Anda di halaman 1dari 3

Pak Ahsin

CITES adalah

CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and


Flora) atau konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam adalah
perjanjian internasional antarnegara yang disusun berdasarkan resolusi sidang anggota World
Conservation Union (IUCN) tahun 1963. Konvensi bertujuan melindungi tumbuhan dan satwa
liar terhadap perdagangan internasional spesimen tumbuhan dan satwa liar yang mengakibatkan
kelestarian spesies tersebut terancam. Selain itu, CITES menetapkan berbagai tingkatan proteksi
untuk lebih dari 33.000 spesies terancam.

CITES merupakan satu-satunya perjanjian global dengan fokus perlindungan spesies


tumbuhan dan satwa liar. Keikutsertaan bersifat sukarela, dan negara-negara yang terikat dengan
konvensi disebut para pihak (parties). Walaupun CITES mengikat para pihak secara hukum,
CITES bukan pengganti hukum di masing-masing negara.

CITES terdiri dari tiga apendiks:

 Apendiks I: daftar seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala
bentuk perdagangan internasional
 Apendiks II: daftar spesies yang tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin terancam punah
bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.
 Apendiks III: daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi di negara tertentu
dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan suatu saat peringkatnya bisa dinaikkan ke dalam
Apendiks II atau Apendiks I.

Apendiks I - sekitar 800 spesies

Spesies yang dimasukkan ke dalam kategori ini adalah spesies yang terancam punah bila
perdagangan tidak dihentikan. Perdagangan spesimen dari spesies yang ditangkap di alam bebas
adalah ilegal (diizinkan hanya dalam keadaan luar biasa).

Apendiks II - sekitar 32.500 spesies

Spesies dalam Apendiks II tidak segera terancam kepunahan, tetapi mungkin terancam punah
bila tidak dimasukkan ke dalam daftar dan perdagangan terus berlanjut. Selain itu, Apendiks II
juga berisi spesies yang terlihat mirip dan mudah keliru dengan spesies yang didaftar dalam
Apendiks I. Otoritas pengelola dari negara pengekspor harus melaporkan bukti bahwa ekspor
spesimen dari spesies tersebut tidak merugikan populasi di alam bebas.

Apendiks III - sekitar 300 spesies

Spesies yang dimasukkan ke dalam Apendiks III adalah spesies yang dimasukkan ke dalam
daftar setelah salah satu negara anggota meminta bantuan para pihak CITES dalam mengatur
perdagangan suatu spesies. Spesies tidak terancam punah dan semua negara anggota CITES
hanya boleh melakukan perdagangan dengan izin ekspor yang sesuai dan Surat Keterangan
Asal (SKA) atau Certificate of Origin (COO).

Pak Salam

Regulasi Terkait

CITES UU 27 TAHUN 2007 – UU no 1tagun 2014


UU 31 TAHUN 2004 – UUD 45 tahun 2009 perikanan
PP NO 60 /2007 TENTANG KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN

Standar Penilaian efektivitas pengelolaaan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau


Kecil, disebut KKP3K

 Indikator Penilaian
 Zonasi – manajemen plan (ada)
 Kelembagaan (ada)
 Infrastruktur dan peralatan(komunikasi, pengawasan, (ada – 60%)
 Kapasitas SDM (pengawas, pengelola, dll)
 Sistem pengawasan (berjalan)
 Peraturan pengelolaan kawasan (tarif masuk, peraturan zona, ijin, pemanfaatan, dll)
 Kegiatan pemanfaatan kawasan konservasi
 Wisata (informasi dan promosi, program interpretasi, dll)
 Perikanan (tangkap rl, budidaya rl, dll)
 Rehabilitasi, dll
 Pendukung: Komitmen Daerah  Penetapan KKP by MenKP

Dukungan Kegiatan Strategis

 Pilot Project Pengelolaan KKP /KKPD)  percontohan


 Valuasi Ekonomi KKP penilaian sumberdaya, untuk pengambilan keputusan.
 Kebijakan/Pedoman
 Penilaian KKP efektif  AWARD
Kriteria Evaluasi Efektif Pengeloaan Kawasan perairan

KKP MANDIRI

KKP dikeola
Optimum

KKP Dikelola
Minimum

KKP
Didirikan

KKP
Diinisiasi

Bagaimana dengan Kalsel. Khusus untuk Kalimantan seletan yang telah mendapatkan peniliaan
efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan daerah (KKPD) atau KKP efektif award.
adalah Taman Wisata Perairan (TWP) Kabupaten Tanah Bumbu yang memiliki luas 12.860,14
Ha. TWP dengan dasar hukum SK Bupati Tanah Bumbu Nomor 327 Tahun 2011 ini telah
mendapatkan penilaiaan merah pada tahun 2012 yang berarti kawasan perairan diinisiasi
memenuhi kriteia Usulan Inisiatif, Identifikasi dan inventarirasi kawasan dan pencadangan
kawasan. Kemudian pada tahun 2014 TWP Tanah Bumbu mendapatkan penilaiaan Hijau yang
berarti KKP dikelaoh minimum dimana telah mmemenuhi kriteria pengesahan rencana
pengelolahan dan zonasi, standar operasional prosedur pengelolaan, pelaksanaan rencana
pengelolaan dan zonasi dan penetapan kawasan konservasi perairan.

Anda mungkin juga menyukai