Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN KERJA

( Term of Reference )
PEMETAAN SPASIAL EKOSISTEM WILAYAH PESISIR DAN PULAU-
PULAU KECIL DI KABUPATEN TANAH LAUT DAN KABUPATEN TANAH
BUMBU

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan di bidang kelautan dan perikanan menjadi sangat penting, dengan menipisnya
sumberdaya alam yang ada di daratan dan melimpahnya kekayaan sumberdaya pesisir dan
laut yang dimiliki Indonesia merupakan salah satu pertimbangan terjadinya pergeseran
paradigma dari negara terestrial (daratan) ke negara maritim yang terjadi pada pasca
reformasi. Pada prakteknya diperlukan perubahan yang mengacu pada pembangunan yang
tidak hanya semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi namun dapat menghasilkan
pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan para pelaku pembangunan secara adil dan
terpeliharanya daya dukung dan kwalitas lingkungan secara seimbang.

Wilayah lautan dan pesisir Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman
sumber daya alam baik sumber daya alam yang dapat pulih (sektor perikanan, hutan,
mangrove dan terumbu karang) maupun sumber daya alam yang tidak dapat pulih (sektor
minyak dan gas serta mineral atau bahan tambang lainnya). Kekayaan alam tersebut dapat
dioptimalisasikan pemanfaatan hasilnya secara terarah dan terencana.

Oleh karena itu, di masa mendatang perlu perubahan paradigma dan praktek pembangunan
kelautan dan perikanan, dari yang semata-mata hanya mengejar pertumbuhan ekonomi
menjadi paradigma pembangunan yang dapat menghasilkan kesejahteraan berkelanjutan
bagi para pelaku pembangunan secara adil dan terpeliharanya daya dukung dan kualitas
lingkungan secara seimbang. Namun demikian diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah merupakan hal yang mutlak diperhatikan dalam pemanfaatan
sumberdaya kelautan dan perikanan.

Kebijakan pengelolaan kelautan dan perikanan dalam perencanaan pembangunan daerah


merupakan kebijakan yang relatif baru jika dibandingkan dengan kebijakan sektor
pembangunan lainnya, hal ini ditunjukkan dengan belum melembaganya pengelolaan
kelautan dan perikanan di semua propinsi/kabupaten/kota khususnya di Kalimantan Selatan.

1
Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan sekitar, serta menipisnya sumber daya
alam di wilayah daratan maka menjadikan sumber daya kelautan dan perikanan merupakan
alternatif yang menjadi tumpuan dan harapan bagi kelangsungan pembangunan nasional di
masa mendatang. Sumberdaya kelautan dan perikanan akan menjadi prioritas utama sebagai
pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agrobisnis, agroindustri, permukiman dan
transportasi. Oleh sebab itu diperlukan kesiapan daerah/kota yang terletak di wilayah pesisir
guna mengantisipasi berbagai perkembangan wilayah di masa mendatang.

Di balik peran strategis dan prospek yang cerah sektor kelautan dan perikanan bagi
pembangunan nasional dijumpai berbagai kendala dan kecenderungan yang mengancam
kapasitas berkelanjutan kedua sumberdaya ini dalam menunjang kesinambungan
pembangunan tersebut. Beberapa isu dan kendala yang menyangkut pencemaran perairan,
antara lain yaitu (i) kondisi tangkap lebih (overfishing) terhadap beberapa stok ikan daerah
pantai di beberapa pulau; (ii) degradasi fisik habitat pesisir utama (mangrove dan terumbu
karang); dan (iii) abrasi pantai. Kondisi ini menyebabkan pembangunan kawasan pesisir
kurang optimal serta dapat menjadi kendala bagi proses pembangunan nasional yang
berkelanjutan.

Perkembangan pembangunan yang pesat di wilayah pesisir akan mempengaruhi perubahan


kondisi lahan secara spasial yang secara langsung juga akan berdampak pada kemutakhiran
data spasial tematik yang ada. Kawan pesisir Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten
Tanah Laut dan Banjar telah mengalami degradasi ekosistem pesisir khusunya ekosistem
mangrove dan terumbu karang. Hal ini disebabkan banyaknya kegiatan yang dilakukan di
daerah ini misalnya pembangunan pelabuhan baik umum maupun khusus, konversi lahan
mangrove menjadi budidaya, pemukiman dan lain-lain.

Atas dasar berbagai potensi dan kendala tersebut di atas, maka dalam pemanfaatan
sumberdaya kelautan dan perikanan diperlukan suatu metoda dan pendekatan pengelolaan
lingkungan pesisir dan laut secara terencana dan terpadu dengan memperhatikan
karakteristik struktur, fungsi, dan dinamika lingkungan serta kondisi sosial ekonomi
masyarakat pantai. Pendekatan yang dimaksud adalah harus diarahkan terhadap pencapaian
keseimbangan antara potensi sumberdaya pesisir dan laut dengan kebutuhan sosial dan
mengakomodasi kegiatan kehidupan yang ada.

2
Dalam penyusunan strategi pengelolaan lingkungan pesisir dan laut diperlukan suatu kegiatan
pengumpulan dan pengadaan data spasial yang akurat, mutahir dan terintegrasi dalam suatu
standart basis data spasial yang baik. Pengadaan tersebut berkaitan dengan kebutuhan
informasi spasial yang mutakhir, baik yang berupa data spasial maupun atribut terkait yang
menggambarkan kondisi terakhir ekosistem wilayah pesisir dan laut tersebut. Selain
kebutuhan data mutakhir, diperlukan juga akurasi dan volume data spasial yang sesuai
dengan spesifikasi teknis dan kualitas data yang secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Tanah Bumbu merupakan dua dari lima kabupaten
pesisir yang ada di Provinsi Kalimantan yang memiliki ekosistem wilayah pesisir dan laut
khususnya mangrove, terumbu karang, perikanan maupun potensi lainnya. Akan tetapi
sampai saat ini potensi dan kondisi tentang ekosistem tersebut belum tersusun secara akurat,
mutahir dan terintegrasi dalam suatu standart basis data spasial yang baik, sehingga untuk
mengetahui tentang hal ini diperlukan suatu kajian yang lebih mendalam.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN

1.2.1. Tujuan
Tujuan dari Kegiatan Pemetaan Spasial Ekosistem Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di
Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Tanah Bumbu ini adalah untuk memetakan secara
spasial kondisi ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Tanah Laut dan
Banjar.
1.2.2. Sasaran
Sedangkan Kegiatan Pemetaan Spasial Ekosistem Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di
Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Tanah Bumbu adalah :
1. Tersusunnya metode pemetaan wilayah pesisir dan laut untuk cakupan daerah
tingkat kabupaten sesuai dengan standar nasional baik dari segi skala maupun
tingkat kedetailan informasi yang dihasilkan;
2. Tersedianya informasi dan basisdata spasial ekosistem wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil, kerawanan bencana dan pencemaran di Kabupaten Manokwari yang
disusun berdasarkan kaidah pemetaan wilayah pesisir dan laut pada skala yang
memadai untuk mengambil kebijakan dan keputusan pengelolaan operasional di
tingkat kabupaten dan propinsi;

3
3. Tersedianya basisdata berkaidah Sistem Informasi Geografis dalam penyusunan
rencana dan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
berkelanjutan;

1.3. KELUARAN ( OUTPUT )

Keluaran (output) kegiatan ini terdiri dari :

1. Dokumen Kegiatan Pemetaan Spasial Ekosistem Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau


Kecil di Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Tanah Bumbu yang terdiri dari :

a) Laporan Pendahuluan : 10 eksemplar


b) Laporan Kemajuan : 10 eksemplar
c) Laporan Final/Akhir : 15 eksemplar

2. Data informasi spasial ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, dari hasil kajian yang
berbais SIG dan album peta-peta tematik.

- Peta Tematik dalam bentuk digital dalam format shape file dan atau coverage
untuk dibuka dalam bentuk arcview tidak dalam bentuk image.

- Peta citra dalam bentuk raw dan header citra dasar serta sudah terkoreksi secara
geometrik dan radiometrik.

- Semua data spasial yang dihasilkan akan diinstalasi kedalam basisdata Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Selatan.

3. Album peta tematik ekosistem wilayah pesisir dan laut di Kabupaten Tanah Laut dan
Kabupaten Tanah Bumbu

4. Copy DVD seluruh dokumen kegiatan (10 keping DVD).

1.4. RUANG LINGKUP KEGIATAN

1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah Pemetaan Spasial Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ini yakni meliputi daerah
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut,
ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 4 (empat)
mil laut (batas pengelolaan Kabupaten) diukur dari garis pantai.

4
1.4.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan Pemetaan Spasial Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ini,
meliputi :

1. Analisis Citra Satelit Landsat akuisisi tahun 2001 dan tahun 2009 atau Citra Alos

2. Melaksanakan survei lapangan di lokasi studi di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan
laut di Kabupaten Tanah Laut dan Banjar tentang kondisi eksisting ekosistem dalam
hal ini ground chek berdasarkan analisis citra maupun data-data sekunder.

3. Penyusunan basis data spasial tematik ekosistem wilayah pesisir dan laut.

4. Pelaporan (Pendahuluan, Kemajuan dan Akhir)

5. Instalasi data-data spasial ekosistem dan citra satelit

1.5. WAKTU

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah 4 (empat) bulan kalender

1.6. KEBUTUHAN PERSONALIA TENAGA AHLI DAN PENUNJANG

Personalia dalam kegiatan ini terdiri atas


a. Ahli Penginderaan Jarak Jauh dan Sistem Informasi Geografis , dengan
spesifikasi Sarjana Ilmu Kelautan, pengalaman minimal 3 tahun
b. Ahli Ekologi Laut, dengan spesifikasi Sarjana Kelautan minimal S2, pengalaman
minimal 3 tahun.
c. Tenaga lapangan/surveyor
d. Tenaga digitizer

1.7. RENCANA DAN SUMBER ANGGARAN BIAYA

Kegiatan ini besumber dari anggaran APBN (DKP) Tahun 2010/2011.

1.8. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat untuk dijadikan acuan oleh semua pihak yang
terkait dalam pelaksanaan kegiatan ini serta dapat dijadikan pedoman oleh pelaksana
pekerjaan kegiatan.

Banjarbaru, April 2010

5
Pejabat Pembuat Komitmen Ketua Panitia Pengadaan Barang/Jasa

Anda mungkin juga menyukai