Anda di halaman 1dari 147

LAPORAN AWAL

KAWASAN MINAPOLITAN PANCENG, GRESIK

DOSEN PEMBIMBING
Putu Gde Ariastita, ST., MT.
Rivan Aji Wahyu Dyan Safitri, S.PWK., M.Ars.

DISUSUN OLEH:
Zahirah Nabilah (08211940000081)
Humairo Karimatus (08211940000082)
Arya Nurcahyo N (08211940000088)
Satya Raja Sitompul (08211940000089)
Jefriansyah Bayu K (08211940000093)
Bahtiar Rahmaan I (08211940000094)
Arsyadyta Shidqa (08211940000104)
Gabriella S N Erari (08211940007002)

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan hidayah Nya penulis
dapat menyelesaikan “Laporan Awal Kawasan Minapolitan Panceng, Gresik” dengan baik
dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis telah mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak dalam proses penyusunan laporan ini hingga laporan ini terselesaikan. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan ini, diantaranya:
1. Bapak Putu Gde Ariastita, S.T., M.T. dan Bapak Rivan Aji Wahyu Dyan Safitri,
S.PWK., M.Ars. selaku dosen pembimbing kelompok kami serta Dosen Mata Kuliah Praktik
Perencanaan Pesisir Kelas C yang telah membimbing penulis hingga laporan ini selesai.
2. Pihak-pihak terkait yang telah membantu menyediakan data untuk menyelesaikan
laporan ini
Kami selaku penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk dijadikan
bahan pembelajaran kedepan. Demikian makalah ini kami buat untuk keperluan tugas dan
semoga bisa memberi manfaat.

Surabaya, April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 2
1.3 Dasar Hukum 2
1.4 Profil Wilayah KSN 4
1.4.1 Aspek Pemanfaatan Ruang 4
1.4.2 Aspek Oseanografi 7
1.4.3 Aspek Geologi dan Geomorfologi Lingkungan 39
1.4.4 Aspek Sosial Demografi 53
1.4.5 Aspek Ekonomi 66
1.4.6 Aspek Kebencanaan 114
1.4.7 Aspek Sumber Daya Ikan 133
1.4.8 Aspek Ekosistem 142

BAB II
DESKRIPSI POTENSI SUMBER DAYA LAUT DI PERAIRAN KSN DAN KEGIATAN
PEMANFAATAN 153
2.1 Kondisi Hidro-Oseanografi 153
2.2 Sebaran Ekosistem Pesisir 154
2.3 Sumber Daya Ikan 154
2.4 Pemanfaatan Ruang Laut 155
2.5 Kondisi Sosial, Ekonomi Kelautan, dan Budaya Maritim 155
2.6 Kebencanaan 156

BAB III
ISU STRATEGIS PERENCANAAN RUANG KSN 157
3.1 Potensi Sumber Daya Pesisir 157
3.2 Degradasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 157
3.3 Pengembangan Perekonomian Berbasis UMKM Berdasarkan Potensi Lokal 157
3.4 Optimalisasi pemanfaatan lahan dan pembangunan yang rendah risiko dengan
memperhatikan kondisi geologi dan kebencanaan 158

BAB IV
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERENCANAAN RUANG KSN 159
4.1 Visi 159

ii
4.2 Misi 159
4.3 Tujuan Perencanaan, Kebijakan, dan Strategi Yang Diformulasikan Berdasarkan Isu
Bernilai Penting dan Strategis Nasional 159
4.3.1 Tujuan Perencanaan 159
4.3.2 Strategi Pengelolaan 159

BAB V
LAMPIRAN 164
5.1 Peta Dasar 164
5.2 Peta Tematik 164

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir adalah wilayah daratan dan wilayah laut yang bertemu di garis pantai
di mana wilayah daratan mencakup daerah yang tergenang atau tidak tergenang air yang
dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi air laut.
Sedangkan wilayah laut mencakup perairan yang dipengaruhi oleh proses-proses alami
daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar ke laut serta perairan yang dipengaruhi oleh
kegiatan manusia di darat (Bengen, 2000:3). Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 1 tahun
2014, wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Dengan begitu wilayah pesisir juga perlu
dikelola dikarenakan merupakan pusat kegiatan masyarakat dengan keunggulan yang berbeda
secara fisik dan geografis. Dalam pengelolaan wilayah pesisir dibutuhkan penataan berupa
kebijakan dari pemerintah agar setiap aspek saling terintegrasi.
Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut kurang lebih 3.257.357
km²,yang memiliki banyak potensi dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan bersama. Kawasan pesisir merupakan wilayah lautan yang berbatasan dengan
daratan yang memiliki karakteristik unik. Dengan adanya kawasan daratan yang memiliki
pengaruh besar dari manusia bertemu dengan kawasan laut yang menjadi tempat terdapatnya
sumber daya sangat beragam. Sebagai negara kepulauan, wilayah pesisir Indonesia Memiliki
nilai strategis dengan berbagai keunggulan komparatif dan kompetitif sehingga berpotensi
menjadi penggerak utama dalam pengembangan wilayah. Adanya berbagai aktivitas,
peristiwa, dan kehidupan yang terjadi di wilayah pesisir membuat wilayah ini memiliki
karakteristik tersendiri yang memerlukan adanya penanganan khusus dalam mengatur
pengelolaan aktivitas baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
Gresik merupakan salah satu daerah penghasil budidaya ikan terbesar di Jawa Timur.
Wilayah dengan budidaya ikan di Kabupaten Gresik terletak di Gresik Utara, tepatnya di
Kecamatan Panceng yang termasuk dalam zona minapolitan perikanan tangkap dan zona
budidaya. Kecamatan Panceng memiliki potensi besar dalam pertambangan, perikanan, dan
konservasi yang dapat mewujudkan wilayah tersebut menjadi wilayah pembangunan
ekonomi berbasis kelautan menurut tinjauan dari dokumen RTRW Jawa Timur 2011-2031,

1
RZWP3K Jawa Timur 2017-2037, dan RDTR Kabupaten Gresik Utara. Hal tersebut
didukung pula dengan adanya rencana pemanfaatan ruang pesisir untuk pembangunan
pelabuhan pendaratan ikan sekaligus arahan konservasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
rencana lebih lanjut untuk mendukung potensi wilayah perencanaan melalui penyusunan
RZWP3K Kecamatan Panceng 2021-2041.

1.2 Maksud dan Tujuan


Tujuan dari penyusunan dokumen awal adalah untuk merencanakan pengelolaan
bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (WP3K) yang berkelanjutan guna menyusun
rencana alokasi ruang, peraturan pemanfaatan ruang, dan indikasi program pembangunan.
Adapun saran dari perencanaan ini adalah:

1. Melakukan identifikasi potensi sumberdaya meliputi sumberdaya hayati, non hayati,


buatan, jasa lingkungan, dan lain-lain di kawasan pesisir utara Kab.Gresik sebagai
wilayah perencanaan.
2. Mengidentifikasi kondisi sosial, ekonomi, dan budaya pada wilayah perencanaan.
3. Mengidentifikasi isu-isu strategis pemanfaatan kawasan pada wilayah perencanaan.
4. Menyusun peta dasar dan peta-peta tematik pada wilayah perencanaan.
5. Memformulasikan tujuan, kebijakan dan strategi pengelolaan wilayah perencanaan.
6. Menyusun rencana alokasi ruang untuk pemanfaatan ruang kawasan di kawasan
Pesisir utara Kab.Gresik yang direncanakan.
7. Menyusun arahan pemanfaatan di masing-masing zona/sub zona wilayah
perencanaan.
8. Menyusun peraturan kawasan prioritas dan pemanfaatan ruang kawasan serta
memformulasikan indikasi program pemanfaatan kawasan RZWP3K.

1.3 Dasar Hukum


Dasar hukum yang digunakan sebagai acuan dalam laporan awal kawasan minapolitan
Kecamatan Panceng ini yaitu :

2
1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Laut
2. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
4. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
5. Perda Provinsi Jawa Timur No. 1 Tahun 2018 Tentang Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi Jawa Timur Tahun 2018-2038
6. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2019 Tentang Rencana Tata Ruang Laut
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kepelabuhan
Perikanan
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2018 tentang Kawasan
Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi
Sumber Daya Ikan

3
1.4 Profil Wilayah KSN
1.4.1 Aspek Pemanfaatan Ruang

Peta 1.4 - 1 Pemanfaatan Ruang Eksisting Wilayah Perencanaan

1.4.1 Pemanfaatan Ruang Darat


Tabel 1.4.1 Penggunaan Lahan Wilayah Perencanaan
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Proporsi (%)

1 Permukiman 215.87 18,68

Industri Perdagangan dan


2 25.33 2,19
Perkantoran

3 Danau atau Waduk 0.9 0,08

4 Sungai 3.23 0,28

4
5 Sawah 213.75 18,49

6 Ladang atau Tegalan 363.5 31,45

7 Hutan Kerapatan Sedang 153.21 13,26

8 Tambak 158.28 13,69

9 Penggalian Pesisir, Tanah, dan Batu 20.97 1,81

10 Stadion dan Sarana Olahraga 0.73 0,06

Total 1155,77 100.0

Penggunaan lahan di wilayah perencanaan tergolong beragam. Penggunaan lahan di


wilayah perencanaan terdiri dari Industri, Stadion/Sarana Olahraga, Permukiman, Sawah,
Tambak, Danau/Waduk, Ladang/Tegalan,Penggalian Pasir, Hutan Kerapatan Sedang, dan
Sungai. Permukiman di wilayah perencanaan menyebar di seluruh desa yaitu Desa
Campurejo, Desa Dalegan, Desa Banyutengah, dan Desa Prupuh. Penggunaan lahan
didominasi oleh Ladang/Tegalan dengan luas sebesar 363.5 Ha yaitu 31.15% dari total
keseluruhan lahan di wilayah perencanaan. Keberadaan Ladang/Tegalan juga menyebar pada
4 desa di wilayah perencanaan.
Selain itu, di wilayah perencanaan juga terdapat lahan Tambak dan Hutan Kerapatan
Sedang yang cukup luas. Lahan Tambak mayoritas terletak di Desa Campurejo dan Desa
Dalegan. Sedangkan untuk Hutan Kerapatan Sedang terletak di Desa Dalegan. Dominasi
penggunaan lahan yang lain adalah Sawah yang tersebar di 4 desa pada wilayah perencanaan
dengan luas 213.75 Ha atau 18.62% dari seluruh lahan di wilayah perencanaan.

1.4.2 Pemanfaatan Ruang Laut


Tabel 1.4.2 Pemanfaatan Ruang Laut
No Pemanfaatan Ruang

1 Fishing Ground Tradisional

2 Wilayah Kerja Migas

3 Bagan Laut

5
4 Kabel Telekomunikasi Bawah Laut

5 Alur Lintas Antar Kabupaten/Kota

6 Alur Lintas Antar Provinsi

7 Daerah Ranjau TNI

8 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

9 Wisata Alam Pantai (Pantai Dalegan)

10 Zona Tradisi Petik Laut

Kegiatan kelautan merupakan kegiatan-kegiatan di laut yang dapat dijadikan sebagai


pendorong ekonomi daerah. Beberapa kegiatan kelautan utama adalah di Jawa Timur yang
merupakan jalur penyaluran minyak dan gas melalui jaringan pipa bawah laut, baik existing
ataupun rencana. Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
0225 K/11/Mem/2010 Tentang Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi
Nasional Tahun 2010–2025. Kecamatan Panceng termasuk dalam wilayah yang terdistribusi
pipa kabel bawah laut khususnya pipa kabel komunikasi bawah laut. Kabel tersebut
merupakan jaringan telepon seluler milik Telkom dan Indosat menuju Pulau Kalimantan
(Banjarmasin) dengan Pulau Jawa ditanam di bawah laut.
Alur dari pipa kabel komunikasi bawah laut ini yaitu penarikan kabel jaringan telepon
seluler di bawah laut menuju Pulau Bawean dan selanjutnya menghubungkan jaringan ke
wilayah Pulau Kalimantan di Kota Banjarmasin. Selain itu, di perairan wilayah perencanaan
juga dilewati oleh 2 alur pelayaran. Yang pertama adalah alur nelayan dari PPI Campurejo
yang tergolong pada alur lintas kabupaten dan kota. Hal tersebut dikarenakan nelayan
setempat sering mencari ikan di luar wilayah Gresik seperti Madura dan Lamongan.
Selanjutnya adalah alur pelayaran dari industri PT Orella Shipyard yang merupakan industri
pembuatan dan perbaikan kapal besar yang berada di Kecamatan Ujung Pangkah.
Pelabuhan perikanan di Kecamatan Panceng sesuai dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/2012 tentang
Kepelabuhanan Perikanan, memiliki Pelabuhan Perikanan Kelas D,disebut Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) yaitu PPI Campurejo yang terletak di Desa Campurejo, Kec. Panceng.

6
Selain itu juga terdapat TPI yaitu TPI Campurejo. Perairan Kecamatan Panceng sendiri
didominasi oleh wilayah kerja migas dan area penangkapan ikan tradisional (fishing ground
tradisional). Di area fishing ground tradisional juga terdapat bagan laut. Bagan laut
merupakan alat tangkap ikan yang menggunakan cahaya sebagai alat untuk menarik dan
mengumpulkan ikan di daerah tangkapan. Selain itu di Kecamatan Panceng juga terdapat
objek wisata yaitu Pantai Dalegan yang merupakan Daya Tarik Wisata Provinsi (DTWP)
Provinsi Jawa Timur. Namun, Kecamatan Panceng termasuk dalam pengembangan kawasan
pertahanan dan keamanan Provinsi Jawa Timur Dibuktikan dengan adanya daerah ranjau
milik TNI Angkatan Laut. Selain itu di sekitar PPI Campurejo terdapat lokasi untuk tradisi
petik laut dari nelayan setempat yang dilakukan setiap tahun.
Lokasi wilayah perencanaan juga dekat dengan Kecamatan Brondong yang terdapat
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yaitu PPN Brondong. Dalam hal ini PPN Brondong
memiliki Wilayah Kerja Pengoperasian Pelabuhan Perikanan (WKOPP) yang lokasinya
diatur dalam Keputusan Menteri No. 11 tahun 2009 Tentang WKOPP Pelabuhan Perikanan
Brondong. Namun sebaran zona Wilayah Kerja Pengoperasian Pelabuhan Perikanan
(WKOPP) PPN Brondong tidak sampai pada wilayah perencanaan yaitu Kecamatan Panceng.

1.4.2 Aspek Oseanografi


1.4.2.1 Bathimetri
Batimetri merupakan data kedalaman laut yang ditampilkan dalam bentuk kontur
isoline. Data batimetri memberikan gambaran tentang bentuk dan keterangan dasar laut.
Informasi kedalaman laut penting untuk menentukan kesesuaian pemanfaatan ruang wilayah
laut dan peningkatan eksplorasi pada pemanfaatan sumber daya laut. Pemanfaatan ruang laut
seperti untuk kegiatan perikanan budidaya, perikanan tangkap (lokasi ikan demersal dan
kedalaman penempatan alat tangkap ikan) dan kegiatan pelabuhan (kedalaman minimal untuk
sandar kapal).
Peta 1.4.2.1.1 Bathimetri Wilayah Perencanaan

7
Sumber: RZWP3-K Provinsi Jawa Timur

Diketahui dari data RZWP3K Provinsi Jawa Timur bila ditinjau dari kedalamannya,
perairan utara Laut Jawa memiliki kedalaman antara 5 hingga 40 meter dan maksimal
kedalaman 46 m. Kedalaman atau batimetri laut di perairan wilayah perencanaan kami sejauh
4 mil, kedalaman laut berkisar antara 5 meter – 30 meter. Dapat dilihat dari peta, batimetri
laut semakin dalam ditandai dengan warna biru tua.

1.4.2.2 Arus Pasang Surut


Arus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal sehingga
menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan.

8
Menurut Wahyudi (2010), pola musim berlangsung di suatu perairan dipengaruhi oleh pola
arus dan perubahan pola arah angin. Arus permukaan di Indonesia akan selalu berubah setiap
setengah tahun akibat adanya arah angin di setiap musimnya terutama angin muson. Terdapat
empat musim yang mempengaruhi kegiatan penangkapan yaitu musim barat terjadi bulan
Desember - Februari, Musim Peralihan Awal/I terjadi bulan Maret - Mei, Musim Peralihan
Akhir/II terjadi bulan September - November, dan Musim Timur terjadi bulan Juni-Agustus.
Berikut karakteristik arus pasang surut laut berdasarkan kedalaman dan kecepatan arus di
perairan wilayah perencanaan Kecamatan Panceng.
Tabel 1.4.2.2.1. Karakteristik Arus Pasang Surut Berdasarkan Kedalaman dan Kecepatan
Arus

Jenis Arus Kedalaman Arus (m) Kecepatan Arus (m/s)

Arus Surut menuju Pasang

Musim Barat 0,15 – 0,50 0,170 – 0,544

Musim Peralihan I 0,15 – 0,45 0,161 – 0,517

Musim Timur 0,15 – 0,50 0,151 – 0,542

Musim Peralihan II 0,10 – 0,35 0,099 – 0,360

Arus Pasang menuju Surut

Musim Barat 0,15 – 0,45 0,167 – 0,450

Musim Peralihan I 0,15 – 0,45 0,185 – 0,549

Musim Timur 0,15 – 0,50 0,184 – 0,468

Musim Peralihan II 0,15 – 0,45 0,167 – 0,450

Sumber: RZWP3-K Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan tabel data diatas, pada arus surut menuju pasang kecepatan rata-rata

9
berada pada angka 0,099 - 0,544 m/s. Sedangkan pada arus pasang menuju surut kecepatan
rata-rata berada pada angka 0,167 – 0,549 m/s.
Tabel 1.4.2.2.2. Peta Arus Surut Menuju Pasang

Arus Peta

Musim Barat

10
Musim Peralihan I

Musim Timur

11
Musim Peralihan II

Sumber: RZWP3-K Provinsi Jawa Timur

Tabel 1.4.2.2.3. Peta Arus Pasang Menuju Surut

Arus Peta

12
Musim Barat

Musim Peralihan I

13
Musim Timur

Musim Peralihan II

Sumber: RZWP3-K Provinsi Jawa Timur


1.4.2.3 Gelombang Laut
Gelombang laut merupakan pergerakan air laut secara vertikal akibat adanya arus laut.
Fungsi dari dinamika gelombang laut antara lain untuk menjaga kestabilan suhu dari iklim,
sebagai sarana pertukaran gas di laut, meningkatkan keanekaragaman hayati, serta membantu

14
proses pembentukan pantai. Berikut peta gelombang pada musim tertentu pada perairan
wilayah perencanaan Kecamatan Panceng.
Tabel 1.4.2.3.1. Peta Model Gelombang

Gelombang Peta

Musim Barat

15
Musim Peralihan I

Musim Timur

16
Musim Peralihan II

Sumber: RZWP3-K Provinsi Jawa Timur


1.4.2.4 Suhu Permukaan Laut
Suhu Permukaan Laut (SPL) merupakan salah satu parameter yang menentukan
kualitas perairan karena dapat mempengaruhi metabolisme dan perkembangbiakan
organisme laut. Suhu permukaan laut sangat penting untuk diketahui karena sebaran suhu
permukaan laut dapat memberikan informasi mengenai front, upwelling, arus, daerah
tangkapan ikan, cuaca/iklim, pencemaran minyak, dan pencemaran panas (Susilo, 2000).
Suhu permukaan perairan wilayah perencanaan Kecamatan Panceng didasarkan pada
analisis dan interpretasi Citra Satelit Aqua Modis NASA tahun 2020. Data citra satelit
selanjutnya diolah dengan Aplikasi Seadas serta Arcgis 10.3 untuk mendapatkan suhu
permukaan laut yang spesifik. Pada Aplikasi Arcgis, data diolah menggunakan tools
Interpolasi spasial.
Tabel 1.4.2.4.1. Kondisi Suhu Permukaan Laut di Pesisir Kecamatan Panceng

No Bulan Suhu Permukaan Laut ⁰ C

Minimal Maksimal Rata-Rata

17
1 Januari 29,08 31,03 30,05

2 Februari 29,08 31,03 30,05

3 Maret 28,86 31,22 30,04

4 April 29,91 31,69 30,8

5 Mei 29,34 31,30 30,32

6 Juni 28,90 30,50 29,7

7 Juli 28,43 29,64 29,03

8 Agustus 28,39 29,74 29,06

9 September 28,73 30,27 29,5

10 Oktober 29,16 30,39 29,77

11 November 29,96 31,50 30,73

12 Desember 27,80 30,30 29,05

Sumber : Hasil Penulis, 2022


Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa suhu permukaan laut di perairan
pesisir Kecamatan Panceng dengan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan November dengan
suhu 30,73 ⁰ C dan untuk rata-rata suhu permukaan laut terendah terjadi pada bulan Juli
dengan suhu 29,03 ⁰ C.
Tabel 1.4.2.4.2. Peta Suhu Permukaan Laut

Bulan Peta

18
Januari
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).

Februari
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).

19
Maret
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).

April
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).

20
Mei
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).

Juni
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).

21
Juli
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).

Agustus
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).

22
September
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).

Oktober
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).

23
November
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).

Desember
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).

Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2022

1.4.2.5 Klorofil
Konsentrasi klorofil-a dalam suatu perairan dapat dijadikan suatu indikator untuk
menentukan tingkat kesuburan perairan (Purwadhi, 2001). Klorofil-a pada fitoplankton

24
merupakan parameter yang sangat penting dalam menentukan produktivitas primer di laut.
Menurut Septiawan 2006, nilai kadar klorofil-a dikategorikan sebagai berikut : Rendah : 0,01
–0,50, Sedang : 0,50 – 1,00, Tinggi : 1,01 – 1,50, dan Sangat tinggi : 1,50 – 1,80.
Kadar klorofil perairan wilayah perencanaan Kecamatan Panceng didasarkan pada
analisis dan interpretasi Citra Satelit Aqua Modis NASA tahun 2020. Data citra satelit
selanjutnya diolah dengan Aplikasi Seadas serta Arcgis 10.3 untuk mendapatkan kadar
klorofil yang spesifik. Secara garis besar konsep analisis sama dengan analisis untuk suhu
permukaan laut.
Tabel 1.4.2.5.1. Kondisi Kadar Klorofil di Pesisir Kecamatan Panceng

No Bulan Kadar Klorofil (mg/m³) Rata-Rata

1 Januari Kadar klorofil bulan Januari sebesar 1,134 1,637 mg/m³


– 2,140 mg/m3. Klorofil pada bulan
Januari termasuk kategori sangat Tinggi.

2 Februari Kadar klorofil bulan ini sebesar 3,094 – 4,6775 mg/m³


6,261 mg/m3. Klorofil pada bulan Februari
termasuk kategori sangat Tinggi.

3 Maret Kadar klorofil bulan ini sebesar 2,657 – 3,321 mg/m³


3,985 mg/m3. Klorofil pada bulan Maret
termasuk kategori sangat Tinggi.

4 April Kadar klorofil bulan ini sebesar 7,700 – 10,01 mg/m³


12,320 mg/m3. Klorofil pada bulan April
termasuk kategori sangat Tinggi.

5 Mei Kadar klorofil bulan ini sebesar 8,800 – 11,04 mg/m³


13,285 mg/m3. Klorofil pada bulan Mei
termasuk kategori sangat Tinggi.

6 Juni Kadar klorofil bulan ini sebesar 4,771 – 5,24 mg/m³

25
5,709 mg/m3. Klorofil pada bulan Juni
termasuk kategori sangat Tinggi.

7 Juli Kadar klorofil bulan ini sebesar 4,487 – 5,16 mg/m³


5,852 mg/m3. Klorofil pada bulan Juli
termasuk kategori sangat Tinggi.

8 Agustus Kadar klorofil bulan ini sebesar 3,401 – 3,65 mg/m³


3,902 mg/m3. Klorofil pada bulan Agustus
termasuk kategori sangat Tinggi.

9 September Kadar klorofil bulan ini sebesar 3,930 – 4,45 mg/m³


4,917 mg/m3. Klorofil pada bulan
September termasuk kategori sangat
Tinggi.

10 Oktober Kadar klorofil bulan ini sebesar 2,425 – 3,28 mg/m³


4,149 mg/m3. Klorofil pada bulan Oktober
termasuk kategori sangat Tinggi.

11 November Kadar klorofil bulan ini sebesar 3,609 – 4,06 mg/m³


4,520 mg/m3. Klorofil pada bulan
November termasuk kategori sangat
Tinggi.

12 Desember Kadar klorofil bulan ini sebesar 5,476 – 6,58 mg/m³


7,687 mg/m3. Klorofil pada bulan
Desember termasuk kategori sangat
Tinggi.

Sumber : Hasil Penulis, 2022


Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa kadar klorofil di perairan wilayah
perencanaan Kecamatan Panceng memiliki kategori klorofil sangat tinggi yaitu diatas 1,80.
Kadar klorofil paling tinggi terjadi pada bulan April dan Mei dengan besar rata-rata kadar

26
klorofil masing-masing 10,01 mg/m³dan 11,04 mg/m³. Sedangkan rata-rata kadar klorofil
yang rendah terjadi pada bulan Januari dengan nilai kadar klorofil sebesar 1,637 mg/m³.
Tabel 1.4.2.6.1. Peta Kadar Klorofil

Bulan Peta

Januari
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.

27
Februari
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.

Maret
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.

28
April
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.

Mei
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.

29
Juni
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.

Juli
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.

30
Agustus
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.

September
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.

31
Oktober
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.

November
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.

32
Desember
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.

Sumber : Hasil Penulis, 2022


1.4.2.6 pH
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hydrogen (H+) yang
mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan
maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau
buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Nilai pH juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi produktivitas perairan (Pescod, 1973). Nilai pH pada suatu perairan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan
petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan (Odum, 1971).
Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis).
Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7
menunjukkan lingkungan yang basa (alkaline). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral. pH
air yang ideal untuk mendukung kehidupan ekosistem berada pada kisaran 6-8,5. pH kawasan
perairan wilayah perencanaan didasarkan pada analisis dan interpretasi Citra Satelit Aqua
Modis NASA tahun 2019 dan pengecekan lapangan (ground check) yang direpresentasikan
dengan garis kontur ph.pH di wilayah perencanaan kami berada pada nilai 7,5-8.
Peta x. pH Wilayah Perencanaan

33
Sumber: RZWP3-K Provinsi Jawa Timur
1.4.2.7 Salinitas
Salinitas merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi tekanan osmotik pada
ikan sehingga variasi salinitas akan mempengaruhi distribusi dan kelimpahan ikan. Salinitas
atau kadar garam ialah banyaknya garam- garaman (dalam gram) yang terdapat dalam 1 Kg
(1000 gr) air laut, yang dinyatakan dengan ‰ atau perseribu. Tinggi rendahnya kadar garam
(salinitas) sangat tergantung kepada faktor faktor berikut:
a) Penguapan, semakin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air
lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
b) Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas laut

34
itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas
akan tinggi.
c) Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, semakin banyak sungai yang
bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya
semakin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
Informasi spasial sebaran salinitas di laut untuk membantu menentukan pola ruang
dalam penyusunan tata ruang laut. Penggunaan data tersebut antara lain untuk menentukan
alokasi ruang bagi kegiatan pariwisata, kegiatan pelabuhan, kegiatan pertambangan, kegiatan
perikanan budidaya, kegiatan perikanan tangkap demersal dan pelagis, kegiatan konservasi,
kegiatan industri maritim, kegiatan alur laut, serta reklamasi.
Rata-rata salinitas perairan di Indonesia bernilai antara 32-34 ppm (Dahuri, 1996). Di
wilayah perencanaan kami, nilai salinitas air laut berada pada kisaran 29-31 ppm.
Peta 1.4.2.7.1. Salinitas Wilayah Perencanaan

35
Sumber: RZWP3-K Provinsi Jawa Timur
1.4.2.8 Kecerahan
Kecerahan adalah parameter oseanografi fisika yang berhubungan dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan perairan mengindikasikan kemampuan
cahaya matahari untuk menyinari perairan. Hal ini berhubungan dengan kekeruhan yang juga
mempengaruhi ikan dan biota laut lainnya. Nilai kecerahan dapat dijadikan parameter untuk
mengukur kedalaman suatu perairan dan penilaian indikator kandungan oksigen, bahan
organik dan anorganik.
Kecerahan juga merupakan sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air yang
dinyatakan dengan % dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat
cahaya melalui lapisan 1 meter jauh agak lurus pada permukaan air. Kecerahan yang tinggi

36
menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan, dan sebaliknya.
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu
ekosistem perairan.
Nilai kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan lumpur, kandungan
plankton, dan zat-zat terlarut lainnya (Birowo et al dalam Mintane 1998). Kecerahan air laut
ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran
sungai. Nilai kecerahan (berkorelasi dengan indeks kekeruhan air) dapat dijadikan parameter
untuk mengukur kedalaman air, indikator kandungan oksigen, bahan organic dan anorganik,
dan kandungan klorofil dalam air (Subandono, 2018).
Kecerahan perairan pada perairan wilayah perencanaan Kecamatan Panceng berkisar
antara 1 –2 meter. Angka kecerahan tersebut termasuk kecil karena disebabkan oleh banyak
faktor antara lain kandungan substrat pada perairan yang berupa lumpur dan pasir berlumpur
sehingga cahaya matahari lebih sulit menembus air daripada substrat lainnya.
Peta 1.4.2.8.1. Kecerahan Wilayah Perencanaan

37
Sumber: RZWP3-K Provinsi Jawa Timur
1.4.2.9 Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) merupakan jumlah oksigen terlarut
dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer/ udara. Kandungan oksigen
terlarut berguna dalam menentukan pemanfaatannya dan sebagai parameter untuk
mengetahui kualitas air dalam perairan. Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen) maka
kualitas air semakin baik.
Kadar oksigen terlarut (DO) perairan di wilayah perencanaan 10 mg/liter. Dimana
diketahui bahwa kadar oksigen terlarut (DO) di perairan Kabupaten Gresik berkisar antara 10
–11 mg/L. Ditinjau dari kandungan oksigen terlarutnya, perairan wilayah perencanaan
memiliki daya dukung yang cukup bagi organisme perairan. Kandungan oksigen terlarut

38
berada diatas standar minimal oksigen terlarut yang harus dimiliki oleh perairan untuk
mendukung kehidupan organisme perairan secara normal, yakni sebesar 5 mg/L.
Peta 1.4.2.9.1. Dissolved Oxygen Wilayah Perencanaan

Sumber: RZWP3-K Provinsi Jawa Timur

1.4.3 Aspek Geologi dan Geomorfologi Lingkungan


1.4.3.1 Morfologi
Morfologi merupakan sifat dan lapisan pada suatu daratan tertentu. Sifat dan lapisan
tanah menentukan fungsi/kegunaan dari suatu tanah. Selain itu, morfologi juga berkaitan
dengan proses pembentukan tanah dari bahan asal menjadi suatu lapisan tanah tertentu.
Morfologi merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis

39
kemampuan lahan. Pada wilayah perencanaan terdiri Morfologi Dataran Landai, Dataran
Bergelombang, Perbukitan Landai, dan Perbukitan Bergelombang.
Untuk mengetahui luasan morfologi pada wilayah perencanaan, berikut luasan
morfologi pada wilayah perencanaan:

Tabel 1.4.3.1.1. Luas BWP Panceng Berdasarkan Jenis Morfologi

Jenis Morfologi Luas (Ha)

Dataran Landai 415

Dataran bergelombang 666

Perbukitan Landai 28

Perbukitan Berglombang 13

Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019

Peta x. Morfologi BWP Panceng

40
Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019

Dari hasil analisis peta dan tabel luasan di atas wilayah perencanaan didominasi oleh
morfologi Dataran Bergelombang, lalu diikuti oleh Dataran Landai, Perbukitan Landai, dan
Perbukitan Bergelombang. Morfologi di wilayah perencanaan sangat cocok digunakan
untuk fungsi kawasan budidaya mengingat wilayah perencanaan memiliki morfologi
dataran yang cukup banyak.

1.4.3.2 Jenis Tanah


Jenis Tanah menentukan tipe tanah yang memiliki fungsi tertentu pada jenisnya, jenis
tanah digunakan untuk menganalisa fungsi spesifik pada suatu tanah sehingga dapat

41
diketahui kegunaan tepat pada suatu tanah. Selain itu, jenis tanah juga digunakan sebagai
salah satu indikator untuk menganalisa kemampuan lahan. Pada wilayah perencanaan
memiliki jenis tanah berupa Aluvial Kelabu Tua dan Grumusol Kelabu Tua. Berikut peta
persebaran jenis tanah pada wilayah perencanaan.
Peta tanah adalah sebuah peta yang menggambarkan variasi dan persebaran berbagai
jenis tanah atau sifat-sifat tanah (seperti pH, tekstur, kadar organik, kedalaman, dan
sebagainya) di suatu area. Jenis Tanah menentukan tipe tanah yang memiliki fungsi tertentu
pada jenisnya, jenis tanah digunakan untuk menganalisis fungsi spesifik pada suatu tanah
sehingga dapat diketahui kegunaan tepat pada suatu tanah. Selain itu, jenis tanah juga
digunakan sebagai salah satu indikator untuk menganalisa kemampuan lahan. Menurut Data
RZWP3K Provinsi Jawa Timur, sebagian besar tanah di wilayah pesisir Kabupaten Gresik
terdiri dari jenis Aluvial, Grumusol, Mediteran Merah dan Litosol dengan rata-rata tingkat
kedalaman lebih dari 90 cm. Berikut ini adalah Luas BWP Panceng berdasarkan jenis tanah.

Tabel 1.4.3.2.1 Luas BWP Panceng Berdasarkan Jenis Tanah

Jenis Tanah Luas (Ha)

Aluvial Kelabu Tua 1198

Grumusol Kelabu Tua 0.8

Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019

42
Peta 1.4.3.2.1. Jenis Tanah BWP Panceng

Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019

Dari hasil analisis peta dan tabel luas jenis tanah, jenis tanah yang ada di wilayah
perencanaan didominasi oleh aluvial kelabu tua. Tanah Aluvial merupakan tanah endapan,
dibentuk dari lumpur dan pasir halus yang mengalami erosi. Banyak terdapat di dataran
rendah, di sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun di kanan kiri aliran
sungai besar. Tanah ini banyak mengandung pasir dan liat, tidak banyak mengandung unsur-

43
unsur zat hara. Ciri-cirinya berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas dan
peka terhadap erosi. Kadar kesuburannya sedang hingga tinggi tergantung bagian induk dan
iklim. Di Indonesia tanah alluvial ini merupakan tanah yang baik dan dimanfaatkan untuk
tanaman pangan (sawah dan palawija) musiman hingga tahunan.

1.4.3.3 Geologi
Kondisi Geologi pada wilayah perencanaan dapat digunakan untuk menganalisa
kemampuan lahan. Berikut ini luasan geologi pada wilayah perencanaan:

Tabel 1.4.3.3.1. Luas BWP Panceng Berdasarkan Jenis Geologi

Jenis Geologi Luas (Ha)

Pliocene Sedimentary 98.100

Miocen Sdimentary 1.440

Aluvium (Holocone) 16.982

Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019

Peta x. Geologi BWP Panceng

44
Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019

Dari hasil analisis peta tabel luasan geologi, pada wilayah perencanaan terdapat 3 jenis
geologi antara lain Aluvium (Holocene), Miocen Sdimentary, dan Pliocene Sedimentary.
Namun pada wilayah perencanaan didominasi oleh Jenis Geologi APliocene Sedimentary.

1.4.3.4 Kelerengan
Kelerengan merupakan perbandingan antara beda tinggi (jarak vertikal) suatu lahan
dengan jarak mendatarnya. Besar kemiringan lereng dapat dinyatakan dengan beberapa
satuan, diantaranya adalah dengan % (persen) dan o (derajat). Informasi spasial kelerengan
mendeskripsikan kondisi permukaan lahan, seperti datar, landai, atau kemiringannya curam.

45
Untuk mengetahui kondisi kelerengan pada wilayah perencanaan berikut ini luas
berdasarkan jenis kelerengan wilayah perencanaan:
Tabel 1.4.3.4.1. Luas BWP Panceng Berdasarkan Kelerengan

Kelerengan Luas (Ha)

0 - 2% 462

2 - 5% 704

5 - 15% 28

15 - 40% 13

Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019

Peta x. Kelerengan BWP Panceng

46
Sumber : RTRW Gresik 2011 – 2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019

Berdasarkan peta dan tabel luasan diatas dapat disimpulkan wilayah perencanaan
didominasi oleh kelerengan 2-15% kemudian diikuti oleh kelerengan 0-2%, 5-15%, dan 15-
40%. Sehingga pada wilayah perencanaan cenderung memiliki dataran yang datar yang
cocok digunakan untuk kawasan lindung ataupun budidaya.

1.4.3.5 Topografi
Topografi merupakan peta yang menggambarkan relief dan ketinggian suatu
permukaan bumi yang dinotasikan ke dalam bentuk garis kontur/simbol lainnya. Pada
wilayah perencanaan memiliki topografi yang beragam untuk mengetahui topografi wilayah

47
perencanaan berikut ini tabel luasan topografi di wilayah perencanaan:

Tabel 1.4.3.5.1 Luas BWP Panceng Berdasarkan Topografi

Topografi Luas (Ha)

0 - 100 meter 1113

100 - 500 meter 7

Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019

Peta x. Topografi BWP Panceng

48
Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019

Berdasarkan hasil analisis peta dan luasan topografi, dapat disimpulkan pada wilayah
perencanaan didominasi oleh kelas topografi (0-100 meter), kemudian diikuti dengan kelas
topografi (100-500 meter), sehingga dapat disimpulkan wilayah perencanaan memiliki
ketinggian yang didominasi ketinggian yang cukup datar.

1.4.3.6 Curah Hujan


Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode waktu tertentu yang
pengukurannya menggunakan satuan tinggi di atas permukaan tanah horizontal yang
diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run off, maupun evaporasi. Curah Hujan merupakan
salah satu indikator yang digunakan untuk analisis kemampuan lahan. Berdasarkan hasil
analisis peta dan tabel luasan curah hujan, pada wilayah perencanaan curah hujan di seluruh
wilayah adalah 500 – 1000 mm3. Curah hujan berikut peta persebaran curah hujan di
wilayah perencanaan.
Peta 1.4.3.6.1. Curah Hujan BWP Panceng

49
Sumber : RTRW Gresik 2011 – 2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019

1.4.3.7 Hidrologi
Hidrologi merupakan cabang geografi yang mempelajari pergerakan, distribusi dan
kualitas air di seluruh bumi. Hidrologi juga merupakan ilmu yang mempelajari siklus air
atau siklus hidrologi dan sumber daya air yang ditujukan untuk kesejahteraan manusia.
Kondisi hidrologi di wilayah studi diidentifikasi dengan keberadaan air permukaan yang
berupa sungai yang bersentuhan langsung dengan wilayah studi. Berdasarkan RTRW
Provinsi Jawa Timur 2011-2031, siklus hidrologi di Provinsi Jawa Timur didukung oleh
keberadaan air permukaan yaitu wilayah sungai, mata air, serta air tanah. Untuk kondisi
hidrologi pada wilayah perencanaan mayoritas didominasi oleh air permukaan dan sebagian

50
mengalir melalui sungai-sungai. Pembagian WS di wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi
tujuh WS yaitu WS Bengawan Solo, WS Brantas, WS Welang – Rejoso, WS Pekalen –
Sampean, WS Baru – Bajulmati, WS Bondoyudo – Bedadung, dan WS Kepulauan Madura.
Zona pemanfaatan DAS dilakukan dengan membagi tipologi DAS berdasarkan
tipologinya. Sungai Lintas Kabupaten yang ada di Kabupaten Gresik adalah K. Surabaya
(Orde 1) dan K. Tengah (Orde 2) (Surabaya, Gresik) yang merupakan bagian dari DAS
Brantas. Selain itu juga terdapat K. Lamong (Orde 1) dengan wilayah pelayanan Gresik dan
Lamongan yang merupakan bagian dari DAS Bengawan Solo. Wilayah sungai lokal/dalam
Kabupaten Gresik pada DAS Bengawan Solo dengan orde 1 sebanyak 3 sungai, orde 2
sebanyak 4 sungai, dan orde 3 sebanyak 2 sungai.

1.4.3.8 Substrat Dasar Laut


Substrat Dasar Laut merupakan kandungan material yang terdapat pada suatu dasar
laut terutama yang bersifat anorganik. Substrat Dasar Laut sendiri memiliki peranan penting
bagi keberlangsungan hidup ekosistem. Secara garis besar, substrat dasar laut pada Laut
Jawa terdiri dari lumpur, koral, dan pasir lanauan. Adapun substrat dasar laut pada perairan
sekitar Pulau Bawean berupa lumpur. Sehingga pada wilayah perencanaan Panceng, seluruh
substrat dasar lautnya adalah berupa lumpur. Berikut ini adalah peta substrat dasar laut pada
wilayah perencanaan.

Peta 1.4.3.8.1. Substrat Dasar Laut BWP Panceng

51
Sumber : RTRW Gresik 2011 – 2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019

Berdasarkan peta di atas, dapat disimpulkan bahwa pada wilayah perencanaan substrat
dasar laut didominasi oleh lumpur.
1.4.3.9 Deposit Air Laut
Deposit adalah akumulasi alami mineral, atau batuan yang dibawa oleh media air,
gletser, atau angin. Sedangkan Deposit Pasir Laut adalah akumulasi alami mineral berupa
pasir yang terdapat pada dasar laut. Deposit pasir laut dapat mengindikasikan adanya potensi
material, dimana pasir laut dapat dimanfaatkan dalam berbagai pemanfaatan seperti
penentuan kawasan pertambangan pasir laut, indikator penentuan ekosistem, indikator
penentuan zona perikanan, dll. Berdasarkan RZWP3K Jawa Timur, deposit pasir laut di

52
perairan Provinsi Jawa Timur terdiri dari pasir besi, serta pasir kerikil. Namun, pada wilayah
perencanaan tidak terdapat Deposit Pasir Laut.

1.4.4 Aspek Sosial Demografi


1.4.4.1 Kependudukan
Secara definisi, demografi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses di suatu
wilayah. Penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan. Karena
penduduk merupakan sumber daya manusia yang partisipasinya sangat diperlukan agar
perencanaan dapat berjalan baik. Penduduk juga merupakan motor penggerak sehingga tidak
dapat dilepaskan peranannya dalam perencanaan. Selain sebagai subjek, penduduk juga
bertindak sebagai objek, dimana ia akan menjadi target dalam setiap proses perencanaan.
Oleh karena itu analisis kependudukan sangat efisiensi dan efektivitas perencanaan agar
berhasil sebagaimana yang diharapkan.
Semakin berkembangnya jumlah penduduk suatu kota, maka akan semakin beragam
pula kegiatan sosial ekonomi kota tersebut. Secara berantai, perkembangan kegiatan sosial
ekonomi kota akan mempengaruhi perkembangan sektor lainnya yang secara langsung
merupakan indikasi perkembangan kota itu sendiri. Namun, perkembangan tersebut apapun
dampaknya terhadap tingkat

Data kependudukan yang diidentifikasi pada laporan fakta analisa ini meliputi kondisi
struktur penduduk yakni jumlah dan pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, komposisi
penduduk (berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan agama) dan
kondisi sosial budaya masyarakat yang termasuk dalam wilayah perencanaan. Sumber data
yang digunakan berasal data Kecamatan Panceng Dalam Angka. Selain sumber data sekunder
tersebut, sumber data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan masyarakat pada
wilayah perencanaan.

1.4.4.1.1 Jumlah Penduduk


Data kependudukan merupakan faktor penting dalam mengidentifikasi dan
memprediksi kebutuhan fasilitas dan utilitas kota. Hal tersebut dikarenakan seluruh kebijakan
dan rencana pembangunan infrastruktur wilayah dan kota harus berorientasi pada

53
perkembangan penduduk. Oleh karena itu, prediksi jumlah penduduk sangat dibutuhkan
sebagai bahan pertimbangan bagi penyusun rencana atau kebijakan dalam hal pengembangan
kota atau wilayah tersebut.
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu
pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan
penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah dimasa yang
akan datang. Dengan demikian akan diketahui pula kebutuhan dasar, sosial dan ekonomi yang
dibutuhkan oleh penduduk pada wilayah perencanaan.
Jumlah penduduk di wilayah perencanaan bergerak naik turun selama 5 tahun (2016-
2020). Total jumlah penduduk tahun 2020 yang ada sebanyak 22.274 jiwa. Desa dengan
jumlah penduduk tertinggi adalah Desa Campurejo dengan jumlah penduduk sebanyak
12.422 jiwa dan desa dengan jumlah penduduk terendah adalah Desa Banyutengah dengan
sebanyak 3.180 jiwa. Penjelasan mendetail mengenai data pertumbuhan jumlah penduduk
dapat dilihat di tabel sebagai berikut.

Tabel. 1.4.4.1 Pertumbuhan Penduduk pada Wilayah Perencanaan tahun 2016-2020

Kelurahan 2016 2017 2018 2019 2020

Campurejo 12.486 12.301 12.613 12.327 12.422

Banyutengah 3.310 3.313 3.367 3.414 3.180

Dalegan 7.065 7.138 7.182 7.046 6.672

Jumlah 22.861 22.752 23.162 22.787 22.274

Sumber: Kecamatan Panceng dalam Angka

54
Gambar. Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Perencanaan
Sumber: Analisis Penduduk, 2022
Berdasarkan tabel mengenai jumlah pertumbuhan penduduk pada tahun 2016-2020
diperoleh data bahwa laju pertumbuhan penduduk bergerak cukup stabil dan sedikit
fluktuatif. Data dari tahun 2016-2017 mengalami penurunan jumlah penduduk. Pada tahun
2018, jumlah penduduk wilayah perencanaan mengalami kenaikan dan pada tahun 2019-
2020 mengalami penurunan kembali.

1.4.4.1.2 Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas
wilayah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dalam dokumen Kecamatan Panceng
Dalam Angka, jumlah penduduk pada wilayah perencanaan pada tahun 2020 sebesar 22.274
jiwa dengan luasan wilayah sebesar 12,56 Km2.
Desa yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dan memiliki kepadatan yang tinggi
terdapat pada Desa Campurejo dengan total luas wilayah sebesar 4.38 Km2 dan dihuni oleh
12.422 jiwa penduduk. Tingkat kepadatan Desa Campurejo berkisar 2.836 Jiwa/Km2.
Untuk wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kelurahan
Dalegan dimana memiliki wilayah seluas 6,39 Km2 dengan jumlah penduduk sekitar 6.672
jiwa sehingga tingkat kepadatan penduduk sebesar 1.044 Jiwa/Km2.
Berikut detail jumlah kepadatan penduduk yang terdapat pada wilayah perencanaan
di tahun 2020 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

55
Tabel. 1.4.4.1.2.1 Kepadatan Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun 2020

Desa Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk


(Km2) (Jiwa) (Jiwa/Km2)

Campurejo 4,38 12.422 2.836

Banyutengah 1,79 3.180 1.776

Dalegan 6,39 6.672 1.044

Total 12,56 22.274 5.656,74

Sumber: Kecamatan Dalam Angka,2021

Berdasarkan data mengenai jumlah penduduk pada wilayah perencanaan pada tahun
2016-2020 mengalami pergerakan cukup stabil sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah
penduduk yang mengalami naik turun, tidak mempengaruhi perubahan tingkat kepadatan
penduduk yang signifikan. Berikut penjabaran mengenai kepadatan penduduk pada wilayah
perencanaan tahun 2016-2020.

Tabel. 1.4.4.1.2.2 Kepadatan Penduduk per Km2 pada Wilayah Perencanaan 2016-2020

Kelurahan 2016 2017 2018 2019 2020

Dalegan 1.106 1.117 1.124 1.103 1.044

Campurejo 2.851 2.808 2.880 2.814 2.836

Banyutengah 1.849 1.851 1.881 1.907 1.776

Rata-Rata 1.935 1.925 1.962 1.941 1.885

Sumber: Kecamatan Panceng dalam Angka 2017-2021

56
Gambar. 1.4.4.1.2.3 Grafik Kepadatan Penduduk Pada Tahun 2016-2020
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2017-2021

1.4.4.1.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Migrasi Keluar Masuk dan Kelahiran
Kematian

Penduduk merupakan subjek dan objek pembangunan. Kondisi penduduk


berpengaruh terhadap dinamika pembangunan. Pembangunan dapat dikatakan berhasil
apabila kesejahteraan penduduknya meningkat. Pertumbuhan penduduk yang pesat tanpa
disertai kualitas yang baik akan menjadi beban bagi pembangunan nasional. Menurut
Malthusian (1948), pertumbuhan penduduk dapat dibatasi dengan dua cara preventive
checks dan positive checks. Preventive checks adalah pengurangan penduduk melalui
penekanan kelahiran. Sedangkan positive checks adalah pengurangan penduduk melalui
proses kematian. Dengan demikian laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh kelahiran
dan kematian. Kelahiran memiliki pengaruh positif terhadap laju pertumbuhan penduduk.
Meningkatnya jumlah kelahiran akan mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk menjadi
semakin tinggi. Sedangkan kematian berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan penduduk.
Semakin meningkatnya jumlah kematian maka laju pertumbuhan penduduk akan semakin
rendah. Adapun penjabaran data komposisi penduduk berdasarkan kelahiran dan kematian
pada tabel sebagai berikut.

57
Tabel. 1.4.4.1.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelahiran Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2016-2020

Kelurahan 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah

L P L P L P L P L P

Campurejo 10 10 25 27 25 27 25 27 35 25 236

Banyutengah 4 1 9 12 9 12 9 12 11 17 96

Dalegan 5 0 5 0 5 0 5 - 15 28 63

Sumber: Kecamatan Panceng dalam Angka 2017-2021

Tabel. 1.4.4.1.3.2 Jumlah Pendudukan Berdasarkan Kematian Menurut Jenis


Kelamin Tahun 2016-2020

Kelurahan 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah

L P L P L P L P L P

Campurejo 7 12 7 12 7 12 7 12 12 16 104

Banyutengah 2 6 2 6 2 6 2 6 7 9 48

Dalegan 4 3 4 3 4 3 4 3 14 10 52

Sumber: Kecamatan Panceng dalam Angka 2017-2021

Migrasi juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan
penduduk. Ada dua macam migrasi yaitu migrasi masuk dan migrasi keluar. Migrasi masuk
mengakibatkan terjadinya peningkatan laju pertumbuhan penduduk sedangkan migrasi
keluar mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan penduduk. Adapun penjabaran

58
mengenai komposisi penduduk berdasarkan migrasi (penduduk datang dan pindah) adalah
sebagai berikut.

Tabel. 1.4.4.1.3.3 Jumlah Penduduk Datang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016-
2020

Kelurahan 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah

L P L P L P L P L P

Campurejo 9 7 85 86 133 89 85 86 74 58 712

Banyutengah 8 3 18 15 26 18 18 15 18 15 154

Dalegan 4 6 35 21 31 21 35 21 35 21 230

Sumber: Kecamatan Panceng dalam Angka 2017-2021

Tabel. 1.4.4.1.3.4 Penduduk Pindah Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016-2020

Kelurahan 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah

L P L P L P L P L P

Campurejo 6 4 73 59 92 75 73 59 73 59 573

Banyutengah 3 5 13 10 22 18 13 10 13 10 117

Dalegan 2 0 39 32 36 30 39 32 39 32 281

Sumber: Kecamatan Panceng dalam Angka 2017-2021

59
Gambar. 1.4.4.1.3.5 Komposisi Penduduk, Lahir, Meninggal, Datang dan Pindah Tahun
2016-2020
Sumber: Analisis Penduduk, 2022

Berdasarkan tabel dan grafik yang telah dijabarkan diatas, dapat diketahui bahwa
pergerakan jumlah penduduk dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi (penduduk
datang dan pindah). Mortalitas dan migrasi keluar memiliki hubungan yang signifikan
terhadap terjadinya penurunan jumlah penduduk pada tahun 2016-2017. Fertilitas dan
migrasi masuk memberikan pengaruh terhadap terjadinya peningkatan jumlah penduduk
pada tahun 2017-2020.

1.4.4.2 Sosial
1.4.4.2.1 Struktur Sosial
Struktur sosial yang membentuk suatu kelompok-kelompok sosial pada masyarakat.
Struktur sosial masyarakat merupakan suatu tahapan perubahan dan perkembangan
masyarakat yang memiliki ciri-ciri : bersifat abstrak, terdapat dimensi vertikal dan
horizontal, sebagai landasan suatu proses sosial masyarakat, pengaturan tata kelakuan dan
pola hubungan masyarakat dan sifatnya dapat berubah. Struktur sosial masyarakat ini biasa
digunakan dalam melakukan penyelesaian konflik sosial masyarakat. Adapun bagan
struktur masyarakat yang ada pada wilayah perencanaan adalah sebagai berikut.

60
Gambar. Bagan Struktur Sosial Pada Wilayah Perencanaan
Sumber: Studi Literatur, 2022

1.4.4.2.2 Komunitas Sosial/ Organisasi Masyarakat


Komunitas merupakan kelompok sosial dari berbagai organisme dengan bermacam-
macam lingkungan, pada dasarnya mempunyai habitat serta ketertarikan atau kesukaan yang
sama. Di dalam komunitas, individu-individu di dalamnya mempunyai kepercayaan,
kebutuhan risiko, sumber daya, maksud, preferensi dan berbagai hal yang serupa atau sama.
Menurut Kertajaya Hermawan (2008), komunitas adalah sekelompok manusia yang memiliki
rasa peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya. Dapat diartikan bahwa komunitas
adalah kelompok orang yang saling mendukung dan saling membantu antara satu sama lain.
Tabel. 1.4.4.2.2.1 Komunitas Sosial Pada Wilayah Perencanaan 2022

Desa Komunitas Sosial

Dalegan Karang Taruna, PKK, Kelompok Pengajian, Kelompok Pencak


Silat, Kelompok Marawis

Campurejo PKK, Karang Taruna, Kelompok Tani/Nelayan, LPMD,


Kelompok Seni (Pasir Putih)

Banyutengah Karang Taruna, PKK, Kelompok Pengajian, Kelompok Agama

Sumber: Profil Desa 2022


1.4.4.2.3 Kegiatan Sosial

61
Kegiatan sosial pada wilayah perencanaan terdiri dari kegiatan rutin maupun
tahunan yang menjadi kegiatan dari komunitas sosial di wilayah yang mengarah pada sosial
kemasyarakatan. Adapun penjelasan mengenai kegiatan sosial yang dilakukan pada tiap
desa di wilayah perencanaan adalah sebagai berikut :

Tabel. 1.4.4.2.3.1 Kegiatan Sosial yang Ada Pada Wilayah Perencanaan 2022

Desa Kegiatan Sosial

Dalegan Penampilan pencak silat, marawis, pengajian rutin, arisan


PKK

Campurejo Arisan PKK, Sedekah Bumi, pelatihan masyarakat, Petik Laut

Sumber: Survei Primer dan Sekunder,2022

1.4.4.2.4 Konflik Sosial


Pada wilayah perencanaan pernah terjadi konflik sosial masyarakat dan gangguan
masyarakat yang terjadi baik antar sesama nelayan maupun dengan pemerintah setempat.
Namun konflik ini sangat jarang terjadi di wilayah perencanaan. Konflik yang terjadi adalah
pembacokan nelayan oleh nelayan lain, serta konflik penggunaan alat tangkap ilegal yaitu
jaring trawl oleh nelayan asal Campurejo, Panceng, Gresik.
Menurut catatan desa, selama ini belum pernah terjadi bencana alam dan sosial yang
cukup berarti di Desa Dalegan Isu-isu seperti kemiskinan dan bencana alam, tidak sampai
pada titik kronis yang membahayakan masyarakat dan sosial.

● Konflik Antar Nelayan


Salah satunya yaitu terjadinya bentrok antar nelayan. Nelayan asal Desa Campurejo,
Kecamatan Panceng, Gresik bernama Khusnul mengalami luka akibat dibacok saat melaut
mencari ikan. Akibat kejadian tersebut, korban dilarikan ke rumah sakit. Sebelum kejadian,
korban didatangi perahu nelayan yang berisi dua orang sambil membawa senjata tajam
celurit. Kemudian nelayan tersebut tiba-tiba mendatangi korban. Merasa terancam, korban
selanjutnya melawan dengan menggunakan jangkar kapal. Perkelahian pun tak bisa

62
terelakkan. Namun korban mengalami luka bacok di kaki kanan jemari tangan kanan dan luka
gigitan bagian dada. Menurut Kasat polairud Polres Gresik, motif kasus penganiayaan,
pihaknya belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut.

Gambar. 1.4.4.2.4.1 Nelayan Korban Pembacokan oleh Nelayan Lain


Sumber: beritajatim, 2022

● Penggunaan Alat Tangkap Ilegal


Lalu pernah juga terjadi penangkapan 12 nelayan asal Campurejo oleh Satpolair
Gresik. Para nelayan ini diamankan karena menggunakan jaring trawl. Sesuai peraturan dari
pemerintah penggunaan jaring trawl bisa menyebabkan rusaknya biota laut hingga jenis biota
yang masih kecil. Nelayan asal Desa Campurejo, Kecamatan Panceng tersebut dijerat pasal
86 Jo pasal 9 Jo pasal 100 huruf (b) UU nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan.

63
Gambar. 1.4.4.2.4.2 Nelayan Ditangkap oleh Satpolair Menggunakan Jaring Trawl
Sumber: beritajatim,2022
1.4.4.3 Budaya
1.4.4.3.1 Kegiatan Keagamaan dan Adat Istiadat
Dengan adanya perubahan dinamika politik dan sistem politik di Indonesia yang lebih
demokratis, memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme
politik yang dipandang lebih demokratis. Dalam konteks politik lokal Desa Dalegan hal ini
tergambar dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pilleg, pilpres,
pemillukada, dan pilgub) yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara umum.
Setelah proses-proses politik selesai, situasi desa kembali berjalan normal. Hiruk
pikuk warga dalam pesta demokrasi desa berakhir dengan kembalinya kehidupan
sebagaimana awal mulanya. Masyarakat tidak terus menerus terjebak dalam sekat - sekat
kelompok pilihannya. Hal ini ditandai dengan kehidupan yang penuh tolong menolong
maupun gotong royong. Walaupun pola kepemimpinan ada di Kepala Desa namun
mekanisme pengambilan keputusan selalu ada pelibatan masyarakat baik lewat lembaga
resmi desa seperti Badan Permusyawaratan Desa maupun lewat masyarakat langsung.
Dengan demikian terlihat bahwa pola kepemimpinan di Wilayah Desa dalegan
mengedepankan pola kepemimpinan yang demokratis.
Berkaitan dengan tradisi budaya masyarakat Jawa sangat terasa di Desa Dalegan
Dalam hal kegiatan agama Islam misalnya, suasananya sangat dipengaruhi oleh aspek budaya
dan sosial Jawa karena berkaitan dengan letaknya yang berada di pesisir pantai yang menjadi
pusat syiar walisongo. Hal ini tergambar dari dipakainya kalender Jawa / Islam, masih adanya
budaya nyadran, slametan, tahlilan, mithoni, jumat wagean, kawinan dan lainnya, yang
semuanya merefleksikan sisi - sisi akulturasi budaya Islam dan Jawa.
Di wilayah perencanaan juga terdapat kegiatan rutin yang dilakukan oleh para nelayan
yaitu kegiatan petik laut. Petik laut adalah adalah sebuah upacara adat atau ritual sebagai rasa
syukur kepada Tuhan, dan untuk memohon berkah rezeki dan keselamatan. Umumnya
kegiatan upacara adat ini diadakan di pulau Jawa. Kegiatan petik laut ini dilaksanakan oleh
rukun nelayan setempat, dan tergantung kesepakatan masyarakat.

64
Gambar. 1.4.4.3.1.1 Pawai Petik Laut oleh Nelayan Desa Campurejo
Sumber: Survei Sekunder, 2022

Berikut tabel kegiatan sosial budaya yang dilakukan di wilayah perencanaan.

Tabel. 1.4.4.3.2 Kegiatan Sosial Budaya yang dilakukan di Wilayah Perencanaan

No Kegiatan Volume Satuan Keterangan

1. Peringatan Maulid Nabi 1 Kali Pertahun


Muhammad SAW

2. Tahlil HUT RI 1 Kali Pertahun

3. Khotmul Qur’an 12 Kali Pertahun

4. Takbir Keliling Malam 1 Kali Pertahun


Idul Adha

5. Takbiran Malam Idul 1 Kali Pertahun


Fitri

6. Petik Laut 1 Kali Pertahun

7. Sholawatan 12 Kali Pertahun

65
8. Lailatul Ijtima’ 12 Kali Pertahun

9. Pengajian Nuzulul 1 Kali Pertahun


Qur’an

10. Halal Bihalal 1 Kali Pertahun

11. Arisan RT 12 Kali Pertahun

Sumber: Profil Desa,2022

1.4.5 Aspek Ekonomi


1.4.5.1 PDRB
PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah. Kenaikan
PDRB akan menyebabkan pendapatan daerah dari sektor pajak dan retribusi meningkat. Pada
perhitungan PDRB dapat menggunakan dua harga yaitu PDRB harga berlaku dan PDRB
harga konstan, dimana PDRB harga berlaku merupakan nilai suatu barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun tersebut. Sedangkan PDRB harga
konstan adalah nilai suatu barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada
tahun tertentu yang dijadikan sebagai tahun acuan atau tahun dasar. Data PDRB yang menjadi
acuan dalam pembahasan ini adalah PDRB ADHK ( Atas Dasar Harga Konstan ) karena data
ini menunjukan pendapatan regional secara riil dengan tidak memasukkan unsur inflasi di
dalamnya. PDRB ADHK ini akan menunjukan pertumbuhan ekonomi di sektor apa yang
mendominasi di Kabupaten Gresik.

Tabel 1.4.5.1.1 Data PDRB Kabupaten Gresik Tahun 2017-2021 (dalam juta)

66
Sumber : BPS Kabupaten Gresik

Berdasarkan data PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Gresik pada
tahun 2017 - 2021 diatas, didapatkan data bahwa penyumbang pendapatan terbesar
pada tahun terakhir yaitu 2021 berasal dari lapangan usaha industri pengolahan
sebesar 49.8089,45 miliar rupiah. Di posisi kedua ada sektor perdagangan besar dan
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor dengan rincian

pendapatan regional sebesar 12.342,98 miliar rupiah dan di posisi ketiga lapangan
usaha jenis konstruksi sebesar 9.418,46 Miliar Rupiah. Data tiap sektor lapangan
usaha atas dasar harga konstan menunjukan terjadinya penurunan.

Jika dilihat dari laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan, laju
pertumbuhan sektor perekonomian diatas pada tahun 2021 adalah, 4,34% naik dari
-2,03 % di tahun 2020. Pada sektor Industri pengolahan mengalami kenaikan dari -
0,32 di tahun 2020 menjadi 5,27 di tahun 2021. Selanjutnya pada sektor
perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor laju
pertumbuhannya juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar -

67
9,35% di tahun 2020 menjadi 9,08 tahun 2021, laju pertumbuhan untuk konstruksi
juga mengalami peningkatan dari -4,95 di tahun 2020 menjadi 0,32% di tahun 2021.
Hampir seluruh sektor lapangan usaha mengalami kenaikan dari tahun 2020 ke
tahun 2021. Namun juga terdapat penurunan yaitu di sektor pertanian, kehutanan
dan perikanan meskipun tidak signifikan yaitu sebesar 1,08% di tahun 2020 menjadi
-2,47 di tahun 2021. Hal ini disebabkan untuk perikanan karena adanya anomali
cuaca hal ini menyebabkan adanya ketidaktetapan penghasilan atau pendapatan.
Kontribusi Kawasan Minapolitan panceng adalah pada sektor Pertanian, kehutanan,
dan perikanan, dimana kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB Kabupaten Gresik
relatif kecil.

1.4.5.2 Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di Kabupaten Gresik secara umum meningkat setiap


tahunnya .Adapun untuk jenis lapangan usaha yang terdapat di Kecamatan Panceng
secara umum cukup beragam seperti lapangan usaha dibidang pertanian, industri,
perdagangan, hingga sektor lainnya. Berikut data jumlah penduduk masyarakat
Kecamatan Panceng menurut lapangan usaha dan tingkat kesejahteraan masyarakat
di wilayah perencanaan.

Tabel 1.4.5.2.1 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Wilayah Perencanaan Tahun 2021

Sumber : Kecamatan Panceng Dalam Angka 2021

Untuk tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah perencanaan rata-rata


berada pada tahapan Keluarga Sejahtera II. Adapun data tingkat kesejahteraan

68
masyarakat wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.4.5.2.1 Jumlah Keluarga Tahapan Sejahtera Wilayah Perencanaan Tahun 2021

Jumlah Tahapan Keluarga Sejahtera

Desa/Kelurahan KK Pra KS.I KS.II KS.III


KS.III
Sejahtera Plus

Dalegan 2.1 506 487 638 477 49


57

Campurejo 2.5 444 651 1.7 661 72


70 42

Banyuteng 931 188 195 267 263 18


ah

Jumlah 5.5 1.1 1.3 2.6 1.4 139


64 38 33 47 01

Sumber : Kecamatan Panceng Dalam Angka 2021


Wilayah perencanaan merupakan wilayah pesisir dengan potensi sektor
perikanan yang cukup besar. Berdasarkan hasil survei langsung diketahui bahwa
mayoritas masyarakat di wilayah perencanaan bermata pencaharian sebagai nelayan
baik nelayan perikanan tangkap maupun perikanan budidaya, utamanya masyarakat
Desa Campurejo. Sedangkan untuk masyarakat Desa Dalegan terdiri dari nelayan
dan petani sebagai mata pencaharian dominan.

Meskipun cukup banyak masyarakat yang memiliki mata pencaharian


sebagai nelayan, namun tidak semua nelayan di Kecamatan Panceng merupakan
pemilik dari alat tangkapan maupun lahan budidaya. Berikut jenis dari status
nelayan di Kecamatan Panceng.

69
Tabel 1.4.5.2.3 Status Nelayan Kecamatan Panceng 2021

No. Status Juml


ah

1. Pemilik 5
9
8

2. Pendega 7
6
0

3. Andon 0

4. Nelayan Perairan Umum 1


4

Sumber : Data Statistik Kabupaten Gresik

70
1.4.5.2.1 Aktivitas Sektor Perikanan

Komoditas unggulan budidaya ikan di Kabupaten Gresik adalah Cumi - cumi,


pari, teri, dan udang. Kabupaten Gresik merupakan kawasan minapolitan udang.
Komoditas tersebut banyak dibudidayakan oleh masyarakat karena harganya yang
cukup stabil dan mudah untuk didapatkan. Berdasarkan hasil survey primer,
diketahui komoditas unggulan di wilayah perencanaan adalah cumi – cumi dan
udang. Sedangkan komoditas unggulan budidaya tambak di wilayah perencanaan
adalah ikan kerapu khususnya di Desa Campurejo. Berikut data jenis ikan tangkap
dan produksi dari subsektor perikanan di wilayah perencanaan.

Tabel 1.4.5.2.1.1 Data Jenis dan Produktivitas Ikan Wilayah Perencanaan Tahun 2021

Produktivitas dalam 1
No Jenis Ikan Harga per Kg
Tahun

1 Kakap Merah 5.567,00 Rp. 36.800

2 Kakap Putih 10.954,00 Rp. 33.400

3 Kepiting 6.436,00 Rp. 90.800

4 Cukil 7.269,60 Rp. 60.500

5 Dorang 9.222,20 Rp. 42.400

6 Udang Kecil 13.058,76 Rp. 28.500

7 Udang Windu 1.053,00 Rp. 121.000

8 Layur 17.266,60 Rp. 31.600

9 Kerapu 12.496,00 Rp. 55.400

71
10 Pari 20.532,24 Rp. 21.300

11 Cumi-Cumi 35.107,00 Rp. 47.300

12 Tenggiri 9.012,00 Rp. 39.100

13 Teri 25.115,00 Rp. 5.200

14 Sembilang 10.083,00 Rp. 34.600

15 Gerabah 13.144,60 Rp. 60.000

16 Bilis 12.336,00 Rp. 50.000

17 Sotong 2.694,24 Rp. 42.300

Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Gresik 2021

Adapun jenis alat penangkap ikan dan perahu yang digunakan oleh nelayan
di wilayah perencanaan dibedakan menjadi beberapa jenis dan tipe seperti pada tabel
dibawah ini.

Tabel 1.4.5.2.1.2 Jumlah Alat Tangkap Nelayan Wilayah Perencanaan Tahun 2021

Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Gresik

Tabel 1.4.5.2.1.3 Data Armada Perikanan Laut Tahun 2021

72
Jumlah Tipe Armada 2021

No Jenis Jumlah

Perahu Tanpa
1 0
Motor

2 1-3 GT 0

3 3-5 GT 89

4 5-7 GT 281

5 7-10 GT 23

Jumlah 393

Gambar 1.4.5.2.1.4 Grafik Jumlah Alat Tangkap Nelayan Wilayah Perencanaan Tahun 2021

Sumber : Analisa Penyusun, 2021

Gambar 1.4.5.2.1.5 Grafik Data Armada Perikanan Laut Tahun 2021

Sumber : Analisa Penyusun, 2021

Berdasarkan wawancara dengan nelayan setempat diketahui untuk jenis alat


tangkap yang digunakan oleh nelayan mayoritas adalah jenis alat tangkap berupa
payang dan untuk jenis kapal yang digunakan beragam mulai dari kapal motor yang

73
belum termasuk kedalam kategori GT hingga kapal motor ukuran 7-10 GT.

Gambar 1.4.5.2.1.6 Kapal 3-5 GT

Sumber : Survey Primer, 2022

Gambar 1.4.5.2.1.7 Kapal 3-5 GT


Sumber : Survey Primer, 2022

74
Gambar 1.4.5.2.1.8 Kapal 7-10 GT
Sumber : Survey Primer, 2022

1.4.5.2.2 Interaksi Kegiatan Ekonomi

Aktivitas ekonomi di wilayah perencanaan mayoritas hanya proses produksi,


dimana hasil perikanan tangkap maupun budidaya langsung dipasarkan tanpa melalui
proses pengolahan terlebih dahulu. Untuk tempat penjualan dari hasil tangkapan ikan
di wilayah perencanaan yaitu PPI Campurejo terutama nelayan yang masih memiliki
hutang pada saudagar maupun juragan setempat. Namun beberapa nelayan juga
menjual ikan hasil tangkapan mereka di PPI Paciran bagi yang sudah tidak lagi
memiliki hutang.Untuk alur distribusi pemasaran hasil tangkapan ikan di wilayah
perencanaan sendiri yaitu dari nelayan, kemudian dijual ke pengepul, dan dilanjutkan
ke pembeli.

75
Gambar 1.4.5.2.2.1 Interaksi Kegiatan Ekonomi

Sumber : Survey Primer, 2022

Gambar 1.4.5.2.3 Interaksi Kegiatan Ekonomi

Sumber : Survey Primer, 2022

76
1.4.5.3 Fasilitas Penunjang Perekonomian

Sektor perekonomian seperti perikanan tentu membutuhkan fasilitas


penunjang dalam membantu proses ekonomi seperti produksi, pengolahan, hingga
proses pemasaran. Berikut data fasilitas penunjang yang terdapat di Kecamatan
Panceng. Guna menunjang dalam usaha penangkapan ikan, Tahun 2021 Dinas
Perikanan terus berupaya agar Tempat Pelelangan Ikan (TPI ) yang ada, khususnya
TPI Campurejo, Kecamatan Panceng. Berfungsi sebagai Tempat Pelelangan Ikan
atau tempat bertemunya Nelayan dengan pedagang Ikan untuk menjual hasil
tangkapan. Semakin baik kondisi sarananya maka semakin lancar pula proses
penjualan hasil tangkapan. Hal ini secara tidak langsung akan berdampak pada
peningkatan usaha penangkapan ikan oleh nelayan.

Tabel xJumlah Industri Menurut Desa di Kecamatan Panceng Tahun 2021

Sumber : Kecamatan Panceng Dalam Angka 2021

Berdasarkan data dokumen Dinas Perikanan Kabupaten Gresik terdapat


data unit pengolahan ikan di Kecamatan Panceng seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel x Direktori UPI Pemasaran Kecamatan Panceng Tahun 2021

No. Jenis Juml


ah

1. Pedagang Besar/Distributor 5

2. Pengecer 1
1

77
5

Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Gresik

Tabel 4 - 46 Direktori UPI Pengolahan Kecamatan Panceng Tahun 2021

No. Jenis Juml


ah

1. Penggaraman/Pengeringan 4

2. Pemindangan 8

3. Pereduksian/Ekstraksi 1

4. Pelumatan Daging Ikan 1

5. Penanganan Produk Segar 1


1

6. Pengolahan Lainnya 2
5

Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Gresik

Direktori UPI Pemasaran Kecamatan


Panceng Tahun

Pedagang Pengec
Besar/Distributor er

78
Gambar 4 Grafik Direktori UPI Pemasaran Kecamatan Panceng Tahun 2019

Sumber : Analisa Penulis, 2022

Gambar Direktori UPI Pengolahan Kecamatan Panceng Tahun 2018


Sumber : Analisa Penulis, 2021

79
1.4.5.4 UMKM

Usaha Mikro Kecil Menengah atau (UMKM) merupakan usaha ekonomi


produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan oleh Undang-undang No. 20 tahun 2008. UMKM yang terdapat
wilayah perencanaan memiliki produk yang beragam. Berikut daftar jenis udaha
UMKM yang ada di wilayah perencanaan.

Tabel 4 - 47 Data Produk Unggulan Usaha Kecil Menengah Desa Campurejo

No. Nama Jenis Usaha Alam


at

1. Jani Pengasapan RT12/04 Campurejo


Ikan

2. Siti Kholilah Pengasapan RT05/02 Campurejo


Ikan

3. Kotnah Pengasapan RT04/01 Campurejo


Ikan

4. Sukayah Pengasapan Karang Tumpuk RT


Ikan 28/06

Campurejo

5. Ruminah Pengasapan Karang Tumpuk RT


Ikan 28/06

Campurejo

120
6. Maimunah Pengasapan Karang Tumpuk RT
Ikan 29/06

Campurejo

7. Qomaroh Produksi RT 08/02 Campurejo


Krupuk

121
No. Nama Jenis Usaha Alam
at

Ikan

8. Kastipah Produksi Krupuk RT 04/01 Campurejo

Ikan

9. Mujab Produksi Krupuk RT 04/01 Campurejo

Ikan

10. Abd. Produksi Krupuk RT 11/03 Campurejo


Rohim
Ikan

11. Mujtabah Produksi Krupuk RT 11/03 Campurejo

Ikan

12. Isti‟anah Produksi Krupuk RT 12/03 Campurejo

Ikan

13. Sumarn Produksi Petis RT 04/01 Campurejo

14. H. Suliadi Produksi Petis RT 09/03 Campurejo

15. Jani Produksi Petis RT 12/03 Campurejo

16. Supi‟ah Produksi Petis Karang Tumpuk RT 28/06

Campurejo

17. Sumariyah Produksi Krupuk RT 04/01 Campurejo

Ikan

18. Tutik Catering RT 07/02 Campurejo

122
Mahmudah

19. Catering RT 07/02 Campurejo


Nurhadiya
h

20. Khosi‟ah Produksi Kue RT 11/03 Campurejo

21. Rohilah Produksi Jamu RT 12/03 Campurejo

Tradisional

22. Produksi Kue Rejodadi RT 16/05


Nihayatu Campurejo
r

Rohmah

23. Qoriyati Produksi Krupuk Rejodadi RT 16/05


Campurejo
Ikan

Sumber : SIDesa Kabupaten Gresik

Tabel 4 - 48 Data Produk Unggulan Budidaya Kerang Hijau Desa Campurejo

No. Nama Alamat Jumlah

1. Abdun Naim Sidorejo RT 5 ton/6 bln


18/06

Campurejo

2. Abdul Wahab Sidorejo RT 10 ton/6 bln


18/06

123
Campurejo

3. Mushollin Sidorejo RT 7 ton/6 bln


18/06

Campurejo

4. Sutaman Sidorejo RT 5 ton/6 bln


19/06

Campurejo

5. Imamuddin Sidorejo RT 7 ton/6 bln


19/06

Campurejo

6. Arijo Sidorejo RT 10 ton/6 bln


19/06

Campurejo

7. Badruz Zaman Sidorejo RT 10 ton/6 bln


20/06

Campurejo

8. Nur Izwan Sidorejo RT 15 ton/6 bln


20/06

Campurejo

9. Moh. Amri Sidorejo RT 15 ton/6 bln


20/06

Campurejo

10. Misbahul Munir Sidorejo RT 5 ton/6 bln


17/06

124
Campurejo

11. Ahmadi Sidorejo RT 10 ton/6 bln


17/06

Campurejo

12. Mohammad Amin Sidorejo RT 10 ton/6 bln


17/06

Campurejo

13. Muzamil Sidorejo RT 8 ton/6 bln


21/07

Campurejo

14. Kartulin Sidorejo RT 7 ton/6 bln


21/07

Campurejo

15. Malikin Sidorejo RT 6 ton/6 bln


21/07

No. Nama Alamat Jumlah

Campure
jo

16. Kariman Sidorejo RT 5 ton/6 bln


22/07

Campurejo

125
17. Mohammad Nuri Sidorejo RT 10 ton/6 bln
22/07

Campurejo

18. Supian Sidorejo RT 8 ton/6 bln


22/07

Campurejo

19. Asrodi Sidorejo RT 8 ton/6 bln


24/07

Campurejo

20. Supian Sidorejo RT 10 ton/6 bln


24/07

Campurejo

21. Mat Manan Sidorejo RT 5 ton/6 bln


23/07

Campurejo

22. Moh. Zaini Sidorejo RT 5 ton/6 bln


23/07

Campurejo

Sumber : SIDesa Kabupaten Gresik

Tabel 4 - 49 Data Produk Unggulan Usaha Kecil Menengah Desa Banyu Tengah

No. Nama Jenis Alam


Usaha at

1. Setyawati Tempe RT006/RW0


03

126
2. Sarjoko Tempe RT001/RW0
01

3. Mutama‟ah Krupuk RT007/RW0


04

4. Tatik Muthofiyah Krupuk RT008/RW0


04

5. Amron Muttaqin Krupuk RT001/RW0


01

Sumber : SIDesa Kabupaten Gresik

Sedangkan untuk Desa Dalegan potensi yang ada pada sektor perikanan di
desa tersebut adalah pengembangan budidaya tambak kerapu dan tambak vaname.
Di Desa Dalegan juga cukup potensial untuk di kembangkan Produk unggulan berupa
Legen, Gula Merah, Ikan Asap, krupuk ikan sebagai makanan olahan skala home
industry.

127
Gambar X Tempat Pengasapan Ikan

Sumber : Survey Primer, 2022

1.4.5.5 Pariwisata

Pada wilayah perencanaan juga terdapat Wisata Pantai Pasir Putih Dalegan
yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pantai Dalegan merupakan Daya Tarik
Wisata Provinsi (DTWP) Provinsi Jawa Timur yang terletak di desa Delegan
Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik. Wisata yang dibuka sejak tahun 2003 ini
memiliki atraksi wisata yang cukup beragam. Setiap bulan Agustus diadakan atraksi
wisata berupa perlombaan yang terkait dengan wisata bahari seperti dayung perayu
nelayan, dll. Wisata Pantai Delegan ini dapat berpotensi meningkatkan
perekonomian dengan pengunjung yang semakin banyak sehingga untuk
kenyamanan dan keamanan pengunjung kemudian dikelola oleh desa dan dikenal
luas dengan sebutan WISID atau WPP Dalegan. Tarif untuk menikmati panorama
pantai Delegan, berada di angka Rp.15.000.

128
Gambar X Wisata Pantai Dalegan

Sumber : Survey Primer, 2022

1.4.5.6 Ketenagakerjaan

Adapun untuk jenis lapangan usaha yang terdapat di Kecamatan


Panceng secara umum cukup beragam seperti lapangan usaha dibidang
pertanian, industri, perdagangan, hingga sektor lainnya. Berikut data jumlah
penduduk masyarakat Kecamatan Panceng menurut lapangan usaha dan tingkat
kesejahteraan masyarakat di wilayah perencanaan.

Tabel Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Wilayah Perencanaan Tahun 2021

Sumber : Kecamatan Panceng Dalam Angka 2021

129
Untuk tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah perencanaan rata-rata
berada pada tahapan Keluarga Sejahtera II. Adapun data tingkat kesejahteraan
masyarakat wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4 - 39 Jumlah Keluarga Tahapan Sejahtera Wilayah Perencanaan Tahun 2021

Jumlah Tahapan Keluarga Sejahtera


Desa/Kelurahan KK Pra KS.I KS.II KS.III
KS.III
Sejahtera Plus
Dalegan 2.1 506 487 638 477 49
57

Campurejo 2.5 444 651 1.7 661 72


70 42

Banyuteng 931 188 195 267 263 18


ah

Jumlah 5.5 1.1 1.3 2.6 1.4 139


64 38 33 47 01
Sumber : Kecamatan Panceng Dalam Angka 2021
Wilayah perencanaan merupakan wilayah pesisir dengan potensi sektor
perikanan yang cukup besar. Berdasarkan hasil survei langsung diketahui bahwa
mayoritas masyarakat di wilayah perencanaan bermata pencaharian sebagai nelayan
baik nelayan perikanan tangkap maupun perikanan budidaya, utamanya masyarakat
Desa Campurejo. Sedangkan untuk masyarakat Desa Dalegan terdiri dari nelayan
dan petani sebagai mata pencaharian dominan.

Meskipun cukup banyak masyarakat yang memiliki mata pencaharian


sebagai nelayan, namun tidak semua nelayan di Kecamatan Panceng merupakan
pemilik dari alat tangkapan maupun lahan budidaya. Berikut jenis dari status
nelayan di Kecamatan Panceng.

Tabel xx Status Nelayan Kecamatan Panceng 2021

No. Status Juml


ah

112
1. Pemilik 5
9
8

2. Pendega 7
6
0

3. Andon 0

4. Nelayan Perairan Umum 1


4
Sumber : Data Statistik Kabupaten Gresik

113
1.4.6 Aspek Kebencanaan

Berdasarkan UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana


merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan
lingkungan, kerugian harta dan dampak psikologis. Wilayah pesisir rentan terhadap bencana,
terutama bencana yang diakibatkan oleh aktivitas laut. Pada bagian ini akan dijelaskan potensi
bencana, bahaya, kerentanan, dan kapasitas masyarakat terhadap bencana di BWP Panceng.

Potensi bencana dapat diprediksi berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan
kemungkinan terjadinya bencana. Sejarah peristiwa bencana yang pernah terjadi di Kabupaten
Gresik dapat diketahui berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) oleh BNPB.
Sejak tahun 2013 hingga tahun 2021, tercatat terdapat 5 bencana yang pernah terjadi antara
lain banjir, tanah longsor, epidemi, angin kencang, dan juga kebakaran. Namun, dari
karakteristik wilayahnya, Kabupaten Gresik juga memiliki potensi bencana yang mungkin akan
terjadi di masa mendatang. Kabupaten Gresik termasuk dalam dataran rendah dengan
ketinggian 2-12 mdpl dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara dan Selat
Madura di sebelah timur. Dari karakteristik tersebut, Kabupaten Gresik juga memiliki potensi
bencana gelombang ekstrim dan abrasi. Sementara itu, bahaya lain dapat berpotensi di
Kabupaten Gresik utamanya Panceng dapat dilihat dari kondisi daerah berdasarkan hasil
pengkajian risiko bencana seperti pada tabel berikut.

Tabel [] Daftar Potensi Bencana Kecamatan Panceng

BENCANA YANG BERPOTENSI DI KECAMATAN PANCENG

Banjir Cuaca Ekstrem

Kekeringan Tanah Longsor

Kebakaran Hutan dan Lahan Gelombang Ekstrim dan Abrasi

114
Gempa Bumi

Sumber : Kajian Risiko Bencana Gresik 2016 – 2020

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 7 (tujuh) jenis bencana yang berpotensi di


Kecamatan Panceng. Bencana tersebut adalah banjir, kekeringan, cuaca ekstrim, tanah longsor,
gelombang ekstrim dan abrasi, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, serta epidemi dan
wabah penyakit. Dalam penelitian ini, bencana yang akan dikaji dibatasi hanya pada lingkup
bencana pada kawasan pesisir saja, yakni bencana banjir, cuaca ekstrim (angin kencang), serta
gelombang ekstrim dan abrasi.

1.4.6.1 Banjir

Banjir secara umum disebabkan oleh dua kondisi yakni keadaan alam dan ulah
campur tangan manusia. Wilayah pesisir pada umumnya terletak pada dataran yang
cukup landai dan dilalui sungai. Banjir tidak hanya disebabkan oleh sungai, aktivitas
laut juga bisa menyebabkan terjadinya banjir. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
adanya pasang-surut, perubahan iklim di wilayah pesisir, atau kenaikan permukaan air
laut. Seperti pada halnya terjadi di wilayah kecamatan Panceng yang memiliki
ketinggian kurang dari 25 mdpl sehingga rentan terhadap bahaya banjir rob.

1.4.6.1.1 Bahaya

Pengkajian bahaya banjir ditentukan berdasarkan standar pengkajian


risiko bencana dan referensi pedoman lain yang ada di kementerian/lembaga
terkait lainnya di tingkat nasional. Hasil pengkajian tersebut memuat potensi
luas bahaya yang diperoleh dari perhitungan setiap parameter-parameter bahaya
banjir. Parameter tersebut adalah daerah rawan banjir, kemiringan lereng, jarak
dari sungai, dan curah hujan.

Hasil interpretasi peta bahaya banjir yang diperoleh dari situs resmi
kebencanaan Indonesia, inaRISK, oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana menunjukkan bahwa di wilayah perencanaan memiliki potensi bahaya
banjir dengan kelas yang bervariasi dengan indeks 0,008 – 0,905. Mayoritas di

115
wilayah perencanaan memiliki potensi bahaya banjir dengan kelas rendah yang
ada di seluruh wilayah Desa Banyutengah dan sebagian dari Desa Dalegan dan
Campurejo. Potensi bahaya banjir tinggi terdapat di daerah pesisir di Desa
Dalegan dan Campurejo Potensi luas bahaya banjir berdasarkan perhitungan
parameter tersebut dengan melihat kondisi wilayah perencanaan dapat dilihat
pada tabel berikut. Potensi luas bahaya banjir berdasarkan perhitungan
parameter tersebut dengan melihat kondisi wilayah perencanaan dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel [] Potensi Luas Bahaya Banjir

Kelurahan Luas Bahaya (Ha) Total Luas Kelas

Rendah Sedang Tinggi

Dalegan 0,6 44,02 79,98 124,6 Tinggi

Campurejo 8,7 19,26 156,96 184,92 Tinggi

Banyutengah 0,6 18,90 11,52 32,02 Sedang

Sumber : Lampiran tabel KRB Gresik 2016 – 2020

Berdasarkan tabel di atas, melihat besaran luas wilayah terpapar bencana


banjir didominasi berada pada kelas sedang. Berikut ini peta bahaya banjir di
wilayah perencanaan :

Peta [] Persebaran Bahaya Banjir Kecamatan Panceng

116
Sumber : Analisis Penulis, 2022

1.4.6.1.2 Kerentanan

Pengkajian kerentanan disusun berdasarkan pedoman umum pengkajian


risiko bencana dengan melihat parameter-parameter dasar dalam menentukan
komponen sosial budaya, fisik, ekonomi, dan lingkungan bencana banjir.
Berdasarkan perhitungan kerentanan bencana banjir, diperoleh potensi
penduduk terpapar dan potensi kerugian bencana banjir di wilayah perencanaan.
Potensi penduduk terpapar dan potensi kerugian dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut.

Tabel [] Potensi Penduduk Terpapar Banjir

Kelurahan Potensi Penduduk Terpapar (Jiwa) Kelas

117
Jumlah Kelompok Rentan
Penduduk
Terpapar Umur Miskin Cacat
Rentan

Dalegan 3203 412 529 15 Tinggi

Campurejo 8.576 1.103 2.151 37 Tinggi

Banyutengah 11.918 2.990 1.533 51 Tinggi

Sumber : Lampiran tabel KRB Gresik 2016 – 2020

Dilihat dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa potensi penduduk yang
terpapar bencana akibat banjir memiliki kelas yang didominasi dengan nilai
Tinggi. Sementara itu, indeks kerentanan juga melihat potensi kerugian yang
terjadi akibat bencana banjir, dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel [] Potensi Kerugian dan Kerusakan Banjir

Kelurahan Potensi Kerugian (Juta Rupiah) Kelas Potensi


Kerusakan
Lingkungan (Ha)

Fisik Kelas Ekonomi Kelas Total Luas Kelas

Dalegan 2.666,8 Tinggi 304,8 Tinggi 2.971,6 Tinggi - Rendah

Campurejo 4.367,1 Tinggi 8,4 Tinggi 4.375,6 Tinggi - Rendah

Banyutengah - - 5.361,2 Tinggi 5.361,2 Tinggi 1 Rendah

118
Sumber : Lampiran tabel KRB Gresik 2016 – 2020

Potensi kerugian yang disebutkan pada tabel diatas sebesar


12.708.400.000 dan berada pada kelas Tinggi. Selain itu, total potensi kerusakan
lingkungan adalah 1 Ha. Berikut peta kerentanan:

Peta [] Kerentanan Bencana Banjir di Wilayah Perencanaan

Sumber : Analisis Penulis, 2022

1.4.6.1.3 Kapasitas

Kajian mengenai indeks kapasitas ditentukan berdasarkan kajian


kapasitas daerah yang berlaku untuk seluruh bencana dan kajian kesiapsiagaan
desa/kelurahan yang berbeda pada setiap bencana melalui konversi nilai. Hasil
kajian kapasitas dapat dilihat pada tabel berikut:

119
Tabel [] Hasil Kajian Kapasitas Banjir

Kelurahan Kapasitas

Kelas Ketahanan Kelas Kelas


Daerah Kesiapsiagaan

Dalegan Sedang Rendah Sedang

Campurejo Sedang Rendah Sedang

Banyutengah Sedang Rendah Sedang

Sumber : Lampiran tabel KRB Gresik 2016 – 2020

Peta [] Kapasitas Bencana Banjir pada Wilayah Perencanaan

120
Sumber : Analisis Penulis, 2022

1.4.6.2 Cuaca Ekstrim

Perubahan iklim terjadi akibat dari pemanasan global dan menyebabkan


terjadinya peningkatan suhu di permukaan bumi yang berujung pada kenaikan
permukaan air laut. Jika permukaan air laut meningkat dapat memberikan efek
buruk terutama di daerah pesisir seperti banjir. Berdasarkan beberapa penelitian
jurnal, pantai utara Pulau Jawa, salah satunya Kecamatan Panceng termasuk
wilayah pesisir yang rentan terhadap kenaikan permukaan air laut. Hal ini
dilihat dari kondisi saat ini sebagian pantai Kabupaten Gresik mengalami
kemunduran garis pantai. Laju kenaikan muka air laut pada wilayah Kecamatan
Panceng dari tahun 1984 tiap tahun sebesar 8,6 mm, dengan laju kemunduran
garis pantai sebesar 2,17 m tiap tahunnya.

1.4.6.2.1 Bahaya

Pengkajian bahaya cuaca ekstrim ditentukan berdasarkan standar


pengkajian risiko bencana dan referensi pedoman lain yang ada di
kementerian/lembaga terkait lainnya di tingkat nasional. Hasil pengkajian
tersebut memuat potensi luas bahaya yang diperoleh dari perhitungan setiap
parameter-parameter bahaya cuaca ekstrim. Parameter tersebut adalah
keterbukaan lahan, kemiringan lereng, dan curah hujan tahunan.

Tabel [] Potensi Luas Bahaya Cuaca Ekstrim Wilayah Perencanaan

Kelurahan Luas Bahaya (Ha) Total Luas Kelas

Rendah Sedang Tinggi

Dalegan 0 368,85 327,72 696,57 Sedang

Campurejo 0 69,37 213,63 283,00 Tinggi

121
Banyutengah 0 0 163,67 163,67 Tinggi

Sumber : Lampiran Tabel KRB Gresik 2016 – 2020

Berdasarkan tabel di atas, melihat besaran luas wilayah terpapar bencana


cuaca ekstrim didominasi berada pada kelas Tinggi dengan total luas bahaya
sebesar 705,02 Ha. Berikut ini peta bahaya cuaca ekstrim di wilayah
perencanaan :

Peta [] Bahaya Cuaca Ekstrim pada Wilayah Perencanaan

Sumber : Analisis Penulis, 2022

1.4.6.2.2 Kerentanan

Pengkajian kerentanan disusun berdasarkan pedoman umum pengkajian

122
risiko bencana dengan melihat parameter-parameter dasar dalam menentukan
komponen sosial budaya, fisik, dan ekonomi bencana cuaca ekstrim.
Berdasarkan perhitungan kerentanan bencana cuaca ekstrim diperoleh potensi
penduduk terpapar dan potensi kerugian bencana cuaca ekstrim di wilayah
perencanaan. Potensi penduduk terpapar dan potensi kerugian dapat dilihat pada
tabel-tabel berikut

Tabel [] Potensi Penduduk Terpapar Cuaca Ekstrim

Kelurahan Potensi Penduduk Terpapar (Jiwa) Kelas

Jumlah Kelompok Rentan


Penduduk
Terpapar Umur Miskin Cacat
Rentan

Dalegan 6.394 823 1.061 30 Tinggi

Campurejo 11.387 1.465 2.856 49 Tinggi

Banyutengah 3.230 419 1.119 22 Tinggi

Sumber : Lampiran Tabel KRB Gresik 2016 – 2020

Dilihat dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa potensi penduduk yang terpapar
bencana akibat cuaca ekstrim memiliki kelas yang didominasi dengan nilai Tinggi. Sementara
itu, indeks kerentanan juga melihat potensi kerugian yang terjadi akibat bencana cuaca ekstrim,
dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel [] Potensi Kerugian dan Kerusakan Cuaca Ekstrim

123
Kelurahan Potensi Kerugian (Juta Rupiah) Kelas Potensi
Kerusakan
Lingkungan (Ha)

Fisik Kelas Ekonomi Kelas Total Luas Kelas

Dalegan 6.960,1 Sedang 14.903,9 Tinggi 21.864,1 Tinggi - -

Campurejo 6.528,2 Sedang 9.283,3 Tinggi 15.811,5 Tinggi - -

Banyutengah 3.059,7 Sedang 3.139,8 Tinggi 6.199,6 Tinggi - -

Sumber : Lampiran Tabel KRB Gresik 2016 – 2020

Potensi kerugian yang disebutkan pada tabel diatas sebesar


43.875.200.000 dan berada pada kelas Tinggi. Selain itu, tidak ditemukan
indikasi/potensi kerusakan lingkungan. Berikut peta kerentanan pada wilayah
perencanaan :

Peta [] Kerentanan Cuaca Ekstrim pada Wilayah Perencanaan

124
Sumber : Analisis Penulis, 2022

1.4.6.2.3 Kapasitas

Kajian mengenai indeks kapasitas ditentukan berdasarkan kajian


kapasitas daerah yang berlaku untuk seluruh bencana dan kajian kesiapsiagaan
desa/kelurahan yang berbeda pada setiap bencana melalui konversi nilai. Hasil
kajian kapasitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel [] Hasil Kajian Kapasitas Cuaca Ekstrim

Kelurahan Kapasitas

Kelas Ketahanan Kelas Kelas


Daerah Kesiapsiagaan

125
Dalegan Sedang Rendah Sedang

Campurejo Sedang Rendah Sedang

Banyutengah Sedang Rendah Sedang

Sumber : Lampiran Tabel KRB Gresik 2016 – 2020

Peta [] Kapasitas Cuaca Ekstrim pada Wilayah Perencanaan

Sumber : Analisis Penulis, 2022

1.4.6.3 Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Gelombang ekstrim dan abrasi merupakan salah satu ancaman bencana

126
yang terjadi di wilayah pesisir. Ancaman bencana ini dapat menyebabkan
kemunduran garis pantai, merusak tambak maupun lokasi persawahan yang
berada di pinggir pantai, juga dapat mengancam bangunan-bangunan yang
berbatasan langsung dengan air laut. Abrasi atau erosi pantai disebabkan oleh
adanya pengikisan sedimen pantai sehingga mengakibatkan kemunduran garis
pantai. Ancaman bencana ini terjadi di sebagian wilayah kabupaten Gresik yang
merupakan wilayah pesisir, salah satunya Kecamatan Panceng. Potensi bencana
gelombang ekstrim dan abrasi juga dapat diketahui dengan pengkajian risiko
bencana. Hasil pengkajian risiko bencana diketahui dengan melalui indeks
sebagai berikut :

1.4.6.3.1 Bahaya

Pengkajian bahaya gelombang ekstrim dan abrasi ditentukan


berdasarkan standar pengkajian risiko bencana dan referensi pedoman lain yang
ada di kementerian/lembaga terkait lainnya di tingkat nasional. Hasil pengkajian
tersebut memuat potensi luas bahaya yang diperoleh dari perhitungan setiap
parameter-parameter bahaya gelombang ekstrim dan abrasi. Parameter tersebut
adalah tinggi gelombang, arus, tipologi pantai, tutupan vegetasi, dan bentuk
garis pantai.

Tabel [] Potensi Luas Bahaya Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Kelurahan Luas Bahaya (Ha) Total Luas Kelas

Rendah Sedang Tinggi

Dalegan 0 52,604 0 52,604 Sedang

Campurejo 0 26,388 0 26,388 Sedang

Banyutengah 0 0 0 0 -

127
Sumber : Lampiran Tabel KRB Gresik 2016 – 2020

Berdasarkan tabel di atas, melihat besaran luas wilayah terpapar bencana


gelombang ekstrim dan abrasi didominasi berada pada kelas Tinggi dengan total
luas bahaya sebesar 142,11 ha. Berikut ini peta bahaya gelombang ekstrim dan
abrasi di wilayah perencanaan :

Peta [] Bahaya Gelombang Ekstrim dan Abrasi pada Wilayah


Perencanaan

Sumber : Analisis Penulis, 2022

1.4.6.3.2 Kerentanan

Pengkajian kerentanan disusun berdasarkan pedoman umum pengkajian


risiko bencana dengan melihat parameter-parameter dasar dalam menentukan
komponen sosial budaya, fisik, dan ekonomi bencana cuaca ekstrim.
Berdasarkan perhitungan kerentanan bencana cuaca ekstrim diperoleh potensi

128
penduduk terpapar dan potensi kerugian bencana cuaca ekstrim di wilayah
perencanaan. Potensi penduduk terpapar dan potensi kerugian dapat dilihat pada
tabel-tabel berikut :

Tabel [] Penduduk Terpapar Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Kecamatan Potensi Penduduk Terpapar (Jiwa) Kelas

Jumlah Kelompok Rentan


Penduduk
Terpapar Umur Miskin Cacat
Rentan

Dalegan 543 70 90 3 Tinggi

Campurejo 2.860 368 717 12 Tinggi

Banyutengah 0 0 0 0 Rendah

Sumber : Lampiran Tabel KRB Gresik 2016 – 2020

Dilihat dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa potensi penduduk yang
terpapar bencana akibat gelombang ekstrim dan abrasi memiliki kelas yang
didominasi dengan nilai Tinggi. Sementara itu, indeks kerentanan juga melihat
potensi kerugian yang terjadi akibat bencana gelombang ekstrim dan abrasi,
dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel [] Potensi Kerugian dan Kerusakan Gelombang Ekstrim


dan Abrasi

129
Kelurahan Potensi Kerugian (Juta Rupiah) Kelas Potensi
Kerusakan
Lingkungan (Ha)

Fisik Kelas Ekonomi Kelas Total Luas Kelas

Dalegan 355,3 Sedang 845,2 Tinggi 1.200,6 Tinggi - Rendah

Campurejo 358,4 Sedang 1.092,0 Tinggi 1.450,4 Tinggi - Rendah

Banyutengah 0 Rendah 0 Rendah 0 Rendah - Rendah

Sumber : Lampiran Tabel KRB Gresik 2016 – 2020

Potensi kerugian yang disebutkan pada tabel diatas sebesar


2.651.000.000 dan berada pada kelas Tinggi. Selain itu, tidak ditemukan
indikasi/potensi kerusakan lingkungan. Berikut peta kerentanan:

Peta [] Kerentanan Gelombang Ekstrim dan Abrasi pada Wilayah


Perencanaan

130
Sumber : Analisis Penulis, 2022

1.4.6.3.3 Kapasitas

Kajian mengenai indeks kapasitas ditentukan berdasarkan kajian


kapasitas daerah yang berlaku untuk seluruh bencana dan kajian kesiapsiagaan
desa/kelurahan yang berbeda pada setiap bencana melalui konversi nilai. Hasil
kajian kapasitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel [] Hasil Kajian Kapasitas Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Kelurahan Kapasitas

Kelas Ketahanan Kelas Kesiapsiagaan Kelas

131
Daerah

Dalegan Sedang Rendah Sedang

Campurejo Sedang Rendah Sedang

Banyutengah - - -

Sumber : Lampiran Tabel KRB Gresik 2016 – 2020

Peta [] Kapasitas Gelombang Ekstrim dan Abrasi pada Wilayah


Perencanaan

Sumber : Analisis Penulis, 2022

132
1.4.7 Aspek Sumber Daya Ikan
Sumberdaya ikan adalah merupakan salah satu sumberdaya kelautan dan perikanan
yang tergolong dalam sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources), artinya jika
sumberdaya ini dimanfaatkan sebagian, sisa ikan yang tertinggal mempunyai kemampuan
untuk memperbaharui dirinya dengan berkembang biak (Insidewinme, 2008). Menurut
Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun
2004 Tentang Perikanan, perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis
perikanan. Disebutkan pula, bahwa yang dimaksud dengan sumber daya ikan adalah potensi
semua jenis ikan, dimana ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari
siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Lingkungan sumber daya ikan adalah
perairan tempat kehidupan sumber daya ikan, termasuk biota dan faktor alamiah sekitarnya.

Berdasarkan cara produksinya, perikanan terbagi menjadi dua, yaitu perikanan tangkap
dan perikanan budidaya. Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup
penangkapan atau pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di air laut atau perairan
umum secara bebas (Monintja, 1989). Menurut UU No. 45 Tahun 2009, penangkapan ikan
adalah kegiatan memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan sebagai
alat atau dengan cara apapun, melainkan kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan mengawetkan.
Perikanan budidaya merupakan budidaya organisme air, termasuk ikan, moluska,
kurstasea dan flora air. Pembudidayaan ini mencakup beberapa bentuk kegiatan dalam proses
pemeliharaan buat menaikkan produksi, seperti penebaran yang teratur, hadiah kuliner/pakan,
perlindungan berdasarkan predator & lain-lain (Food and Agriculture Organization of the
United Nations, 1988). Menurut UU No. 45 Tahun 2009, pembudidayaan ikan adalah kegiatan
untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam
lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
Perikanan budidaya ini ditujukan untuk memproduksi biota akuatik di lingkungan yang
terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit)
1.4.7. 1 Pelabuhan Perikanan

133
● Pangkalan Pendaratan Ikan
Pangkalan Pendaratan Ikan adalah lokasi dimana ikan hasil
tangkapan nelayan didaratkan dan diperjualbelikan baik secara lelang
ataupun tidak. Lokasi atau tempat yang termasuk PPI ini tidak dharuskan
memiliki gedung khusus atau sarana khusus. Di Kabupaten Gresik
terdapat 5 PP/PPI, yang salah satunya berada di Kecamatan Panceng.
Tabel X

No Kecamatan Desa/Kelurahan Nama PPI

1 Panceng Campurejo PPI Campurejo

2 Ujung Pangkah Ngembih PP Cabean

3 Ujung Pangkah Banyuurip PPI Tirta Buana

4 Ujung Pangkah Pangkah Kulon PPI Kalinggapuri

5 Ujung Pangkah Pangkah Wetan PP Ujung Pangkah

4.7.2 Jenis Alat Tangkap


Jenis alat tangkap utama yang paling sering digunakan perahu untuk
menangkap ikan yaitu payang, jaring insang hanyut, jaring insang berlapis,
jaring insang tetap, jala tebar, penggaruk tanpa kapal, bubu dan ancho.
● Payang adalah semacam pukat kantong yang dioperasikan untuk
menangkap ikan-ikan pelagis, terutama pelagis kecil, dari atas perahu.
Pukat ini dilengkapi dengan pelampung-pelampung yang menjaga agar
sisi atas jaring ini tetap berada di permukaan. Paling banyak dipakai oleh
nelayan nelayan di Indonesia, dengan menggunakan perahu yang
dinamai perahu payang atau perahu mayang
● Kelompok jenis alat penangkapan ikan jaring insang adalah kelompok
jaring yang berbentuk empat persegi panjang dilengkapi dengan
pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris

134
bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara
terjerat dan/atau terpuntal dioperasikan di permukaan, pertengahan dan
dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap
ikan pelagis dan demersal
● Jaring insang ada beberapa jenis yaitu jaring insang tetap, jaring insang
dasar, jaring insang hanyut, dan jaring insang tiga lapis. Sesuai namanya
jaring insang permukaan dioperasikan di bagian atas permukaan laut,
sedangkan jaring insang dasar dioperasikan pada bagian bawah
permukaan laut. Untuk jaring insang tiga lapis jumlah jaring yang
dibentangkan ada tiga lapis dimana ukuran mata jaring bagian dalam
lebih besar daripada ukuran mata jaring bagian luar.
● Jala tebar atau disebut juga jaring lempar (Cast net) adalah jaring ikan
berbentuk lingkaran kecil dengan pemberat pada tepi-tepinya, yang
dilempar atau ditebar oleh nelayan. Ukurannya bervariasi sampai 4
meter pada diameternya. Jaring tersebut dilempar sedemikian rupa
sehingga menyebar di permukaan air dan tenggelam. Ikan yang
terkurung akan tertangkap pada saat jaring tersebut ditarik keluar air
● Penggaruk merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau besi
yang bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau
tanpa jaring/bahan lainnya. Penggaruk dioperasikan dengan cara
menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa perahu untuk
menangkap kekurangan dan biota lainnya. Desain dan konstruksi
penggaruk disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki,
sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran penggaruk serta sarana
apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan
● Anco adalah sejenis jaring angkat (lift nets) yang dioperasikan dengan
tangan. Alat tangkap ikan ini terdiri dari jaring berbentuk persegi yang
keempat ujungnya diikatkan pada dua batang bambu atau kayu yang
dipasang bersilang tegak lurus. Jaring ini lalu digantungkan pada
sebatang galah, dengan mengaitkan atau mengkaitkan titik persilangan
bambu tadi di ujung galah. Tangkul dioperasikan dengan cara merendam
jaring dalam posisi mendatar di perairan, dan kemudian mengangkatnya

135
setelah beberapa saat didiamkan
● Bubu (wuwu) adalah alat perangkap ikan yang dibuat dari bahan dasar
potongan bambu dipecah kecil-kecil, tali plastik dan tempurung.
Penggunaannya dilakukan secara pasif berdasarkan tingkah laku ikan.

1.4.7.3 Jenis Ikan


1.4.7.3.1 Ikan Demersal
Ikan demersal adalah jenis ikan yang habitatnya berada di bagian
dasar perairan. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan
demersal adalah trawl dasar (bottom trawl), jaring insang dasar (bottom
gillnet), rawai dasar (bottom long line), bubu dan lain sebagainya.
Contoh ikan demersal adalah kakap merah/bambangan (Lutjanus spp),
peperek (Leiognatus spp), tiga waja (Epinephelus spp), bawal (Pampus
spp), dan lain-lain.
Berikut tabel macam-macam jenis ikan demersal hasil tangkapan
oleh nelayan lokal di laut wilayah perencanaan maupun hasil budidaya.
Tabel Jenis Ikan Demersal

Jenis Ikan Jenis Perikanan

Kakap Merah Perikanan Tangkap

Kakap Putih Perikanan Tangkap

Kepiting Perikanan Tangkap

Cukil Perikanan Tangkap

Dorang Perikanan Tangkap

Udang Kecil Perikanan Tangkap

Udang Windu Perikanan Tangkap

136
Layur Perikanan Tangkap

Kerapu Perikanan Tangkap

Pari Perikanan Tangkap

Ikan Kerapu Perikanan Budidaya

Udang Vanname Perikanan Budidaya

1.4.7.3.2 Ikan Pelagis


Ikan pelagis (pelagic fish) adalah ikan yang hidup di permukaan
laut
sampai kolom perairan laut. Ikan pelagis biasanya membentuk
gerombolan (schooling) dan melakukan migrasi/ruaya sesuai dengan
daerah migrasinya. Bentuk dari ikan pelagis umumnya bagian
punggungnya berwarna kehitam-hitaman, atau kebiruan bagian tengah
keperakan dan bagian bawah atau perut keputih-putihan. Perbedaan
yang lain adalah ikan yang hidup di dalam lumpur, di antara batu-batuan
dan tumbuhan air akan mempunyai bentuk tubuh yang memanjang
seperti ular. Kelompok ikan pelagis pada umumnya dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar.
Contoh ikan pelagis kecil adalah ikan selar (Selaroides
leptolepis) dan sunglir (Elagastis bipinnulatus), klupeid teri
(Stolephorus indicus), japuh (Dussumieria spp), tembang (Sadinella
fimbriata), lemuru (Sardinella Longiceps) dan siro (Amblygaster sirm),
dan kelompok Scrombroid seperti kembung (Rastrellinger spp), dan lain
lain. Kelompok ikan pelagis kecil ditangkap menggunakan alat
penangkap berupa jaring, seperti jaring insang (gillnet), jaring lingkar,
pukat cincin (purse seine), payang, dan bagan. Contoh ikan pelagis besar
antara lain adalah kelompok tuna (Thunidae) dan cakalang (Katsuwonus
pelamis), kelompok marlin (Makaira sp), kelompok tongkol (Euthynnus

137
spp) dan tenggiri (Scomberomorus spp), dan cucut ditangkap dengan
cara dipancing menggunakan pancing trolling atau tonda (pole and line),
rawai (longline).
Berikut tabel macam-macam jenis ikan pelagis hasil tangkapan
oleh nelayan lokal di laut wilayah perencanaan maupun hasil budidaya.

Tabel Jenis Ikan Pelagis

Jenis Ikan Jenis Perikanan

Cumi-Cumi Perikanan Tangkap

Tenggiri Perikanan Tangkap

Teri Perikanan Tangkap

Sembilang Perikanan Tangkap

Gerabah Perikanan Tangkap

Bilis Perikanan Tangkap

Sotong Perikanan Tangkap

1.4.7.4 Produktivitas Ikan


Berdasarkan UU No. 45 Tahun 2009, pengelolaan perikanan adalah
semua
upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi,
analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya
ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-
undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas
lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya
hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Pemanfaatan secara optimal
diarahkan pada pendayagunaan sumber daya ikan dengan memperhatikan daya

138
dukung yang ada dan kelestariannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya-ikan kecil,
meningkatkan penerimaan dari devisa negara, menyediakan perluasan dan
kesempatan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing
hasil perikanan serta menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan
pembudidayaan ikan serta tata ruang.
Dalam usaha meningkatkan produktivitas suatu perairan dapat
dilakukan penebaran ikan jenis baru, yang kemungkinan menimbulkan efek
negatif bagi kelestarian sumber daya ikan setempat sehingga perlu
dipertimbangkan agar penebaran ikan jenis baru dapat beradaptasi dengan
lingkungan sumber daya ikan setempat dan/atau tidak merusak keaslian sumber
daya ikan.

A. Perikanan Budidaya

Tabel Luas Lahan Budidaya

Sumber Lahan Luas

Tambak Payau
50,11 Ha

Tambak Tawar
30,70 Ha

Waduk
0,50 Ha

Saluran Tambak
0,00 Km

Tabel Produktivitas Perikanan Budidaya

Jenis Ikan Produktivitas Per Lahan Harga per Kg


Tahun

139
Kerapu 8 Ton Tambak Rp. 55.4000

Udang Vanname 319,872 Ton Tambak Rp. 60.000

B. Perikanan Tangkap
a. Ikan Demersal

Tabel Produktivitas Perikanan Tangkap Demersal

Jenis Ikan Produktivitas dalam 1 Alat Tangkap Harga per Kg


Tahun

Kakap Merah 5.567,00 Jaring Insang Rp. 36.800

Kakap Putih 10.954,00 Jaring Insang Rp. 33.400

Kepiting 6.436,00 Bubu Rp. 90.800

Cukil 7.269,60 Jaring Insang Rp. 60.500

Dorang 9.222,20 Jaring Insang Rp. 42.400

Udang Kecil 13.058,76 Pukat Tarik Rp. 28.500

Udang Windu 1.053,00 Pukat Tarik Rp. 121.000

Layur 17.266,60 Jaring Insang Rp. 31.600

Kerapu 12.496,00 Jaring Insang Rp. 55.400

Pari 20.532,24 Jaring Insang Rp. 21.300

b. Ikan Pelagis

Tabel Produktivitas Perikanan Tangkap Pelagis

140
Jenis Ikan Produktivitas dalam 1 Alat Tangkap Harga per Kg
Tahun

Cumi-Cumi 35.107,00 Pukat Tarik Rp. 47.300

Tenggiri 9.012,00 Jaring Lingkar Rp. 39.100

Teri 25.115,00 Jaring Lingkar Rp. 5.200

Sembilang 10.083,00 Pancing Rp. 34.600

Gerabah 13.144,60 Jaring Angkat Rp. 60.000

Bilis 12.336,00 Jaring Lingkar Rp. 50.000

Sotong 2.694,24 Pukat Tarik Rp. 42.300

1.4.7.5 Daerah Penangkapan Ikan


Daerah penangkapan ikan adalah suatu daerah perairan dimana ikan
yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal
dan alat tangkap dapat dioperasikan serta ekonomis. Suatu wilayah perairan laut
dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi
antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi
penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. Hal ini dapat
diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal perairan terdapat sumberdaya
ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat
dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan
cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah
penangkapan ikan.
Kegiatan budidaya ikan dapat dilakukan di darat maupun di laut, mulai
dari pegunungan, dataran tinggi (perbukitan), dataran rendah seperti pantai,
muara sungai, teluk, selat, perairan dangkal terlindung (protected shallow seas),

141
terumbu karang (reef flat), hingga laut lepas (open seas) dan laut dalam (deep
seas). Kegiatan budidaya ikan ini dapat berlangsung selama tersedia sumber air
yang memadai baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Di daerah pegunungan,
perbukitan dan dataran tinggi terdapat sumber air baik dari mata air, sungai atau
danau dataran tinggi. Di dataran rendah terdapat sumber mata air dari sungai,
danau dataran rendah, rawa dan sumur baik yang terbentuk secara alami
maupun artesis. Untuk kegiatan budidaya di kawasan pesisir sumber air bisa
berasal dari pantai, muara sungai dan rawa payau. Sedangkan di laut sumber air
berasal dari laut itu sendiri, baik laut dangkal, lepas, laut dalam, teluk dan selat.

Gambar 4.7.5.1 Zona Tangkap Ikan Eksisting

1.4.8 Aspek Ekosistem


1.4.8.1 Mangrove
Dalam bahasa Indonesia hutan mangrove disebut juga hutan pasang surut, hutan payau,
rawa-rawa payau atau hutan bakau merupakan sejumlah komunitas tumbuhan pantai tropis dan
subtropis yang didominasi tumbuhan bunga terrestrial berhabitus pohon dan semak yang dapat

142
menginvasi dan tumbuh di kawasan pasang surut dengan salinitas tinggi (MacNae, 1968;
Chapman, 1976; Tomlinson, 1986; Nybakken, 1993; Kitamura et al., 1997; Setiawan et al.,
2003). Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Kehutanan Departemen Pertanian No.
60/Kpts/DJ/I/1978 tentang silvikultur hutan payau, hutan mangrove didefinisikan sebagai tipe
hutan yang terdapat di sepanjang pantai dan sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/MENHUT V/2004, hutan
mangrove didefinisikan sebagai hutan yang tumbuh pada tanah aluvial di daerah pantai di
sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut dan dicirikan oleh jenis-jenis pohon
Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Lumnitzera, Xylocarpus, dan Nypa. Sehingga
definisi ekosistem mangrove adalah suatu kawasan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut
dan dicirikan dengan tanaman mangrove.
Wilayah mangrove pada wilayah perencanaan memanjang di pesisir utara Jawa Timur
di membentuk suatu jalur sabuk hijau, namun tersebar (patchy) di beberapa lokasi tertentu.
Mayoritas mangrove di pesisir Jawa Timur tergolong rapat. Mangrove yang ada di Kecamatan
Panceng terancam rusak dan punah akibat abrasi yang semakin menggerus wilayah pesisir
pantai dengan laju kenaikan muka air laut dari tahun 1984 sebesar 8,6 mm. Pada wilayah
perencanaan ditemukan enam jenis flora mangrove, diantaranya Pohon Api-Api (Avicennia
Marina), Bakau (Rhizophora Mucronata), Bakau Merah (Rhizophora Apiculata), Bogem
(Sonneratia Caseolaris), Gedangan (Aegiceras Corniculatum), dan Bako Wedok (Bruguiera
Cylindrica). Namun dari hasil pemantauan, tingkah kualifikasi pemantapan ekosistem dan
keragaman mangrove di Kecamatan Panceng masih sangat rendah.

Tabel 4.8 Jenis Mangrove

Jenis Mangrove Gambar

143
Bako Wedok (Bruguiera Cylindrica)

Bakau Merah (Rhizophora Apiculata)

Bakau (Rhizophora Mucronata)

Pohon Api-Api (Avicennia Marina)

144
Bogem (Sonneratia Caseolaris)

Gedangan (Aegiceras Corniculatum)

Sumber : survei sekunder

Untuk menjaga kelestarian ekosistem mangrove di Kecamatan Panceng, perlu


dipulihkan dengan cara rehabilitasi/restorasi yang dapat dipahami sebagai usaha
mengembalikan kondisi lingkungan kepada kondisi semula secara alami. Campur tangan
manusia diusahakan sekecil mungkin terutama dalam memaksakan keinginan untuk
menumbuhkan jenis mangrove tertentu. Dengan demikian, usaha restorasi/rehabilitasi
semestinya dapat memberi peluang kepada alam untuk memulihkan dirinya sendiri.

Hutan mangrove memiliki nilai sosial-ekonomi dan ekologi yang sangat penting
(Bennet dan Reynolds, 1993). Pohon mangrove dapat dimanfaatkan untuk kayu bangunan,
kayu bakar, kayu lapis, bubur kertas, bagan penangkap ikan, bahan obat, tanin kulit kayu, dll.
Sedangkan dari sisi ekologi, ekosistem mangrove memiliki peran sebagai berikut:
a. Sekuestrasi karbon
b. Menyaring dan menangkap bahan pencemar
c. Menjaga stabilitas pantai dari erosi, intrusi air laut, dan tekanan badai
d. Membentuk daratan baru

145
e. Menjaga kealamian habitat
f. Menjaga tempat bersarang, memijah dan membesarkan berbagai jenis ikan, udang,
kerang, burung, dan fauna lain
g. Memiliki fungsi sosial sebagai area konservasi, pendidikan, ekoturisme, dan identitas
budaya

Gambar 4.8.1.1 Hutan Mangrove di Kawasan Pesisir Kecamatan Panceng

Sumber : Google Maps, 2022

Gambar 4.8.1.2 Kondisi Ekosistem Mangrove

146
Sumber : Hasil Penulis,2022

1.4.8.2 Terumbu Karang

Karang adalah hewan tidak bertulang belakang yang berukuran mikroskopik, memiliki
rongga dalam tubuh (Coelenterata) dan duri kecil dengan racun (Cnidaria). Respirasi karang
aktif menghasilkan karbondioksida (CO2) yang dimanfaatkan sebagai bahan baku fotosintesis
oleh zooxanthellae sehingga menghasilkan energi untuk dirinya dan inangnya (karang). Hasil
sekresi dari simbiosis mutualisme kedua organisme tersebut berupa CaCO3 (zat kapur) yang
mana akan membentuk terumbu. Hewan karang yang menghasilkan terumbu akan hidup dan
berkembang dengan baik dan membentuk ekosistem terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang di wilayah perencanaan memiliki luasan mencapai 5.387,99
Ha. Menurut RZWP3K, setelah melakukan survei terumbu karang menggunakan manta tow
dan transek garis beserta data sekunder diketahui potensi terumbu karang dapat dijumpai pada
kedalaman hingga 17,5 meter dibawah permukaan air pada saat surut. terdapat 70 jenis karang
dengan berbagai bentuk. Terumbu karang di pesisir Jawa Timur berada dalam kondisi buruk
sampai dengan baik/sangat baik dengan kisaran tutupan 17% - 94%, tetapi khusus di Kabupaten
Gresik kategori kondisi terumbu karang termasuk kedalam sedang-baik.

147
Namun ekosistem terumbu karang mengalami pembatasan pertumbuhan terumbu
karang karena air laut yang mengalami kekeruhan. Kekeruhan dapat mengganggu proses
fotosintesis Alga Zooxanthellae yang hidupnya bersimbiosis dengan hewan karang. Terjadinya
kekeruhan akibat pengaruh musim dan adanya sedimentasi dari muara sungai terdekat. Selain
itu, kegiatan masyarakat sekitar juga dapat menyebabkan kekeruhan, salah satunya pengalihan
fungsional lahan, dimana area yg ada di gresik hampir keseluruhan adalah kawasan industri.
Selain itu kerusakan terumbu karang juga disebabkan oleh aktivitas alat tangkap ikan yang
kurang tepat.
Perlu diperhatikan lagi kondisi keberlangsungan terumbu karang untuk menjaga
ekosistemnya. Melestarikan terumbu karang dapat dilakukan dengan rehabilitasi terumbu
karang, sama seperti mangrove. Selain itu, para nelayan juga diharapkan dapat memperhatikan
alat pancing yang digunakan agar tidak merusak ekosistem terumbu karang. Seperti yang kita
tau, fungsi terumbu karang selain memperindah laut namun juga menjadi tempat tinggal bagi
para fauna pesisir seperti ikan-ikan yang ada di laut.

Gambar 4.8.2 Gambar Kondisi Terumbu Karang

Sumber : Hasil Penulis,2022


1.4.8.3 Lamun

148
Lamun merupakan tumbuhan air yang berbunga (Spermatophyta) yang hidup dan
terendam di lingkungan laut, berpembuluh, berdaun, berimpang dan berakar. Hidup di
kedalaman 0,5 – 20 meter. Lamun memiliki akar rimpang, daun, bunga dan buah. Lamun
merupakan produktivitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber
makna penting bagi banyak organisme (Terrados, 2003). Selain memiliki peran sebagai
produsen utama, secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi habitat
Echinodermata. Echinodermata merupakan salah satu hewan yang sangat penting dalam
ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam rantai makanan yaitu
sebagai pemakan sampah organic dan hewan kecil lainnya.
Sehingga peranannya dalam suatu ekosistem adalah untuk merombak sisa-sisa bahan
organic yang tidak terpakai oleh spesies lain. Contoh spesies dari kelompok Echinodermata
adalah bulu babi dan teripang yang biasanya dicari oleh masyarakat karena memiliki nilai
ekonomi dan protein yang tinggi. Lamun berperan sebagai tempat sumber pakan (feeding
ground), tempat tinggal dan tempat asuhan Larva Echinodermata (nursery ground), serta
tempat pemijahan (spawning ground) melindunginya dari serangan predator. Sehingga secara
keseluruhan, lamun menyokong rantai makanan dan sangat penting dalam proses siklus nutrien
dan sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi maupuna abrasi (Romimohtarto dan Juwana,
1999).
Dibandingkan dengan mangrove dan terumbu karang, sebaran lamun di perairan pesisir
Jawa Timur memiliki proporsi paling sedikit. Hal tersebut salah satu alasan mengapa pada
wilayah perencanaan yaitu Kecamatan Panceng tidak ditemukan lamun karena melihat dari
kondisi perairan yang keruh sehingga lamun tidak bisa hidup di perairan yang keruh karena
sinar matahari sulit menembus ke dalam dan membuat lamun tidak bisa melakukan fotosintesis
dan berkembang biak.

Gambar 4.8.3 Padang Lamun

149
Sumber : google,2022

1.4.8.4 Fauna Pesisir

Fauna pesisir merupakan salah satu ekosistem yang penting bagi keberlangsungan
kehidupan pesisir. Seperti yang kita ketahui fauna yang berarti binatang atau hewan, maka dari
itu fauna pesisir merupakan hewan yang hidup di wilayah pesisir. Hewan pesisir banyak
macamnya. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gresik tahun 2010-
2030 wilayah pesisir memiliki fungsi utama sebagai habitat berbagai satwa terutama jenis
burung, baik yang bersifat endemic maupun imigran yang menjadikan hutan mangrove sebagai
tempat persinggahan. Selain flora mangrove, terdapat pula jenis fauna antara lain Burung
Reptil (Herpetofauna) dan mamalia, beberapa jenis burung yang ditemukan seperti Cave
Swiftlet (Collocalia Linchi), Kuntul Kecil (Little Egret), Blekok Sawah (Ardeola Speciosa) dan
beberapa jenis burung lainnya.

Tabel 4.8.4 Fauna Pesisir

Jenis Gambar

150
Cave Swiftlet (Collocalia Linchi)

Kuntul Kecil (Little Egret)

Blekok Sawah (Ardeola Speciosa)

Sumber : survei sekunder


1.4.5 Peta Wilayah Perencanaan
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini berada di Kabupaten Gresik. Kabupaten
Gresik terletak antara 112◦-113◦ Bujur Timur dan 7◦-8◦ Lintang Selatan di Pantai Utara
Jawa Timur dengan luas wilayah 1.191,25 km2 dan terdiri dari 18 Kecamatan serta 356
Desa/Kelurahan. Adapun wilayah Kabupaten Gresik yang dipilih menjadi wilayah
perencanaan adalah wilayah pesisir utara dari Kecamatan Panceng yaitu Kelurahan
Campurejo, Kelurahan Banyutengah, Kelurahan Dalegan dengan total luas wilayah
sebesar 1147,89 Ha.

151
Wilayah perencanaan memiliki batas utara, selatan, timur, dan barat antara lain
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Desa Ketanen dan Desa Pantenan
Sebelah Timur : Kecamatan Ujung Pangkah
Sebelah Barat : Kecamatan Paciran

Peta x. Delineasi Wilayah Perencanaan

Sumber : Analisis Penyusun, 2022

152
BAB II
DESKRIPSI POTENSI SUMBER DAYA LAUT DI PERAIRAN KSN DAN
KEGIATAN PEMANFAATAN

2.1 Kondisi Hidro-Oseanografi


Berupa Arus, Gelombang, Suhu Permukaan Laut, Klorofil, dan Salinitas

2.1.1 Arus
Pada wilayah perencanaan kami arus surut menuju pasang memiliki kecepatan rata-rata
berada pada angka 0,099 - 0,544 m/s. Sedangkan pada arus pasang menuju surut kecepatan
rata-rata berada pada angka 0,167 – 0,549 m/s.
2.1.2 Gelombang
Arah dan tinggi gelombang pada wilayah perencanaan kami cukup baik untuk menjaga
kestabilan suhu dari iklim, sebagai sarana pertukaran gas di laut, meningkatkan
keanekaragaman hayati, serta membantu proses pembentukan pantai.
2.1.3 Suhu Permukaan Laut
Suhu permukaan laut di perairan pesisir Kecamatan Panceng dengan rata-rata tertinggi
terjadi pada bulan November dengan suhu 30,73 ⁰ C dan untuk rata-rata suhu permukaan laut
terendah terjadi pada bulan Juli dengan suhu 29,03 ⁰ C.
2.1.4 Klorofil
Konsentrasi klorofil dalam suatu perairan dapat dijadikan suatu indikator untuk
menentukan tingkat kesuburan perairan. Kadar klorofil di perairan wilayah perencanaan
Kecamatan Panceng memiliki kategori klorofil sangat tinggi yaitu diatas 1,80. Dapat diartikan
perairan di wilayah perencanaan termasuk dalam tingkatan subur.
2.1.5 Salinitas
Rata-rata salinitas perairan di Indonesia bernilai antara 32-34 ppm. Di wilayah
perencanaan kami, nilai salinitas air laut berada pada kisaran 29-31 ppm. Hal tersebut dapat
berguna untuk membantu menentukan pola ruang dalam penyusunan tata ruang laut.
Penggunaan data tersebut antara lain untuk menentukan alokasi ruang bagi kegiatan pariwisata,
kegiatan pelabuhan, kegiatan pertambangan, kegiatan perikanan budidaya, kegiatan perikanan
tangkap demersal dan pelagis, kegiatan konservasi, kegiatan industri maritim, kegiatan alur
laut, serta reklamasi.

153
2.2 Sebaran Ekosistem Pesisir
Berupa Mangrove, Terumbu Karang, dan Padang Lamun

2.2.1 Mangrove
Mangrove pada wilayah perencanaan kami adalah memanjang di pesisir utara Jawa
Timur yang membentuk suatu jalur sabuk hijau, namun tersebar (patchy) di beberapa lokasi
tertentu. Mayoritas mangrove di pesisir Jawa Timur tergolong rapat dan memiliki potensi
mangrove yang baik dengan persentase kondisi baik mangrove sebesar 91%, Hal itu dapat
meningkatkan potensi konservasi mangrove yang ada di wilayah perencanaan

2.2.2 Terumbu Karang


Ekosistem terumbu karang di wilayah perencanaan memiliki luasan mencapai 5.387,99
Ha. Menurut RZWP3K, setelah melakukan survei terumbu karang menggunakan data sekunder
diketahui potensi terumbu karang dapat dijumpai pada kedalaman hingga 17,5 meter dibawah
permukaan air pada saat surut. terdapat 70 jenis karang dengan berbagai bentuk. Terumbu
karang di pesisir Jawa Timur berada dalam kondisi buruk sampai dengan baik/sangat baik
dengan kisaran tutupan 17% - 94%, tetapi khusus di Kabupaten Gresik kategori kondisi
terumbu karang termasuk kedalam sedang-baik.
2.2.3 Padang Lamun
Dibandingkan dengan mangrove dan terumbu karang, sebaran lamun di perairan pesisir
Jawa Timur memiliki proporsi paling sedikit. Hal tersebut salah satu alasan mengapa pada
wilayah perencanaan yaitu Kecamatan Panceng tidak ditemukan lamun karena melihat dari
kondisi perairan yang keruh sehingga lamun tidak bisa hidup di perairan yang keruh karena
sinar matahari sulit menembus ke dalam dan membuat lamun tidak bisa melakukan fotosintesis
dan berkembang biak.

2.3 Sumber Daya Ikan


Kecamatan Panceng memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Campurejo, yang
bermanfaat untuk membantu aktivItas nelayan yang ingin menjual ikan secara cepat dan
dengan harga yang baik serta untuk menampung hasil tangkapan ikan nelayan. TPI ini
berpotensi untuk mempermudah transaksi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

154
Kecamatan Panceng juga memiliki keragaman sumber daya ikan yang sangat tinggi,
dibuktikan dengan komoditas jenis ikan yang beragam dan juga produktivitas yang tinggi, baik
ikan demersal maupun pelagis. Contohnya, cumi-cumi dengan produksi 35.107 ton dalam
satu tahun dan ikan teri dengan produksi 25.115 ton dalam satu tahun.

2.4 Pemanfaatan Ruang Laut


Kecamatan Panceng termasuk dalam wilayah yang terdistribusi pipa kabel bawah laut
khususnya pipa kabel komunikasi bawah laut. Kabel tersebut merupakan jaringan telepon
seluler milik Telkom dan Indosat menuju Pulau Kalimantan (Banjarmasin) dengan Pulau Jawa
ditanam di bawah laut. Alur dari pipa kabel komunikasi bawah laut ini yaitu penarikan kabel
jaringan telepon seluler di bawah laut menuju Pulau Bawean dan selanjutnya menghubungkan
jaringan ke wilayah Pulau Kalimantan di Kota Banjarmasin. Selain itu, di perairan wilayah
perencanaan juga dilewati oleh 2 alur pelayaran. Yang pertama adalah alur nelayan dari PPI
Campurejo yang tergolong pada alur lintas kabupaten dan kota. Hal tersebut dikarenakan
nelayan setempat sering mencari ikan di luar wilayah Gresik seperti Madura dan Lamongan.
Selanjutnya adalah alur pelayaran dari industri PT Orella Shipyard yang merupakan industri
pembuatan dan perbaikan kapal besar yang berada di Kecamatan Ujung Pangkah.
Lokasi wilayah perencanaan juga dekat dengan Kecamatan Brondong yang terdapat
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yaitu PPN Brondong. Dalam hal ini PPN Brondong
memiliki Wilayah Kerja Pengoperasian Pelabuhan Perikanan (WKOPP) yang lokasinya diatur
dalam Keputusan Menteri No. 11 tahun 2009 Tentang WKOPP Pelabuhan Perikanan
Brondong. Namun sebaran zona Wilayah Kerja Pengoperasian Pelabuhan Perikanan (WKOPP)
PPN Brondong tidak sampai pada wilayah perencanaan yaitu Kecamatan Panceng.
Kecamatan Panceng memiliki potensi untuk dikembangkan perikanan budidaya. Hal
tersebut karena Kecamatan Panceng merupakan salah satu daerah penghasil ikan budidaya
terbesar di Jatim dan masuk zona minapolitan tangkap dan budidaya.

2.5 Kondisi Sosial, Ekonomi Kelautan, dan Budaya Maritim


2.5.1 Kondisi Sosial
Kesadaran masyarakat akan hidup selalu berdampingan terlihat pada wilayah
perencanaan yang dapat dilihat dari banyaknya komunitas sosial dalam melakukan kegiatan
sosial demi menjaga kerukunan antar masyarakat, dilihat dari minimnya kriminalitas dan

155
konflik antar masyarakat. Selain itu, semangat gotong royong berbagai aktivitas yang
dilaksanakan warga, seperti memproduksi produk olahan hasil tangkapan laut serta bahu-
membahu dalam menangkap hasil tangkapan laut.
2.5.2 Ekonomi Kelautan
Di wilayah Perencanaan terdapat Pusat kegiatan pengolahan ikan, yang dapat
dikembangkan sehingga berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Selain itu, di wilayah perencanaan juga terdapat UMKM yang menghasilkan beberapa produk
saja. Dengan bervariasinya komoditas bahan baku di wilayah perencanaan, masyarakat
berpeluang untuk mendirikan usaha kreatif yang dapat berdampak pada perekonomian di
wilayah setempat.

2.6 Kebencanaan
Potensi bencana dapat diprediksi berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan
kemungkinan atau potensi-potensi terjadinya bencana. Sejarah peristiwa bencana yang pernah
terjadi di Kabupaten Gresik membuat pemerintah setempat membuat bangunan pemecah
ombak (break water) untuk mengurangi kasus kerusakan akibat gelombang laut lagi.
Gambar 2.6.1 Pemecah Ombak pada Pantai Dalegan

Sumber : Survei Primer, 2022


Sedangkan menurut gambaran umum wilayah pada aspek kebencanaan, bencana yang
butuh perhatian lebih adalah bencana cuaca ekstrim yang menyebabkan angin dan gelombang
kacau. Hal itu juga ditunjang saat dilakukannya wawancara pada waktu survei primer, yang
mana menurut nelayan setempat, cuaca buruk yang melanda laut utara jawa sering menjadi
penghambat bagi nelayan setempat untuk mencari nafkah. Akibatnya, para nelayan harus
kehilangan penghasilan dan hanya bisa menggunakan uang simpanannya sembari menunggu
cuaca normal untuk berlaut kembali.

156
BAB III
ISU STRATEGIS PERENCANAAN RUANG KSN

3.1 Potensi Sumber Daya Pesisir


Kecamatan Panceng merupakan termasuk dalam zona minapolitan tangkap dan
budidaya. Hal tersebut juga didukung dengan jumlah lahan tambak yang luas yang saat ini
berada di Kecamatan Panceng dan terus bertambah berdasarkan trend perubahan lahan. Lahan
tambak tersebut berada di Desa Campurejo dan Desa Dalegan. Selain itu, dari segi ekonomi
produktivitas budidaya sangat potensial untuk dikembangkan dengan komoditas unggulan
berupa ikan kerapu.

3.2 Degradasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


Kerusakan terumbu karang serta konservasi yang sudah sangat sering terjadi
disebabkan oleh nelayan yang masih menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan seperti
jaring trawl dan peledak menyebabkan terumbu karang ikut mati dan kurang perawatannya
mangrove yang masih hidup di wilayah padahal substrat dasar di wilayah perencanaan adalah
lumpur yang memiliki zat-zat yang sangat cocok untuk ditanami mangrove. Oleh karena itu
perlu adanya kebijakan dan kesadaran masyarakat setempat untuk memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Sehingga menciptakan keseimbangan,
stabilitas dan produktivitas lingkungan yang berkelanjutan.

3.3 Pengembangan Perekonomian Berbasis UMKM Berdasarkan Potensi Lokal

Gambar 3.3.1 Data Produk UMKM Desa Campurejo, Kabupaten Gresik

157
Sumber : SIDesa Kabupaten Gresik

Berdasarkan hasil analisa bidang perekonomian, wilayah perencanaan memiliki


keunggulan komoditas perikanan yang cukup besar seperti udang, dorang putih, johor, kakap
putih, layur, udang ket, udang pangkat, cumi-cumi untuk perikanan tangkap dan ikan kerapu
serta udang untuk perikanan budidaya. Namun demikian berdasarkan kondisi eksisting
diketahui jumlah UMKM dan Industri Pengolahan di wilayah perencanaan masih kurang
terintegrasi dan jumlahnya yang masih tergolong sedikit. Hasil olahan perikanan hanya terdiri
dari beberapa jenis hasil olahan seperti kerupuk ikan, ikan asap, petis, namun berdasarkan hasil
pohon industri hasil olahan perikanan masih terdapat banyak peluang yang dapat
dikembangkan masyarakat untuk mengolah hasil perikanan. Hal ini didorong dengan adanya
kemajuan teknologi dan penduduk usia produktif yang ada di wilayah perencanaan serta dapat
mengatasi potensi pengangguran.

3.4 Optimalisasi pemanfaatan lahan dan pembangunan yang rendah risiko dengan
memperhatikan kondisi geologi dan kebencanaan
Wilayah perencanaan masih memiliki 45% lebih daerah yang bisa dimanfaatkan
menjadi kawasan budidaya. Namun, dari analisis kebencanaan didapatkan fakta bahwa terdapat
kerawanan cuaca ekstrim, banjir, dan abrasi yang tinggi.
Ditambah hasil dari kajian risiko bencana Kabupaten Gresik pada website inaRISK
yang menyebutkan bahwa kelas kapasitas masyarakat masih tergolong sedang dengan kelas
kesiapsiagaan rendah seperti tabel yang terlampir di bawah. Sehingga dalam pemanfaatannya
nanti, diperlukan suatu pendekatan agar lebih rendah risiko.
Tabel 3.4.1 Tingkat Risiko Bencana di Kabupaten Gresik

Sumber : Dokumen Kajian Risiko Bencana (KRB) Kab. Gresik Gresik 2016 – 2020

158
BAB IV
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERENCANAAN RUANG KSN

4.1 Visi
“Pengembangan kawasan minapolitan panceng berbasis potensi regional agar tercipta
pembangunan berkelanjutan”
4.2 Misi
1. Meningkatkan produktivitas sektor perikanan tangkap dan budidaya
2. Mengembangkan infrastruktur minapolitan yang terintegrasi
3. Menciptakan kawasan yang tanggap bencana melalui manajemen kebencanaan
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan komunitas agar tercipta SDM yang
berkualitas
5. Mengintegrasikan kawasan pemanfaatan ruang darat dengan perairan

4.3 Tujuan Perencanaan, Kebijakan, dan Strategi Yang Diformulasikan Berdasarkan Isu
Bernilai Penting dan Strategis Nasional
4.3.1 Tujuan Perencanaan
Pengelolaan wilayah pesisir dilakukan untuk memberikan arahan perwujudan alokasi
ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.
Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki fungsi sebagai berikut.
● Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi RZWP3K
● Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama RZWP3K
● Sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah pesisir.
Dalam merumuskan tujuan RZBWP3K Kecamatan Panceng, perlu mempertimbangkan
visi dan misi yang tertuang dari RZWP3K Provinsi Jawa Timur mengingat bahwa wilayah
perencanaan merupakan bagian wilayah dari Provinsi Jawa Timur.
4.3.2 Strategi Pengelolaan
Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan hasil dari
penjabaran kebijakan pengelolaan wilayah pesisir ke dalam langkah-langkah operasional
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil berfungsi sebagai dasar untuk penyusunan rencana alokasi ruang dan penetapan
kawasan strategis, pemberian arahan bagi penyusunan indikasi program utama dalam

159
RZWP3K, serta sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Strategi pengelolaan wilayah pesisir dirumuskan dengan mempertimbangkan beberapa
aspek yang meliputi kebijakan pengelolaan wilayah pesisir, kapasitas sumber daya wilayah
pesisir dalam melaksanakan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir, serta ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan hasil analisis, visi misi, serta kebijakan,
dilakukan perumusan strategi sebagai berikut.
Tabel x. Strategi Pengelolaan

No. Kebijakan Strategi

1 Mendorong peningkatan sektor perikanan Memaksimalkan hasil perikanan


tangkap tangkap untuk mendukung
pengembangan industri pengolahan
ikan

2 Mendorong peningkatan sektor perikanan Pengembangan budidaya tambak dan


budidaya dengan pengembangan budidaya keramba
tambak dan keramba
Memaksimalkan hasil perikanan
budidaya untuk mendukung
pengembangan industri pengolahan
ikan

3 Mengembangkan SIKM penunjang Mengembangkan sektor UMKM guna


minapolitan maritim dan perikanan menarik para investor

4 Meningkatkan kelengkapan fasilitas PPI Melengkapi fasilitas PPI sesuai


standar teknis yang berlaku

5 Meningkatkan ketersediaan prasarana Membangun infrastruktur jalan untuk


pendukung meningkatkan aksesibilitas dan
mobilitas dari dan/atau menuju ke
wilayah perencanaan

160
Memenuhi kebutuhan infrastruktur
listrik, air, dan persampahan untuk
meningkatkan produktivitas kegiatan
ekonomi.

6 Menyediakan infrastruktur minapolitan Membangun pasar, balai benih ikan,


yang terintegrasi untuk mendorong lembaga keuangan, dan kelompok
peningkatan ekonomi budidaya untuk mendukung kegiatan
minapolitan

7 Meningkatkan efektivitas pencegahan dan Mengidentifikasi dan memperbaharui


mitigasi bencana data risiko bencana secara berkala

Melakukan pemetaan kawasan rawan


bencana dan jalur evakuasi

Mengembangkan instrumen sistem


peringatan dini bencana (Early
Warning System)

Mengembangkan teknologi tanggap


bencana guna mendukung aktivitas
kawasan minapolitan

Mengoptimalkan fungsi bangunan


pemecah gelombang (water breaker)
untuk meminimalisir risiko bencana
gelombang ekstrim

8 Meningkatkan kesiapsiagaan dan Meningkatkan pencerdasan


penanganan darurat bencana masyarakat secara luas terkait potensi
bencana dan upaya tanggap bencana

Menjalin partisipasi masyarakat yang


diakomodir dalam kelembagaan di

161
tingkat desa/kelurahan guna
menyiapkan aksi kesiapsiagaan secara
terstruktur

Menyiapkan instrumen tanggap


darurat bencana beserta unsur-unsur
pendukungnya

9 Memberdayakan sumber daya manusia Memaksimalkan sumber daya


untuk mendukung pengembangan manusia untuk mendukung
kawasan minapolitan pengembangan kawasan Minapolitan
di wilayah perencanaan

Memberdayakan sumber daya


manusia untuk pengembangan sektor
pariwisata

Memaksimalkan potensi sumber daya


manusia dengan pemberdayaan
khususnya di bidang perikanan dan
lingkungan

10 Mengoptimalkan peran komunitas sosial Mengoptimalkan peran komunitas


untuk mencegah konflik sosial (nelayan) untuk meminimalisir
konflik antar nelayan

11 Reformasi kebijakan menuju ke arah Memperketat/menegaskan


pembangunan yang berkelanjutan implementasi regulasi terkait
penggunaan alat tangkap yang ramah
lingkungan

12 Pengembangan kawasan pertanian Peningkatan dan perbaikan


subsektor tanaman pangan infrastruktur penunjang area pertanian
subsektor tanaman pangan

162
Mempertahankan area pertanian untuk
menghindari konversi lahan secara
besar-besaran

13 Pengembangan kawasan permukiman Peningkatan dan perbaikan


infrastruktur penunjang kawasan
permukiman

Menyediakan dan meningkatkan


kualitas permukiman nelayan

Sumber : Hasil Analisis, 2022

163
BAB V
LAMPIRAN

5.1 Peta Dasar

5.2 Peta Tematik


1) Sebaran Klorofil

2) Sebaran Suhu Permukaan Laut

3) Arus

4) Gelombang

5) Kualitas Air

6) Ekosistem Pesisir

7) Daerah Penangkapan Ikan

8) Substrat Dasar Laut

9) Pemanfaatan Ruang Laut Yang Telah Ada

10) Neraca Sumber Daya Perairan Pesisir

11) Sistem Logistik Kelautan

12) Nilai Penting dan Strategis Nasional

164

Anda mungkin juga menyukai