Abstrak
UMKM menjadi roda penggerak dalam mengatasi pengangguran dan membuka lapangan
pekerjaan, Fakta menunjukan bahwa kesempatan kerja yang diciptakan oleh kelompok UMKM
jauh lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja yang bisa diserap oleh usaha besar. Karena
itu diharapkan UMKM terus berperan optimal dalam upaya menanggulangi pengangguran yang
jumlahnya cenderung meningkat setiap tahunnya.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah memanfaatkan penelitian kepustakaan, yaitu
proses mencari melalui berbagai literatur, penelitian, atau kajian yang ada berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilakukan. Padahal kunci untuk membuka segala sesuatu yang membantu
pemecahan masalah dalam penelitian Sumber-sumber terkait antara lain: ensiklopedi, jurnal,
buku, dan karya ilmiah lainnya. Peneliti juga telah melakukan analisis mengenai Permasalahan
UMKM yang ada di Warung Ijo Bu Nur (Warjo) yaitu berupa Harga bahan pokok yang naik dan
susah untuk di dapatkan hal ini di landasi karena inflansi yang sedang terjadi Konsumen yang
tidak sabar saat mengantri sehingga membuat suasana tidak kondusif Bukan hanya konsumen
yang tidak sabar driver ojol juga memiliki masalah yang sama yaitu tidak sabar mengantri yang
berakibat memberikan rating buruk terhadap warung makan ini akibatnya warung makan ijo bu
nur harus off Karyawan yang libur mendadak mengakibatkan terjadinya kesulitan warung dalam
menangani jika adanya lonjakan pembelian tapi kekeurangan tenaga kerja, karena sistem upah di
warung makan ini adalah harian.Selanjutnya terdapat Strategi dan Kebijakan UMKM Kebijakan
dan pedoman yang tepat, komprehensif dan tahan lama diperlukan untuk memperluas peran
UMKM di masa mendatang ekonomi dan daya tahan masalah yang dihadapinya untuk ada efek
secara positif. Hal yang sama ditemukan Kementerian Koperasi dan Badan Usaha Kecil dan
Menengah 2005, yaitu menyajikan pendekatan utama mengembangkan UKM di Indonesia yaitu
Strategi perkembangan lingkungan bisnis promosi Strategi peningkatan akses UMKM alat
produksi Strategi pengembangan kewirausahaan dan daya saing UMKM dan Strategi lebih
banyak sinergi dan partisipasi hadirin. Dalam hubungan ini sejauh ini masih banyak faktor UKM
yang kesulitan mendapatkan pegangan untuk mendapatkan pinjaman dari bank, ini karena
pengusaha tidak cukup terjamin dan bahkan pengusaha akses informasi terbatas bank lebih jauh
dari samping pengembangan bisnis, pelaku UMKM ada lebih banyak informasi dari model
keuangan barang tertentu, dan sebaliknya Bank juga perlu informasi tentang produk ini
kemungkinan untuk membiayai.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang sangat melimpah, akan
tetapi dengan sumber daya yang melimpah ini belum mampu meningkatkan kemajuan
perekonomian nasional dan khususnya mengangkat taraf hidup masyarakat secara keseluruhan.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduknya yang rata-rata masih rendah, tingkat
kemiskinan penduduknya yang masih tinggi, kesempatan kerja yang tidak memadai, dan
pengangguran masih tinggi, serta masih banyak masalah lain yang masih mengiringi perjalanan
bangsa dalam menuju kemakmuran ekonomi. Untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat
diperlukan perbaikan dalam berbagai sektor, terutama yang secara langsung berpengaruh
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sektor tersebut adalah usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM).
UMKM menjadi roda penggerak dalam mengatasi pengangguran dan membuka lapangan
pekerjaan, Fakta menunjukan bahwa kesempatan kerja yang diciptakan oleh kelompok UMKM
jauh lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja yang bisa diserap oleh usaha besar. Karena
itu diharapkan UMKM terus berperan optimal dalam upaya menanggulangi pengangguran yang
jumlahnya cenderung meningkat setiap tahunnya.
Lebih dari itu bahwa sektor ini telah terbukti mampu bertahan ditengah badai krisis
ekonomi yang menerpa beberapa negara di dunia jika dibandingkan dengan perusahaan besar.
Basri (2002) mengungkapkan bahwa UMKM mampu bertahan karena: 1) menghasilkan barang
konsumsi khususnya tidak tahan lama kelompok barang ini dicirikan oleh permintaan terhadap
perubahan pendapatan yang relatif rendah; 2) mayoritas usaha kecil lebih mengandalkan pada
non banking financing dalam aspek pendanaannya; 3) usaha kecil pada umumnya melakukan
spesialisasi produk yang ketat dalam artian memproduksi barang tertentu; 4) terbentuknya
UMKM sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sekor formal akibat krisis
ekonomi yang berkepanjangan.
Peran UMKM dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari:
1. Kedudukannya sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor;
2. Penyedia lapangan kerja yang terbesar;
3. Pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat;
4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi;
Disamping memiliki berbagai peran strategis tersebut di atas, menurut Ina Primiana
UMKM Indonesia memiliki permasalahan yang akut, khususnya dibidang permodalan yakni:
1. Kesulitan akses ke bank dikarenakan ketidakmampuan dalam hal menyediakan persyaratan
agar bankable, sebetulnya bank Indonesia telah banyak membantu UMKM agar dapat lebih
mudah untuk mendapatkan akses kredit dari bank, namun kenyataannya tidak semua
UMKM dapat memenuhi persyaratan corrateral (jaminan). Artinya masih lebih banyak
UMKM yang belum terjaring.
2. Ketidaktahuan UMKM terhadap cara memperoleh dana atau modal dari sumber-sumber lain
selain perbankan yang dapat menjadi sumber pembiaayan.
3. Tidak tersedianya modal pada saat pesanan datang. Artinya mereka membutuhkan dana
cepat untuk memenuhi pesanan. Hal ini tidak mungkin bisa dipenuhi oelh perbankan karena
pengajuan kredit bank membutuhkan waktu lama.
Permasalahan yang dihadapi oleh UMKM tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja,
mengingat sumber penghidupan bagi sebagian besar rumah tangga saat ini masih bergantung
kepada sektor tersebut. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi serta meningkatkan
peranan UMKM diperlukan strategi yang tepat maupun kebijakan yang komprehensif dan
berkelanjutan.
Dari hasil kajian dan banyak penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai UMKM di
Indonesia, maka diperoleh beberapa masalah yang dihadapi oleh UMKM. Permasalahan yang
masih merupakan masalah klasik dan umumnya masih terjadi pada hampir sebagian besar
UMKM di Indonesia adalah permodalan (pendanaan). Berkaitan dengan masalah yang dihadapi
UMKM, maka diperlukan strategi dan kebijakan untuk mengatasinya. UMKM di Indonesia
harus mampu secara proaktif dan kreatif untuk mengembangkan dirinya disamping dukungan
dari seluruh stake-holders. Dukungan tersebut diharapkan datang dari asosiasi pengusaha,
perguruan tinggi, dinas/instansi terkait di lingkungan pemerintah kabupaten / kota dan provinsi.
Lebih lanjut dalam tulisan ini akan membahas bagaimana memecahkan permasalahan yang
selama ini melakat di sektor tersebut dengan menggunakan strategi dan kebijakan yang tepat,
komprehensif, dan berkelanjutan, agar sektor tersebut tetap memberikan kontribusi yang besar
bagi perekonomian nasional. Dengan objek penelitian Warung Ijo “Bu Nur” Kabupaten
Lampung Selatan.
PEMBAHASAN
Konsep dan Pengertian UMKM
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai difinisi yang beragam dengan
rumusan tentang usaha kecil dalam berbagai variasi nama, misalnya (1) Biro Pusat Statistik
(BPS) menggunakan kriteria jumlah orang yang dipekerjakan; (2) Kementerian Perindustrian,
menggunakan kriteria finansial semacam investasi modal untuk mesin dan peralatan serta
investasi per tenaga kerja; (3) Bank Indonesia, menggunakan kriteria finansial, semacam
kekayaan dan omzet; (4) Kementerian Perdagangan menggunakan kriteria maksimum modal
aktif untuk usaha dagang; (5) KADIN (Kamar Dagang dan Industri) menggunakan kriteria
modal, yang disesuaikan dengan sektor-sektor ekonomi.
UMKM sendiri dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu usaha mikro dengan jumlah
karyawan 10 orang, usaha kecil dengan jumlah karyawan 30 orang, dan usaha besar dengan
jumlah karyawan sampai dengan 300 orang (LPPI & Bank Indonesia, 2015). Undang-Undang
Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil (1995), lebih rinci menyatakan
bahwa usaha kecil adalah “Usaha yang memenuhi kriteria: memiliki kekayaan bersih paling
banyak dua ratus juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak satu miliar rupiah, milik WNI, berdiri sendiri, bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik
langsung, maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar,dan berbentuk usaha orang
perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum,
termasuk koperasi.”
Perananan UMKM
Dengan melakukan kerja sama dan sebagai mitra bagi perusahaan besar diharapkan dapat
mendukung peran dan potensi UKM Pembangunan dan Perekonomian Nasional sesuai dengan
Pasal 25 UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM yaitu:
1. Pemerintah
Pemerintah wilayah, dunia usaha dan memfasilitasi masyarakat baik dukungan dan
merangsang kemitraan berdasarkan timbal balik, saling membutuhkan, saling percaya,
untuk mengkonfirmasi dan menguntungkan.
2. Kemitraan antar perusahaan Mikro, Kecil dan Menengah dan Kemitraan bisnis ke bisnis
Mikro, Kecil dan Menengah
Dengan bisnis besar yang meliputi proses pemindahan, pengetahun industry, pembuatan
dan pengolahan, pemasaran, modal, staf dan teknologi
3. Menteri dan Menteri Teknologi
Mengatur insentif untuk perusahaan besar masuk ke dalam kemitraan mikro, kecil, dan
melalui tahap peralihan inovasi dan pengembangan produk berorientasi ekspor, pekerjaan,
penggunaan teknologi yang benar, ramah pengguna dan ramah lingkungan, dan mengatur
pelatihan.
Permasalahan UMKM
Masalah paling krusial yang dihadapi UMKM adalah permodalan yang sangat halus.
UMKM masih mengalami kendala dalam hal meningkatkan semua bentuk permodalan, baik
untuk bekerja maupun berinvestasi. Dalam situasi ini, terdapat otoritas pemberi kredit perbankan
yang bekerja sama dengan UMKM. Pemerintah telah mewajibkan perbankan untuk menyalurkan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk membantu permodalan bagi UMKM ini. KUR bertugas
mempermudah akses kredit perbankan bagi UMKM produktif namun belum bankable. Kesulitan
dalam masalah permodalan, membawa ke masalah mendasar yang mempengaruhi proses inovasi
dan transformasi UMKM, mengimbas pula pada kesulitan dalam pemasaran terutama dari segi
pengenalan pasar, penentuan harga, negosiasi, serta jalur distribusi dan penjualan (Lincolin
Arsyad, 2003). Dalam nada yang sama, usaha kecil biasanya tidak dapat mempromosikan produk
mereka melalui media arus utama karena kurangnya permintaan yang cukup untuk produk
mereka yang dapat menutupi biaya kegiatan promosi. Dalam hal biaya promosi, media murah,
seperti radio komunitas, selbaran, atau megafon seluler, lebih disukai dan cenderung
menonjolkan daerah yang jarang penduduknya (Theresia Trisanti, 2001).
Kendala lain yang cukup krusial adalah kesulitan bahan baku, terutama UMKM di sektor
processing, dan manufacturing. Hal ini dapat terjadi akibat minimnya modal kerja sehingga
semua transaksi harus dilaksanakan dalam bentuk uang tunai. Misalnya pengusaha garmen
kesulitan untuk memperoleh benang atau pengusaha kecap kesulitan bahan baku qkedelai, karena
sedikitnya penawaran atau kalau ada harganya relative mahal. Di sisi lain, fasilitas perlengkapan
produksi seperti control kualitas, gudang tempat penyimpanan, alat distribusi sering tidak
dimiliki oleh pengusaha UMKM. Akibat perlengkapan yang kurang lengkap ini berdampak pada
terbatasnya jumlah, jenis dan variasi produk yang dihasilkan sehingga produk yang dihasilkan
menjadi statis dan tidak mampu lagi untuk bersaing di pasar (Hershkovich dan Harper, 2005).
Berbagai kendala lainnya yang masih sering ditemui pada UMKM adalah masih rendahnya
kualitas SDM, yang tercermin dari kurang berkembangnya perilaku kewirausahaan, lemahnya
kaderisasi, kreativitas, disiplin, etos kerja, dan profesionalisme. Berbagai kendala tersebut,
menyebabkan sangat rentannya UMKM dalam menghadapi persaingan. Pengalaman
menunjukkan bahwa eksistensi UMKM yang teramcam bahkan mati sebelum bersentuhan
dengan iklim liberalisasi perdagangan dunia.
Strategi dan Kebijakan UMKM
Kebijakan dan pedoman yang tepat, komprehensif dan tahan lama diperlukan untuk
memperluas peran UMKM di masa mendatang ekonomi dan daya tahan masalah yang
dihadapinya untuk ada efek positif ini. Dalam kaitannya dengan pekerjaan dan pendapatan bagi
masyarakat, yaitu mungkin jangka panjang UKM bisa hadir menjadi pilar Realisasi
Perekonomian Indonesia bebas dari pengangguran.
Menurut Kuncoro (2009) menunjukkan dua langkah Strategi yang dapat disarankan untuk
pengembangan sektor UKM atau Strategi tarikan permintaan dan dorongan penawaran Strategi.
Strategi Tarik Permintaan melibatkan strategi penguatan lateral atas permintaan ini dapat
dilakukan memperbaiki lingkungan bisnis, memfasilitasi perolehan hak kekayaan intekektual
(paten), Memudahkan pemasaran dalam dan luar negeri di negara ini dan menawarkan
kesempatan pasar. Langkah strategi lainnya adalah Strategi dorongan pasokan yang mencakup
Strategi kontrol sisi penawaran. Itu dapat dilakukan sesuai dengan ketersediaan komoditas,
dukungan modal, dukungan teknologi / mesin / peralatan dan pengembangan keterampilan
pribadi.
Hal yang sama ditemukan Kementerian Koperasi dan Badan Usaha Kecil dan Menengah
2005, yaitu menyajikan pendekatan utama mengembangkan UKM di Indonesia yaitu
1) Strategi perkembangan lingkungan bisnis promosi
2) Strategi peningkatan akses UMKM alat produksi
3) Strategi pengembangan kewirausahaan dan daya saing UMKM
4) Strategi lebih banyak sinergi dan partisipasi hadirin
d. Strategi pengiriman sederhana Izin, badan hukum dan paten (APP/hak milik)
Strategi moderasifasilitas untuk mendapatkan izin,badan hukum dan paten (APP / hak
kepemilikan) harus ditawarkan kepada UKM. Harus ada masalah lisensi komersial
diberikan sebagai saran dan memberikan semangat untuk pengembangan UKM usahanya.
Itu juga membuat pencarian pekerjaan lebih mudah orang hukum karena orang hukum
akan berdampak besar untuk keberlanjutan UKM. UKM yang sudah memiliki usaha
hukum akan berkuasa hukum tentang penutupan kontrak, Aplikasi kredit dan aktivitas
transaksi lain Selama ini kebanyakan UKM Banyak yang tidak berstatus Badan hukum
perusahaan, ini bagus dari sudut pandang dapat langsung atau tidak langsung
mempengaruhi perkembangan bisnis UKM Selain itu, pemberian hak kekayaan intelektual
harus disediakan Untuk UKM yang telah dibuat produk lain atau sesuatu membawa
sesuatu yang baru yang tidak pernah ditemukan atau Membawa inovasi produk ke pasar
memiliki keunikan. ini penting bagi pemilik usaha kecil Motivasi untuk terus berkembang
hasil produksi komersial. Di dalam-dalam jangka panjang akan Peningkatan daya saing
internal mengatasi seluruh tantangan dengan kompetisi. Jadi peran Ekonomi kelas
menengah akan keuntungan yang lebih tinggi Pengangguran Sepanjang waktu untuk
melakukannya dengan benar tentang hak kekayaan intelektual (HKI) bahkan sangat sulit
perawatan harus diambil biaya yang signifikan dan membutuhkan waktu lama. Dalam hal
ini, para pihak yang terkena dampak harus berpolitik dengan cara yang benar sehingga
UKM dapat dengan mudah mendapatkan hak untuk melakukannya hak kekayaan
intelektual (HKI).
Kebijakan yang Berlaku terkait perizinan,badan hukum dan paten (pendaftaran / hak
kekayaan intelektual) keputusan hukum atau peraturan yang memberikan untuk UKM
mengurus perijinan, badan hukum Paten. Perizinan dan Administrasi Badan hukum juga
harus melakukannya di sebuah pintu. Selain politiknya yang dapat diterapkan Insentif
untuk UKM juga waktu insentif dan Biaya pengurusan izin, instansi Hukum dan Paten
(APLIKASI).
Masalah yang dihadapi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia tak melulu
masalah pemodalan. Presiden Indonesia Marketing Association (IMA) periode 2013-2015,
Muhammad Awaluddin, mengungkapkan permasalahan utama yang dihadapi UKM di Indonesia
untuk menjadi mandiri dan maju adalah faktor pengetahuan (pengetahuan) berbisnis dan
pemasaran. Banyak pelaku UKM dengan bermodalkan ide dan modal minim, namun dengan
sentuhan pengetahuan, bisnisnya semakin berkembang. Pemahaman akan pengetahuan bukan
berarti lulus tingkat pendidikan formal.
Solusi paling mudah yang dapat dilakukan untuk mengatasi kurangnya modal yaitu
para pelaku UMKM kini bisa mendapat modal tambahan melalui sistem penggalangan
dana yang dihadirkan oleh teknologi finansial (fintech). Penggalangan dana ini dikenal
dengan istilah crowdfunding.
Ada dua jenis crowdfunding, yaitu reward dan equity. Reward merupakan sistem
penggalangan dana berbentuk sponsor yang di dalamnya Anda bisa memberikan imbalan
sesuai dengan pendanaan dari donatur. Sementara itu, equity merupakan sistem
penggalangan dana berbasis investasi dalam bentuk saham dengan imbalan berupa profit
sharing.
Banyak sekali UMKM yang dapat membuat produk yang berkualitas dan bersaing
namun tidak dapat bertahan karena sulitnya memasarkan produk yang dihasilkannya.
Akibatnya, UMKM tidak dapat meningkatkan penjualan dan kapasitas produksinya. Pelaku
usaha juga bisa membuat website profil perusahaan dan produk untuk membantu
meningkatkan reputasi bisnis dan agar bisnis dapat ditemukan oleh calon pelanggan. Solusi
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pemasaran adalah dengan mengikuti
pameran-pameran yang cukup besar untuk mengembangkan jaringan dan memperoleh
pelanggan yang baru. Pelaku usaha harus aktif mengikuti pameran produk yang diadakan
berbagai lembaga pemerintah, swasta, maupun komunitas. Cara ini berguna untuk
memperluas jangakuan pasar dari suatu UMKM. Selain itu, dapat melakukan kerjasama
dengan berbagai merchant/outlet yang bisa membantu memasarkan produk di toko mereka.
Dengan begitu, pemasaran produk bisa lebih luas dan menjangkau pasar yang luas juga.
Masalah ini sering luput dari perhatian pengusaha UMKM. Belum banyak yang sadar
akan pentingnya branding bagi produk dan juga usahanya. Sehingga, kebanyakan pelaku
usaha hanya fokus pada menjual, menjual, dan menjual, tanpa memikirkan bagaimana
kualitas merk dari produknya. Padahal, menjaga kualitas branding sangatlah penting dalam
upaya membesarkan bisnis UMKM. Dengan kualitas branding yang baik, suatu produk
akan lebih mudah diingat khalayak. Sehingga peluang terjadinya penjualan pun semakin
besar. Solusinya, pelaku usaha dapat melakukan analisa SWOT (Strengths, Weaknesses
Opportunities, Threats) terhadap produk Anda. Artinya, pelaku usaha bisa menganalisa apa
saja kekuatan, kelemahan, serta peluang dan ancaman terhadap produk. Dari hasil analisa
tersebut, pelaku usaha bisa mencoba menemukan hal yang paling menonjol dan yang
paling membedakan produk sendiri dengan produk lainnya. Setelah ditemukan, pelaku
usaha mengusahakan untuk konsisten menonjolkan ciri khas produk sebagai materi
promosi. Bagaimana konsistensi dalam mempertahankan ciri khas produk inilah yang akan
menentukan bagaimana kualitas brand atau merk.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di " Warung Ijo Bu Nur" yang berlokasi Way Hui, Jati Agung.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
kualitatif, yaitu mengumpulkan data dalam bentuk kata-kata. Maksudnya adalah memanfaatkan
penelitian kepustakaan, yaitu proses mencari melalui berbagai literatur, penelitian, atau kajian
yang ada berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Padahal kunci untuk membuka
segala sesuatu yang membantu pemecahan masalah dalam penelitian Sumber-sumber terkait
antara lain: ensiklopedi, jurnal, buku, dan karya ilmiah lainnya.
Menurut Moleong (2005:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.
Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer yaitu dilakukan melalui teknik
wawancara. Data primer yang diambil dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan
dengan menggunakan perangkat daftar pertanyaan yang telah disusun secara sistematis, yang
antara lain mencakup informasi-informasi sebagai berikut :
Dari permasalahan UMKM pada Warung Ijo Bu Nur (Warjo) diatas, dapat di diskusikan
bahwa :
2. Permasalahan internal kedua yakni SDM yang kurang memadai dalam segi keterampilan,
pembagian kinerja, dan jumlah karyawan.
Untuk sumber daya manusia yang ada di Warung Ijo Bu Nur salah satunya adalah
jumlah karyawan yang berjumlah hanya 6 orang dan rata-rata kerabat dan masyarakat
sekitar. Karyawan dari anggota keluarga ketika performa kerja tidak sesuai standar kualitas
maka memunculkan kendala. Adapula karyawan yang membawa pulang pekerjaan dapat
mengakibatkan tidak bisa dipastikannya proses produksi. Karyawan yang bekerja di tempat
kerja akan dikontrol penggerak UMKM dalam proses produksi sehingga kesalahan dapat
diketahui dan dikurangi. Selain itu, karyawan yang bekerja di tempat kerja dapat
mengurangi gangguan yang mungkin muncul ketika bekerja di rumah, seperti aktivitas
membersihkan rumah atau bersantai. Kendala lainnya ialah pemasaran dan keuangan yang
termasuk ke dalam keterampilan. Ada beberapa penggerak UMKM memang sudah
menerapkan dan mulai memasarkan produk menggunakan teknologi dan internet,
contohnya sosial media Instagram dan Facebook. Kedua media sosial tersebut mudah
dipelajari dan dapat dioperasikan secara sederhana menggunakan telepon pintar
(smartphone). Namun belum semua penggerak UMKM menemukan cara yang tepat dalam
memasarkan produk. Sebagian penggerak UMKM menyatakan bahwa kegiatan langsung
berupa pameran sangat membantu UMKM bertemu dengan pasar baru, tetapi seringkali
harga sewa tempat sangat mahal sehingga UMKM tidak mampu berpartisipasi.
3. Permasalahan internal ketiga ialah sarana prasarana, misalnya teknologi yang digunakan
dalam kegiatan produksi.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, terdapat permasalahan di teknologi yaitu
kurangnya promosi lewat media sosial : seperti Fb, Instagram, WhatsApp dan lain
sebagainya.
Selain itu, Penggerak UMKM harus menguasai dan memastikan jenis media dan teknologi
yang akan digunakan. Hal dilakukan agar penggerak UMKM dapat mengenal
kecenderungan atau pola pelaku usaha saat mengakses informasi. Preferensi media akan
meningkatkan keberhasilan peningkatan kemampuan terkait. Walaupun demikian, berbagai
media pun harus tetap dipelajari. Kemampuan ini harus dimaksimalkan untuk memperluas
penggunaan teknologi dalam peningkatan produktivitas pelaku usaha. Kemudian,
penggerak UMKM harus mampu mencari, memilah, dan memilih informasi agar tepat
guna. Kemampuan mencari informasi terkait strategi menemukan informasi yang
dibutuhkan dengan menggunakan kata kunci tertentu. Kata kunci merupakan gambaran
dari kata-kata penting atau utama yang berhubungan dengan kebutuhan informasi. Selain
kata-kata, dapat disertakan juga tanda baca, misalkan tanda petik, tanda tambah, tanda
garis bawah, dan lain sebagainya. Hal tersebut tampak sederhana namun dapat menghemat
waktu dalam mendapatkan hasil pencarian informasi, contohnya tanda petik yang berfungsi
menyaring informasi sesuai kata kunci dan fokus pada subyek tertentu. Apabila saat
pencarian informasi tidak menggunakan simbol pencarian informasi maka semua informasi
yang tidak dibutuhkan akan muncul sehingga menghabiskan banyak waktu. Penggerak
UMKM setelah mendapatkan alternatif informasi, maka kegiatan selanjutnya memilah
informasi melalui membaca informasi tersebut satu persatu. Setelah itu, penggerak UMKM
melakukan kategorisasi informasi yang dapat digunakan sesuai masalah yang dihadapi. Hal
ini dilakukan untuk memudahkan penggerak UMKM ketika akan menggunakan kembali
informasi tersebut sehingga dapat menghemat waktu pencarian informasi di kemudian hari.
Informasi yang telah dilakukan kategorisasi kemudian dipilih mana yang prioritas. Pada
tahap ini, informasi yang telah didapatkan ditentukan apakah dapat diimplementasikan atau
ada aspek lain yang dipertimbangkan sebelum menggunakan informasi. Semua proses
tersebut akan dilakukan dalam pemanfaatan informasi agar lebih tepat guna. Selain itu,
penggerak UMKM dapat lebih teliti menganalisis informasi yang didapatkan agar
kebutuhan informasi di masa akan mendatang memiliki dokumentasi yang baik. Tahap
ketiga, penggerak UMKM memiliki keahlian dalam mengimplementasikan informasi.
Pemahaman informasi yang tepat akan memengaruhi cara implementasi informasi,
termasuk pencarian informasi, kategorisasi, dan lain sebagainya. Maka tingkat
keberhasilan implementasi informasi pun ditentukan kemampuan ini. Ketika proses
implementasi informasi, perlu pengamatan seksama oleh atasan atau pihak ketiga agar
dipastikan pelaksanaannya tepat. Apabila penerjemahan informasi belum sesuai maka akan
terdapat kendala dalam pengembangan potensi sumber daya manusia dan produktivitas
usaha. Peningkatan kemampuan penggerak UMKM dalam mengimplementasikan
informasi akan memengaruhi peningkatan kemampuan pengambilan keputusan. Pada
proses sebelumnya, merupakan tahapan yang membantu dalam penentuan solusi
pemecahan masalah yang dihadapi. Penggerak UMKM dalam proses implementasi
informasi akan memperoleh solusi yang berulang kemudian terhenti jika manfaat telah
dirasakan. Selanjutnya, penggerak UMKM akan memutuskan solusi yang memiliki
dampak atau sesuai kebutuhan dan perlu adanya aktivitas dalam menjaga kualitas tiap
performa kinerja.
1) Menurut kami, Pemerintah belum optimal dalam mengembangkan UMKM di Warung Ijo
Bu Nur (Warjo) padahal pemerintah sebagai tempat bersandar masyarakat. Pemerintah
dalam membuat program pelayanan bagi penggerak UMKM belum sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
2) Faktor eksternal kedua dari komunitas
Komunitas sebagai mediator penggerak UMKM dengan pemerintah dan diharapkan dapat
memberikan manfaat yang optimal bagi penggerak UMKM. Namun penggerak UMUM
masih merasakan adanya kesenjangan kesempatan dan kualitas UMKM yang ada masih
perlu diperbaiki.
3) Faktor eksternal ketiga adalah respons konsumen
Konsumen memiliki kebutuhan yang beragam di Indonesia yang membuat kendala
tersendiri yang cukup menantang, misalnya faktor ekonomi, kesukaan, kualitas, dan lain
sebagainya yang memengaruhi perkembangan UMKM.
KESIMPULAN
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai difinisi yang beragam dengan
rumusan tentang usaha kecil dalam berbagai variasi nama, misalnya (1) Biro Pusat Statistik
(BPS) menggunakan kriteria jumlah orang yang dipekerjakan; (2) Kementerian Perindustrian,
menggunakan kriteria finansial semacam investasi modal untuk mesin dan peralatan serta
investasi per tenaga kerja; (3) Bank Indonesia, menggunakan kriteria finansial, semacam
kekayaan dan omzet; (4) Kementerian Perdagangan menggunakan kriteria maksimum modal
aktif untuk usaha dagang; (5) KADIN (Kamar Dagang dan Industri) menggunakan kriteria
modal, yang disesuaikan dengan sektor-sektor ekonomi.
Menurut undang-undang no. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil (1995), lebih rinci
menyatakan bahwa usaha kecil adalah “Usaha yang memenuhi kriteria: memiliki kekayaan
bersih paling banyak dua ratus juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu miliar rupiah, milik WNI, berdiri
sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
berafiliasi baik langsung, maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar,dan
berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha
yang berbadan hukum, termasuk koperasi.”
Selanjutnya terdapat Strategi dan Kebijakan UMKM Kebijakan dan pedoman yang tepat,
komprehensif dan tahan lama diperlukan untuk memperluas peran UMKM di masa mendatang
ekonomi dan daya tahan masalah yang dihadapinya untuk ada efek secara positif. Hal yang sama
ditemukan Kementerian Koperasi dan Badan Usaha Kecil dan Menengah 2005, yaitu menyajikan
pendekatan utama mengembangkan UKM di Indonesia yaitu Strategi perkembangan lingkungan
bisnis promosi; Strategi peningkatan akses UMKM alat produksi; Strategi pengembangan
kewirausahaan dan daya saing UMKM dan Strategi lebih banyak sinergi dan partisipasi hadirin.
Dalam hubungan ini sejauh ini masih banyak faktor UKM yang kesulitan mendapatkan
pegangan untuk mendapatkan pinjaman dari bank, ini karena pengusaha tidak cukup terjamin
dan bahkan pengusaha akses informasi terbatas bank lebih jauh dari samping pengembangan
bisnis, pelaku UMKM ada lebih banyak informasi dari model keuangan barang tertentu, dan
sebaliknya Bank juga perlu informasi tentang produk ini kemungkinan untuk membiayai.
UKM yang sudah memiliki usaha hukum akan berkuasa hukum tentang penutupan
kontrak, Aplikasi kredit dan aktivitas transaksi lain Selama ini kebanyakan UKM Banyak yang
tidak berstatus Badan hukum perusahaan, ini bagus dari sudut pandang dapat langsung atau tidak
langsung mempengaruhi perkembangan bisnis UKM Selain itu, pemberian hak kekayaan
intelektual harus disediakan Untuk UKM yang telah dibuat produk lain atau sesuatu membawa
sesuatu yang baru yang tidak pernah ditemukan atau Membawa inovasi produk ke pasar
memiliki keunikan.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Fahimul. 2014. “Permasalahan UMKM” Prosiding Pluralisme Dalam Ekonomi Dan
Pendidikan ISSN 2407-2468.
Hartono, 2014. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan UMKM Di Surakarta”
Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1.
Shobaruddin Muhammad, 2020. “Strategi pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) di Kota Malang melalui literasi informasi” Jurnal Kajian Informasi &
Perpustakaan Vol. 8, No. 2.
Sudati Nur Sarfiah, (2019). “UMKM Sebagai Pilar Membangun Ekonomi Bangsa”. Jurnal Riset
Ekonomi Pembangunan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Zia, Halida. 2020. “Pengaturan Pengembangan Umkm Di Indonesia” Law Jurnal Vol 1, No 1.
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/RIO.