PAPER KULIAH
PERTANIAN BERLANJUT
KELOMPOK 6
1. MUSTARINI DESSY VITIARA 175040200111079
2. KETRIN GRACIA DYAH RIADI 175040200111083
3. FACHRI ALFARIZKY 175040201111021
4. BATARI MELYAPURI WIDARSIONO 175040207111129
5. AMIR FHAD SASTRANEGARA H. 175040207111226
2019
2
b. Tanaman hortikultura
Daya dukung lingkungan terhadap tanaman hortikultura dapat
dicontohkan dengan tanaman kubis, tanaman apel dan tanaman jeruk. Kubis
pada umumnya ditanam di daerah yang berhawa sejuk, di dataran tinggi 800–
2000 mdpl dan bertipe iklim basah, namun terdapat pula varietas yang dapat
ditanam di dataran rendah atau 200 mdpl. Tanah lempung berpasir lebih baik
untuk budidaya kubis bunga daripada tanah berliat. Pertumbuhan optimum
didapatkan pada tanah yang banyak mengandung humus, gembur, porus, dan
pH tanah antara 6–7. Waktu tanam yang baik pada awal musim hujan atau awal
musim kemarau. Namun kubis dapat ditanam sepanjang tahun dengan
pemeliharaan lebih intensif.
Untuk tanaman apel, di Indonesia yang beriklim tropika, beberapa
varietas apel memiliki adaptasi yang baik di dataran tinggi/pegunungan yang
memiliki suhu dingin. Awalnya sentra apel di Malang Raya terletak di elevasi
700–1.200 mdpl dengan suhu udara sekitar 16–27oC. Saat ini, suhu udara di
Malang Raya telah meningkat secara nyata sehingga menggeser kesuaian lahan
apel ke elevasi sekitar 1.000–1.500 mdpl. Selain bersuhu dingin, tempat
penanaman apel sebaiknya beriklim kering atau memiliki hujan tahunan 1.000–
2.500 mm dengan penyinaran matahari sebanyak 50–60% per hari
4
dan kelembaban udara 75–85%. Jika hujan tinggi dan turun bersamaan dengan
musim pembungaan akan menggagalkan bunga menjadi buah. Meskipun apel
dapat tumbuh di beberapa jenis tanah yaitu Regosol (Entisol), Andosol
(Andisol) dan Latosol (Inceptisol). Karakter tanah yang ideal adalah teksturnya
sedang, konsistensi gembur, kedalaman efektif > 50 cm, drainase baik dan pH
tanah 5,5–7.
Untuk tanaman jeruk, memiliki syarat tumbuh seperti Ketinggian tempat
0-700-1000mdpl. Suhu 13–35°C (optimum 22–23°C). Curah hujan 1.000–
3.000 mm/th (optimum 1.500–2.500 mm/th). Bulan kering (curah hujan kurang
dari 60 mm/bulan) 2–6bulan (optimum 3–4 bulan).Tanah Ph 5–8 (optimum
±6); solum dalam (optimum >1m), tidak ada lapisan kedap air; tekstur berpasir
hingga lempung berpasir; drainase dan aerasi baik.
c. Pencemaran air, tanah dan udara. Dampak negatif dari industrialisasi adalah
limbah yang dihasilkan. Limbah kimia tidak bisa di dekomposisi secara
alamiah, karena limbah kimia dihasilkan oleh rekayasa manusia yang tidak
dikenal oleh alam ( Mukono, 2006).
Polusi air akan memberikan pengaruh yang luas pada aliran sungai dan laut
dan ada juga yang terdeposit di dasar air dalam bentuk materi berbahaya dan
memiliki pengaruh jangka panjang karena setelah beberapa tahun materi ini
dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia. Melalui lautan,
polusi bisa menyebar ke seluruh dunia dan memiliki kemungkinan pengaruh
kepada ekologi khususnya binatang air.
DAFTAR PUSTAKA
Andre, G. Masengi, et.al. 2015. Daya Dukung Lahan Pertanian Tanaman Pangan
di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal ASE. Vol 11(3A): 89-108.
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika.2015. Budidaya Apel.
http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/budidaya-apel/. Diakses pada 03
September 2019
Endarto O, Martini E. 2016. Pedoman budi daya jeruk sehat. Bogor, Indonesia:
World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program
Idewa, Darma Putra, 2015. Analisis Daya Dukung Lahan Berdasarkan Total Nilai
Produksi Pertanian di Kabupaten Gianyar. (Tesis). Universitas Udayana.
Denpasar.http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-1273-10277514
35-tesis.pdf. Di akses pada tanggal 03 September 2019
Mukono, H. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. UNAIR : Surabaya
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2013. Budidaya Tanaman
Kubis. http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/berita-347-budidaya-tanam
an-kubis.html. Diakses pada tanggal 03 September 2019
Putu, I. 2011. Kajian Kerusakan Sumber Daya Hutan Akibat Pertambangan.
FMIPA : UNUD
Pramudji. 2002. Eksploitasi Hutan Maggrove di Indonesia : Dampak dan Upaya
Untuk Menanggulanginya. Puslit Oseanografi. Jakarta
Rejekiningrum, P. 2014. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sumberdaya Air:
Identifikasi, Simulasi dan Rencana Aksi. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol
8(1): 1-15