anak didik, selain sebagai pendidik guru juga diharapkan
mampu menjadi informan (sumber informasi), organisator (pengelola
kegiatan pembelajaran), motivator (pengembang minat belajar),
inisiator (pencetus ide-ide), fasilitator (memberikan fasilitas sehingga
menciptakan suasana belajar yang efektif), mediator (penyedia media
atau penengah dalam kegiatan diskusi) dan sebagainya.

3. Pengertian Guru PAI


Setiap lembaga pendidikan memerlukan guru bidang agama
dalam membina keagamaan para siswa. Maka guru PAI adalah guru
yang mengajarkan ilmu pengetahuan agama di sekolah Islam.
Guru PAI merupakan seorang guru yang tidak hanya
menyampaikan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi juga mencakup
pembinaan beragama pada siswa agar berakhlak karimah dan
menjadi insan kamil. Sebagaimana Rasulullah Saw. diutus sebagai
seorang guru agama untuk mentransfer ilmu pengetahuan agama dan

32
M. Asy‟ari, Konsep Pendidikan Islam, h. 100.
30

menyempurnakan akhlak kaum muslimin dan membentuk watak


para sahabat melalui materi ajar yang disampaikannya dalam
pembinaan akhlak yang dilakukan secara terus menerus dalam setiap
aspeknya.
Guru PAI memiliki program terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani ajaran agama Islam serta diikuti tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.33
Menurut Prof. H. M. Arifin, M. Ed, guru PAI mempunyai
usaha sebagai orang dewasa muslim yang betakwa secara sadar
mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan
fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah
titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.34
Dari beberapa uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa guru
PAI adalah seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan
agama islam serta membina akhlak dan perilaku peserta didik agar
kemampuan peserta didik dalam mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani ajaran agama Islam menjadi tumbuh berkembang
secara maksimal.
Pada penelitian ini, Guru PAI yang dimaksud adalah semua
guru yang mengajar dalam bidang Agama, guru tahsîn serta guru
Tahfîzh.

33
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 6.
34
M. Arifin. Pendidikan Agama Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, hal. 22.
31

C. Kecerdasan Emosional Anak


1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Emosi (perasaan) adalah suatu keadaan kerohanian atau
peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang
dalam hubungannya dengan peristiwa mengenal dan bersifat
subjektif.35
Emosi adalah perasaan yang terefleksikan dalam bentuk
perbuatan atau tindakan nyata kepada orang lain atau pada diri
sendiri untuk menyatakan suasana batin atau jiwanya. Emosi
seseorang akan tercermin dalam segala tindakan dan perilakunya
yang terwujud dalam perkataan dan perbuatan serta sikap yang
ditunjukkannya.36
Kecerdasan adalah keterampilan atau kemampuan seseorang.
Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengolah
dan mengontrol emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali
emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lainagar
anak mampu merespon secara positif setiap kondisi yang
merangsang munculnya emosi-emosi ini.
Di dalam Islam, hal-hal yang berhubungan dengan
kecakapan emosional seperti konsisten (istiqâmah), kerendahan hati
(tawaddu‟), berusaha dan berserah diri (tawakkal), ketulusan
(keikhlasan), totalitas (kâffah), keseimbangan (tawâzun), integritas
dan penyempurnaan (ihsân), dinamakan dengan al-akhlâq al-
karîmah.37

35
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Teraju Mizan,
2004), h. 149.
36
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013), h. 75.
37
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 104.
32

2. Emosi Dasar Manusia dalam Al-Qur`an


Ekspresi emosi manusia telah diidentifikasi oleh para pakar
psikologi ke dalam emosi dasar dan emosi campuran. Emosi dasar
manusia di dalam Al-Qur`an meliputi emosi senang, marah, sedih,
takut, benci, heran dan kaget.
a. Emosi Senang
Emosi senang/bahagia umumnya didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang membuat kesenangan dalam hidup. Seperti
dijelaskan dalam Q.S. Al-Muthaffifin [83]: 22-24 yaitu:

‫ف ِِف ُو ُج ْوِى ِه ْم‬ ِ ِ‫إِ من ْاْلَب رار لَِفي نَعِي ٍم * َعلَى ْاْلَرائ‬
ُ ‫ك يَْنظُُرْو َن * تَ ْع ِر‬ َ ْ ْ َ َْ
‫ضَرَة النمعِْي ِم‬
ْ َ‫ن‬
22. Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada
dalam (surga yang penuh)kenikmatan.
23. Mereka (duduk) di atas dipan-dipan melepaskan pandangan.
24. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup
yang penuh kenikmatan.(Q.S. al-Muthaffifin [83]: 22-24)

Emosi senang dengan intensitas tinggi dan terekspresikan


melalui perubahan raut muka sangatlah mudah dikenali. Ayat di
atas dengan jelas menyatakan: “Kamu bisa mengetahui dari
wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh
kenikmatan”.38

38
Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia
di dalam Al-Qur`an, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 140.
33

b. Emosi Marah
Marah adalah emosi yang paling populer dalam
percakapan sehari-hari, bahkan kerap dinamai „emosi‟ dalam arti
peyorative39. Dalam firman Allah SWT disebutkan:

ِ َ‫َىا أَنْتُم أُوََّل ِء ُُِتبُّونَهم وََّل ُُِيبُّونَ ُكم وتُ ْؤِمنُو َن بِالْكِت‬
‫اب ُكلِّ ِو ۗ َوإِ َذا‬ ْ َ ْ ْ َ ُْ ْ ْ ْ
‫لَ ُْ ْوُك ْم قَالُْوا َآمنما َوإِ َذا َخلَ ْوا َعض ُّْوا َعلَْي ُك ُم ْاْلَنَ ِام َل ِم َن الْغَْي ِظ ۗ قُ ْل ُم ْوتُوا‬
.‫الص ُد ْوِر‬
ُّ ‫ات‬ ِ ‫بِغَي ِظ ُكم ۗ إِ من اللمو علِيم بِ َذ‬
ٌْ َ َ ْ ْ
“Beginilah kamu! kamu menyukai mereka, padahal
mereka tidak menyukaimu, dan kamu beriman kepada semua
kitab. Apabila mereka berjumpa kamu, mereka berkata, "Kami
beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit
ujung jari karena marah dan benci kepadamu. Katakanlah,
"Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sungguh, Allah
Maha Mengetahui segala isi hati.”(Q.S. Ali „Imron [3]: 119)

Dari ayat di atas menjelaskan ekspresi marah dalam


bentuk tindakan. Ketika orang-orang Munafik itu bertemu
dengan kaum Muslim, mereka menyatakan keimanannya. Tapi
ketika dalam posisi tidak berhadap-hadapan, mereka menggigit
jari-jemarinya sebagai bentuk pelampiasan kemarahan dan
kebencian yang teramat kuat. Di sini ditunjukkan bagaimana
ekspresi marah ditunda untuk sementara waktu sampai keadaan
dirasa aman.40
c. Emosi Sedih
Selain diliputi perasaan senang dan marah, manusia juga
dirundung kesedihan. Banyak hal yang membuat orang bersedih:

39
Menurut KBBI adalah peyorasi, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan
sebuah ungkapan menggambarkan sesuatu yang lebih tidak enak, tidak baik, dan sebagainya.
40
Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia
di dalam Al-Qur`an, h. 169.
34

kegagalan, kesulitan, kecelakaan, kematian, dan sebagainya41.


Allah SWT berfirman:

ِ ْ ‫اْلنْسا ُن ِمن ُد َع ِاء‬


‫ط‬ ٌ ‫اْلَِْْي َوإ ْن َم مسوُ الشُّمر فَيَئُ ْو‬
ٌ ‫س قَنُ ْو‬ ْ َ ِْ ‫ََّل يَ ْسأ َُم‬
“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika ditimpa
malapetaka,mereka berputus asa dan hilang
harapannya.”(Q.S. Fushilat [41]: 49)

d. Emosi Takut
Emosi takut merupakan salah satu emosi yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, karena berperan penting
dalam mempertahankan diri dari segala persoalan yang bisa
mengancam kehidupan. Rasa takut akan mendorong kita untuk
mengambil tindakan yang perlu untuk menghindari bahaya yang
mengancam kelangsungan hidup.42 Firman Allah SWT:

ِ ‫ص ِم َن ْاْل َْم َو ِال َو ْاْلَنْ ُف‬


ٍ َْ‫اْلُْو ِع َون‬ ِ ‫اْلو‬ ِ ٍ ِ
‫س‬ ْ ‫ف َو‬ َْْ ‫َولَنَْب لَُونم ُك ْم ب َش ْيء م َن‬
‫صابِ ِريْ َن‬ ِ ‫والثممر‬
‫ات ۗ َوبَ ِّش ِر ال م‬ََ َ
“Dan Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang
sabar.”(Q.S. al-Baqarah [2]: 155)

e. Emosi Benci
Emosi benci dapat muncul karena berbagai hal tergantung
pada subjek yang memandangnya. Semakin destruktif43 sesuatu
dipersepsikan, semakin dalam pula intensitas44 emosi kebencian
yang dicuatkan. Suatu stimulus yang dinilai baik oleh seseorang,

41
Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia
di dalam Al-Qur`an, h. 179-180.
42
Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia
di dalam Al-Qur`an, h. 192.
43
Bersifat destruksi (merusak, memusnahkan atau menghancurkan).
44
Keadaan tingkatan atau ukuran.
35

namun dipersepsikan destruktif oleh orang lain, maka respon


kebencian akan muncul.45 Sebagaimana dalam Al-Qur`an
disebutkan:

‫ي لَوُ الدِّيْ َن َولَ ْو َك ِرَه الْ َكافُِرْو َن‬ ِِ


َ ْ ‫فَ ْادعُ ْوا اللموَ ُمُْلص‬
“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-
Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai (nya).”(Q.S.
Ghâfir [40]: 14)

Pada setiap komunitas masyarakat selalu saja ada orang


yang tidak suka terhadap nilai-nilai kebaikan yang tertanam di
dalalmnya. Dalam hal ini, ayat Al-Qur`an di atas mengingatkan
bahwa hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Dengan kata lain,
kebaikan harus tetap berjalan meski dibenci oleh orang yang
tidak menyukainya.46
f. Emosi Heran dan Kaget
Emosi heran dan kaget berada pada garis kontinum
(rangkaian) yang sama. heran berawal dari terjadinya sesuatu di
luar apa yang dibayangkan. Sedangkan kaget bermula dari
sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba.47

ِ ِ ِ
ٌ‫ت يَا َويْلَ َت أَأَل ُد َوأَنَا َع ُج ْوٌز َوَى َذا بَ ْعلي َشْي ًخا ۗ إ من َى َذا لَ َش ْيء‬ ْ َ‫قَال‬
‫ت اللم ِو َوبََرَكاتُوُ َعلَْي ُك ْم أ َْى َل‬ ِ ِ ِ‫ع ِجيب * قَالُوا أَتَعجب‬
ُ َ‫ي م ْن أ َْم ِر اللمو ۗ َر ْْح‬
َْ َ ْ ْ ٌْ َ
‫ْحْي ٌد ََِمْي ٌد‬ ِ ‫الْب ي‬
َِ ‫ت ۗ إِنمو‬
ُ َْ
72. Dia (isterinya) berkata,“Sungguh ajaib, mungkinkah aku
akan melahirkan anak padahal aku sudah tua, dan suamiku ini
sudah sangat tua?Ini benar-benar sesuatu yang ajaib.
45
Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia
di dalam Al-Qur`an, h. 211.
46
Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia
di dalam Al-Qur`an, h. 211.
47
Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia
di dalam Al-Qur`an, h. 214.
36

73. Mereka (para malaikat) berkata,“Mengapa engkau merasa


heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat dan berkah
Allah, dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait!
Sesungguhnya Allah Maha Terpuji, Maha Pengasih.”(Q.S.
Hud [11]: 72-73)

Ayat di atas menggambarkan tentang ekspresi heran


terhadap kemampuan diri sendiri, yaitu ketika isteri Nabi
Ibrahim as. yang sudah monopause diberitakan akan melahirkan
seorang anak.48

3. Cara Menstimulasi Kecerdasan Emosi


Untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak, orang tua dan
pendidik perlu memberikan rangsangan-rangsangan yang sesuai,
sehingga anak dapat mempelajari keterampilan-keterampilan emosi
dan sosial yang baru.
Beberapa cara yang harus dilakukan orang tua yaitu:
a) Orang tua perlu memeriksa kembali cara pengasuhan yang
selama ini dilakukan. Seperti:
1) Tidak terlalu melindungi
2) Membiarkan anak mengalami kekecewaan
3) Tidak terlalu cepat membantu
4) Mendukung anak mengatasi permasalahan
5) Menunjukkan empati
6) Menerapkan aturan-aturan tegas dan konsisten.
b) Memberi perhatian pada tahap-tahap kecerdasan emosi
c) Melatih anak untuk mengenali emosi dan mengelolanya dengan
baik.

48
Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia
di dalam Al-Qur`an, h. 221.
37

Adapun rangsangan pengembangan kecerdasan emosional


yang perlu dilakukan oleh guru sebagai pendidik di sekolah,
menurut Nugraha dan Rahmawati antara lain:
a) Memberikan kegiatan yang diorganisasikan berdasarkan
kebutuhan, minat dan karakteristik anak yang menjadi sasaran
pengembangan kecerdasan emosi.
b) Pemberian kegiatan yang diorganisasikan bersifat holistis
(menyeluruh). Kegiatan holistis ini meliputi semua aspek
perkembangan dan semua pihak yang terkait dalam proses
tumbuh kembang anak.49

4. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional


Salovey menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi
dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya, seraya
memperluas kemampuan ini menjadi lima wilayah utama:

a. Mengenali emosi diri. Kesadaran diri-- mengenali perasaan sewaktu


perasaan itu terjadi-- merupakan dasar kecerdasan emosional.
Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya
adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai
kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas
pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi, mulai dari
masalah siapa yang akan dinikahi sampai ke pekerjaan apa yang
akan diambil.
b. Mengelola emosi. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam
keterampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan

49
Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, (Jakarta:
Prenadamedia,2011), h. 64-65.
38

murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali


dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam
hidup.
c. Memotivasi diri sendiri. Yaitu menata emosi sebagai alat untuk
mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan
memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai
diri sendiri, dan berkreasi. Orang-orang yang memiliki keterampilan
ini cenderung lebih produktif dan afektif dalam hal apapun yang
mereka kerjakan.
d. Mengenali emosi orang lain. Empati, kemampuan yang juga
bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan
“keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang
mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang
lain. Orang-orang seperti ini cocok untuk pekerjaan keperawatan,
mengajar, penjualan dan manajemen.
e. Membina hubungan. Seni membina hubungan, sebagian besar,
merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Orang-orang
yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun
yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain;
mereka adalah bintang-bintang pergaulan.50

Penjelasan Goleman mengungkapkan ciri-ciri anak yang


memiliki kecerdasan emosional sebagai berikut:

a. Mampu memotivasi diri sendiri.


b. Mampu bertahan menghadapi frustasi.

50
Daniel Goleman, Emosional Inteligence (terjemahan), (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1996), h. 57-59.
39

c. Lebih cakap untuk menjalankan informal/nonverbal (memiliki tiga


variasi yaitu jaringan komunikasi, jaringan keahlian dan jaringan
kepercayaan).
d. Mampu mengendalikan dorongan lain.
e. Cukup luwes untuk menemukan cara/alternatif agar sasaran tetap
tercapai atau untuk mengubah sasaran jika sasaran semula sulit
dijangkau.
f. Tetap memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa sesuatu akan beres
ketika menghadapi tahap sulit.
g. Memiliki empati yang tinggi.
h. Mempunyai keberanian untuk memecahkan tugas yang berat
menjadi tugas kecil yang mudah ditangani.
i. Merasa cukup banyak akal untuk menemukan cara dalam meraih
tujuan.51
Dengan mengetahui ciri-ciri kecerdasan emosional yang
telah diuraikan di atas, seorang guru diharapkan mempersiapkan
strategi pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan
kecerdasan emosional anak sejak usia dini.

5. Pengertian Anak
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.52
Anak dalam dunia pendidikan biasa disebut peserta didik, secara
formal adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan

51
Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, h. 61-62.
52
Undang-undang RI No.20 tahun 2003.
40

perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan


perkembangan merupakan ciri dari seorang peserta didik yang perlu
bimbingan dari pendidik.53
Anak didik adalah makhluk individual. Anak didik adalah orang
yang mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang khas sesuai dengan
perkembangan dan pertumbuhannya. Perkembangan dan pertumbuhan
anak didik mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Perkembangan dan
pertumbuhan anak itu sendiri dipengaruhi lingkungan di mana anak itu
hidup berdampingan dengan orang lain. Itulah sebabnya anak sebagai
makhluk individual uatu waktu harus hidup berdampingan dengan orang
lain dalam lingkup kehidupan sosial di masyarakat.54
Masa usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang
berlangsung dari usia enam hingga kira-kira usia sebelas atau dua belas
tahun. Sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yang suka
bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah terpengaruh
dengan lingkungan, dan gemar membentuk kelompok sebaya. Oleh
karena itu, pembelajaran di sekolah dasar diusahakan untuk terciptanya
suasana yang kondusif dan menyenangkan.55
Pendidikan terhadap anak didik harus dilakukan karena pada
dasarnya jiwa mereka masih labil56, akal mereka masih belum sempurna,
dan belum berpengalaman dalam mengelola diri/kehidupannya. Untuk
itu, melalui pendidikan yang dilakukan guru dan orang tua secara
terpadu akan sangat membantu perkembangan serta kematangan pribadi

53
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 77.
54
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h. 143.
55
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, h. 86.
56
Labil dalam KBBI berarti tidak stabil, cenderung berubah, tidak seimbang, dan
mudah berubah.
41

anak; jiwa dan rohani, intelegensia, emosi, sosial, mengenal dan


memperkuat potensi-potensi yang dimilikinya.57
Karena objek yang akan diteliti oleh penulis adalah anak sekolah
dasar yang punya karakteristik tertentu, maka penulis akan mencoba
untuk mencari metode dan strategi yang cocok yang bisa menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan yang akan
menjadi pedoman khususnya bagi seluruh guru PAI di pondok pesantren
Darul Qur`an Shighor Puteri maupun di sekolah lain pada umumnya.

6. Kecerdasan Emosional Anak


Masa remaja adalah masa puncak emosionalitas, yaitu
perkembangan emosi yang tinggi. Pada masa remaja awal,
perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif58
yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial.
Emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah
atau mudah sedih/murung).59
Pada perkembangan intelektual anak usia 6-12 tahun ini ditandai
dengan tiga kemampuan baru, yaitu mengklasifikasikan
(mengelompokkan), menyusun, dan mengasosiasikan (menghubungkan
atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang
berhubungan dengan perhitungan angka, seperti menambah, mengurangi,
mengalikan, dan membagi di samping itu, pada akhir masa ini anak
sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving)
yang sederhana.60

57
Masyita Pontoh, Pendidikan perempuan berbasis al-Qur`an dalam pandangan
prof. KH. Ibrahim Hosen, LML, (Ciputat: IIQ Press,2018), h. 31-32.
58
Menurut KBBI berarti sifat cenderung, tanggap, atau segera bereaksi terhadap
sesuatu yang timbul atau muncul.
59
Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, h. 28.
60
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, h. 73.
42

Berbagai penelitian dalam bidang psikologi anak telah


membuktikan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi adalah anak-anak yang bahagia, percaya diri, populer dan lebih
sukses di sekolah. Mereka lebih mampu menguasai gejolak emosi,
menjalin hubungan yang manis dengan orang lain, dapat mengelola stres
dan memiliki kesehatan mental yang baik.
Dengan mengajari anak-anak keterampilan emosi dan sosial,
anak akan lebih mampu untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul
selama proses perkembangannya menuju manusia dewasa. Tidak hanya
itu, dengan keterampilan emosi dan sosialnya, anakpun akan lebih
mampu mengatasi tantangan-tantangan emosional dalam kehidupan
modern.
Menurut Syamsu Yusuf, pada usia sekolah dasar ini anak mulai
belajar mengendalikan dan mengontrol emosinya. Karakteristik emosi
yang stabil (sehat) ditandai dengan menunjukkan wajah ceria, bergaul
dengan teman secara baik, dapat berkonsentrasi dalam belajar, bersifat
respek (menghargai) terhadap diri sendiri dan orang lain.61
Salovey dan Mayer menerangkan tentang aspek-aspek yang
terdapat dalam kecerdasan emosional, yaitu: empati, mengungkapkan
dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian,
kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan
masalah pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap
hormat.62

61
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, h. 76.
62
Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, h. 60-61.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian adalah lokasi atau tempat dilakukannya
proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan
penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan waktu penelitian adalah
waktu seorang peneliti melakukan aktivitas penelitian di tempat
penelitian.
Adapun peneitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren
Tahfizh Daarul Qur`anSighor Putri, Tangerang. Waktu penelitian ini
dilakukan selama 3 minggu mulai pada tanggal 11 Juli 2018 sampai
akhir bulan Juli 2018.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Fokus penelitian ini berkaitan dengan strategi guru PAI dan
kecerdasan emosional, penelitian yang dilakukan oleh penulis
termasuk dalam jenis penelitian lapangan yang dalam pelaksanaanya
menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif analisis yang
pada umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara,
pengamatan, angket dan penelaahan dokumen yang antara satu
dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat, dan
menyempurnakan.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis
proses dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan

43
44

dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dan senantiasa


menggunakan logika ilmiah.1
Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk
memaparkan konsep para cendekiawan, tokoh dan ahli dibidang
pendidikan yang nantinya dapat mempermudah memahami
menghubungkan jalan pikiran maupun makna yang terkandung di
dalamnya secara tuntut dan lengkap. Sedangkan yang dimaksud
analisis di sini ialah menelaah secara kritis tentang istilah, pengertian
yang dikemukakan oleh para tokoh dan pemikir sehingga dapat
diketahui kekurangan dan kelebihannya. Kemudian menemukan
pengertian baru untuk melengkapinya.
Bentuk penulisan ini adalah field research atau lapangan, di
mana penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan guna
mendapatkan data yang dibutuhkan selama penulisan. Pendekatan
kualitatif deskriptif analisis ini menitik beratkan pada data-data
penelitian yang akan dihasilkan melalui pengamatan, wawancara,
angket dan studi dokumentasi.

C. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada strategi apa yang cocok, efektif
dan efisien untuk digunakan khususnya oleh para guru PAI dan guru-
guru agama, seperti guru tahfdz, guru tahsin, guru Bahasa Arab dan
lain-lain pada umumnya untuk mencerdaskan emosional anak di
Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`anSighor Putri, Tangerang.

1
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 80.
45

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah para guru PAI dan para siswa di
Pondok Pesantren Tahfidz Sighor Putri Darul Qur`an, Tanggerang.
Objek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian
yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada obyek
penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas
(activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (palace)
tertentu.2 Objek dari penelian ini adalah strategi guru PAI dalam
mencerdaskan emosional anak.

E. Sumber Data
Pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan umumnya
berbentuk kata-kata, gambar-gambar, dan kebanyakan bukan angka-
angka, kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang.
Menurut lofland dan Lofland, “sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.3Dalam penelitian sangat
membutuhkan data. Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian
ini diambil dari berbagai sumber, diantaranya:
1. Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh berupa
sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut. Semua
kata dan tindakan orang yang di amati atau diwawancarai
merupakan sumber data utama. Data primer diperoleh peneliti dari

2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
R&D), (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 215.
3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 157.
46

penelitian lapangan (field research) melalui prosedur dan teknik


pengambilan data dari wawancara, observasi dan dokumentasi.
Sumber data primer di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Tangerang meliputi kepala sekolah,
koordinator KBM, koordinator pengasuhan danpara guru bidang
agama.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh
dari sumber atau pendapat lain yang meliputi buku-buku, arsip,
dokumentasi dan literatur yang berkaitan dengan tujuan
penelitian.

F. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan-satuan
atau individu-individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui.
Banyaknya individu atau elemen yang merupakan anggota
populasi disebut sebagai ukuran populasi dan disimbolkan dengan
N.4
Populasi dalam penelitian ini adalah semua santriwati di
Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang
Tahun Pelajaran 2018-2019. Karena keterbatasan waktu dan dana,
peneliti menggunakan teknik sampling untuk pengambilan
Sampel.

4
Anggoro, M.Toha, MetodePenelitian, (Jakarta :PenerbitUniversitas Terbuka,
2007), h 43.
47

2. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang
memberikan keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu
penelitian.5 Jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jenis sampel Purposif yaitu sampel yang anggota
sampelnya dipilih secara sengaja atas dasar pengetahuan dan
keyakinan peneliti.6Maka sampel dalam penelitian ini adalah 21
santriwati dari kelas 6 di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Tangerang Tahun Pelajaran 2018-2019, yang
diambil dengan menggunakan teknik pengambilan data kuesioner.

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(Interveiwer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee).7Metode wawancara adalah proses tanya jawab
dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang
atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan.
Metode wawancara ini dilakukan untuk pengumpulan data
terkait strategi Pendidikan Agama Islam pada murid SD di
Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`anSighor Putri,
Tangerang. Wawancara ini dapat dilakukan kepada kepala
sekolah dan guru Pendidikan Agama Islam untuk mengetahui

5
Prasetyo Irawan dkk, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.
5.4.
6
Prasetyo Irawan dkk, Metode Penelitian, h. 5.11.
7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 187.
48

faktor pendukung dan pengambat dalam pelaksanaan


strategipembelajaran.
2. Observasi
Dalam teknik pengumpulan data dalam penelitian salah
satunya menggunakan teknik observasi. yaitu penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan pengamatan terhadap objek baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Menururt Creswell, observasi adalah sebuah proses
penggalian data yang dilakukan langsung oleh peneliti sendiri
(bukan oleh asisten peneliti atau oleh orang lain) dengan cara
melakukan pengamatan yang mendetail terhadap manusia sebagai
objek observasi dan lingkungannya dalam kancah riset.8
Teknik observasi untuk memperoleh data tentang
pelaksanaan strategi pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam
pada murid SD yang meliputi berbagai strategi dan metode yang
biasa digunakan. Adapun yangdiobservasi adalah kegiatan
belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di Pondok Pesantren
Tahfizh Daarul Qur`anSighor Putri, Tangerang.
3. Kuesioner/Angket
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara
pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung
bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat
pengumpulan datanya juga disebut angket yang berisi pertanyaan
atau yang harus dijawab oleh responden.9

8
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups: sebagai Instrumen
Penggalian Data kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pres, 2015), h. 130-131.
9
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010), h. 219.
49

Alat pengumpul data ini umumnya terdiri dari


serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan
untuk mengumpulakan informasi penelitian yang dikehendaki.10
Metode ini digunakan peneliti untuk mengukur kecerdasan
emosional anak, yang dalam hal ini kecerdasan emosional sangat
penting karena menjadi salah satu objek penelitian dalam skripsi
ini. Adapun kecerdasan emosional yang ingin diteliti penulis
berhubungan dengan strategi guru PAI di Pondok Pesantren
Tahfizh Daarul Qur`anSighor Putri, Tangerang.
Instrumen angket:
No Item
No. Instrumen Pertanyaan Pertanyaan
Positif Negatif

1. Mengenali Emosi Diri 1, 7, 16 dan 25 4, 19 dan 26

2. Mengelola Emosi Diri 2, 15 dan 18 12, 27 dan 29

3. Memotivasi Diri Sendiri 9, 14 dan 30 11 dan 28

4. Mengenali Emosi Orang Lain 6 5 dan 17


Membina Hubungan dengan 13, 20, 21, 22
5. 3, 8, 10 dan 24
Orang Lain dan 23

4. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,
baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.11 Data
dokumentasi juga dapat berupa laporan tertulis dari suatu

10
Prasetyo Irawan dkk, Metode Penelitian, h. 6.6.
11
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, h. 221.
50

peristiwa (proses kegiatan), yang isinya terdiri dari penjelasan


dan pemikiran terhadap peristiwa itu, serta dengan sengaja untuk
menyimpan atau meneruskan keterangan mengenai peristiwa
tersebut.
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumen-dokumen yang menyajikan data yang berkaitan dengan
penelitian, seperti data tentang jumlah peserta didik, data guru
dan karyawan, riwayat sekolah, keadaan sarana dan prasarana
sekolah, serta gambaran proses kegiatan Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam pada Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Tangerang.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik Pengolahan Data
a) Editing, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul untuk
mengetahui kelengkapan dan kekurangannya yang perlu
diperbaiki dan disempurnakan.
b) Kategorisasi, yaitu mengelompokkan data yang telah diperoleh
menurut macamnya ke dalam katagori tertentu.
c) Interpretasi, yaitu menafsirkan data yang diperoleh untuk
dijelaskan.
2. Analisis Data.
Analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian-
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.12

12
Prasetyo Irawan dkk, Metode Penelitian, h. 8.3.
51

Analisis data merupakan suatu usaha untuk mengurai


suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian-bagian
(decomposition) sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu yang
diurai itu tampak dengan jelas karenanya bisa secara lebih terang
ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk
perkaranya.13
Menurut Miles dan Huberman, ada 3 tahapan yang
harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian
kualitatif, yaitu reduksi data (data reduction), paparan data
(data display), dan penarikan kesimpulan dan verifikasi
(conclusion drawing/verifying).14
Analisis data dilakukan pada setiap kegiatan refleksi,
yaitu Tanya jawab dan diskusi antara peneliti dengan pihak
sekolah. Data yang dianalisis berupa hasil dari penelitian penulis
dari wawancara dengan para guru PAI di sekolah, observasi
langsung ke sekolah, dokumen gambaran umum sekolah dan
hasil belajar siswa dan hasil penilaian koesioner yang diberikan
kepada siswa kelas 6 di Pondok Pesantren Tahfidz Sighor Putri
Darul Qur`an, Tanggerang.
Selanjutnya penulis menyatakan analisis data yang
diuraikan sesuai dengan yang telah diharapkan, analisis data ini
disusun dalam bentuk pembahasan yang bertolak pada teori-teori
strategi pembelajaran yang ada kaitannya dengan permasalahan
yang akan diteliti secara diskriptif kualitatif.

13
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 200.
14
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 210-211.
BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor


Putri Tangerang
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an
Sighor Putri Tangerang
Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an adalah pesantren yang
mengharmonikan Tahfîzh Al-Qur'ân,dirâsah islamiyyah, pendidikan
formal, life skill, aktifitas sosial dan dakwah. Melalui pembelajaran khas
Daarul Qur'an yaitu DAQU Method yang ingin menjadikan santri
sebagai penghafal Al-Qur'an yang berkarakter dengan menjadikan
ibadah wajib dan sunnah Rasulullah Saw. sebagai pakaian harian.
Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang
adalah salah satu unit atau cabang dari Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an
yang sederejat dengan Sekolah Dasar (SD) yang berbasis boarding
school dengan sistem home schooling yang menekankan kurikulum
Tahfîzh al-Qur`ân yaitu aktivitas menghafal Al-Qur`an, membudayakan
nilai-nilai Al-Qur`an dan menerapkan amalan-amalan sunnah sejak dari
masa kanak-kanak.
Minat para orangtua untuk menyekolahkan anaknya di
pesantren semakin meningkat. Anak-anak yang dikirim ke pesantren
tidak lagi yang hanya seumuran SMP-SMA, yang masih SD pun
sudah banyak peminatnya.
Tidak hanya yang putra, kini orang tua pun mulai yakin untuk
memasukkan putrinya ke pesantren. Termasuk yang diminati adalah
Pesantren Tahfidz Daarul Quran Putri tingkat SD. Permintaan orang
tua untuk mendaftarkan putrinya ke Daqu semakin bertambah setiap

53
54

tahunnya. Dari yang kelas satu sampai yang kelas 6, kuota yang
terbatas untuk santri putri selalu penuh.
Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri
Tangerang didirikan pada bulan Juli tahun 2011 di Cimanggis yang
kemudian berpindah lokasi ke Tangerang, di samping terminal Pasar
Baru, menempati Hotel Siti yang masih dibawah naungan Ustâdz
Yusuf Mansur yang pada setiap kamarnya hanya akan diisi 3 sampai 4
orang santri.
Santri juga akan dibiasakan melaksanakan Daqu Method
seperti: pembiasaan tahajud, duha, puasa Senin Kamis, sedekah dan
amaliyah sunnah lainya

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor


Putri Tangerang
Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri
Tangerang mempunyai misi yang umum dan khusus. Misi sekolah
Daarul Qur`an yang secara umum yaitu:

Misi
Mewujudkan lembaga pendidikan berbasis Daqu method(Iqâmah al-
Wajib Wa Ihyâ as-Sunnah) yang unggul, kompetitif,Global dan
rahmatan lil ‘âlamîn.

Mission
To create a educational institution based on Daqu Method
55

(ti establish the obligation and to revive the sunnah)


superior,competitive, global and rahmatan lil ‘âlamîn.

Selain mempunyai misi yang umum Pondok Pesantren


Tahfizh Daarul Qur`an Sighor PutriTangerang juga mempunyai visi
dan misi yang khusus yaitu:
Visi
Melahirkan generasi pemimpin bangsa dan dunia yang shâlih dan
shâlihah dan berkarakter Qur`ani serta berjiwa enterpreneur dalam
membangun peradaban islam masa depan
Misi
a. Mewujudkan lembaga pendidikan berbasis (iqâmatul wajib wa
ihyâ as-sunah) yang unggul, kompetitif, global dan rahmatan lil
‘âlamîn..
b. Mencetak generasi qur`ani yang mandiri, berjiwa pemimpin,
cerdas, peka, visioner dan berwawasan luas serta menjadikan
daqu method sebagai pakaian sehari-hari.
c. Mencetak generasi yang cinta bersedekah sepanjang hidup.

3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an


Sighor Putri Tangerang
a. Ruang Kelas :
• Banyaknya ruang kelas 11 ruang
• Sarana ruang kelas yang tersedia, meja, kursi, lemari, papan
tulis, jam, gambar dinding, papan administrasi siswa
b. Ruang Perpustakaan
• Ruang perpustakaan mudah diakses
56

• Sarana ruang perpustakaan yang tersedia ada Buku Pelajaran,


Fiksi dan Non fiksi, AC, Komputer, Rak Buku dan lemari,
Papan Tulis
c. Laboratorium Komputer
• 20 PC
d. Ruang Pimpinan
• Sarana ruang pimpinan yang tersedia meja, kursi, sofa, lemari,
Komputer dan internet dengan ruang ber AC
e. Ruang Guru
• Ruang guru dilengkapi dengan Lemari, meja kursi, komputer
internet, dispenser, ruang ber AC, pentri
f. Tempat beribadah
• pengeras suara, mimbar, ruang AC, Lemari, jam
g. Toilet
• Setiap toilet tersedia air yang cukup
• Sarana yang tersedia kran, gayung dan ember air serta tempat
sampah
h. Gudang
i. Tempat Bermain / Berolahraga
• Tempat bermain berfungsi sebagai area bermain, berolah raga,
pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstra kurikuler
• 2 buah Ayunan, 1 duduk putera.
j. Ruang Tata Usaha dan keuangan
• Sarana yang tersedia dalam ruang tata usaha 3 unit komputer
online, lemari, meja, AC, dispenser, meja dan kursi
k. 3 Infocus dan 1 layar
l. 1 set Sound portable
m. Alat peraga (Anggota tubuh)
57

4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa


Tabel 4.1
Keadaan Guru dan Karyawan

NO NAMA JABATAN

1 Jaya Rukmana, MA Kepala Sekolah

2 Nia Tsamania, S.Kom Kord Akademik

3 Nunung Nurasiah, S.Kom Sekertaris

4 Saroh, S.Pd.I Koord Pengasuhan

5 Nur 'Arifah, S.Kom Wali Kelas 3

6 Yuyun Yulpiah, S.S.I Koord Bina Ibadah


Ningrum Munifatul hidayah, Koord sarana &
7
S.S prasarana
8 Iis Istiqomah, S. Pd. I Wali kelas 6

9 Maryati, S. Pd. I

10 Miswah Wali Kelas 5

11 Kusnul Khotimah, S.Pd Wali Kamar

12 Alfin Aulia Wali Kamar

13 Hadina Izni, S.Pd Wali Kamar

14 Mayga Dwi Rahayu, S.Pd Wali Kamar

15 Zahrotul Wardah

16 Assyifa Nadia Sholehah

17 Humairo Wali kelas 2

18 Aulia Fatimatuzzahra Wali Kelas 4


58

19 Ani Ulfiyah

20 Ria Jariyatun Ni'mah Koord Tahfizh

21 Siti Masfu'atul Atkiyah, S.E.I Wali Kamar

22 Putri Tika Ariyani, S. Pd Wali Kamar

23 Bariyani Musrofah, S. Pd Wali Kamar

24 Siti Noviana Dewi S

25 Sri Lestari, S. KM Wali Kamar

26 Annihlaturrohmah, Am.Keb Wali Kamar

27 Haula Nurdinillah

28 Annisa Suciati Tahfizh & Pengasuhan

29 Annisyah Amalia A Tahfizh & Pengasuhan

30 Safira Rahmadita Ismara Wali Kamar

31 Titis Nurohmah Keuangan

32 Rini Handayani Keuangan

33 Pupung irawati Dapur

34 Ani Kurnia Dapur

35 Tita Sonita Dapur

36 Indra Dapur

37 Hadiansyah Kebersihan

38 Neti Kebersihan

39 Reni Kebersihan

40 Nana Sukaman Maintance


59

41 Dani Sidiq Security

42 Gilang Khoeru Ramadhan Driver

Tabel 4.2
Keadaan Siswa

NO KELAS JUMLAH SANTRIWATI

1 Kelas 1 14 Santri

2 Kelas 2 23 Santri

3 Kelas 3 23 Santri

4 Kelas 4 23 Santri

5 Kelas 5 30 Santri

6 Kelas 6 23 Santri
60

5. Sistem pembelajaran dan Kurikulum yang digunakan Pondok


Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang
Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri
Tangerang adalah salah satu unit lembaga pendidikan milik Pesantren
Tahfizh Daarul Qur‟an untuk usia SD yang di khususkan untuk
menghafal Al-Qur‟an dengan target 15 Juz saat dikelas 6. Semua
santri mulai dari kelas 1-6 tinggal di asrama.
Sistem pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Tahfizh
Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang menggunakan sistem home
schooling yaitu tidak terikat dengan Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) dan tidak menggunakan baik kurikulum 2006 (KTSP)
maupun Kurikulum 2013 yang pada umumya digunakan di sekolah
formal lainnya, kecuali dalam segi buku pegangan yang digunakan,
oleh gurunya masih tetap menggunakan buku pegangan KTSP.1
Kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum Tahfîzh al-
Qur’ân. Sedangkan ekstrakulikuler yang ada di Pondok Pesantren
Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang di antaranya Pramuka,
Marawis, Qirâ’ât, menggambar, kerajinan tangan, Renang, Memanah,
dan berkuda.
Mengenai sistem pembelajaran di Pondok Pesantren Tahfizh
Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang yang berbasis Home
Schooling, ustâdz Jaya Rukmana selaku Kepala Sekolah menjelaskan
bahwa sistem pembelajaran yang dipakai di Pondok Pesantren
Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang tidak terikat dengan
SISDIKNAS. Hal ini bertujuan agar dapat memajukan program
unggulan yang diterapkan oleh sekolah. Program unggulan tersebut

1
Wawancara dengan koordinator KBM Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an
Sighor Putri, Nia Tsamania, Tangerang, 14 Juli 2018.
61

yaitu Program Tahfîzh al-Qur`ân yang memerlukan porsi waktu yang


banyak dibandingkan dengan kegiatan KBM, sehingga membuat
sekolah memutuskan untuk lebih memperbanyak kegiatan halaqah
(kelompok belajar) Tahfîzh al-Qur’ân dari pada kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian, sekolah tetap bisa mempertahankan
program unggulan tersebut dengan tetap memberikan pembelajaran
umum dan dirâsah (Agama) agar pengetahuan yang mereka dapatkan
seimbang. Sehingga para santriwati akan tetap bisa ikut ujian
kesetaraan dengan kejar paket A dari PKBM2 (Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat).3

B. Proses Pelaksanaan Pembelajaran PAI Pondok Pesantren Tahfizh


Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) di Pondok
Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang dilakukan
mulai pukul 10:00 sampai Zuhur saja karena di Pondok Pesantren
Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang ini mempunyai program
unggulan yaitu Tahfîzh al-Qur`ân.
Pelaksanaan KBM di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an
Sighor PutriTangerang di lakukan di ruangan kelas yang terletak di lantai
satu yang berdekatan dengan mushallâ tempat salat berjamaah dan
kegiatan menghafal Al-Qur`an. Semua pengajar KBM selain sebagai
pengajar juga merangkap sebagai pengasuh atau wali kamar para

2
PKBM adalah singkatan dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat merupakan
sebuah lembaga pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal
diarahkan untuk mayarakat pedesaan dan perkotaan yang dikelola oleh masyarakat itu sendiri
serta memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan model pembelajaran
dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan keterampilan masyarakat agar mampu
meningkatkan kualitas hidupnya.
3
Wawancara dengan Kepala Sekolah Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Jaya Rukmana, Tangerang, 14 Juli 2018.
62

santriwati dan wajib tinggal di asrama seperti para santriwati Pondok


Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang.
Pelajaran yang diajarkan diPondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`an Sighor Putri Tangerang diantaranya yaitu pelajaran agama dan
hanya beberapa pelajaran umum yang biasanya diperlukan untuk Ujian
Nasional. Mata pelajaran tersebut di antaranya yaitu :Tahfîzh al-Qur`ân,
Tahsînal-Qur`ân, metode ngaji yanbû’â, akidah akhlak, sîrâh, imla, Al-
Qur`an hadits, do‟a harian, mahfûdzât dan mufradât, sedangkan yang di
luar pelajaran agama diantaranya; vocabulary, english, arabic, indonesia,
science, civic education, sosial, math, art dan culture.
Ketika proses KBM, guru dalam mengembangkan kecerdasan
emosional anak juga sering menyediakan display atau tampilan-tampilan
yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Selain itu, kalimat-
kalimat motivasi serta hâdits yang berkaitan dengan yang dipelajari biasa
disampaikan para guru agar anak-anak lebih mudah untuk diarahkan dan
diaplikasikan anak-anak pada kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu
anak untuk menerima materi pembelajaran yang diberikan guru sekaligus
membantu meningkatkan kecerdasan emosional anak ketika proses
KBM.4
Pembelajaran PAI di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an
Sighor Putri ini bukan hanya pada saat KBM atau lingkungan klasikal5
saja, tetapi mulai dari kegiatan sehari-harinya juga, karena aspek asrama
dari mulai bangun tidur dan interaksi dengan anak-anak akan jadi
penilaian juga dapat diambil dari sikap dan perilaku anak-anak dalam
kesehariannya. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu untuk KBM

4
Wawancara dengan Koordinator KBM Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Nia Tsamania, Tengerang, 28 Agustus 2018.
5
Klasikal menurut KBBI berarti secara bersama-sama di kelas.
63

sendiri dan memang pada dasarnya sekolah ini berbasis Home schooling
yang tidak terikat dengan Pemerintah DikNas.6
Kegiatan tahfîzh yang merupakan program unggulan di Darul
Qur`an dilaksanakan empat kali sehari. Pertama, ba’da subuh untuk
ziyâdah atau menambah hafalan baru. Kedua, ba’da duha untuk
murâja’ah hafalan baru. Ketiga, ba’da„asharuntuk murâja’ah hafalan
lama. Dan keempat, ba’da magrib tahsîn dan persiapan hafalan untuk
esok hari.
Bagi santri baru, pembelajaran dimulai dengan materi tahsîn
menggunakan Qoidah DaQu. Jadi, sebelum menghafal santri sudah bisa
membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Untuk target hafalannya,
lulus dari Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putrinanti
santri diharapkan bisa menyelesaikan hafalan minimal 15 juz dan
maksimal 30 juz.
Berikut ini jadwal kegiatan harian di Pondok Pesantren Tahfizh
Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang:
Tabel 4.3
Daily Activity Sighor Putri Daarul Qur`an
Waktu Kegiatan
03.30-04.00 Tahajud
04.00-04.45 Salat Subuh
05.00-06.00 Tahfîzh 1
06.00-07.00 Mandi Pagi & Sarapan
07.00-08.00 Tahfîzh2
08.00-08.30 Duha
08.30-09.30 Tahfîzh3

6
Wawancara dengan Koordinator KBM Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Nia Tsamania, Tengerang, 28 Agustus 2018.
64

09.30-12.00 KBM
12.00-12.30 Salat Zuhur
12.30-13.00 Makan Siang
13.00-15.00 Tidur Siang
15.00-16.00 Salat ‘Ashar
16.00-17.00 Tahfîzd4
17.00-18.00 Mandi & Makan Sore
18.00-18.30 Salat Magrib
18.30-19.15 Tahfîzh5
19.15-19.45 Salat Isya
19.45-21.00 Belajar Bersama
21.00-03.00 Tidur Malam

C. Analisis Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam


Mencerdaskan Emosional Anak di Pondok Pesantren Tahfizh
Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang
1. Strategi Guru PAI dalam Mencerdaskan Emosional Anak
diPondok Pesantren TahfizhDaarul Qur`an Sighor Putri
Tangerang
Berdasarkan observasi yang telah penulis lakukan, strategi
yang digunakan oleh guru PAI di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`an Sighor Putri Tangerang dalam mencerdaskan emosional anak
yaitu dengan cara yang beragam. Di antaranya yaitu mempersiapkan
rencana pembelajaran (i’dâd tadrîs) sebelum mengajar, menggunakan
media dan metode pembelajaran ketika memberikan materi,
pendekatan langsung,tanya jawab terhadap anak, pengkondisian anak
pada awal pembelajaran, pembiasaan yang diterapkan dimulai dari
65

guru terlebih dahulu dan penyampaian langsung ke psikomotorik


anak.
a. Mempersiapkan Rencana Pembelajaran
Strategi guru PAI dari ruang lingkup KBM dalam
meningkatkan kecerdasan emosional anak adalah diwajibkannya
semua guru untuk mempersiapkan rencana pembelajaran (i`dâd
Tadrîs). Hal ini dilakukan agar kegiatan pembelajaran lebih
terarah dan membantu mencerdaskan emosional anak.
b. Menggunakan Media dan Metode Pembelajaran
Selain mempersiapkan rencana pembelajaran, guru juga
mempersiapkan materi yang akan diajarkan dengan menggunakan
metode dan media pembelajaran yang sesuai. Seperti strategi
guru ketika akan mengajar fikih tentang wudu, guru bisa
menggunakan media audio video atau dengan metode
demonstrasi dalam mempraktikkan cara berwudu yang benar.7
Penggunaan metode dan media pembelajaran ini
memudahkan guru untuk menstimulasi kecerdasan emosional
anak agar lebih berkembang. Sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa salah satu cara menstimulasi anak yaitu
memberikan kegiatan-kegiatan yang diorganisasikan berdasarkan
kebutuhan, minat dan karakteristik anak.
c. Pendekatan Langsung
Selain menggunakan metode demonstrasi, strategi yang
biasa digunakan guru dalam meningkatkan kecerdasan anak yaitu
pendekatan langsung. Pendekatan langsung biasa dilakukan pada
awal pertemuan dalam kegiatan pembelajaran dengan

7
Wawancara dengan Guru Bidang Agama Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an
Sighor Putri, Nunung Nurasiah, tangerang, 14 Juli 2018.
66

memberikan pertanyaan-pertanyaan dasar tentang seputar


pengetahuan PAI. Hal ini guru lakukan agar dapat mengetahui
karakteristik setiap anak yang cenderung aktif maupun pasif dan
bagaimana pola didik yang diberikan orang tuanya sebelum
sekolah di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor
PutriTangerang.8
Selain pembelajaran siang, pada setiap malamnya ada
kegiatan belajar mandiri. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
wawancara “ada belajar mandiri namanya, biasanya itu setiap
selesai kegiatan tahfîzh malam, jadi saat itu wali kelas itu ketemu
dengan murid-muridnya. Dari situ gurunya yang bersangkutan
bisa tau yang anaknya susah maka lebih diperhatikan lagi atau
sebagainya”.9
d. Tanya Jawab
Setelah mengetahui karakteristik setiap anak, strategi
untuk mencerdaskan emosional anak biasanya dengan
mengimbangi kecerdasan emosional yang berbeda pada setiap
anak. Caranya yaitu guru bisa melakukan tanya jawab pada anak
yang cenderung pasif atau yang biasanya sering tersudutkan
dihadapan anak yang lebih aktif darinya. pada kasus ini guru akan
memberikan kesempatan lebih banyak kepada anak tersebut agar
bisa terbiasa menyuarakan pendapatnya. Sedangkan anak yang
mempunyai kebiasaan aktif dan banyak bercerita, biasanya sering
membuat anak yang lainnya tidak mempunyai kesempatan untuk
bercerita, dalam hal ini guru akan memberikan arahan kepadanya

8
Wawancara dengan Guru Bidang Agama Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`an Sighor Putri, Yuyun Yulpiah, Tangerang, 14 Juli 2018.
9
Wawancara dengan Guru Bidang Agama Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an
Sighor Putri, Aulia Fatimatuzzahra, Tangerang, 26 Juli 2018.
67

agar bisa memberikan kesempatan anak lainnya untuk ikut


bercerita.10
Dengan demikian, setiap anak mempunyai kesempatan
untuk mengeluarkan emosi yang dirasakannya sehingga nantinya
dapat mengelola emosi dirinya sendiri dan kemudian
menghasilkan hubungan kerjasama yang baik dengan orang lain
di sekitarnya.
e. Pengkondisian Anak
Dalam kegiatan pembelajaran, guru juga selalu
memperhatikan tahapan-tahapan dalam mengajar. Dalam tahapan
mengajar ini, guru akan memulai proses pembelajaran dengan
dengan mempersiapkan kondisi emosional anak dalam keadaan
siap untuk belajar dan memperhatikan kebersihan lingkungan
tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Pada saat
mengondisikan anak ini, guru akan mengetahui emosi anak dari
raut wajah dan posisi duduk mereka. Hal ini dilakukan agar saat
pembelajaran berlangsung anak akan merasa nyaman sehingga
mempunyai fokus dan konsentrasi yang tinggi dalam menerima
paparan materi yang akan guru berikan.
Pada tahapan memasuki kegiatan inti, guru akan
menggunakan metode-metode dan media yang bisa membuat
anak mudah paham dan menarik minatnya ketika guru
memberikan penjelasan materi kepada anak-anak. Metode yang
biasa digunakan seperti metode games atau permainan yang bisa
diterima oleh semua anak dan guru punya banyak interaksi
dengan anak sehingga anak lebih mudah paham dan mengerti

10
Wawancara dengan Guru Bidang Agama Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Nunung Nurasiah, tangerang, 14 Juli 2018.
68

dengan materi yang dijelaskan dan bisa mengaplikasikannya pada


kehidupan sehari-hari.11
f. Pembiasaan
Selain dari lingkup KBM, Pondok Pesantren Tahfizh
Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang yang menggunakan sistem
pembelajaran berbasis home schooling, tidak hanya mengerahkan
strateginya di kegiatan KBM saja, akan tetapi mencakup 24 jam.
Hal tersebut juga dijelaskan oleh ustâdzah Saroh selaku
koordinator pengasuhan di asrama bahwa kegiatan para santriwati
Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor PutriTangerang
mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali.12 Strategi yang
mencakup pengawasan dan pembinaan yang intens pada setiap
anaknya tanpa terkecuali. Strategi tersebut yaitu diawali dengan
melaksanakan DaQu Method dengan pemberian contoh kepada
anak dari gurunya terlebih dahulu. Sehingga akan ditiru oleh
anak, karena pada dasarnya guru adalah suri teladan bagi murid.
Segala apa yang dilakukan guru akan dilihat dan ditiru murid.13
DaQu Method tersebut yaitu sebuah pedoman yang
meliputi:
1) Salat berjamaah, jaga hati dan jaga sikap
2) Tahajud, duha dan qabliyyah ba’diyyah
3) Menghafal dan tadabur Al-Qur`an
4) Sedekah dan puasa sunah
5) Belajar dan mengajar

11
Wawancara dengan Guru Wali Kelas 6 Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an
Sighor Putri, Iis Istiqomah, tangerang, 26 Juli 2018.
12
Wawancara dengan Koordinator Pengasuhan Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Saroh, Tengerang, 11 Juli 2018.
13
Wawancara dengan Koordinator KBM Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Nia Tsamania, Tangerang, 14 Juli 2018.
69

6) Doa, mendoakan dan minta didoakan


7) Ikhlas, sabar, syukur dan ridhâ
g. Penyampaian Secara Langsung ke Psikomotorik Anak
Metode yang dipakai guru dalam mencerdaskan
emosional anak salah satunya yaitu dengan penyampaian
langsung ke psikomotorik anak. Caranya dengan memberikan
ajakan atau perintah seperti bersiap-siap untuk melaksanakan
salat dan membetulkan gerakan-gerakan yang keliru saat
melaksanakan salat. Ini biasanya diterapkan kepada anak-anak
yang baru. Adapun dalam strategi penyampaiannya yaitu guru
menyampaikannya benar-benar dari hati, bukan asal perintah
tetapi tetap dengan ketegasan. Sebagaimana yang dijelaskan
ustâdzah Zahrotul Wardah, salah satu guru bidang Agama bahwa
“untuk khusus penyampaian materi ibadah, buat anak baru di jahr
dulu atau dikeraskan dulu bacaan sholatnya, niatnya bareng, terus
kita ada penjagaan yang memadai dari teman-teman ustâdzah,
biar ketika rukû’nya ada yang meluruskan, membetulkan gerakan
yang kurang tepat”14
Menurut hasil observasi yang dilakukan penelti, kalimat-
kalimat motivasi serta hadîts yang terlihat di setiap sudut, juga di
dinding baik di tangga, di koridor dan di depan setiap kamar
sangat berpengaruh dengan perkembangan perilaku dan sikap
anak. Karena mereka bisa melihatnya di setiap saat akan
menyentuh dan menggeakkan hati anak agar mengaplikasikan
makna dari kalimat-kalimat tersebut pada kehidupan sehari-hari.

14
Wawancara dengan Guru Bidang Agama Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Zahrotul Wardah, Tengerang, 26 Juli 2018.
70

Hal ini membantu guru dalam menstimulus peningkatan dan


perkembangan kecerdasan emosional anak menjadi lebih optimal.

2. Tingkat Keberhasilan Guru PAI dalam Meningkatkan


Kecerdasan Emosional Anak diPondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`an Sighor Putri Tangerang
Mengukur tingkat keberhasilan guru PAI dalam meningkatkan
kecerdasan emosional di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an
Sighor Putri Tangerang merupakan tahap yang harus dilakukan agar
dapat mengetahui ketercapaian masing-masing anak.
Tahap evaluasi keberhasilan strategi guru bisa diterapkan
berbagai macam cara di antaranya yaitu:
a. Penilaian Sikap dan Perilaku Anak
Salah satu cara mengetahui bahwa strategi yang
digunakan telah meningkatkan kecerdasan anak yaitu dengan
melihat sikap dan perilaku anak. Selain dari memperhatikan nilai,
guru juga perlu memperhatikan sikap dan perilaku anak pada
kesehariannya. Kecerdasan emosional anak akan dikatakan
berkembang dan strategi guru bisa dikatakan berhasil jika dia
mengerti dan mudah diarahkan ketika guru menjelaskan tentang
akhlak atau meminta tolong. Akan tetapi, jika guru sudah
memberikan motivasi dan penjelasan berkali-kali dan tidak
berpengaruh baik pada perilaku anak, maka strategi yang
digunakan belum dikatakan berhasil dalam mencerdaskan
emosional anak. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari hasil
wawancara peneliti dengan guru.15

15
Wawancara dengan Guru Wali Kelas 6 Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Iis Istiqomah, Tengerang, 26 Juli 2018.
71

b. Teknik Tes
Keberhasilan strategi Guru PAI juga bisa dievaluasi
dengan berbagai macam cara. Dari hasil wawancara peneliti
bahwa salah satu cara mengevaluasi strategi tersebut, yaitu
dengan teknik tes yang diberikan guru setelah menggunakan
suatu metode tertentu untuk kegiatan belajar mengajar.
Teknik tes ini digunakan untuk melihat tingkat
kemampuan anak setelah menerapkan suatu strategi. Tehnik tes
dilakukan setelah guru menggunakan suatu metode tertentu
kemudian bisa dilihat hasil dari tes yang diberikan guru kepada
para santriwati. Jika dari 100% terdapat 70% anak yang berhasil
pada tes tersebut, maka bisa dikatakan metode yang digunakan
telah berhasil.16
Pada saat ulangan, anak-anak di Pondok Pesantren
Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri menurut koordinator KBM
tidak pernah terlihat adanya anak yang berusaha untuk
menyontek atau pun melakukan segala cara yang tidak baik
ketika mengerjakan soal. Pada saat UN pun, ketika mereka
diharuskan bergabung dengan sekolah lain yang ada murid laki-
lakinya, mereka sudah bisa mengerti untuk menjaga sikap dan
perilaku yang semestinya dilakukan ketika berhadapan dengan
lawan jenis.17
Dengan begitu bisa dilihat bahwa kecerdasan emosional
anak di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri
secara bertahap berkembang dan meningkat secara optimal.

16
Wawancara dengan guru bidang agama Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Yuyun Yulpiah, Tengerang, 14 Juli 2018.
17
Wawancara dengan Koordinator KBM Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Nia Tsamania, Tengerang, 28 Agustus 2018.
72

c. PengawasanKecakapandan Keterampilan Guru


Mengevaluasi strategi guru dalam mencerdaskan anak
tidak hanya memperhatikan anaknya saja, tetapi juga
memperhatikan kecakapan dan keterampilan guru dalam
membina muridnya. Oleh karena itu, kepala sekolah Pondok
Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor PutriTangerang
menerapkan kepada seluruh guru agar sebelum mengajar agar
terlebih dahulu melaporkan apa saja yang akan diajarkan kepada
murid dan menyerahkan lesson planing atau i’dâd tadrîs masing-
masing kepada kepala sekolah untuk diberi persetujuan sebelum
melaksanakan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pengajaran guru dan pembelajaran akan
terlaksana dengan terencana dan terstruktur dengan baik.
d. Kegiatan Rapat
Selain sebelum pembelajaran, evaluasi guru juga
dilakukan ketika mengadakan rapat yang diadakan secara rutin
oleh para guru di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an
Sighor PutriTangerang. Di dalam rapat tersebut dilakukan
evaluasi terhadap guru tentang kedisiplinan dan keberhasilan
dalam mengajar. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengawasan
dan evaluasi dari kepala sekolah terhadap para guru.
Di samping itu juga, berdasarkan wawancara peneliti
dengan koordinator KBM yaitu rapat dilakukan untuk meninjau
perilaku anak dan prestasi anak dalam kesehariannya dengan
mendengarkan laporang-laporan yang dari para pendidik yang
masing-masing memegang beberapa anak didik.18

18
Wawancara dengan Koordinator KBM Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Nia Tsamania, Tengerang, 14 Juli 2018.
73

3. Pengukuran Kecerdasan Emosional Anak di Pondok Pesantren


Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tanggerang
Mengukur kecerdasan emosional anak bisa dilihat dari perilaki
dan sikap anak. Anak yang biasa melakukan perbuatan terpuji dan
berakhlak mulia merupakan bukti bahwa kecerdasan emosional yang
dimilikinya sudah meningkat dan berkembang. Begitu juga anak-anak
di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri memiliki
kebiasaan melakukan perbuatan terpuji seperti selalu menyapa guru
apabila bertemu, bersalaman dengan guru, tidak menyontek saat
ulangan dan lain sebagainya.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, anak-anak
dapat dikatakan mempunyai kecerdasan emosional ketika dia mampu
me-manage waktu sendiri dan disiplin. Seperti sensitif ketika sudah
waktunya untuk bangun tidur, mandi, belajar dan lain-lainnya mereka
tanpa disuruh sudah melaksanakannya. Hal ini dikarenakan
sebelumnya mereka sudah dibiasakan pada awal masuk di asrama
untuk melakukan kegiatan-kegiatan sesuai jadwalnya. Sehingga anak-
anak akhirnya melakukannya tanpa perlu ada perintah lagi.19
Selain itu, ketika bergaul dengan teman, anak yang
mempunyai kecerdasan emosional tinggi dia lebih care atau erhatian
dengan temannya, ketika ada yang bertengkar atau memperebutkan
sesuatu bisa jadi penengah atau pelerai untuk teman-temannya, tidak
pilih-pilih dalam berteman dan mudah beradaptasi di sekitar teman
yang berbeda-beda karakteristiknya.

19
Wawancara dengan Koordinator Pengasuhan Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Saroh, Tengerang, 28 Agustus 2018.
74

Anak yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi salah


satunya yaitu kesadaran diri bila berbuat salah. Ketika anak menerima
atau mengakui bahwa dia berbuat kesalahan anak berarti bertanggung
jawab dengan perbuatannya bahkan tanpa ada teguran dari gurupun
anak tersebut bisa mengakui kesalahan dan menanggung resiko akibat
kesalahannya.20
Pengukuran kecerdasan emosional anak juga memerlukan
teknik yang bermacam-macam. Salah satu teknik pengumpulan data
yang digunakan oleh penulis adalah penyebaran angket/kuesioner.
Untuk itu diperlukan analisis data dalam mengukur
kecerdasan emosional anak. Adapun teknik dalam mengukur
kecerdasan emosional anak yaitu dengan data yang diperoleh dari
penyebaran angket kepada siswa dan melakukan perhitungan
prosentase dari setiap soal angket kecerdasan emosional.
Dari data hasil dari penyebaran angket yang digunakan,
peneliti menguraikan penjelasan setiap soalnya untuk membuktikan
bahwa tingkat kecerdasan emosional anak di Pondok Pesantren
Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang bisa dikatakan tinggi
dengan penjelasan sebagai berikut:

20
Wawancara dengan Koordinator Pengasuhan Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`anSighor Putri, Saroh, Tengerang, 28 Agustus 2018.
75

1. Mengenali Emosi Diri


 Pernyataan Positif
Tabel 4.4
Saya tahu persis hal-hal yang menyebabkan saya marah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Sangat Setuju 9 43%
Setuju 12 57%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan pertama yaitu pemahaman
tentang hal-hal yang menyebabkan emosi marah sudah sangat baik.
Hal ini dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat
setuju mencapai 43%,yang setuju ada 57% dan yang menyatakan
tidak setuju 0% dari 21 anak sebagai responden.
Tabel 4.5
Saya tahu kalau saya sedang malas
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
7. Sangat Setuju 4 19%
Setuju 11 52%
Tidak Setuju 6 29%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ketujuh yaitu pemahaman
tentang hal-hal yang menyebabkan rasamalas sangat baik. Hal ini
dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju
mencapai 19%,yang setuju ada 52% dan yang menyatakan tidak
setuju 29% dari 21 anak sebagai responden.
76

Tabel 4.6
Saya tahu kalau saya sedang bahagia
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
16. Sangat Setuju 12 57%
Setuju 8 38%
Tidak Setuju 1 5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan nomor 16 yaitu pemahaman
tentang hal-hal yang menyebabkan bahagia yang dialaminya sangat
baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan
sangat setuju 57%, yang setuju 38% dan yang tidak setuju hanya 5%
dari 21 anak sebagai responden.
Tabel 4.7
Saya tahu kalau saya sedang cemas
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
25. Sangat Setuju 8 38%
Setuju 7 33%
Tidak Setuju 4 19%
Sangat Tidak Setuju 2 9%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ke-25 yaitu pemahaman
tentang hal-hal yang menyebabkan perasaan cemas tergolong sangat
bagus. Hal ini dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan
sangat setuju dan yang setuju sekitar 38% dan 33%, sedangkan yang
tidak setuju dan yang sangat tidak setuju sekitar 19% dan 9% dari 21
anak yang peneliti jadikan sebagai sampel dalam penelitian.
77

 Pernyataan Negatif
Tabel 4.8
Saya merasa santai kalau dimarahi orang tua
No Alternatif Pertanyaan Frekuensi Prosentase
4. Sangat Setuju 1 5%
Setuju 0 0%
Tidak Setuju 4 19%
Sangat Tidak Setuju 16 76%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan keempat yaitu pemahaman
tentang perasaan santai ketika dimarahi orang tua sudah masuk dalam
kategori baik meskipun ada satu anak yang tetap merasa santai ketika
dimarahi orang tuanya. Hal ini dibuktikan dengan hasil prosentase
yang menyatakan sangat setuju ada 5%,yang tidak setuju ada 19%
dan yang menyatakan sangat tidak setuju mencapai 76% dari 21 anak
sebagai responden.
Tabel 4.9
Saya merasa sedih jika nilai ulangan saya jelek
No Alternatif Jawaban frekuensi Prosentase
19. Sangat Setuju 12 57%
Setuju 5 38%
Tidak Setuju 1 5%
Sangat Tidak Setuju 3 14%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ke-19 dapat dikatakan bahwa
para anak cenderung merasa sedih ketika mendapatkan nilai yang
jelek tergolong baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil prosentase yang
menyatakan sangat setuju dan yang setuju sekitar 57% dan 38%,
78

sedangkan yang tidak setuju dan sangat tidak setuju hanya sekitar 5%
dan 14% dari 21 anak yang peneliti jadikan sebagai sampel dalam
penelitian.
Tabel 4.10
Saya sering takut untuk melakukan hal baru
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
26. Sangat Setuju 3 14%
Setuju 8 38%
Tidak Setuju 6 29%
Sangat Tidak Setuju 4 19%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ke-26 yaitu perasaan takut
melakukan hal baru tergolong sedang. Hal ini dibuktikan dengan hasil
prosentase yang menyatakan sangat setuju 14%, yang setuju 38%,
sedangkan yang tidak setuju ada 29% dan yang sangat tidak setuju
19% dari 21 anak sebagai responden.

2. Mengelola Emosi
 Pernyataan Positif
Tabel 4.11
Saya tetap belajar ketika tidak ada ulangan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
2. Sangat Setuju 5 24%
Setuju 8 38%
Tidak Setuju 8 38%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 21 100%
79

Prosentase terhadap pernyataan kedua yaitu pemahaman


tentang keadaan tetap belajar walaupun tidak ada ulangan sudah
masuk dalam kategori baik meskipun tidak sedikit yang tidak
menyetujuinya. Hal ini dibuktikan dengan hasil prosentase yang
menyatakan sangat setuju mencapai 24%,yang setuju ada 38% dan
yang menyatakan tidak setuju 38% dari 21 anak sebagai responden.
Tabel 4.12
Suasana tenang membuat saya rileks dalam belajar
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
15. Sangat Setuju 13 62%
Setuju 7 33%
Tidak Setuju 1 5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan nomor 15 tentang perasaan
rileks belajar ketika suasana tenang sangat baik. Hal ini dibuktikan
dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju dan yang
setuju 62% dan 33% dan yang tidak setuju hanya 5% dari 21 anak
sebagai responden.
Tabel 4.13
Saya menolak ajakan teman saya untuk menyontek saat ulangan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
18. Sangat Setuju 10 48%
Setuju 2 9%
Tidak Setuju 9 43%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 21 100%
80

Prosentase terhadap pernyataan ke-18 yaitu sikap menolak


ajakan untuk menyontek saat ulangan tergolong sedang. Hal ini
dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju
dan yang setuju sekitar 48% dan 9%, sedangkan yang sangat tidak
setuju sekitar 43% dari 21 anak yang peneliti jadikan sebagai sampel
dalam penelitian.

 Pernyataan Negatif
Tabel 4.14
Saya tidak sedih jika kehilangan barang kesayangan saya
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
12. Sangat Setuju 1 5%
Setuju 3 14%
Tidak Setuju 6 29%
Sangat Tidak Setuju 11 52%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan nomor 12 yaitu perasaan sedih
ketika kehilangan barang kesayangan sudah sangat baik. Terbukti
dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju hanya sekitar
5%, yang setuju ada 14%, sedangkan yang tidak setuju mencapai 29%
dan yang sangat tidak setuju sebanyak 52% dari 21 anak sebagai
responden.
81

Tabel 4.15
Saya merasa perlu membalas ejekan orang lain
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
27. Sangat Setuju 3 14%
Setuju 1 5%
Tidak Setuju 4 19%
Sangat Tidak Setuju 13 62%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ke-27 yaitu sikap sikap perlu
membalas ejekan teman memberikan hasil yang sangat baik. Hal ini
dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju
hanya 14%, yang setuju 5%, sedangkan yang tidak setuju ada
sebanyak 19% dan yang sangat tidak setuju 62% dari 21 anak sebagai
responden.
Tabel 4.16
Saya kecewa bila guru tidak mengenal saya
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
29. Sangat Setuju 6 29%
Setuju 5 23%
Tidak Setuju 4 19%
Sangat Tidak Setuju 6 29%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ke-29 yaitu perasaan kecewa
bila tidak dikenal guru memberikan hasil yang tergolong sedang. Hal
ini dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju
ada 29%, yang setuju 23%, sedangkan yang tidak setuju ada 19% dan
yang sangat tidak setuju 29% dari 21 anak sebagai responden.
3. Memotivasi Diri Sendiri
82

 Pernyataan Positif
Tabel 4.17
Saya merasa perlu membalas kebaikan orang lain
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
9. Sangat Setuju 14 67%
Setuju 6 29%
Tidak Setuju 1 5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan kesembilan yaitu tentang
perlunya membalas kebaikan orang lain mempunyai prosentase yang
sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil prosentase yang
menyatakan sangat setuju mencapai 67%, yang setuju ada 29% dan
yang menyatakan tidak setuju hanya 5% dari 21 anak sebagai
responden.
Tabel 4.18
Saya memiliki cita-cita untuk masa depan saya
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
14. Sangat Setuju 19 90%
Setuju 2 10%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan no 14 yaitu tentang sikap
optimis dalam meraih cita-cita menimbulkan hasil yang sangat baik.
Hal ini dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat
setuju mencapai 90%, yang setuju 10%, sedangkan yang tidak setuju
dan yang sangat tidak setuju 0% dari 21 anak sebagai responden.
83

Tabel 4.19
Saya takut dihukum kalau saya melanggar peraturan sekolah
No Alternatif Jawaban frekuensi Prosentase
30. Sangat Setuju 9 43%
Setuju 4 19%
Tidak Setuju 1 5%
Sangat Tidak Setuju 7 33%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ke-30 yaitu perasaan takut
dihukum jika melanggar aturan memberikan hasil yang tergolong
sedang. Hal ini dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan
sangat setuju sekitar 43%, yang setuju 19%, sedangkan yang tidak
setuju ada 5% dan yang sangat tidak setuju 33% dari 21 anak sebagai
responden.

 Pernyataan Negatif
Tabel 4.20
Saya hanya belajar jika ada ulangan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
11. Sangat Setuju 6 29%
Setuju 6 29%
Tidak Setuju 6 29%
Sangat Tidak Setuju 3 14%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan kesebelas yaitu pernyataan
bahwa hanya belajar ketika ulangan menimbulkan hasil yang hampir
seimbang. Hal ini dibuktikan dengan hasil prosentase yang
menyatakan sangat setuju, setuju dan yang tidak setuju sama-sama
84

24%, sedangkan yang sangat tidak setuju hanya 14% dari 21 anak
sebagai responden
Tabel 4.21
Saya malas membantu orang tua
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
28. Sangat Setuju 2 10%
Setuju 19 90%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ke-28 yaitu perasaaan malas
membantu orang tua memberikan hasil yang sangat baik. Hal ini
dibuktikan dengan hasil prosentase yang tidak ada yang menyatakan
sangat setuju dan setuju, sedangkan yang tidak setuju ada sebanyak
10% dan yang sangat tidak setuju 90% dari 21 anak sebagai
responden.

4. Mengenali Emosi Orang Lain


 Pernyataan Positif
85

Tabel 4.22
Saya menghormati pendapat orang lain
No Aternatif Jawaban frekuensi Prosentase
6. Sangat Setuju 8 38%
Setuju 12 57%
Tidak Setuju 1 5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan keenam yaitu sikap
menghormati pendapat orang lain sangat baik. Hal ini dibuktikan
dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju mencapai
38%,yang setuju ada 57% dan yang menyatakan tidak setuju hanya
5% dari 21 anak sebagai responden.
 Pernyataan Negatif
Tabel 4.23
Saya tidak tersentuh bila melihat film yang penuh dengan kasih sayang
No Alternatif Jawaban frekuensi Prosentase
5. Sangat Setuju 3 14%
Setuju 3 14%
Tidak Setuju 11 52%
Sangat Tidak Setuju 4 19%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan kelima yaitu perasaan tidak
tersentuh dengan film yang penuh dengan kasih sayang sudah masuk
dalam kategori sedang karena ada beberapa yang tetap tidak tersentuh
saat melihat film kasih sayang. Hal ini dibuktikan dengan hasil
prosentase yang menyatakan sangat setuju mencapai 14%,yang setuju
86

ada 14%, yang tidak setuju mencapai52% dan yang menyatakan


sangat tidak setuju 19% dari 21 anak sebagai responden.
Tabel 4.24
Saya merasa tidak perlu mendengarkan keluh kesah teman saya
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
17. Sangat Setuju 1 5%
Setuju 2 10%
Tidak Setuju 7 33%
Sangat Tidak Setuju 11 52%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ke-17 yaitu sikap tidak mau
mendengarkan keluh kesah teman memberikan hasil yang baik. Hal
ini dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju
hanya 5%, yang setuju 10%, sedangkan yang tidak setuju ada
sebanyak 33% dan yang sangat tidak setuju 52% dari 21 anak sebagai
responden.

5. Membina Hubungan
 Pernyataan Positif
Tabel 4.25
Saya bersedia mendengar keluh kesah teman saya
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
3. Sangat Setuju 5 24%
Setuju 12 57%
Tidak Setuju 4 19%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 21 100%
87

Prosentase terhadap pernyataan ketiga yaitu tentang bersedia


mendengarkan keluh kesah teman sudah sangat baik. Hal ini
dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju
mencapai 24%,yang setuju ada 57% dan yang menyatakan tidak
setuju 19% dari 21 anak sebagai responden.
Tabel 4.26
Saya merasa sedih bila teman saya disakiti
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
8. Sangat Setuju 6 29%
Setuju 10 48%
Tidak Setuju 5 24%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan kedelapan yaitu tentang
perasaan sedih melihat ada teman yang disakiti sangat baik. Hal ini
dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju
mencapai 29%, yang setuju ada 48% dan yang menyatakan tidak
setuju 24% dari 21 anak sebagai responden.
Tabel 4.27
Saya merasa mudah beradaptasi dengan teman baru
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
10. Sangat Setuju 2 9%
Setuju 12 57%
Tidak Setuju 6 29%
Sangat Tidak Setuju 1 5%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan kesepuluh yaitu
tentang perasaan mudah beradaptasi dengan teman baru
88

mempunyai hasil yang beragam. Hal ini dibuktikan dengan


hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju hanya sekitar
9%, yang setuju ada sebanyak 57%, yang menyatakan tidak
setuju ada 29% dan yang menyatakan sangat tidak setuju 5%
dari 21 anak sebagai responden.
Tabel 4.28
Saya selalu menyapa guru bila bertemu mereka
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
24. Sangat Setuju 9 43%
Setuju 11 52%
Tidak Setuju 1 5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ke-24 yaitu sikap selalu
menyapa guru ketika bertemu tergolong sangat baik. Hal ini
dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju
dan yang setuju sekitar 43% dan 52%, sedangkan yang tidak setuju
dan yang sangat tidak setuju hanya sekitar 5% dan 0% dari 21 anak
yang peneliti jadikan sebagai sampel dalam penelitian.

 Pernyataan Negatif
89

Tabel 4.29
Saya lebih suka mengerjakan tugas sendiri daripada mengerjakan bersama
teman
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
13. Sangat Setuju 2 9%
Setuju 4 19%
Tidak Setuju 10 48%
Sangat Tidak Setuju 5 24%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan nomor 13 yaitu pernyataan
bahwa lebih suka mengerjakan tugas sendiri daripada mengejakan
bersama-sama mempunyai hasil yang sangat baik. Hal ini dibuktikan
dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju ada 9%, yang
setuju 19%, yang tidak setuju sebanyak 48% dan yang sangat tidak
setuju mencapai hasil yang tinggi yaitu 24% dari 21 anak sebagai
responden.
Tabel 4.30
Saya enggan meminta tolong ketika saya kesulitan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
20. Sangat Setuju 3 14%
Setuju 5 24%
Tidak Setuju 5 24%
Sangat Tidak Setuju 8 38%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ke-20 yaitu sikap enggan
meminta tolong ketika kesulitan tergolong sedang. Hal ini dibuktikan
dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju 14%, yang
90

setuju 24%, yang tidak setuju 24% dan yang sangat tudak setuju 38%
dari 21 anak yang peneliti jadikan sebagai sampel dalam penelitian.
Tabel 4.31
Saya bahagia bila melihat teman yang saya benci sedih
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
21. Sangat Setuju 1 5%
Setuju 3 14%
Tidak Setuju 6 29%
Sangat Tidak Setuju 11 52%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ke-21 tentang perasaan bahagia
ketika teman lagi bersedih banyak yang tidak setuju dan ini sangat bagus.
Hal ini dibuktikan dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat
setuju dan yang setuju hanya sekitar 5% dan 14%, sedangkan yang tidak
setuju dan yang sangat tidak setuju sebanyak 29% dan 52% dari 21 anak
yang peneliti jadikan sebagai sampel dalam penelitian.
Tabel 4.32
Bila memasuki lingkungan baru, saya kesulitan untuk beradaptasi
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
22. Sangat Setuju 2 10%
Setuju 7 33%
Tidak Setuju 8 38%
Sangat Tidak Setuju 4 19%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ke-22 yaitu perasaan sulit
beradaptasi di lingkungan baru sangat bagus. Hal ini dibuktikan
dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju dan yang
setuju nahya sekitar 10% dan 33%, sedangkan yang tidak setuju dan
91

yang sangat tidak setuju sekitar 38% dan 19% dari 21 anak yang
peneliti jadikan sebagai sampel dalam penelitian.
Tabel 4.33
Saya sedih jika tidak mempunyai teman
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
23. Sangat Setuju 13 62%
Setuju 3 14%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 5 24%
Jumlah 21 100%
Prosentase terhadap pernyataan ke-23 yaitu perasaan sedih
ketika tidak mempunyai teman tergolong baik. Hal ini dibuktikan
dengan hasil prosentase yang menyatakan sangat setuju dan yang
setuju sekitar 62% dan 14%, sedangkan yang tidak setuju dan yang
sangat tidak setuju hanya sekitar 0%dan 24% dari 21 anak yang
peneliti jadikan sebagai sampel dalam penelitian.
Dari semua hasil data yang didapatkan dari penyebaran angket
oleh peneliti, bisa membuktikan bahwa tingkat keberhasilan strategi
guru PAI di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri
Tangerang sudah bisa dikategorikan sangat baik. Hal tersebut dilihat
dari kecenderungan anak-anak dalam memilih jawaban setuju untuk
hal yang positif dan jawaban tidak setuju untuk hal yang negatif.
Berdasarkan hal tersebut, kecerdasan emosional anak sudah
mempunyai peningkatan yang baik. Dengan kecerdasan emosional ini
diharapkan mampu membawa anak-anak menuju masa depan yang
sukses dan berguna bagi bangsa dan negara.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan


bahwastrategi guru PAI dalam mencerdaskan emosional anakdi
Pondok Pesantren Tahfidz Sighor Putri Darul Qur`an Tanggerang
yaitu dengan memasukkan konsep kecerdasan emosional ketika
menerapkan beberapa strategi di antaranya seperti mempersiapkan
rencana pembelajaran (i’dad tadris) sebelum mengajar, menggunakan
media dan metode pembelajaran ketika memberikan materi,
pendekatan langsung,tanya jawab terhadap anak dan pengkondisian
anak pada awal pembelajaran. Hal ini menjelaskan bahwa Pondok
Pesantren Tahfidz Sighor Putri Darul Qur`an Tanggerang memiliki
upaya dan strategi dalam mencerdaskan emosional anak pada
berbagai kegiatan di pesantren seperti pembiasaan yang diterapkan
yaitu dengan DaQu Method yang dimulai dari guru terlebih dahulu
dan penyampaian langsung ke psikomotorik anak. Sedangkan strategi
guru PAI sendiri berperan membantu mengembangkan potensial
kecerdasan emosional anak yang telah diberikan dari kegiatan
pesantren.
Pada tahap evaluasi keberhasilan guru PAI dalam
mencerdaskan emosional anak, yaitu dengan melihat perubahan sikap
dan perilaku anak yang berkembang baik pada kesehariannya,
meningkatnya kemampuan anak ketika gurumenerapkan teknik tes
untuk kemampuan anak, pengawasan dari kepala sekolah untuk
melihat kecakapan dan keterampilan guru sebelum mengajar dan
pengarahan serta pembinaan dalam kegiatan rapat.

93
94

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab
sebelumya, maka dapat diajukan beberapa saran untuk dijadikan
pertimbangan bagi sekolah dan peneliti selanjutnya yaitu:
1. Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan kecerdasan emosional
anak, maka disarankan bagi pihak sekolah terutama para guru PAI
diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang kecerdasan
emosional kepada para anak didik dan melibatkan kecerdasan
emosional peserta didik dalam proses pembelajaran dengan
berbagai metode dan strategi yang dapat melibatkan keaktifan
siswa sehingga kemampuan kecerdasan emosional semua anak
didik khususnya di Pondok Pesantren Tahfidz Sighor Putri Darul
Qur`an Tanggerang dapat berkembang dengan baik.
2. Bagi para peneliti selanjutnya, sebaiknya dalam pengambilan data
tentang strategi guru diharapkan hanya difokuskan pada guru
bidang studi yang sangat berhubungan dengan kecerdasan
emosional saja sehingga hasil data yang bisa didapatkan lebih
terarah dan menghasilkan data yang efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Alim,Muhammad.Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran


dan Kepribadian Muslim.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011

Anggoro, M.Toha. Metode Penelitian. Jakarta : Penerbit Universitas


Terbuka. 2007

Azhari, Akyas. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Teraju Mizan.


2004

Baharuddin. Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2016
Danim, Sudarwan. Propesionalisasi dan Etika Profesi Guru.
Bandung:Alfabeta. 2013

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.


Jakarta: Rineka Cipta. 2010

Echols, John M dan Hasan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:


Gramedia. 1982

Goleman, Daniel. Emosional Inteligence (terjemahan). Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama. 1996

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:


Bumi Aksara. 2013

Hamka. Tafsir l-Azhar. Singapura: Pustaka Nasional. 1990

Herdiansyah, Haris. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups: sebagai


Instrumen Penggalian Data kualitatif. Jakarta: Rajawali Pres. 2015

Hude, Darwin. EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi


Manusia di dalam Al-Qur`an. Jakarta: Erlangga. 2006

Irawan, Prasetyo dkk. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. 2009

95
96

Mashar, Riana. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya.


Jakarta: Prenadamedia. 2011

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. 2011

M. Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2003

M. Asy’ari. Konsep Pendidikan Islam. Ciputat: Rabbani Press. 2011

Nata, Abuddin. Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:


Prenada Media Group. 2014

Nggermanto, Agus. Quantum Quetient Kecerdasan Quantum. Bandung:


Nuansa.. 2001
Pontoh, Masyita. Pendidikan perempuan berbasis al-Qur`an dalam
pandangan prof. KH. Ibrahim Hosen, LML. Ciputat: IIQ Press. 2018

Ramayulis. Ilmu Pendidika Islam. Jakarta:Kalam Mulia. 2008

R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka


Cipta. 2010

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group. 2006

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Alfabeta. 2013

Shihab, M. Quraisy. Tafsir Al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian Al-


Qur`an Volume 11. Jakarta: Lentera Hati. 2002

Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif


dan R&D). Bandung: Alfabeta.. 2007

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya. 2010
97

Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah. Jakarta:


Prenadamedia Group. 2013

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


PT. Rosdakarya. 2010.
Tatang S. Ilmu Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, . 2012

Trianto. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prenada


Media Group. 2013

Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 3 No. 20 Tahun 2003.


Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:
Ciputat Pers. 2002
Wawancara dengan Guru Bidang Agama Pondok Pesantren Tahfidz Sighor
Putri Darul Qur`an, Aulia Fatimatuzzahra, Tangerang, 26 Juli 2018

Wawancara dengan Guru Bidang Agama Pondok Pesantren Tahfidz Sighor


Putri Darul Qur`an, Nunung Nurasiah, tangerang, 14 Juli 2018.

Wawancara dengan guru bidang agama Pondok Pesantren Tahfidz Sighor


Putri Darul Qur`an, Yuyun Yulpiah, Tengerang, 14 Juli 2018

Wawancara dengan Guru Bidang Agama Pondok Pesantren Tahfidz Sighor


Putri Darul Qur`an, Zahrotul Wardah, Tengerang, 26 Juli 2018

Wawancara dengan Guru Wali Kelas 6 Pondok Pesantren Tahfidz Sighor


Putri Darul Qur`an, Iis Istiqomah, Tengerang, 26 Juli 2018

Wawancara dengan Kepala Sekolah Pondok Pesantren Tahfidz Sighor Putri


Darul Qur`an, Jaya Rukmana, Tangerang, 14 Juli 2018

Wawancara dengan Koordinator KBM Pondok Pesantren Tahfidz Sighor


Putri Darul Qur`an, Nia Tsamania, Tengerang, 14 Juli 2018

Wawancara dengan Koordinator Pengasuhan Pondok Pesantren Tahfidz


Sighor Putri Darul Qur`an, Saroh, Tengerang, 11 Juli 2018

Winarno. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi


Aksara. 2014
98

Yanggo, Huzaemah T., Dkk. revisi. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan
Disertasi Insitut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta. Jakarta: IIQ Pres.
2017
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah Swt. yang senantiasa melimpahkan curahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Strategi Guru PAI dalam Mencerdaskan Emosional Anak di Pondok
Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang”.
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada sang Rasul
pilihan, Nabi Muhammad Saw. Beserta keluarga dan para sahabat beliau
hingga hari akhir tiba.
Dalam penyusuanan skripsi ini, tidak mungkin selesai tanpa bantuan
dan partisipasi dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Sehubungan dengan hal tersebut penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA., selaku Rektor Institut Ilmu
Al-Qur`an (IIQ) Jakarta atas kebijaksanaannya beliau sebagai
pimpinan IIQ Jakarta dan telah berjasa dalam kemajuan perguruan ini.
2. Ibu Dra. Hj. Umi Khusnul Khatimah, M. Ag., selaku Dekan Fakultas
Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, yang telah
memberikan arahan, motivasi dan dedikasinya atas kemajuan Fakultas
Tarbiyah. Semoga Fakultas ini senantiasa melahirkan generasi-
generasi yang profesional dan berkompetensi.
3. Ibu Dr. Esi Hairani, M. Pd, selaku kepala jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta, dan juga dosen mata kuliah ilmu
budaya dasar, dasar-dasar ilmu pendidikan, ilmu pendidikan islam,
metodologi pembelajaran dan pengembangan kurikulum yang

vi
mengajarkan penulis dan teman-teman untuk menjadi guru PAI yang
berkualitas dan profesional.
4. Dosen pembimbing bapak Dr. KH. Ahmad Dimyathi Badruzzaman,
MA, yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk
memberikan bimbingan, arahan dan saran demi kebaikan skripsi ini.
Semoga beliau selalu dalam lindungan Allah dan diberikan kesehatan.
5. Seluruh dosen Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang telah
membimbing, memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, baik
secara teoritis maupun praktis selama penulis berada di bangku
perkuliahan.
6. Para instruktur tahfidz Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ), khususnya kaka
Nur Ilfayati, ibu Dra. Hj Isti‟anah Imron, ibu Hj. Hurul „Ien dan ibu
Dra. Hj. Azizah Burhan, MA yang tiada henti memotivasi penulis
untuk rajin menghafal Al-Qur`an.
7. Seluruh Staf Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
yang telah membantu penulis dari proses awal masuk kuliah hingga
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
8. Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Sighor Putri Darul Qur`an,
bapak Jaya Rukmana beserta keluarga besar Asatidz dan Ustaadzat
Pondok Pesantren Tahfidz Sighor Putri Darul Qur`an yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan
memberikan informasi.
9. Kepada orang tua penulis, Drs. H. Abdurrahmansyah dan Hj. Fauziah,
S. Pd yang selalu memberikan dukungan terhadap apa saja yang
penulis lakukan serta kakak-kakak penulis yaitu Khairunnida dan
suami (Abi Ummi Nadiya dan alm. Syamil), Khairina dan suami
(Papa Mama Azka dan Maryam), Siti Rahmah dan suami (Abah
Mama Mubarak) dan juga Hayatul Mina (Ayah Bundanya Wafa dan

vii
Syahir) yang selalu memotivasi dan memberikan doa yang tidak
pernah putus, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Maria Ulfah, atas kebersamaan selama 4 tahun masa kuliah, dari
masa-masa mahasiswi baru hingga masa penyelesaian tugas-tugas
akhir. Terima kasih sudah mau berbagi makanan, kasur, bantal,
piring, gelas, canda dan tawa. Semoga selalu terkenang.
11. Sahabat PMQ Borneo, Hillah Jakarta dan teman seperjuangan penulis,
Rabiatul Adawiyah, S. Pd, Laila Alfiyah Rahmah, S. Pd, Sofia Nur
Hasanah, S. Pd, Ilmadhani Safitri, S. Pd, Nur Uz‟dmah Hayati, S. H
dan Maria ulfah, S. Ag, dengan segala ke-kepo-an dan kerempongan
mereka.
12. Teman-teman Fakultas Tarbiyah angkatan 2014 yang penulis sayangi.
Terkhusus kelas B, Terimakasih atas dukungan kalian semua sejak
penulis bergabung dalam lingkaran civitas Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ).
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi semua pembaca. Penulis menyadari
bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran selalu dinantikan demi kesempurnaan karya
selanjutnya. Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada
penulis dicatat sebagai amal kebaikan. Akhirnya semoga Allah
memberikan manfaat bagi penulis dan siapapun yang membacanya.
Âmin yâ Rabbal „Âlamin.
Jakarta, 07 Agustus 2018

Penulis

viii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Strategi Guru PAI dalam Mencerdaskan Emosional


Anak di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri
Tangerang” yang disusun oleh Hayatun Nufus Nomor Induk Mahasiswa:
14311352 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang
munaqasyah.

Jakarta, 07 Agustus 2018

Pembimbing,

Dr. KH. Ahmad Dimyathi Badruzzaman, MA

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Strategi Guru PAI dalam Mencerdaskan


Emosional Anak di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri
Tangerang” yang disusun oleh Hayatun Nufus Nomor Induk Mahasiswa:
14311352 telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakulas Tarbiyah Institut
Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada 14 Agustus 2018. Skripsi ini diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).
Jakarta, 14 Agustus 2018
Dekan Fakulas Tarbiyah
Insitut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta,

Dra. Hj. Umi Khusnul Khatimah, M. Ag

Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dr. Hj. Umi Khusnul Khatimah, M. Ag Wasmini

Penguji I, Penguji II,

Sri Tuti Rahmawati, MA Dr. Hj. Umi Khusnul Khatimah, M. Ag

Pembimbing,

Dr. KH. Ahmad Dimyathi Badruzzaman, MA

ii
PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hayatun Nufus

NIM : 14311352

Tempat/Tgl. Lahir : Gambut, 15 Juni 1995

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Strategi Guru PAI dalam


Mencerdaskan Emosional Anak di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul
Qur`an Sighor Putri Tangerang” adalah benar-benar asli karya saya
kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan
kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
saya.

Jakarta, 07 Agustus 2018

Hayatun Nufus
NIM 14311352

iii
MOTTO

‫َخيْرك ْم َم ْه تَ َعلَّ َم القرْ آنَ َوعَلَّ َمه‬

“Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang belajar Al-
Qur`an dan mengajarkannya” (HR. al-Bukhârî)

iv
PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini, saya persembahkan teruntuk dua orang insan yang
jasanya tidak akan pernah dapat saya balas, sekeras apapun saya berusaha
untuk itu. Abah dan mama tercinta.

Anda mungkin juga menyukai