Anda di halaman 1dari 20

PERMASALAHAN UMKM : STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Studi Pada Warung Ijo Bu Nur (Warjo)

Diah Ayu Prihantini1, Junice Esti Pratiwi2, Kurnia Dwi Cahyani3,


Leni Tasari4, M. Andi Galib Rukmana5, M. Fariz Adil Wahid6

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Abstrak

UMKM menjadi roda penggerak dalam mengatasi pengangguran dan membuka lapangan
pekerjaan, Fakta menunjukan bahwa kesempatan kerja yang diciptakan oleh kelompok UMKM
jauh lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja yang bisa diserap oleh usaha besar. Karena
itu diharapkan UMKM terus berperan optimal dalam upaya menanggulangi pengangguran yang
jumlahnya cenderung meningkat setiap tahunnya.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah memanfaatkan penelitian kepustakaan, yaitu
proses mencari melalui berbagai literatur, penelitian, atau kajian yang ada berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilakukan. Padahal kunci untuk membuka segala sesuatu yang membantu
pemecahan masalah dalam penelitian Sumber-sumber terkait antara lain: ensiklopedi, jurnal,
buku, dan karya ilmiah lainnya. Peneliti juga telah melakukan analisis mengenai Permasalahan
UMKM yang ada di Warung Ijo Bu Nur (Warjo) yaitu berupa Harga bahan pokok yang naik dan
susah untuk di dapatkan hal ini di landasi karena inflansi yang sedang terjadi Konsumen yang
tidak sabar saat mengantri sehingga membuat suasana tidak kondusif Bukan hanya konsumen
yang tidak sabar driver ojol juga memiliki masalah yang sama yaitu tidak sabar mengantri yang
berakibat memberikan rating buruk terhadap warung makan ini akibatnya warung makan ijo bu
nur harus off Karyawan yang libur mendadak mengakibatkan terjadinya kesulitan warung dalam
menangani jika adanya lonjakan pembelian tapi kekeurangan tenaga kerja, karena sistem upah di
warung makan ini adalah harian.Selanjutnya terdapat Strategi dan Kebijakan UMKM Kebijakan
dan pedoman yang tepat, komprehensif dan tahan lama diperlukan untuk memperluas peran
UMKM di masa mendatang ekonomi dan daya tahan masalah yang dihadapinya untuk ada efek
secara positif. Hal yang sama ditemukan Kementerian Koperasi dan Badan Usaha Kecil dan
Menengah 2005, yaitu menyajikan pendekatan utama mengembangkan UKM di Indonesia yaitu
Strategi perkembangan lingkungan bisnis promosi Strategi peningkatan akses UMKM alat
produksi Strategi pengembangan kewirausahaan dan daya saing UMKM dan Strategi lebih
banyak sinergi dan partisipasi hadirin. Dalam hubungan ini sejauh ini masih banyak faktor UKM
yang kesulitan mendapatkan pegangan untuk mendapatkan pinjaman dari bank, ini karena
pengusaha tidak cukup terjamin dan bahkan pengusaha akses informasi terbatas bank lebih jauh
dari samping pengembangan bisnis, pelaku UMKM ada lebih banyak informasi dari model
keuangan barang tertentu, dan sebaliknya Bank juga perlu informasi tentang produk ini
kemungkinan untuk membiayai.

Kata kunci : Permasalahan UMKM, Strategi dan Kebijakan

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang sangat melimpah, akan
tetapi dengan sumber daya yang melimpah ini belum mampu meningkatkan kemajuan
perekonomian nasional dan khususnya mengangkat taraf hidup masyarakat secara keseluruhan.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduknya yang rata-rata masih rendah, tingkat
kemiskinan penduduknya yang masih tinggi, kesempatan kerja yang tidak memadai, dan
pengangguran masih tinggi, serta masih banyak masalah lain yang masih mengiringi perjalanan
bangsa dalam menuju kemakmuran ekonomi. Untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat
diperlukan perbaikan dalam berbagai sektor, terutama yang secara langsung berpengaruh
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sektor tersebut adalah usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM).

UMKM merupakan bagian integral ekonomi kerakyatan yang mempunyai kedudukan


strategis untuk mewujudkan sistem perekonomian nasional yang semakin berimbang,
berkembang dan berkeadilan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan ekonomi nasional
ditekankan ke arah sistem perekonomian yang pro terhadap ekonomi kerakyatan, merata, handal,
berkeadilan, akuntabel, transparan dan memiliki daya saing di kancah perekonomian regional
maupun global. Dalam rangka menciptakan demokrasi ekonomi tersebut, UMKM perlu
dikembangkan sehingga mampu meningkatkan peran dan potensinya dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi. UMKM merupakan kelompok usaha dengan jumlah paling besar dan
terbukti handal menghadapi goncangan krisis ekonomi. Kriteria usaha yang termasuk dalam
usaha Mikro Kecil dan Menengah telah diatur dalam payung hukum. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada
beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefenisikan pengertian dan kriteria Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM sebagaimana telah


diperbarui sebelumnya diatur dalam UndangUndang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil,
bahwa ketentuan UMKM berdasarkan kriteria mikro, kecil dan menengah. Sesuai dengan
UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM
didefinisikan sebagai berikut:
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam undangundang
ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, ataupun menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan.

UMKM menjadi roda penggerak dalam mengatasi pengangguran dan membuka lapangan
pekerjaan, Fakta menunjukan bahwa kesempatan kerja yang diciptakan oleh kelompok UMKM
jauh lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja yang bisa diserap oleh usaha besar. Karena
itu diharapkan UMKM terus berperan optimal dalam upaya menanggulangi pengangguran yang
jumlahnya cenderung meningkat setiap tahunnya.

Lebih dari itu bahwa sektor ini telah terbukti mampu bertahan ditengah badai krisis
ekonomi yang menerpa beberapa negara di dunia jika dibandingkan dengan perusahaan besar.
Basri (2002) mengungkapkan bahwa UMKM mampu bertahan karena: 1) menghasilkan barang
konsumsi khususnya tidak tahan lama kelompok barang ini dicirikan oleh permintaan terhadap
perubahan pendapatan yang relatif rendah; 2) mayoritas usaha kecil lebih mengandalkan pada
non banking financing dalam aspek pendanaannya; 3) usaha kecil pada umumnya melakukan
spesialisasi produk yang ketat dalam artian memproduksi barang tertentu; 4) terbentuknya
UMKM sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sekor formal akibat krisis
ekonomi yang berkepanjangan.
Peran UMKM dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari:
1. Kedudukannya sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor;
2. Penyedia lapangan kerja yang terbesar;
3. Pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat;
4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi;

Disamping memiliki berbagai peran strategis tersebut di atas, menurut Ina Primiana
UMKM Indonesia memiliki permasalahan yang akut, khususnya dibidang permodalan yakni:
1. Kesulitan akses ke bank dikarenakan ketidakmampuan dalam hal menyediakan persyaratan
agar bankable, sebetulnya bank Indonesia telah banyak membantu UMKM agar dapat lebih
mudah untuk mendapatkan akses kredit dari bank, namun kenyataannya tidak semua
UMKM dapat memenuhi persyaratan corrateral (jaminan). Artinya masih lebih banyak
UMKM yang belum terjaring.
2. Ketidaktahuan UMKM terhadap cara memperoleh dana atau modal dari sumber-sumber lain
selain perbankan yang dapat menjadi sumber pembiaayan.
3. Tidak tersedianya modal pada saat pesanan datang. Artinya mereka membutuhkan dana
cepat untuk memenuhi pesanan. Hal ini tidak mungkin bisa dipenuhi oelh perbankan karena
pengajuan kredit bank membutuhkan waktu lama.

Permasalahan yang dihadapi oleh UMKM tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja,
mengingat sumber penghidupan bagi sebagian besar rumah tangga saat ini masih bergantung
kepada sektor tersebut. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi serta meningkatkan
peranan UMKM diperlukan strategi yang tepat maupun kebijakan yang komprehensif dan
berkelanjutan.

Dari hasil kajian dan banyak penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai UMKM di
Indonesia, maka diperoleh beberapa masalah yang dihadapi oleh UMKM. Permasalahan yang
masih merupakan masalah klasik dan umumnya masih terjadi pada hampir sebagian besar
UMKM di Indonesia adalah permodalan (pendanaan). Berkaitan dengan masalah yang dihadapi
UMKM, maka diperlukan strategi dan kebijakan untuk mengatasinya. UMKM di Indonesia
harus mampu secara proaktif dan kreatif untuk mengembangkan dirinya disamping dukungan
dari seluruh stake-holders. Dukungan tersebut diharapkan datang dari asosiasi pengusaha,
perguruan tinggi, dinas/instansi terkait di lingkungan pemerintah kabupaten / kota dan provinsi.

Lebih lanjut dalam tulisan ini akan membahas bagaimana memecahkan permasalahan yang
selama ini melakat di sektor tersebut dengan menggunakan strategi dan kebijakan yang tepat,
komprehensif, dan berkelanjutan, agar sektor tersebut tetap memberikan kontribusi yang besar
bagi perekonomian nasional. Dengan objek penelitian Warung Ijo “Bu Nur” Kabupaten
Lampung Selatan.

PEMBAHASAN
Konsep dan Pengertian UMKM

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai difinisi yang beragam dengan
rumusan tentang usaha kecil dalam berbagai variasi nama, misalnya (1) Biro Pusat Statistik
(BPS) menggunakan kriteria jumlah orang yang dipekerjakan; (2) Kementerian Perindustrian,
menggunakan kriteria finansial semacam investasi modal untuk mesin dan peralatan serta
investasi per tenaga kerja; (3) Bank Indonesia, menggunakan kriteria finansial, semacam
kekayaan dan omzet; (4) Kementerian Perdagangan menggunakan kriteria maksimum modal
aktif untuk usaha dagang; (5) KADIN (Kamar Dagang dan Industri) menggunakan kriteria
modal, yang disesuaikan dengan sektor-sektor ekonomi.

UMKM sendiri dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu usaha mikro dengan jumlah
karyawan 10 orang, usaha kecil dengan jumlah karyawan 30 orang, dan usaha besar dengan
jumlah karyawan sampai dengan 300 orang (LPPI & Bank Indonesia, 2015). Undang-Undang
Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil (1995), lebih rinci menyatakan
bahwa usaha kecil adalah “Usaha yang memenuhi kriteria: memiliki kekayaan bersih paling
banyak dua ratus juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak satu miliar rupiah, milik WNI, berdiri sendiri, bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik
langsung, maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar,dan berbentuk usaha orang
perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum,
termasuk koperasi.”

Perananan UMKM

UMKM berpartisipasi memberikan kontribusi yang bagus untuk bisnis perekonomian


nasional. Selain itu, UMKM juga sebagai sumber penghidupan bagi para penduduk Indonesia
yang sangat besar. Disamping itu juga, UMKM sebagai majikan karena menyediakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah unit usaha UKM di
Indonesia. Peranan perusahaan besar dalam perkembangan UMKM terlihat di Peraturan
Kerjasama dalam Undang-Undang yang sering di sebut kemitraan. Kemitraan merupakan
hubungan hukum karena ikatan yang dihasilkan dari kesepakatan para pihak perusahaan
menengah dan besar.

Dengan melakukan kerja sama dan sebagai mitra bagi perusahaan besar diharapkan dapat
mendukung peran dan potensi UKM Pembangunan dan Perekonomian Nasional sesuai dengan
Pasal 25 UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM yaitu:
1. Pemerintah
Pemerintah wilayah, dunia usaha dan memfasilitasi masyarakat baik dukungan dan
merangsang kemitraan berdasarkan timbal balik, saling membutuhkan, saling percaya,
untuk mengkonfirmasi dan menguntungkan.
2. Kemitraan antar perusahaan Mikro, Kecil dan Menengah dan Kemitraan bisnis ke bisnis
Mikro, Kecil dan Menengah
Dengan bisnis besar yang meliputi proses pemindahan, pengetahun industry, pembuatan
dan pengolahan, pemasaran, modal, staf dan teknologi
3. Menteri dan Menteri Teknologi
Mengatur insentif untuk perusahaan besar masuk ke dalam kemitraan mikro, kecil, dan
melalui tahap peralihan inovasi dan pengembangan produk berorientasi ekspor, pekerjaan,
penggunaan teknologi yang benar, ramah pengguna dan ramah lingkungan, dan mengatur
pelatihan.

Permasalahan UMKM

Masalah paling krusial yang dihadapi UMKM adalah permodalan yang sangat halus.
UMKM masih mengalami kendala dalam hal meningkatkan semua bentuk permodalan, baik
untuk bekerja maupun berinvestasi. Dalam situasi ini, terdapat otoritas pemberi kredit perbankan
yang bekerja sama dengan UMKM. Pemerintah telah mewajibkan perbankan untuk menyalurkan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk membantu permodalan bagi UMKM ini. KUR bertugas
mempermudah akses kredit perbankan bagi UMKM produktif namun belum bankable. Kesulitan
dalam masalah permodalan, membawa ke masalah mendasar yang mempengaruhi proses inovasi
dan transformasi UMKM, mengimbas pula pada kesulitan dalam pemasaran terutama dari segi
pengenalan pasar, penentuan harga, negosiasi, serta jalur distribusi dan penjualan (Lincolin
Arsyad, 2003). Dalam nada yang sama, usaha kecil biasanya tidak dapat mempromosikan produk
mereka melalui media arus utama karena kurangnya permintaan yang cukup untuk produk
mereka yang dapat menutupi biaya kegiatan promosi. Dalam hal biaya promosi, media murah,
seperti radio komunitas, selbaran, atau megafon seluler, lebih disukai dan cenderung
menonjolkan daerah yang jarang penduduknya (Theresia Trisanti, 2001).

Kendala lain yang cukup krusial adalah kesulitan bahan baku, terutama UMKM di sektor
processing, dan manufacturing. Hal ini dapat terjadi akibat minimnya modal kerja sehingga
semua transaksi harus dilaksanakan dalam bentuk uang tunai. Misalnya pengusaha garmen
kesulitan untuk memperoleh benang atau pengusaha kecap kesulitan bahan baku qkedelai, karena
sedikitnya penawaran atau kalau ada harganya relative mahal. Di sisi lain, fasilitas perlengkapan
produksi seperti control kualitas, gudang tempat penyimpanan, alat distribusi sering tidak
dimiliki oleh pengusaha UMKM. Akibat perlengkapan yang kurang lengkap ini berdampak pada
terbatasnya jumlah, jenis dan variasi produk yang dihasilkan sehingga produk yang dihasilkan
menjadi statis dan tidak mampu lagi untuk bersaing di pasar (Hershkovich dan Harper, 2005).
Berbagai kendala lainnya yang masih sering ditemui pada UMKM adalah masih rendahnya
kualitas SDM, yang tercermin dari kurang berkembangnya perilaku kewirausahaan, lemahnya
kaderisasi, kreativitas, disiplin, etos kerja, dan profesionalisme. Berbagai kendala tersebut,
menyebabkan sangat rentannya UMKM dalam menghadapi persaingan. Pengalaman
menunjukkan bahwa eksistensi UMKM yang teramcam bahkan mati sebelum bersentuhan
dengan iklim liberalisasi perdagangan dunia.
Strategi dan Kebijakan UMKM

Kebijakan dan pedoman yang tepat, komprehensif dan tahan lama diperlukan untuk
memperluas peran UMKM di masa mendatang ekonomi dan daya tahan masalah yang
dihadapinya untuk ada efek positif ini. Dalam kaitannya dengan pekerjaan dan pendapatan bagi
masyarakat, yaitu mungkin jangka panjang UKM bisa hadir menjadi pilar Realisasi
Perekonomian Indonesia bebas dari pengangguran.

Menurut Warjiyo (2004) demikian keberhasilan pengembangan UKM membutuhkan


penguatan strategi masa depan, antara lain :
1. Strategi memperkuat iklim investasi dan lingkungan bisnis yang menguntungkan bagi
industri UKM
2. Strategi penguatan keterampilan kewirausahaan dan usaha di sektor UMKM
3. Strategi memperkuat sektor keuangan terutama di dalam bank pembiayaan UKM
4. Strategi pengembangan berbagai alat (infrastruktur) untuk meningkatkan sektor UKM
tersebut

Menurut Kuncoro (2009) menunjukkan dua langkah Strategi yang dapat disarankan untuk
pengembangan sektor UKM atau Strategi tarikan permintaan dan dorongan penawaran Strategi.
Strategi Tarik Permintaan melibatkan strategi penguatan lateral atas permintaan ini dapat
dilakukan memperbaiki lingkungan bisnis, memfasilitasi perolehan hak kekayaan intekektual
(paten), Memudahkan pemasaran dalam dan luar negeri di negara ini dan menawarkan
kesempatan pasar. Langkah strategi lainnya adalah Strategi dorongan pasokan yang mencakup
Strategi kontrol sisi penawaran. Itu dapat dilakukan sesuai dengan ketersediaan komoditas,
dukungan modal, dukungan teknologi / mesin / peralatan dan pengembangan keterampilan
pribadi.

Hal yang sama ditemukan Kementerian Koperasi dan Badan Usaha Kecil dan Menengah
2005, yaitu menyajikan pendekatan utama mengembangkan UKM di Indonesia yaitu
1) Strategi perkembangan lingkungan bisnis promosi
2) Strategi peningkatan akses UMKM alat produksi
3) Strategi pengembangan kewirausahaan dan daya saing UMKM
4) Strategi lebih banyak sinergi dan partisipasi hadirin

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan Pengembangan UMKM membutuhkan:


a. Strategi penguatan iklim investasi dan lingkungan bisnis yang kondusif
Strategi penguatan iklim investasi dan lingkungan bisnis yang kondusif Sektor
UMKM diperlukan. Strategi ini disengaja Meningkatkan daya saing UKM. Dalam
menerapkan strategi ini harus memperkuat komitmen dan kebijakan yang komprehensif
dan jelas. Mulai dari pemerintahan hingga pembangunan di sektor UMKM ke depan. Iklim
investasi yang baik didorong investor atau pengusaha menginvestasikan uang
Pengembangan UMKM. Jadi dan lingkungan bisnis yang baik mendorong pengusaha
untuk melakukannya lebih termotivasi untuk berinovasi dari produk yang diproduksi
meningkatkan daya saing produk manufaktur di pasar. strategi dalam pembangunan
lingkungan investasi dapat dilaksanakan berupa insentif pajak, tingkat upah yang relatif
rendah dan insentif lainnya. Sebaliknya Strategi untuk mengembangkan lingkungan bisnis
membuat aturan dengan baik yang mendukung ekstensi UKM.
Strategi ini membutuhkan politik dalam kaitannya dengan peraturan perundang-
undangan dan berbagai kebijakan implementasi yang mungkin UKM bersaing secara sehat
pelaku ekonomi lainnya. Koordinasi yang baik juga diperlukankomponen atau instansi
terkait ada di papan tulis.mendukung kebijakan iklim Investasi dan lingkungan bisnis di
luar Kebijakan ekonomi juga harus selalu dilibatkan Stres tanpa dukungan keamanan dan
kondisi politik yang menguntungkan sulit bagi UKM mengembangkan bisnis mereka.
Kondisi mempromosikan keamanan dan politik memberikan kesempatan kepada
pengusaha lebih intensif dan lebih luas mengembangkan bisnis mereka.

b. Strategi peningkatan kapasitas Pengusaha


Strategi peningkatan kapasitas sangat giat atau giat kaitannya dengan pengembangan
UKM dan meningkatkan daya saing usahanya. Pengusaha adalah faktor produksi yang
paling penting meningkatkan daya saing UKM dandaya saing perekonomian secara
umum. Bukan pengusaha tangguh dan mumpuni UKM sulit untuk memahaminya
kompetitif memperkuat keterampilan Pengusaha bisa fokus manajemen, inovasi produk,
dalam pemasaran, serta dalam kaitannya dengan itu Investasi.
Dengan strategi ini keinginannya adalah sumber daya manusia UKM bisa berkembang
biak. Memperkuat keterampilan wirausaha adalah mungkin dengan berbagai cara, salah
satunya untuk memberikan pendidikan yang baik pendidikan terkait manajemen,
pemasaran dan dalam Inovasi produk sangat berharga. kemauan untuk belajar membekali
pengusaha keterampilan dan pengetahuan yang berguna usahanya. pendidikan dalam hal
manajemen dapat melibatkan cara menjalankan bisnis baik bagaimana membuat rencana
bisnis dan hal-hal terkait lainnya dengan manajemen. pelatihan intern. Hal-hal yang dapat
dikombinasikan dengan pemasaran cara memasarkan produk, itu adalah tren pasar
sekarang melalui internet (website, media sosial), Oleh karena itu, pelatihan pemasaran
diperlukan melalui internet.

c. Strategi penguatan sektor keuangan untuk memperoleh pembiayaan


Strategi yang harus dimiliki selanjutnya penggunaan adalah strategi konfirmasi
membiayai sektor keuangan UKM. Untuk saat ini persetujuan UMKM terus ke sumber
modal sangat rendah kapasitas rendah mengakses sumber modal. Perdagangan memiliki
efek yang berbeda untuk UKM, antara lain: ketidakmampuan untuk memperbarui
kemampuan bisnis yang sesuai memerlukan atau kebutuhan masyarakat, sulitnya
memperluas pangsa pasar, sulitnya meningkatkan kualitas dan berita produk dan Kesulitan
meningkatkan keterampilan sumber daya manusia. Dalam hubungan ini sejauh ini masih
banyak faktor UKM yang kesulitan mendapatkan pegangan untuk mendapatkan pinjaman
dari bank, ini karena pengusaha tidak cukup terjamin dan bahkan pengusaha akses
informasi terbatas bank lebih jauh dari samping pengembangan bisnis, pelaku UMKM ada
lebih banyak informasi dari model keuangan barang tertentu, dan sebaliknya Bank juga
perlu informasi tentang produk ini kemungkinan untuk membiayai. Dalam hubungan ini Di
bawah ini adalah beberapa informasi tentang subjek tersebut Perkembangan pembiayaan
UMKM.
Berdasarkan informasi ini sepertinya begitu pembiayaan industri ini UKM saat ini
masih rendah dibandingkan pembiayaan untuk sektor korporasi besar. Saya sendiri 2000
kredit diberikan Perusahaan besar mencapai 79 D44, sedangkan UKM saja Bagian 21%
dan dalam Kredit diberikan pada tahun 2004 proporsi perusahaan besar mencapai 83
persen UKM mendapat bagian ke-17%. Strategi penguatan industry Pembiayaan untuk
pembiayaan UMKM dapat diimplementasikan dalam bentuk pertumbuhan lembaga
keuangan lembaga keuangan mikro dapat menyediakan Pembiayaan untuk UKM intens
lembaga keuangan mikro bisa membiayai Pengembangan peran dan pemberdayaan UKM.
Krishnamurti (2003) mengungkapkan pendanaannya mikro, bagaimanapun, itu bisa identik
memberikan kontribusi positif Alokasi sumber daya, promosi Implementasi pemasaran dan
teknologi lebih baik. Lebih dari itu keuangan mikro Kontribusi untuk pengembangan
sistem lintas ekonomi integrasi pasar keuangan jangkauan layanan semakin berkembang
Ini tidak mungkin saat ini bank tradisional. Sama juga diungkapkan oleh Wijono (2005)
Ketersediaan sumber keuangan terbatas UKM, khususnya pengusaha Terutama usaha kecil
dan mikro (UKM).lembaga keuangan resmi seperti perbankan, akal sehatmereka
mengandalkan sumber tidak resmi.Untuk menerapkan strategi ini diperlukan kebijakan
yang tepat mengenai pembangunan Lembaga keuangan yang bisa membiayai sektor
tersebut UKM. implementasi kebijakan Hal ini tentang memberikan kenyamanan bagi
pemohon izin Pendirian lembaga keuangan Tetapkan aturan yang sesuaisaat mengajukan
pembiayaan usaha untuk UKM.

d. Strategi pengiriman sederhana Izin, badan hukum dan paten (APP/hak milik)
Strategi moderasifasilitas untuk mendapatkan izin,badan hukum dan paten (APP / hak
kepemilikan) harus ditawarkan kepada UKM. Harus ada masalah lisensi komersial
diberikan sebagai saran dan memberikan semangat untuk pengembangan UKM usahanya.
Itu juga membuat pencarian pekerjaan lebih mudah orang hukum karena orang hukum
akan berdampak besar untuk keberlanjutan UKM. UKM yang sudah memiliki usaha
hukum akan berkuasa hukum tentang penutupan kontrak, Aplikasi kredit dan aktivitas
transaksi lain Selama ini kebanyakan UKM Banyak yang tidak berstatus Badan hukum
perusahaan, ini bagus dari sudut pandang dapat langsung atau tidak langsung
mempengaruhi perkembangan bisnis UKM Selain itu, pemberian hak kekayaan intelektual
harus disediakan Untuk UKM yang telah dibuat produk lain atau sesuatu membawa
sesuatu yang baru yang tidak pernah ditemukan atau Membawa inovasi produk ke pasar
memiliki keunikan. ini penting bagi pemilik usaha kecil Motivasi untuk terus berkembang
hasil produksi komersial. Di dalam-dalam jangka panjang akan Peningkatan daya saing
internal mengatasi seluruh tantangan dengan kompetisi. Jadi peran Ekonomi kelas
menengah akan keuntungan yang lebih tinggi Pengangguran Sepanjang waktu untuk
melakukannya dengan benar tentang hak kekayaan intelektual (HKI) bahkan sangat sulit
perawatan harus diambil biaya yang signifikan dan membutuhkan waktu lama. Dalam hal
ini, para pihak yang terkena dampak harus berpolitik dengan cara yang benar sehingga
UKM dapat dengan mudah mendapatkan hak untuk melakukannya hak kekayaan
intelektual (HKI).
Kebijakan yang Berlaku terkait perizinan,badan hukum dan paten (pendaftaran / hak
kekayaan intelektual) keputusan hukum atau peraturan yang memberikan untuk UKM
mengurus perijinan, badan hukum Paten. Perizinan dan Administrasi Badan hukum juga
harus melakukannya di sebuah pintu. Selain politiknya yang dapat diterapkan Insentif
untuk UKM juga waktu insentif dan Biaya pengurusan izin, instansi Hukum dan Paten
(APLIKASI).

e. Strategi moderasi Pemasaran


Strategi moderasi UKM sangat membutuhkan pemasaran saat mereka
mengembangkan bisnis mereka. Penyediaan layanan pemasaran internal bentuk promosi
pemasaran seperti transportasi, promosi dan media menyampaikan efek yang besar pada
penyerapan Produk. Begitu banyak untuk produknya diproduksi oleh UKM terserap
sempurna atau tidak terkenal, hal ini tentang keterampilan dalam pemasaran UKM masih
rendah. UKM benar-benar bisa menggunakan internet sebagai sarana melakukan kegiatan
pemasaran menjadi pemasaran internet berkembangnya kegiatan ekonomi sekarang.
Penting untuk memanfaatkan kesempatan ini majikan bisamemasarkan produknya baik
melaluiwebsite, media sosial (Facebook,Twitter, Instagram), blog dan layanan lain yang
tersedia di Internet.
Strategi ini memberikan kesempatan bagi pengusaha untuk mempresentasikan
produknya bagi konsumen dalam dan luar negeri,maka produk yang dihasilkan konsumen
bisa menyapa UKM paling banyak dalam hubungan ini praktek-praktek yang diperlukan
mempromosikan pengusaha melalui internet, selesai kerjasama dari partai yang berkuasa
penyedia internet.

f. Strategi internal pengadaan bahan baku


Strategi mencari bahan baku untuk proses produksi penting untuk kelangsungan usaha
UKM. Tidak ada stok bahan baku cukup sulit untuk dibuat stabilitas proses produksi.
strategi ini harus ditawarkan entah bagaimana lebih mudah didapat penyediaan bahan baku
Bahan baku murah, bahan bagus dari bahan baku yang berasal dari dalam negeri dan
bahan baku impor dari negara asing. dapat diakses bahan baku murah meningkatkan
produktivitas tinggi, mis. jangka panjang UKM mungkin akan dihadapi persaingan yang
semakin sengit. Kebijakan yang dapat diimplementasikan milik lingkaran dalam pemberian
insentif pajak berupa tentang bea masuk bahan baku yang didatangkan dari luar negeri dan
mengembangkan kebijakan larangan untuk ekspor bahan mentah lokal.
Selain itu, bagi pengusaha yang menghasilkan barang tertentu harus mampu
menghasilkan bahan baku sebagai bahan pengganti alternative Pendukung saat barang
lebih mahal dan lebih langka. Dalam hal ini diperlukan kebijakan dapat dilakukan oleh
pemerintah Penelitian terkait bahan baku alternatif.

g. Strategi bantuan atau nasihat dan bimbingan


Tidak ada strategi pengecualian mengacu pada ini dengan bantuan atau saran dan
bimbingan UKM. bantuan atau saran dan bimbingan dalam bentuk dukungan proses
produksi, pemasaran dan kegiatan lainnya UKM.bantuan dan bimbingan untuk membantu
UKM dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing. Selama ini menawarkan bantuan
atau saran dan bimbingan kepada pelaku dari pihak-pihak yang termasuk dalam lingkaran
dalam. Namun, UKM masih sangat rendah dibandingkan dengan memberi bantuan dan
bimbingan Petani Di sektor pertanian di tingkat kabupaten masing-masing desa adalah
petani begitu berbagai masalah pertanianakan segera diselesaikan berbeda sektor UMKM,
ada bantuan atau saran dan Departemen terkait bertanggung jawab untuk konseling tinggal
di wilayah tersebut. Dalam urutan ini memperlambat proses bantuan atau saran dan
bimbingan UKM. Akibatnya, masalahnya Anda tidak bisa langsung berada di UMKM
untuk menang.
Dalam hubungan ini kebijakan yang akan dilaksanakan menyediakan perantara UKM
di setiap sentraUKM. Memberi kekuatan guru di setiap sentra UKM menawarkan bantuan
intensif dan kepemimpinan yang lebih. Jadi berbagai masalah Upaya untuk memverifikasi
pengetahuan teknisdan keterampilan kepemimpinan, keuangan, produksi, pemasaran,
tindakan terhadap yang lain Pekerjaan UMKM dapat segera dilakukan.

h. Strategi pembangunan infrastruktur


Strategi selanjutnya adalah strategi pengembangan perangkat Dukungan
(infrastruktur) untuk meningkatkan sektor UMKM. strategi ini sangat penting karena
sangat besarperannya dalam pembangunan di sektor UMKM mekanisme pasar.
Perkembangan UKM berhasil ketika mereka memiliki kesempatan Dukungan infrastruktur
yang ada. Layanan jalan membuatnya mudah Pembagian hasil produksi, tempat
Telekomunikasi dipercepat Akses informasi dan listrik Mendukung kelancaran produksi.
Ganggungan perkembangan Infrastrukturnya masih ada rintangan Karena diperlukan
kebijakan yang tepat dukungan pengembangan UMKM. Kebijakan pembangunan
infrastruktur dapat berupa perbaikan rutin sarana transportasi dan infrastruktur (jalan,
pelabuhan, bandara).
Praktik Ini mempercepat pengiriman hasil produksi. Pedoman lain untuk
pembangunan infrastruktur adalah dalam bentuk pengembangan kelembagaan
mempercepat telekomunikasi Akses informasi dalam bentuk pembangunan Jaringan
internet di setiap pusat UKM dengan kapasitas besar. Fasilitas ini belum ada sebelumnya.
Jadi, untuk pengembangan pasar Produk UMKM tidak bisa melakukan ini paling banyak
pengembangan situs. Salah satunya berupa jaringan internet sentra UMKM pilihan terbaik
untuk presentasi Produk yang diproduksi oleh UKM. Tentang Internet produk ini
diproduksi oleh UKM dari masyarakat umum.

Permasalahan UMKM Pada Warung Ijo Bu Nur (Warjo)

Masalah yang dihadapi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia tak melulu
masalah pemodalan. Presiden Indonesia Marketing Association (IMA) periode 2013-2015,
Muhammad Awaluddin, mengungkapkan permasalahan utama yang dihadapi UKM di Indonesia
untuk menjadi mandiri dan maju adalah faktor pengetahuan (pengetahuan) berbisnis dan
pemasaran. Banyak pelaku UKM dengan bermodalkan ide dan modal minim, namun dengan
sentuhan pengetahuan, bisnisnya semakin berkembang. Pemahaman akan pengetahuan bukan
berarti lulus tingkat pendidikan formal.

Setiap UMKM tentu memiliki masalah masing masing dibidangnya. Berdasarkan


wawancara yang telah dilakukan oleh tim kami, terdapat beberapa masalah yang terjadi di
warung ijo bu nur diantara yaitu:
1. Harga bahan pokok yang naik dan susah untuk di dapatkan hal ini di landasi karena inflansi
yang sedang terjadi.
2. Konsumen yang tidak sabar saat mengantri sehingga membuat suasana tidak kondusif.
3. Bukan hanya konsumen yang tidak sabar driver ojol juga memiliki masalah yang sama
yaitu tidak sabar mengantri yang berakibat memberikan rating buruk terhadap warung
makan ini akibatnya warung makan ijo bu nur harus off.
4. Karyawan yang libur mendadak mengakibatkan terjadinya kesulitan warung dalam
menangani jika adanya lonjakan pembelian tapi kekeurangan tenaga kerja, karena sistem
upah di warung makan ini adalah harian.

Meskipun memiliki kontribusi yang besar terhadap pembangunan di Indonesia, UMKM


juga memiliki beberapa masalah yang terjadi antara lain:
1) Permasalahan Modal
Permasalahan UMKM yang paling sering ditemui adalah modal yang terbatas. Para
pelaku UMKM mungkin saja memiliki banyak ide bisnis untuk mengembangkan usahanya,
namun harus terhenti karena tidak adanya modal tambahan. Jika ditelusuri ke belakang,
banyak pelaku UMKM yang kesulitan untuk mendapatkan modal tambahan dari lembaga
keuangan dikarenakan banyaknya persyaratan yang belum terpenuhi. Hal ini senada
dengan hasil survei yang dilakukan oleh Pricewaterhouse Coopers, yang mana 74%
UMKM di Indonesia belum mendapatkan akses pembiayaan. Perkembangan teknologi
memberikan solusi baru bagi pelaku UMKM dalam mendapatkan modal tambahan. Sebut
saja kehadiran teknologi finansial (fintech) melalui sistem urunan dana atau yang dikenal
dengan istilah crowdfunding. Cara pendanaan baru ini menjadi tantangan bagi pelaku
UMKM dalam meyakinkan khalayak umum untuk mendanai usaha mereka. Permasalahan
modal ini juga masih berkaitan dengan masalah yang terjadi di Warung ijo "Bu Nur" yang
cukup sulit mendapatkan bahan pokok dikarenakan harganya naik.

Solusi paling mudah yang dapat dilakukan untuk mengatasi kurangnya modal yaitu
para pelaku UMKM kini bisa mendapat modal tambahan melalui sistem penggalangan
dana yang dihadirkan oleh teknologi finansial (fintech). Penggalangan dana ini dikenal
dengan istilah crowdfunding.

Ada dua jenis crowdfunding, yaitu reward dan equity. Reward merupakan sistem
penggalangan dana berbentuk sponsor yang di dalamnya Anda bisa memberikan imbalan
sesuai dengan pendanaan dari donatur. Sementara itu, equity merupakan sistem
penggalangan dana berbasis investasi dalam bentuk saham dengan imbalan berupa profit
sharing.

2) Sulitnya Mencatat Daftar Absensi Karyawan Secara Manual


Ada banyak karyawan yang terlibat dan harus memantau kinerja karyawan. Salah
satu cara untuk memantau kinerja karyawan adalah dengan menggunakan sistem absensi.
Sayangnya, sistem absensi yang digunakan oleh para pelaku UMKM saat ini masih
menggunakan cara manual yang tentu dapat mengurangi tingkat efektifitas dalam
mengolah data. Permasalahan yang terjadi di warung ijo "Bu Nur" yaitu karyawan yang
sering libur mendadak hal ini juga masih berkaitan dengan teori masalah diatas.

3) Kesulitan dalam Mendistribusikan Produk


Masalah UMKM selanjutnya adalah pendistribusian barang. Selama ini, kebanyakan
pelaku UKM selalu kekurangan channel dalam hal mendistribuskan produknya.
Kebanyakan dari mereka juga hanya fokus dalam hal mendistribusikan barang pada
beberapa mitra yang memang hanya dikenalnya saja. Cara ini tentunya masih sangat
sederhana dan tingkat jangkauannya pun belum luas. Permasalahan ini juga terjadi di
Warung ijo "Bu Nur" yaitu masih kesulitan dalam mendistribusikan produknya lewat
media online seperti go food dan lainnya.

Banyak sekali UMKM yang dapat membuat produk yang berkualitas dan bersaing
namun tidak dapat bertahan karena sulitnya memasarkan produk yang dihasilkannya.
Akibatnya, UMKM tidak dapat meningkatkan penjualan dan kapasitas produksinya. Pelaku
usaha juga bisa membuat website profil perusahaan dan produk untuk membantu
meningkatkan reputasi bisnis dan agar bisnis dapat ditemukan oleh calon pelanggan. Solusi
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pemasaran adalah dengan mengikuti
pameran-pameran yang cukup besar untuk mengembangkan jaringan dan memperoleh
pelanggan yang baru. Pelaku usaha harus aktif mengikuti pameran produk yang diadakan
berbagai lembaga pemerintah, swasta, maupun komunitas. Cara ini berguna untuk
memperluas jangakuan pasar dari suatu UMKM. Selain itu, dapat melakukan kerjasama
dengan berbagai merchant/outlet yang bisa membantu memasarkan produk di toko mereka.
Dengan begitu, pemasaran produk bisa lebih luas dan menjangkau pasar yang luas juga.

4) Belum Mengoptimalkan Pemasaran Online


Masalah yang keempat ini pada dasarnya berkaitan dengan poin ketiga, yaitu sulitnya
dalam mendistribusikan barang. Salah satu faktor yang menimbulkan pendistribusian
barang kurang meluas adalah karena para pengusaha belum mampu melakukan
pemasarannya secara online. Beberapa dari mereka mungkin ada yang memang sudah
memasarkan produknya melalui berbagai media online, seperti media sosial, marketplace,
forum, dll. Namun, dalam prakteknya masih jauh dari kata maksimal. Akibatnya, hasil dari
apa yang mereka dapatkan pun menjadi kurang maksimal. Masalah ini juga berkaitan
dengan masalah sebelumnya yaitu belum optimalnya pemasaran online, masalah ini timbul
karena driver ojek online yang tidak sabar dan juga sembarangan dalam memberikan rating
di media online.

Masalah ini sering luput dari perhatian pengusaha UMKM. Belum banyak yang sadar
akan pentingnya branding bagi produk dan juga usahanya. Sehingga, kebanyakan pelaku
usaha hanya fokus pada menjual, menjual, dan menjual, tanpa memikirkan bagaimana
kualitas merk dari produknya. Padahal, menjaga kualitas branding sangatlah penting dalam
upaya membesarkan bisnis UMKM. Dengan kualitas branding yang baik, suatu produk
akan lebih mudah diingat khalayak. Sehingga peluang terjadinya penjualan pun semakin
besar. Solusinya, pelaku usaha dapat melakukan analisa SWOT (Strengths, Weaknesses
Opportunities, Threats) terhadap produk Anda. Artinya, pelaku usaha bisa menganalisa apa
saja kekuatan, kelemahan, serta peluang dan ancaman terhadap produk. Dari hasil analisa
tersebut, pelaku usaha bisa mencoba menemukan hal yang paling menonjol dan yang
paling membedakan produk sendiri dengan produk lainnya. Setelah ditemukan, pelaku
usaha mengusahakan untuk konsisten menonjolkan ciri khas produk sebagai materi
promosi. Bagaimana konsistensi dalam mempertahankan ciri khas produk inilah yang akan
menentukan bagaimana kualitas brand atau merk.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di " Warung Ijo Bu Nur" yang berlokasi Way Hui, Jati Agung.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
kualitatif, yaitu mengumpulkan data dalam bentuk kata-kata. Maksudnya adalah memanfaatkan
penelitian kepustakaan, yaitu proses mencari melalui berbagai literatur, penelitian, atau kajian
yang ada berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Padahal kunci untuk membuka
segala sesuatu yang membantu pemecahan masalah dalam penelitian Sumber-sumber terkait
antara lain: ensiklopedi, jurnal, buku, dan karya ilmiah lainnya.

Menurut Moleong (2005:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.

Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer yaitu dilakukan melalui teknik
wawancara. Data primer yang diambil dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan
dengan menggunakan perangkat daftar pertanyaan yang telah disusun secara sistematis, yang
antara lain mencakup informasi-informasi sebagai berikut :

a. Lokasi (Kalurahan, Kecamatan)


b. Umur perusahaan (sejak kapan usaha mulai ada di lokasi yang bersangkutan) Jumlah
tenaga kerja
c. Jumlah pinjaman yang diterima dari perbankan/ lembaga keuangan
d. Omzet penjualan
e. Jumlah dan jenis bahan baku yang digunakan
f. Pembinaan yang pernah diterima (teknis, manajemen, pemasaran, promosi, bantuan modal)
g. Aspek produksi (jangkauan pemasaran dan prospek pasar)
h. Aspek legalitas usaha
i. Faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha

HASIL DAN DISKUSI


Pada bagian hasil dan diskusi merupakan hasil analisis dari Permasalahan UMKM :
Strategi dan Kebijakan melalui observasi dan wawancara dari salah satu karyawan di Warung Ijo
Bu Nur (Warjo) yang berlokasi Way Hui, Jati Agung. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah. Peneliti juga telah melakukan analisis mengenai Permasalahan UMKM yang
ada di Warung Ijo Bu Nur (Warjo) yaitu berupa Harga bahan pokok yang naik dan susah untuk
di dapatkan hal ini di landasi karena inflansi yang sedang terjadi; Konsumen yang tidak sabar
saat mengantri sehingga membuat suasana tidak kondusif; Bukan hanya konsumen yang tidak
sabar driver ojol juga memiliki masalah yang sama yaitu tidak sabar mengantri yang berakibat
memberikan rating buruk terhadap warung makan ini akibatnya warung makan ijo bu nur harus
off; Karyawan yang libur mendadak mengakibatkan terjadinya kesulitan warung dalam
menangani jika adanya lonjakan pembelian tapi kekeurangan tenaga kerja, karena sistem upah di
warung makan ini adalah harian.

Dari permasalahan UMKM pada Warung Ijo Bu Nur (Warjo) diatas, dapat di diskusikan
bahwa :

1. Permasalahan internal pertama yaitu modal


Masalah ini merupakan salah satu masalah yang masih dihadapi pengusaha karena
kebanyakan pengusaha tersebut menggunakan modal pribadi. Hasil temuan di lapangan,
penggerak UMKM hanya bersumber dari modal sendiri, belum ada bantuan dari
pemerintah maupun pinjaman dari bank.
Namun informasi sumber pilihan modal di atas belum sampai pada Penggerak UMKM
sehingga beberapa penggerak UMKM yang membutuhkan informasi tersebut masih dililit
kendala modal. Selain itu, informasi sumber modal pun sebenarnya terdapat di dinas terkait
dan komunitas. Namun, tidak semua UMKM secara aktif melakukan koordinasi dengan
dinas maupun komunitas. Salah satu hal yang menarik adalah komunitas berperan sebagai
perantara antara UMKM dengan lembaga pemberi modal atas faktor kepercayaan. Salah
satu aspek pertimbangan lembaga tersebut adalah kebersamaan dalam komunitas. Secara
positif, syarat yang biasanya tergolong rumit bagi UMKM berubah sederhana dengan
perantara komunitas. Namun, kesempatan ini belum didapatkan semua komunitas secara
merata karena alur informasi yang belum jelas. Selain itu, penggerak UMKM pun belum
dapat mengelola dana modal secara baik sehingga informasi pengelolaan arus dana yang
baik masih banyak diperlukan penggerak UMKM. Pengelolaan dana diperlukan untuk
kegiatan keseharian, riset dan inovasi sebagai upaya pengembangan usaha selanjutnya. Hal
ini terkait kualitas SDM pengelolaan keuangan, tenaga kerja, pemasaran, dan lain
sebagainya.

2. Permasalahan internal kedua yakni SDM yang kurang memadai dalam segi keterampilan,
pembagian kinerja, dan jumlah karyawan.
Untuk sumber daya manusia yang ada di Warung Ijo Bu Nur salah satunya adalah
jumlah karyawan yang berjumlah hanya 6 orang dan rata-rata kerabat dan masyarakat
sekitar. Karyawan dari anggota keluarga ketika performa kerja tidak sesuai standar kualitas
maka memunculkan kendala. Adapula karyawan yang membawa pulang pekerjaan dapat
mengakibatkan tidak bisa dipastikannya proses produksi. Karyawan yang bekerja di tempat
kerja akan dikontrol penggerak UMKM dalam proses produksi sehingga kesalahan dapat
diketahui dan dikurangi. Selain itu, karyawan yang bekerja di tempat kerja dapat
mengurangi gangguan yang mungkin muncul ketika bekerja di rumah, seperti aktivitas
membersihkan rumah atau bersantai. Kendala lainnya ialah pemasaran dan keuangan yang
termasuk ke dalam keterampilan. Ada beberapa penggerak UMKM memang sudah
menerapkan dan mulai memasarkan produk menggunakan teknologi dan internet,
contohnya sosial media Instagram dan Facebook. Kedua media sosial tersebut mudah
dipelajari dan dapat dioperasikan secara sederhana menggunakan telepon pintar
(smartphone). Namun belum semua penggerak UMKM menemukan cara yang tepat dalam
memasarkan produk. Sebagian penggerak UMKM menyatakan bahwa kegiatan langsung
berupa pameran sangat membantu UMKM bertemu dengan pasar baru, tetapi seringkali
harga sewa tempat sangat mahal sehingga UMKM tidak mampu berpartisipasi.

3. Permasalahan internal ketiga ialah sarana prasarana, misalnya teknologi yang digunakan
dalam kegiatan produksi.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, terdapat permasalahan di teknologi yaitu
kurangnya promosi lewat media sosial : seperti Fb, Instagram, WhatsApp dan lain
sebagainya.
Selain itu, Penggerak UMKM harus menguasai dan memastikan jenis media dan teknologi
yang akan digunakan. Hal dilakukan agar penggerak UMKM dapat mengenal
kecenderungan atau pola pelaku usaha saat mengakses informasi. Preferensi media akan
meningkatkan keberhasilan peningkatan kemampuan terkait. Walaupun demikian, berbagai
media pun harus tetap dipelajari. Kemampuan ini harus dimaksimalkan untuk memperluas
penggunaan teknologi dalam peningkatan produktivitas pelaku usaha. Kemudian,
penggerak UMKM harus mampu mencari, memilah, dan memilih informasi agar tepat
guna. Kemampuan mencari informasi terkait strategi menemukan informasi yang
dibutuhkan dengan menggunakan kata kunci tertentu. Kata kunci merupakan gambaran
dari kata-kata penting atau utama yang berhubungan dengan kebutuhan informasi. Selain
kata-kata, dapat disertakan juga tanda baca, misalkan tanda petik, tanda tambah, tanda
garis bawah, dan lain sebagainya. Hal tersebut tampak sederhana namun dapat menghemat
waktu dalam mendapatkan hasil pencarian informasi, contohnya tanda petik yang berfungsi
menyaring informasi sesuai kata kunci dan fokus pada subyek tertentu. Apabila saat
pencarian informasi tidak menggunakan simbol pencarian informasi maka semua informasi
yang tidak dibutuhkan akan muncul sehingga menghabiskan banyak waktu. Penggerak
UMKM setelah mendapatkan alternatif informasi, maka kegiatan selanjutnya memilah
informasi melalui membaca informasi tersebut satu persatu. Setelah itu, penggerak UMKM
melakukan kategorisasi informasi yang dapat digunakan sesuai masalah yang dihadapi. Hal
ini dilakukan untuk memudahkan penggerak UMKM ketika akan menggunakan kembali
informasi tersebut sehingga dapat menghemat waktu pencarian informasi di kemudian hari.
Informasi yang telah dilakukan kategorisasi kemudian dipilih mana yang prioritas. Pada
tahap ini, informasi yang telah didapatkan ditentukan apakah dapat diimplementasikan atau
ada aspek lain yang dipertimbangkan sebelum menggunakan informasi. Semua proses
tersebut akan dilakukan dalam pemanfaatan informasi agar lebih tepat guna. Selain itu,
penggerak UMKM dapat lebih teliti menganalisis informasi yang didapatkan agar
kebutuhan informasi di masa akan mendatang memiliki dokumentasi yang baik. Tahap
ketiga, penggerak UMKM memiliki keahlian dalam mengimplementasikan informasi.
Pemahaman informasi yang tepat akan memengaruhi cara implementasi informasi,
termasuk pencarian informasi, kategorisasi, dan lain sebagainya. Maka tingkat
keberhasilan implementasi informasi pun ditentukan kemampuan ini. Ketika proses
implementasi informasi, perlu pengamatan seksama oleh atasan atau pihak ketiga agar
dipastikan pelaksanaannya tepat. Apabila penerjemahan informasi belum sesuai maka akan
terdapat kendala dalam pengembangan potensi sumber daya manusia dan produktivitas
usaha. Peningkatan kemampuan penggerak UMKM dalam mengimplementasikan
informasi akan memengaruhi peningkatan kemampuan pengambilan keputusan. Pada
proses sebelumnya, merupakan tahapan yang membantu dalam penentuan solusi
pemecahan masalah yang dihadapi. Penggerak UMKM dalam proses implementasi
informasi akan memperoleh solusi yang berulang kemudian terhenti jika manfaat telah
dirasakan. Selanjutnya, penggerak UMKM akan memutuskan solusi yang memiliki
dampak atau sesuai kebutuhan dan perlu adanya aktivitas dalam menjaga kualitas tiap
performa kinerja.

Adapun faktor eksternal bersumber dari penggerak UMKM sendiri.

1) Menurut kami, Pemerintah belum optimal dalam mengembangkan UMKM di Warung Ijo
Bu Nur (Warjo) padahal pemerintah sebagai tempat bersandar masyarakat. Pemerintah
dalam membuat program pelayanan bagi penggerak UMKM belum sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
2) Faktor eksternal kedua dari komunitas
Komunitas sebagai mediator penggerak UMKM dengan pemerintah dan diharapkan dapat
memberikan manfaat yang optimal bagi penggerak UMKM. Namun penggerak UMUM
masih merasakan adanya kesenjangan kesempatan dan kualitas UMKM yang ada masih
perlu diperbaiki.
3) Faktor eksternal ketiga adalah respons konsumen
Konsumen memiliki kebutuhan yang beragam di Indonesia yang membuat kendala
tersendiri yang cukup menantang, misalnya faktor ekonomi, kesukaan, kualitas, dan lain
sebagainya yang memengaruhi perkembangan UMKM.
KESIMPULAN
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai difinisi yang beragam dengan
rumusan tentang usaha kecil dalam berbagai variasi nama, misalnya (1) Biro Pusat Statistik
(BPS) menggunakan kriteria jumlah orang yang dipekerjakan; (2) Kementerian Perindustrian,
menggunakan kriteria finansial semacam investasi modal untuk mesin dan peralatan serta
investasi per tenaga kerja; (3) Bank Indonesia, menggunakan kriteria finansial, semacam
kekayaan dan omzet; (4) Kementerian Perdagangan menggunakan kriteria maksimum modal
aktif untuk usaha dagang; (5) KADIN (Kamar Dagang dan Industri) menggunakan kriteria
modal, yang disesuaikan dengan sektor-sektor ekonomi.

Menurut undang-undang no. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil (1995), lebih rinci
menyatakan bahwa usaha kecil adalah “Usaha yang memenuhi kriteria: memiliki kekayaan
bersih paling banyak dua ratus juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu miliar rupiah, milik WNI, berdiri
sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
berafiliasi baik langsung, maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar,dan
berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha
yang berbadan hukum, termasuk koperasi.”

Selanjutnya terdapat Strategi dan Kebijakan UMKM Kebijakan dan pedoman yang tepat,
komprehensif dan tahan lama diperlukan untuk memperluas peran UMKM di masa mendatang
ekonomi dan daya tahan masalah yang dihadapinya untuk ada efek secara positif. Hal yang sama
ditemukan Kementerian Koperasi dan Badan Usaha Kecil dan Menengah 2005, yaitu menyajikan
pendekatan utama mengembangkan UKM di Indonesia yaitu Strategi perkembangan lingkungan
bisnis promosi; Strategi peningkatan akses UMKM alat produksi; Strategi pengembangan
kewirausahaan dan daya saing UMKM dan Strategi lebih banyak sinergi dan partisipasi hadirin.

Dalam hubungan ini sejauh ini masih banyak faktor UKM yang kesulitan mendapatkan
pegangan untuk mendapatkan pinjaman dari bank, ini karena pengusaha tidak cukup terjamin
dan bahkan pengusaha akses informasi terbatas bank lebih jauh dari samping pengembangan
bisnis, pelaku UMKM ada lebih banyak informasi dari model keuangan barang tertentu, dan
sebaliknya Bank juga perlu informasi tentang produk ini kemungkinan untuk membiayai.

UKM yang sudah memiliki usaha hukum akan berkuasa hukum tentang penutupan
kontrak, Aplikasi kredit dan aktivitas transaksi lain Selama ini kebanyakan UKM Banyak yang
tidak berstatus Badan hukum perusahaan, ini bagus dari sudut pandang dapat langsung atau tidak
langsung mempengaruhi perkembangan bisnis UKM Selain itu, pemberian hak kekayaan
intelektual harus disediakan Untuk UKM yang telah dibuat produk lain atau sesuatu membawa
sesuatu yang baru yang tidak pernah ditemukan atau Membawa inovasi produk ke pasar
memiliki keunikan.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Fahimul. 2014. “Permasalahan UMKM” Prosiding Pluralisme Dalam Ekonomi Dan
Pendidikan ISSN 2407-2468.
Hartono, 2014. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan UMKM Di Surakarta”
Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1.
Shobaruddin Muhammad, 2020. “Strategi pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) di Kota Malang melalui literasi informasi” Jurnal Kajian Informasi &
Perpustakaan Vol. 8, No. 2.
Sudati Nur Sarfiah, (2019). “UMKM Sebagai Pilar Membangun Ekonomi Bangsa”. Jurnal Riset
Ekonomi Pembangunan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Zia, Halida. 2020. “Pengaturan Pengembangan Umkm Di Indonesia” Law Jurnal Vol 1, No 1.
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/RIO.

Anda mungkin juga menyukai