DOSEN PEMBIMBING
Putu Gde Ariastita, ST., MT.
Rivan Aji Wahyu Dyan Safitri, S.PWK., M.Ars.
DISUSUN OLEH:
Zahirah Nabilah (08211940000081)
Humairo Karimatus (08211940000082)
Arya Nurcahyo N (08211940000088)
Satya Raja Sitompul (08211940000089)
Jefriansyah Bayu K (08211940000093)
Bahtiar Rahmaan I (08211940000094)
Arsyadyta Shidqa (08211940000104)
Gabriella S N Erari (08211940007002)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan hidayah Nya penulis
dapat menyelesaikan “Laporan Awal Kawasan Minapolitan Panceng, Gresik” dengan baik
dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis telah mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak dalam proses penyusunan laporan ini hingga laporan ini terselesaikan. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan ini, diantaranya:
1. Bapak Putu Gde Ariastita, S.T., M.T. dan Bapak Rivan Aji Wahyu Dyan Safitri,
S.PWK., M.Ars. selaku dosen pembimbing kelompok kami serta Dosen Mata Kuliah Praktik
Perencanaan Pesisir Kelas C yang telah membimbing penulis hingga laporan ini selesai.
2. Pihak-pihak terkait yang telah membantu menyediakan data untuk menyelesaikan
laporan ini
Kami selaku penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk dijadikan
bahan pembelajaran kedepan. Demikian makalah ini kami buat untuk keperluan tugas dan
semoga bisa memberi manfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 2
1.3 Dasar Hukum 2
1.4 Profil Wilayah KSN 4
1.4.1 Aspek Pemanfaatan Ruang 4
1.4.2 Aspek Oseanografi 7
1.4.3 Aspek Geologi dan Geomorfologi Lingkungan 39
1.4.4 Aspek Sosial Demografi 53
1.4.5 Aspek Ekonomi 66
1.4.6 Aspek Kebencanaan 114
1.4.7 Aspek Sumber Daya Ikan 133
1.4.8 Aspek Ekosistem 142
BAB II
DESKRIPSI POTENSI SUMBER DAYA LAUT DI PERAIRAN KSN DAN KEGIATAN
PEMANFAATAN 153
2.1 Kondisi Hidro-Oseanografi 153
2.2 Sebaran Ekosistem Pesisir 154
2.3 Sumber Daya Ikan 154
2.4 Pemanfaatan Ruang Laut 155
2.5 Kondisi Sosial, Ekonomi Kelautan, dan Budaya Maritim 155
2.6 Kebencanaan 156
BAB III
ISU STRATEGIS PERENCANAAN RUANG KSN 157
3.1 Potensi Sumber Daya Pesisir 157
3.2 Degradasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 157
3.3 Pengembangan Perekonomian Berbasis UMKM Berdasarkan Potensi Lokal 157
3.4 Optimalisasi pemanfaatan lahan dan pembangunan yang rendah risiko dengan
memperhatikan kondisi geologi dan kebencanaan 158
BAB IV
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERENCANAAN RUANG KSN 159
4.1 Visi 159
ii
4.2 Misi 159
4.3 Tujuan Perencanaan, Kebijakan, dan Strategi Yang Diformulasikan Berdasarkan Isu
Bernilai Penting dan Strategis Nasional 159
4.3.1 Tujuan Perencanaan 159
4.3.2 Strategi Pengelolaan 159
BAB V
LAMPIRAN 164
5.1 Peta Dasar 164
5.2 Peta Tematik 164
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir adalah wilayah daratan dan wilayah laut yang bertemu di garis pantai
di mana wilayah daratan mencakup daerah yang tergenang atau tidak tergenang air yang
dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi air laut.
Sedangkan wilayah laut mencakup perairan yang dipengaruhi oleh proses-proses alami
daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar ke laut serta perairan yang dipengaruhi oleh
kegiatan manusia di darat (Bengen, 2000:3). Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 1 tahun
2014, wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Dengan begitu wilayah pesisir juga perlu
dikelola dikarenakan merupakan pusat kegiatan masyarakat dengan keunggulan yang berbeda
secara fisik dan geografis. Dalam pengelolaan wilayah pesisir dibutuhkan penataan berupa
kebijakan dari pemerintah agar setiap aspek saling terintegrasi.
Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut kurang lebih 3.257.357
km²,yang memiliki banyak potensi dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan bersama. Kawasan pesisir merupakan wilayah lautan yang berbatasan dengan
daratan yang memiliki karakteristik unik. Dengan adanya kawasan daratan yang memiliki
pengaruh besar dari manusia bertemu dengan kawasan laut yang menjadi tempat terdapatnya
sumber daya sangat beragam. Sebagai negara kepulauan, wilayah pesisir Indonesia Memiliki
nilai strategis dengan berbagai keunggulan komparatif dan kompetitif sehingga berpotensi
menjadi penggerak utama dalam pengembangan wilayah. Adanya berbagai aktivitas,
peristiwa, dan kehidupan yang terjadi di wilayah pesisir membuat wilayah ini memiliki
karakteristik tersendiri yang memerlukan adanya penanganan khusus dalam mengatur
pengelolaan aktivitas baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
Gresik merupakan salah satu daerah penghasil budidaya ikan terbesar di Jawa Timur.
Wilayah dengan budidaya ikan di Kabupaten Gresik terletak di Gresik Utara, tepatnya di
Kecamatan Panceng yang termasuk dalam zona minapolitan perikanan tangkap dan zona
budidaya. Kecamatan Panceng memiliki potensi besar dalam pertambangan, perikanan, dan
konservasi yang dapat mewujudkan wilayah tersebut menjadi wilayah pembangunan
ekonomi berbasis kelautan menurut tinjauan dari dokumen RTRW Jawa Timur 2011-2031,
1
RZWP3K Jawa Timur 2017-2037, dan RDTR Kabupaten Gresik Utara. Hal tersebut
didukung pula dengan adanya rencana pemanfaatan ruang pesisir untuk pembangunan
pelabuhan pendaratan ikan sekaligus arahan konservasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
rencana lebih lanjut untuk mendukung potensi wilayah perencanaan melalui penyusunan
RZWP3K Kecamatan Panceng 2021-2041.
2
1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Laut
2. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
4. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
5. Perda Provinsi Jawa Timur No. 1 Tahun 2018 Tentang Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi Jawa Timur Tahun 2018-2038
6. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2019 Tentang Rencana Tata Ruang Laut
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kepelabuhan
Perikanan
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2018 tentang Kawasan
Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi
Sumber Daya Ikan
3
1.4 Profil Wilayah KSN
1.4.1 Aspek Pemanfaatan Ruang
4
5 Sawah 213.75 18,49
3 Bagan Laut
5
4 Kabel Telekomunikasi Bawah Laut
6
Selain itu juga terdapat TPI yaitu TPI Campurejo. Perairan Kecamatan Panceng sendiri
didominasi oleh wilayah kerja migas dan area penangkapan ikan tradisional (fishing ground
tradisional). Di area fishing ground tradisional juga terdapat bagan laut. Bagan laut
merupakan alat tangkap ikan yang menggunakan cahaya sebagai alat untuk menarik dan
mengumpulkan ikan di daerah tangkapan. Selain itu di Kecamatan Panceng juga terdapat
objek wisata yaitu Pantai Dalegan yang merupakan Daya Tarik Wisata Provinsi (DTWP)
Provinsi Jawa Timur. Namun, Kecamatan Panceng termasuk dalam pengembangan kawasan
pertahanan dan keamanan Provinsi Jawa Timur Dibuktikan dengan adanya daerah ranjau
milik TNI Angkatan Laut. Selain itu di sekitar PPI Campurejo terdapat lokasi untuk tradisi
petik laut dari nelayan setempat yang dilakukan setiap tahun.
Lokasi wilayah perencanaan juga dekat dengan Kecamatan Brondong yang terdapat
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yaitu PPN Brondong. Dalam hal ini PPN Brondong
memiliki Wilayah Kerja Pengoperasian Pelabuhan Perikanan (WKOPP) yang lokasinya
diatur dalam Keputusan Menteri No. 11 tahun 2009 Tentang WKOPP Pelabuhan Perikanan
Brondong. Namun sebaran zona Wilayah Kerja Pengoperasian Pelabuhan Perikanan
(WKOPP) PPN Brondong tidak sampai pada wilayah perencanaan yaitu Kecamatan Panceng.
7
Sumber: RZWP3-K Provinsi Jawa Timur
Diketahui dari data RZWP3K Provinsi Jawa Timur bila ditinjau dari kedalamannya,
perairan utara Laut Jawa memiliki kedalaman antara 5 hingga 40 meter dan maksimal
kedalaman 46 m. Kedalaman atau batimetri laut di perairan wilayah perencanaan kami sejauh
4 mil, kedalaman laut berkisar antara 5 meter – 30 meter. Dapat dilihat dari peta, batimetri
laut semakin dalam ditandai dengan warna biru tua.
8
Menurut Wahyudi (2010), pola musim berlangsung di suatu perairan dipengaruhi oleh pola
arus dan perubahan pola arah angin. Arus permukaan di Indonesia akan selalu berubah setiap
setengah tahun akibat adanya arah angin di setiap musimnya terutama angin muson. Terdapat
empat musim yang mempengaruhi kegiatan penangkapan yaitu musim barat terjadi bulan
Desember - Februari, Musim Peralihan Awal/I terjadi bulan Maret - Mei, Musim Peralihan
Akhir/II terjadi bulan September - November, dan Musim Timur terjadi bulan Juni-Agustus.
Berikut karakteristik arus pasang surut laut berdasarkan kedalaman dan kecepatan arus di
perairan wilayah perencanaan Kecamatan Panceng.
Tabel 1.4.2.2.1. Karakteristik Arus Pasang Surut Berdasarkan Kedalaman dan Kecepatan
Arus
Berdasarkan tabel data diatas, pada arus surut menuju pasang kecepatan rata-rata
9
berada pada angka 0,099 - 0,544 m/s. Sedangkan pada arus pasang menuju surut kecepatan
rata-rata berada pada angka 0,167 – 0,549 m/s.
Tabel 1.4.2.2.2. Peta Arus Surut Menuju Pasang
Arus Peta
Musim Barat
10
Musim Peralihan I
Musim Timur
11
Musim Peralihan II
Arus Peta
12
Musim Barat
Musim Peralihan I
13
Musim Timur
Musim Peralihan II
14
proses pembentukan pantai. Berikut peta gelombang pada musim tertentu pada perairan
wilayah perencanaan Kecamatan Panceng.
Tabel 1.4.2.3.1. Peta Model Gelombang
Gelombang Peta
Musim Barat
15
Musim Peralihan I
Musim Timur
16
Musim Peralihan II
17
1 Januari 29,08 31,03 30,05
Bulan Peta
18
Januari
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).
Februari
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).
19
Maret
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).
April
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).
20
Mei
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).
Juni
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).
21
Juli
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).
Agustus
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).
22
September
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).
Oktober
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).
23
November
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).
Desember
Keterangan : Warna suhu
menuju Merah menandakan
suhu tersebut tinggi (panas).
Warna menuju Hijau
menandakan suhu tersebut
rendah (dingin).
1.4.2.5 Klorofil
Konsentrasi klorofil-a dalam suatu perairan dapat dijadikan suatu indikator untuk
menentukan tingkat kesuburan perairan (Purwadhi, 2001). Klorofil-a pada fitoplankton
24
merupakan parameter yang sangat penting dalam menentukan produktivitas primer di laut.
Menurut Septiawan 2006, nilai kadar klorofil-a dikategorikan sebagai berikut : Rendah : 0,01
–0,50, Sedang : 0,50 – 1,00, Tinggi : 1,01 – 1,50, dan Sangat tinggi : 1,50 – 1,80.
Kadar klorofil perairan wilayah perencanaan Kecamatan Panceng didasarkan pada
analisis dan interpretasi Citra Satelit Aqua Modis NASA tahun 2020. Data citra satelit
selanjutnya diolah dengan Aplikasi Seadas serta Arcgis 10.3 untuk mendapatkan kadar
klorofil yang spesifik. Secara garis besar konsep analisis sama dengan analisis untuk suhu
permukaan laut.
Tabel 1.4.2.5.1. Kondisi Kadar Klorofil di Pesisir Kecamatan Panceng
25
5,709 mg/m3. Klorofil pada bulan Juni
termasuk kategori sangat Tinggi.
26
klorofil masing-masing 10,01 mg/m³dan 11,04 mg/m³. Sedangkan rata-rata kadar klorofil
yang rendah terjadi pada bulan Januari dengan nilai kadar klorofil sebesar 1,637 mg/m³.
Tabel 1.4.2.6.1. Peta Kadar Klorofil
Bulan Peta
Januari
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.
27
Februari
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.
Maret
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.
28
April
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.
Mei
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.
29
Juni
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.
Juli
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.
30
Agustus
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.
September
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.
31
Oktober
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.
November
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.
32
Desember
Keterangan : Warna suhu
menuju Hijau menandakan
Kadar Klorofil tersebut tinggi.
Warna menuju Putih
menandakan Kadar Klorofil
tersebut rendah.
33
Sumber: RZWP3-K Provinsi Jawa Timur
1.4.2.7 Salinitas
Salinitas merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi tekanan osmotik pada
ikan sehingga variasi salinitas akan mempengaruhi distribusi dan kelimpahan ikan. Salinitas
atau kadar garam ialah banyaknya garam- garaman (dalam gram) yang terdapat dalam 1 Kg
(1000 gr) air laut, yang dinyatakan dengan ‰ atau perseribu. Tinggi rendahnya kadar garam
(salinitas) sangat tergantung kepada faktor faktor berikut:
a) Penguapan, semakin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air
lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
b) Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas laut
34
itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas
akan tinggi.
c) Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, semakin banyak sungai yang
bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya
semakin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
Informasi spasial sebaran salinitas di laut untuk membantu menentukan pola ruang
dalam penyusunan tata ruang laut. Penggunaan data tersebut antara lain untuk menentukan
alokasi ruang bagi kegiatan pariwisata, kegiatan pelabuhan, kegiatan pertambangan, kegiatan
perikanan budidaya, kegiatan perikanan tangkap demersal dan pelagis, kegiatan konservasi,
kegiatan industri maritim, kegiatan alur laut, serta reklamasi.
Rata-rata salinitas perairan di Indonesia bernilai antara 32-34 ppm (Dahuri, 1996). Di
wilayah perencanaan kami, nilai salinitas air laut berada pada kisaran 29-31 ppm.
Peta 1.4.2.7.1. Salinitas Wilayah Perencanaan
35
Sumber: RZWP3-K Provinsi Jawa Timur
1.4.2.8 Kecerahan
Kecerahan adalah parameter oseanografi fisika yang berhubungan dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan perairan mengindikasikan kemampuan
cahaya matahari untuk menyinari perairan. Hal ini berhubungan dengan kekeruhan yang juga
mempengaruhi ikan dan biota laut lainnya. Nilai kecerahan dapat dijadikan parameter untuk
mengukur kedalaman suatu perairan dan penilaian indikator kandungan oksigen, bahan
organik dan anorganik.
Kecerahan juga merupakan sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air yang
dinyatakan dengan % dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat
cahaya melalui lapisan 1 meter jauh agak lurus pada permukaan air. Kecerahan yang tinggi
36
menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan, dan sebaliknya.
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu
ekosistem perairan.
Nilai kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan lumpur, kandungan
plankton, dan zat-zat terlarut lainnya (Birowo et al dalam Mintane 1998). Kecerahan air laut
ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran
sungai. Nilai kecerahan (berkorelasi dengan indeks kekeruhan air) dapat dijadikan parameter
untuk mengukur kedalaman air, indikator kandungan oksigen, bahan organic dan anorganik,
dan kandungan klorofil dalam air (Subandono, 2018).
Kecerahan perairan pada perairan wilayah perencanaan Kecamatan Panceng berkisar
antara 1 –2 meter. Angka kecerahan tersebut termasuk kecil karena disebabkan oleh banyak
faktor antara lain kandungan substrat pada perairan yang berupa lumpur dan pasir berlumpur
sehingga cahaya matahari lebih sulit menembus air daripada substrat lainnya.
Peta 1.4.2.8.1. Kecerahan Wilayah Perencanaan
37
Sumber: RZWP3-K Provinsi Jawa Timur
1.4.2.9 Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) merupakan jumlah oksigen terlarut
dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer/ udara. Kandungan oksigen
terlarut berguna dalam menentukan pemanfaatannya dan sebagai parameter untuk
mengetahui kualitas air dalam perairan. Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen) maka
kualitas air semakin baik.
Kadar oksigen terlarut (DO) perairan di wilayah perencanaan 10 mg/liter. Dimana
diketahui bahwa kadar oksigen terlarut (DO) di perairan Kabupaten Gresik berkisar antara 10
–11 mg/L. Ditinjau dari kandungan oksigen terlarutnya, perairan wilayah perencanaan
memiliki daya dukung yang cukup bagi organisme perairan. Kandungan oksigen terlarut
38
berada diatas standar minimal oksigen terlarut yang harus dimiliki oleh perairan untuk
mendukung kehidupan organisme perairan secara normal, yakni sebesar 5 mg/L.
Peta 1.4.2.9.1. Dissolved Oxygen Wilayah Perencanaan
39
kemampuan lahan. Pada wilayah perencanaan terdiri Morfologi Dataran Landai, Dataran
Bergelombang, Perbukitan Landai, dan Perbukitan Bergelombang.
Untuk mengetahui luasan morfologi pada wilayah perencanaan, berikut luasan
morfologi pada wilayah perencanaan:
Perbukitan Landai 28
Perbukitan Berglombang 13
Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019
40
Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019
Dari hasil analisis peta dan tabel luasan di atas wilayah perencanaan didominasi oleh
morfologi Dataran Bergelombang, lalu diikuti oleh Dataran Landai, Perbukitan Landai, dan
Perbukitan Bergelombang. Morfologi di wilayah perencanaan sangat cocok digunakan
untuk fungsi kawasan budidaya mengingat wilayah perencanaan memiliki morfologi
dataran yang cukup banyak.
41
diketahui kegunaan tepat pada suatu tanah. Selain itu, jenis tanah juga digunakan sebagai
salah satu indikator untuk menganalisa kemampuan lahan. Pada wilayah perencanaan
memiliki jenis tanah berupa Aluvial Kelabu Tua dan Grumusol Kelabu Tua. Berikut peta
persebaran jenis tanah pada wilayah perencanaan.
Peta tanah adalah sebuah peta yang menggambarkan variasi dan persebaran berbagai
jenis tanah atau sifat-sifat tanah (seperti pH, tekstur, kadar organik, kedalaman, dan
sebagainya) di suatu area. Jenis Tanah menentukan tipe tanah yang memiliki fungsi tertentu
pada jenisnya, jenis tanah digunakan untuk menganalisis fungsi spesifik pada suatu tanah
sehingga dapat diketahui kegunaan tepat pada suatu tanah. Selain itu, jenis tanah juga
digunakan sebagai salah satu indikator untuk menganalisa kemampuan lahan. Menurut Data
RZWP3K Provinsi Jawa Timur, sebagian besar tanah di wilayah pesisir Kabupaten Gresik
terdiri dari jenis Aluvial, Grumusol, Mediteran Merah dan Litosol dengan rata-rata tingkat
kedalaman lebih dari 90 cm. Berikut ini adalah Luas BWP Panceng berdasarkan jenis tanah.
Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019
42
Peta 1.4.3.2.1. Jenis Tanah BWP Panceng
Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019
Dari hasil analisis peta dan tabel luas jenis tanah, jenis tanah yang ada di wilayah
perencanaan didominasi oleh aluvial kelabu tua. Tanah Aluvial merupakan tanah endapan,
dibentuk dari lumpur dan pasir halus yang mengalami erosi. Banyak terdapat di dataran
rendah, di sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun di kanan kiri aliran
sungai besar. Tanah ini banyak mengandung pasir dan liat, tidak banyak mengandung unsur-
43
unsur zat hara. Ciri-cirinya berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas dan
peka terhadap erosi. Kadar kesuburannya sedang hingga tinggi tergantung bagian induk dan
iklim. Di Indonesia tanah alluvial ini merupakan tanah yang baik dan dimanfaatkan untuk
tanaman pangan (sawah dan palawija) musiman hingga tahunan.
1.4.3.3 Geologi
Kondisi Geologi pada wilayah perencanaan dapat digunakan untuk menganalisa
kemampuan lahan. Berikut ini luasan geologi pada wilayah perencanaan:
Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019
44
Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019
Dari hasil analisis peta tabel luasan geologi, pada wilayah perencanaan terdapat 3 jenis
geologi antara lain Aluvium (Holocene), Miocen Sdimentary, dan Pliocene Sedimentary.
Namun pada wilayah perencanaan didominasi oleh Jenis Geologi APliocene Sedimentary.
1.4.3.4 Kelerengan
Kelerengan merupakan perbandingan antara beda tinggi (jarak vertikal) suatu lahan
dengan jarak mendatarnya. Besar kemiringan lereng dapat dinyatakan dengan beberapa
satuan, diantaranya adalah dengan % (persen) dan o (derajat). Informasi spasial kelerengan
mendeskripsikan kondisi permukaan lahan, seperti datar, landai, atau kemiringannya curam.
45
Untuk mengetahui kondisi kelerengan pada wilayah perencanaan berikut ini luas
berdasarkan jenis kelerengan wilayah perencanaan:
Tabel 1.4.3.4.1. Luas BWP Panceng Berdasarkan Kelerengan
0 - 2% 462
2 - 5% 704
5 - 15% 28
15 - 40% 13
Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019
46
Sumber : RTRW Gresik 2011 – 2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019
Berdasarkan peta dan tabel luasan diatas dapat disimpulkan wilayah perencanaan
didominasi oleh kelerengan 2-15% kemudian diikuti oleh kelerengan 0-2%, 5-15%, dan 15-
40%. Sehingga pada wilayah perencanaan cenderung memiliki dataran yang datar yang
cocok digunakan untuk kawasan lindung ataupun budidaya.
1.4.3.5 Topografi
Topografi merupakan peta yang menggambarkan relief dan ketinggian suatu
permukaan bumi yang dinotasikan ke dalam bentuk garis kontur/simbol lainnya. Pada
wilayah perencanaan memiliki topografi yang beragam untuk mengetahui topografi wilayah
47
perencanaan berikut ini tabel luasan topografi di wilayah perencanaan:
Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019
48
Sumber : RTRW Gresik 2011-2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019
Berdasarkan hasil analisis peta dan luasan topografi, dapat disimpulkan pada wilayah
perencanaan didominasi oleh kelas topografi (0-100 meter), kemudian diikuti dengan kelas
topografi (100-500 meter), sehingga dapat disimpulkan wilayah perencanaan memiliki
ketinggian yang didominasi ketinggian yang cukup datar.
49
Sumber : RTRW Gresik 2011 – 2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019
1.4.3.7 Hidrologi
Hidrologi merupakan cabang geografi yang mempelajari pergerakan, distribusi dan
kualitas air di seluruh bumi. Hidrologi juga merupakan ilmu yang mempelajari siklus air
atau siklus hidrologi dan sumber daya air yang ditujukan untuk kesejahteraan manusia.
Kondisi hidrologi di wilayah studi diidentifikasi dengan keberadaan air permukaan yang
berupa sungai yang bersentuhan langsung dengan wilayah studi. Berdasarkan RTRW
Provinsi Jawa Timur 2011-2031, siklus hidrologi di Provinsi Jawa Timur didukung oleh
keberadaan air permukaan yaitu wilayah sungai, mata air, serta air tanah. Untuk kondisi
hidrologi pada wilayah perencanaan mayoritas didominasi oleh air permukaan dan sebagian
50
mengalir melalui sungai-sungai. Pembagian WS di wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi
tujuh WS yaitu WS Bengawan Solo, WS Brantas, WS Welang – Rejoso, WS Pekalen –
Sampean, WS Baru – Bajulmati, WS Bondoyudo – Bedadung, dan WS Kepulauan Madura.
Zona pemanfaatan DAS dilakukan dengan membagi tipologi DAS berdasarkan
tipologinya. Sungai Lintas Kabupaten yang ada di Kabupaten Gresik adalah K. Surabaya
(Orde 1) dan K. Tengah (Orde 2) (Surabaya, Gresik) yang merupakan bagian dari DAS
Brantas. Selain itu juga terdapat K. Lamong (Orde 1) dengan wilayah pelayanan Gresik dan
Lamongan yang merupakan bagian dari DAS Bengawan Solo. Wilayah sungai lokal/dalam
Kabupaten Gresik pada DAS Bengawan Solo dengan orde 1 sebanyak 3 sungai, orde 2
sebanyak 4 sungai, dan orde 3 sebanyak 2 sungai.
51
Sumber : RTRW Gresik 2011 – 2031 dan Revisi RDTR Gresik Utara 2019
Berdasarkan peta di atas, dapat disimpulkan bahwa pada wilayah perencanaan substrat
dasar laut didominasi oleh lumpur.
1.4.3.9 Deposit Air Laut
Deposit adalah akumulasi alami mineral, atau batuan yang dibawa oleh media air,
gletser, atau angin. Sedangkan Deposit Pasir Laut adalah akumulasi alami mineral berupa
pasir yang terdapat pada dasar laut. Deposit pasir laut dapat mengindikasikan adanya potensi
material, dimana pasir laut dapat dimanfaatkan dalam berbagai pemanfaatan seperti
penentuan kawasan pertambangan pasir laut, indikator penentuan ekosistem, indikator
penentuan zona perikanan, dll. Berdasarkan RZWP3K Jawa Timur, deposit pasir laut di
52
perairan Provinsi Jawa Timur terdiri dari pasir besi, serta pasir kerikil. Namun, pada wilayah
perencanaan tidak terdapat Deposit Pasir Laut.
Data kependudukan yang diidentifikasi pada laporan fakta analisa ini meliputi kondisi
struktur penduduk yakni jumlah dan pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, komposisi
penduduk (berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan agama) dan
kondisi sosial budaya masyarakat yang termasuk dalam wilayah perencanaan. Sumber data
yang digunakan berasal data Kecamatan Panceng Dalam Angka. Selain sumber data sekunder
tersebut, sumber data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan masyarakat pada
wilayah perencanaan.
53
perkembangan penduduk. Oleh karena itu, prediksi jumlah penduduk sangat dibutuhkan
sebagai bahan pertimbangan bagi penyusun rencana atau kebijakan dalam hal pengembangan
kota atau wilayah tersebut.
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu
pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan
penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah dimasa yang
akan datang. Dengan demikian akan diketahui pula kebutuhan dasar, sosial dan ekonomi yang
dibutuhkan oleh penduduk pada wilayah perencanaan.
Jumlah penduduk di wilayah perencanaan bergerak naik turun selama 5 tahun (2016-
2020). Total jumlah penduduk tahun 2020 yang ada sebanyak 22.274 jiwa. Desa dengan
jumlah penduduk tertinggi adalah Desa Campurejo dengan jumlah penduduk sebanyak
12.422 jiwa dan desa dengan jumlah penduduk terendah adalah Desa Banyutengah dengan
sebanyak 3.180 jiwa. Penjelasan mendetail mengenai data pertumbuhan jumlah penduduk
dapat dilihat di tabel sebagai berikut.
54
Gambar. Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Perencanaan
Sumber: Analisis Penduduk, 2022
Berdasarkan tabel mengenai jumlah pertumbuhan penduduk pada tahun 2016-2020
diperoleh data bahwa laju pertumbuhan penduduk bergerak cukup stabil dan sedikit
fluktuatif. Data dari tahun 2016-2017 mengalami penurunan jumlah penduduk. Pada tahun
2018, jumlah penduduk wilayah perencanaan mengalami kenaikan dan pada tahun 2019-
2020 mengalami penurunan kembali.
55
Tabel. 1.4.4.1.2.1 Kepadatan Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun 2020
Berdasarkan data mengenai jumlah penduduk pada wilayah perencanaan pada tahun
2016-2020 mengalami pergerakan cukup stabil sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah
penduduk yang mengalami naik turun, tidak mempengaruhi perubahan tingkat kepadatan
penduduk yang signifikan. Berikut penjabaran mengenai kepadatan penduduk pada wilayah
perencanaan tahun 2016-2020.
Tabel. 1.4.4.1.2.2 Kepadatan Penduduk per Km2 pada Wilayah Perencanaan 2016-2020
56
Gambar. 1.4.4.1.2.3 Grafik Kepadatan Penduduk Pada Tahun 2016-2020
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2017-2021
1.4.4.1.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Migrasi Keluar Masuk dan Kelahiran
Kematian
57
Tabel. 1.4.4.1.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelahiran Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2016-2020
L P L P L P L P L P
Campurejo 10 10 25 27 25 27 25 27 35 25 236
Banyutengah 4 1 9 12 9 12 9 12 11 17 96
Dalegan 5 0 5 0 5 0 5 - 15 28 63
L P L P L P L P L P
Campurejo 7 12 7 12 7 12 7 12 12 16 104
Banyutengah 2 6 2 6 2 6 2 6 7 9 48
Dalegan 4 3 4 3 4 3 4 3 14 10 52
Migrasi juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan
penduduk. Ada dua macam migrasi yaitu migrasi masuk dan migrasi keluar. Migrasi masuk
mengakibatkan terjadinya peningkatan laju pertumbuhan penduduk sedangkan migrasi
keluar mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan penduduk. Adapun penjabaran
58
mengenai komposisi penduduk berdasarkan migrasi (penduduk datang dan pindah) adalah
sebagai berikut.
Tabel. 1.4.4.1.3.3 Jumlah Penduduk Datang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016-
2020
L P L P L P L P L P
Banyutengah 8 3 18 15 26 18 18 15 18 15 154
Dalegan 4 6 35 21 31 21 35 21 35 21 230
L P L P L P L P L P
Campurejo 6 4 73 59 92 75 73 59 73 59 573
Banyutengah 3 5 13 10 22 18 13 10 13 10 117
Dalegan 2 0 39 32 36 30 39 32 39 32 281
59
Gambar. 1.4.4.1.3.5 Komposisi Penduduk, Lahir, Meninggal, Datang dan Pindah Tahun
2016-2020
Sumber: Analisis Penduduk, 2022
Berdasarkan tabel dan grafik yang telah dijabarkan diatas, dapat diketahui bahwa
pergerakan jumlah penduduk dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi (penduduk
datang dan pindah). Mortalitas dan migrasi keluar memiliki hubungan yang signifikan
terhadap terjadinya penurunan jumlah penduduk pada tahun 2016-2017. Fertilitas dan
migrasi masuk memberikan pengaruh terhadap terjadinya peningkatan jumlah penduduk
pada tahun 2017-2020.
1.4.4.2 Sosial
1.4.4.2.1 Struktur Sosial
Struktur sosial yang membentuk suatu kelompok-kelompok sosial pada masyarakat.
Struktur sosial masyarakat merupakan suatu tahapan perubahan dan perkembangan
masyarakat yang memiliki ciri-ciri : bersifat abstrak, terdapat dimensi vertikal dan
horizontal, sebagai landasan suatu proses sosial masyarakat, pengaturan tata kelakuan dan
pola hubungan masyarakat dan sifatnya dapat berubah. Struktur sosial masyarakat ini biasa
digunakan dalam melakukan penyelesaian konflik sosial masyarakat. Adapun bagan
struktur masyarakat yang ada pada wilayah perencanaan adalah sebagai berikut.
60
Gambar. Bagan Struktur Sosial Pada Wilayah Perencanaan
Sumber: Studi Literatur, 2022
61
Kegiatan sosial pada wilayah perencanaan terdiri dari kegiatan rutin maupun
tahunan yang menjadi kegiatan dari komunitas sosial di wilayah yang mengarah pada sosial
kemasyarakatan. Adapun penjelasan mengenai kegiatan sosial yang dilakukan pada tiap
desa di wilayah perencanaan adalah sebagai berikut :
Tabel. 1.4.4.2.3.1 Kegiatan Sosial yang Ada Pada Wilayah Perencanaan 2022
62
terelakkan. Namun korban mengalami luka bacok di kaki kanan jemari tangan kanan dan luka
gigitan bagian dada. Menurut Kasat polairud Polres Gresik, motif kasus penganiayaan,
pihaknya belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut.
63
Gambar. 1.4.4.2.4.2 Nelayan Ditangkap oleh Satpolair Menggunakan Jaring Trawl
Sumber: beritajatim,2022
1.4.4.3 Budaya
1.4.4.3.1 Kegiatan Keagamaan dan Adat Istiadat
Dengan adanya perubahan dinamika politik dan sistem politik di Indonesia yang lebih
demokratis, memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme
politik yang dipandang lebih demokratis. Dalam konteks politik lokal Desa Dalegan hal ini
tergambar dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pilleg, pilpres,
pemillukada, dan pilgub) yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara umum.
Setelah proses-proses politik selesai, situasi desa kembali berjalan normal. Hiruk
pikuk warga dalam pesta demokrasi desa berakhir dengan kembalinya kehidupan
sebagaimana awal mulanya. Masyarakat tidak terus menerus terjebak dalam sekat - sekat
kelompok pilihannya. Hal ini ditandai dengan kehidupan yang penuh tolong menolong
maupun gotong royong. Walaupun pola kepemimpinan ada di Kepala Desa namun
mekanisme pengambilan keputusan selalu ada pelibatan masyarakat baik lewat lembaga
resmi desa seperti Badan Permusyawaratan Desa maupun lewat masyarakat langsung.
Dengan demikian terlihat bahwa pola kepemimpinan di Wilayah Desa dalegan
mengedepankan pola kepemimpinan yang demokratis.
Berkaitan dengan tradisi budaya masyarakat Jawa sangat terasa di Desa Dalegan
Dalam hal kegiatan agama Islam misalnya, suasananya sangat dipengaruhi oleh aspek budaya
dan sosial Jawa karena berkaitan dengan letaknya yang berada di pesisir pantai yang menjadi
pusat syiar walisongo. Hal ini tergambar dari dipakainya kalender Jawa / Islam, masih adanya
budaya nyadran, slametan, tahlilan, mithoni, jumat wagean, kawinan dan lainnya, yang
semuanya merefleksikan sisi - sisi akulturasi budaya Islam dan Jawa.
Di wilayah perencanaan juga terdapat kegiatan rutin yang dilakukan oleh para nelayan
yaitu kegiatan petik laut. Petik laut adalah adalah sebuah upacara adat atau ritual sebagai rasa
syukur kepada Tuhan, dan untuk memohon berkah rezeki dan keselamatan. Umumnya
kegiatan upacara adat ini diadakan di pulau Jawa. Kegiatan petik laut ini dilaksanakan oleh
rukun nelayan setempat, dan tergantung kesepakatan masyarakat.
64
Gambar. 1.4.4.3.1.1 Pawai Petik Laut oleh Nelayan Desa Campurejo
Sumber: Survei Sekunder, 2022
65
8. Lailatul Ijtima’ 12 Kali Pertahun
Tabel 1.4.5.1.1 Data PDRB Kabupaten Gresik Tahun 2017-2021 (dalam juta)
66
Sumber : BPS Kabupaten Gresik
Berdasarkan data PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Gresik pada
tahun 2017 - 2021 diatas, didapatkan data bahwa penyumbang pendapatan terbesar
pada tahun terakhir yaitu 2021 berasal dari lapangan usaha industri pengolahan
sebesar 49.8089,45 miliar rupiah. Di posisi kedua ada sektor perdagangan besar dan
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor dengan rincian
pendapatan regional sebesar 12.342,98 miliar rupiah dan di posisi ketiga lapangan
usaha jenis konstruksi sebesar 9.418,46 Miliar Rupiah. Data tiap sektor lapangan
usaha atas dasar harga konstan menunjukan terjadinya penurunan.
Jika dilihat dari laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan, laju
pertumbuhan sektor perekonomian diatas pada tahun 2021 adalah, 4,34% naik dari
-2,03 % di tahun 2020. Pada sektor Industri pengolahan mengalami kenaikan dari -
0,32 di tahun 2020 menjadi 5,27 di tahun 2021. Selanjutnya pada sektor
perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor laju
pertumbuhannya juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar -
67
9,35% di tahun 2020 menjadi 9,08 tahun 2021, laju pertumbuhan untuk konstruksi
juga mengalami peningkatan dari -4,95 di tahun 2020 menjadi 0,32% di tahun 2021.
Hampir seluruh sektor lapangan usaha mengalami kenaikan dari tahun 2020 ke
tahun 2021. Namun juga terdapat penurunan yaitu di sektor pertanian, kehutanan
dan perikanan meskipun tidak signifikan yaitu sebesar 1,08% di tahun 2020 menjadi
-2,47 di tahun 2021. Hal ini disebabkan untuk perikanan karena adanya anomali
cuaca hal ini menyebabkan adanya ketidaktetapan penghasilan atau pendapatan.
Kontribusi Kawasan Minapolitan panceng adalah pada sektor Pertanian, kehutanan,
dan perikanan, dimana kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB Kabupaten Gresik
relatif kecil.
1.4.5.2 Ketenagakerjaan
Tabel 1.4.5.2.1 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Wilayah Perencanaan Tahun 2021
68
masyarakat wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.4.5.2.1 Jumlah Keluarga Tahapan Sejahtera Wilayah Perencanaan Tahun 2021
69
Tabel 1.4.5.2.3 Status Nelayan Kecamatan Panceng 2021
1. Pemilik 5
9
8
2. Pendega 7
6
0
3. Andon 0
70
1.4.5.2.1 Aktivitas Sektor Perikanan
Tabel 1.4.5.2.1.1 Data Jenis dan Produktivitas Ikan Wilayah Perencanaan Tahun 2021
Produktivitas dalam 1
No Jenis Ikan Harga per Kg
Tahun
71
10 Pari 20.532,24 Rp. 21.300
Adapun jenis alat penangkap ikan dan perahu yang digunakan oleh nelayan
di wilayah perencanaan dibedakan menjadi beberapa jenis dan tipe seperti pada tabel
dibawah ini.
Tabel 1.4.5.2.1.2 Jumlah Alat Tangkap Nelayan Wilayah Perencanaan Tahun 2021
72
Jumlah Tipe Armada 2021
No Jenis Jumlah
Perahu Tanpa
1 0
Motor
2 1-3 GT 0
3 3-5 GT 89
4 5-7 GT 281
5 7-10 GT 23
Jumlah 393
Gambar 1.4.5.2.1.4 Grafik Jumlah Alat Tangkap Nelayan Wilayah Perencanaan Tahun 2021
73
belum termasuk kedalam kategori GT hingga kapal motor ukuran 7-10 GT.
74
Gambar 1.4.5.2.1.8 Kapal 7-10 GT
Sumber : Survey Primer, 2022
75
Gambar 1.4.5.2.2.1 Interaksi Kegiatan Ekonomi
76
1.4.5.3 Fasilitas Penunjang Perekonomian
1. Pedagang Besar/Distributor 5
2. Pengecer 1
1
77
5
1. Penggaraman/Pengeringan 4
2. Pemindangan 8
3. Pereduksian/Ekstraksi 1
6. Pengolahan Lainnya 2
5
Pedagang Pengec
Besar/Distributor er
78
Gambar 4 Grafik Direktori UPI Pemasaran Kecamatan Panceng Tahun 2019
79
1.4.5.4 UMKM
Campurejo
Campurejo
120
6. Maimunah Pengasapan Karang Tumpuk RT
Ikan 29/06
Campurejo
121
No. Nama Jenis Usaha Alam
at
Ikan
Ikan
Ikan
Ikan
Ikan
Campurejo
Ikan
122
Mahmudah
Tradisional
Rohmah
Campurejo
123
Campurejo
Campurejo
Campurejo
Campurejo
Campurejo
Campurejo
Campurejo
Campurejo
124
Campurejo
Campurejo
Campurejo
Campurejo
Campurejo
Campure
jo
Campurejo
125
17. Mohammad Nuri Sidorejo RT 10 ton/6 bln
22/07
Campurejo
Campurejo
Campurejo
Campurejo
Campurejo
Campurejo
Tabel 4 - 49 Data Produk Unggulan Usaha Kecil Menengah Desa Banyu Tengah
126
2. Sarjoko Tempe RT001/RW0
01
Sedangkan untuk Desa Dalegan potensi yang ada pada sektor perikanan di
desa tersebut adalah pengembangan budidaya tambak kerapu dan tambak vaname.
Di Desa Dalegan juga cukup potensial untuk di kembangkan Produk unggulan berupa
Legen, Gula Merah, Ikan Asap, krupuk ikan sebagai makanan olahan skala home
industry.
127
Gambar X Tempat Pengasapan Ikan
1.4.5.5 Pariwisata
Pada wilayah perencanaan juga terdapat Wisata Pantai Pasir Putih Dalegan
yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pantai Dalegan merupakan Daya Tarik
Wisata Provinsi (DTWP) Provinsi Jawa Timur yang terletak di desa Delegan
Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik. Wisata yang dibuka sejak tahun 2003 ini
memiliki atraksi wisata yang cukup beragam. Setiap bulan Agustus diadakan atraksi
wisata berupa perlombaan yang terkait dengan wisata bahari seperti dayung perayu
nelayan, dll. Wisata Pantai Delegan ini dapat berpotensi meningkatkan
perekonomian dengan pengunjung yang semakin banyak sehingga untuk
kenyamanan dan keamanan pengunjung kemudian dikelola oleh desa dan dikenal
luas dengan sebutan WISID atau WPP Dalegan. Tarif untuk menikmati panorama
pantai Delegan, berada di angka Rp.15.000.
128
Gambar X Wisata Pantai Dalegan
1.4.5.6 Ketenagakerjaan
Tabel Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Wilayah Perencanaan Tahun 2021
129
Untuk tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah perencanaan rata-rata
berada pada tahapan Keluarga Sejahtera II. Adapun data tingkat kesejahteraan
masyarakat wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut.
112
1. Pemilik 5
9
8
2. Pendega 7
6
0
3. Andon 0
113
1.4.6 Aspek Kebencanaan
Potensi bencana dapat diprediksi berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan
kemungkinan terjadinya bencana. Sejarah peristiwa bencana yang pernah terjadi di Kabupaten
Gresik dapat diketahui berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) oleh BNPB.
Sejak tahun 2013 hingga tahun 2021, tercatat terdapat 5 bencana yang pernah terjadi antara
lain banjir, tanah longsor, epidemi, angin kencang, dan juga kebakaran. Namun, dari
karakteristik wilayahnya, Kabupaten Gresik juga memiliki potensi bencana yang mungkin akan
terjadi di masa mendatang. Kabupaten Gresik termasuk dalam dataran rendah dengan
ketinggian 2-12 mdpl dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara dan Selat
Madura di sebelah timur. Dari karakteristik tersebut, Kabupaten Gresik juga memiliki potensi
bencana gelombang ekstrim dan abrasi. Sementara itu, bahaya lain dapat berpotensi di
Kabupaten Gresik utamanya Panceng dapat dilihat dari kondisi daerah berdasarkan hasil
pengkajian risiko bencana seperti pada tabel berikut.
114
Gempa Bumi
1.4.6.1 Banjir
Banjir secara umum disebabkan oleh dua kondisi yakni keadaan alam dan ulah
campur tangan manusia. Wilayah pesisir pada umumnya terletak pada dataran yang
cukup landai dan dilalui sungai. Banjir tidak hanya disebabkan oleh sungai, aktivitas
laut juga bisa menyebabkan terjadinya banjir. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
adanya pasang-surut, perubahan iklim di wilayah pesisir, atau kenaikan permukaan air
laut. Seperti pada halnya terjadi di wilayah kecamatan Panceng yang memiliki
ketinggian kurang dari 25 mdpl sehingga rentan terhadap bahaya banjir rob.
1.4.6.1.1 Bahaya
Hasil interpretasi peta bahaya banjir yang diperoleh dari situs resmi
kebencanaan Indonesia, inaRISK, oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana menunjukkan bahwa di wilayah perencanaan memiliki potensi bahaya
banjir dengan kelas yang bervariasi dengan indeks 0,008 – 0,905. Mayoritas di
115
wilayah perencanaan memiliki potensi bahaya banjir dengan kelas rendah yang
ada di seluruh wilayah Desa Banyutengah dan sebagian dari Desa Dalegan dan
Campurejo. Potensi bahaya banjir tinggi terdapat di daerah pesisir di Desa
Dalegan dan Campurejo Potensi luas bahaya banjir berdasarkan perhitungan
parameter tersebut dengan melihat kondisi wilayah perencanaan dapat dilihat
pada tabel berikut. Potensi luas bahaya banjir berdasarkan perhitungan
parameter tersebut dengan melihat kondisi wilayah perencanaan dapat dilihat
pada tabel berikut.
116
Sumber : Analisis Penulis, 2022
1.4.6.1.2 Kerentanan
117
Jumlah Kelompok Rentan
Penduduk
Terpapar Umur Miskin Cacat
Rentan
Dilihat dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa potensi penduduk yang
terpapar bencana akibat banjir memiliki kelas yang didominasi dengan nilai
Tinggi. Sementara itu, indeks kerentanan juga melihat potensi kerugian yang
terjadi akibat bencana banjir, dapat dilihat di tabel berikut.
118
Sumber : Lampiran tabel KRB Gresik 2016 – 2020
1.4.6.1.3 Kapasitas
119
Tabel [] Hasil Kajian Kapasitas Banjir
Kelurahan Kapasitas
120
Sumber : Analisis Penulis, 2022
1.4.6.2.1 Bahaya
121
Banyutengah 0 0 163,67 163,67 Tinggi
1.4.6.2.2 Kerentanan
122
risiko bencana dengan melihat parameter-parameter dasar dalam menentukan
komponen sosial budaya, fisik, dan ekonomi bencana cuaca ekstrim.
Berdasarkan perhitungan kerentanan bencana cuaca ekstrim diperoleh potensi
penduduk terpapar dan potensi kerugian bencana cuaca ekstrim di wilayah
perencanaan. Potensi penduduk terpapar dan potensi kerugian dapat dilihat pada
tabel-tabel berikut
Dilihat dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa potensi penduduk yang terpapar
bencana akibat cuaca ekstrim memiliki kelas yang didominasi dengan nilai Tinggi. Sementara
itu, indeks kerentanan juga melihat potensi kerugian yang terjadi akibat bencana cuaca ekstrim,
dapat dilihat di tabel berikut.
123
Kelurahan Potensi Kerugian (Juta Rupiah) Kelas Potensi
Kerusakan
Lingkungan (Ha)
124
Sumber : Analisis Penulis, 2022
1.4.6.2.3 Kapasitas
Kelurahan Kapasitas
125
Dalegan Sedang Rendah Sedang
126
yang terjadi di wilayah pesisir. Ancaman bencana ini dapat menyebabkan
kemunduran garis pantai, merusak tambak maupun lokasi persawahan yang
berada di pinggir pantai, juga dapat mengancam bangunan-bangunan yang
berbatasan langsung dengan air laut. Abrasi atau erosi pantai disebabkan oleh
adanya pengikisan sedimen pantai sehingga mengakibatkan kemunduran garis
pantai. Ancaman bencana ini terjadi di sebagian wilayah kabupaten Gresik yang
merupakan wilayah pesisir, salah satunya Kecamatan Panceng. Potensi bencana
gelombang ekstrim dan abrasi juga dapat diketahui dengan pengkajian risiko
bencana. Hasil pengkajian risiko bencana diketahui dengan melalui indeks
sebagai berikut :
1.4.6.3.1 Bahaya
Banyutengah 0 0 0 0 -
127
Sumber : Lampiran Tabel KRB Gresik 2016 – 2020
1.4.6.3.2 Kerentanan
128
penduduk terpapar dan potensi kerugian bencana cuaca ekstrim di wilayah
perencanaan. Potensi penduduk terpapar dan potensi kerugian dapat dilihat pada
tabel-tabel berikut :
Banyutengah 0 0 0 0 Rendah
Dilihat dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa potensi penduduk yang
terpapar bencana akibat gelombang ekstrim dan abrasi memiliki kelas yang
didominasi dengan nilai Tinggi. Sementara itu, indeks kerentanan juga melihat
potensi kerugian yang terjadi akibat bencana gelombang ekstrim dan abrasi,
dapat dilihat di tabel berikut.
129
Kelurahan Potensi Kerugian (Juta Rupiah) Kelas Potensi
Kerusakan
Lingkungan (Ha)
130
Sumber : Analisis Penulis, 2022
1.4.6.3.3 Kapasitas
Kelurahan Kapasitas
131
Daerah
Banyutengah - - -
132
1.4.7 Aspek Sumber Daya Ikan
Sumberdaya ikan adalah merupakan salah satu sumberdaya kelautan dan perikanan
yang tergolong dalam sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources), artinya jika
sumberdaya ini dimanfaatkan sebagian, sisa ikan yang tertinggal mempunyai kemampuan
untuk memperbaharui dirinya dengan berkembang biak (Insidewinme, 2008). Menurut
Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun
2004 Tentang Perikanan, perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis
perikanan. Disebutkan pula, bahwa yang dimaksud dengan sumber daya ikan adalah potensi
semua jenis ikan, dimana ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari
siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Lingkungan sumber daya ikan adalah
perairan tempat kehidupan sumber daya ikan, termasuk biota dan faktor alamiah sekitarnya.
Berdasarkan cara produksinya, perikanan terbagi menjadi dua, yaitu perikanan tangkap
dan perikanan budidaya. Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup
penangkapan atau pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di air laut atau perairan
umum secara bebas (Monintja, 1989). Menurut UU No. 45 Tahun 2009, penangkapan ikan
adalah kegiatan memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan sebagai
alat atau dengan cara apapun, melainkan kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan mengawetkan.
Perikanan budidaya merupakan budidaya organisme air, termasuk ikan, moluska,
kurstasea dan flora air. Pembudidayaan ini mencakup beberapa bentuk kegiatan dalam proses
pemeliharaan buat menaikkan produksi, seperti penebaran yang teratur, hadiah kuliner/pakan,
perlindungan berdasarkan predator & lain-lain (Food and Agriculture Organization of the
United Nations, 1988). Menurut UU No. 45 Tahun 2009, pembudidayaan ikan adalah kegiatan
untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam
lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
Perikanan budidaya ini ditujukan untuk memproduksi biota akuatik di lingkungan yang
terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit)
1.4.7. 1 Pelabuhan Perikanan
133
● Pangkalan Pendaratan Ikan
Pangkalan Pendaratan Ikan adalah lokasi dimana ikan hasil
tangkapan nelayan didaratkan dan diperjualbelikan baik secara lelang
ataupun tidak. Lokasi atau tempat yang termasuk PPI ini tidak dharuskan
memiliki gedung khusus atau sarana khusus. Di Kabupaten Gresik
terdapat 5 PP/PPI, yang salah satunya berada di Kecamatan Panceng.
Tabel X
134
bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara
terjerat dan/atau terpuntal dioperasikan di permukaan, pertengahan dan
dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap
ikan pelagis dan demersal
● Jaring insang ada beberapa jenis yaitu jaring insang tetap, jaring insang
dasar, jaring insang hanyut, dan jaring insang tiga lapis. Sesuai namanya
jaring insang permukaan dioperasikan di bagian atas permukaan laut,
sedangkan jaring insang dasar dioperasikan pada bagian bawah
permukaan laut. Untuk jaring insang tiga lapis jumlah jaring yang
dibentangkan ada tiga lapis dimana ukuran mata jaring bagian dalam
lebih besar daripada ukuran mata jaring bagian luar.
● Jala tebar atau disebut juga jaring lempar (Cast net) adalah jaring ikan
berbentuk lingkaran kecil dengan pemberat pada tepi-tepinya, yang
dilempar atau ditebar oleh nelayan. Ukurannya bervariasi sampai 4
meter pada diameternya. Jaring tersebut dilempar sedemikian rupa
sehingga menyebar di permukaan air dan tenggelam. Ikan yang
terkurung akan tertangkap pada saat jaring tersebut ditarik keluar air
● Penggaruk merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau besi
yang bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau
tanpa jaring/bahan lainnya. Penggaruk dioperasikan dengan cara
menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa perahu untuk
menangkap kekurangan dan biota lainnya. Desain dan konstruksi
penggaruk disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki,
sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran penggaruk serta sarana
apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan
● Anco adalah sejenis jaring angkat (lift nets) yang dioperasikan dengan
tangan. Alat tangkap ikan ini terdiri dari jaring berbentuk persegi yang
keempat ujungnya diikatkan pada dua batang bambu atau kayu yang
dipasang bersilang tegak lurus. Jaring ini lalu digantungkan pada
sebatang galah, dengan mengaitkan atau mengkaitkan titik persilangan
bambu tadi di ujung galah. Tangkul dioperasikan dengan cara merendam
jaring dalam posisi mendatar di perairan, dan kemudian mengangkatnya
135
setelah beberapa saat didiamkan
● Bubu (wuwu) adalah alat perangkap ikan yang dibuat dari bahan dasar
potongan bambu dipecah kecil-kecil, tali plastik dan tempurung.
Penggunaannya dilakukan secara pasif berdasarkan tingkah laku ikan.
136
Layur Perikanan Tangkap
137
spp) dan tenggiri (Scomberomorus spp), dan cucut ditangkap dengan
cara dipancing menggunakan pancing trolling atau tonda (pole and line),
rawai (longline).
Berikut tabel macam-macam jenis ikan pelagis hasil tangkapan
oleh nelayan lokal di laut wilayah perencanaan maupun hasil budidaya.
138
dukung yang ada dan kelestariannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya-ikan kecil,
meningkatkan penerimaan dari devisa negara, menyediakan perluasan dan
kesempatan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing
hasil perikanan serta menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan
pembudidayaan ikan serta tata ruang.
Dalam usaha meningkatkan produktivitas suatu perairan dapat
dilakukan penebaran ikan jenis baru, yang kemungkinan menimbulkan efek
negatif bagi kelestarian sumber daya ikan setempat sehingga perlu
dipertimbangkan agar penebaran ikan jenis baru dapat beradaptasi dengan
lingkungan sumber daya ikan setempat dan/atau tidak merusak keaslian sumber
daya ikan.
A. Perikanan Budidaya
Tambak Payau
50,11 Ha
Tambak Tawar
30,70 Ha
Waduk
0,50 Ha
Saluran Tambak
0,00 Km
139
Kerapu 8 Ton Tambak Rp. 55.4000
B. Perikanan Tangkap
a. Ikan Demersal
b. Ikan Pelagis
140
Jenis Ikan Produktivitas dalam 1 Alat Tangkap Harga per Kg
Tahun
141
terumbu karang (reef flat), hingga laut lepas (open seas) dan laut dalam (deep
seas). Kegiatan budidaya ikan ini dapat berlangsung selama tersedia sumber air
yang memadai baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Di daerah pegunungan,
perbukitan dan dataran tinggi terdapat sumber air baik dari mata air, sungai atau
danau dataran tinggi. Di dataran rendah terdapat sumber mata air dari sungai,
danau dataran rendah, rawa dan sumur baik yang terbentuk secara alami
maupun artesis. Untuk kegiatan budidaya di kawasan pesisir sumber air bisa
berasal dari pantai, muara sungai dan rawa payau. Sedangkan di laut sumber air
berasal dari laut itu sendiri, baik laut dangkal, lepas, laut dalam, teluk dan selat.
142
menginvasi dan tumbuh di kawasan pasang surut dengan salinitas tinggi (MacNae, 1968;
Chapman, 1976; Tomlinson, 1986; Nybakken, 1993; Kitamura et al., 1997; Setiawan et al.,
2003). Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Kehutanan Departemen Pertanian No.
60/Kpts/DJ/I/1978 tentang silvikultur hutan payau, hutan mangrove didefinisikan sebagai tipe
hutan yang terdapat di sepanjang pantai dan sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/MENHUT V/2004, hutan
mangrove didefinisikan sebagai hutan yang tumbuh pada tanah aluvial di daerah pantai di
sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut dan dicirikan oleh jenis-jenis pohon
Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Lumnitzera, Xylocarpus, dan Nypa. Sehingga
definisi ekosistem mangrove adalah suatu kawasan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut
dan dicirikan dengan tanaman mangrove.
Wilayah mangrove pada wilayah perencanaan memanjang di pesisir utara Jawa Timur
di membentuk suatu jalur sabuk hijau, namun tersebar (patchy) di beberapa lokasi tertentu.
Mayoritas mangrove di pesisir Jawa Timur tergolong rapat. Mangrove yang ada di Kecamatan
Panceng terancam rusak dan punah akibat abrasi yang semakin menggerus wilayah pesisir
pantai dengan laju kenaikan muka air laut dari tahun 1984 sebesar 8,6 mm. Pada wilayah
perencanaan ditemukan enam jenis flora mangrove, diantaranya Pohon Api-Api (Avicennia
Marina), Bakau (Rhizophora Mucronata), Bakau Merah (Rhizophora Apiculata), Bogem
(Sonneratia Caseolaris), Gedangan (Aegiceras Corniculatum), dan Bako Wedok (Bruguiera
Cylindrica). Namun dari hasil pemantauan, tingkah kualifikasi pemantapan ekosistem dan
keragaman mangrove di Kecamatan Panceng masih sangat rendah.
143
Bako Wedok (Bruguiera Cylindrica)
144
Bogem (Sonneratia Caseolaris)
Hutan mangrove memiliki nilai sosial-ekonomi dan ekologi yang sangat penting
(Bennet dan Reynolds, 1993). Pohon mangrove dapat dimanfaatkan untuk kayu bangunan,
kayu bakar, kayu lapis, bubur kertas, bagan penangkap ikan, bahan obat, tanin kulit kayu, dll.
Sedangkan dari sisi ekologi, ekosistem mangrove memiliki peran sebagai berikut:
a. Sekuestrasi karbon
b. Menyaring dan menangkap bahan pencemar
c. Menjaga stabilitas pantai dari erosi, intrusi air laut, dan tekanan badai
d. Membentuk daratan baru
145
e. Menjaga kealamian habitat
f. Menjaga tempat bersarang, memijah dan membesarkan berbagai jenis ikan, udang,
kerang, burung, dan fauna lain
g. Memiliki fungsi sosial sebagai area konservasi, pendidikan, ekoturisme, dan identitas
budaya
146
Sumber : Hasil Penulis,2022
Karang adalah hewan tidak bertulang belakang yang berukuran mikroskopik, memiliki
rongga dalam tubuh (Coelenterata) dan duri kecil dengan racun (Cnidaria). Respirasi karang
aktif menghasilkan karbondioksida (CO2) yang dimanfaatkan sebagai bahan baku fotosintesis
oleh zooxanthellae sehingga menghasilkan energi untuk dirinya dan inangnya (karang). Hasil
sekresi dari simbiosis mutualisme kedua organisme tersebut berupa CaCO3 (zat kapur) yang
mana akan membentuk terumbu. Hewan karang yang menghasilkan terumbu akan hidup dan
berkembang dengan baik dan membentuk ekosistem terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang di wilayah perencanaan memiliki luasan mencapai 5.387,99
Ha. Menurut RZWP3K, setelah melakukan survei terumbu karang menggunakan manta tow
dan transek garis beserta data sekunder diketahui potensi terumbu karang dapat dijumpai pada
kedalaman hingga 17,5 meter dibawah permukaan air pada saat surut. terdapat 70 jenis karang
dengan berbagai bentuk. Terumbu karang di pesisir Jawa Timur berada dalam kondisi buruk
sampai dengan baik/sangat baik dengan kisaran tutupan 17% - 94%, tetapi khusus di Kabupaten
Gresik kategori kondisi terumbu karang termasuk kedalam sedang-baik.
147
Namun ekosistem terumbu karang mengalami pembatasan pertumbuhan terumbu
karang karena air laut yang mengalami kekeruhan. Kekeruhan dapat mengganggu proses
fotosintesis Alga Zooxanthellae yang hidupnya bersimbiosis dengan hewan karang. Terjadinya
kekeruhan akibat pengaruh musim dan adanya sedimentasi dari muara sungai terdekat. Selain
itu, kegiatan masyarakat sekitar juga dapat menyebabkan kekeruhan, salah satunya pengalihan
fungsional lahan, dimana area yg ada di gresik hampir keseluruhan adalah kawasan industri.
Selain itu kerusakan terumbu karang juga disebabkan oleh aktivitas alat tangkap ikan yang
kurang tepat.
Perlu diperhatikan lagi kondisi keberlangsungan terumbu karang untuk menjaga
ekosistemnya. Melestarikan terumbu karang dapat dilakukan dengan rehabilitasi terumbu
karang, sama seperti mangrove. Selain itu, para nelayan juga diharapkan dapat memperhatikan
alat pancing yang digunakan agar tidak merusak ekosistem terumbu karang. Seperti yang kita
tau, fungsi terumbu karang selain memperindah laut namun juga menjadi tempat tinggal bagi
para fauna pesisir seperti ikan-ikan yang ada di laut.
148
Lamun merupakan tumbuhan air yang berbunga (Spermatophyta) yang hidup dan
terendam di lingkungan laut, berpembuluh, berdaun, berimpang dan berakar. Hidup di
kedalaman 0,5 – 20 meter. Lamun memiliki akar rimpang, daun, bunga dan buah. Lamun
merupakan produktivitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber
makna penting bagi banyak organisme (Terrados, 2003). Selain memiliki peran sebagai
produsen utama, secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi habitat
Echinodermata. Echinodermata merupakan salah satu hewan yang sangat penting dalam
ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam rantai makanan yaitu
sebagai pemakan sampah organic dan hewan kecil lainnya.
Sehingga peranannya dalam suatu ekosistem adalah untuk merombak sisa-sisa bahan
organic yang tidak terpakai oleh spesies lain. Contoh spesies dari kelompok Echinodermata
adalah bulu babi dan teripang yang biasanya dicari oleh masyarakat karena memiliki nilai
ekonomi dan protein yang tinggi. Lamun berperan sebagai tempat sumber pakan (feeding
ground), tempat tinggal dan tempat asuhan Larva Echinodermata (nursery ground), serta
tempat pemijahan (spawning ground) melindunginya dari serangan predator. Sehingga secara
keseluruhan, lamun menyokong rantai makanan dan sangat penting dalam proses siklus nutrien
dan sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi maupuna abrasi (Romimohtarto dan Juwana,
1999).
Dibandingkan dengan mangrove dan terumbu karang, sebaran lamun di perairan pesisir
Jawa Timur memiliki proporsi paling sedikit. Hal tersebut salah satu alasan mengapa pada
wilayah perencanaan yaitu Kecamatan Panceng tidak ditemukan lamun karena melihat dari
kondisi perairan yang keruh sehingga lamun tidak bisa hidup di perairan yang keruh karena
sinar matahari sulit menembus ke dalam dan membuat lamun tidak bisa melakukan fotosintesis
dan berkembang biak.
149
Sumber : google,2022
Fauna pesisir merupakan salah satu ekosistem yang penting bagi keberlangsungan
kehidupan pesisir. Seperti yang kita ketahui fauna yang berarti binatang atau hewan, maka dari
itu fauna pesisir merupakan hewan yang hidup di wilayah pesisir. Hewan pesisir banyak
macamnya. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gresik tahun 2010-
2030 wilayah pesisir memiliki fungsi utama sebagai habitat berbagai satwa terutama jenis
burung, baik yang bersifat endemic maupun imigran yang menjadikan hutan mangrove sebagai
tempat persinggahan. Selain flora mangrove, terdapat pula jenis fauna antara lain Burung
Reptil (Herpetofauna) dan mamalia, beberapa jenis burung yang ditemukan seperti Cave
Swiftlet (Collocalia Linchi), Kuntul Kecil (Little Egret), Blekok Sawah (Ardeola Speciosa) dan
beberapa jenis burung lainnya.
Jenis Gambar
150
Cave Swiftlet (Collocalia Linchi)
151
Wilayah perencanaan memiliki batas utara, selatan, timur, dan barat antara lain
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Desa Ketanen dan Desa Pantenan
Sebelah Timur : Kecamatan Ujung Pangkah
Sebelah Barat : Kecamatan Paciran
152
BAB II
DESKRIPSI POTENSI SUMBER DAYA LAUT DI PERAIRAN KSN DAN
KEGIATAN PEMANFAATAN
2.1.1 Arus
Pada wilayah perencanaan kami arus surut menuju pasang memiliki kecepatan rata-rata
berada pada angka 0,099 - 0,544 m/s. Sedangkan pada arus pasang menuju surut kecepatan
rata-rata berada pada angka 0,167 – 0,549 m/s.
2.1.2 Gelombang
Arah dan tinggi gelombang pada wilayah perencanaan kami cukup baik untuk menjaga
kestabilan suhu dari iklim, sebagai sarana pertukaran gas di laut, meningkatkan
keanekaragaman hayati, serta membantu proses pembentukan pantai.
2.1.3 Suhu Permukaan Laut
Suhu permukaan laut di perairan pesisir Kecamatan Panceng dengan rata-rata tertinggi
terjadi pada bulan November dengan suhu 30,73 ⁰ C dan untuk rata-rata suhu permukaan laut
terendah terjadi pada bulan Juli dengan suhu 29,03 ⁰ C.
2.1.4 Klorofil
Konsentrasi klorofil dalam suatu perairan dapat dijadikan suatu indikator untuk
menentukan tingkat kesuburan perairan. Kadar klorofil di perairan wilayah perencanaan
Kecamatan Panceng memiliki kategori klorofil sangat tinggi yaitu diatas 1,80. Dapat diartikan
perairan di wilayah perencanaan termasuk dalam tingkatan subur.
2.1.5 Salinitas
Rata-rata salinitas perairan di Indonesia bernilai antara 32-34 ppm. Di wilayah
perencanaan kami, nilai salinitas air laut berada pada kisaran 29-31 ppm. Hal tersebut dapat
berguna untuk membantu menentukan pola ruang dalam penyusunan tata ruang laut.
Penggunaan data tersebut antara lain untuk menentukan alokasi ruang bagi kegiatan pariwisata,
kegiatan pelabuhan, kegiatan pertambangan, kegiatan perikanan budidaya, kegiatan perikanan
tangkap demersal dan pelagis, kegiatan konservasi, kegiatan industri maritim, kegiatan alur
laut, serta reklamasi.
153
2.2 Sebaran Ekosistem Pesisir
Berupa Mangrove, Terumbu Karang, dan Padang Lamun
2.2.1 Mangrove
Mangrove pada wilayah perencanaan kami adalah memanjang di pesisir utara Jawa
Timur yang membentuk suatu jalur sabuk hijau, namun tersebar (patchy) di beberapa lokasi
tertentu. Mayoritas mangrove di pesisir Jawa Timur tergolong rapat dan memiliki potensi
mangrove yang baik dengan persentase kondisi baik mangrove sebesar 91%, Hal itu dapat
meningkatkan potensi konservasi mangrove yang ada di wilayah perencanaan
154
Kecamatan Panceng juga memiliki keragaman sumber daya ikan yang sangat tinggi,
dibuktikan dengan komoditas jenis ikan yang beragam dan juga produktivitas yang tinggi, baik
ikan demersal maupun pelagis. Contohnya, cumi-cumi dengan produksi 35.107 ton dalam
satu tahun dan ikan teri dengan produksi 25.115 ton dalam satu tahun.
155
konflik antar masyarakat. Selain itu, semangat gotong royong berbagai aktivitas yang
dilaksanakan warga, seperti memproduksi produk olahan hasil tangkapan laut serta bahu-
membahu dalam menangkap hasil tangkapan laut.
2.5.2 Ekonomi Kelautan
Di wilayah Perencanaan terdapat Pusat kegiatan pengolahan ikan, yang dapat
dikembangkan sehingga berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Selain itu, di wilayah perencanaan juga terdapat UMKM yang menghasilkan beberapa produk
saja. Dengan bervariasinya komoditas bahan baku di wilayah perencanaan, masyarakat
berpeluang untuk mendirikan usaha kreatif yang dapat berdampak pada perekonomian di
wilayah setempat.
2.6 Kebencanaan
Potensi bencana dapat diprediksi berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan
kemungkinan atau potensi-potensi terjadinya bencana. Sejarah peristiwa bencana yang pernah
terjadi di Kabupaten Gresik membuat pemerintah setempat membuat bangunan pemecah
ombak (break water) untuk mengurangi kasus kerusakan akibat gelombang laut lagi.
Gambar 2.6.1 Pemecah Ombak pada Pantai Dalegan
156
BAB III
ISU STRATEGIS PERENCANAAN RUANG KSN
157
Sumber : SIDesa Kabupaten Gresik
3.4 Optimalisasi pemanfaatan lahan dan pembangunan yang rendah risiko dengan
memperhatikan kondisi geologi dan kebencanaan
Wilayah perencanaan masih memiliki 45% lebih daerah yang bisa dimanfaatkan
menjadi kawasan budidaya. Namun, dari analisis kebencanaan didapatkan fakta bahwa terdapat
kerawanan cuaca ekstrim, banjir, dan abrasi yang tinggi.
Ditambah hasil dari kajian risiko bencana Kabupaten Gresik pada website inaRISK
yang menyebutkan bahwa kelas kapasitas masyarakat masih tergolong sedang dengan kelas
kesiapsiagaan rendah seperti tabel yang terlampir di bawah. Sehingga dalam pemanfaatannya
nanti, diperlukan suatu pendekatan agar lebih rendah risiko.
Tabel 3.4.1 Tingkat Risiko Bencana di Kabupaten Gresik
Sumber : Dokumen Kajian Risiko Bencana (KRB) Kab. Gresik Gresik 2016 – 2020
158
BAB IV
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERENCANAAN RUANG KSN
4.1 Visi
“Pengembangan kawasan minapolitan panceng berbasis potensi regional agar tercipta
pembangunan berkelanjutan”
4.2 Misi
1. Meningkatkan produktivitas sektor perikanan tangkap dan budidaya
2. Mengembangkan infrastruktur minapolitan yang terintegrasi
3. Menciptakan kawasan yang tanggap bencana melalui manajemen kebencanaan
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan komunitas agar tercipta SDM yang
berkualitas
5. Mengintegrasikan kawasan pemanfaatan ruang darat dengan perairan
4.3 Tujuan Perencanaan, Kebijakan, dan Strategi Yang Diformulasikan Berdasarkan Isu
Bernilai Penting dan Strategis Nasional
4.3.1 Tujuan Perencanaan
Pengelolaan wilayah pesisir dilakukan untuk memberikan arahan perwujudan alokasi
ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.
Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki fungsi sebagai berikut.
● Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi RZWP3K
● Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama RZWP3K
● Sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah pesisir.
Dalam merumuskan tujuan RZBWP3K Kecamatan Panceng, perlu mempertimbangkan
visi dan misi yang tertuang dari RZWP3K Provinsi Jawa Timur mengingat bahwa wilayah
perencanaan merupakan bagian wilayah dari Provinsi Jawa Timur.
4.3.2 Strategi Pengelolaan
Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan hasil dari
penjabaran kebijakan pengelolaan wilayah pesisir ke dalam langkah-langkah operasional
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil berfungsi sebagai dasar untuk penyusunan rencana alokasi ruang dan penetapan
kawasan strategis, pemberian arahan bagi penyusunan indikasi program utama dalam
159
RZWP3K, serta sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Strategi pengelolaan wilayah pesisir dirumuskan dengan mempertimbangkan beberapa
aspek yang meliputi kebijakan pengelolaan wilayah pesisir, kapasitas sumber daya wilayah
pesisir dalam melaksanakan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir, serta ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan hasil analisis, visi misi, serta kebijakan,
dilakukan perumusan strategi sebagai berikut.
Tabel x. Strategi Pengelolaan
160
Memenuhi kebutuhan infrastruktur
listrik, air, dan persampahan untuk
meningkatkan produktivitas kegiatan
ekonomi.
161
tingkat desa/kelurahan guna
menyiapkan aksi kesiapsiagaan secara
terstruktur
162
Mempertahankan area pertanian untuk
menghindari konversi lahan secara
besar-besaran
163
BAB V
LAMPIRAN
3) Arus
4) Gelombang
5) Kualitas Air
6) Ekosistem Pesisir
164