Anda di halaman 1dari 23

TUGAS 3 HKUM4303

Nama : Nadita Ferenanda


NIM : 042490607

UPBJJ UT Yogyakarta
______________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________

1. UMKM seringkali mengalami berbagai permasalahan seperti penurunan penjualan,


permodalan, distribusi terhambat, kesulitan bahan baku, produksi menurun dan PHK
buruh, hal ini menjadi ancaman bagi perekonomian nasional. UMKM sebagai penggerak
ekonomi domestik dan penyerap tenaga kerja tengah menghadapi penurunan
produktivitas yang berakibat pada penurunan profit secara signifikan.

Sumber : lipi.go.id

Pertanyaan:

Dari uraian diatas, jelaskanlah upaya atau strategi yang dapat dilakukan untuk
pengembangan produktivitas UMKM sehingga dapat meningkatkan profitnya!

2. Yayasan merupakan lembaga nir-laba – non-profit, yang didirikan oleh sekumpulan


orang, dimana seluruh aktifitasnya diperuntukan untuk tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan. Oleh karenanya, Undang-Undang secara ketat mengawasi
agar tujuan mulia sebuah yayasan tidak disalahgunakan oleh Organ Yayasan dengan
mencari keuntungan sebesar-besarnya bagi pribadi Organ itu, sebagaimana layaknya
sebuah badan usaha seperti perseroan.

Pertanyaan:

Berdasarkan uraian diatas menurut Anda apakah yayasan dapat mendirikan suatu badan
usaha? Jelaskan jawaban Anda dengan menyertakan dasar hukum yang konkrit!

3. Berikanlah analisis anda apakah sejauh ini KPPU telah berperan dengan baik untuk
menegakkan hukum persaingan usaha melalui putusan-putusan perkara persaingan tidak
sehat di Indonesia?
Jawaban

Seiring pertumbuhan UMKM


yang semakin pesat, tidak
dapat dipungkiri bahwa
pelaksanaan kegiatan UMKM
sering mendapat hambatan.
Hambatan-hambatan itu,
antara lain dapat ditinjau dari
dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
UMKM yang penanganan
masing-masing faktor harus
bersinergi untuk memperoleh
hasil yang maksimal, yaitu
pendapatan bagi pelaku
UMKM, kesejahteraan
masyarakat, dan pembangunan
ekonomi nasional pada
khususnya. Menurut Edy
Suandy Hamid dalam
tulisannya dengan judul
Pengembangan UMKM untuk
Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi Daerah, faktor internal
UMKM yang dimaksud
di sini adalah masalah klasik
dari UMKM itu sendiri, yaitu
lemah dalam segi
permodalan dan segi manajerial
(kemampuan manajemen,
produksi, pemasaran, dan
sumber daya manusia),
sedangkan untuk faktor
eksternal UMKM yang
dimaksud
adalah masalah yang muncul
dari pihak pengembang dan
pembina UMKM, misalnya
solusi yang diberikan tidak tepat
sasaran, tidak adanya
monitoring dan program yang
tumpang tindih antarinstitusi.
Dalam upaya meningkatkan
kesempatan dan
kemampuan UMKM, pada
dasarnya telah banyak
dikeluarkan berbagai
kebijaksanaan oleh Pemerintah
tentang pencadangan usaha,
pendanaan, dan
pembinaan, akan tetapi belum
berhasil sebagaimana
diharapkan karena belum
adanya kepastian hukum,
yang merupakan perlindungan
bagi UMKM dan dipatuhi
oleh semua pihak Pertama,
menyusun taktik pemasaran
digital yaitu dengan menjual
produk secara online,
sehingga dapat memperoleh
jangkauan yang lebih luas.
Peluang bagi pelaku UMKM
untuk bertahan di masa
pandemi adalah dengan
memaksimalkan penjualan
secara online.
Seiring pertumbuhan UMKM
yang semakin pesat, tidak
dapat dipungkiri bahwa
pelaksanaan kegiatan UMKM
sering mendapat hambatan.
Hambatan-hambatan itu,
antara lain dapat ditinjau dari
dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
UMKM yang penanganan
masing-masing faktor harus
bersinergi untuk memperoleh
hasil yang maksimal, yaitu
pendapatan bagi pelaku
UMKM, kesejahteraan
masyarakat, dan pembangunan
ekonomi nasional pada
khususnya. Menurut Edy
Suandy Hamid dalam
tulisannya dengan judul
Pengembangan UMKM untuk
Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi Daerah, faktor internal
UMKM yang dimaksud
di sini adalah masalah klasik
dari UMKM itu sendiri, yaitu
lemah dalam segi
permodalan dan segi manajerial
(kemampuan manajemen,
produksi, pemasaran, dan
sumber daya manusia),
sedangkan untuk faktor
eksternal UMKM yang
dimaksud
adalah masalah yang muncul
dari pihak pengembang dan
pembina UMKM, misalnya
solusi yang diberikan tidak tepat
sasaran, tidak adanya
monitoring dan program yang
tumpang tindih antarinstitusi.
Dalam upaya meningkatkan
kesempatan dan
kemampuan UMKM, pada
dasarnya telah banyak
dikeluarkan berbagai
kebijaksanaan oleh Pemerintah
tentang pencadangan usaha,
pendanaan, dan
pembinaan, akan tetapi belum
berhasil sebagaimana
diharapkan karena belum
adanya kepastian hukum,
yang merupakan perlindungan
bagi UMKM dan dipatuhi
oleh semua pihak Pertama,
menyusun taktik pemasaran
digital yaitu dengan menjual
produk secara online,
sehingga dapat memperoleh
jangkauan yang lebih luas.
Peluang bagi pelaku UMKM
untuk bertahan di masa
pandemi adalah dengan
memaksimalkan penjualan
secara online.
Seiring pertumbuhan UMKM
yang semakin pesat, tidak
dapat dipungkiri bahwa
pelaksanaan kegiatan UMKM
sering mendapat hambatan.
Hambatan-hambatan itu,
antara lain dapat ditinjau dari
dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal
UMKM yang penanganan
masing-masing faktor harus
bersinergi untuk memperoleh
hasil yang maksimal, yaitu
pendapatan bagi pelaku
UMKM, kesejahteraan
masyarakat, dan pembangunan
ekonomi nasional pada
khususnya. Menurut Edy
Suandy Hamid dalam
tulisannya dengan judul
Pengembangan UMKM untuk
Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi Daerah, faktor internal
UMKM yang dimaksud
di sini adalah masalah klasik
dari UMKM itu sendiri, yaitu
lemah dalam segi
permodalan dan segi manajerial
(kemampuan manajemen,
produksi, pemasaran, dan
sumber daya manusia),
sedangkan untuk faktor
eksternal UMKM yang
dimaksud
adalah masalah yang muncul
dari pihak pengembang dan
pembina UMKM, misalnya
solusi yang diberikan tidak tepat
sasaran, tidak adanya
monitoring dan program yang
tumpang tindih antarinstitusi.
Dalam upaya meningkatkan
kesempatan dan
kemampuan UMKM, pada
dasarnya telah banyak
dikeluarkan berbagai
kebijaksanaan oleh Pemerintah
tentang pencadangan usaha,
pendanaan, dan
pembinaan, akan tetapi belum
berhasil sebagaimana
diharapkan karena belum
adanya kepastian hukum,
yang merupakan perlindungan
bagi UMKM dan dipatuhi
oleh semua pihak Pertama,
menyusun taktik pemasaran
digital yaitu dengan menjual
produk secara online,
sehingga dapat memperoleh
jangkauan yang lebih luas.
Peluang bagi pelaku UMKM
untuk bertahan di masa
pandemi adalah dengan
memaksimalkan penjualan
secara online.
1. Seiring pertumbuhan UMKM yang semakin pesat,tidak dapat dipungkiri bahwa
pelaksanaann kegiatan UMKM Sering mendapat hambatan. Hambatan-hambatan itu,
antara lain dapat ditinjau dari dua factor, yaitu factor internal dan factor eksternal UMKM
yang penanganan masing-masing factor harus bersinergi untuk memperoleh hasil yang
maksimal, yaitu pendapatan bagi pelaku UMKM, Kesejahteraan Masyarakat, dan
Pembangunan ekonomi nasional pada khususnya. Menurut Edy Suandy Hamid dalam
tulisannya dengan judul Pengembangan UMKM untuk Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi Daerah, Faktor internal UMKM yang dimaksud di sini adalah masalah klasik
dari UMKM itu sendiri, yaitu lemah dalam segi permodalan dan segi manajerial
(kemampuan memanajemen,produksi,pemasaran,dan sumber daya manusia). Sedangkan
untuk factor eksternal UMKM yang dimaksud adalah masalah yang muncul dari pihak
pengembang dan Pembina UMKM, Misalnya solusi yang diberikan tidak tepat sasaran,
tidak adanya monitoring dan program yang tumpeng tindih antar instuisi. Dalam Upaya
meningkatkan kesempatan dan kemampuan UMKM, pada dasarnya telah banyak
dikeluarkan berbagai keijaksanaan oleh Pemerintah tentang pencadangan usaha,
Pendanaan, dan pembinaan, akan tetapi belum berhasil sebagaimana diharapkan karena
belum adanya kepastian hukum, yang merupakan perlindungan bagi UMKM dan
Dipatuhi oleh semua Pihak Pertama, Menyusun taktik pemasaran digital yaitu dengan
menjual produk secara online sehingga dapat memperoleh jangkauan yang lebih luas.
Peluang bagi pelaki UMKM untuk bertahan di masa pandemic adalah dengan
memaksimalkan penjualan secara online.

Dalam penjualan secara online ini pelaku UMKM bisa memanfaatkan berbagai platform atau aplikasi
yang tersedia untuk menjual produk usahanya. Adapun macam – macam e -commerce yang dapat
dimanfaatkan pelaku UMKM Yaitu Shopee, Tokopedia, Bukalapak, LAZADA dan lain sebagainya.
Selain itu, pelaku UMKM juga dapat memanfaatkan media social untuk memasarkan produknya seperti
Instagram, Facebook, dan Tiktok

Kedua, melihat kebutuhan Masyarakat dimasa pandemic, Pemberdayaan Masyarakat bagi pelaku UMKM
yaitu dengan Mnecoba pilihan lain dengan memberdayakan pelaku UMKM pada produk yang paling
dibutuhkan, seperti kebutuhan pokok ataupun keperluan Kesehatan, dengan menjual produk yang
dibutuhkan Masyarakat, maka pelaku usaha UMKM bisa mendapatkan keuntungan yang besar karena
melihat kebutuhan Masyarakat Indonesia saat ini tidak lepas misalnya dari masker, hand sanitizer dan
desinfectan.

Ketiga, bukan hanya memanfaatkan platform dan media social tetapi pelaku UMKM juga Harus
memperbaiki kualitas produk yang menarik, pelaku UMKM harus memberikan pelayanan yang baik bagi
pembeli, melihat kesalahan dan mencari jalan keluar,dan selalu melakukan quality control pada barang
yang dibuat.

Keempat, memanfaatkan layanan pesan-antar menjamunurnya aplikasi layanan pesan-antar merupakan


suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM. Bedasarkan penelitian Nielsen yang
bertajuk “Understanding The Online Food Delivery Market and GoFood’s Leadership in Indonesia”. 95%
dari 1000 responden membeli kuliner melalui layanan pesan antar pada 3 bulan terakhir.

Kelima, mengikuti pelatihan. Pelatihan merupakan modal berharga dalam meningkatkan kapabilitas serta
kompetensi UMKM dalam menjalankan bisnis yang Tengah mereka geluti. Dengan mengikuti pelayihan
pelaku UMKM dapat menambah wawasan, mengembangkan hardskill hingga memperluas jaringan yang
mereka punya. Oleh karena itu, mengikuti pelatihan merupakan suatu Langkah yang penting untuk
mengembangkan bisnisnya.
Keenam, melakukan pemasaran digital. Pemasaran digital yang dapat dilakukan diantaranya dengan
menciptakan iklan secara digital, seperti Youtube ads, Instagram ads,Tiktok ads, berbagai iklan lainnya.
Dengan pemasaran secara digital membuat produk pelaku UMKM dapat dikenal dan diketahui orang
banyak.

Dengan adanya strategi ini harapannya pelaku UMKM dimasa pandemic mampu melakukan kegiatan jual
beli dengan berbasis online atau digitilisasi dan produk usahanya dapat dikenal oleh masyarakatluas.
Selain itu, harapannya strategi ini dapat terlaksanan dengan baik dapat meningkatkan penjualan produk
usaha. Kemudian , dapat memberdayakan Masyarakat bagi pelaku UMKM di masa pandemic misalnya
untuk berlangsungan hidupnya.

Peranan UMKM menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan Pembangunan yang
dikelola oleh dua kementrian, yaitu kementrian Perindustrian dan Perdagangan ( Selanjutnya disebut
Kemperindag), serta Kementrian Koperasi dan UMKM, kendati begitu, ternyata usaha pengembangan
yang dilakukan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada kenyataannya kemajuan UMKM sangat
kecil jika dibandingkan dengan kemajuan yang telah dicapai Usaha Besar padahal potensi dari UMKM
itu sendiri cukup besar dalam Pembangunan ekonomi nasional di Indonesia.

Strategi pemberdayaan UMKM di Indonesia perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang berkaitan
dalam penumbuhan iklim usaha yang perlu didukung oleh Pemerintah Daerah, dengan menetapkan
peraturan perundangan -undangan dan kebijakan meliputi aspek pendanaan,sarana prasarana, informasi
usaha, perizinan Usaha, promosi dagang, dana dukungan kelembagaan. Berkaitan dengan beberapa aspek
yang disebutkan tadi,antara lain:

1. Aspek Pendanaan
a. Memperluas sumber
pendanaan dan memfasilitasi
Koperasi dan UMKM
untuk dapat mengakses kredit
perbankan, dan lembaga
keuangan
nonbank.
b. Membantu Koperasi dan
pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah untuk
mendapatkan pembiayaan yang
disediakan oleh Bank, atau
nonBank, balk
menggunakan sistem
konvensional maupun sistem
syariah dengan jaminan
Pemerintah.
1. Aspek Pendanaan
a. Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Koperasi dan UMKM untuk
dapat mengakses kredit perbankan, dan lembaga keuangan nonbank.
b. Membantu Koperasi dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk
mendapatkan pembiayaan yang disediakan oleh Bank, atau nonBank, balk
menggunakan sistem konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan
Pemerintah.
2. Aspek Sarana dan Prasarana
a. Mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong usaha Koperasi dan
mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
3. Memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi usaha Koperasi dan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah Aspek Pendanaan
a. Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Koperasi dan UMKM untuk
dapat mengakses kredit perbankan, dan lembaga keuangan nonbank.
b. Membantu Koperasi dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk
mendapatkan pembiayaan yang disediakan oleh Bank, atau nonBank, balk
menggunakan sistem konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan
Pemerintah.

4. Aspek Sarana dan Prasarana


a. Mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong usaha Koperasi dan
mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi usaha Koperasi dan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah Seiring pertumbuhan UMKM yang semakin pesat, tidak dapat
dipungkiri bahwa pelaksanaan kegiatan UMKM sering mendapat hambatan. Hambatan-
hambatan itu, antara lain dapat ditinjau dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal UMKM yang penanganan masing-masing faktor harus bersinergi untuk
memperoleh hasil yang maksimal, yaitu pendapatan bagi pelaku UMKM, kesejahteraan
masyarakat, dan pembangunan ekonomi nasional pada khususnya. Menurut Edy Suandy
Hamid dalam tulisannya dengan judul Pengembangan UMKM untuk Meningkatkan
Pertumbuhan Ekonomi Daerah, faktor internal UMKM yang dimaksud di sini adalah
masalah klasik dari UMKM itu sendiri, yaitu lemah dalam segi permodalan dan segi
manajerial (kemampuan manajemen, produksi, pemasaran, dan sumber daya manusia),
sedangkan untuk faktor eksternal UMKM yang dimaksud adalah masalah yang muncul
dari pihak pengembang dan pembina UMKM, misalnya solusi yang diberikan tidak tepat
sasaran, tidak adanya monitoring dan program yang tumpang tindih antarinstitusi. Dalam
upaya meningkatkan kesempatan dan kemampuan UMKM, pada dasarnya telah banyak
dikeluarkan berbagai kebijaksanaan oleh Pemerintah tentang pencadangan usaha,
pendanaan, dan pembinaan, akan tetapi belum berhasil sebagaimana diharapkan karena
belum adanya kepastian hukum, yang merupakan perlindungan bagi UMKM dan dipatuhi
oleh semua pihak.

Sumber referensi :

>. https://www.kompasiana.com/marshaandini/622f72527a36cd6897125fa2/strategi-
pemberdayaan-masyarakat-bagi-pelaku-usaha-mikro-kecil-umkm-di-masa-pandemi- covid-19

>. https://pustaka.ut.ac.id/reader/index.php?subfolder=HKUM4303/&doc=M7.pdf
>. BMP Hukum Perusahaan

2. Sebagai sebuah badan hukum yang pendiriannya memenuhi baik syarat formal maupun
materiil, dalam menjalankan yayasan dilakukan oleh organ yayasan, yaitu pembina,
pengurus, dan pengawas. Kekuasaan dan kewenangan pengurus dibatasi oleh anggaran
dasar, serta maksud, dan tujuan yayasan. Pengurus menempati kedudukan sentral dalam
mengendalikan yayasan dan hal ini pula memberikan tanggung jawab yang besar.
Pengurus mewakili yayasan di dalam dan di luar pengadilan, dalam melakukan tugasnya,
dan kemudian mempertanggung- jawabkannya baik internal maupun ekstemal
berdasarkan: 1) Fiduciary Duty, 2) Duty of Skill and Care, dan 3) Statutory Duty.
Tiga prinsip dalam doktrin fiduciary duty adalah: 1) tidak boleh ada konflik kepentingan
antara pengurus dengan yayasan (the conflict rule); 2) tidak boleh memanfaatkan
kedudukan sebagai pengurus yayasan untuk memperoleh keuntungan pribadi (profit
rule); 3) tidak boleh memanfaatkan milik yayasan bagi keuntungan dan kepentingan
pribadi pengurus ( the misappoinpriation rule)
Pengurus yayasan tidak berwenang mengadakan pengikatan harta kekayaan yayasan,
mengadakan pembelian, membuat hutang, mengikatkan yayasan sebagai mitra debitor,
kecuali atas persetujuan pembina dan atau pengawas, sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar.
Sesuai dengan ketentuan UU Yayasan, yayasan dapat mendirikan badan usaha atau
melakukan kegiatan usaha, namun yayasan harus dapat menyesuaikan kekayaan yang
dipisahkan oleh pendiri dengan tujuan yang akan dicapai. Undang-Undang Yayasan
mengatur mengenai yayasan yang satu dapat digabungkan dengan yayasan yang lain dan
yayasan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Penggabungan yayasan dapat terjadi
mungkin karena tujuan yang sama atau tidak mungkin mencapai maksud dan tujuan
yayasan tanpa bantuan yayasan lain. Penggabungan ini harus disetujui oleh rapat pembina
masing-masing yayasan yang melakukan penggabungan. Pengurus yayasan hasil
penggabungan wajib mengumumkan hasil penggabungan dalam surat kabar berbahasa
Indonesia. Rancangan akta penggabungan yayasan dan akta perubahan anggaran dasar
yayasan harus memperoleh persetujuan Menteri
Sesuai Pasal 3 ayat (1) UU No.16 Tahun 2001 tentang Yayasan (“UU Yayasan”), suatu
Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan
usaha. Dalam penjelasan pasal ini disebutkan bahwa ketentuan dalam ayat ini
dimaksudkan untuk menegaskan bahwa Yayasan tidak digunakan sebagai wadah usaha
dan Yayasan tidak dapat melakukan kegiatan usaha secara langsung tetapi harus melalui
badan usaha yang didirikannya atau melalui badan usaha lain dimana Yayasan
menyertakan kekayaannya (penjelasan Pasal 3 ayat
[1] UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan).
Dengan kata lain, ketentuan tersebut di atas menegaskan bahwa yayasan boleh
mendirikan badan usaha.
Mengenai jenis kegiatan usaha apa saja yang boleh dilakukan badan usaha yang didirikan
Yayasan, sesuai Pasal 7 ayat (1) UU Yayasan, badan usaha tersebut harus sesuai dengan
maksud dan tujuan pendirian yayasan.
Hal ini ditegaskan pula dalam Pasal 8 UU Yayasan bahwa kegiatan usaha dari badan
usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud dan
tujuan Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Lebih jauh disebutkan dalam penjelasan Pasal 8 UU Yayasan bahwa kegiatan usaha dari
badan usaha Yayasan mempunyai cakupan yang luas, termasuk antara lain hak asasi
manusia, kesenian, olah raga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup,
kesehatan, dan ilmu pengetahuan. Dari penjelasan Pasal 8 tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa bidang usaha yang bisa didirikan oleh Yayasan sebenarnya tidak
hanya terbatas pada bidang-bidang yang telah disebutkan melainkan bisa lebih luas lagi.
Lebih jauh Saudara dapat membaca pula artikel SIUP dan TDP Yayasan.
Jadi, Yayasan boleh mendirikan badan usaha atau melakukan penyertaan pada suatu
usaha asalkan sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian Yayasan serta tidak
bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Sumber referensi
>. https://pustaka.ut.ac.id/reader/index.php?subfolder=HKUM4303/&doc=M8.pdf

>. https://www.hukumonline.com/klinik/a/yayasan-dan-usaha-lt4fe2cf33e850f

3. KPPU ( Komisi Pengawasan Persaingan Usaha )

KPPU telah berkontribusi bagi upaya perbaikan ekonomi negeri ini melalui penegakan
hukum persaingan usaha, melakukan koreksi kebijakan melalui pemberian saran
pertimbangan kepada Pemerintah yang berpotensi menyebabkan persaingan usaha tidak
sehat, melakukan penilaian terhadap korporasi yang melakukan merger akuisi, dan
berdasarkan UU No. 20/2008 tentang UMKM bahwa KPPU memperoleh mandat untuk
melakukan pengawasan dan penegakan hukum di sektor kemitraan. Beberapa sektor telah
mengalami perubahan yang signifikan seiring peran KPPU di dalamnya. Sebut saja hal
ini terjadi di sektor telekomunikasi, penerbangan, pengadaan barang dan jasa serta sektor
lainnya.

Wakil Ketua Umum DPN PERADI, Sutrisno, menyampaikan bahwa tidak dapat
dipungkiri dengan keterlibatan Indonesia dalam Word Trade Organisation (WTO) maka
dibuatnya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 beserta peraturan lainnya seperti dalam
bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sangat diperlukan guna memberikan
kepastian hukum dalam bidang usaha bagi setiap pelaku usaha yang menjalankan
usahanya di Indonesia. Salah satu iklim usaha yang harus dijaga oleh pemerintah adalah
situasi persaingan usaha yang sehat dan wajar yang tidak menimbulkan adanya
pemusatan kekuatan ekonomi bagi sebagian pelaku usaha. Inilah sebenarnya makna dari
adanya ratifikasi perjanjian perdagangan internasional yang harus dilaksanakan oleh
pemerintah beserta pelaku usaha dan pemilik modal.

Keberadaan KPPU sebagai lembaga untuk menegakkan Undang-Undang Larangan


Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dengan berbagai fungsi yang
dimiliki diharapkan dapat membuat iklim berusaha di Indonesia berada dalam situasi
persaingan yang sehat dan wajar. Mengingat perkembangan perekonomian yang begitu
pesat, maka peran KPPU harus lebih efektif dalam bekerja untuk memberikan masukan
kepada pemerintah dalam rangka menjaga persaingan usaha yang sehat dan wajar bagi
semua pelaku usaha yang ada di Indonesia. Selain itu, diperlukan legislatif review
terhadap Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat serta aturan mengenai proses penyelidikan yang dilakukan
oleh KPPU beserta hukum acara dalam proses persidangan di KPPU.

Dari perspektif akademisi, Dosen Hukum Bisnis Universitas Bina Nusantara, Shidarta,
memaparkan pandangannya bahwa hukum persaingan usaha merupakan area kajian
multidisipliner terhadap hukum, sehingga area kajian ini membutuhkan kolaborasi antar-
disipliner dengan ilmu hukum. Paradigma lama yang memilah kepentingan antar-pelaku
usaha dan kepentingan konsumen merupakan salah satu faktor yang membuat hukum
persaingan usaha tidak dapat optimal mencapai tujuan idealnya bagi masyarakat luas. Hal
ini diperparah dengan divergensi kelembagaan. Secara kelembagaan, KPPU memiliki
keunikan karena merupakan lembaga supervisi, self-regulatory, tetapi sekaligus
adjudikasi. Batas-batas kewenangan yang dimilikinya tunduk pada ketentuan Undang-
Undang, tetapi kewenangan yang sudah dimiliki saat ini harus dioptimalkan dengan
memperkuat kapasitas kelembagaaan (capacity building).

Di mata masyarakat, diktum/amar putusan KPPU lebih sering dijadikan sebagai titik
sorotan. Disparitas putusan dalam konteks ini perlu menjadi objek perhatian, sehingga
“kalibrasi” sanksi juga harus dilakukan melalui kajian multidisipliner. Mengingat
putusan-putusan KPPU adalah referensi yang penting dalam pembelajaran hukum
persaingan usaha, maka KPPU wajib untuk memuat pertimbangan hukum yang memadai
(motivering vonnis), dan membiasakan diri untuk mengutip pertimbangan dari putusan-
putusan sebelumnya agar terlihat konsistensi kebijakan KPPU (apabila ada perubahan
sikap, ada penjelasan mengapa terjadi perubahan).

Dari berbagai informasi diatas yang saya paparkan dapat ditarik kesimpulan kedudukan
KPPU terhadap hukum persaingan usaha Kedudukan hukum KPPU dalam ketatane-
garaan merupakan lembaga negara komplementer (state auxiliary organ), dibentuk oleh
presiden untuk mengawasi pelaksanaan UULPM, KPPU dalam pelaksanaan tugasnya
terlepas dari pengaruh pemerintah. State auxiliary organ adalah lembaga negara yang
dibentuk diluar konstitusi untuk membantu pelaksanaan tugas lembaga negara pokok
yaitu lembaga eksekutif, lembaga legislatif dan lembaga yudikatif. KPPU bukan lembaga
peradilan namun, KPPU memiliki kewenangan melaksanakan quasi judicial meliputi
kewenangan yang dimiliki oleh lembaga peradilan yaitu, penyidikan, penuntutan,
memeriksa, mengadili, sampai memutus perkara persaingan usaha pada tingkat pertama.
KPPU mengeluarkan putusan dan penetapan
dalam penegakan hukum persaingan usaha. Kedudukan hukum KPPU terkait dengan
penegakan hukum persaingan usaha tercermin dalam ketentuan Pasal 35 huruf a, b, c, d
tentang tugas KPPU dan Pasal 36 huruf a sampai l tentang wewenang KPPU yang
dipertegas lagi dalam Pasal 4 huruf a, b, c Keppres Nomor 75 Tahun 1999 sudah
dilaksanakan dengan baik oleh KPPU, hal ini terbukti dengan diterbitkannya berbagai
penetapan dan putusan yang dihasilkan oleh KPPU sejak tahun 2001 sampai dengan
tahun 2009. Dampak UULPM diberlakukan adalah telah mengubah perilaku pelaku
usaha dalam menjalankan usahanya, pelaku usaha didorong menjalankan usahanya secara
fair melakukan efisiensi dan inovasi untuk mampu bersaing dalam merebut pasar.
Sumber referensi :
>. https://kppu.go.id/blog/2020/07/hukum-dan-kebijakan-persaingan-usaha-indonesia-
mau-dibawa-ke-mana/
>. https://media.neliti.com/media/publications/40740-ID-kedudukan-hukum-komisi-
pengawas-persaingan-usaha-melaksanakan-wewenang-penegakan.pdf
>. https://ekon.go.id/publikasi/detail/2477/butuh-penegakan-hukum-demi-persaingan-
usaha-sehat
>.

Anda mungkin juga menyukai