Anda di halaman 1dari 6

UPM PERKOPERASIAN & UMKM

Nama : Mery Ilona Sisilia


Npm : 201914579030
Kelas : X7B

1. Penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik merupakan landasan bagi
terbentuknya system, struktur dan budaya perusahaan yang fleksibel serta adaptif atas
perubahan lingkungan bisnis yang kompetitif serta mampu membangun system
pengendalian internal dan manajemen risiko yang handal.

Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang tentang Penerapan Tata Kelola


Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada koperasi, meliputi:

➢ Transparansi (transparency), yaitu menerapkan prinsip transparansi dengan


menyediakan sarana komunikasi yang efektif dan responsif dalam memperoleh
informasi mengenai perusahaan, sehingga seluruh Pemangku Kepentingan mampu
memahami kinerja dan tindakan Perusahaan.

Contoh : Melaksanakan RAT setiap tahun

➢ Akuntabilitas (accountability), yaitu menerapkan prinsip akuntabilitas dengan


mengoptimalkan kinerja dan peran setiap individu Perusahaan sehingga seluruh aksi
dan kegiatan Perusahaan berjalan dengan efektif dan efisien. Akuntabilitas
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Contoh : Menggunakan sistem digital dalam melaporkan laporan keuangan

➢ Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu menerapkan prinsip pertanggungjawaban


dengan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan terkait, mematuhi
peraturan yang berlaku, serta menghindari segala transaksi yang dapat merugikan
pihak ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati.

Contoh : Melakukan CSR

➢ Kemandirian (independency), yaitu menerapkan prinsip independensi dengan


mengelola peran dan fungsi yang dimiliki secara mandiri tanpa ada tekanan dari pihak
mana pun yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku dan prinsip serta tata
nilai perusahaan.

Contoh : Mampu menarik masyarakat untuk ikut dalam koperasi

➢ Kewajaran (fairness), yaitu menerapkan prinsip kesetaraan dengan memperhatikan


hak setiap Pemangku Kepentingan secara adil sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Perusahaan menerapkan prinsip kewajaran dengan memenuhi
hak setiap Pemangku Kepentingan dengan tetap memperhatikan kaidah dan peraturan
perusahaan.
Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik diyakini mampu memperkuat posisi daya
saing koperasi secara berkesinambungan, mengelola sumber daya dan risiko secara
lebih efisien dan efektif, meningkatkan corporate value dan kepercayaan masyarakat.

2. Kuliner
Sub sektor kuliner memberikan kontribusi yang cukup besar, yaitu 30% dari total
pendapatan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Industri kuliner mempunyai potensi
yang sangat kuat untuk berkembang, oleh karena itu pemerintah akan mendukung sub
sektor ini supaya lebih maju.
Beberapa pelaku industri kuliner melihat ada beberapa hal yang harus diperbaiki dan
dikelola secara lebih serius. Salah satu di antaranya adalah perlunya akses perizinan
usaha melalui satu pintu sehingga lebih mudah dan efektif. Para pebisnis kuliner baru
sebaiknya mendapatkan panduan dari pemerintah, mulai dari pelatihan bisnis,
informasi perizinan, sampai pada pendampingan hukum dalam proses pendirian usaha.
Sebagai wakil dari pemerintah Kemenparekraf berperan serta dalam mendampingi sub
sektor kuliner ini. Kemenparekraf menyediakan fasilitasi seperti pelatihan bisnis, akses
permodalan, dan pendampingan pendirian usaha. Kemenparekraf juga akan
berpartisipasi dalam mempromosikan kuliner Indonesia yang sangat beraneka ragam
ini di pasar domestik dan luar negeri.
Fashion
Tren fashion senantiasa berubah dengan cepat. Dalam hitungan bulan, selalu muncul
mode fashion baru. Ini tak lepas dari produktivitas para desainer fashion lokal yang
inovatif merancang baju-baju model baru, dan munculnya generasi muda kreatif yang
antusias dengan industri fashion ini. Masyarakat sebagai pasar pun juga semakin cerdas
dan berselera tinggi dalam memilih fashion
Di sisi lain, sub sektor ini harus menghadapi banyak tantangan. Fashion lokal masih
menjadi anak tiri, pasar memprioritaskan ruangnya untuk produk-produk impor,
sehingga fashion lokal kurang mendapatkan tempat. Sedangkan tantangan lain yang tak
kalah penting adalah sinergi industri hulu ke hilir, mulai dari pabrik tekstil/garmen,
perancang busana, sampai ke urusan pasar.
Dengan optimisme bahwa industri fashion bisa bersaing di Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA), Kemenparekraf akan melakukan pendampingan melalui fasilitasi-
fasilitasi yang bisa mendorong sub sektor ini menjadi semakin besar. Kemenparekraf
akan mengeluarkan kebijakan untuk mendorong penggunaan karya fashion dalam
negeri, melancarkan ketersediaan bahan baku, sampai pada promosi produk-produk
fashion dalam negeri di pasar domestik dan global.
Kriya
Industri kriya dalam negeri termasuk salah satu sektor yang tangguh dalam menghadapi
dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19. Eksistensi produk kriya Indonesia tidak
bisa dilepaskan dari fungsi ganda kriya dalam kehidupan.
Selain menawarkan estetika, seni kriya juga tetap memiliki fungsi sebagai benda
terapan. Berbekal dua manfaat tersebut, produk kriya Indonesia selalu dilirik banyak
konsumen, baik lokal maupun mancanegara.
Perubahan sistem belajar mengajar, bekerja, dan berbagai aktivitas lain berbasis daring
membuat fokus dan hobi masyarakat turut berubah. Contohnya, banyak masyarakat
yang mulai tertarik dengan kegiatan mendekorasi rumah. Jelas, hobi baru ini
membutuhkan banyak pernak-pernik.
Ditambah lagi sebagian masyarakat antusias mengubah ruangan menjadi
kantor, selama penerapan work from home. Tak heran jika meja dan kursi kantor, serta
hiasan rumah menjadi produk kriya yang banyak dicari selama pandemi.
Melihat peluang tersebut, benda-benda interior rumah jadi perhatian baru bagi
masyarakat Indonesia. Untuk menciptakan dekorasi ruangan yang diinginkan, tidak
sedikit masyarakat melirik produk kriya buatan Indonesia sebagai pilihan.
Inovasi pelaku ekonomi kreatif Indonesia dalam menjaga “nyawa” kelangsungan
bisnisnya juga sangat beragam. Salah satu inovasi besar yang dilakukan pelaku industri
kreatif adalah memasarkan produk kriya Indonesia secara digital.
Pemasaran produk kriya Indonesia secara daring bukan tanpa alasan. Hal ini
mempertimbangkan kelebihan pemasaran digital, yakni jangkauan pasar yang lebih
luas. Selain itu, pola pembelian masyarakat sejak pandemi berlangsung mulai beralih
ke arah digital.
Selain dari segi pemasaran, inovasi juga dilakukan pengrajin dari segi produk. Cara ini
yang dipilih oleh banyak pengrajin kriya, salah satunya pengrajin di bawah sanggar
Uri-Uri Kriya Logam.
Kelompok Uri-Uri Kriya Logam mencoba membuat inovasi terhadap produknya. Jika
sebelum pandemi jenis pesanan lebih banyak berupa ukuran logo dan nama perusahaan
dari bahan kuningan dan tembaga, saat ini sudah tidak lagi.
Surutnya pesanan dalam bentuk tersebut membuat para pekerja memutar otak, lantas
menciptakan produk berupa home decor. Mereka mulai mencoba menghasilkan produk
baru berupa hiasan dinding berbentuk wayang, ukir-ukiran, dan hiasan lainnya.
Terbukti, melalui inovasi ini, permintaan pasar mulai kembali naik.
Dukungan dari pemerintah ini dilakukan dengan berbagai upaya, salah satunya
mengadakan kelas pemasaran digital. Adanya pelatihan pemasaran digital ini tidak
hanya membuat pelaku ekonomi kreatif di subsektor kriya mampu bertahan, namun
diharapkan mampu menembus pasar ekspor secara efisien.
Kemenparekraf/Baparekraf terus mendukung pelaku ekonomi kreatif, khususnya
subsektor kriya untuk segera go digital. Melalui pelatihan ini, para pelaku ekonomi
kreatif belajar memahami perubahan perilaku konsumen selama pandemi, cara
membangun branding di dunia digital, mengembangkan pemasaran digital,
mengembangkan rencana bisnis digital, serta mendatangkan penjualan.

Sumber : https://kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif
3. Pengertian dana desa adalah sejumlah anggaran dana yang diberikan kepada desa dari
pemerintah. Dana tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang merupakan sumber dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Jumlah yang diterima paling sedikit adalah 10% dari APBN.

Alokasi dana yang diberikan harus digunakan secara konsisten dan terkendali. Setiap
kegiatan yang menggunakan alokasi dana desa, melalui beberapa tahapan proses
perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi yang jelas dan berdasar prinsip. Segala bentuk
laporan yang dibuat harus transparan dan dapat dipertanggungjawabka

Penyimpangan-penyimpangan dana desa yang sering terjadi antara lain ada beberapa
hal. Pertama adalah pengadaan barang dan jasa yang tidak sesuai. Kedua adalah markup
anggaran yang biasanya tidak melibatkan masyarakat dalam musyawarah desa. Ketiga
adalah penyelewengan dana untuk kepentingan pribadi.

Keempat lemahnya pengawasan dan kelima adalah penggelapan honor aparat desa.
Dana desa yang diselewengkan akan menghambat pertumbuhan ekonomi desa. Untuk
mencegahnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan soal penggunaan dana
desa salah satu jalan adalah transparansi dan peran aktif warga untuk turut serta
mengawasi penggunaan dana desa. Untuk mendukung kecepatan dan ketepatan
penyaluran, penggunaan dan pengelolaan dana desa.

4. Koperasi yang bergerak di sektor pariwisata mempunyai potensi yang sangat besar
untuk berkembang. Potensi ini berdasarkan banyaknya jumlah objek wisata di
Indonesia dan bisa menarik wisatawan domestik maupun luar negeri. Koperasi sebagai
entitas bisnis yang dibangun dari komunitas, dapat berperan aktif dalam pengembangan
usahanya di sektor pariwisata.

Brand Power Pariwisata harus ditata ulang, sehingga industri pariwisata dapat
menyesuaikan diri dalam tatanan dunia baru. UMKM di industri pariwisata agar tidak
jalan sendiri-sendiri, namun bergabung dalam satu wadah koperasi. Koperasi
mempunyai peluang yang besar di industri pariwisata dan dapat memberikan manfaat
bagi UMKM.

Koperasi memiliki tantangan di era digital dalam hal SDM, kelembagaan, manajemen
dan teknologi, pembiayaan, serta produksi dan pemasaran. Perancangan strategi
pengembangan koperasi pariwisata, antara lain melalui pembiayaan, peningkatan
kapasitas dan penguatan kelembagaan, dan konektivitas dan digitalisasi.

Tren pariwisata pasca kemunculan virus Covid-19 lebih mengarah pada pariwisata
berbasis alam. Maka, optimalisasi penggunaan teknologi untuk mengurangi kontak
fisik dan perhatian lebih kepada aspek kebersihan, kesehatan, keselamatan dan
kelestarian lingkungan. Untuk itu koperasi pariwisata harus bisa adaptif terhadap tren
ini, dan UMKM di lokasi pariwisata agar bergabung dalam koperasi.

Terdapat program dalam mendukung pengembangan pariwisata, seperti pelatihan dan


pembinaan pengembangan usaha mikro di lokasi Desa Wisata.

Moderinisasi koperasi perlu difokuskan pada sektor-sektor potensial seperti pariwisata.


Koperasi pariwisata perlu dikelola secara profesional. Keahlian dalam manajemen
bisnis sangat diperlukan agar bisa lebih adaptif. Terutama dengan pelajaran dari
pandemi Covid-19 yang berakibat sangat besar bagi pariwisata. Pendampingan dan
penguatan kelembagaan yang komprehensif diperlukan untuk mengoptimalkan peran
koperasi.

Yang paling penting dalam berkoperasi adalah SDM-nya. Jika SDM-nya kuat maka
koperasinya juga kuat. Pemerintah harus memberikan perhatian khusus untuk
peningkatan daya dukung pariwisata.

Saat ini yang harus menjadi fokus pengembangan pariwisata adalah bagaimana
mengintegrasikan aspek-aspek pembangunan tidak hanya dari sisi aksesibilitas,
amenitas /perkotaan, amenitas dan atraksi, SDM, kawasan berdaya saing.

Koperasi dapat mendukung seluruh rantai pasok pariwisata, dari berbagai segi.
Koperasi bisa menangani dari jasa transportasi, jasa pemesanan, penyediaan produk-
produk kerajinan souvenir, memasok pangan untuk restoran dan hotel, kafe, dan
sebagainya. Yang menjadi kunci pengembangan koperasi pariwisata adalah
mendiversifikasi jenis-jenis usaha koperasi yang bisa mengisi dari rantai pasok
pariwisata yang ada

5. Koperasi & Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terbukti telah menjadi faktor
pendorong dalam pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya di masa pandemi Covid-
19. Pengembangan potensi UMKM dapat dilakukan salah satunya dengan
mempercepat digitalisasi UMKM. Namun digitalisasi juga harus diimbangi dengan
peningkatan kapasitas para pelaku usaha dan kebijakan terkait.

Di masa pandemi saat ini digitalisasi semakin relevan dan strategis bagi UMKM untuk
tetap bertahan dan berperan sebagai penggerak utama pemulihan ekonomi. Namun
digitalisasi UMKM ini harus diimbangi dengan dua persyaratan, yaitu peningkatan
kapasitas SDM pelaku usaha UMKM, dan dukungan kebijakan akses pasar bagi produk
UMKM.

Guna mengembangkan potensi UMKM perlu adanya kerja sama


antar stakeholders terkait sehingga dapat tercipta pengembangan ekosistem UMKM
yang berkesinambungan. Oleh karena itu kepada seluruh pihak terkait untuk terus
meningkatkan komitmen dalam memberikan pendampingan dan pembinaan kepada
pelaku UMKM agar terus menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi dan
memiliki pangsa pasar yang luas.

Strategi yang digunakan agar koperasi & UMKM dapat bertahan dimasa pandemi saat
ini antara lain :

1. Pembinaan dan pendampingan guna mendorong produktivitas UMKM, sehingga


mampu meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produknya.
2. Pendampingan dan pengembangan UMKM khususnya UMKM potensial ekspor
yang didukung dengan fasilitas kemudahan pembiayaan dan kolaborasi dengan
usaha besar.
3. Memanfaatkan fasilitas yang disiapkan Kementerian Koperasi dan UKM ini dalam
membantu pelaku UMKM mengembangkan usahanya
4. Digitasilisasi koperasi & UMKM.

Anda mungkin juga menyukai