Anda di halaman 1dari 9

1

PAPER KULIAH
PERTANIAN BERLANJUT

KONSEP DAYA DUKUNG DAN INTENSIFIKASI PERTANIAN

KELOMPOK 6
1. MUSTARINI DESSY VITIARA 175040200111079
2. KETRIN GRACIA DYAH RIADI 175040200111083
3. FACHRI ALFARIZKY 175040201111021
4. BATARI MELYAPURI WIDARSIONO 175040207111129
5. AMIR FHAD SASTRANEGARA H. 175040207111226

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2019
2

1. Gambarkan aspek carrying capacity yang mungkin terjadi pada tanaman


budidaya:
a. Tanaman pangan
b. Tanaman hortikultura
Jawaban:
Carrying capacity atau daya dukung lingkungan diartikan sebagai kemampuan
suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum
dalam periode waktu yang panjang.
a. Tanaman pangan
Ada beberapa aspek yang memengaruhi suatu lingkungan untuk dapat
menunjang kehidupan tanaman pangan, yaitu:
1) Jumlah organisme atau spesies khusus secara maksimum dan seimbang
yang dapat didukung oleh suatu lingkungan.
2) Jumlah makhluk hidup yang dapat bertahan pada suatu lingkungan dalam
periode jangka panjang tanpa membahayakan lingkungan tersebut.
3) Jumlah penduduk maksimum yang dapat didukung oleh suatu lingkungan
tanpa merusak lingkungan tersebut.
4) Jumlah populasi maksimum dari organisme khusus yang dapat didukung
oleh suatu lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut.
5) Rata-rata kepadatan suatu populasi atau ukuran populasi dari suatu
kelompok manusia dibawah angka yang diperkirakan akan meningkat, dan
diatas angka yang diperkirakan untuk menurun disebabkan oleh kekurangan
sumber daya.
Pertumbuhan penduduk sangat memengaruhi daya dukung lahan bagi tanaman
pangan. Setiap tahun jumlah masyarakat bertambah dan mengakibatkan alih
fungsi lahan pertanian semakin banyak terjadi, sementara kebutuhan terhadap
tanaman pangan semakin meningkat. Untuk menganalisis daya dukung suatu
lahan terhadap tanaman pangan dibutuhkan analisis perhitungan sebagai
berikut:
1) Perhitungan kebutuhan fisik minimum
2) Luas lahan tanaman pangan yang diperlukan per kapita untuk swasembada
pangan
3

3) Luas panen tanaman pangan yang tersedia per kapita.


Sedangkan, variabel yang diamati untuk mengetahui daya dukung terhadap
tanaman pangan adalah:
1) Luas panen tanaman pangan (jumlah luas dari lahan yang ditanami dengan
tanaman pangan dalam satu tahun (ha)).
2) Produksi tanaman pangan di masing–masing daerah (kg).
3) Luas lahan per kapita yang diperlukan untuk swasembada pangan (ha).
4) Jumlah kalori tanaman pangan adalah jumlah kandungan kalori setara
kilogram beras masing–masing tanaman pangan. Dimana 1 kg beras sebesar
3.610 kalori, 1 kg jagung sebesar 3.600,1 kg ubi kayu sebesar 1.460 kalori,
1 kg ubi jalar sebesar 1.230 kalori, 1 kg kacang tanah sebesar 4.520 kalori
dan 1 kg kedelai 3.310 kalori.
5) Jumlah penduduk (jiwa)

b. Tanaman hortikultura
Daya dukung lingkungan terhadap tanaman hortikultura dapat
dicontohkan dengan tanaman kubis, tanaman apel dan tanaman jeruk. Kubis
pada umumnya ditanam di daerah yang berhawa sejuk, di dataran tinggi 800–
2000 mdpl dan bertipe iklim basah, namun terdapat pula varietas yang dapat
ditanam di dataran rendah atau 200 mdpl. Tanah lempung berpasir lebih baik
untuk budidaya kubis bunga daripada tanah berliat. Pertumbuhan optimum
didapatkan pada tanah yang banyak mengandung humus, gembur, porus, dan
pH tanah antara 6–7. Waktu tanam yang baik pada awal musim hujan atau awal
musim kemarau. Namun kubis dapat ditanam sepanjang tahun dengan
pemeliharaan lebih intensif.
Untuk tanaman apel, di Indonesia yang beriklim tropika, beberapa
varietas apel memiliki adaptasi yang baik di dataran tinggi/pegunungan yang
memiliki suhu dingin. Awalnya sentra apel di Malang Raya terletak di elevasi
700–1.200 mdpl dengan suhu udara sekitar 16–27oC. Saat ini, suhu udara di
Malang Raya telah meningkat secara nyata sehingga menggeser kesuaian lahan
apel ke elevasi sekitar 1.000–1.500 mdpl. Selain bersuhu dingin, tempat
penanaman apel sebaiknya beriklim kering atau memiliki hujan tahunan 1.000–
2.500 mm dengan penyinaran matahari sebanyak 50–60% per hari
4

dan kelembaban udara 75–85%. Jika hujan tinggi dan turun bersamaan dengan
musim pembungaan akan menggagalkan bunga menjadi buah. Meskipun apel
dapat tumbuh di beberapa jenis tanah yaitu Regosol (Entisol), Andosol
(Andisol) dan Latosol (Inceptisol). Karakter tanah yang ideal adalah teksturnya
sedang, konsistensi gembur, kedalaman efektif > 50 cm, drainase baik dan pH
tanah 5,5–7.
Untuk tanaman jeruk, memiliki syarat tumbuh seperti Ketinggian tempat
0-700-1000mdpl. Suhu 13–35°C (optimum 22–23°C). Curah hujan 1.000–
3.000 mm/th (optimum 1.500–2.500 mm/th). Bulan kering (curah hujan kurang
dari 60 mm/bulan) 2–6bulan (optimum 3–4 bulan).Tanah Ph 5–8 (optimum
±6); solum dalam (optimum >1m), tidak ada lapisan kedap air; tekstur berpasir
hingga lempung berpasir; drainase dan aerasi baik.

2. Sebutkan dampak negatif dan aspek teknologi untuk mengatasi masalah-


masalah yang timbul akibat carrying capacity!
Jawaban:
Carrying capacity (daya dukung) lahan yaitu kemampuan suatu habitat untuk
mendukung sejumlah individu. Daya dukung lahan dinilai menurut ambang
batas kesanggupan lahan sebagai suatu ekosistem untuk memenugi penggunaan
lahan tersebut. Daya dukung tersebut semakin lama menjadi semakin
berkurang. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan akibat menurunnya
daya dukung lahan ialah merusak sifat fisik tanah dan mengurangi tingkat
kesuburan tanah serta mencemari lingkungan baik udara, air maupun tanah.
Menurut Rejekiningrum (2014), menurunnya daya dukung lahan dapat
diakibatkan karena meningkatnya tekanan terhadap lahan. Hal ini akan
meningkatkan potensi terjadinya banjir, tanah longsor dan kekeringan. Pada
peranian khususnya, dampak negatif yang akan terjadi antara lain:
a. Ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembasmi hama juga
berdampak tingginya biaya produksi yang harus ditanggung petani.
b. Akibat penggunaan pupuk anorganik berdampak pada penyusutan
kandungan bahan organik tanah, bahkan banyak tempat-tempat yang
kandungan bahan organiknya sudah sampai pada tingkat rawan, sekitar 60
5

persen areal sawah di Jawa kadungan bahan organiknya kurang dari 1


persen. Menyebabkan ketersediaan air rendah, aktivitas organisme rendah,
rendah penyerapan hara yang diberikan, tanah menjadi masam. Sehingga
biaya produksi terus meningkat sementara produktifitas lahan menurun.
c. pupuk dan pestisida memiliki dampak negatif pada kesuburan tanah yang
berkelanjutan dan terjadinya mutasi hama dan pathogen.
d. Biodiversitas berkurang mengakibatkan tanaman yang di tanam kurang
mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang mulai berubah sehingga
jelas produksi menurun.

Solusi menurunnya carrying capacity:


a. Pertanian berkelanjutan menghendaki penerapan perencanaan tata ruang
(spasial planning). Perencanaan pembangunan pertanian harus didasari
standar lingkungan serta penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL).
b. Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman
terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi
tanah
c. Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara melalui, fiksasi
nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani
d. Membatasi kehilangan akibat aliran panas, udara dan air dengan cara
mengelola iklim mikro pengelolaan air dan pencegahan erosi
e. Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit
dengan melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan aman
f. Pemanfaatan sumber genetika yang saling mendukung dan bersifat sinergis
dengan cara mengkombinasikan fungsi karagaman sistem pertanian
berkelanjutan.

3. Sebutkan minimal 3 masalah lingkungan yang akan terjadi di tingkat lanskap!


Jawaban:
a. Masalah pengelolaan hutan, lahan dan sumber air. Eksploitasi lahan dan
pembalakan liar menyebabkan kerusakan ekosistem dan dampaknya adalah
kelangkaan sumber mata air, erosi, longsor, rusaknya habitat biota,
6

menurunnya biodiversitas. kawasan hutan telah menyusut menjadi 130 juta


hektar (70% dari luas daratan), dan secara sistematik terus mengalami
degradasi bahkan 42 juta hektar sudah benar-benar gundul, nyaris tanpa
vegetasi (Putu, 2011). Secara teoritis memang hutan termasuk sumberdaya
alam yang dapat diperbaharui, misalnya dengan penghijauan atau reboisasi.
Namun dalam pelaksanaannya tidak semudah itu, menanam pohon
kehutanan perlu pemeliharaan, bukan sekedar tanam lantas ditinggal begitu
saja. Selain itu, hutan primer memiliki plasma nutfah yang sangat beragam,
dengan ekosistem yang harmonis. Beragam flora dan fauna ada
didalamnya,berinteraksi secara alamiah untuk mencapai keseimbangan.

Gambar 1. Kerusakan hutan akibat alih fungsi lahan

b. Masalah pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Meningkatnya pembangunan


di wilayah pesisir terutama di wilayah Tuban, Lamongan, Gresik dan
Surabaya mengancam kerusakan ekosistem di pesisir dan laut. Bukan hanya
ekosistem hewan dan tumbuhan, melainkan juga mengancam eksistensi
nelayan pesisir. Selain itu, di beberapa tempat, terdapat pemanfaatan hutan
maggrove tanpa memperdulikan aspek lingkungan. Permasalahan ekologis
yang muncul dari pemanfaatan areal hutan mangrove yang tidak
memperhatikan aspek pelestararian, antara lain adalah terjadinya perubahan
ekosistem, pencemaran serta hilangnya biota laut di kawasan perairan
sekitarnya. Perlu diketahui bahwa hutan mangrove mempunyai peranan
7

sebagai filter terhadap bahan-bahan polutan yang berupa limbah rumah


tangga, limbah industri maupun tumpahan minyak ( Pramudji, 2002).

Gambar 2. Kerusakan hutan mangrove di Teluk Jakarta

c. Pencemaran air, tanah dan udara. Dampak negatif dari industrialisasi adalah
limbah yang dihasilkan. Limbah kimia tidak bisa di dekomposisi secara
alamiah, karena limbah kimia dihasilkan oleh rekayasa manusia yang tidak
dikenal oleh alam ( Mukono, 2006).

Gambar 3. Pencemaran tanah akibat limbah pabrik


8

Gambar 4. Pencemaran udara akibat emisi karbon

Polusi air akan memberikan pengaruh yang luas pada aliran sungai dan laut
dan ada juga yang terdeposit di dasar air dalam bentuk materi berbahaya dan
memiliki pengaruh jangka panjang karena setelah beberapa tahun materi ini
dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia. Melalui lautan,
polusi bisa menyebar ke seluruh dunia dan memiliki kemungkinan pengaruh
kepada ekologi khususnya binatang air.

Gambar 5. Pencemaran laut akibat pembuangan sampah sembarangan di


laut
9

DAFTAR PUSTAKA

Andre, G. Masengi, et.al. 2015. Daya Dukung Lahan Pertanian Tanaman Pangan
di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal ASE. Vol 11(3A): 89-108.
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika.2015. Budidaya Apel.
http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/budidaya-apel/. Diakses pada 03
September 2019
Endarto O, Martini E. 2016. Pedoman budi daya jeruk sehat. Bogor, Indonesia:
World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program
Idewa, Darma Putra, 2015. Analisis Daya Dukung Lahan Berdasarkan Total Nilai
Produksi Pertanian di Kabupaten Gianyar. (Tesis). Universitas Udayana.
Denpasar.http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-1273-10277514
35-tesis.pdf. Di akses pada tanggal 03 September 2019
Mukono, H. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. UNAIR : Surabaya
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2013. Budidaya Tanaman
Kubis. http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/berita-347-budidaya-tanam
an-kubis.html. Diakses pada tanggal 03 September 2019
Putu, I. 2011. Kajian Kerusakan Sumber Daya Hutan Akibat Pertambangan.
FMIPA : UNUD
Pramudji. 2002. Eksploitasi Hutan Maggrove di Indonesia : Dampak dan Upaya
Untuk Menanggulanginya. Puslit Oseanografi. Jakarta
Rejekiningrum, P. 2014. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sumberdaya Air:
Identifikasi, Simulasi dan Rencana Aksi. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol
8(1): 1-15

Anda mungkin juga menyukai