Anda di halaman 1dari 38

Penyusunan Rencana Tata Ruang

LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari


AKHIR

PENDAHULUAN
BAB 1
● ● ●

Bab ini Menguraikan Mengenai Latar Belakang, Diperlukannya Penyusunan Rencana tata Ruang Kawasan
Minapolitan Kertasari. Maksud, Tujuan, Sasaran Serta Keluaran, Ruang Lingkup,Landasan Hukum Serta
Sistematika Pembahasan.

● ● ●

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang telah
dilaksanakan selama ini telah membawa hasil yang cukup menggembirakan. Namun
demikian, perubahan tatanan global serta nasional yang berkembang secara dinamis
menuntut percepatan pembangunan kelautan dan perikanan nasional secara terarah dan
berkelanjutan agar dapat menyesuaikan dan memenuhi tantangan lingkungan strategis yang
bergerak secara cepat. Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Center for Policy Reform
(CPR) Indonesia akan mewujudkan program kawasan minapolitan di berbagai daerah.
Pengembangan kawasan minapolitan itu akan mencakup kegiatan produksi, pengolahan,

BAB I - 1
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

serta pemasaran produk perikanan dan kelautan Sesuai dengan amanat Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tetang Penataan Ruang bahwa di dalam pengembangan wilayah
salah satu aspek yang akan dikembangkan adalah kawasan Minapolitan yang didefinisikan
sebagai kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan
sebagai sistem produksi perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang
dituntukan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem
pemukiman dan sistem Agribisnis.

Salah satu turunan dari sistem Minapolitan tersebut adalah sistem MINAPOLITAN yakni
kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai
sistem produksi perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh
adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan suatu sistem pemukiman dan sistem
minabisnis (Dir. Perikanan Budidaya DKP, 2009).

Kawasan pengembangan minapolitan Kabupaten Sumbawa Barat terbentang pada posisi


8°30’-8°45’ Lintang Selatan dan 116°43’-116°53’ Bujur Timur. Kabupaten Sumbawa Barat
terdiri dari delapan kecamatan, lima kecamatan merupakan kecamatan pesisir yaitu
Kecamatan Poto tano, Taliwang, Jereweh, Sekongkang dan Maluk. Sedangkan tiga
kecamatan non pesisir, yaitu Kecamatan Brang Ene, Brang Rea dan Seteluk. Karakteristik
wilayah pesisirnya pantai relative landai dan tenang yang cocok untuk pengembangan
budidaya rumput laut (Erlania dan Radiarta. I. N, 2014).

Gambar 1. Kawasan Sentra


Minapolitan Kertasari
Kecamatan I-
BABTaliwang 2
(Erlania dan Radiarta. I. N, 2014).
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

Berdasarkan surat keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia No.


KEP.32/MEN/2010 telah menetapkan Kabupaten Sumbawa Barat sebagai
kawasan pengembangan Minapolitan dengan komoditas pengembangannya
adalah rumput laut (Kappaphycus alvarezii).

Selain itu, keputusan Dirjen Perikanan budidaya No. KEP.70/DJPB/ 2010,


menetapkan kawasan minapolitan di Kabupaten Sumbawa Barat sebagai
kawasan percontohan.

Keputusan tersebut mendapat dukungan penuh dari pemda setempat, melalui keputusan
Bupati Sumbawa Barat no. 1011 tahun 2010 menetapkan kawasan minapolitan
budidaya rumput laut. Sentra pengembangan budidaya rumput laut berlokasi di Desa
Labuhan kertasari, Kecamatan Taliwang dengan metode budidaya lepas dasar. Daerah
penyangga (hinterland) kawasan minapolitan terletak di Kecamatan Poto Tano, meliputi
Desa Poto Tano, desa Kiantar, Desa Tua Nanga dan Kecamatan Jereweh, yaitu Desa Beru.

Berdasarkan peraturan daerah RTRW Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011-


2031, maka pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat harus menetapkan bagian dari
wilayah kabupaten yang diprioritaskan untuk disusun rencana rincinya, salah satunya adalah
rencana rinci kawasan strategis kabupaten (KSK) dari sudut kepentingan
ekonomi yaitu Kawasan minapolitan Teluk Kertasari dengan sektor unggulan
perikanan tangkap, perikanan budidaya dan wisata bahari.

Melalui pendekatan penataan ruang diharapkan keterkaitan kawasan Minapolitan dengan


sistem kota dan outlet pemasaran dalam suatu struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah
menjadi jelas dan terintegrasi dengan RTRW kabupaten yang ada. Selanjutnya mengacu dan
menyelaraskan dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 maka masterplan Kawasan
kawasan minapolitan disebut juga dengan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Minapolitan
yang adalah merupakan rencana rinci dari RTRW kabupaten.

Dalam pelaksanaan penyyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Minapolitan dalam
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang dengan muatan substansi yang

BAB I - 3
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

mencakup penentuan blok-subblok peruntukan kawasan hingga ke pengaturan kawasan


(zoning regulation) secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam
rangka pelaksanaan program-program pembangunan kawasan. Zoning regulation sendiri
memiliki manfaat sebagai berikut:
 meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai;
 meningkatkan pelayanan terhadap fasilitas yang bersifat publik;
 menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat; dan
 mendorong pengembangan ekonomi.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

1.2.1. MAKSUD
Maksud dari kegiatan ini adalah Menyusun Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten (RTR KSK) Sumbawa Barat dalam hal ini Kawasan Minapolitan
Teluk Kertasari dengan sektor unggulan perikanan tangkap, perikanan budidaya dan
wisata bahari yang telah disepakati oleh pemerintah provinsi dan kabupaten.

1.2.2. TUJUAN
Menyusun Rencana Tata Ruang kawasan Minapolitan Minapolitan Teluk Kertasari,
dengan komponen-komponennya adalah Mendetailkan Rencana Rinci Tata Ruang
kawasan perikanan tangkap, budidaya dan wisata bahari.

1.3. SASARAN

Sasaran kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Minapolitan Teluk


Kertasari ini adalah :
1. Mengumpulkan data berdasarkan sektor unggulan perikanan tangkap, budidaya
dan wisata bahari.
2. Melakukan survei lapangan berdasarkan sektor unggulan perikanan tangkap,
budidaya dan wisata bahari.
3. Melakukan analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Kawasan minapolitan
Teluk Kertasari.
4. Menentukan blok-blok peruntukan dan pemanfaatan ruang berdasarkan sektor
unggulan kawasan Minapolitan.

BAB I - 4
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

5. Memformulasikan kebijakan dan strategi kawasan minapolitan, arahan,


ketentuan pengendalian pemanfaatan zona dan indikasi program berdasarkan
pada kesesuaian lahan, daya dukung, daya tampung, dan nilai ekonomi

1.4. FUNGSI DAN MANFAAT KSK

Fungsi RTR KSK berdasar Permen ATR 37 Tahun 2016 antara lain:
 sebagai acuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau
mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan dalam
mendukung penataan ruang wilayah kabupaten;
 sebagai dasar pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang sebagaimana diatur dalam RTRW kabupaten; dan
 sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang KSK.

RTR KSK berdasar Permen ATR 37 Tahun 2016 bermanfaat untuk menjamin terjaganya
keberlanjutan nilai strategis kawasan.

1.5. KELUARAN & MANFAAT PEKERJAAN

1.5.1. Keluaran
Keluaran yang diharapkan akan dihasilkan dari kegiatan TR Kawasan Minapolitan Teluk
Kertasari Kabupaten Sumbawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
Tujuan pemanfaatan ruang KSK dengan sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
difokuskan pada perwujudan pengembangan kawasan yang memiliki sektor unggulan
sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah. Kebijakan penataan ruang KSK
dengan sudut kepentingan ekonomi difokuskan kepada kebijakan:
a. Kebijakan penetapan sektor-sektor unggulan
b. Kebijakan penyediaan prasarana dan sarana
c. Kebijakan moda transportasi terpadu
d. Kebijakan pengembangan antar sektor ekonomi secara terpadu
e. Kebijakan ekonomi berbasisi pengembangan ekonomi lokal dan spesifik
f. Kebijakan pengembangan ramah lingkungan

BAB I - 5
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

g. Kebijakan pemberian kemudahan investasi dan usaha


h. Kebijakan pembangaunan kawasan berbaisis mitigasi bencana.

Strategi penataan ruang KSK dengan sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi


difokuskan pada:
a. Arahan penyediaan permukiman
b. Arahan penyediaan prasarana dan sarana lingkungan
c. Arahan penyediaan sistim jaringan energi danvkelistrikan
d. Arahan penyediaan sistim jaringan telekomunikasi
e. Arahan penyediaan sistim jaringan transportasi dan pelabuhan terintegrasi
f. Arahan penyediaan sistim jaringan sumber daya air dan pelestarian
ekosistim
g. Arahan mitigasi bencana pada kawasan rawan bencana alam
h. Arahan penentuan kawasan inti dan kawasan penyangga
i. Arahan penyediaan sarana dan prasarana pengembangan agroindustri
j. Arahan sarana prasarana untuk pengembangan pariwisata.
k. Arahan sarana prasarana untuk pengembangan perikanan.

2. Rencana Struktur Ruang


Rencana Struktur ruang KSK dengan sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi terdiri
atas:
a. Sistim penyediaan permukiman
b. Sistim penyediaan prasarana dan sarana lingkungan
c. Sistim penyediaan sistim jaringan energi dankelistrikan
d. Sistim penyediaan sistim jaringan telekomunikasi
e. Sistim penyediaan sistim jaringan transportasi dan pelabuhan terintegrasi
f. Sistim penyediaan sistim jaringan sumber daya air dan pelestarian ekosistim
g. Sistim mitigasi bencana pada kawasan rawan bencana alam
h. Sistim penentuan kawasan inti dan kawasan penyangga
i. sistim penyediaan sarana dan prasarana pengembangan agroindustri
j. sistim penyediaan sarana prasarana untuk pengembangan pariwisata.
k. Sistim penyediaan sarana prasarana untuk pengembangan perikanan.

BAB I - 6
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

3. Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang KSK dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi terdiri atas
kawasan inti dan kawasan penyangga.
Kawasan inti terdiri atas:
a. Zona pengembangan poduksi unggulan yang dapat mendorong investasi sesuai
dengan daya tampung dan daya dukung lingkungannya;
b. Zona publik yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan prinsip-prinsip fungsi utama
kawasan inti untuk mendorong pertumbuhan kawasan
Kawasan Penyangga terdiri atas:
a. Zona penunjang sekaligus pendorong pengembangan kegiatan pasa kawasan
inti;
b. Zona publik yang berada pada kawasan di luar kawasan inti yang diperbolehkan
untuk mendukung fungsi utama kegiatan pada kawasan inti seperti perdagangan
dan jasa.
Pola ruang kawasan inti dan penyangga yang berada pada kawasan lindung, mengikuti
ketentuan pola ruang pada RTRW provinsi/kabupaten.

4. Arahan Pemanfaatan Ruang


Arahan Pemanfaatan ruang KSK dengan sudut pandang kepentingan pertumbuhan
ekonomi memuat arahan perwujudan RTR KSK yang dijabarkan ke dalam jangka waktu
perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan.

5. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Arahan pengendalian pemanfaatan ruang KSK dengan sudut kepentingan ekonomi
memuat arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan pemberian insentif dan
disinsentif, serta arahan pengenaan sanksi.

1.5.2. Manfaat Pekerjaan


Manfaat dari pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Minapolitan Teluk
Kertasari Kabupaten Sumbawa Barat. diharapkan menjadi pedoman utama bagi penyusunan
rencana teknis pemerintah daerah pada Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari Kabupaten
Sumbawa Barat

BAB I - 7
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

1.6. RUANG LINGKUP

Ruang linkup pelaksanaan kegiatan Penyusunan RTR Kawasan Minapolitan Teluk


Kertasari dibedakan menjadi dua yaitu ruang lingkup lokasi dan ruang lingkup materi.

1.6.1. Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan


Lingkup lokasi kegiatan Penyusunan RTR Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari yaitu
terletak pada Kawasan Sentra Minapolitan di Desa Kertasari Kecamatan Taliwang.

1.6.2. Ruang Lingkup Materi


Dalam Penyusunan RTR Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari harus memuat hal-hal
pokok sebagai berikut :
A. Persiapan
Pekerjaan persiapan ini mencakup kegiatan sebagai berikut : Kegiatan
administrasi, memobilisasi personil, penyusunan program kerja, pengadaan
data, pengadaan alat survei, dan sebagainya;

B. Survei dan Pengumpulan data


1. Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder yang dimaksudkan
untuk mengidentifikasi pemanfaatan sumberdaya dan isu-isu perencanaan.
serta pengumpulan bahan peta dasar (data bentang alam laut dan daratan)
dan peta tematik sesuai skala peta yang telah ditentukan
2. Jenis-jenis data dasar serta kedalaman informasi yang dibutuhkan dalam
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
Kabupaten Sumbawa Barat meliputi peta Data Bentang Alam Darat dan
Data Bentang Alam Laut.

C. Analisis Data
Kegiatan analisis terdiri dari kegiatan analisis fisik dasar dan analisis kebutuhan
ruang. Analisis fisik dasar dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi, untuk
menetapkan lokasi-lokasi yang dapat dibangun dan lokasi yang tidak dapat
dibangun karena ada kendala fisik. Analisis kebutuhan prasarana dan sarana
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan prasarana dan sarana
sesuai dengan luas wilayah yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kebutuhan

BAB I - 8
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

dihitung berdasarkan penduduk dan jumlah sarana prasarana yang akan


dibangun di kawasan strategis tersebut. Berdasarkan perhitungan tersebut
dapat diketahui kebutuhan ruangnya.

D. Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang


Penyusunan rencana rinci tata ruang terdiri dari tujuan, kebijakan, strategi,
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang berisi sistem pusat pelayanan,
rencana jaringan jalan yang menghubungkan antara pusat pelayanan
lingkungan dan rencana penggunaan lahan di kawasan strategis. Ditetapkan
pula arahan ketentuan pemanfaatan ruang dan arahan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang di kawasan strategis. Tujuan pekerjaan berdasarkan
keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini dicapai melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Perumusan konsep RTR Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari.
2. Penyusunan dokumen rencana rinci tata ruang Kawasan Minapolitan
Teluk Kertasari.
3. Pelaksanaan focus group discussion untuk menyepakati batas delineasi
Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari, konsep awal pengembangan
Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari, dan
4. Rumusan konsep RTR Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari.

E. Peraturan Zonasi
Peraturan zonasi berfungsi sebagai panduan mengenai ketentuan teknis
pemanfaatan ruang dan pelaksanaan pemanfaatan ruang, serta pengendaliannya.
Peraturan zonasi disusun dengan pertimbangan bahwa rencana tata ruang wilayah
(RTRW) belum operasional sehingga sulit dijadikan rujukan dalam pengendalian
penataan ruang. Adapun Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis
Kabupaten (KSK) sudah lebih terperinci, tetapi masih kurang operasional sebagai
rujukan pengendalian pembangunan karena tidak disertai dengan aturan
pemanfaatan ruang yang lengkap.
Materi Peraturan Zonasi, meliputi :
a. Materi Wajib
1) Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan

BAB I - 9
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi


kegiatan dan penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan dan
penggunaan lahan yang bersyarat secara terbatas, kegiatan dan
penggunaan lahan yang bersyarat tertentu, dan kegiatan dan penggunaan
lahan yang tidak diperbolehkan pada suatu zona.
Ketentuan teknis zonasi terdiri atas klasifikasi – klasifikasi sebagai berikut :
1. Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi I
memiliki sifat sesuai dengan peruntukan ruang yang direncanakan.
Pemerintah kabupaten/kota tidak dapat melakukan peninjauan atau
pembahasan atau tindakan lain terhadap kegiatan dan penggunaan
lahan yang termasuk dalam klasifikasi I.
2. Klasifikasi T = pemanfaatan bersyarat secara terbatas
Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna bahwa kegiatan dan
penggunaan lahan dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut:
- pembatasan pengoperasian, baik dalam bentuk pembatasan waktu
beroperasinya suatu kegiatan di dalam subzona maupun
pembatasan jangka waktu pemanfaatan lahan untuk kegiatan
tertentu yang diusulkan;
- pembatasan intensitas ruang, baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas,
maupun ketinggian bangunan. Pembatasan ini dilakukan dengan
menurunkan nilai maksimal dan meninggikan nilai minimal dari
intensitas ruang dalam peraturan zonasi;
- pembatasan jumlah pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkan
telah ada mampu melayani kebutuhan, dan belum memerlukan
tambahan, maka pemanfaatan tersebut tidak boleh diizinkan atau
diizinkan terbatas dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.
3. Klasifikasi B = pemanfaatan bersyarat tertentu
Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa untuk mendapatkan
izin atas suatu kegiatan atau penggunaan lahan diperlukan
persyaratan-persyaratan tertentu yang dapat berupa persyaratan
umum dan persyaratan khusus. Persyaratan dimaksud diperlukan
mengingat pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak yang besar
bagi lingkungan sekitarnya.
4. Klasifikasi X = pemanfaatan yang tidak diperbolehkan

BAB I - 10
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi X


memiliki sifat tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang
direncanakan dan dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi
lingkungan di sekitarnya. Kegiatan dan penggunaan lahan yang
termasuk dalam klasifikasi X tidak boleh diizinkan pada zona yang
bersangkutan.

2) Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang


Ketentuan insensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan mengenai
besaran pembangunan yang diperbolehkan pada suatu zona meliputi :
 KDB Maksimum;
 KLB Maksimum;
 Ketinggian Bangunan Maksimum; dan
 KDH Minimal.

3) Ketentuan Tata Bangunan


Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk,
besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona.
Komponen ketentuan tata bangunan minimal terdiri atas :
 GSB minimal yang ditetapkan;
 Tinggi bangunan maksimum atau minimal yang ditetapkan;
 Jarak bebas antar bangunan minimal yang harus memenuhi ketentuan
tentang jarak bebas yang ditentukan oleh jenis peruntukan dan
ketinggian bangunan; dan
 Tampilan bangunan yang ditetapkan.

4) Ketentuan Prasarana dan sarana minimal


Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi berupa prasarana parkir,
aksesibibilitas, jalur pedestrian, jalur sepeda, bongkar muat, dimensi
jaringan jalan, kelengkapan jalan dan kelengkapan prasarana lainnya yang
diperlukan.

5) Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan terdiri atas :
 Ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang merupakan ketentuan
yang memberikan kelonggaran untuk menyesuaikan dengan kondisi

BAB I - 11
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

tetrtentu dengan tetap mengikuti ketentuan massa ruang yang


ditetapkan dalam peraturan zonasi
 Ketentuan pemberian insentif bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
sejalan dengan rencana tata ruang dan memberikan dampak positif
bagi masyarakat serta disinsentif bagi kegiatan pemanfaatan ruang
yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang dan memberikan
dampak negatif bagi masyarakat
 Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai
dengan peraturan zonasi

b. Materi Pilihan
1) Ketentuan Tambahan
Ketentuan tambahan adalah ketentuan lain yang dapat ditambahkan pada
suatu zona untuk melengkapi aturan dasar yang sudah ditetapkan.
Ketentuan tambahan berfungsi memberikan aturan pada kondisi yang
spesifik pada zona tertentu dan belum diatur dalam ketentuan dasar.
2) Ketentuan Khusus
Komponen ketentuan khusus antara lain meliputi:
 Zona keselamatan opersional penerbangan (KKOP);
 Zona cagar budaya atau adat;
 Zona rawan bancana;
 Zona pertahanan keamanan (hankam);
 Zona pusat penelitian;
 Zona pengembangan nuklir;
 Zona pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU);
 Zona gardu induk listrik;
 Zona sumber air baku; dan
 Zona BTS.
3) Standar Teknis
Standar teknis yang digunakan dalam penyusunan RDTR mengikuti Standar
Nasional Indonesia (SNI), antara lain SNI nomor 03-1733-2004 tentang
Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Lingkungan
dan/atau standar lain.
4) Ketentuan Pengaturan Zonasi
Ketentuan pengaturan zonasi adalah varian dari zonasi konvensional yang
dikembangkan untuk memberikan fleksibilitas dalam penerapan aturan
zonasi dan ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam
penerapan peraturan zonasi dasar.

BAB I - 12
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

1.7. PENGERTIAN

Pengertian kawasan minapolitan


Pengertian minapolitan terdiri dari dua kata mina artinya ikan dan politan artinya kota,
jadi minapolitan adalah kota perikanan. KAWASAN MINAPOLITAN berdasarkan turunan
kawasan Agropolitan : adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada
wilayah pedesaan sebagai sistem produksi perikanan dan pengeloaan sumberdaya alam
tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan
sistem permukiman dan sistem minabisnis. Minapolitan adalah konsepsi pembangunan
ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi,
efisiensi, berkualitas dan percepatan. Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah
yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan,
pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya.
Konsep Pengembangan Kawasan Minapolitan
Kawasan minapolitan (berdasarkan turunan dari kawasan agropolitan) adalah kawasan yang
terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi
perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dari hierarki keruangan satuan sistem pemukiman dan sistem
minabisis. Minapolitan/agropolitan menurut Friedman dan Douglass (1985) adalah aktivitas
pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah pedesaan denga jumlah penduduk antara
50.000 jiwa sampai dengan 150.000 jiwa.

Berdasarkan issue dan permasalahan pembangunan perdesaan yang terjadi, pengembangan


kawasan minapolitan merupakan alternative solusi untuk pengembangan wilayah
(perdesaan). Kawasan minapolitan disini diartikan sebagai sistem fungsional desa-desa yang
ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya pusat minapolitan dan
desa-desa disekitarnya membentuk kawasan minapolitan. Disamping itu, kawasan
minapolitan ini juga dicirikan dengan kawasan perikanan yang tumbuh dan berkembang
karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis dipusat minapolitan yang diharapkan dapat
melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangun perikanan (minabisnis) diwilayah
sekitarnya

BAB I - 13
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

Dalam pengembangannya, kawasan tersebut tidak bisa terlepas dari pengembangan sistem
pusat-pusat kegiatan nasional (RTRWN) dan sistem pusat kegiatan pada tingkat propinsi
(RTRW Propinsi) dan Kabupaten (RTRW Kabupaten). Hal ini disebabkan, rencana tata ruang
wilayah merupakan kesepakatan bersama tentang pengaturan ruang wilayah. Terkait
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), maka pengembangan kawasan
minapolitan harus mendukung pengembangan kawasan andalan. Dengan demikian, tujuan
pembangunan nasional dapat diwujudkan.

Disamping itu pentingnya pengembangan kawasan minapolitan di Indonesia diindikasikan


oleh ketersediaan lahan perikanan dan tenaga kerja yang murah, telah terbentuknya
kemampuan (skill) dan pengetahuan (knowledge) di sebagian besar pembudidaya, jaringan
(network) terhadap sektor hulu dan hilir yang sudah terjadi, dan kesiapan pranata (institusi).
Kondisi ini menjadikan suatu keuntungan kompetitif (competitive advantage) Indonesia
dibandingkan dengan negara lain karena kondisi ini sangat sulit untuk ditiru (coping) (Porter,
1998). Lebih jauh lagi, mengingat pengembangan kawasan minapolitan ini menggunakan
potensi local, maka konsep ini sangat mendukung perlindungan dan pengembangan budaya
social local (local social culture).

Secara lebih luas, pengembangan kawasan minapolitan diharapkan dapat mendukung


terjadinya sistem kota-kota yang terintegrasi. Hal ini ditunjukkan dengan keterkaitan antar
kota dalam bentuk pergerakan barang, modal dan manusia. Melalui dukungan sistem
infrastruktur transportasi yang memadai, keterkaitan antar kawasan minapolitan dan pasar
dapat dilaksanakan. Dengan demikian, perkembangan kota yang serasi, seimbang, dan
terintegrasi dapat terwujud.

Dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan secara terintegrasi, perlu disusun


masterplan pengembangan kawasan minapolitan yang akan menjadi cuan penyusunan
program pengembangan. Adapun muatan yang terkandung didalamnya adalah:
1. Penetapan pusat agropolitan/minapolitan yang berfungsi sebagai (Douglas 1986):
1. Pusat perdagangan dan transportasi perikanan (aquacultural trade/transport
center).
2. Penyedia jasa pendukung perikanan (aquacultural support services).
3. Pasar konsumen produk non-perikanan (non aquacultural consumers market).

BAB I - 14
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

4. Pusat industry perikanan (aqua based industry).


5. Penyedia pekerjaan non perikanan (non-aquacultural employment).
6. Pusat minapolitan dan hinterlandnya terkait dengan sistem permukiman nasional,
propinsi, dan kabupaten (RTRW Propinsi/Kabupaten).
2. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai (Douglas, 1986):
1. Pusat produksi perikanan (aquacultural production).
2. Intensifikasi perikanan (aquacultural intensification).
3. Pusat pendapatan perdesaan da permintaan untuk barang-barang dan jasa non-
perikanan (rural income and demand for non-aquacultural goods and services).
4. Produksi ikan siap jual dan diversifikasi perikanan (cash fish production and
aquacultural diversification).

3. Penetapan sektor unggulan:


1. Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor
hilirnya.
2. Kegiatan minabisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling
besar (sesuai dengan kearifan local).
3. Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan
orientasi ekspor.
4. Dukungan sistem infrastruktur
Dukungan infrastruktur yang membentuk struktur ruang yang mendukung
pengembangan kawasan minapolitan diantaranya: jaringan jalan, irigasi, sumber-
sumber air, dan jaringan utilitas (listrik dan telekomunikasi).
5. Dukungan sistem kelembagaan.
1. Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan minapolitan yang
merupakan bagian dari pemerintah daerah dengan fasilitasi pemerintah pusat.
2. Pengembangan sistem kelembagaan insentif dan disinsentif pengembangan
kawasan minapolitan.

Melalui keterkaitan tersebut, pusat minapolitan dan kawasan produksi perikanan berinteraksi
satu sama lain secara menguntungkan. Dengan adanya pola interaksi ini diharapkan untuk
meningkatkan niali tambah (value added) produksi kawasan minapolitan sehingga
pembangunan perdesaan dapat dipacu dan migrasi desa-kota yang terjadi dapat
dikendalikan.

BAB I - 15
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

1.8. LANDASAN HUKUM

Penyusunan Penyusunan RTR Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari disusun menggunakan


acuan peraturan perundang-undangan dan standar teknis yang terkait. Adapun peraturan
dan standar yang dimaksud meliputi:
A. Undang-Undang
1) Undang–Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
2) Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
3) Undang Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4) Undang–Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
5) Undang–Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
6) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;
7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang –
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
8) Undang-Undang No 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;
9) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
10) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
11) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
12) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
13) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan;
14) Peraturan Pemerintah Nomor 10 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
15) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan;

B. Peraturan Pemerintah

BAB I - 16
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

1) Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhanan;


2) Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan;
4) Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota;
6) Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan.
8) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
9) Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2009 tentang Reklamasi dan Rehabilitasi
Hutan;
10) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Hutan;
11) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
12) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan;
13) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan;
14) Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
Terluar;
15) Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil
Terluar;
16) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;
17) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta;
18) Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir
Dan Pulau-pulau Kecil
19) Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 Tentang RIPPARNAS Tahun 2010 - 2025
20) Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2014 Tentang Kaw. Ekonomi Khusus Mandalika

BAB I - 17
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

C. Peraturan dan Keputusan Presiden Republik Indonesia


1) Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai
2) Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor
12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
3) Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2012 Tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil
4) Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 Tentang MP3EI 2011-2025
5) Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

D. Peraturan Menteri
1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budidaya;
2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Daerah;
3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pembentukan Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman
Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);
7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional;
8) Peraturan Menteri Kelautan & Perikanan No. 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir & Pulau-pulau Kecil
9) Peraturan Menteri Kelautan & Perikanan No. 17 Tahun 2008 tentang Kaw. Konservasi
di Wilayah Pesisir & Pulau-pulau Kecil
10) Peraturan Menteri Kelautan & Perikanan No. 20 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan
Pulau-pulau Kecil & Perairan sekitarnya
11) Peraturan Menteri PUPR Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis Sempadan
Danau

BAB I - 18
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

12) Peraturan Menteri ATR 37 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Provinsi Dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Kabupaten

E. Peraturan Daerah
1) Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat ;
2) Peraturan Daerah Prov. NTB No. 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir &
Pulau-pulau Kecil;
3) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-2029
(Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 Nomor 26,Tambahan
Lembaran Daerah Nusa Tenggara Barat Nomor 56);
4) Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang RTRW Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun 2011-2031;

1.9. PENGERTIAN

BAB I - 19
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

Istilah dan definisi dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Minapolitan Teluk Kertasari
Kabupaten Sumbawa Barat, meliputi :
1. Kabupaten adalah Kabupaten Sumbawa Barat;
2. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disingkat Pemerintah Kabupaten
adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
kabupaten;
3. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disingkat dengan Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
4. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disingkat RTRW Provinsi
adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi, yang merupakan
penjabaran dari RTRWN, dan yang berisi: tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang
wilayah provinsi; rencana struktur ruang wilayah provinsi; rencana pola ruang wilayah
provinsi; penetapan KSP; arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan arahan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi;
5. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disingkat RTRW
kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten yang
merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisiyang berisi tujuan,
kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah
kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis
kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten;
6. Rencana Tata Ruang Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari yang selanjutnya
disingkat Rencana Tata Ruang Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari adalah salah satu
kawasan yang direncanakan menjadi kawasan Minapolitan di Kabupaten Sumbawa
Barat;
7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya;
8. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang;
9. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional;

BAB I - 20
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

10. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya;
11. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
12. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang;
13. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat;
14. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota dan masyarakat;
15. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang;
16. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang
dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
17. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang;
18. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya;
19. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang;
20. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;
21. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau
aspek fungsional;
22. Wilayah darat adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis darat dari pulau-
pulau beserta segenap unsur terkait yang batasnya ditetapkan sampai dengan garis
pantai;
23. Wilayah laut adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis laut di luar ruang darat
pulau-pulau, beserta segenap unsur terkait yang batasnya untuk Provinsi ditetapkan
sejauh 12 (dua belas) mil laut dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau perairan

BAB I - 21
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

kepulauan dan Kabupaten ditetapkan sejauh 4 (empat) mil laut dari garis pantai ke arah
laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan;
24. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya;
25. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan;
26. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan;
27. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten
terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan
28. Kawasan strategis kabupaten (KSK) merupakan kawasan yang dapat didorong
pertumbuhannya atau dilindungi kelestariannya agar nilai strategis kawasan tersebut
memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat kabupaten. KSK telah
ditetapkan dalam RTRW Kab/Kota
29. Kawasan Minapolitan adalah kawasan yang dibangun/dikembangkan dengan konsep
yang dititik beratkan pada kemajuan sektor perikanan dan mengedepankan prinsip
terintegrasi, efesiensi, kualitas, percepatan dan berkesinambungan.
Sedangkan, kawasan minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai
fungsi utama ekonomi yang terdiri atas sentra produksi, pengolahan, pemasaran
komoditas perikanan, pelayanan jasa, atau kegiatan pendukung lainnya
30. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi;
31. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk di dalamnya pengelolaan sumberdaya alam, dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi;
32. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan;

BAB I - 22
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

33. Sistem pusat pelayanan strategis adalah pusat – pusat kegiatan yang mendukung
fungsi Kawasan Sili-Maci-Panobu sebagai kawasan strategis provinsi dengan sektor
unggulan pariwisata, industri dan perikanan;
34. Sistem pusat pelayanan wilayah adalah susunan pusat – pusat kegiatan yang
diwujudkan oleh sebuah kawasan perkotaan dalam sistem wilayah;
35. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupaten/kota atau beberapa wilayah
kecamatan;
36. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkay PPK adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi melayani satu wilayah kecamatan atau beberapa desa;
37. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik;
38. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu
yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang
bersangkutan.
39. Zona inti adalah zona yang merupakan pusat pengembangan kegiatan wisata dan jasa
wisata;
40. Zona penunjang adalah zona yang merupakan pusat pengembangan permukiman,
industri wisata
41. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel;
42. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan
dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis;
43. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
pusat kegiatan;
44. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan;

BAB I - 23
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

45. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi;
46. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi;
47. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi,
jalan Kabupaten, jalan kota, dan jalan desa;
48. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota Kabupaten, atau antari bukota
Kabupaten, dan jalan strategis provinsi;
49. Jalan Kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk pada jalan nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota
Kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota Kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder dalam wilayah Kabupaten, dan jalan strategis Kabupaten
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perKabupatenan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung penghidupan dan
kehidupan;
50. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah;
51. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah garis yang tidak
boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah GSJ yang ditetapkan dalam rencana
kabupaten/kota;
52. Garis Sempadan Jalan yang selanjutnya disingkat GSJ adalah garis rencana jalan
yang ditetapkan dalam rencana kabupaten/kota;
53. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana
tata bangunan dan lingkungan;
54. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang
diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah

BAB I - 24
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan
lingkungan;
55. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana
tata bangunan dan lingkungan;
56. Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang
ditentukan berdasarkan pengaturan koefisien lantai bangunan, koefisien dasar bangunan
dan ketinggian bangunan tiap bagian kawasan kabupaten/kota sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan kabupaten/kota;
57. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang/jalur
dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, dan pada
dasarnya tanpa bangunan;
58. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai;
59. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang tepi kiri dan kanan sungai, meliputi
sungai alam dan buatan, kanal, dan saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai;
60. Sempadan danau/waduk/embung adalah kawasan perlindungan setempat di
sekeliling waduk/danau/embung yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau;
61. Kawasan sekitar mata air adalah kawasan tertentu di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air;
62. Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang diidentifikasi mempunyai potensi
terjadi bencana seperti bencana tanah longsor, gelombang pasang/tsunami, rawan
abrasi pantai dan rawan banjir;
63. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau
lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau
sama dengan 2.000 km²;
64. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis

BAB I - 25
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan;
65. Kawasan pertanian adalah kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pertanian yang
dapat terdiri atas kegiatan pertanian lahan basah, kegiatan pertanian lahan kering,
kegiatan perkebunan, kegiatan peternakan dan perikanan.Izin pemanfaatan ruang
adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan;
66. Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan;
67. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan
tanah;
68. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya adalah
kawasan hutan yang memiliki fungsi sangat penting dalam melindungi kawasan-
kawasan sekitar di bawahnya, untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah;
69. Cekungan Air Tanah yang selanjutnya disingkat CAT adalah suatu wilayah yang
dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung;
70. Arahan peraturan zonasi adalah arahan penyusunan ketentuan umum peraturan
zonasi dan peraturan zonasi yang lebih detail, maupun bagi pemanfaatan
ruang/penataan KSP termasuk zona sekitar jaringan prasarana wilayah provinsi;
71. Arahan perizinan adalah arahan-arahan yang disusun oleh pemerintah pusat, sebagai
dasar dalam menyusun ketentuan perizinan oleh pemerintahan provinsi dan
kabupaten/kota dimana KSP terletak, yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum
pelaksanaan pemanfaatan ruang;
72. Arahan insentif dan disinsentif adalah arahan yang diterapkan untuk memberikan
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan
arahan untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang
tidak sejalan dengan rencana tata ruang;

BAB I - 26
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

73. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberi sanksi bagi siapa saja yang melakukan
pelanggaran dalam pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
yang berlaku;
74. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasukmasyarakat hukum
adat, korporasi dan/atau pemangku kepentingannonpemerintah lain dalam
penyelenggaraan penataan ruang;
75. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul ataskehendak
dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk bermitra danbergerak dalam
menyelenggarakan penataan ruang;

1.10. KERANGKA KERJA KEGIATAN

kerangka kerja kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten
(KSK) Minapolitan Teluk Kertasari adalah sebagai berikut:

BAB I - 27
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

BAB I - 28
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

1.11. KONSEP

Minapolitan adalah konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan
pendekatan sistem dan manajemen kawasan dengan prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas dan
akselerasi. Kawasan Minapolitan adalah kawasan ekonomi yang terdiri dari sentra-sentra
produksi dan perdagangan komoditas kelautan dan perikanan, jasa, perumahan dan
kegiatan terkait lainnya. Minapolitan merupakan kerangka berpikir dalam pengembangan
agribisnis berbasis perikanan di suatu daerah. Minapolitan adalah wilayah yang berisi sistem
agribisnis berbasis perikanan dengan penggeraknya usaha agribisnis.

Pengembangan minapolitan tetap mencakup pengembangan keempat subsistem dari sistem


dan usaha agribisnis berbasis perikanan.
1. Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) perikanan, yakni kegiatan yang
menghasilkan sarana produksi bagi usaha penangkapan dan budidaya ikan seperti
usaha mesin dan peralatan tangkap dan budidaya.
2. Subsistem usaha penangkapan dan budidaya (on-farm agribusiness), seperti usaha
penangkapan ikan, budidaya udang, rumput laut, dan ikan laut, serta budidaya ikan
air tawar.
3. Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) perikanan, yakni industri yang
mengolah hasil perikanan beserta perdagangannya.
4. Subsistem jasa penunjang (supporting agribusiness) yakni kegiatan-kegiatan yang
menyediakan jasa, seperti perkreditan, asuransi, transportasi, infrastruktur pelabuhan
kapal ikan, pendidikan dan penyuluhan perikanan, penelitian dan pengembangan
serta kebijakan pemerintah daerah.
5. Subsistem harus dikembangkan secara simultan dan harmonis.

Suatu kawasan minapolitan sebaiknya mempunyai karakteristik sebagai berikut:


1. Satu kota kecil sebagai sentra (mungkin wilayah administrasi kecamatan) dan
beberapa wilayah (desa atau kecamatan) di sekitarnya pada radius melakukan
commuting ke arah sentra;
2. Sentra kota mempunyai cadangan sumber daya ikan atau kapasitas produksi ikan
yang mampu menjadi penggerak ekonomi seluruh kawasan minapolitan (sentra dan
wilayah sekitarnya) (CMEA, 2011);

BAB I - 29
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

3. Kawasan minapolitan harus bisa tumbuh dan berkembang sebagai kawasan mandiri;
4. Faktor kenyamanan dan pergerakan ekonomi harus bisa menjadi daya saing untuk
memberikan pilihan alternatif bagi urbanisasi ke wilayah metropolitan;
5. Pengembangan atau pertumbuhan (ekonomi dan keruangan) pada kawasan
minapolitan harus dilakukan secara terkontrol. Ketika kapasitas daya dukung
tercapai, telah teridentifikasi kawasan mina atau agropolitan lain sebagai alternatif;
6. Pengembangan kawasan minapolitan harus dilakukan secara terpadu dan efisien,
melibatkan instansi dari tingkat pusat dan daerah maupun instansi lintas sektor

pengembangan kawasan minapolitan secara lengkap disebutkan pada KepMen Kelautan dan
Perikanan No. 18/Men/2011 tentang pedoman umum minapolitan. Namun secara esensial,
sasaran program minapolitan bisa disarikan menjadi 4 (empat) hal utama sebagai berikut:
1. Pelayanan secara terpadu dan efisien dari instansi pusat dan daerah serta instansi
lintas-sektor pada kawasan minapolitan;
2. Berkembangnya sektor ekonomi dari komoditas sektor perikanan
3. Kawasan sentra minapolitan bersama wilayah sekitarnya tumbuh sebagai kota
mandiri
4. Pengisian tenaga kerja pada wilayah sekitar sentra minapolitan sesuai dengan
kapasitas daya dukung produksi perikanan

Zonasi Kawasan Minapolitan


Zonasi pada dasarnya ialah membagi suatu kawasan menjadi ruang-ruang berdasarkan
peruntukkan yang berbeda. Zonasi kawasan di laut paling tidak mengikuti 3 (tiga) aturan
dasar ialah:
(1) jalur-jalur penangkapan ikan,
(2) rencana zonasi wilayah pesisir dan pulaupulau kecil (RZWP3K), dan
(3) zonasi kawasan konservasi perairan (RZKKP).
Jalur-jalur penangkapan ikan ialah ketentuan zonasi dalam pemanfaatan sumber daya ikan
secara berkelanjutan khusus dari kegiatan penangkapan ikan. RZWP ialah ketentuan zonasi
yang mengatur pemanfaatan laut secara umum termasuk penangkapan.
Sedangkan RZKKP ialah ketentuan zonasi yang dibuat untuk melindungi habitat pendukung
sumber daya ikan, seperti terumbu karang, bakau maupun lamun. Oleh karena itu, ruang
lingkup zonasi kawasan minapolitan sebaiknya meliputi wilayah darat.

BAB I - 30
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

Program minapolitan :
1. mulai dari awal – kawasan minapolitan dengan sistem ekonomi yang sudah
berkembang dengan baik, dilakukan perbaikan penataan yang diperlukan ialah
pengembangan wilayah pendukung (hinterland) dan sistem pelayanan terpadu
(integrated governance). Sebaliknya.
2. kawasan minapolitan dengan sistem ekonomi yang yang baru mulai. Dia
membutuhkan berbagai bentuk intervensi untuk meningkatkan peran perikanan
sebagai penggerak ekonomi lokal. Namun pada kondisi seperti ini, rencana penataan
wilayah bisa dilakukan secara lebih terencana.

Oleh karena itu rencana zonasi kawasan minapolitan sebaiknya mengikuti beberapa prinsip
dasar sebagai berikut:
 Ruang lingkup zonasi: meliputi wilayah sentra produksi dan wilayah (hinterland) di
sekitarnya;
 Dibuat melekat atau terintegrasi dengan sistem keruangan (spatial planning) yang
telah ada;
 Dibuat sedemikian rupa menyesuaikan dengan sistem keruangan yang sudah ada
saat ini.

KSK Teluk Kertasari ialah sentra dari kawasan minapolitan dengan ruang lingkup zonasi
sebaiknya terdiri dari wilayah Kertasari beserta wilayah sekitarnya (hinterland) yang terkait
atau terpengaruh oleh perkembangan ekonomi perikanan dari Kertasari. Saat ini, paling
tidak, ada dua jenis aturan keruangan bagi wilayah KSK Teluk Kertasari, ialah RDTR wilayah
dan RZWP3K  (bila telah disusun). Penataan ruang (zonasi) terkait dengan minapolitan
harus dibuat melekat dengan kedua jenis rencana zonasi tersebut. Melalui analisis, besar
kemungkinan wilayah Muncar tidak membutuhkan zonasi tambahan karena keperluan bagi
minapolitan sudah terakomodasi pada RDTR dan RZWP3K.
Seperti telah dijelaskan, minapolitan bisa dibedakan menjadi dua bagian, ialah: minapolitan
perikanan tangkap dan minapolitan perikanan budidaya. Kedua jenis aktifitas ekonomi ini
memiliki dimensi keruangan yang berbeda. Produksi bahan mentah pada sistem
penangkapan ikan dilakukan secara terpusat di tempat pendaratan dan pelelangan ikan.
Aktifitas pengolahan (pabrik es, lahan pengeringan, pengalengan) bisa dirancang pada lokasi

BAB I - 31
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

dekat dengan pendaratan ikan. Pada kasus budidaya aktifitas budidaya dilakukan secara
tersebar dan

Secara Umum MINAPOLITAN memiliki Tujuan, Karakteristik, ciri kawasan dan lainnya,
sebagai berikut :
A. Tujuan Minapolitan
1. Meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas
2. Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan yang adil dan
merata
3. Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di
daerah

B. Kakteristik Minapolitan
1. Terdiri dari sentra-sentra produksi dan pemasaran berbasis perikanan dan
mempunyai multiflier effect tinggi terhadap perekonomian disekitarnya.
2. Mempunyai keanekaragaman kegiatan ekonomi, produksi, perdagangan, jasa
pelayanan,kesehatan dan sosial yang saling terkait.
3. Mempunyai sarana dan prasarana memadai sebagai pendukung keanekaragaman
aktifitas ekonomi sebagai layaknya sebuah kota.

C. Persyaratan Minapolitan
1. Komitmen Daerah : ditetapkan Bupati/Walikota sesuai Renstra
2. Komoditas Unggulan : seperti udang,patin, rumput laut dan lainnya.
3. Letak Geografis : Lokasi strategis dan secara alami sesuai
4. Sistem dan Mata Rantai Produksi Hulu dan Hilir : Keberadaan sentra produksi yang
aktif seperti lahan budidaya dan pelabuhan perikanan
5. Kelayakan Lingkungan : Tidak merusak lingkungan.

D. Ciri Kawasan Minapolitan


1. Perikanan merupakan sumber pendapatan utama masyarakat;
2. Kegiatan kawasan didominasi oleh kegiatan perikanan;
3. Hubungan interdependensi/timbal balik antara pusat dan hinterland-hinterland

BAB I - 32
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

4. Kehidupan masyarakat di kawasan minapolitan mirip dengan suasana kota karena


keadaan sarana yang ada di Kawasan Minapolitan tidak jauh berbeda dengan di
kota

E. Persyaratan Kawasan Minapolitan


1. Memiliki sumberdaya lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas
perikanan yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (komoditas
unggulan)
2. Memiliki berbagai sarana dan prasarana Minabisnis yang memadai untuk
mendukung pengembangan sistem dan usaha Minabisnis yaitu :
a) Pasar
b) Lembaga Keuangan
c) Memiliki kelembagaan pembudidaya ikan
d) Balai penyuluhan perikanan (BPP) yang berfungsi sebagai klinik
e) Jaringan jalan yang memadai dan aksesbilitas dengan daerah lainnya serta
sarana irigasi, yang kesemuanya untuk mendukung usaha perikanan yang
efisien
3. Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai seperti transportasi, jaringan
listrik, telekomunikasi, air bersih dll
4. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan social/masyarakat yang memadai
seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi, perpustakaan, swalayan dll
5. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian social
budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin

F. Pengembangan Infrastruktur Penunjang Di Kawasan Minapolitan


1. Proses Produksi Budidaya Perikanan
Penyediaan air baku, jalan usaha tani (mina-road), jembatan, dermaga, tempat
pendaratan ikan, kantor manajemen/saung meeting, tiang pancang,dll

2. Penanganan Lepas Panen


Tempat penjemuran, hasil budidaya, pergudangan, penyediaan air bersih, jalan
poros desa, sub-terminal, usaha perikanan,dll

3. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan


Bangunan industri kecil,tempat pelelangan ikan, pasar/kios/los ikan.

BAB I - 33
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

G. Jenis Infrastruktur Minapolitan


1. Infrastruktur yang bersifat Software:
Layanan lembaga keuangan/perbankan, layanan sosial kemasyarakatan, layanan
lembaga operasional kawasan, dukungan perda/kebijakan tata ruang dan bantuan
perencanaan teknis dan DED
2. Infrastruktur yang bersifat Hardware:
a) Budidaya di laut (jangkar kolektif, jaring tancap, dermaga hasil panen,
handing space, kantor manajemen, deporasi, jalan akses, jaringan listrik,
telepon dan air bersih)
b) Budidaya di tambak/kolam (pintu air, jaringan irigasi pemasukan, jaringan
irigasi pembuangan, jalan produksi, jalan akses, jembatan)
c) Budidaya di waduk dan danau (dermaga hasil panen, handling space, kantor
manajemen, jaringan listrik, telepon dan air bersih)
d) Budidaya di sungai dan saluran (karamba, tiang penambat, handling space,
jalan aksses dan air bersih)
e) Budidaya di sawah (caren, handling space, air bersih dan jalan akses)
f) Budidaya di rawa (jaring tancap, handling space, air bersih dan jlan akses)

H. Strategi Pengembangan
1. Peningkatan kuantitas hasil tangkapan melalui pemanfaatan teknologi
penangkapan yang lebih modern
2. Perluasan pangsa pasar, dengan memanfaatkan teknologi informasi serta promosi
yang gencar oleh aparat pemerintah maupun masyarakat secara umum
3. Peningkatan kualitas hasil tangkapan dengan sistem pengemasan yang lebih baik
4. Mengoptimalkan fungsi koperasi nelayan sebagai tulang punggung pemenuhan
kebutuhan nelayan.

I. Arahan Kebijaksanaan

BAB I - 34
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

1. Potensi kelautan adalah sumber daya alam yang terbatas, untuk itu dalam
pengembangannya harus memperhatikan prinsip lestari dan seimbang.
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang sistem penangkapan yang
sesuai dengan kaidah praktis, ekonomis dan efisien.
3. Mengembangkan pola pemasaran yang terintegral dengan linkage ekonomi
lainnya.
4. Perluasan kegiatan pengembangan perikanan terutama bagi wilayah yang
memilki potensi periukanan yang potensial.

rencana zonasi kawasan minapolitan


sebaiknya mengikuti beberapa prinsip
dasar sebagai berikut:
• Ruang lingkup zonasi: meliputi
wilayah sentra produksi dan
wilayah (hinterland) di sekitarnya
(seperti RDTR wilayah Kec. dan
RZWP3K)
• Terdiri atas sentra produksi,
pengolahan dan pemasaran
• Dibuat melekat atau
terintegrasi dengan sistem
keruangan (spatial planning)
yang telah ada;
• Dibuat sedemikian rupa
menyesuaikan dengan sistem
keruangan yang sudah ada saat
ini.

BAB I - 35
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

Luasan
Zona Lokasi Fungsi
(Ha)

Zona Inti • Sebagian Labuan551,46 • Perikanan budidaya :


Kertasari Budidaya  pengolahan  pemasaran
• Pengembangan wisata dan
jasa wisata
• PPL (Pusat Pelayanan
Lingkungan)

Zona • Sebagian Labuan2681,63 • Pertanian


Penyangga Kertasari • Perkebunan
• Sebagian • Pariwisata
Tuananga • Permukiman
• PLTU

BAB I - 36
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

BAB I - 37
Penyusunan Rencana Tata Ruang
LAPORAN Kawasan Minapolitan Teluk Kertasari
AKHIR

BAB I - 38

Anda mungkin juga menyukai