Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : CHONDRI PARDAMEAN LUMBAN GAOL

Nomor Induk Mahasiswa /NIM : 045077217

Kode / Nama Mata Kuliah : HKUM4303 / HUKUM PERUSAHAAN

Kode / Nama UPBJJ : 24 / UPBJJ – UT KOTA BANDUNG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Pertanyaan :
1. 1. UMKM seringkali mengalami berbagai permasalahan seperti penurunan penjualan,
permodalan, distribusi terhambat, kesulitan bahan baku, produksi menurun dan PHK buruh, hal
ini menjadi ancaman bagi perekonomian nasional. UMKM sebagai penggerak ekonomi domestik
dan penyerap tenaga kerja tengah menghadapi penurunan produktivitas yang berakibat pada
penurunan profit secara signifikan.
Sumber : lipi.go.id
Pertanyaan:
Dari uraian diatas, jelaskanlah upaya atau strategi yang dapat dilakukan untuk
pengembangan produktivitas UMKM sehingga dapat meningkatkan profitnya!

2. Yayasan merupakan lembaga nir-laba – non-profit, yang didirikan oleh sekumpulan


orang, dimana seluruh aktifitasnya diperuntukan untuk tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan. Oleh karenanya, Undang-Undang secara ketat mengawasi agar
tujuan mulia sebuah yayasan tidak disalahgunakan oleh Organ Yayasan dengan mencari
keuntungan sebesar-besarnya bagi pribadi Organ itu, sebagaimana layaknya sebuah badan usaha
seperti perseroan.
Pertanyaan:
Berdasarkan uraian diatas menurut Anda apakah yayasan dapat mendirikan suatu badan usaha?
Jelaskan jawaban Anda dengan menyertakan dasar hukum yang konkrit!

3. Berikanlah analisis anda apakah sejauh ini KPPU telah berperan dengan baik untuk
menegakkan hukum persaingan usaha melalui putusan-putusan perkara persaingan tidak sehat di
Indonesia?
Jawaban :
1. Seiring pertumbuhan UMKM yang semakin pesat, tidak dapat dipungkiri bahwa
pelaksanaan kegiatan UMKM sering mendapat hambatan. Hambatan-hambatan itu, antara lain
dapat ditinjau dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal UMKM yang
penanganan masing-masing faktor harus bersinergi untuk memperoleh hasil yang maksimal,
yaitu pendapatan bagi pelaku UMKM, kesejahteraan masyarakat, dan pembangunan
ekonomi nasional pada khususnya. Menurut Edy Suandy Hamid dalam tulisannya dengan
judul Pengembangan UMKM untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah, faktor
internal UMKM yang dimaksud di sini adalah masalah klasik dari UMKM itu sendiri, yaitu
lemah dalam segi permodalan dan segi manajerial (kemampuan manajemen, produksi,
pemasaran, dan sumber daya manusia), sedangkan untuk faktor eksternal UMKM yang
dimaksud adalah masalah yang muncul dari pihak pengembang dan pembina UMKM, misalnya
solusi yang diberikan tidak tepat sasaran, tidak adanya monitoring dan program yang tumpang
tindih antarinstitusi. Dalam upaya meningkatkan kesempatan dan kemampuan UMKM,
pada dasarnya telah banyak dikeluarkan berbagai kebijaksanaan oleh Pemerintah tentang
pencadangan usaha, pendanaan, dan pembinaan, akan tetapi belum berhasil sebagaimana
diharapkan karena belum adanya kepastian hukum, yang merupakan perlindungan bagi
UMKM dan dipatuhi oleh semua pihak Pertama, menyusun taktik pemasaran digital yaitu
dengan menjual produk secara online, sehingga dapat memperoleh jangkauan yang lebih
luas. Peluang bagi pelaku UMKM untuk bertahan di masa pandemi adalah dengan
memaksimalkan penjualan secara online. Dalam penjualan secara online ini pelaku UMKM
bisa memanfaatkan berbagai platform atau aplikasi yang tersedia untuk menjual produk
usahanya. Adapun macam - macam e-commerce yang dapat dimanfaatkan pelaku UMKM
yaitu Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Lazada dan lain sebagainya. Selain itu, pelaku UMKM
juga dapat memanfaatkan media sosial untuk memasarkan produknya seperti Instagram,
Facebook, dan Tiktok.
Kedua, melihat kebutuhan masyarakat dimasa pandemi. Pemberdayaan masyarakat bagi pelaku
UMKM yaitu dengan mencoba pilihan lain dengan memberdayakan pelaku UMKM pada
produk yang paling dibutuhkan di masa pandemi. Produk yang paling dibutuhkan masyarakat
biasanya masker, hand sanitizer, disenfectan. Dengan menjual produk yang dibutuhkan
masyarakat, maka pelaku usaha UMKM bisa mendapatkan keuntungan yang besar karena
melihat kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini tidak lepas dari masker, hand sanitizer, dan
disenfectan.
Ketiga, bukan hanya memanfaatkan platform dan media sosial tetapi pelaku UMKM juga harus
memperbaiki kualitas produk dan pelayananannya. Seperti membuat kemasan produk yang
menarik, pelaku UMKM harus memberikan pelayanan yang baik bagi pembeli, melihat
kesalahan dan mecari jalan keluar, dan selalu melakukan quality control pada barang yang
dibuat.
Keempat, memanfaatkan layanan pesan-antar. Menjamurnya aplikasi layanan pesan-antar
merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM. Berdasarkan
penelitian Nielsen yang bertajuk "Understanding The Online Food Delivery Market and
GoFood's Leadership in Indonesia". 95% dari 1000 responden membeli kuliner melalui layanan
pesan-antar pada 3 bulan terakhir.
Kelima, mengikuti pelatihan. Pelatihan merupakan modal berharga dalam meningkatkan
kapabilitas serta kompetensi UMKM dalam menjalankan bisnis yang tengah mereka geluti.
Dengan mengikuti pelatihan pelaku UMKM dapat menambah wawasan, mengembangkan
hardskill hingga memperluas jaringan yang mereka punya. Oleh karena itu, mengikuti
pelatihan merupakan suatu langkah yang penting untuk mengembangkan bisnisnya.
Keenam, melakukan pemasaran digital. Pemasaran digital yang dapat dilakukan diantaranya
dengan menciptakan iklan secara digital, seperti Youtube ads, Instagram ads, Tiktok ads dan
berbagai iklan lainnya. Dengan melakukan pemasaran secara digital membuat produk pelaku
UMKM dapat dikenal dan diketahui orang banyak. Dengan adanya strategi ini harapannya
pelaku UMKM di masa pandemi mampu melakukan kegiatan jual beli dengan berbasis
online atau digitalisasi dan produk usahanya dapat dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu,
harapannya strategi ini dapat terlaksana dengan baik dan dapat meningkatkan penjualan produk
usaha. Kemudian, dapat memberdayaan masyarakat bagi pelaku UMKM di masa pandemi untuk
keberlangsungan hidupnya.
Peranan UMKM menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan
pembangunan yang dikelola oleh dua kementerian, yaitu Kementerian Perindustrian dan
Perdagangan (selanjutnya, disebut Kemperindag), serta Kementerian Koperasi dan UMKM,
kendati begitu, ternyata usaha pengembangan yang dilakukan masih belum memuaskan
hasilnya, karena pada kenyataannya kemajuan UMKM sangat kecil jika dibandingkan
dengan kemajuan yang telah dicapai Usaha Besar padahal potensi dari UMKM itu sendiri cukup
besar dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Strategi pemberdayaan UMKM di
Indonesia perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang berkaitan dalam penumbuhan iklim
usaha yang perlu didukung oleh Pemerintah terutama Pemerintah Daerah, dengan menetapkan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan meliputi aspek pendanaan, sarana prasarana,
informasi usaha, perizinan usaha, promosi dagang, dan dukungan kelembagaan. Berkaitan
dengan beberapa aspek yang disebutkan tadi, antara lain:
1. Aspek Pendanaan a. Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Koperasi dan
UMKM untuk dapat mengakses kredit perbankan, dan lembaga keuangan nonbank. b.
Membantu Koperasi dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk mendapatkan
pembiayaan yang disediakan oleh Bank, atau nonBank, balk menggunakan sistem konvensional
maupun sistem syariah dengan jaminan Pemerintah.
2. Aspek Sarana dan Prasarana a. Mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong usaha
Koperasi dan mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. b. Memberikan keringanan
tarif prasarana tertentu bagi usaha Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
3. Aspek Informasi Usaha a. Membentuk dan mempermudah pemanfaatan Bank Data dan
Jaringan Informasi Bisnis. b. Menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber
pembiayaan, komoditas, penjaminan, desain dan teknologi, serta mutu.
4. Aspek Kemitraan a. Mewujudkan kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,
dengan Usaha Besar. b. Mendorong terjadinya hubungan saling menguntungkan, dalam
pelaksanaan transaksi usaha, antara Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dengan
Usaha Besar.
5. Aspek Perizinan Usaha a. Menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan
sistem pelayanan terpadu. b. Membebaskan biaya perizinan bagi usaha Mikro, dan
memberikan keringanan biaya perizinan bagi Usaha Kecil.
6. Aspek Promosi Dagang a. Meningkatkan promosi produk Koperasi dan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, di dalam dan luar negeri. b. Memfasilitasi pemilikan ha katas hak
kekayaan intelektual atas produk dan desain dari Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Seiring pertumbuhan UMKM yang semakin pesat, tidak dapat dipungkiri bahwa
pelaksanaan kegiatan UMKM sering mendapat hambatan. Hambatan-hambatan itu, antara lain
dapat ditinjau dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal UMKM yang
penanganan masing-masing faktor harus bersinergi untuk memperoleh hasil yang maksimal,
yaitu pendapatan bagi pelaku UMKM, kesejahteraan masyarakat, dan pembangunan
ekonomi nasional pada khususnya. Menurut Edy Suandy Hamid dalam tulisannya dengan
judul Pengembangan UMKM untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah, faktor
internal UMKM yang dimaksud di sini adalah masalah klasik dari UMKM itu sendiri, yaitu
lemah dalam segi permodalan dan segi manajerial (kemampuan manajemen, produksi,
pemasaran, dan sumber daya manusia), sedangkan untuk faktor eksternal UMKM yang
dimaksud adalah masalah yang muncul dari pihak pengembang dan pembina UMKM, misalnya
solusi yang diberikan tidak tepat sasaran, tidak adanya monitoring dan program yang tumpang
tindih antarinstitusi. Dalam upaya meningkatkan kesempatan dan kemampuan UMKM,
pada dasarnya telah banyak dikeluarkan berbagai kebijaksanaan oleh Pemerintah tentang
pencadangan usaha, pendanaan, dan pembinaan, akan tetapi belum berhasil sebagaimana
diharapkan karena belum adanya kepastian hukum, yang merupakan perlindungan bagi
UMKM dan dipatuhi oleh semua pihak.

2. Sebagai sebuah badan hukum yang pendiriannya memenuhi baik syarat formal maupun
materiil, dalam menjalankan yayasan dilakukan oleh organ yayasan, yaitu pembina, pengurus,
dan pengawas. Kekuasaan dan kewenangan pengurus dibatasi oleh anggaran dasar, serta
maksud, dan tujuan yayasan. Pengurus menempati kedudukan sentral dalam mengendalikan
yayasan dan hal ini pula memberikan tanggung jawab yang besar. Pengurus mewakili
yayasan di dalam dan di luar pengadilan, dalam melakukan tugasnya, dan kemudian
mempertanggung-jawabkannya baik internal maupun ekstemal berdasarkan: 1) Fiduciary Duty,
2) Duty of Skill and Care, dan 3) Statutory Duty.
Tiga prinsip dalam doktrin fiduciary duty adalah: 1) tidak boleh ada konflik kepentingan antara
pengurus dengan yayasan (the conflict rule); 2) tidak boleh memanfaatkan kedudukan
sebagai pengurus yayasan untuk memperoleh keuntungan pribadi (profit rule); 3) tidak boleh
memanfaatkan milik yayasan bagi keuntungan dan kepentingan pribadi pengurus ( the
misappoinpriation rule)
Pengurus yayasan tidak berwenang mengadakan pengikatan harta kekayaan yayasan,
mengadakan pembelian, membuat hutang, mengikatkan yayasan sebagai mitra debitor, kecuali
atas persetujuan pembina dan atau pengawas, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan dan anggaran dasar.
Sesuai dengan ketentuan UU Yayasan, yayasan dapat mendirikan badan usaha atau melakukan
kegiatan usaha, namun yayasan harus dapat menyesuaikan kekayaan yang dipisahkan oleh
pendiri dengan tujuan yang akan dicapai. Undang-Undang Yayasan mengatur mengenai
yayasan yang satu dapat digabungkan dengan yayasan yang lain dan yayasan yang
menggabungkan diri menjadi bubar. Penggabungan yayasan dapat terjadi mungkin karena
tujuan yang sama atau tidak mungkin mencapai maksud dan tujuan yayasan tanpa bantuan
yayasan lain. Penggabungan ini harus disetujui oleh rapat pembina masing-masing yayasan
yang melakukan penggabungan. Pengurus yayasan hasil penggabungan wajib mengumumkan
hasil penggabungan dalam surat kabar berbahasa Indonesia. Rancangan akta penggabungan
yayasan dan akta perubahan anggaran dasar yayasan harus memperoleh persetujuan menteri.
Sesuai Pasal 3 ayat (1) UU No.16 Tahun 2001 tentang Yayasan (“UU Yayasan”), suatu
Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.
Dalam penjelasan pasal ini disebutkan bahwa ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk
menegaskan bahwa Yayasan tidak digunakan sebagai wadah usaha dan Yayasan tidak dapat
melakukan kegiatan usaha secara langsung tetapi harus melalui badan usaha yang
didirikannya atau melalui badan usaha lain dimana Yayasan menyertakan kekayaannya
(penjelasan Pasal 3 ayat [1] UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 16 Tahun
2001 tentang Yayasan). Dengan kata lain, ketentuan tersebut di atas menegaskan bahwa
yayasan boleh mendirikan badan usaha. Mengenai jenis kegiatan usaha apa saja yang boleh
dilakukan badan usaha yang didirikan Yayasan, sesuai Pasal 7 ayat (1) UU Yayasan, badan
usaha tersebut harus sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian yayasan. Hal ini ditegaskan pula
dalam Pasal 8 UU Yayasan bahwa kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan serta tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Lebih jauh disebutkan dalam penjelasan Pasal 8 UU Yayasan bahwa kegiatan usaha dari badan
usaha Yayasan mempunyai cakupan yang luas, termasuk antara lain hak asasi manusia, kesenian,
olah raga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan, dan ilmu
pengetahuan. Dari penjelasan Pasal 8 tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa bidang
usaha yang bisa didirikan oleh Yayasan sebenarnya tidak hanya terbatas pada bidang-
bidang yang telah disebutkan melainkan bisa lebih luas lagi. Lebih jauh Saudara dapat
membaca pula artikel SIUP dan TDP Yayasan. Jadi, Yayasan boleh mendirikan badan usaha atau
melakukan penyertaan pada suatu usaha asalkan sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian
Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Undang-Undang No 5 Tahun 1999 menjelaskan bahwa tugas dan wewenang Komisi
Pengawas Persaingan Usaha adalah sebagai berikut:

Tugas

1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek


monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai
dengan Pasal 16;
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24;
3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28;
4. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam Pasal
36;
5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan
dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
6. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan undang-undang ini;
7. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat.

Wewenang

1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat;
3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku
usaha atau yang ditemukan oleh Komisi sebagai hasil penelitiannya;
4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
undang-undang ini;
6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap
mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;
7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau
setiap orang sebagaimana dimaksud nomor 5 dan nomor 6, yang tidak bersedia
memenuhi panggilan Komisi;
8. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan
atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini;
9. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
penyelidikan dan atau pemeriksaan;
10. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain
atau masyarakat;
11. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
12. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan undang-undang ini.

Anda mungkin juga menyukai