Anda di halaman 1dari 119

LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)


PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

baB. 3
rencana struktur kawasan pengembangan

3.1. Kebijakan Pembangunan Daerah

3.1.1. Kebijakan Pembangunan Kabupaten Halmahera Selatan

Penyusunan Rencana Satuan Kawasan Pengembangan (RSKP) SKP.A Kawasan


Transmigrasi Pulau Bacan, Kecamatan Bacan Barat Utara dan Bacan Barat, Kabupaten
Halmahera Selatan, tidak terlepas dari kebijakan Penataan Ruang Wilayah Nasional,
Provinsi maupun Kabupaten. Pokok-pokok kebijakan penataan ruang wilayah nasional
yang menjadi pertimbangan penyusunan RSKP SKP.A Kawasan Transmigrasi Pulau
Bacan diantaranya adalah:

A. Tujuan Pemanfaatan Ruang adalah :


 Mengintegrasikan pemanfaatan ruang di darat, ruang laut, dan ruang
udara
 Memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat
 Menyeimbangkan dan menyerasikan perkembangan antar-wilayah
dan antar-sektor
 Meningkatkan kemampuan memelihara pertahanan keamanan negara
yang dinamis dan memperkuat integrasi nasional

Bab III - 1
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta mencegah timbulnya


kerusakan fungsi dan tatanannya.

B. Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan serta Wujud Struktur dan


Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah

3.1.2. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Halmahera Selatan


Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Halmahera Selatan meliputi:
 Sistem perkotaan Kabupaten Halmahera Selatan
 Sistem jaringan transportasi Kabupaten Halmahera Selatan
 Sistem jaringan energi Kabupaten Halmahera Selatan
 Sistem jaringan telekomunikasi Kabupaten Halmahera Selatan
 Sistem jaringan sumber daya air.

Berdasarkan hirarki sistem kota-kota yang telah ditetapkan sebagai mana diuraikan
fungsi, skala pelayanan dan arahan pengembangan kota-kota maka secara garis besar
fungsi kawasan perkotaan di Kabupaten Halmahera Selatan dapat di bedakan menjadi
empat macam, yaitu:
1. PKW, mempunyai jangkauan pelayanan seluruh kabupaten dengan fungsi
pelayanan administrasi, perdagangan dan jasa serta pusat pemukiman.
2. PKWp, mempunyai jangkauan pelayanan hampir di seluruh kabupaten dengan
fungsi pelayanan administrasi, perdagangan dan jasa serta pusat pemukiman yang
dipromosikan oleh pihak provinsi.
3. PKL, mempunyai jangkauan pelayanan beberapa Kecamatan. Fungsi kota sebagai
pengumpul lokal, pelayanan terhadap sarana produksi pertanian (saprotan) dan
atau sarana produksi perikanan (saprokan). Pada sebagian kota yang mempunyai
dua moda transportasi yang mengintegrasikan kedua moda trasportasi tersebut.
4. PKLp, mempunyai jangkauan pelayanan beberapa kecamatan yang dipromosikan
oleh pihak kabupaten;

Bab III - 2
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

5. PPK, mempunyai jangkauan pelayanan tingkat kecamatan, fungsi sebagai pusat


pelayanan saprotan dan pelayanan fasilitas publik tingkat lokal (perdesaan).
6. PPL, mempunyai jangkauan pelayanan kegiatan untuk beberapa permukiman di
sekitarnya.

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Halmahera Selatan harus menggambarkan


arahan struktur ruang wilayah nasional dan wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang ada
di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau
administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas:
1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu kawasan perkotaan Labuha di pulau Bacan.
2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), terdiri atas:
a. kawasan perkotaan Gurapin di Kecamatan Kayoa,
b. kawasan perkotaan Maffa di Kecamatan Gane Timur,
c. kawasan perkotaan Saketa di Kecamatan Gane Barat, dan
d. kawasan perkotaan Babang di Kecamatan Bacan Timur.

3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), terdiri atas:


a. kawasan perkotaan Laiwui di Kecamatan Obi,
b. kawasan perkotaan Loleojaya di Kecamatan Kasiruta Timur,
c. kawasan perkotaan Gane Dalam di Kecamatan Gane Barat Selatan,
d. kawasan perkotaan Waikyon di Kecamatan Makian.

4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), terdiri atas:


a. kawasan perkotaan Indari di Kecamatan Bacan Barat,
b. kawasan perkotaan Yaba di Kecamatan Bacan Barat Utara,
c. kawasan perkotaan Mandaong di Kecamatan Bacan Selatan,
d. kawasan perkotaan Wayaua di Kecamatan Bacan Timur Selatan,
e. kawasan perkotaan Bibinoi di Kecamatan Bacan Timur Tengah,
f. kawasan perkotaan Kukupang di Kecamatan Kepulauan Joronga,

Bab III - 3
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

g. kawasan perkotaan Dolik di Kecamatan Gane Barat Utara,


h. kawasan perkotaan Gane Luar di Kecamatan Gane Timur Selatan,
i. kawasan perkotaan Bisui di Kecamatan Gane Timur Tengah,
j. kawasan perkotaan Palamea di Kecamatan Kasiruta Barat,
k. kawasan perkotaan Bajo di Kecamatan Kepulauan Batanglomang,
l. kawasan perkotaan Busua di Kecamatan Kayoa Barat,
m. kawasan perkotaan Laluin di Kecamatan Kayoa Selatan,
n. kawasan perkotaan Laromabati di Kecamatan Kayoa Utara,
o. kawasan perkotaan Mataketen di Kecamatan Makian Barat,
p. kawasan perkotaan Jiko di Kecamatan Mandioli Selatan,
q. kawasan perkotaan Indong di Kecamatan Mandioli Utara,
r. kawasan perkotaan Jikohai di Kecamatan Obi Barat,
s. kawasan perkotaan Wayaloar di Kecamatan Obi Selatan,
t. kawasan perkotaan Sum di Kecamatan Obi Timur,
u. kawasan perkotaan Madapolo di Kecamatan Obi Utara.

Rencana pengelolaan kawasan perdesaan di Kabupaten Halmahera Selatan akan


meliputi tujuan pengelolan dan sasaran pengelolaan kawasan perdesaan.
A. Tujuan Pengelolaan Kawasan Perdesaan
Pengelolaan kawasan pedesaan bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam serta sumberdaya buatan dengan
memperhatikan sumberdaya manusia untuk menyerasikan pemanfaatan ruang dan
kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan dilakukan bagi kepentingan masyarakat
melalui kegiatan budidaya dengan mempertimbangkan aspek teknis seperti daya dukung
dan kesesuaian tanah, aspek sosial serta aspek ruang (sinergi kegiatan dan kelestarian
fungsi lingkungan hidup).

B. Sasaran Pengelolaan Kawasan Perdesaan


Sasaran pengelolaan kawasan perdesaan di Kabupaten Halmahera Selatan adalah :

Bab III - 4
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

a. Terwujudnya pemanfaatan ruang dan sumber daya alam untuk


kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan fungsi lingkungan hidup;
b. Pemanfaatan ruang harus berdasarkan pada prioritas kegiatan yang
memberikan keuntungan besar pada masyarakat.

C. Strategi Pengembangan Kawasan Perdesaan


a. Pengembangan kawasan pertanian yang diarahkan pada wilayah-wilayah
yang memiliki potensi/kesesuaian lahan serta memungkinkan adanya dukungan
pengembangan prasarana pengairan
b. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan diarahkan pada wilayah-
wilayah yang memiliki kesesuaian lahan permukiman, serta pertanian.

D. Langkah – langkah Upaya


a. Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim dengan
menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat
memberikan lingkungan hidup yang sesuai dengan pengembagan masyarakat;
b. Permukiman yang telah berkembang tata lingkungannya, sehingga
memenuhi persyaratan fisik, kesehatan, kenyamanan dan keserasian;
c. Diarahkan untuk kawasan perdagangan/jasa dengan skala pelayanan lokal
yang dialokasikan pada pusat-pusat kecamatan.
d. Permukiman yang berada di bantaran sungai, hendaknya diupayakan
penyuluhan program kelestarian lingkungan serta pembuatan TPS (tempat
pembuangan sampah sementara).

Bab III - 5
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Bab III - 6
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3.1.2.1.Sistem Prasarana Wilayah


A. Rencana Pengembangan Sistem Transportasi
Jalan Raya mengacu pada UU No.38/2004 dan PP No. 26/1985 tentang Jalan dan
KEPMENHUB No. 15/1997 tentang Sistem Transportasi Nasional, maka sistem
jaringan jalan sistem primer yang melalui Kabupaten Halmahera Selatan yaitu :
1. Sistem Primer
Karena dari aspek lokasional jaringan jalan tersebut berada di dalam wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan, maka sistem primer ini turut pula membentuk
struktur jaringan internal kota, bahkan dalam pemanfaatannya sistem primer ini
juga melayani pergerakan internal kota, sehingga terjadi penumpukan pergerakan
pada sistem ini.
1) Kolektor Primer
Jalan kolektor primer pada prinsipnya menghubungkan Kabupaten Halmahera
Selatan dengan pusat-pusat pertumbuhan kawasan lainnya dalam lingkup
Propinsi Maluku Utara, yaitu ibukota-ibukota kabupaten.
2) Jaringan Primer ini juga untuk jalur pelayaran Babang – Ternate dan Babang
- Saketa

2. Sistem Sekunder
Jalan arteri sekunder pada prinsipnya adalah jalan-jalan yang membentuk struktur
utama kota (selain fungsi primer), yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan
dalam wilayah kota. Jalan kolektor primer menghubungkan pusat-pusat bagian
kota dengan pusat-pusat bawahnya (sub pusat kota).
Jaringan arteri sekunder di Kabupaten Halmahera Selatan terhubung dengan
jaringan kolektor primer. Dari sebagian kolektor primer ini terletak juga diluar
wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, sehingga terdapat sebagian jalan arteri
sekunder ini yang menyambung ke luar wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
Untuk jaringan jalan kolektor sekunder pada prinsipnya terletak didalam wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan, tapi mengingat konfigurasi disekitar wilayah

Bab III - 7
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Kabupaten Halmahera Selatan maka terbuka kemungkinan jaringan jalan tersebut


keluar wilayah Kabupaten Halmahera Selatan (seperti halnya jalan arteri
sekunder).
Jaringan sekunder yang akan dikembangkan mengingat kondisi geografis
kabupaten yang terdiri dari banyak pulau maka jaringan ini akan berbentuk jalan
lingkar pada setiap pulau.
Transportasi Laut. Sarana angkutan laut dari dan atau menuju Kabupaten
Halmahera Selatan adalah rencana masa yang akan datang yang sangat
menjanjikan dan sudah merupakan kebutuhan pengembangan tiap pulau di
Kabupaten Halmahera Selatan.
Dengan adanya pelabuhan-pelabuhan khusus tersebut, maka pada pembangunan
sektor transportasi darat diusahakan untuk menghindari pembangunan jembatan
baru. Hal ini didasarkan dapat menurunkan tingkat pelayanan transportasi sungai,
mengurangi aktivitas sungai serta dari segi ekonomis sangat mahal.
Transportasi Udara. Keberadaan Bandara Oesman Sadik berperan cukup besar
terhadap bangkitan pergerakan selain meningkatkan pendapatan daerah dari sektor
perhubungan. Dengan adanya kegiatan pengembangan (perluasan) kawasan
Bandara Oesman Sadik, maka rute dan frekuensi penerbangan akan bertambah
dan secara otomatis akan berdampak pula terhadap perekonomian daerah.
Pengembangan Bandara SMB II selain dari aspek fisik juga dari aspek kualitas
dan kinerja fasilitas dan pelayanannya yang tentunya akan memerlukan dukungan
sektor lainnya untuk mengimbangi peningkatan fungsi layanan bandara ini, seperti
dukungan sektor perangkutan darat yang berhubungan langsung dengan kegiatan
bandara.

3.1.2.2.Rencana Sistem Jaringan Transportasi


Pada perencanaan sistem transportasi di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan
tidak terlepas dari rencana tata ruang yang telah disusun dalam rencana wilayah di
Propinsi Maluku Utara.

Bab III - 8
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

A. Umum
Hal pertama yang perlu dilakukan dalam perencanaan pembangunan transportasi
adalah menetapkan tujuan dan sasaran kinerja transportasi yang diharapkan
diwujudkan di masa depan. Dengan adanya sasaran yang akan dicapai di
kemudian hari serta mengetahui kinerja saat ini, maka dapat ditentukan
kesenjangannya. Besarnya kesenjangan ini menentukan upaya apa dan berapa
besar yang perlu dilakukan untuk menutupinya. Upaya-upaya yang perlu
dilakukan, dituangkan dalam bentuk rencana pembangunan transportasi jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Untuk melakukan tahap pertama yaitu menetapkan tujuan dan sasaran kinerja
yang ingin dicapai di masa depan, perlu diperhatikan empat hal pokok sebagai
berikut :
1) Memahami tujuan dan sasaran nasional dan daerah.
2) Memahami strategi dan kebijakan transportasi nasional dan daerah.
3) Memahami tingkat kinerja transportasi di negara dan wilayah lain
4) Menetapkan sasaran kinerja tranportasi di masa depan

B. Tujuan dan Sasaran


Sebagaimana yang diketahui, fungsi utama sistem prasarana transportasi adalah
suatu kegiatan untuk memindahkan manusia dan barang dari suatu tempat ke
tempat lain. Dalam hal pengembangan wilayah, sistem transportasi berfungsi
untuk menjembatani keterkaitan fungsional antar kegiatan sosial-ekonomi di
Kabupaten Halmahera Selatan.
Sesuai dengan fungsinya tersebut, maka kebijakan pengembangan sistem
transportasi diarahkan untuk menunjang pengembangan tata ruang di Kabupaten
Halmahera Selatan, dengan tujuan sebagai berikut :
1. Pengembangan sistem transportasi yang bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan wilayah Kabupaten Halmahera Selatan agar dapat

Bab III - 9
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

berkembang dengan serasi bersama-sama dengan wilayah yang ada di


sekitamya. Adapun sasarannya adalah :
a) Membuka keterisolasian wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
b) Menunjang kegiatan ekspor-impor Kabupaten Halmahera Selatan dengan
wilayah lainnya.
c) Menunjang perkembangan sektor-sektor utama di Kabupaten Halmahera
Selatan yaitu sektor pertanian, agro industri, pariwisata, perikanan,
pertambangan dan lain-lain.

2. Pengembangan sistem transportasi yang bertujuan untuk


mendukung pemerataan pembangunan, yaitu dengan sasaran :
a) Memperlancar koleksi dan distribusi arus barang dan jasa serta
meningkatkan mobilisasi penduduk di Kabupaten Halmahera Selatan.
b) Meningkatkan keterhubungan ke wilayah-wilayah potensi yang masih
terisolasi.

3. Pengembangan sistem transportasi yang bertujuan untuk


mendukung kegiatan pariwisata, yaitu dengan sasaran :
a) Meningkatkan komunikasi kawasan pariwisata dengan dunia luar (asing
maupun domestik).

C. Konsep Pengembangan
Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut diatas pertu dirumuskan dalam
bentuk konsep pengembangan transportasi dan rencana pengembangan, sehingga
tujuan dan sasaran pengembangan sistem prasarana transportasi tersebut diatas
dapat tercapai dengan baik. Konsep pengembangan sistem transportasi di
Kabupaten Halmahera Selatan adalah adanya pola pengembangan sistem
transportasi yang terpadu antar transportasi laut, darat dan udara yang terintegrasi
dengan tata ruang Propinsi Maluku yaitu : (a) meminimasi jarak tempuh di laut dan

Bab III - 10
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

udara melalui peningkatan peran dari transportasi darat sebagai bagian dari Trans
Halmahera. Sistem transportasi darat ini diintegrasikan dengan transportasi
penyeberangan, laut dan darat, sehingga membentuk satu kesatuan wilayah.

Pokok-pokok pengembangan jaringan transportasi di wilayah Kabupaten


Halmahera Selatan akan terdiri dari :
a) Pengembangan jaringan jalan.
b) Pengembangan penyeberangan.
c) Peningkatan jaringan pelayanan pelabuhan laut.
d) Peningkatan pelayanan jaringan bandara.
e) Koneksi intermoda : jalan, penyeberangan, laut, dan udara.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pengembangan sistem jaringan transportasi
di Kabupaten Halmahera selatan adalah sebagai berikut :
1. Sistem Transportasi Eksternal
Yaitu sistem jaringan transportasi antara Kota Labuha sebagai pusat pertumbuhan
wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, dengan kota-kota lain di Propinsi Maluku
Utara. Sistem transportasi yang dikembangkan pada jalur ini adalah transportasi
udara dan laut, karena antar pusat kegiatan wilayah dalam Propinsi Maluku Utara
terdipisahkan oleh laut.

2. Sistem Transportasi Pusat dengan Hinterland


Yaitu sistem jaringan transportasi antara pusat kegiatan wilayah dengan daerah
penyangganya dalam kawasan pengembangan, sehingga kawasan dapat berfungsi
optimal sesuai dengan perencanaan tata ruang wilayah.

3. Sistem Transportasi Antar Pusat Pengembangan Wilayah


Kebijakan pengembangan antar Pusat Penembangan Wilayah atau kota setingkat
kecamatan dalam satu pulau dikembangkan sistem transportasi darat, sedangkan
antar pulau dikembangkan sistem transportasi laut dan penyeberangan.

Bab III - 11
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

D. Rencana Transportasi Darat dan Penyeberangan


1. Acuan dan Kebijakan :
Beberapa acuan dan kebijakan dalam perencanaan transportasi adalah :
a) Undang-Undang No. 32 tahun 2002 Tentang Pemerintahan Daerah.
b) Undang-Undang No. 24 tahun 2002 tentang Penataan Ruang.
c) Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 dan PP 34 Tahun 2006 Tentang
jalan.
d) Peraturan Pemerintah RI. No. 43 tahun 1993, tentang Prasarana dan
Lalulintas Jalan.
e) Peraturan Daerah No. 2 tahun 2003, tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi Maluku Utara.

2. Parameter Perencanaan
Dalam perencanaan strategis sebuah sistem transportasi terdapat beberapa
parameter makro yang perlu diperhatikan kinerjanya. Parameter makro
mewakili suatu keadaan menyeluruh atau mengukur kinerja sistem secara
keseluruhan. Hal ini berbeda dengan parameter mikro yang terfokus pada
suatu elemen saja misalnya kecepatan, waktu tempuh dan sebagainya. Banyak
parameter transportasi lainnya namun diluar lingkup parameter kali ini yang
fokusnya adalah pada parameter makro untuk perencanaan strategis
pembangunan transportasi wilayah.
Parameter jalan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a) Proporsi penduduk yang tidak memiliki akses ke jalan kondisi baik/sedang
b) Proporsi jalan yang lalu lintasnya lancar
c) Rasio kendaraan penumpang umum dan kendaraan pribadi
d) Proporsi kendaraan barang yang kelebihan muatan
e) Tingkat kecelakaan
f) Tingkat pencemaran udara

Sedangkan bila pembuatan jembatan dirasakan tidak ekonomis, maka ASDP

Bab III - 12
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

menjadi alternatif menghubungkan jalan yang terputus. Terlebih pada wilayah


kepulauan dan yang banyak danau, sungai dan teluk, ASDP menjadi sarana
utama. Parameter yang harus diperhatikan adalah:
a) Tingkat kepadatan pelabuhan penyeberangan (panjang antrian
pelayanan)
b) Proporsi kapal yang kelebihan muatan
c) Tingkat kecelakaan
d) Tingkat pencemaran laut/air

3. Rencana Jaringan Jalan dan Penyeberangan


Rencana jaringan jalan dikembangkan di setiap gugus pulau untuk
menghubungkan antar pusat kegiatan, sedangkan rencana jaringan
penyeberangan diarahkan untuk menjembatani gugus-gugus pulau yang ada
di wilayah Halmahera Selatan. Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 dan PP
34 Tahun 2006 Tentang jalan. Jaringan jalan dibagi menjadi jaringan primer
dan sekunder. Jaringan jalan primer adalah merupakan jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Pusat-pusat kegiatan adalah
kawasan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan nasional, wilayah
dan lokal. Dengan kata lain jaringan jalan primer adalah menghubungkan
antar kota besar dan kota kecil, desa, dan daerah hinterlandnya. Sedangkan
jaringan jalan sekunder adalah jaringan yang menghubungkan antara pusat-
pusat kegiatan di dalam satu kota atau di dalam kawasan perkotaan. Adapun
jaringan jalan di Halmahera Selatan terdiri atas jaringan jalan kolektor primer
2, kolektor primer 3 dan 4, dan jaringan jalan sekunder.
4. Rencana Jaringan Jalan
Jaringan jalan dibagi menjadi jaringan jalan primer dan jaringan jalan
sekunder. Jaringan primer menghubungkan antar kota besar dan kota kecil,

Bab III - 13
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

desa, dan daerah hinterlandnya, sedangkan jaringan jalan sekunder adalah


jaringan yang menghubungkan antara pusat pusat kegiatan dalam satu kota.
Jaringan jalan di Kabupaten Halmahera Selatan terdiri atas jaringan jalan
Primer Kolektor, Sekunder Arteri, Sekunder kolektor dan Lokal.
a) Rencana Jalan Kolektor Primer ke-1
Jalan kolektor primer ke-1 berfungsi untuk menghubungkan Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) Provinsi Maluku Utara dengan PKW (Ibu Kota Kabupaten)
dan PKW dengan pelabuhan nasional dan pusat-pusat kegiatan lainnya.
Di Rencanakan ke depan dengan ditetapkannya Kota Sofifi sebagai ibukota
Provinsi Maluku Utara maka diharapkan wilayah pengembangan Halmahera
bagian selatan (Gane Barat dan Gane Timur) terpusat di Saketa, dimana
wilayah tersebut merupakan bagian wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
Jalan ini direncanakan sebagai jalan Trans Halmahera. Diharapkan jalan ini
menjadi prasarana penyalur produksi pertanian yang ada di Pulau Halmahera
untuk dibawa ke pusat pemasaran di ibukota kabupaten lainnya yang ada di
Pulau Halmahera. Selain itu dengan adanya rencana pengembangan
pelabuhan laut nusantara di kota Sofifi maka keberadaan jalan Trans
Halmahera ini akan menjamin pasokan kebutuhan pokok masyarakat dengan
struktur harga yang lebih murah sehingga dapat dijangkau oleh
kemapuan/daya beli masyarakat. Dan pelabuhan ini diharapkan dapat terjadi
transaksi jual beli barang produksi daerah dengan kebutuhan lainnya
(terutama barang-barang tersier yang umumnya berupa barang-barang hasil
industri).

Selanjutnya pada pulau Bacan, Makian, Kayoa dan Obi jalan kolektor primer-
1 diharapkan menjadi sentral pergerakan yang mengubungkan pusat kegiatan
minapolitan dengan PKW Labuha dan pelabuhan penyebrangan yang
menghubungkan ke Ibu Kota Provinsi. Diharapkan dengan terdapatnya jalan

Bab III - 14
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

ini dapat mendorong peningkatan bangkitan kegiatan yang terdapat


disekitarnya.

Agar fungsi dan peranan jalan kolektor-1 ini tercapai, maka perlu adanya
peningkatan kualitas jalan terutama pada ruas-ruas jalan yang masih berupa
tanah dan batu. Selain itu perlu dibangun rencana jalan-jalan baru pada
wilayah-wilayah yang masih belum terhubungkan oleh ruas-ruas jalan untuk
meningkatkan hubungan antar ibukota kabupaten dengan ibu kota provinsi.
Pengembangan jaringan jalan ini diharapkan dapat mendukung sistem
penyeberangan yang menghubungkan Saketa – Sayoang atau Labuha (sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah). Adapun ruas jalan adalah :
1) Ruas jalan Labuha – Babang;
2) Ruas jalan Mafa – Matuting;
3) Ruas jalan Matuting – Saketa;
4) Ruas jalan Saketa - Dahepodo;
5) Ruas jalan Labuha – Sawadai;
6) Ruas jalan Pantai Labuha - Panamboang
7) Ruas jalan Babang – Yaba;
8) Ruas jalan keliling Pulau Makian;
9) Ruas Jalan Gurapin – Modayama;
10) Ruas jalan Laiwui – Jikotamo – Anggai;
11) Ruas jalan Laiwui – Jikodolong;
12) Ruas jalan Jikodolom – Wayaloar – Sum;
13) Ruas jalan Matuting – Ranga Ranga;
14) Ruas jalan Ranga Ranga – Gane Luar;
15) Ruas jalan Gane Luar – Gane Dalam dan
16) Ruas jalan Saketa – Gane Dalam.

b) Rencana Jalan Kolektor Primer ke-2


Jalan kolektor primer ke-2 ini berfungsi untuk menghubungkan Ibukota
Kabupaten (PKW) dengan Ibu Kota Provinsi Maluku Utara. adapun
rencana jalan kolektor primer ke-2 adalah sebagai berikut :
1) Ruas jalan Babang – Songa;

Bab III - 15
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2) Ruas jalan Songa – Wayatim – Pigaraja – Wayaua – Sawadai;


Ke depan kedua ruas jalan ini direncanakan pembangunan PLTPb,
pembangunan pelabuhan penyebrangan dan pelabuhan permanen.
Diharapkan dengan adanya jalan kolektor primer ke-2 dapat
meningkatkan aksesibilitas masyarakat yang mendiami wilayah pesisir
bagian timur pulau bacan serta dapat membangkitkan sentra-sentra
produksi perkebunan yang terdapat di wilayah sekitarnya.
3) Ruas jalan Labuha – Belang belang;
4) Ruas jalan Yaba – Indari – Belang belang;
Di rencanakan kedua ruas jalan ini menghubungkan antar Kota
Labuha (PKW) dengan wilayah yang ada disekitarnya (Bacan Barat
dan bacan barat utara) serta beberapa ruas jalan yang menghubungkan
pusat-pusat pemukiman penduduk di dataran pulau ini. Jalan kolektor
primer-2 diharapkan dapat mendukung arahan pengembangan zona
wilayah Pulau Bacan sebagai pusat pemgembangan tanaman pangan,
perkebunan tanaman keras, perikanan, kehutanan, pertambangan,
industri dan pariwisata.
5) Ruas jalan Lalubi – Samo; dan
6) Ruas jalan Sayoang – Sabatang – Gilalang – Yaba.

b) Jalan Kolektor Primer Ke-3


Jalan kolektor primer ke-3 ini diharapkan untuk menghubungkan antar
Pusat Kegiatan PKL (antara ibu kota kabupaten/kota yang setingkat
dengan ibu kota kabupaten/kota). Adapun rencana jalan primer kolektor
ke-3 tersebut adalah :
1) Ruas jalan Gane Dalam – Liboba;
2) Ruas jalan Sum – Anggai;
3) Ruas jalan Sumber Makmur – Fida;
4) Ruas jalan Palamea – Loleojaya;
5) Ruas jalan keliling Pulau Kasiruta;
6) Ruas jalan Indari – Jojame;
7) Ruas jalan keliling Pulau Mandioli;
8) Ruas jalan keliling Pulau Obit;
9) Ruas keliling Pulau Bisa;
10) Ruas jalan Tapa – Pasir Putih;
11) Ruas jalan Songa – Wayaua;
12) Ruas jalan keliling Pulau Obi Latu;
13) Ruas jalan Loleo – Mano;
14) Ruas jalan keliling Pulau Waidoba;

Bab III - 16
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

15) Ruas jalan keliling Pulau Tameti;


16) Ruas jalan Pulau Muari; dan
17) Ruas jalan keliling Pulau Lelei; dan
18) Ruas jalan lain yang akan dibangun.
5. Penyeberangan
Prasarana dan sarana penyeberangan feri berfungsi sebagai penghubung
wilayah dari satu pulau ke pulau lainnya di wilayah Halmahera Selatan.
Adapun lokasi pelabuhan penyebrangan adalah sebagai berikut :
1. Pelabuhan Penyeberangan Makian;
2. Pelabuhan Penyeberangan Guruapin;
3. Pelabuhan Penyeberangan Marituso;
4. Pelabuhan Penyeberangan Yaba;
5. Pelabuhan Penyeberangan Babang;
6. Pelabuhan Penyeberangan Mandioli;
7. Pelabuhan Penyeberangan Saketa;
8. Pelabuhan Penyeberangan Wayakuba;
9. Pelabuhan Penyeberangan Laiwui; dan
10. Pelabuhan Penyeberangan Wayaloar;

Penempatan lokasi tersebut diharapkan dapat menjadi sarana penghubung


wilayah sebagai berikut :
a) Penyeberangan yang menghubungkan pulau Makian dengan Pulau
Kayoa dan Bacan.
b) Penyeberangan yang menghubungkan antara pulau Bacan dan Pulau
Obi.
c) Penyeberangan yang menghubungkan antara Pulau Bacan dengan
wilayah Gane Barat di Pulau Halmahera.

E. Rencana Transportasi Laut


1. Acuan dan Kebijakan :
Beberapa acuan dan kebijakan dalam perencanaan transportasi laut adalah
sebagai berikut :
a) Undang-Undang No.32 tahun 2002 Tentang Pemerintahan Daerah.
b) Undang-Undang No.24 tahun 1002 tentang Penataan Ruang.
c) Peraturan Pemerintah No.69 tahun 2001, Tentang Kepelabuhanan.
d) Keputusan Menteri Perhubungan. No. KM. 53 tahun 2002 tanggal 29
Agustus 2002. Tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional.
e) Keputusan Menteri Perhubungan. No. KM. 56 tahun 2002 tanggal 29
Agustus 2002. Tentang Pelimpahan/Penyerahan Penyelenggaraan
Pelabuahan Laut (Unit Pelaksana Teknis/Satuan Kerja) kepada

Bab III - 17
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten / Kota. (Pelabuhan


Lokal dan Pelabuhan Regional).
f) Peraturan Daerah No. 2 tahun 2003, tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi Maluku Utara.

2. Parameter Perencanaan
Umumnya transportasi laut kurang sesuai untuk angkutan intra kabupaten,
namun transportasi laut memiliki peran penting karena pelabuhan biasanya
menjadi simpul atau pintu gerbang keluar/masuk barang dari/ke
kabupaten. Parameter yang perlu diamati adalah.
a) Tingkat kepadatan pelabuhan (alur pelabuhan, dermaga dll)
b) Tingkat kecepatan bongkar muat barang
c) Tingkat kecelakaan
d) Tingkat pencemaran laut/air

3. Rencana Rute Transportasi Laut


Dalam usaha pengembangan wilayah, peranan sarana dan prasarana
transportasi laut di Provinsi Maluku Utara dapat dikatakan sangat besar
sekali, hal ini disebabkan karena wilayah tersebut sebagian besar berupa
lautan dan daratan berbentuk kepulauan yang tersebar di beberapa tempat,
sehingga pengembangan sarana dan prasarana transportasi laut sangat
berperan dalam peningkatan interaksi antar wilayah dan inter wilayah.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka perencanaan sistem tranporatsi
laut ini harus terintegrasi dengan sistem transportasi yang lain serta dapat
mendukung antar wilayah di Kabupaten Halmahera Selatan, yaitu untuk
menghubungkan antar pusat-pusat pertumbuhan yang direncanakan, yaitu
antar Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
dan Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK).
Berdasarkan hasil analisis pola pergerakan serta arahan dari Rencana Tata
Ruang Wilayah Propinsi Maluku Utara, maka rencana rute transportasi
laut adalah :
a) Rute Pelayaran Nusantara, untuk menghubungkan antar pusat
kegiatan wilayah yaitu Kota Labuha/Babang dengan Kota Ternate dan

Bab III - 18
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

kota-kota lain di Wilayah Indonesia, seperti Bitung, Sorong, Ambon,


Makasar, Surabaya, dan Jakarta.
b) Peningkatan Rute Pelayaran Perintis menjadi Pelayaran
Lokal. Terutama untuk menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan di
wilayah Halmahera Selatan dengan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di
Propinsi Maluku Utara, dengan rute pelayaran :
1) Ternate – Babang (Bacan Timar) – Laiwui (Obi) – Dofa
(Mangoli Barat) – Falabisahaya (Mangoli Barat) – Bobong (Taliabu
Timar) – Sanana (Kep. Sula) – Namlea (P. Buru) – Ambon.
2) Ternate – Payahe (Kota Tidore Kepulauan) – Saketa (Gane Barat)
– Maffa (Gane Timar) – Weda (Halmahera Tengah) – Patáni - Gebe
– Buli (Halmahera Timar) – Subaim (Halmahera Timur) – Tobelo
(Halmahera Utara) – Daruba (Morotai).
Sarana transportasi laut lebih menguntungkan apabila digunakan untuk
mengangkut barang dengan volume besar dan tidak membutuhkan
kecepatan tinggi, karena tidak dibutuhkan prasarana transportasi yang
mahal (hanya dibutuhkan pelabuhan).

4. Rencana Pelabuhan
Mengacu pada SISTRANAS yang ditetapkan dengan KEPMEN No. 15
tahun 1997 tanggal 6 Juni 1997 tentang pelabuhan, maka ditetapkan
fungsi-fungsi pelabuhan sebagai berikut :
a) Pelabuhan Pengumpan Wilayah (regional feder port).
Berfungsi sebagai kegiatan alih muatan angkutan laut dalam jumlah
kecil dan jangkauan pelayanan relatif dekat serta sebagai pengumpan
kepada pelabuhan utama. Pelabuhan yang ditetapkan sebagai Pelabuhan
Pengumpan Wilayah adalah Pelabuhan Babang yang berfungsi untuk
melayani interaksi antar Kabupaten Halmahera Selatan dengan wilayah
yang lebih luas (hubungan eksternal) dan menghungkan antara Kota
Labuha dan kota-kota dibawahnya (interaksi internal/antar wilayah).
Pelabuhan Babang saat ini, termasuk dalam pelabuhan Kelas V yang
dikelola oleh Dephub berfungsi untuk melayani pelayaran perintis dan
pelayaran lokal. Dalam perkembangannya Pelabuhan Babang perlu
ditingkatkan kemampuanya agar dapat melayani pelayaran Nusantara
dan pelayaran samudera. Untuk mendukung fungsi tersebut, maka perlu
dilakukan peningkatan pelayanan berupa :

Bab III - 19
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

1) Peningkatan kemampuan dermaga untuk menampung kapal, baik


dalam hal jumlah dan bobot kapal.
2) Peningkatan kelengkapan fasilitas pelabuhan, seperti gudang,
lapangan parkir, sarana bongkar muat.
3) Peningkatan pelayanan admisnistrasi dan birokrasi di pelabuhan
dalam hal pelayaran nusantara dan pelayaran samudera.
4) Peningkatan prasarana pelabuhan yang ada (dermaga) termasuk
fasilitas bongkar muat.
5) Pengembangan fasilitas kolam pelabuhan yang aman bagi
berlabuhnya kapal pada saat musim dimana gelombang laut sangat
besar.
6) Peningkatan fasilitas pendukung pelabuhan (telekomunikasi,
pergudangan, air bersih dan lain-lain) yang memungkinkan
pelabuhan ini dijadikan sebagai alternatif pelabuhan antara/singgah
bagi kapal-kapal yang berlayar di sekitar wilayah perairan
Halmahera Selatan.
7) Pengembangan keterkaitan dengan sistem prasarana transport udara
dan darat.

b) Pelabuhan Pengumpan Lokal


Pelabuhan yang diarahkan sebagai pelabuhan pengumpan lokal adalah
Pelabuhan Laiwui, Saketa, dan Maffa. Selain itu pelabuhan berfungsi
juga sebagai pintu gerbang (gateway) yang menghubungkan wilayah
Halmahera Selatan dengan wilayah lain seperti Sulawesi, Papua,
Maluku, dan Jawa, sehingga selain berfungsi internal juga eksternal.
Mengingat keberadaan fungsi pelayanan pelabuhan ini yang penting
sebagai pusat koleksi distribusi di Wilayah Halmahera Selatan, maka
perlu dilakukan usaha-usaha pengembangan fasilitas ke pelabuhanan
yang meliputi:
1) Peningkatan kelengkapan fasilitas pelabuhan, seperti gudang,
lapangan parker, dan sarana bongkar muat.
2) Peningkatan pelayanan administrasi dan birokrasi di pelabuhan
dalam hal pelayaran local dan pelayaran perintis.
3) Peningkatan prasarana pelabuhan yang menyangkut fasilitas
telekomunikasi dan suplai air bersih.
4) Peningkatan fasilitas rambu-rambu keamanan dan keselamatan
pelayaran.

Bab III - 20
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 3.1 Rencana Pengembangan Pelabuhan Laut di Kabupaten Halmahera Selatan


Profile Dermaga Profile Dermaga
Klasifikas Eksisting Tahun 2028
Jenis Kelas
Pelabuha i
No Pulau Dermag Dermag
n Pelabuha Ukuran Kedalama Ukuran Kedalama
a a
n Dermag n Faceline Dermag n Faceline
a Dermaga a Dermaga

1 Babang Bacan Dermaga


V Nasional 60x8 -6 LWS 110x8 -9 LWS
Umum

2 Laiwui Obi - - Lokal 60x8 -6 LWS 60x8 -6 LWS

3 Saketa Halmahera - - Lokal 42x8 -6 LWS 60x8 -6 LWS

4 Maffa Halmahera - - Lokal 60x8 -5 LWS 60x8 -6 LWS

Sumber : Hasil Rencana, 2008


Keterangan:
LWS = Low Water Surface (Permukaan Surut Terendah)
Sebagai dasar penentuan kedalaman pelabuha.

F. Rencana Transportasi Udara


Seperti transportasi laut, umumnya transportasi udara bukan untuk perjalanan
dalam kabupaten, tetapi bandara merupakan simpul penting untuk transportasi
penumpang jarak jauh. Parameter yang perlu diperhatikan adalah:
a) Ketepatan jadwal penerbangan
b) Proporsi calon penumpang bertiket yang tidak dapat tempat duduk
c) Tingkat kecelakaan
d) Tingkat pencemaran suara
Sarana transportasi udara sangat berperan penting bagi pengembangan wilayah
kabupaten Halmahera Selatan, terutama dalam pengembangan hubungan eksternal
wilayah yang membutuhkan perpindahan dengan cepat dan pergerakan volume
barang maupun orang yang tidak banyak.
Perhubungan udara merupakan sarana dan prasarana transportasi dengan biaya
operasional dan teknologi yang tinggi. Keuntungan dari transportasi udara ini adalah
kecepatan pergerakannya yang tinggi (waktu tempuh yang singkat). Keuntungan
lainnya adalah biaya pembangunan prasarananya relatif rendah dibandingkan dengan

Bab III - 21
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

transportasi darat (hanya perlu membuat pelabuhan-pelabuhan udaranya saja). Oleh


sebab itu pengembangan transportasi udara sifatnya hanya mendukung sistem
transportasi darat dan laut, sehingga untuk mendukung sistem transportasi tersebut
perlu pengembangan prasarana dan sarana bandara yang sudah ada.
Keberadaan Bandara Oesman Sadik di Kota Labuha (Bacan) yang masih berupa
pelabuhan udara perintis memerlukan pengembangan di masa depan guna
menantisipasi lonjakan arus penumpang dan barang yang masuk dan keluar dari
wilayah kabupaten ini. Pengembangan pelabuhan udara Oesman Sadik ini terutama
dengan meningkatkan kualitasnya dengan memperpanjang runway yang lebih
panjang daripada saat ini sehingga bisa didarati pesawat yang lebih besar ukurannya
dari jenis pesawat yang ada saat ini (Cassa 212) seperti F-100, B-737/200, F-28,
DASH-8 dan ditingkatkan pula frekuensi pelayanan penerbangan, selain itu perlu
juga ditingkatkan kapasitas pelayanan ruang tunggu serta fasilitas keamanan
penerbangan yang lebih memadai seperti menara pengawas dan fasilitas pemantau
iklim dan cuaca.
Disamping itu perlu juga dipikirkan untuk menempatkan bandara perintis di Pulau
Obi mengingat pulau ini mempunyai luas wilayah yang cukup besar dan akan
menjadi salah satu sarana transportasi di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.

Tabel 3.2 Rencana Pengembangan Pelabuhan Udara


Kelas Dimensi Jadwal Kelas Dimensi Jadwal
Bandara Landasan Penerbangan Bandara Landasan Penerbangan
No Bandara Pulau

EKSISTING TAHUN 2028

Oesman
1 Bacan V 825x23 2x Seminggu III 19000x23 Setiap hari
Sadik

2Obi Obi - - - Perintis 825x23 2x Semiggu

Sumber : Hasil Rencana, 2008

G. Rencana Transportasi Triple “S”

Bab III - 22
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Sistem transportasi Triple”S” merupakan salah satu upaya pemerintah


Propinsi Maluku Utara untuk membuat jaringan transportasi terpadu antara
transportasi darat yang terintegrasi dengan transportasi laut/penyeberangan.
Ke depan hal ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan wilayah yang
berdampak langsung terhadap pergerakan orang dan barang.

Adapun rencana transportasi Triple “S” berupa jalan primer (kolektor Primer
tingkat 2) yang menghubungkan Sofifi – Saketa, dan penyeberangan antara
Saketa – Sayoang. Moda transportasi pada sistem transportasi Triple “S”
yang merupakan konsep integral antara transportasi darat jarak jauh yang
didukung transportasi laut yang berupa sarana penyeberangan. Sehingga
untuk mendukung kondisi itu, bentuk moda transportasi darat harus berupa
sarana angkutan yang berkapasitas besar dan mempunyai mobilitas jarak jauh
yang tinggi, maka untuk angkutan penumpang diarahkan untuk meggunakan
bus besar. Sedangkan untuk moda traportasi laut dengan menggunakan kapal
fery penyeberangan yang berkapasitas sampai dengan 3000 DWT.

Untuk mendukung rencana ini, maka perlu peningkatan beberapa sektor


antara lain:
a) Peningkatan fungsi jalan Sofifi - Saketa sesuai dengan statusnya,
baik dari segi geometrik maupun tingkat pelayanannya.
b) Peningkatan kelengkapan sarana dan prasarana pendukung untuk
pelabuhan penyeberangan.
c) Penyediaan armada kapal penyeberangan (fery).

Bab III - 23
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 3.3 Rencana Moda Transportasi


No Jenis Transportasi Pulau Moda Transportasi Keterangan

1 Darat Bacan Angkot, Bis Besar Internal dalam pulau

2 Darat Halmahera Angkot, Bis Besar Internal dalam pulau

3 Laut (Penyeberangan) Bacan - Kapal Ferri dengan Eksternal antar pulau


Halmahera Bobot 500-3000 DWT

Sumber : Hasil Rencana, 2008

3.1.2.3. Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Telekomunikasi

Berdasarkan kondisi fisik dan wilayah administrasi Kabupaten Halmahera Selatan


yang terdiri dari banyak pulau maka sejalan dengan RTRW Nasional maka rencana
pengembangan sistem prasarana telekomunikasi selain di kawasan Bacan akan
menggunakan jaringan Mikro Analog dan Mikro Digital.
3.1.2.4.Rencana Pengembangan Prasarana Sumberdaya Energi
B. Pengembangan Energi Alternatif
Kebijakan penghapusan subsidi BBM pada tahun 2005 merupakan momentum
yang tepat bagi pemerintah untuk mengembangkan batubara sebagai energi
alternatif yang prospeknya cukup menjanjikan. baik dilihat dari cadangan yang
melimpah maupun dari harga yang relatif lebih murah dibanding BBM. Sebagai
contoh bila digunakan di sektor listrik, batubara lebih murah dibanding BBM.
Pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang menggunakan solar, harga
listrik mencapai Rp 500 per KWh. Sementara menggunakan batubara biayanya
hanya sekitar Rp 50 per KWh. Jadi bisa menghemat biaya kurang lebih Rp 30
milyar per tahun.

Proses substitusi penggunaan energi ini tentu saja harus dibarengi dengan
inovasi peralatan dan mesin-mesin industri yang bisa mendukung digunakannya
energi alternatif tersebut dan bisa meminimalisir efek negatif dari penggunaan

Bab III - 24
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

energi alternatif, seperti polusi dari hasi pembakaran batubara. Begitupun halnya
dengan substitusi energi di sektor rumah tangga. perlu ditunjang dengan
ketersediaan alat yang kompatibel dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat. Di sisi lain. untuk memberikan kenyamanan pada pengguna energi
alternatif. maka pemerintah perlu memberikan jaminan kontinuitas distribusi
energi alternatif tersebut. Mengganti BBM dengan batubara atau gas bumi
memang terkesan hanya sebagai solusi jangka pendek karena memang sama-
sama energi tidak terbarukan (non renewable energy), namun hal ini akan
menjadi jembatan penting untuk pengembangan energi alternatif lain yang dapat
diperbaharui (renewable energy).

1. Tenaga Panas Bumi


Bahkan berdasarkan data yang dipakai dalam blueprint pengelolaan energi nasional
(PEN), potensi panas bumi mencapai 27 ribu megawatt. Secara teori, sumber panas
bumi memang kemungkinan besar ditemukan di jalur pegunungan yang melalui
kawasan Indonesia.
Namun sejak harga minyak membumbung tinggi sementara pasokan minyak semakin
tergantung impor, mulailah dilirik berbagai sumber energi alternatif termasuk panas
bumi. Seharusnya pemerintah bisa mendorong berbagai pihak agar target produksi
panas bumi melebihi 9.000 megawatt pada tahun 2025. Jika target tersebut tercapai
sesuai blueprint PEN, panas bumi akan memasok 3,8 persen kebutuhan listrik
nasional.
Harga jual listrik ke masyarakat paling tinggi hanya Rp 495 per kilowatt jam.
Sehingga harus ada negosiasi ulang dengan Pertamina dapat dilakukan. Kendala lain
yang harus segera diatasi adalah dukungan kebijakan dari pemerintah. Meskipun
sudah ada Undang-undang No. 27 Tentang Panas Bumi, belum diikuti oleh berbagai
peraturan perundang-undangan yang mendukung pelaksanaannya. Padahal potensi
pembangkitan energi yang ramah lingkungan ini juga berpotensi untuk
mendatangkan devisa dari penerbitan sertifikasi clean development management

Bab III - 25
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

(CDM). Sayang sekali jika potensi panas bumi yang sangat besar tidak segera
termanfaatkan.

2. Mikrohidro
Mikrohidro adalah pembangkit listrik tenaga air skala kecil (bisa mencapai beberapa
ratus kW). Relatif kecilnya energi yang dihasilkan mikrohidro (dibandingkan dengan
PLTA skala besar) berimplikasi pada relatif sederhananya peralatan serta kecilnya
areal tanah yang diperlukan guna instalasi dan pengoperasian mikrohidro. Hal
tersebut merupakan salah satu keunggulan mikrohidro, yakni tidak menimbulkan
kerusakan lingkungan. Mikrohidro cocok diterapkan di pedesaan yang belum
terjangkau listrik dari PT PLN. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang
memiliki perbedaan ketinggian tertentu. Energi tersebut dimanfaatkan untuk
memutar turbin yang dihubungkan dengan generator listrik. Mikrohidro bisa
memanfaatkan ketinggian air yang tidak terlalu besar, misalnya dengan ketinggian
air 2.5 m bisa dihasilkan listrik 400W. Potensi pemanfaatan mikrohidro secara
nasional diperkirakan mencapai 7,500 MW, sedangkan yang dimanfaatkan saat ini
baru sekitar 600 MW. Meski potensi energinya tidak terlalu besar, namun mikrohidro
patut dipertimbangkan untuk memperluas jangkauan listrik di seluruh pelosok
nusantara.

3. Tenaga Surya
Energi yang berasal dari radiasi matahari merupakan potensi energi terbesar dan
terjamin keberadaannya di muka bumi. Berbeda dengan sumber energi lainnya,
energi matahari bisa dijumpai di seluruh permukaan bumi. Pemanfaatan radiasi
matahari sama sekali tidak menimbulkan polusi ke atmosfer. Perlu diketahui bahwa
berbagai sumber energi seperti tenaga angin, bio-fuel, tenaga air, dsb, sesungguhnya
juga berasal dari energi matahari. Pemanfaatan radiasi matahari umumnya terbagi
dalam dua jenis, yakni thermal dan photovoltaic. Pada sistem termal, radiasi
matahari digunakan untuk memanaskan fluida atau zat tertentu yang selanjutnya

Bab III - 26
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

fluida atau zat tersebut dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Sedangkan pada
sistem photovoltaic, radiasi matahari yang mengenai permukaan semikonduktor akan
menyebabkan loncatan elektron yang selanjutnya menimbulkan arus listrik. Karena
tidak memerlukan instalasi yang rumit, sistem photovoltaic lebih banyak digunakan.
Sebagai negara tropis, Indonesia diuntungkan dengan intensitas radiasi matahari
yang hampir sama sepanjang tahun, yakni dengan intensitas harian rata-rata sekitar
4.8 kWh/m2. Meski terbilang memiliki potensi yang sangat besar, namun
pemanfaatan energi matahari untuk menghasilkan listrik masih dihadang oleh dua
kendala serius: rendahnya efisiensi (berkisar hanya 10%) dan mahalnya biaya per-
satuan daya listrik. Untuk pembangkit listrik dari photovoltaic, diperlukan biaya US
$ 0.25 - 0.5 / kWh, bandingkan dengan tenaga angin yang US $ 0.05 - 0.07 / kWh,
gas US $ 0.025 - 0.05 / kWh, dan batu bara US $ 0.01 - 0.025 / kWh . Pembangkit
lisrik tenaga surya ini sudah diterapkan di berbagi negara maju serta terus
mendapatkan perhatian serius dari kalangan ilmuwan untuk meminimalkan kendala
yang ada.
4. Tenaga Angin
Pembangkit listrik tenaga angin disinyalir sebagai jenis pembangkitan energi
dengan laju pertumbuhan tercepat di dunia dewasa ini. Saat ini kapasitas total
pembangkit listrik yang berasal dari tenaga angin di seluruh dunia berkisar 17.5
GW [17]. Jerman merupakan negara dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga
angin terbesar, yakni 6 GW, kemudian disusul oleh Denmark dengan kapasitas 2
GW [17]. Listrik tenaga angin menyumbang sekitar 12% kebutuhan energi nasional
di Denmark; angka ini hendak ditingkatkan hingga 50% pada beberapa tahun yang
akan datang. Berdasar kapasitas pembangkitan listriknya, turbin angin dibagi dua,
yakni skala besar (orde beberapa ratus kW) dan skala kecil (dibawah 100 kW).
Perbedaan kapasitas tersebut mempengaruhi kebutuhan kecepatan minimal awal
(cut-in win speed) yang diperlukan: turbin skala besar beroperasi pada cut-in win
speed 5 m/s sedangkan turbin skala kecil bisa bekerja mulai 3 m/s. Untuk Indonesia
dengan estimasi kecepatan angin rata-rata sekitar 3 m/s, turbin skala kecil lebih

Bab III - 27
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

cocok digunakan, meski tidak menutup kemungkinan bahwa pada daerah yang
berkecepatan angin lebih tinggi bisa dibangun turbin skala besar. Perlu diketahui
bahwa kecepatan angin bersifat fluktuatif, sehingga pada daerah yang memiliki
kecepatan angin rata-rata 3 m/s, akan terdapat saat-saat dimana kecepatan anginnya
lebih besar dari 3 m/s - pada saat inilah turbin angin dengan cut-in win speed 3 m/s
akan bekerja. Selain untuk pembangkitan listrik, turbin angin sangat cocok untuk
mendukung kegiatan pertanian dan perikanan, seperti untuk keperluan irigasi,
aerasi tambak ikan, dsb

5. Taman Energi PLTH (Hibrida)


Untuk PLTH, pada satu area yang berdekatan dibangun PLTB, PLTS, PLTD,
maupun pembangkit jenis lain. PLTD hanya berfungsi sebagai cadangan (back up)
bilamana kebutuhan energi listrik yang dikirim dari pembangkit listrik jenis energi
terbarukan masih belum dapat memenuhi kebutuhan beban puncak. Diperkirakan
kondisi beban puncak akan sering terjadi pada malam hari bilamana kebutuhan
tenaga listrik untuk rumah tangga meningkat drastis. Biasanya beban puncak untuk
kawasan kota-kota kecil seperti di Kabupaten Halmahera Selatan terjadi pada jam
17 petang sampai jam 22 malam hari. Untuk itu, perlu dialokasikan sebidang lahan
kosong yang tidak terlalu jauh letaknya dari pusat beban agar energi listrik yang
dikirim dari pembangkit tidak banyak habis pada jaringan. Peruntukan lahan
tersebut dimaksudkan sebagai ’taman energi’ yang tidak jauh dari pusat kota dan
kawasan padat penduduk yang dapat juga digunakan sebagai taman kota dan daerah
resapan air.

3.1.2.5. Rencana Pengembangan Energi Alternatif


Rencana pengembangan energi alternatif ini merupakan pengembangan pembangkit
tenaga listrik alternatif skala besar, antara lain:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Bab III - 28
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Pembangkit listrik tenaga air akan dikembangkan pada sungai-sungai yang agak besar
dengan debit air stabil dan terletak di daerah cekungan.
Berdasarkan identifikasi PLTA dapat dikembangkan di Pulau Bacan di Kecamatan
Bacan dan Kecamatan Bacan Timur.
2. Taman Energi PLTH (Hibrida)
Pembangkit listrik tenaga hibrida dapat dikembangkan dimanapun pada areal
yang agak luas untuk menempatkan PLTB, PLTS, PLTD. Karena itu
pengembangan PLTH dapat dilakukan dimanapun.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pembangkit tenaga uap mulut tambang ini dapat dikembangkan di mulut
tambang batubara sehingga hanya dapat dikembangkan di Kecamatan Bacan
yang memiliki tambang batubara.

3.1.2.6. Rencana Pengembangan Prasarana Sumberdaya Air


Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kabupaten
Halmahera Selatan sampai dengan tahun 2028, dibuat berdasarkan proyeksi
kebutuhan air minum perkecamatan di kabupaten Halmahera Selatan.
Perencanaan SPAM di Kabupaten Halmahera Selatan sampai dengan tahun 2028
secara garis besar dibagi menjadi 1 (satu) sistem Kota dan 24 Sistem IKK.
Rencana pengembangan SPAM Sistem Kota ditujukkan untuk melayani
kebutuhan air minum wilayah perkotaan Labuha (ibukota Kabupaten Halmahera
Selatan), dimana proyeksi kebutuhan air minumnya dibuat berdasarkan asumsi
pertumbuhan penduduk 5 (lima) kecamatan (Kecamatan Bacan, Kecamatan
Bacan Timur, Kecamatan Bacan Selatan, Kecamatan Bacan Timur Tengah dan
Kecamatan Bacan Timur Selatan). Sedangkan rencana pengembangan sistem
IKK ditujukkan untuk melayani kebutuhan air minum per kecamatan di luar 3
(tiga) kecamatan di atas.

Bab III - 29
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Berikut ini uraian detail rencana kapasitas sistem dan rencana sistem dari sistem
Kota dan masing-masing sistem IKK di Kabupaten Halmahera Selatan sampai
dengan tahun 2028.

A. Sistem IKK Indari


1. Rencana Kapasitas Sistem
Sistem IKK Indari sampai dengan Tahun 2028 direncanakan akan melayani
wilayah sekitar ibukota Kec Bacan Barat. Berdasarkan perhitungan proyeksi
kebutuhan air Kecamatan Bacan Barat, dapat diketahui kebutuhan kapasitas
sistem penyediaan air minum (SPAM) IKK Indari mulai tahun 2008 sampai
dengan tahun 2028. Tabel berikut memperlihatkan kebutuhan air minum dan
kapasitas sistem penyediaan air minum (SPAM) IKK Indari per lima tahun dari
tahun 2008 sampai dengan tahun 2028.

Tabel 3.4 Kebutuhan Kapasitas SPAM IKK Indari Tahun 2008 - 2028
Rencana
Tahun Kebutuhan Kap. Eksisting
No Penambahan
Proyeksi Air (L/det) (L/det)
Kap. (L/det)

2008 6.78 0 5
2013 9.14 5
2018 11.75 0
2023 13.59 5
2028 15.42 0
Total Kapasitas s.d 2028 0 15
Sumber : RTRW Kabupaten Halsel, 2008

Berdasarkan tabel diatas, dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut :


a) Tidak ada sistem IKK Indari pada tahun 2008.
b) Total Kebutuhan air minum Kecamatan Bacan Barat sampai dengan
Tahun 2028 adalah sebesar 15,4 Liter/Detik
c) Total Kebutuhan penambahan kapasitas IKK Indari sampai dengan
tahun 2028 sebesar 15 Liter/Detik.

Bab III - 30
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

d) Tahapan penambahan kapasitas IKK Indari sampai dengan tahun


2028 per lima tahun adalah sebagai berikut :
1) Tahap I, tahun 2008 sebesar 5 Liter/det.
2) Tahap II, tahun 2013 sebesar 5 Liter/det.
3) Tahap III, tahun 2023 sebesar 5 Liter/det.

2. Rencana Sistem
Sistem direncanakan dapat beroperasi seefektif dan seefisien mungkin, sehingga
dalam pelaksanaannya biaya operasi dan pemeliharaan dapat ditekan semaksimal
mungkin, dan pada akhirnya dapat meringankan beban bagi pengelola.
Sistem yang direncanakan terdiri dari beberapa sub sistem sebagai berikut :
a) Sumber air baku.
b) Pipa transmisi air baku.
c) Reservoir distribusi.
d) Instalasi pengolahan air.
e) Jaringan pipa distribusi.
f) Daerah pelayanan.
g) Pompa dan sumber daya listrik.

3. Sumber Air Baku


Sumber air baku yang potensial untuk sistem IKK Indari adalah dari sumur gali yang
akan dibuat pada lokasi mata air. Lokasi ini diperkirakan merupakan daerah kantung
air. Hal ini ditandai dengan keluarnya mata air di lokasi tersebut. Lokasi sumur gali
yang direncanakan terletak di desa Indari Kecamatan Bacan Barat Kabupaten
Halmahera Selatan. Berdasarkan informasi dari masyarakat mata air ini tidak pernah
kering sepanjang tahun.
4. Pipa Transmisi Air Baku
Pipa transmisi air baku yang akan direncanakan berfungsi untuk mengalirkan air baku
dari lokasi sumur gali ke Reservoir distribusi. Sistem pengaliran direncanakan dengan
cara pemompaan.
5. Reservoir Distribusi
Reservoir distribusi direncanakan untuk menampung air dari sumur gali sebelum
didistribusikan ke daerah pelayanan.
6. Instalasi Pengolahan Air

Bab III - 31
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Karena mata air yang digunakan sebagai sumber air baku kualitasnya dinilai sudah
relatif baik, maka pengolahan yang diperlukan cukup dengan proses desinfeksi. Lokasi
desinfeksi direncanakan di lokasi Reservoir distribusi.
7. Jaringan Pipa Distribusi
Untuk suplai air ke daerah pelayanan diperlukan jaringan pipa distribusi. Saat ini
belum terdapat jaringan pipa distribusi. Jaringan pipa distribusi yang direncanakan
akan terdiri dari pipa induk (primer) dan pipa sekunder. Sedangkan bentuk jaringannya
terdiri dari jaringan loop (tertutup) dan branch (bercabang).
8. Daerah Pelayanan
Sistem ini direncanakan untuk melayani daerah pelayanan sekitar ibukota kecamatan
yaitu desa Indari.
9. Pompa Dan Sumber Daya Listrik
Untuk dapat mengalirkan air dari sumur gali ke Reservoir distribusi diperlukan pompa
air baku. Pompa ini direncanakan dari jenis pompa centrifugal dengan kapasitas @ 5
L/det.
Untuk dapat menjalankan pompa, diperlukan sumber daya listrik yang memadai.
Sumber daya listrik yang direncanakan akan digunakan berupa Genset.

B. Sistem IKK Yaba


1. Rencana Kapasitas Sistem
Sistem IKK Yaba sampai dengan Tahun 2028 direncanakan akan melayani wilayah
sekitar ibukota Kec Bacan Barat Utara. Berdasarkan perhitungan proyeksi kebutuhan
air Kecamatan Bacan Barat Utara, dapat diketahui kebutuhan kapasitas sistem
penyediaan air minum (SPAM) IKK Yaba mulai tahun 2008 sampai dengan tahun
2028. Tabel berikut memperlihatkan kebutuhan air minum dan kapasitas sistem
penyediaan air minum (SPAM) IKK Yaba per lima tahun dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2028.

Bab III - 32
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Rencana
Kebutuhan Air Kap. Eksisting
No Tahun Proyeksi Penambahan Kap.
(L/det) (L/det)
(L/det)

1 2008 4.37 0 5
2 2013 5.89   0
3 2018 7.57   5
4 2023 8.75   0
5 2028 9.93   0
Total Kapasitas s.d 2028 0 10

Tabel 3.5 Kebutuhan Kapasitas SPAM IKK Yaba Tahun 2008 - 2028
Sumber : RTRW kabupaten Halsel, 2008

Berdasarkan tabel diatas, dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut :


a) Tidak ada sistem IKK Yaba pada tahun 2008.
b) Total Kebutuhan air minum Kecamatan Bacan Barat Utara sampai
dengan Tahun 2028 adalah sebesar 9,93 Liter/Detik
c) Total Kebutuhan penambahan kapasitas IKK Yaba sampai dengan
tahun 2028 sebesar 10 Liter/Detik.
d) Tahapan penambahan kapasitas IKK Yaba sampai dengan tahun
2028 per lima tahun adalah sebagai berikut :
1) Tahap I, tahun 2008 sebesar 5 Liter/det.
2) Tahap II, tahun 2018 sebesar 5 Liter/det.
2. Rencana Sistem
Sistem direncanakan dapat beroperasi seefektif dan seefisien mungkin, sehingga
dalam pelaksanaannya biaya operasi dan pemeliharaan dapat ditekan semaksimal
mungkin, dan pada akhirnya dapat meringankan beban bagi pengelola.
Sistem yang direncanakan terdiri dari beberapa sub sistem sebagai berikut :
a) Sumber air baku.
b) Pipa transmisi air baku.
c) Reservoir distribusi.
d) Instalasi pengolahan air.
e) Jaringan pipa distribusi.
f) Daerah pelayanan.
g) Pompa dan sumber daya listrik.
3. Sumber Air Baku
Sumber air baku yang potensial untuk sistem IKK Yaba adalah dari sumur gali yang
akan dibuat pada lokasi mata air. Lokasi ini diperkirakan merupakan daerah kantung

Bab III - 33
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

air. Hal ini ditandai dengan keluarnya mata air di lokasi tersebut. Lokasi sumur gali
yang direncanakan terletak di desa Yaba Kecamatan Bacan Barat Utara Kabupaten
Halmahera Selatan. Berdasarkan informasi dari masyarakat mata air ini tidak pernah
kering sepanjang tahun.
4. Pipa Transmisi Air Baku
Pipa transmisi air baku yang akan direncanakan berfungsi untuk mengalirkan air
baku dari lokasi sumur gali ke Reservoir distribusi. Sistem pengaliran direncanakan
dengan cara pemompaan.
5. Reservoir Distribusi
Reservoir distribusi direncanakan untuk menampung air dari sumur gali sebelum
didistribusikan ke daerah pelayanan.
6. Instalasi Pengolahan Air
Karena mata air yang digunakan sebagai sumber air baku kualitasnya dinilai sudah
relatif baik, maka pengolahan yang diperlukan cukup dengan proses desinfeksi.
Lokasi desinfeksi direncanakan di lokasi Reservoir distribusi.

7. Jaringan Pipa Distribusi


Untuk suplai air ke daerah pelayanan diperlukan jaringan pipa distribusi. Saat ini
belum terdapat jaringan pipa distribusi. Jaringan pipa distribusi yang direncanakan
akan terdiri dari pipa induk (primer) dan pipa sekunder. Sedangkan bentuk
jaringannya terdiri dari jaringan loop (tertutup) dan branch (bercabang).

8. Daerah Pelayanan
Sistem ini direncanakan untuk melayani daerah pelayanan sekitar ibukota
kecamatan yaitu desa Yaba.
9. Pompa Dan Sumber Daya Listrik
Untuk dapat mengalirkan air dari sumur gali ke Reservoir distribusi diperlukan
pompa air baku. Pompa ini direncanakan dari jenis pompa centrifugal dengan
kapasitas @ 5 L/det.
Untuk dapat menjalankan pompa, diperlukan sumber daya listrik yang memadai.
Sumber daya listrik yang direncanakan akan digunakan berupa Genset.

3.1.2.6.Rencana Pengembangan Prasarana Limbah Cair


Karena kepadatan penduduk pada tahun akhir perencanaan pada tahun 2028 maka
sistem yang cocok diterapkan untuk kepadatan < 250 orq/ha adalah adalah ; sistem
setempat yaitu:
a) Untuk muka air tanah 0,3 – 1 m, cocok diterapkan sistem tangki
septik dengan up flow filter atau sistem pengolahan dengan sistem anaerobik;
b) Untuk yang tinggal di daerah pasang surut, daerah genangan atau tepi
pantai atau sungai, adalah dengan Tangki septik dengan biofiler
c) Untuk muka air tanah >1 m diterapkan sistem tangki septik dengan
bidang resapan atau sistem cubluk tunggal atau kembar;

Bab III - 34
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

d) Sistem tangki septik bersusun dengan biofilter anaerobik dapat


diterapkan di semua kondisi muka air tanah.
e) Untuk sistem komunal diterapkan sisten tangki septik dengan biofilter,
dengan sistem ini air limbah dapat langsung dibuang kebadan air penerima.

Sistem setempat yang akan diterapkan


A. Tangki Septik Dengan Biofilter Dari Fiberglass
Tangki unit pengolahan pertama yang menyerupai tangki berupa ruang yang
didisain kedap air dan berfungsi:
a) Menampung air limbah dari rumah tangga;
b) Memisahkan padatan dan cairan;
Mengalirkan cairan yang telah dipisahkan dari solid menuju pengolah lebih lanjut
B. Tangki Septik dengan Up flow filter
Limbah dari kamar mandi dan cuci piring (grey water) yang harus mengalami
pengolahan terlebih dahulu, sebelum dibuang ke badan air penerima untuk
pengolah Lemak dan Minyak (LM), serta padatan kasar seperti sisa makanan dari
dapur yang menghasilkan BOD dalam jumlah besar. Penyaring bisa dipasang
pada bak cuci dapur atau kamar mandi, penyaring berupa sumur resapan atau
saringan pendahuluan. Air limbah dari WC (black water), diolah dalam tangki
septik, cubluk, tangki septik dengan biofilter agar tidak mencemeri lingkungan.
Karena ada beberapa daerah di Kabupaten Halmahera Selatan yang mempunyai
muka air tanah yang tinggi, seperti contohnya di sebagian tempat kecamatan muka
air tanah berkisar (0,5 – 2,5) meter, maka sangat cocok diterapkan tangki septik
dengan up flow filter dan sistem Tangki Septik Bersusun dengan biofilter untuk
semua kondisi muka air tanah.
Media saring digunakan bahan bahan yang mudah didapatkan di Kabupaten
Halmahera Selatan yaitu batu apung berdiameter 2-3 cm dan tinggi media
sekurang-kurangnya 75 cm.
Kriteria perencanaan adalah:
a) Waktu detensi berkisar 6-12 jam;
b) Pembebanan hidrolik sekitar: 1–3 m3 /m2 /hari;
c) Pembebenan organik berkisar: 0,2– 0,4 kg BOD / m2 /hari.
C. Bidang Evapotraspirasi
a) Bidang Evapotraspirasi mengolah efluen dari tangki septik dengan
up flow filter;
b) Bidang Evapotraspirasi terdiri dari suatu bak kedap air yang terbuat
dari pasangan bata, batu kali, beton atau plastik.

Media Bidang Evapotraspirasi Terdiri Dari Lapisan Lapisan Sebagai Berikut


Dari Bawah Sampai Ke Atas :

Bab III - 35
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

a) Lapisan pertama batu apung berdiameter 2-3 cm setinggi 10 – 20 cm;


b) Lapisan kedua ijuk 3 - 5 cm;
c) Lapisan ketiga lapisan pasir 20 – 30 cm;
d) Lapisan keempat tanah 18 – 20 cm.

Di Atas Lapisan Tanah Ditanami Tumbuh Tumbuhan yang Mempunyai


Kemampuan yang Tinggi Untuk Menguapkan Air Dari Dalam Tanah, Misalnya
Rumput Gajah Dan Akar Wangi, Pepaya, Pisang.
a) Luas bidang Evapotraspirasi didasarkan atas waktu detensi 15 hari;
b) Efluent dari bidang Evapotraspirasi dapat dibuang ke saluran
terbuka.

D. Tanaman Akar Wangi


a. Sekilas Tentang Akar Wangi
Akar wangi merupakan rumput menahun,tinggi dapat mencapai 1 meter, batang
lunak, beruas-ruas, berwarna putih, daun tunggal, bentuk pita, ujung runcing,
pelepah memeluk batang, warna hijau keputih-putihan. Akar termasuk akar
serabut berwarna kuning.
Rumput Vetiver (akar wangi) memiliki kemampuan besar dalam menghilangkan
zat polusi dalam air limbah. Nutrisi dan unsur mineral mikro diserap oleh tanaman
melalui sistem akar yang yang sangat besar yang mana juga berfungsi sebagai
filter hidup. Vetiver adalah tanaman yang kuat dan bisa hidup di lingkungan basah
atau kering, atau dalam lingkungan dengan kualitas air yang bervariasi.
Vetiver adalah tanaman serba guna, dengan penggunaan dari untuk makanan
ternak, penahan erosi, pengolahan limbah, minyak parfum sampai kerajinan
tangan.

D. Proses Pembersihan Polutan


Proses pembersihan polutan oleh akar wangi berlangsung secara alami dengan 6
(enam) tahap proses yaitu;
a) Phytocoacumulation (phytoextraction), yaitu proses tumbuhan
menarik zat kontaminan dari media sehingga berakumulasi di sekitar akar
tumbuhan;
b) Rhyaofiltration, adalah proses adopsi atau pengendapan zat
kontaminan oleh akar;
c) Rhytostabilization, yaitu penempelan zat zat kontaminan tertentu
pada akar yang tidak mungkin terserap ke dalam batang tumbuhan. Zat-zat
tersebut menempel erat (stabil) pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh
aliran air media.
d) Rhyzodegradation, yaitu penguraian zat-zat contaminan oleh
aktivitas mikroba yang berada di sekitar akar tumbuhan misalnya ragi, fungi
dan bakteri;

Bab III - 36
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

e) Phytodegradation, yaitu proses yang dilakukan tumbuhan untuk


menguraikan zat contaminan yang yang mempunyai rantai molekul yang
kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya menjadi susunan molekul yang
sederhana yang dapat berguna bagi tanaman itu sendiri;
f) Phytotovolatization, yaitu proses menarik dan transpirasi zat
contaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah terurai sebagai bahan
yang tidak berbahaya lagi, selanjutnya diuapkan ke atmosfir. Beberapa
tumbuhan dapat menguapkan air 200 sampai 100 liter per hari setiap batang
tumbuhan.
Berdasarkan tes laboratorium terhadap influent dan eflluent limbah domestik
di beberapa tempat (seperti contoh kasus di Bali) dengan sebutan Waste Water
Garden (WWG), diperoleh hasil evaluasi kerja tumbuhan dengan efisiensi
renoval sebagai berikut, yaitu BOD (80-90)%, COD (86-96)%,TSS (75-95)%,
total N (50-70)%, total P (70-90)%, bakteri Colifoprm 99%,
Terdapat 20 spesies tumbuhan yang digunakan di Bali di antaranya: keladi,
pisang, Lotus, Anturium merah atau kuning, Alamanda kuning atau ungu, Akar
Wangi, Bambu Air, Cana Presiden merah, kuning atau putih, Dahlia, Dracenia
Merah atau Hijau, Heleconia Kuning atau Merah, Jaka, Keladi Loreng, Sente
atau Hitam, Kenyeri Merah atau Putih, Lotus Kuning atau Merah, Onje Merah,
Pacing Merah atau Putih, padi-padian, Papirus, Pisang Mas, Ponaderia, Sempol
Merah atau Putih, Spider Lili, dan lain-lain.
Pemeriksaan terhadap bak pengatur effluent sebaiknya dilakukan setiap 3 – 6
bulan sekali.Pengambilan lumpur, dapat dilakukan dengan cara pemompaan
atau penimbaan. Lumpur atau kekam yang telah dikeluarkan dari tangki septik
biasanya masih membahayakan kesehatan, oleh karena itu pengolahan lumpur
dapat dilakukan dengan jalan:
a) Ditimbun dalam suatu galian yang berbentuk saluran yang dalamnya 60 cm;
b) Dicampur dengan sampah dan dibuat kompos.

E. Tangki Septik Komunal


1. Perencanaan Tangki Septik Dengan Biofilter Dan Sistem Anerobik
a) Influen Kompartemen pemisah/Sedimentasi ke-1
b) Kompartemen Filter Anaerobik Kompartemen /Sedimentasi ke-2
c) Tangki Desinfeksi Enfluent

2. Komponen-komponen Sistem MCK


a) Komponen toilet (MCK), terdiri dari WC dan tempat cuci, komponen ini
berada di atas konstuksi bangunan Pengolahan air Limbah (IPAL).
b) Komponen pemipaan
Air limbah dari kamar mandi dan tempat cuci langsung menuju Baffelm
Reaktor (tangki septik bersusun) menggunakan pipa D diameter 4’

Bab III - 37
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

sedangkan air limbah dari WC atau kloset menuju unit biodegester


menggunakan pipa D diameter 6’.
c) Pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah membutuhkan luas 85 m2. Lokasi bangunan ini
menggunakan pengolahan anaerobik sistem yang terdiri dari:
1) Bio Digester adalah sistem anaerob yang berfungsi selain sebagai unit
sedimen juga sebagai pengumpul biogas dari limbah yang berasal dari
kloset. Bangunan imi berbentuk setengah bola (dome) dibangun di bawah
permukaan tanah.
2) Bak peluap, bak ini berfungsi sebagai bak peluapan dari Biodigester yang
sekaligus sebagai penyeimbang volume gas di unit digester.
3) Bak sedimentasi, menggunakan 3 bak sedimen, untuk meng-homogen-
kan tingkat kekentalan limbah maupun sebagai bak pengendap
4) Baffle reactor (tangki septik bersusun) sistem anaerob ini adalah sistem
dengan aliran up flow, di mana sistem ini mengurangi tingkat polusi
limbah sampai dengan 90%.

Untuk Kabupaten Halmahera Selatan direncanakan MCK untuk 30 orang


pemakai yang ditempatkan di beberapa lokasi yang sangat membutuhkan
dengan konstruksi pasangan batu bata.
F. Tangki Septik Dengan Bidang Resapan.
Tangki septik adalah suatu wadah yang biasanya terletak di bawah tanah,
tempat ditampungnya air buangan rumah tangga.

Tangki septik dapat terdiri dari satu, dua atau tiga ruangan. Pada tangki
septik dengan dua ruangan, lumpur akan terakumulasi pada ruang
pertama, sedang zat padat tersuspensi akan mengendap pada ruang
kedua. Konsentrasi zat-zat tersuspensi pada cairan yang keluar dari
tangki septik ini akan menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan
tangki septik dengan satu ruangan. Bila air limbah dibuang ke dalam
tangki septik maka dibutuhkan tangki septik dengan tiga ruangan. Air
yang keluar dari tangki septik ini harus diolah dahulu, dengan jalan
mengalirkan ke lubang resapan atau bidang resapan. Lumpur yang
terkumpul dalam tangki septik harus dikuras jika kedalaman lumpur
telah melampaui 50% dari kedalaman tangki. Periode pengurasan tangki
biasanya berkisar antara 2-5 tahun.
Air bekas cucian tidak boleh masuk kedalam tangki septik dan cubluk,
tetapi dialirkan kesaluran Rioll, drainase setempat yang sebelumnya
diolah melalui sumur resapan. Yang masuk dalam tangki septik atau
cubluk adalah air dari bekas bilasan kloset saja.
G. Sistem Cubluk
Sistem cubluk, menggunakan lubang resapan (leaching-pit) yang
merupakan lubang galian di mana tinja dikumpulkan dan kemudian

Bab III - 38
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

terurai secara biologis. Cairan dan senyawa terlarut pada tinja yang
terurai akan meresap ke dalam tanah di sekeliling lubang tersebut.
Selanjutnya tanah akan mengasimilasi zat-zat yang berbahaya dari cairan
tersebut. Lubang resapan biasanya perlu dikuras setiap 1 sampai 3 tahun
sekali; di mana interval pengurasan bisa diperpanjang menjadi lebih dari
3 tahun dengan cara membuat beberapa lubang resapan yang dipakai
bergantian dan dilengkapi dengan kotak pengatur aliran (switch box).

Jamban yang dibangun dilengkapi dengan sarana yang tepat guna. Pada
umumnya diharapkan pembuatan cubluk kembar dapat dilaksanakan,
kecuali kalau kondisi tertentu tidak memungkinkan pembuatan cubluk
kembar, maka alternatif lain adalah pembuatan tangki septik.

Cubluk kembar adalah sistem pembuangan tinja dan air seni yang
menggunakan dua sumur cubluk secara bergantian. Selama cubluk
pertama dipakai, maka cubluk kedua didiamkan sampai cubluk pertama
penuh. Setelah cubluk pertama penuh maka keluaran dari jamban dapat
dialirkan ke cubluk kedua yang masih kosong. Sehingga jika kedua
cubluk sudah penuh setelah 1-2 tahun, maka cubluk yang sudah
diistirahatkan 1-2 tahun dapat dikosongkan dan digunakan kembali.
Demikian kegiatan semacam itu dilakukan berulang ulang dan secara
bergantian. Lumpur yang yang dikeluarkan dari cubluk dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk.

Standar Cubluk
Ukuran cubluk berdasarkan nilai perkolasi. Luas dinding galian di bawah
lubang pipa pemasukan adalah merupakan daerah resapan efektif asalkan
ruangan antara dinding cubluk dan bidang galian diisi kembali dengan
bahan lulus air (kerikil, batu bata, pecahan bata, dan sebagainya. Ada
tiga ukuran cubluk yang telah digunakan, seperti pada tabel berikut.
H. IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja)
Kriteria IPLT adalah:
a) Limbah yang diolah pada IPLT adalah limbah tinja yang berasal dari
tangki septik penduduk yang secara periodik disedot mobil tinja;
b) Secara umum unit-unit utama pada pengolahan ini adalah kolam
pengumpul, kolam anaerobik, kolam aerasi, kolam fakultatif, dan
kolam maturasi merupakan unit pengolahan biologis;
c) Unit pengolahan biologis ini mengandalkan proses penguraian
senyawa senyawa oleh mikroorganisme dengan atau tanpa bantuan
sinar matahari dan oksigen.
I. Skenario Pengembangan Untuk Air Limbah
Skenario pengembangan untuk air limbah adalah sebagai berikut:
1. Skenario Pengembangan Untuk Air Limbah domestik

Bab III - 39
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

a) Air Limbah permukiman yang telah terbangun diolah secara


individual.
b) Air Limbah dari perumahan baru diolah secara komunal agar gas
methannya dapat dimanfaatkan energinya dan lumpurnya dapat
digunakan sebagai pupuk.

2. Skenario Pengembangan Untuk Air Limbah Industri:


a) Efluen air limbah industri harus memenuhi standar efluen yang
berlaku.
b) Untuk Industri yang berada dalam kawasan Industri, air limbah
sebaiknya diolah secara komunal karena biaya akan lebih ringan.
c) Pembuangan efluen limbah industri harus memperhatikan kategori
badan air penerima
d) Industri Rumah Tangga (Rumah Makan, Hotel, Pabrik) Limbah cair
perlu diolah dengan pengolahan yang sederhana.
3. Air Limbah Pelabuhan
Sistem yang dibuat menggunakan sistem kolam aerasi dan kolam
sedimentasi. Sistem aerasi digunakan dengan maksud untuk mengurangi
kebutuhan luas lahan dan meningkatkan proses pengolahan menjadi lebih
cepat sekaligus meniadakan bau yang mungkin timbul akibat proses
oksidasi yang tidak sempurna.
Sistem ini relatif sederhana sehingga tidak memerlukan tenaga/ operator
dengan kualifikasi khusus untuk pengoperasian dan pemeliharaannya.
Ditinjau dari segi biaya investasi dan operasi pemeliharaan, biaya yang
diperlukan relatif rendah.
IPAL ini berlokasi dekat Pelabuhan nantinya akan menghasilkan keluaran
air olahan dengan BOD kurang dari 30 mg/lt (masih lebih baik dari standar
baku mutu yaitu 50 mg/lt), dan selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk
penyiraman taman kota atau dialirkan ke laut.
Untuk mengatasi kemungkinan adanya rembesan terhadap air tanah pada
kolam aerasi dilakukan pelapisan dengan geomembrane dan geotextile
(lapisan kedap air yang sangat kuat).
Lingkungan di sekitar IPAL akan ditanami pepohonan dan diberi taman
sehingga nyaman untuk dilihat. Dengan demikian diharapkan bahwa
kekhawatiran dan pandangan bahwa IPAL merupakan tempat yang kumuh
dan kotor akan dapat dihilangkan.
IPAL tersebut juga direncanakan dapat berfungsi sebagai pusat pendidikan
untuk penanaman kesadaran terhadap lingkungan bagi para pelajar,
mahasiswa dan masyarakat pada umumnya

3.1.2.7.Rencana Pengembangan Prasarana Sampah

Bab III - 40
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Perkiraan volume timbulan sampah selain didasari atas prediksi jumlah


penduduk, juga di lakukan beberapa asumsi, yakni :
a) Timbulan sampah sebesar 1 – 3 liter/org/hari, atau rata-rata 2 liter/det.
b) Perkiraan pada tahun 2008, 40 % dari produksi sampah yang tertangani
c) Sejak tahun 2012, diperkirakan 80% dari timbulan sampah yang
tertangani,
d) Pada tahun 2028, 50% dari volume sampah yang tertangani, tereduksi
oleh sistem 3R (reduce, reuse, recycle)

B. Strategi Pengelolaan Sampah


Strategi pengelolaan sampah untuk Kabupaten Halmahera Selatan diatur sesuai
dengan kondisi geografi wilayah. Secara fisik kebijakan pengelolaan sampah diatur
menurut wilayahnya, yakni wilayah Kota Labuha, di dalam pulau Bacan selain kota
Labuha dan diluar Pulau Bacan.

2. Di Dalam Pulau Bacan


Untuk wilayah kelurahan atau kecamatan diluar kota Labuha tapi masih di pulau
Bacan, strategi pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan :
a) Sistem pengumpulan dilakukan secara koordinasi dibawah tanggung
jawab kelurahan masing – masing.
b) Pengumpulan sampah rumah tangga terlebih dahulu dilakukan oleh
individu rumah tangga dengan prinsip pemilahan terdiri atas 2 jenis sampah, yakni
sampah organik dan non organik.
c) Sebelum dikumpulkan oleh petugas pengumpul sampah dari kecamatan,
sampah organik dapat dikelola untuk dijadikan kompos. Petunjuk dan cara-cara
pembuatan kompos diberikan oleh BPLHD Kabupaten Halmahera Selatan selaku
pengelola sampah di Kabupaten Halmahera Selatan.
d) Untuk sampah non organik, kecamatan disarankan melakukan pemilihan lokasi tempat
pengumpulan sampah sementara. Untuk selanjutnya pembuangan akhir dapat
dilakukan di TPA yang bergabung dengan TPA kota Labuha khusus untuk lokasi
Pulau Bacan.

Bab III - 41
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

e) Sampah diperlakukan sesuai dengan prinsip 3R, yakni reduce


(mengurangi jumlah sampah), reuse (menggunakan sampah kembali jika
memungkinkan) dan recycle (mendaur ulang). Teknik perlakuan ini dapat disesuaikan
menurut keadaan dan situasi.

Dari pembagian administrasi, kecamatan yang diluar kota Labuha tapi masih di
dalam pulau Bacan adalah Bacan Barat, Bacan Utara, Bacan Timur Tengah dan
Bacan Timur Selatan.
Tabel 3.6. Proyeksi Timbulan Sampah Kecamatan di Pulau Bacan Di Luar Kota
Labuha
hingga Tahun 2028
Keadaan sekarang Estimasi
No. Kecamatan
2004 2005 2006 2007 2019 2028
1 Kecamatan Bacan Barat 3070 3143 3410 3603 5621 10.750
2 Kecamatan Bacan Utara 3672 3758 4078 4309 6722 11.367
3 Kecamatan Bacan Timur Tengah 4766 4879 5294 5594 8727 7.321
4 Kecamatan Bacan Timur Selatan 4507 4614 5007 5290 8253 8.756
Jumlah Penduduk (jiwa) 16.015 16.394 17.789 18.796 29.323 38.195
Timbulan sampah (lt/hr) 32.030 32.788 35.578 38.120 58.646 76.389
Timbulan sampah (m3/hr) 32,03 32,78 35,57 38,12 58,65 76,39
40% vol. sampah (m3/hr) 12,81 13,11 14,23 15,24 23,46 30,56
80% vol. sampah (m3/hr) 25,62 26,23 28,46 30,49 46,92 61,11
50% dari 80% sampah (m3/hr) 12,81 13,11 14,23 15,24 23,46 30,56
Sumber : RTRW Kabupaten Halsel, 2008
3.1.2.8.Rencana Pengembangan Prasarana Drainase
Dua aspek yang harus diperhatikan dalam penanganan drainase dan
pengendalian banjir adalah faktor alamiah dan faktor buatan manusia. Faktor
alamiah meliputi unsur-unsur kondisi topografi, bentuk permukaan, karakteristik
hujan dan tinggi permukaan air laut. Sedangkan faktor buatan adalah adanya
peningkatan aktifitas masyarakat dari tahun ke tahun sejalan dengan
perkembangan wilayah tersebut. Peningkatan taraf kehidupan warga masyarakat
akan menuntut aspek pelayanan prasarana termasuk drainase yang lebih baik.
Sistem jaringan drainase perkotaan merupakan sistem jaringan yang harus
ditinjau secara makro dan tidak dapat dipisahkan dari saluran promer yang ada
di seluruh wilayah kota.

Bab III - 42
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Pemerintah Halmahera Selatan perlu


berupaya untuk mempunyai suatu perencanaan sistem drainase yang mencakup
seluruh wilayah Halmahera Selatan secara rinci dan terencana. Salah satu
perencanaan saluran drainase tersebut diantaranya adalah dengan perbaikan
saluran yang ada di wilayah Halmahera Selatan terutama di daerah perkotaan
atau permukiman padat yang mengalami genangan lokal dimana program-
program tersebut dapat dilaksanakan melalui Program Pembangunan Prasarana
Kota Terpadu (P3KT).
Dalam sistem drainase di suatu perkotaan dipahami sebagai suatu sistem
drainase yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat perkotaan
yang melayani kepentingannya yang berfungsi menerima aliran drainase sistem
lokal untuk dibawa ke badan air penerima, dengan kata lain kualitas manajemen
suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada. Sistem drainase
yang baik dapat membebaskan kota dari suatu genangan air, sebab genangan air
yang dibiarkan akan menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan jorok, yang
bisa menjadikan sarang nyamuk, dan sumber penyakit lainnya, dengan demikian
dapat menurunkan kualitas lingkungan, dan kesehatan masyarakat pada
umumnya.
Beberapa Kebijaksanaan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
pengelolaan sistem drainase adalah sebagai berikut :
1. Rehabilitasi saluran drainase yang berupa perbaikan saluran dan
pengembalian ke kapasitas semula baik pada saluran sekunder maupun saluran
primer.
2. Rehabilitasi sarana dan prasarana seperti rumah pompa dan peralatannya
yang telah habis umur teknisnya sehingga dapat kembali berfungsi secara optimal.
3. Pemeliharaan sarana dan prasarana sistem drainase , yaitu saluran, pintu
air dan peralatannya lainnya secara baik dan rutin.
4. Perbersihan saluran dari sedimen/lumpur dan tumbuhan air yang ada
secara rutin.
5. Optimalisasi pengoperasian pintu air dan rumah pompa yang ada.
6. Pembangunan saluran drainase pada permukiman yang belum ada
saluran drainasenya atau yang belum mencukupi.

Bab III - 43
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

7. Pembangunan saluran drainase pada kawasan yang sudah ada saluran


drainase namun belum terkait oleh bangunan sekunder ataupun primer.
8. Penanganan percepatan penurunan genangan yang ada disesuaikan
dengan sektor lain yang terkait.
9. Optimalisasi pembangunan sistem pengelolaan untuk memperbaiki
kualitas lingkungan.
10. Peningkatan kemampuan kelembagaan pengelola sistem drainase dan
partisipasi masyarakat dalam mengelola prasarana dan sarana drainase perkotaan
melalui bimbingan dan penyuluhan.

3.1.3. Rencana Pengembangan Sarana Wilayah


Rencana pengembangan dan penyebaran sarana wilayah lebih dititikberatkan
pada sebaran permukiman, pusat permukiman dan sebaran penduduk. Selain
penempatannya sarana wilayah juga harus mudah dijangkau oleh penduduk
dengan tersedianya jaringan jalan serta jaringan trasnportasi.

Selain pembangunan sarana wilayah di daerah permukiman sesuai dengan


jumlah penduduk minimal, maka untuk memberikan pelayanan di daerah
terpencil dengan jumlah penduduk yang sedikit, salah satu alternatif
penanganannya adalah dengan membangun.

3.1.3.1.Rencana Pengembangan Sarana Pendidikan


Sarana pendidikan (SD, SLTP, SMA, dan PT) di Kabupaten Halmahera Selatan
apabila dikaitkan dengan jumlah minimum penduduk pendukung setiap
tingkatan pendidikan yang mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI)
No. 03-1733 Tahun 2004, maka sampai pada akhir tahun perencanaan (Tahun
2028) dibutuhkan Sarana Pendidikan sebagai berikut :
1. Sekolah Dasar (SD) sebanyak 234 unit
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 81 unit
3. Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 81 unit

3.1.3.2.Rencana Pengembangan Sarana Kesehatan


Sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan terdiri dari,
PUSKESMAS, PUSKESMAS Pembantu, Balai Pengobatan. Sesuai dengan
perkembangan penduduk hasil proyeksi tahun 2028 yang mengacu kepada
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-1733 Tahun 2004 maka sampai pada
akhir tahun perencanaan (Tahun 2028) dibutuhkan Sarana Kesehatan sebagai
berikut :

Bab III - 44
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

1. PUSKESMAS sebanyak 30 unit


2. PUSKESMAS Pembantu sebanyak 4 unit
3. Balai Pengobatan sebanyak 125 unit
Kemudian dibandingkan dengan kondisi eksisting (Tahun 2008) dimana Rumah
Sakit telah memiliki 1 unit Rumah Sakit, maka pada tahun 2028 wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan masih kekurangan 3 unit Rumah Sakit (yang
seharusnya disediakan di Kecamatan Gane Barat Kecamatan Obi, Kecamatan
Kayoa). Berdasarkan kondisi tersebut maka Rencana Pengembangan Sarana
Kesehatan di Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan adalah sebagai berikut :
1. Jumlah dan Lokasi PUSKESMAS eksisting tetap dipertahankan. Meskipun secara
teoritis jumlahnya sudah melebihi standar, namun fungsinya dapat mengganti
kekurangan fasilitas Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin.
2. Rumah Sakit yang seharusnya disediakan di Kecamatan Gane Barat Kecamatan Obi
dan Kecamatan Kayoa.

3.1.3.3.Rencana Pengembangan Sarana Perdagangan


Sesuai dengan perkembangan penduduknya dan mengacu kepada Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 03-1733 Tahun 2004, maka sampai pada akhir
tahun perencanaan (Tahun 2028) dibutuhkan Sarana Pasar Wilayah sebanyak
114 unit, Pasar Lingkungan sebanyak 49 unit dan Pusat Pertokoan sebanyak 3
unit di Kabupaten Halmahera Selatan. Sarana perdagangan akan disediakan
berupa pasar eceran (dapat berupa pasar tradisional namun sebaiknya berupa
pasar tertutup) dan toko lingkungan. Kebutuhan sarana ini memang tinggi
mengingat jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Selatan yang terus
meningkat. Penyediaan sarana perdagangan harus mempertimbangkan kondisi
wilayah setempat, jangan sampai penyediaannya dalam satu
kecamatan/kelurahan bertumpuk dalam jumlah yang melebihi kebutuhan yang
berakibat pada persaingan tidak sehat dan gangguan terhadap tata ruang kota
secara keseluruhan. Penyediaan pusat pertokoan diarahkan pada pusat-pusat
kecamatan dan pada desa-desa cepat tumbuh.

Bab III - 45
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3.1.4.Rencana Mitigasi Bencana


Sebagai kabupaten yang wilayahnya terdiri dari banyak pulau maka dalam
dalam penyusunan rencana mitigasi bencana menggunakan Pedoman Mitigasi
Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

3.1.4.1.Kebijakan Mitigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir


Dalam konteks pengendalian dan pengelolaan sumber daya pesisir dan kelautan,
terdapat beberapa tantangan dan permasalahan seperti karakteristik sumber daya,
keterbatasan pengalaman, kurangnya data dan informasi, terbatasnya pendanaan
dan lain sebagainya. Selain itu pelaksanaan desentralisasi pengelolaan sumber
daya alam pada saat ini telah memunculkan adanya peralihan beberapa
kewenangan pusat ke daerah. Peralihan kewenangan tersebut menuntut tanggung
jawab yang semakin besar dari semua pihak terhadap pengelolaan sumber daya
pesisir dan laut. Kebijakan Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan pulau-pulau
kecil merupakan suatu kerangka konseptual yang disusun untuk mengurangi
dampak yang ditimbulkan oleh bencana terutama di wilayah pesisir. Mitigasi
bencana meliputi pengenalan dan adaptasi terhadap bahaya alam dan buatan
manusia, serta kegiatan berkelanjutan untuk mengurangi atau menghilangkan
resiko jangka pendek, menengah dan panjang, baik terhadap kehidupan manusia
maupun harta benda.

Kebijakan Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir ini adalah sebagai berikut :


1. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi
penduduk di wilayah pesisir, seperti korban jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan
sumber daya alam.
2. Mengurangi dampak negatif terhadap kualitas berkelanjutan ekologi dan
lingkungan di wilayah pesisir akibat bencana alam maupun buatan.
3. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan wilayah
pesisir
4. Meningkatkan pengetahuan masyarakat pesisir dalam menghadapi serta
mengurangi dampak/resiko bencana.
5. Meningkatkan peran serta pemerintah baik pusat maupun daerah, pihak
swasta maupun masyarakat dalam mitigasi bencana di wilayah pesisir.

Bab III - 46
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3.1.4.2.Strategi Mitigasi Bencana Alam Di Wilayah Pesisir


Secara filosofis, penanggulangan bencana di wilayah pesisir dapat ditempuh
melalui beberapa strategi sebagai berikut :
1. Pola Protektif, yaitu dengan membuat bangunan pantai secara langsung
“menahan proses alam yang terjadi”.
2. Pola Adaptif, yakni berusaha menyesuaikan pengelolaan pesisir dengan
perubahan alam yang terjadi.
3. Pola Mundur (retreat) atau do-nothing, dengan tidak melawan proses
dinamika alami yang terjadi, tetapi “mengalah” pada proses alam dan
menyesuaikan peruntukan sesuai dengan kondisi perubahan alam yang terjadi.
Untuk dua pola terakhir perlu dipandang sebagai strategi mitigasi bencana alam di
wilayah pesisir. Kajian ke arah tersebut perlu dilakukan agar kelestarian sumberdaya
alam pantai dapat terpelihara serta kemanfaatannyaterus dapat dinikmati dari generasi
ke generasi secara berkelanjutan. Selain itu dapat pula dilakukan strategi
pemberdayaan masyarakat dalam mitigasi bencana di wilayah pesisir sebagai
pendekatan preventif dengan jalan memberikan penyuluhan dan pengarahan kepada
masyarakat.

Landasan Operasional
Secara umum, Kebijakan Penanggulangan Bencana di Indonesia didasarkan pada asas-
asas sebagai berikut :
1. Kebersamaan dan kesukarelaan
2. Preventif dan kuratif
3. Koordinasi, kontinuitas dan integrasi
4. Kemandirian
5. Cepat dan tepat
6. Prioritas
7. Kesiapsiagaan
8. Kesemestaan

Agar dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan lingkungannya, maka


pengelolaan pesisir perlu mengadoptasi Intergoverment Panel of Climate Change
(IPCC,1990) prinsip-prinsp pengelolaan kawasan pesisir yang bertujuan untuk :
1. Menghindari pengembangan di daerah ekosistem yang rawan dan rentan.
2. Mengusahakan agar sistem perlindungan alami tetap berfungsi dengan baik
Melindungi keselamatan, harta benda, dan kegiatan ekonominya dari bahaya yang datang
dari laut, dengan tetap memperhatikan aspek ekologi, kultur, sejarah, estetika dan kebutuhan
manusia akan rasa aman serta kesejahteraan.

Bab III - 47
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3.1.5. Rencana Pola Ruang Kabupaten Halmahera Selatan


3.1.5.1. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Lindung
A. Rencana Pemanfaatan Ruang Lindung Daratan
Pada dasarnya pemanfaatan ruang kawasan non budidaya penting untuk dilakukan sebagai
salah satu upaya untuk mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budidaya yang
seringkali mengikuti perkembangan penduduk dalam suatu wilayah. Penentuan kawasan non
budidaya, dengan maksud agar kawasan tersebut tidak dimanfaatkan untuk budidaya
tertentu, bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara lingkungan dan lahan
terbangun. Rencana pemanfaatan ruang kawasan non budidaya terbagi ke dalam dua jenis
utama, yaitu:
1. Kawasan Lindung
Kawasan lindung menurut KEPPRES No.32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung adalah
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa
guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Perencanaan terhadap pemanfaatan ruang kawasan lindung dilakukan guna memberikan
perlindungan terhadap kelestarian komponen lingkungan dari degradasi lingkungan.
Kawasan lindung sendiri terdiri dari 3 (tiga) kelompok utama, yaitu kawasan lindung yang
memberikan perlindungan kawasan di bawahnya, kawasan perlindungan setempat, dan
kawasan suaka alam dan cagar budaya.

Untuk mencapai tujuan dari perencanaan pemanfaatan ruang kawasan lindung di atas, maka
dapat dilakukan beberapa langkah kegiatan dalam penataaan kawasan lindung. Mengingat
dalam kenyataannya pada kawasan-kawasan dimaksud telah berkembang atau ada bangunan
atau kegiatan fisik, maka langkah yang dapat dilakukan di antaranya adalah sebaga berikut:
a. Pada kawasan yang relatif masih kosong dapat diterapkan secara efektif
fungsi lindung tersebut;

Bab III - 48
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

b. Untuk bangunan yang telah terbangun dalam kawasan lindung, perlu


dilakukan seleksi untuk menentukan mana yang akan dipertahankan dan mana yang
harus dipindahkan. Perkembangan pendirian bangunan sangat dibatasi dengan tidak
dikelurkannya ijin mendirikan bangunan di dalam kawasan lindung;
c. Untuk bangunan yang dipertahankan, disyaratkan agar dapat
memperhatikan dengan bagik fungsi lindung yang harus dijaganya.
B. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Di Bawahnya
Kawasan lindung dalam kelompok ini terdiri dari
1) Kawasan Hutan Lindung.
Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk mencegah
terjadinya erosi, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk
menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan.
Kriteria kawasan hutan lindung adalah:
a) Kawasan Hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah,
curah hujan yang melebihi nilai skor 175, dan/atau;
b) Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih,
dan/atau
c) Kawasan Hutan yang mempunyai ketinggian diatas permukaan laut
2.000 meter atau lebih.

2) Kawasan Bergambut.
Perlindungan terhadap kawasan bergambut dimaksudkan untuk mengendalikan
hidrologi wilayah, yang berfungsi sebagai penambat air dan pencegah banjir, serta
melindungi ekosistem yang khas di kawasan yang bersangkutan. Kriteria kawasan
bergambut adalah tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang
terdapat di bagian hulu sungai dan rawa.
3) Kawasan Resapan Air.
Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan ruang
yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan
penyediaan kebutuhan air tanah dan penenggulangan banjir, baik untuk kawasan
bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Kriteria kawasan resapan air
adalah curah hujan yang tinggi, struktur tanah meresapkan air dan bentuk
geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.

C. Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan Perlindungan setempat terdiri dari:
1) Sempadan Pantai.
Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah
pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Berdasarkan
arahan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Pantai kriteria sempadan pantai

Bab III - 49
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

dikawasan perkotaan adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional


dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 10 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat.
Berdasarkan asumsi tersebut maka kawasan sempadan pantai di Kabupaten
Halmahera Selatan ditentukan 10 m dari tanggul. Namun untuk tetap melindungi
kawasan sempadan pantai dan mitigasi bencana maka pengembangan kawasan
permukiman diarahkan menjauh dari pantai atau kearah utara dan membangun
jalan pesisir 1 arah menuju pusat kota dan kawasan pelabuhan.

2) Sempadan Sungai.
Masalah kritis yang dihadapi sehubungan dengan perlindungan sempadan sungai
adalah keberadaan bangunan sepanjang sungai dengan orientasi ke jalan
(membelakangi sungai). Letak bangunan yang hampir bersentuhan dengan pinggir
sungai menyebabkan menurunnya kualitas fisik dan sosial lingkungan dalam wujud
perumahan kumuh. Keadaan tersebut akan menyulitkan pemeliharaan dan penataan
kawasan sempadan sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan
untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan
merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai. Kriteria sempadan sungai adalah:
a) Sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri dan kanan sungai besar
dan 50 meter di kiri dan kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman;
b) Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai
yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 - 15 meter.

3) Kawasan Sekitar Danau/Waduk/Rawa.


Perlindungan terhadap kawasan sekitar danau/waduk dilakukan untuk melindungi
danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi
danau/waduk. Kriteria kawasan sekitar danau/waduk adalah daratan sepanjang
tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
danau/waduk antara 50 - 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

4) Kawasan Sekitar Mata Air.


Perlindungan terhadap kawasan sekitaer mata air dilakukan untuk melindungi mata
air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik
kawasan sekitarnya. Kriteria kawasan sekitar mata air adalah sekurang-kurangnya
dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.

D. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya


Kawasan Suaka Alam dan cagar Budaya terdiri dari:
1) Kawasan Suaka Alam.

Bab III - 50
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Perlindungan terhadap kawasan suaka alam dilakukan untuk melindungi


keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan
plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Kawasan
suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah
perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa.
Kriteria cagar alam adalah:
a) Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa dan tipe ekosistemnya;
b) Mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusun;
c) Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan
tidak atau belum diganggu manusia;
d) Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif
dengan daerah penyangga yang cukup luas;
e) Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah
serta keberadaannya memerlukan upaya konservasi.

Kriteria suaka margasatwa adalah:


a) Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan
perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya
konservasinya;
b) Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;
c) Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu;
d) Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang
bersangkutan;
e) Kriteria hutan wisata adalah:
1) Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik
dan indah baik secara alamiah maupun buatan manusia;
2) Memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olah
raga serta terletak dekat pusat-pusat permukiman penduduk;
3) Mengandung satwa buru yang dapat dikembangbiakkan
sehingga memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan
segi rekreasi, olah raga dan kelestarian satwa;
4) Mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak
membahayakan.

Kriteria daerah perlindungan plasma nutfah adalah:


a) Areal yang ditunjuk memiliki jenis plasma nutfah tertentu yang belum
terdapat di dalam kawasan konservasi yang telah ditetapkan;
b) Merupakan areal tempat pemindahan satwa yang merupakan tempat
kehidupan baru bagi satwa yang merupakan tempat kehidupan baru bagi
satwa tersebut;
c) Mempunyai luas cukup dan lapangannya tidak membahayakan.

Bab III - 51
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Kriteria daerah pengungsian satwa:


a) Areal yang ditunjuk merupakan wilayah kehidupan satwa yang sejak
semula menghuni areal tersebut;
b) Mempunyai luas tertentu yang memungkinkan berlangsungnya proses
hidup dan kehidupan serta berkembangbiaknya satwa tersebut.
2) Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya.
Perlindungan terhadap kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya
dilakukan untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala
dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata
dan ilmu pengetahuan. Kriteria kawasan suaka alam laut dan perairan
lainnya adalah kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah
pesisir, muara sungai, gugusan karang dan atol yang mempunyai ciri khas
berupa keragaman dan/atau keunikan ekosistem.
3) Kawasan Pantai Berhutan Bakau.
Perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan bakau dilakukan untuk
melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan
tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut disamping sebagai
pelindung pantai dan pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya di
belakangnya. Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah minimal 130
kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan
diukur dari garis air surut terendah kearah darat.

4) Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.


Perlindungan terhadap taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata
alam dilakukan untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata,
serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari
pencemaran. Kriteria taman nasional, taman hutan raya dan taman nasional
dan wisata alam adalah berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki
tumbuhan dan satwa yang beragam, memiliki arsitektur bentang alam yang
baik dan memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata.
5) Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan-
peninggalan sejarah, bangunan erkeologi dan monumen nasional, dan
keragaman bentuk geologi, yang berguna untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam
maupun manusia. Kriteria kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
adalah tempat serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs
purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai
manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Bab III - 52
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

E. Kawasan Rawan Bencana Alam


Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi
mengalami bencana alam. Perlindungan untuk melindungi manusia dan
kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung
oleh perbuatan manusia. Kriteria kawasan rawan bencana alam adalah kawasan
yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alami seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, Tsunami dan tanah longsor.
Berdasarkan pengelompokan terhadap kawasan lindung tersebut, maka didapat
kawasan-kawasan yang dinilai sesuai untuk pengembangan kawasan lindung di
Kabupaten Halmahera Selatan, yaitu:
1) Kawasan resapan air di Kabupaten Halmahera Selatan terdapat di daerah
perbukitan. Kawasan resapan air di Kabupaten Halmahera Selatan pada
dasarnya berupa hamparan bukit dengan vegetasi pohon-pohon besar dengan
daya resap air yang cukup tinggi. Dengan adanya perlindungan terhadap
kawasan resapan air ini, maka upaya konservasi air dapat terlaksana.
2) Daerah pantai di Kabupaten Halmahera Selatan perlu untuk dikonservasi,
terkait dengan upaya untuk melestarikan lingkungan alami di pantai-pantai
tersebut juga tekait dengan kegiatan mitigasi bencana. Upaya perlindungan
terhadap daerah pantai ini juga meliputi pembangunan permukiman dan area
terbangun seperti gedung perkantoran diminimalkan hingga tidak
diperkenankan di bangun di daerah pantai ini. Pembangunan area terbangun
lainnya masih memungkinkan selama berupa jaringan utilitas dan transportasi
(jalan).
3) Sungai merupakan bentangan alam yang keberadaannya digunakan
sebagai saluran pengantar air hingga ke laut. Sebagaimana telah diketahui di
atas bahwa Kabupaten Halmahera Selatan merupakan daerah yang banyak
terdapat keberadaan sungai. Keberadaan sungai tersebut harus secara arif
dimanfaatkan, karena bila tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya akan
berakibat pada perubahan alam yang dampaknya tidak hanya dirasakan oleh
Kabupaten Halmahera Selatan namun dapat juga dirasakan daerah-daerah yang
berada pada lintasan sungai tersebut, khususnya pada daerah aliran sungai.
Sempadan sungai ini dibutuhkan sebagai buffer antara penggunaan lahan yang
sekiranya berlawanan atau berdampak negatif bagi keberadaan sungai;
4) Daerah rawa/genangan yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan.
Perencanaan rawa perlindungan adalah dengan pembuatan green belt sebagai
barrier supaya kawasan rawa perlindungan dapat dipertahankan keberadaanya,
khususnya untuk konservasi habitat rawa, konservasi air tanah dan air
permukaan, perlindungan flora dan fauna serta kegiatan pariwisata.

3.1.5.2. Rencana Pemanfaatan Ruang Lindung Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Bab III - 53
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Konservasi Wilayah Pesisir dan PPK adalah upaya perlindungan, pelestarian,


dan pemanfaatan Wilayah Pesisir dan PPK serta ekosistemnya untuk menjamin
keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumberdaya pesisir dan PPK
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragamannya. Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan PPK adalah
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang dilindungi
untuk mewujudkan pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara
berkelanjutan. Konservasi pesisir dan laut sangat terkait dengan ekosistem
pesisir dan laut, yaitu ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove.
Kawasan-kawasan yang diusulkan untuk dijadikan kawasan konservasi laut
adalah gugus Pulau Widi, Gugus Pulau Joronga, dan Gugus Pulau Waidoba.
Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola
dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan. Konservasi sumber daya ikan meliputi (1)
konservasi ekosistem; (2) konservasi jenis ikan; dan (3) konservasi genetik ikan.
Tipe ekosistem yang terkait dengan sumber daya ikan adalah laut, padang
lamun, terumbu karang, mangrove, estuary, pantai, rawa, sungai, danau,
waduk,dan ekosistem perairan buatan. Konservasi ekosistem melalui kegiatan:
 Perlindungan habitat dan populasi ikan;
 Rehabilitasi habitat dan populasi ikan;
 Penelitian dan pengembangan;
 Pemanfaatan sumber daya ikan dan jasa lingkungan;
 Pengembangan sosial ekonomi masyarakat;
 Pengawasan dan pengendalian; dan/atau
 Monitoring dan evaluasi.

Setiap rencana pengelolaan kawasan konservasi perairan harus memuat zonasi


kawasan konservasi perairan. Zonasi kawasan konservasi perairan terdiri atas:
 Zona inti;
 Zona perikanan berkelanjutan;
 Zona pemanfaatan; dan
 Zona lainnya.

1. Arahan Pengelolaan Kawasan konservasi laut (Terumbu Karang)


 Penataan sistem pemanfaatan serta pengaturan terhadap alat tangkap serta
pengembangan teknologi metode pemanfataan yang tertuang dalam suatu tata
aturan yang didasarkan pada kajian sumberdaya, lingkungan dan teknologi
untuk digunakan di kawasan terumbu karang.
 Pendidikan dan latihan, penyuluhan, serta pendampingan yang intensif
merupakan program penting dalam sistem pengelolaan guna menumbuhkan
pemahaman dan kesadaran konservasi bagi masyarakat pengguna terumbu
karang serta masyarakat pada umumnya;

Bab III - 54
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

 Terhadap sejumlah lokasi terumbu karang yang telah menurun kualitasnya,


maka upaya pengelolaan melalui pendekatan rehabilitasi menjadi prioritas
utama guna mengembalikan fungsi/manfaat alamiahnya;
 Teknologi rehabilitasi yang menjadi pilihan utama untuk mengembalikan
fungsi terumbu dari beberapa lokasi perairan pesisir di Kabupaten Hamahera
Selatan adalah transplantasi;
 Monitoring dan evaluasi terhadap status kondisi zona lindung lokal;
 Penetapan aturan formal pengelolaan kawasan dengan mempertimbangkan
sistem pengelolaan lokal.
 Mengembangkan pengelolaan kawasan konservasi berbasis masyarakat.

2. Arahan Pengelolaan Konservasi Pesisir (Hutan Mangrove)


 Mempertahankan dan menjaga kawasan mangrove yang masih tumbuh
dengan baik
 Melakukan rehabilitasi habitat utama hutan mangrove disertai penyusunan
konsep dan strategi pengelolaannya lintas sektor;
 Pengembangan Rencana detail pengelolaan kawasan konservasi ekosistem
bakau;
 Menyusun rencana pengelolaan terpadu kawasan ekosistem mangrove;
 Pengembangan konsep pengelolaan berbasis masyarakat;
 Penetapan aturan formal tingkat daerah untuk perlindungan kawasan
ekosistem mangrove dan kawasan penyangganya.

3.1.5.3.Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Budidaya


A. Rencana Pemanfaatan Ruang Budidaya Daratan
1. Arah Kebijakan Subsektor
Pertanian
Arah kebijakan dalam pengembangan subsektor pertanian, adalah:
a. Pengembangan subsektor pertanian mampu mendorong dan menciptakan iklim
perekonomian di Kabupaten Halmahera Selatan yang kondusif bagi pengembangan
sistem agribisnis;
b. Pengembangan subsektor pertanian mampu mendayagunakan seluruh potensi
sumber daya alam dan manusia melalui peningkatan pemanfaatan dan penerapan
IPTEK dan kerjasama kemitraan secara sinergis antar pelaku pembangunan;

Bab III - 55
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

c. Pengembangan subsektor pertanian dapat memacu pemerataan pembangunan


infrastruktur dan fasilitas umum di kawasan perdesaan;
d. Pengembangan subsektor pertanian di setiap wilayah membuka peluang untuk
mempercepat pengembangan daerah tertinggal;
e. Proses pengembangan subsektor pertanian dilakukan melalui tahapan yang
berkesinambungan sesuai dengan kesiapan wilayah dan kemampuan anggaran
daerah;

2. Tujuan dan Sasaran


Tujuan pengembangan subsektor pertanian adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan produktivitas komoditas tanaman pangan dan hortikultura guna
meningkatkan total produksi komoditas tersebut;
b. Mewujudkan kemandirian pangan, sehingga mengurangi ketergantungan pangan
dari wilayah lain;
c. Mewujudkan ketahanan pangan yang meliputi jumlah dan kemudahan dalam
mendapatkan bahan pangan;
d. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas tanaman pangan dan
hortikultura;
e. Meningkatkan produktivitas dan profesionalisme sumberdaya manusia dan
kelembagaan pertanian;
f. Meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha di bidang pertanian;
g. Membuka peluang investasi swasta dan masyarakat dalam kegiatan pertanian;
h. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam untuk mendapatkan manfaat
bagi peningkatan produksi usaha tani dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan subsektor pertanian,


diantaranya :
a. Tercapainya peningkatan produktivitas dan produksi komoditas tanaman pangan
dan hortikultura;
b. Terwujudnya kemandirian pangan, sehingga mengurangi ketergantungan pangan
dari wilayah lain;
c. Terwujudnya ketahanan pangan yang meliputi jumlah dan kemudahan dalam
mendapatkan bahan pangan;
d. Tercapainya nilai tambah dan daya saing komoditas tanaman pangan dan
hortikultura;
e. Tercapainya produktivitas dan profesionalisme sumberdaya manusia dan
kelembagaan pertanian;
f. Tercapainya kesempatan kerja dan berusaha di bidang pertanian;
g. Terbukanya peluang investasi swasta dan masyarakat dalam kegiatan pertanian;
h. Tercapainya pemanfaatan sumberdaya alam untuk mendapatkan manfaat bagi
peningkatan produksi usaha tani dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

Bab III - 56
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3. Program-program
Pengembangan Subsektor Pertanian
Mengacu pada arah kebijakan dalam pengembangan subsektor pertanian, maka perlu
dijabarkan kedalam program-program pengembangan sebagai berikut:
a. Program Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi komoditas pertanian
(tanaman pangan dan hortikultura) melalui kegiatan ekstensifikasi, intensifikasi
dan diversifikasi usaha tani serta penanganan pasca panen untuk menurunkan
kehilangan/susut (losses) dengan penerapan teknologi berbasis lokal dan teknologi
pertanian tepat guna.

b. Program Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur Perdesaan


Program ini dimaksudkan sebagai upaya menyediakan fasilitas pelayanan agar
kegiatan usaha tani, mulai dari budidaya sampai pemasaran hasil dapat berjalan
dengan lancar dan efisien, sehingga produk usaha tani mempunyai daya saing
yang tinggi. Jenis infrastruktur yang perlu dibangun dan dikembangkan, yaitu : a)
Infrastruktur Transportasi, sebagai upaya meningkatkan aksesibilitas masyarakat
desa yang menghubungkan wilayah sentra produksi (hinterland) dengan wilayah
pengolahan dan pemasaran, b) Infrastruktur Jaringan Irigasi, sebagai upaya
memenuhi kebutuhan air, khususnya pada lahan sawah irigasi, misalnya
pembangunan dam/waduk, saluran primer, sekunder dan tersier dan c)
Infrastruktur Pemasaran, sebagai upaya meningkatkan pemasaran hasil
pertanian, seperti pasar di wilayah perdesaan, terminal dan sub terminal agribisnis
dan sistem informasi pemasaran.

c. Program Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian (Agroindustri)


Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan kegiatan pengolahan hasil
pertanian (agroindustri) dari komoditas hasil pertanian, meningkatkan efektivitas
dan efisiensi kegiatan pertanian dan penciptaan nilai tambah yang dapat dinikmati
oleh masyarakat.

2.Arah Kebijakan Subsektor Perkebunan


Arah kebijakan dalam pengembangan subsektor perkebunan, adalah:
a. Pengembangan subsektor perkebunan mampu mendorong dan menciptakan iklim
perekonomian di Kabupaten Halmahera Selatan yang kondusif bagi pengembangan
sistem agribisnis;
b. Pengembangan subsektor perkebunan mampu mendayagunakan seluruh potensi
sumber daya alam dan manusia melalui peningkatan pemanfaatan dan penerapan
IPTEK dan kerjasama kemitraan secara sinergis antar pelaku pembangunan;
c. Pengembangan subsektor perkebunan dapat memacu pemerataan pembangunan
infrastruktur dan fasilitas umum di kawasan perdesaan;

Bab III - 57
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

d. Peningkatan akses terhadap informasi pasar, teknologi, permodalan, sarana dan


prasarana bagi masyarakat perkebunan.
e. Peningkatan nilai tambah produk melalui pengolahan hasil perkebunan di sentra-
sentra produksi;
f. Proses pengembangan subsektor perkebunan dilakukan melalui tahapan yang
berkesinambungan sesuai dengan kesiapan wilayah dan kemampuan anggaran
daerah;

A.Tujuan dan Sasaran


Tujuan yang akan dicapai dalam pembangunan subsektor perkebunan adalah :
a. Meningkatkan produktivitas dan produksi komoditas unggulan perkebunan ;
b. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas perkebunan melalui
pengembangan agroindustri terpadu;
c. Meningkatkan produktivitas dan profesionalisme sumberdaya manusia dan
kelembagaan perkebunan;
d. Meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha di bidang perkebunan bagi
masyarakat;
e. Mengembangkan agroindustri yang sinergis dengan perkebunan rakyat;
f. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam untuk mendapatkan manfaat
bagi peningkatan produksi usaha perkebunan dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan.
g. Meningkatkan kontribusi subsektor perkebunan terhadap perekonomian daerah.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan subsektor perkebunan,


diantaranya :
a. Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas
komoditas unggulan wilayah berupa kelapa, kakao, cengkeh dan pala;
b. Tercapainya nilai tambah dan daya saing komoditas
perkebunan melalui pengembangan agroindustri terpadu;
c. Tercapainya produktivitas dan profesionalisme
sumberdaya manusia dan kelembagaan perkebunan;
d. Terwujudnya kesempatan kerja dan berusaha di bidang
perkebunan bagi masyarakat;
e. Tecapainya pengembangan agroindustri yang sinergis
dengan perkebunan rakyat;
f. Termanfaatkannya sumberdaya alam untuk mendapatkan
manfaat bagi peningkatan produksi usaha perkebunan dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan.
g. Terjadinya peningkatan kontribusi subsektor perkebunan
terhadap perekonomian daerah.

B. Program-program Pengembangan Subsektor Perkebunan

Bab III - 58
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Sesuai dengan arah dan kebijakan dalam pengembangan subsektor perkebunan


dijabarkan kedalam program-program pembangunan sebagai berikut:
a. Program Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi komoditas perkebunan
(komoditas unggulan wilayah dan komoditas pendukung) melalui kegiatan
ekstensifikasi, intensifikasi dan diversifikasi usaha perkebunan.

b. Program Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur Perdesaan


Program ini dimaksudkan sebagai upaya menyediakan fasilitas pelayanan agar
kegiatan usaha perkebunan, mulai dari budidaya sampai pemasaran hasil dapat
berjalan dengan lancar dan efisien, sehingga produk usaha perkebunan mempunyai
daya saing yang tinggi. Jenis infrastruktur yang perlu dibangun dan dikembangkan,
yaitu : a) Infrastruktur Transportasi, sebagai upaya meningkatkan aksesibilitas
masyarakat perkebunan yang menghubungkan antara sentra produksi dengan
wilayah pengolahan dan pemasaran, b) Infrastruktur Pemasaran serta Informasi
dan Komunikasi, sebagai upaya meningkatkan pemasaran hasil perkebunan dan
sistem informasi pemasaran.

c. Program Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan


Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan kegiatan pengolahan hasil
perkebunan (agroindustri) secara terpadu dari komoditas unggulan perkebunan
yang menghasilkan berbagai produk turunan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan perkebunan dan penciptaan daya
saing dan nilai tambah ekonomi yang dapat dinikmati oleh masyarakat perkebunan.

C. Rencana Pengembangan Lahan Pertanian dan Perkebunan


Rencana pengembangan lahan pertanian dan perkebunan di Kabupaten Halmahera
Selatan berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

3. Arah Kebijakan Pengembangan Subsektor Peternakan


Arah kebijakan pengembangan subsektor peternakan meliputi :
a. Pengembangan subsektor peternakan mampu mendorong dan menciptakan
iklim perekonomian di Kabupaten Halmahera Selatan yang kondusif bagi
pengembangan sistem agribisnis peternakan;
b. Pengembangan subsektor peternakan mampu mendayagunakan seluruh potensi
sumber daya alam dan manusia melalui peningkatan pemanfaatan dan penerapan
IPTEK dan kerjasama kemitraan secara sinergis antar pelaku pembangunan agar
dapat menghasilkan produk usaha ternak yang berdaya saing tinggi;
c. Pengembangan subsektor peternakan dapat menciptakan peluang ekonomi
untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak;

Bab III - 59
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

d. Peningkatan akses terhadap informasi pasar, teknologi, permodalan, sarana dan


prasarana bagi masyarakat peternak;
e. Peningkatan nilai tambah produk melalui pengolahan hasil ternak dan
pemanfaatan hasil samping (limbah) usaha peternakan;
f. Pengembangan subsektor peternakan mampu melestarikan dan memanfaatkan
sumberdaya alam pendukung peternakan;
g. Proses pengembangan subsektor peternakan dilakukan melalui tahapan yang
berkesinambungan sesuai dengan kesiapan wilayah dan kemampuan anggaran
daerah;

2. Tujuan dan Sasaran


Tujuan yang akan dicapai dalam pengembangan subsektor peternakan,
diantaranya adalah :
a. Meningkatkan populasi dan produksi ternak untuk memenuhi konsumsi baik lokal
maupun keluar daerah serta kebutuhan bahan baku industri peternakan ;
b. Meningkatkan produktifitas dan profesionalisme sumberdaya manusia dan
kelembagaan peternakan;
c. Meningkatkan efisiensi dan daya saing produk peternakan di Kabupaten Halmahera
Selatan;
d. Meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha di bidang peternakan;
e. Menumbuhkan agroindustri yang sinergis dengan peternakan rakyat;
f. Mengolah hasil samping (by product) peternakan berupa limbah padat dan cair
sebagai bahan pupuk organik dan sumber energi alternatif (bioenergi)
g. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam untuk memperoleh manfaat
sebesar-besarnya bagi peningkatan produksi ternak dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan subsektor peternakan,


diantaranya adalah:
a. Terpenuhinya kebutuhan konsumsi , bahan baku industri dan eksport komoditas
peternakan melalui peningkatan populasi, produksi dan produktifitas ternak;
b. Terwujudnya peningkatan produktifitas dan profesionalisme para peternak, aparat
peternakan, serta masyarakat peternakan lainnya yang didukung dengan
kelembagaan peternakan yang mandiri dan tangguh;
c. Terwujudnya peningkatan efisiensi dan daya saing produk unggulan peternakan
Halmahera Selatan;
d. Terwujudnya peningkatan kesempatan kerja dan berusaha di bidang peternakan
yang dipacu dengan tumbuhnya agroindustri yang sinergis dengan usaha
peternakan rakyat;
e. Termanfaatkannya limbah ternak (padat dan cair) sebagai bahan baku pupuk
organik dan bio energi;

Bab III - 60
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

f. Termanfaatkannya sumber daya alam yang ada secara optimal (lahan, limbah
pertanian, limbah agroindustri dan perkebunan) unruk peningkatan produksi dan
produktifitas ternak dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

4. Program-program Pengembangan Subsektor Peternakan


Program pengembangan subsektor peternakan pada hakekatnya adalah merupakan
rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya
sistem agribisnis peternakan yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, program-program
subsektor peternakan di Kabupaten Halmahera Selatan adalah :
a. Program Peningkatan Produksi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi peternakan guna
memenuhi kebutuhan lokal, ke luar wilayah maupun nasional melalui kegiatan
penyiapan bibit unggul, optimalisasi usaha peternakan dan menjaga kesehatan
hewan ternak.
b. Program Peningkatan Prasarana dan Sarana dan Pelayanan Teknologi
Program ini dimaksudkan sebagai upaya menyediakan fasilitas pelayanan agar
kegiatan usaha peternakan, mulai dari penyiapan benih/bibit unggul sampai
pemasaran hasil dapat berjalan dengan lancar dan efisien, sehingga produk usaha
peternakan mempunyai daya saing yang tinggi. Jenis infrastruktur yang perlu
dibangun dan dikembangkan, yaitu : a) Infrastruktur Transportasi, sebagai
upaya meningkatkan aksesibilitas masyarakat peternak yang menghubungkan
antara sentra produksi dengan wilayah pengolahan dan pemasaran, b)
Infrastruktur Pemasaran serta Informasi dan Komunikasi, sebagai upaya
meningkatkan pemasaran hasil peternakan dan sistem informasi pemasaran serta
pelayanan teknologi yang di bidang peternakan.
Program Pengembangan Agroindustri Berbasis Hasil Ternak
Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan kegiatan pengolahan hasil
peternakan (produk utama dan produk samping) secara terpadu melalui penyiapan
teknologi dan manajemen agroindusti serta sumberdaya manusia yang
menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan peternakan dan penciptaan daya
saing dan nilai tambah ekonomi yang dapat dinikmati oleh masyarakat peternak.

Pengembangan kegiatan peternakan akan direncanakan pada kecamatan-kecamatan


sebagai berikut:
Tabel 3.6 Proyeksi Luas Lahan dan Produksi Selama 20 Tahun di Kecamatan Makian Barat
No Pusat Pertumbuhan Wilayah Cakupan Jenis Ternak
1 Kec. Kayoa Kec. Kayoa Utara, Kayoa Selatan, Kayoa Kambing
Barat
2 Kec. Bacan Barat Kec. Barat Utara, Kec. Kasiruta Timur, Kambing

Bab III - 61
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

No Pusat Pertumbuhan Wilayah Cakupan Jenis Ternak


3 Kec. Bacan Kec. Batanglomang, Kec. Bacan Selatan Sapi, Kambing

4 Kec. Bacan Timur Kec. Bacan Timur Tengah, Kec. Bacan Sapi
Timur Selatan
5 Kec. Gane Timur Kec. Gane Timur Tengah, Kec. Gane Itik
Barat Utara
6 Kec. Gane Barat Kec. Gane Timur Selatan, Kec. Gane Sapi
Barat Selatan
Sumber: RTRW Kabupaten Halsel, 2008

4. Kehutanan
A. Arah Kebijakan Subsektor Kehutanan
Arah kebijakan terkait dengan pengembangan subsektor kehutanan adalah:
a. Pengelolaan sumberdaya hutan dengan menyeimbangkan tiga fungsi hutan, yaitu
fungsi  ekologi, sosial-budaya dan ekonomi;
b. Pengelolaan hutan secara berkelanjutan agar mampu memberikan kontribusi
peranan hutan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD);
c. Penciptaan iklim yang kondusif terhadap kepastian berusaha dan jaminan
keamanan berniaga sebagai upaya menarik minat para investor baik dalam negeri
maupun luar negeri di bidang industri hasil hutan;
d. Peningkatan peran serta kearifan masyarakat lokal secara aktif dalam
kelembagaan untuk mendukung pengelolaan hutan secara berkelanjutan;    
e. Peningkatan akses terhadap informasi pasar, teknologi, permodalan, sarana dan
prasarana bagi masyarakat dalam pengembangan kehutanan;
f. Peningkatan usaha diversifikasi potensi hutan melalui usaha pengelolaan hutan
wisata dan rekreasi (ecotourism) yang bermanfaaat bagi peningkatan pendapatan
daerah.
g. Proses pengembangan subsektor kehutanan dilakukan melalui tahapan yang
berkesinambungan sesuai dengan rencana strategis pengembangan dan
kemampuan anggaran daerah;

B. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Subsektor Kehutanan


Tujuan pengembangan subsektor kehutanan adalah :
a. Mewujudkan sistem pengelolaan hutan berbasis fungsi, yaitu fungsi ekologi,
sosial-budaya dan ekonomi;

Bab III - 62
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

b. Mewujudkan kelembagaan pengelola hutan yang efisien dan efektif, sumberdaya


manusia yang kompoten dan menyelaraskan peran, hak, tanggungjawab semua
pihak (stakeholder) yang proporsional;
c. Meningkatkan produktivitas dan nilai sumberdaya hutan yang berkelanjutan
yang meliputi luasan hutan yang cukup, penyebaran ke seluruh wilayah dan
berfungsi secara optimal.
d. Mengoptimalkan fungsi hidro orologis/konservasi DAS yang meliputi kualitas
ekosistem, debit yang stabil dan kontinyu, bahaya longsor, banjir dan
kekeringan;
e. Mewujudkan iklim usaha kehutanan yang kondusif, efisien dan efektif agar
dapat menguntungkan bagi investor dan masyarakat,
f. Mewujudkan kesejahteraan dan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan
agar masyarakat sadar dalam mengelola hutan dan memperoleh manfaat;
g. Mewujudkan rehabilitasi hutan dan lahan yang berkesinambunagnan;
h. Meningkatkan upaya pemberantasan illegal logging, perdagangan hasil hutan
illegal, pencegahan dan penanggulangan kerusakan hutan.

Sasaran yang akan dicapai dalam pengembangan subsektor kehutanan adalah :


a. Terwujudnya sistem pengelolaan hutan berbasis fungsi, yaitu fungsi ekologi,
sosial-budaya dan ekonomi;
b. Terwujudnya kelembagaan pengelola hutan yang mantap ;
c. Tercapainya produktivitas dan nilai sumberdaya hutan yang berkelanjutan yang
meliputi luasan hutan yang cukup, penyebaran ke seluruh wilayah dan berfungsi
secara optimal.
d. Tercapainya fungsi hidro orologis/konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
meliputi kualitas ekosistem, debit yang stabil dan kontinyu, bahaya longsor,
banjir dan kekeringan;
e. Terwujudnya iklim usaha kehutanan yang kondusif, efisien dan efektif agar
dapat menguntungkan bagi investor dan masyarakat,
f. Terwujudnya kesejahteraan dan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan
agar masyarakat sadar dalam mengelola hutan dan memperoleh manfaat;
g. Terwujudnya rehabilitasi hutan dan lahan yang berkesinambunagnan;
h. Tercapainya pemberantasan illegal logging, perdagangan hasil hutan illegal,
pencegahan dan penanggulangan kerusakan hutan.

C. Program-program Subsektor Kehutanan


a. Program Pembuatan Sistem Informasi dan Pendataan Potensi Hutan.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
mengelola hutan, meningkatkan pemanfaatan hutan dan kekayaan alam yang
terdapat di dalamnya dengan memperhatikan kaidah manajemen ekosistem hutan
dan menyediakan informasi yang akurat mulai tahap perencanaan, pemanfaatan,

Bab III - 63
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

pemantauan dan evaluasi agar tidak terjadi penyimpangan dalam pengelolaan


hutan.

b. Program Pembuatan dan Pemantapan Peraturan dan Kelembagaan


Pengelolaan Hutan Secara Berkelanjutan.
Program ini bertujuan untuk mempertahankan nilai ekologis, budaya dan
ekonomis hutan untuk kehidupan masyarakat di sekitar hutan, melaksanakan
peran serta masyarakat  dalam memanfaatkan potensi hutan termasuk pembagian
keuntungan yang seimbang, meningkatkan ketrampilan dan organisasi
kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan dan rehabilitasi hutan, perlindungan
hutan, keanekaragaman hayati dan pemasaran produk, menggalakkan kepedulian
masyarakat akan fungsi dari kawasan pengangga (buffer zone) dan penataan tata
ruang kawasan hutan sesuai dengan peruntukkannya (lindung, produksi kayu dan
non kayu serta konservasi).
c. Program Pengelolaan Hutan Produksi dan Hutan Rakyat Secara
Berkelanjutan
Program ini bertujuan untuk mendorong pengelolaan hutan (kayu dan non kayu)
yang efisien, terpadu, dan berkelanjutan berdasarkan daya dukung potensial,
meningkatkan peran  pemerintah dan masyarakat serta lembaga swadaya
masyarakat dalam menetapkan pemanfaatan hasil yang berkelanjutan dan hemat
melalui perangkat  ekonomi dan hukum dan mengembangkan kemitraan antara
pengusaha, masyarakat dan pemerintah dalam menjamin produksi hutan yang
berkelanjutan berdasarkan tanggung jawab dan pembagian keuntungan yang adil. 

5. Kebijakan Pemerintah di Sektor Pertambangan


Jika dilihat dari potensi pertambangan yang telah dikelola dan dieksplorasi di
Kabupaten Halmahera Selatan adalah pertambangan mineral sementara pertambangan
MIGAS masih dalam proses penyelidikan maka dalam pembahasan kebijakan
pemerintah hanya akan membahas kebijakan pengusahaan pertambangan mineral dan
batubara.

1. Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara


 Mineral dan Batubara merupakan bahan galian
strategis, baik sebagai sumber pasokan energi nasional maupun sebagai komoditi
ekspor untuk pembangunan nasional jangka panjang. Apabila dilihat dari
volume produksi dan cadangannya, batubara merupakan komoditas yang paling
mendominasi dibandingkan komoditas subsektor non migas lainnya. Pemerintah
telah menetapkan Kebijakan Batubara Nasional (KBN) sebagai pedoman dalam
pengelolaan, pengusahaan, pemanfaatan dan pengembangan batubara.

 Pola Pengusahaan pada mineral dan batubara :


a. Kuasa Pertambangan (KP)

Bab III - 64
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Adalah pelaksanaan/pemberian dalam bentuk KP Penugasan. KP diberikan


oleh Menteri, Gubenur, Bupati/Walikota untuk bahan tambang Gol A dan B.
Surat Izin Pertambangan Rakyat (SIPR), diberikan oleh Bupati. Surat Izin
Pertambangan Daerah (SIPD) diberikan oleh Pemda TK I dan TK II (Prov.
& Kab./Kota) untuk bahan galian industri (Gol. C).
b. Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara (PKP2B)
Adalah kontrak antara Pemerintah dan Kontraktor asing atau nasional dalam
pengusahaan batubara
c. Kontrak Karya (KK)
Adalah suatu perjanjian pengusahaan pertambangan bahan galian mineral
non batubara antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Perusahaan
Swasta Asing atau Patungan Asing dengan Nasional (dalam rangka
Penanaman Modal Asing) dengan berpedoman kepada UU No. 1 Tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing serta UU No. 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuan ketentuan Pokok Pertambangan. Menteri ESDM
bertanggungjawab atas penyelenggaraan KK atau PKP2B. Menteri,
Gubernur, Bupati/Walikota bertanggungjawab atas penyelenggaraan KP.
 Tahapan Kegiatan dan Jangka Waktu Pentahapan
:
KK dan PKP2B mencakup semua tahapan kegiatan yang tidak terpisahkan,
yaitu meliputi :
1. Tahap Penyelidikan Umum : 1+1 Tahun
2. Tahap Eksplorasi : 3 Tahun + 2 x 1 Tahun
3. Tahap Studi Kelayakan : 1 + 1 Tahun
4. Tahap Konstruksi : 3 Tahun
5. Tahap operasi Produksi/Eksplotasi : 30 Tahun + 2 x 10 Tahun
(diberikan dalam paket termasuk pengolahan dan pemurnian serta
pemasaran)

6. Rencana Pengembangan Kegiatan Industri


Pengembangan kegiatan industri ini didasarkan atas komoditas yang banyak terdapat
di Kabupaten Halmahera Selatan dan layak untuk dikembangkan atau diolah yaitu
kelapa, kakao, rumput laut dan beras.

Analisa kondisi posisi kelapa Kabupaten Halmahera Selatan di kancah Indonesia


Timur ( banding kan dengan Sulawesi Utara, karena sumber pusat di Bitung, Menado)
lihat juga turunan produknya, tapi lihat produksi kopra terlebih dahulu, sebelum
turunan lainnya.

Bab III - 65
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Daya saing produk kelapa pada saat ini terletak pada industri hilirnya, tidak lagi pada
produk primer, di mana nilai tambah dalam negeri yang dapat tercipta pada produk
hilir dapat berlipat ganda daripada produk primernya. Usaha produk hilir saat ini terus
berkembang dan memiliki kelayakan yang tinggi baik untuk usaha kecil, menengah
maupun besar. Pada gilirannya industri hilir menjadi lokomotif industri hulu.

Produk akhir yang sudah berkembang dengan baik adalah desicated coconut (DC),
coconut milk/cream (CM/CC), coconut charcoal (CCL), activated carbon (AC),
brown sugar (BS), nata de coco (ND) dan coconut fiber (CF). Yang baru mulai
berkembang adalah virgin coconut oil (VCO) dan coconut wood (CW). Produk DC,
CCL, AC, BS, dan CF sudah masuk pasar ekspor dengan perkembangan yang pesat,
kecuali CF yang perkembangan ekspornya kurang karena belum terpenuhinya standar,
walaupun permintaan dunia terus meningkat. Kopra dan CCO sebagai produk
setengah jadi diharapkan dapat diolah lebih lanjut menjadi produk oleochemical (OC),
di mana Indonesia masih menjadi pengimpor neto.
Permintaan pasar ekspor produk olahan kelapa umumnya menunjukkan trend yang
meningkat. Sebagai contoh, pangsa pasar DC Indonesia terhadap ekspor DC dunia
cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir. Kecenderungan yang sama terjadi
pada arang aktif. Sebaliknya pangsa ekspor CCO mengalami penurunan. Situasi ini
mengisyaratkan perlunya mengarahkan pengembangan produk olahan pada produk-
produk baru yang permintaan pasarnya cenderung meningkat (demand driven).
Industri pengolahan komponen buah kelapa tersebut umumnya hanya berupa industri
tradisional dengan kapasitas industri yang masih sangat kecil dibandingkan potensi
yang tersedia.
Untuk menunjang industri tersebut diperlukan intensifikasi, rehabilitasi, dan
peremajaan di usahatani serta pembangunan infrastruktur, kelembagaan, dan dukungan
kebijakan. Dukungan kebijakan yang diperlukan untuk usahatani adalah penyediaan
kredit modal untuk intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan; pembinaan teknis dan
kelembagaan produksi; adanya kelembagaan semacam "Coconut Board"; penyediaan
informasi teknologi dan pasar; peningkatan status hukum atas kepemilikan lahan
usaha; dan pengembangan infrastruktur. Perkiraan investasi secara keseluruhan untuk
mengembangkan infrastruktur, usahatani, dan industri pengolahan kelapa Rp. 1,786
trilyun, yang terbagi atas Rp. 221 milyar oleh masyarakat (terutama petani), Rp. 917
milyar oleh kalangan swasta, dan Rp. 648 milyar oleh pemerintah (pusat dan daerah).

Produksi kawasan Labuha dihasilkan 17 148.30 ton kopra, Kegiatan industri


pengolahan kelapa yang dilakukan oleh petani dapat di kawasan Labuha ini masih
dapat diraih nilai tambah yang lebih besar yaitu Proses pengeringan kopra dilakukan
dengan cara pengasapan dengan bahan bakar tempurung dan sabut kelapa, kopra jenis
ini dikenal dengan nama kopra hitam, Karena dilakukan pengeringan secara langsung
yang mengakibatkan kopra berwarna hitam karena terasapi dan berjelaga, kopra hitam
ini dihargai lebih murah dari kopra putih yang dijemur dengan sinar matahari, akan
tetapi penjemuran dengan matahari ini membutuhkan waktu yang relatif lama dan

Bab III - 66
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

pada saat musim hujan akan mengakibatkan kopra menjadi berjamur, oleh sebab itu
cara pengasapan menjadi alternatf pengeringan.

7.Perdagangan dan Jasa


Secara umum melalui analisis data sekunder maupun primer diketahui bahwa sektor
perdagangan memiliki fokus pada perdagangan pangan, terutama yang diproduksi oleh
sektor primer, pertanian. Sektor ini tidak tumbuh secara cepat terutama dalam
memberikan kontribusi yang besar pada pendapatan daerah karena diversifikasi
produk yang minim, pasar yang terbatas untuk konsumsi harian, input untuk
diversifikasi yang terbatas, dan minimnya fasilitasi dari dinas terkait.

Pertumbuhan sektor perdagangan terutama sub sektor makanan olahan diperkirakan


memasuki fase stasioner, dimana penambahan input tidak memberikan penambahan
output secara signifikan. Oleh karena itu maka, Dinas terkait dengan atau tanpa pihak
swasta perlu untuk intervensi untuk merubah fase ini menjadi fase pertumbuhan.

Secara umum fasilitasi pemerintah dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip


seperti yang terdapat pada gambar 7.19. Pada gambar tersebut, Pemerintah Daerah
haruslah terlebih dahulu memiliki jiwa kewirausahaan. Hal ini penting karena
intervensi ke sektor ini bukanlah intervensi administrasi, namun intervensi bisnis yang
menggerakkan pasar. Tanpa pemenuhan kriteria ini, pendekatan administrasi hanya
akan menciptakan masalah baru bagi dunia usaha serta kegagalan pasar.

8. Potensi Pariwisata Halmahera Selatan


Kabupaten Halmahera Selatan merupakan Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten
Maluku Utara dengan ibukota Labuha. Secara umum Halmahera Selatan merupakan
kawasan yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah baik berupa bahan tambang,
perikanan serta pariwisata. Obyek dan daya tarik wisata yang dimiliki oleh Halmahera
Selatan terdiri dari obyek wisata alam, wisata sejarah, dan wisata budaya.
1. Obyek dan Daya Tarik Wisata
1) Obyek Wisata Peninggalan Sejarah; terdapat 17 obyek di Kecamatan Bacan,
Kayoa, Bacan Barat Makian, Obi atau Gane Timur yang terdiri antara lain: 6
obyek benteng peninggalan Portugis dan Belanda, serta sekitar 6 obyek
peninggalan kesultanan Bacan. Beberapa nama obyek yang dikenal di Halmahera
Selatan adalah:

Tabel 3.7. Obyek Wisata di Kabupaten Halmahera Selatan


No Nama Obyek Wisata Lokasi
1 Benteng Berneveld Labuha

Bab III - 67
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

2 Benteng Amuritz Pulau Makian


3 Rumah Putih Labuha
4 Gugusan Pulau Gura Ici Kayoa
5 Cagar Alam Taman Laut Kepulauan Widi Gane Timur

6 Cagar Alam Gunung Sibela Bacan


7 Sumber Air Panas Pelery (Ploily) Bacan
8 Kali Brangka Dolong Bacan
9 Pulau Sambiki Bacan
10 Pantai Pawate Bacan
11 Pantai Kupal Labuha

2) Obyek Wisata Cagar Alam; terdapat di Gunung Sibela dan Pulau Obi. Pada cagar
alam ini beberapa spesies langka ditemukan merupakan fauna edemik Halmahera
Selatan yaitu Kakatua Putih (Kakatua alba), Cendrawasih Gagak (Lycocorax
pyrhopterus), dan Burung Bidadari (Semioptera wallacea).
3) Obyek Wisata Pantai dan Bahari; terdapat 18 obyek di mana 4 obyek di antaranya
merupakan potensi atraksi selam (diving) karena mempunyai keindahan alam
dasar laut, yaitu di: Kepulauan Guraici, Pulau Widi, Pulau Nusa Ra dan Pulau
Nusa Deket.
4) Obyek Wisata Alam Darat; di mana terdapat 11 obyek di mana 3 obyek di
antaranya adalah air terjun dan 2 obyek berupa sumber air panas.
5) Prioritas pengembangan wisata adalah pariwisata bahari yaitu Pulau Nusa Ra,
Kepulauan Widi dan Kepulauan Gura ici. Nusa Ra merupakan pulau terdekat dari
Pelabuhan Labuha yang direncanakan untuk menampung seluruh tempat-tempat
hiburan dan restoran sehingga menjadi sentra wisata. Jarak Labuha ke Nusa Ra
adalah 15 menit dan ke Kepulauan Gura ici adalah 3 jam menggunakan
speedboat.
6) Kepulauan Widi di Gane Timur merupakan kepulauan yang menyimpan
keindahan wisata dan merupakan calon cagar alam laut.
7) Di dalam cagar alam Sibela terdapat hutan cengkeh dengan luas 20 ha dan
terdapat pohon-pohon cengkeh yang berusia ratusan tahun.
8) Kota Labuha lama merupakan kota tua peninggalan sejarah yang menyimpan
berbagai bangunan bersejarah separti kraton, masjid, benteng yang sebagian
kondisinya sudah rusak. Obyek lain yang dapat dikembangkan adalah prototype
kapal tradisional Bacan
9) Di Kawasan Cagar Alam Gunung Sibela terdapat dua danau yang masih utuh/asli
dengan akses jalan yang masih sangat sulit yaitu Danau Mangayoang dan
Telaganusa. Pada kedua danau ini secara regular terdapat burung-burung dari
daratan Asia yang transit di Bacan, buaya serta berbagai jenis ikan.
10) Obyek wisata rumah putih peninggalan Belanda telah rubuh dan dibangun
kembali dengan tiang-tiang pancang dari beton sehingga menghilangkan
keasliannya.
11) Di Kecamatan Bacan Timur Tengah terdapat sumber air panas Tawa dengan air
yang sangat panas dan pada saat-saat tertentu menyembur keatas (geyser).

Bab III - 68
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

12) Di Desa Kasiruta Dalam Kecamatan Kasiruta Barat dekat dengan situs kasultanan
Bacan lama terdapat gua bawah tanah dengan kedalaman 25 meter dan
mengandung stalagtit dan stalagmite serta sungai bawah tanah. Di kecamatan ini
pula terdapat air terjun Maratuso dan sentra penambangan batu bacan.
13) Di Kecamatan Kasiruta Timur terdapat sentra pembudidayaan mutiara.
14) Terdapat beberapa obyek lain yang dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata
yaitu Pulau Indari di Kecamatan Obi, Danau Obi, Kepulauan Jaronga serta sentra
pertanian Gane Timar.

2. Atraksi Wisata
Atraksi wisata yang tercatat sebagai atraksi wisata adalah upacara tradisional yang
ada di Halmahera Selatan seperti Kololi Kie, Joko Kaha, Makan Saro, Cukur
Rambut Mahkota, dan Legu Gam. Atraksi lain yang dpat ditampilkan adalah
berbagai dongeng-dongeng daerah dan cerita rakyat, legenda, nyanyian rakyat,
arsitektur tradisional dan naskah kuno. Selain itu beberapa produk kerajinan
tradisional selain merupakan cindera mata, juga dapat dikembangkan dalam atraksi
wisata seperti kerajinan tikar, topi dan makanan tradisional.

Atraksi wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Halmahera Selatan


meliputi:
1) Beberapa kesenian tradisional yang masih lestari sampai sekarang adalah tari-
tarian Cakalele, Soya-soya, Dendang, Gay, Tugal, Gala dan Katereji. Atraksi
budaya lain yang dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata adalah city
sightseeing menelusuri kota Labuha lama untuk melihat berbagai peninggalan
sejarah yang ada di kota tersebut.
2) Atraksi kerajinan yang dapat dikembangkan adalah atraksi pembuatan batu
mulia
3) Atraksi keseharian masyarakat adalah aktifitas pelelangan dan penjualan ikan,
dan penangkapan ikan
4) Atraksi industri tradisional adalah pembuatan kerupuk kamplang, abon ikan,
pembuatan minyak kelapa dari kopra dan sebagainya.

Disamping atraksi-atraksi budaya tersebut, setiap obyek wisata memiliki potensi


pengembangan atraksi yang variatif yang secara umum dapat dikelompokkan dalam
atraksi sejarah dan budaya, atraksi marine toruism, atraksi adventure dan
ecotourism, serta atraksi buatan lainnya.

3.1.5.3.Rencana Pemanfaatan Ruang Budidaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


A. Proyeksi Perkembangan Perikanan Tangkap

Bab III - 69
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Potensi lestari sumberdaya ikan Kabupaten Halmahera Selatan sekitar 136.408,23


ton/tahun. Potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal karena baru sekitar
21 %, artinya masih terdapat peluang pemanfaatan sebesar 79 %. Jenis-jenis
sumberdaya perikanan tangkap yang memiliki nilai ekonomis di perairan Halmahera
Selatan adalah Ikan Tuna (Thunnus sp.), Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis), Ikan
Cucut (Carcharias sp.), Ikan Tenggiri (Scomberomorus sp.) dan Ikan Layaran
(Inshiophorus sp.). Potensi ikan pelagis kecil antara lain terdiri atas Ikan Layang
(Decapterus sp.), Ikan Kembung (Rastrelliger sp.), Ikan Teri (Stelophorus sp.), Ikan
Kakap Merah (Lutjanus altfrontalis), Ikan Baronang (Siganus sp.), Ikan Napoleon
Wrase (Cheilinus undulatus), Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis), Angkle
Fish (Pamacartidae), udang lobster, teripang
B. Pengembangan Sentra Perikanan Tangkap
Penyebaran sumberdaya ikan (perikanan tangkap) di Kabupaten Halmahera Selatan
hampir merata di seluruh perairan Hamahera Selatan. Penyebaran sumberdaya ikan
Halmarera Selatan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa wilayah yaitu:
1) Wilayah perairan sebelah timur, yang mencakup Kecamatan Gane Timur, Gane
Timur Tengah, dan Gane Timur Selatan. Potensi perikanan yang utama di
perairan ini adalah ikan tuna, ikan cakalang, dan lobster. Selain itu, juga
terdapat potensi ikan karang khususnya di sekitar pulau-pulau Widi, dimana di
gugus pulau ini terdapat ekosistem terumbu karang yang cukup luas;
2) Wilayah perairan sebelah selatan, yaitu perairan di sekitar Kecamatan Obi
Selatan dan Obi Timur. Potensi yang utama di perairan ini adalah ikan tuna dan
ikan cakalang;
3) Perairan barat, yaitu perairan di sekitar Kecamatan Kasiruta Barat dan Kayoa
Barat. Potensi perikanan utama di perairan ini adalah ikan tuna, ikan cakalang,
ikan kakap, lobster dan ikan kerapu;
4) Wilayah perairan sebelah utara dan barat, yaitu di sekitar Kecamatan Makian
dan Makian Barat. Potensi perikanan yang utama di perairan ini adalah ikan
cakalang, tuna, kakap, dan kerapu.

C. Sentra Pengembangan Budidaya Laut


Hasil analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan budidaya laut di Kabupaten
Halmahera Selatan, diperoleh lokasi-lokasi yang sesuai untuk pengembangan bu jaring
apung, rumput laut dan mutiara. Total lahan yang sesuai untuk kegiatan budidaya laut
adalah sekitar 486,65 km2 yang terdiri dari lahan budidaya keramba jaring apung
seluas 347,45 km2, budidaya rumput laut seluas 26,32 km 2 dan budidaya mutiara
seluas 52,05 km2.

Bab III - 70
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3.1.6.Arahan Kawasan Strategis


Arahan kawasan strategis Kabupaten Halmahera merupakan kawasan yang memiliki
fungsi strategis dalam pembangunan Kabupaten Halmahera Selatan. Kawasan strategis
tersebut adalah:
1. Kawasan Perkotaan Labuha
Kawasan Perkotaan Labuha selain sebagai ibukota Kabupaten Halmahera Selatan
juga memiliki fungsi-fungsi strategis sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa
serta industri yang berbasis pertanian dan perkebunan.
2. Wilayah Pertumbuhan Bacan
Merupakan kesatuan Pulau Bacan, Pulau Kasiruta, Pulau Mandioli dan Pulau
Batanglomang yang akan mendukung perkembangan dan pertumbuhan Kawasan
Perkotaan Labuha.
3. Wilayah Pertumbuhan Makian – Kayoa
Wilayah Pertumbuhan Makian – Kayoa yang terdiri dari Pulau Makian dan
Kepulauan Kayoa. Pulau Makian merupakan pulau yang terletak dekat dengan
Kota Ternate sebagai ibukota Provinsi Maluku Utara yang memiliki potensi
pertumbuhan yang cepat.
4. Wilayah Pertumbuhan Gane
Wilayah pertumbuhan Gane sebagi pintu gerbang Kabupaten Halmahera Selatan
melalui darat yang akan dikembangkan dengan sistem transpotasi Triple S dan
memiliki potensi pengembangan pertanian padi sawah.
5. Wilayah Pertumbuhan Obi
Wilayah pertumbuhan Obi yang memiliki potensi besar pada sektor pertambangan
dan perkebunan. Kegiatan pertambangan di Pulau Obi yang jika tidak
dikendalikan dapat berakibat fatal pada kondisi lingkungannya.
Untuk mengetahui pemanfaatan ruang kawasan budidaya di Kabupaten Halmahera
Selatan dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Bab III - 71
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Gambar 3.2. Peta


Rencana Pola Ruang Kabupaten Halmahera Selatan

Bab III - 72
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3.1.7. Analisisis Pengembangan Kawasan

3.1.7.1.Rekomendasi Rencana Lintas Sektor Terhadap Kawasan Studi


Pembangunan Kawasan Transmigrasi pada dasarnya melibatkan tiga matra yang
saling berinteraksi, yaitu matra ruang, matra sumberdaya manusia, dan matra kegiatan
usaha. Interaksi ketiganya diharapkan akan menghasilkan peningkatan kesejahteraan
penduduk, keseimbangan pertumbuhan ekonomi, penduduk, lingkungan, harmonisasi-
sosial serta keserasian-budaya antar wilayah, baik secara regional maupun nasional.
Dalam lingkup lokal, pembangunan kawasan transmigrasi dapat mendorong
perkembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang sudah ada atau membangun
pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Secara umum Kawasan Transmigrasi memiliki pengertian: “kawasan budidaya
intensif untuk menampung perpindahan penduduk secara menetap dalam jumlah besar
dengan susunan fungsi-fungsi sebagai tempat permukiman, pelayanan jasa
pemerintahan, sosial dan kegiatan ekonomi untuk menumbuhkan Pusat-pusat
Pertumbuhan Ekonomi (PPE)”. Sedangkan dalam pelaksanaannya, Kawasan
Transmigrasi memiliki pengertian :
 Satu kesatuan hamparan lahan dalam kawasan budidaya (dalam
wilayah otonom),
 Terdiri atas permukiman transmigrasi yang telah ada (PTA), dan/atau
permukiman transmigrasi yang akan dibangun (PTD), dan/atau permukiman
transmigrasi baru (PTB), Permukiman Desa Setempat (PDS), atau area yang
potensial untuk menjadi permukiman transmigrasi calon (PTC);
 Berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan yang memenuhi
skala ekonomi,

 Terhubungkan dalam satu kesatuan jaringan transportasi yang dapat


merangsang berkembangnyaPusat Pertumbuhan Ekonomi (PPE),
 Tersedianya sarana dan prasarana penunjang ekonomi, sosial, dan
budaya.

Bab III - 73
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3.1.7.2.Dampak Pembangunan Kawasan Transmigrasi

Mengacu pada Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas


Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi, dapat
dikemukakan beberapa kebijakan umum pembangunan/pemberdayaan kawasan
transmigrasi sebagai berikut :

A. Tujuan Penyelenggaraan Transmigrasi


1) Meningkatkan Kesejahteraan Transmigrasi dan Masyarakat
Sekitar
2) Peningkatan dan Pemerataan Pembangunan Daerah
3) Memperkukuh Persatuan dan Kesatuan Bangsa

B. Sasaran Penyelenggaraan Transmigrasi


1) Meningkatkan Kemampuan dan Produktivitas Masyarakat Transmigrasi
2) Membangun Kemandirian
3) Mewujudkan Integrasi di Permukiman Transmigrasi sehingga
Ekonomi danSosial Budaya Mampu Tumbuh dan Berkembang Secara
Berkelanjutan

C. Arah Penyelenggaraan Transmigrasi


o Penataan Persebaran Penduduk Yang Serasi dan Seimbang Dengan Daya
o Dukung Alam dan Daya Tampung Lingkungan,
o Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia,
o Perwujudan Integrasi Masyarakat.

Untuk melaksanakan pedoman umum pembangunan/pemberdayaan kawasan


transmigrasi yang mencakup tujuan, sasaran dan arah penyelenggaraan transmigrasi
sebagaimana telah dikemukakan diatas, disusunlah kebijakan operasional sebagai
berikut

Bab III - 74
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

a) Mendorong terwujudnya pengembangan permukiman


transmigrasi dalam satuan kawasan, dengan memberikan pelayanan dan subsidi
untuk kebutuhan pemberdayaan di tingkat kawasan yang efektif bagi
pertumbuhan UPT/Desa setempat sebagai bagian dari kawasan. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan antara lain pengembangan manajemen di tingkat kawasan,
pengembangan prasarana, sarana dan berbagai fasilitas di kawasan untuk
pengembangan berbagai kegiatan usaha dari hulu sampai hilir.
b) Keterkaitan fungsional dengan kawasan sekitarnya
c) Pendekatan Pembangunan Kawasan Terpadu antar sektor
d) Pendekatan konsep pengembangan wilayah berpihak
kepada masyarakat (setempat dan pendatang)
e) Pendekatan sosial budaya untuk mewujudkan keserasian
antara pendatang dan penduduk setempat
f) Disesuaikan dengan kebutuhan dan manfaat yang spesifik
lokasi
g) Pembangunan kawasan menampung mobilitas penduduk
yang memberikan peluang berusaha dan kesempatan kerja produktif
h) Tanggung-jawab dan wewenang lebih besar pada
Pemerintah Daerah
i) Pengerahan dan Pelayanan mobilitas penduduk
dilaksanakan melalui mekanisme kerjasama antar daerah yang difasilitasi dan
dimediasi oleh Depnakertrasi. Kerjasama tersebut dilaksanakan dengan kontribusi
pembiayaan antara pemerintah daerah pengirim dan tujuan yang didukung
Depnakertrans.
j) Pengelolaan kawasan dengan semangat kewirausahaan
k) Mempersiapkan calon-calon lokasi baru melalui proses
perencanaan dan persiapan yang mantap sehingga memenuhi kriteria catur layak
(layak huni, layak usaha, layak berkembang, dan layak lingkungan) serta

Bab III - 75
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

memenuhi kriteria siap bangun (clear and clean), tanpa melalui proses ini maka
calon lokasi yang diusulkan dianggap layak untuk diprogramkan.

Terdapat beberapa hal pokok yang menjadi konsep pengembangan


KawasanTransmigrasi dalam konteks menjalankan Misi Pembangunan Transmigrasi,
yaitu :
 Pengembangan akan meliputi seluruh Unit Pemukiman dalam kawasan, baik
PTD, PTA, PTB, Desa Sekitar, serta Areal Potensial (PTC),
 Mewujudkan kemudahan interaksi antar unit-unit permukiman, dan dari unit-
unit permukiman ke Pusat Pertumbuhan Ekonomi (PPE) yang diusulkan, baik
langsung maupun secara berjenjang,
 Mengembangkan komoditas potensial/unggulan di seluruh kawasan dengan
Pendekataran Agropolitan dan Sistem Agrobisnis melalui :
 Pemberdayaan ekonomi kerakyatan,
 Menarik investor untuk pengembangan komoditas yang memerlukan
investasi tinggi (kemitraan),
 Mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang ada melalui :
- Pembukaan Lahan Usaha II yang masih merupakan lahan tidur,
- Pembukaan lahan tidur penduduk desa sekitar,
- Membuka areal produksi baru pada areal potensial dengan
memperhatikan prinsip Clean & Clear dan tri Layak.
 Setiap program pemberdayaan transmigran selalu melibatkan masyarakat
desa sekitar.

3.1.8. Analisis Penataan Persebaran Penduduk

Orientasi Pengembangan Regional


Sebagai bagian integral dari tata ruang daerah, maka perencanaan tata ruang
permukiman transmgrasi secara makro harus sesuai dengan arah kebijakan

Bab III - 76
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

pengembangan tata ruang daerah. Oleh karena itu rencana tata ruang wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan menjadi orientasi pengembangan regional bagi
perencanaan satuan kawasan pengembangan permukiman transmigrasi. Evaluasi
terhadap rencana tata ruang wilayah tersebut secara garis besar dapat diuraikan sebagai
berikut:
 Pengembangan kawasan budidaya – berupa zona-zona kegiatan budidaya utama
yang didasarkan pada potensi dan permasalahan wilayah yang selanjutnya
menjadi dasar untuk memberikan arahan ‘spesialisasi’ pada setiap sub-wilayah
atau kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan.

 Pengembangan wilayah yang memiliki kecenderungan pertumbuhan tinggi.


Pengembangan wilayah ini ditujukan untuk memacu pertumbuhan wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan secara keseluruhan disamping menciptakan
pengaruh positif dari wilayah inti ke wilayah sekitarnya (trickle down effect)
dengan jangkauan yang lebih luas. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan di
wilayah inti utama ini adalah kegiatan-kegiatan perikanan, perdagangan dan jasa,
pertanian lahan basah dan lahan kering yang meliputi pertanian tanaman pangan
(padi, beberapa komoditas palawija, dan hortikultura) dan perkebunan.

Pengembangan wilayah pinggiran (periphery) dengan mengembangkan kegiatan-


kegiatan sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk memacu pertumbuhan wilayah
tersebut dalam upaya mengurangi disparitas perkembangan wilayah antara daerah
pinggiran dengan daerah yang relatif lebih berkembang, agar tercipta pemerataan
pertumbuhan wilayah.

Pola pengembangan yang dilakukan adalah dengan mengembangkan kegiatan-


kegiatan budidaya yang didominasi kegiatan pertanian lahan kering, perkebunan,
peternakan, dan kehutanan, dengan disertai penyediaan prasarana dan sarana serta
fasilitas dasar. Wilayah pinggiran yang perlu dikembangkan mencakup semua
kecamatan di wilayah pengembangan dengan tetap memperhatikan keunggulan
komparatif dari masing-masing kecamatan.

Berkaitan dengan konsep (2) diatas, perlu dikembangkan wilayah inti yang secara

Bab III - 77
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

struktur sangat strategis dan berpotensi relatif tinggi untuk menjadi pusat pertumbuhan
wilayah pinggiran guna pemerataan pertumbuhan wilayah. Pusat pengembangan ini
diharapkan dapat memacu pertumbuhan wilayah pinggiran secara menyeluruh dengan
meningkatkkan aksebilitas guna meningkatkan produktivitas dan memperlancar
pemasaran untuk setiap kegiatan usaha yang telah diarahkan perkembangannya.

Berdasarkan pendekatan nodalitas dalam wilayah dan unit–unit administrasi


pemerintahan, maka Kabupaten Halmahera Selatan ditetapkan menjadi 6 (enam)
hirarki pusat pengembangan. Pendekatan nodalitas dalam wilayah adalah keberadaan
pusat – pusat pelayanan efektif yang berkembang di Kabupaten Halmahera Selatan.
Pada uraian dibawah ini dikemukakan identifikasi masing-masing fungsi pusat
pengembangan, cakupan wilayah pelayanannya, jumlah penduduk eksisting, dan
prediksi penduduk tahun 2032. Penamaan pusat kegiatan didasarkan pada nama pusat-
pusat pelayanannya.

3.1.9.Analisisis Prasarana Lingkungan Dasar

Menurut RTRW Nasional dalam upaya meningkatkan daya guna penyediaan


prasarana, pusat-pusat permukiman perkotaan perlu disusun secara berjenjang menurut
fungsi dan besarannya. Pusat-pusat permukiman perdesaan disusun terkait dengan
pusat permukiman perkotaan yang melayaninya sehingga secara keseluruhan pusat-
pusat permukiman saling terkait, berjenjang dan dapat menguatkan perkembangan
kota dan desa yang serasi dan saling memperkuat.

Rencana pengembangan permukiman perkotaan di Kabupaten Halmahera Selatan


diarahkan pada pengembangan permukiman perkotaan yang dapat memenuhi
kebutuhan lingkungan hunian yang serasi dan selaras dengan pola radial heksagonal
baik untuk sistem pemukiman di perkotaan ataupun perdesaan. Pola ini dikembangkan
agar tercipta pola pemukiman yang kompak, terencana dan tidak incremental dengan
harapan terbentuknya struktur ruang yang kompak. Sistem pemukiman yang akan
dibangun adalah dengan memperhatikan pengembangan kawasan budidaya dan
kawasan lindung.

Bab III - 78
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten meliputi rencana pengembangan kawasan


lindung kabupaten dan rencana pengembangan kawasan budidaya kabupaten. Rencana
pola ruang wilayah Kabupaten digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Kawasan lindung sebagaimana dimaksud
diatasterdiri atas :

a. kawasan hutan lindung;


b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
e. kawasan rawan bencana alam; dan
f. kawasan lindung geologi.

3.2. RENCANA TATA RUANG KAWASAN PENGEMBANGAN

Pengembangan kawasan pemukiman transmigrasi harus diserasikan dan dipadukan


dengan struktur ruang wilayah dari hirarkhi diatasnya, karena pusat-pusat pertumbuhan
diatasnya akan dapat memacu pertumbuhan Satuan Kawasan Pengembangan (SKP)
transmigrasi. Pada Peta Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) (data terbaru), areal
survei berada Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan SKP-A. Pengembangan areal survey
dilandasi pada pertimbangan aksesibilitas, mobilitas penduduk dan arus barang.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka orientasi pemasaran dan interaksi penduduk


dan barang di daerah survei cenderung ke kota-kota terdekat yang penduduknya relatif
padat, yaitu ke kota Babang.

Hal ini juga didukung oleh kebijaksanaan pengembangan wilayah Kabupaten


Halmahera Selatan serta dukungan prasarana yang menghubungkan areal survei dengan
pusat-pusat pertumbuhan pelayanan tersebut.

Bab III - 79
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3.2.1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan RSKP ini adalah pendekatan
regional, sektoral, dan fisik lahan. Pendekatan regional dilakukan dengan mengacu pada
rencana pengembangan daerah (RTRWK dan RTRWP). Pendekatan sektoral bersifat
institusional untuk memperoleh keterpaduan perencanaan wilayah setempat agar tidak
terjadi tumpang tindih penggunaan lahan. Pendekatan fisik lahan dikaitkan dengan
rekomendasi peruntukkan lahan. Beberapa petunjuk dasar perencanaan RSKP
mencakup 3 hal pokok, yaitu prinsip perencanaan, skala perencanaan, dan kaidah
perencanaan.

a. Prinsip Perencanaan

Prinsip perencanaan dalam penyusunan RSKP pola Transmigrasi Umum Lahan Kering
(TU-TPLK) atau TPLB (basah) adalah sebagai berikut :

 Penggunaan lahan yang direncanakan berdasarkan pada tingkat kesesuaian


lahan.

 Areal yang digunakan berstatus APL serta tidak tumpang tindih dengan
penggunaan fihak lain.

 Struktur SKP yang direncanakan terintegrasi dengan struktur pengembangan


wilayah yang ada (RTRWK).

 Memperhatikan kelestarian lingkungan.

 Pertimbangan potensi sumber daya air untuk transmigran

b. Skala Perencanaan

Skala perencanaan dalam penyusunan RSKP ini adalah tingkat semi detil yang disajikan
pada peta skala 1 : 25.000.

c. Kaidah Perencanaan

Ketentuan yang digunakan berdasarkan pada standar perencanaan dari Kementerian


Desa, PDT dan Transmigrasi RI, yaitu :

 Kelas kesesuaian lahan minimal S3 (sesuai marjinal).

Bab III - 80
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

 Kemiringan lahan di LP, dan FU < 8%, LU-1 dan LU-2< 15%, areal
konservasi > 25%.

 Alokasi lahan untuk LP = 0,25 Ha,Lahan Usaha I = 0,75 Ha, dan Lahan
Usaha II = 1,00 Ha. Sedangkan untuk fasilitas penunjang seperti untuk Pusat
Desa (PD) = 10 Ha dan Fasilitas Umum (FU)= 5 Ha.

 Jarak tempuh maksimum dari Lahan Pekarangan ke Pusat Desa = 1,5 km, dan
ke Lahan Usaha = 3,5 km.

3.2.2. Analisisis Pengembangan Kawasan

Perkembangan suatu kawasan baru, sangat tergantung dari adanya keterkaitan dengan
pusat pertumbuhan yang sudah ada, dengan demikian akan membentuk hirarki
pelayanan kepusat pertumbuhan yang telah maju sehingga pusat pertumbuhan tersebut
menjadi simpul-simpul yang berada dalam sub-ordinasinya sebagai kawasan pengaruh
dari simpul orde diatasnya. Dalam Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) terdapat
beberapa Satuan Kawasan Pengembangan (SKP), yang akan terbagi dalam sejumlah
Satuan Pemukiman (SP). Wilayah SKP.A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan termasuk
ke dalam Kawasan Transmigrasi yang berpusat di Yaba.

3.2.3. Analisis Kesesuaian Pemukiman

Sebagai bagian integral dari tata ruang daerah, maka perencanaan tata ruang
permukiman transmgrasi secara makro harus sesuai dengan arah kebijakan
pengembangan tata ruang daerah. Oleh karena itu rencana tata ruang wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan menjadi orientasi pengembangan regional bagi perencanaan satuan
kawasan pengembangan permukiman transmigrasi di SKP.A.

Evaluasi terhadap rencana tata ruang wilayah tersebut Secara garis besar dapat
diuraikan sebagai berikut:

 Pengembangan kawasan budidaya – berupa zona-zona kegiatan budidaya utama


yang didasarkan pada potensi dan permasalahan wilayah yang selanjutnya menjadi

Bab III - 81
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

dasar untuk memberikan arahan ‘spesialisasi’ pada setiap sub-wilayah atau


kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan.

 Pengembangan wilayah yang memiliki kecenderungan pertumbuhan tinggi.


Pengembangan wilayah ini ditujukan untuk memacu pertumbuhan wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan secara keseluruhan disamping menciptakan
pengaruh positif dari wilayah inti ke wilayah sekitarnya (trickling down effect)
dengan jangkauan yang lebih luas. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan di
wilayah inti utama ini adalah kegiatan-kegiatan perikanan, perdagangan dan jasa,
pertanian lahan basah dan lahan kering yang meliputi pertanian tanaman pangan
(padi, beberapa komoditas palawija, dan hortikultura) dan perkebunan. Wilayah
yang memiliki kecenderungan pertumbuhan tinggi ini mencakup dua subwilayah
dengan pusat pengembangan utama di masing-masing sub-wilayah adalah Kota
Babang

Pengembangan wilayah pinggiran (periphery) dengan mengembangkan kegiatan-


kegiatan sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk memacu pertumbuhan wilayah
tersebut dalam upaya mengurangi disparitas perkembangan wilayah antara daerah
pinggiran dengan daerah yang relatif lebih berkembang, agar tercipta pemerataan
pertumbuhan wilayah.

Pola pengembangan yang dilakukan adalah dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan


budidaya yang didominasi kegiatan pertanian lahan kering, perkebunan, peternakan, dan
kehutanan, dengan disertai penyediaan prasarana dan sarana serta fasilitas dasar.
Wilayah pinggiran yang perlu dikembangkan mencakup semua kecamatan di Wilayah
Pengembangan dengan tetap memperhatikan keunggulan komparatif dari masing-
masing kecamatan.

Berkaitan dengan konsep (2) diatas, perlu dikembangkan wilayah inti yang secara
struktur sangat strategis dan berpotensi relatif tinggi untuk menjadi pusat pertumbuhan
wilayah pinggiran guna pemerataan pertumbuhan wilayah. Pusat pengembangan ini
diharapkan dapat memacu pertumbuhan wilayah pinggiran secara menyeluruh dengan
meningkatkkan aksebilitas guna meningkatkan produktivitas dan memperlancar

Bab III - 82
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

pemasaran untuk setiap kegiatan usaha yang telah diarahkan perkembangannya.

Berdasarkan pendekatan nodalitas dalam wilayah dan unit–unit administrasi


pemerintahan, maka Kabupaten Halmahera Selatan ditetapkan menjadi 3 (tiga) wilayah
pengembangan (WP). Pendekatan nodalitas dalam wilayah adalah keberadaan pusat –
pusat pelayanan efektif yang berkembang di Kabupaten Halmahera Selatan. Pada
uraian dibawah ini dikemukakan identifikasi masing – masing Wilayah Pengembangan
(WP), cakupan wilayah pelayanannya, jumlah penduduk eksisting, dan prediksi
penduduk tahun 2031. Penamaan Wilayah Pengembangan didasarkan pada nama pusat-
pusat pelayanannya.

3.2.4. Analisisis Struktur Tata Ruang Wilayah

Dalam menganalisis struktur ruang wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, maka pada
dasarnya terdapat tiga jenis output yang harus dihasilkan yang meliputi :

1. Orientasi Pergerakan

Orientasi pergerakan yang dimaksudkan disini adalah pergerakan penduduk dalam


kehidupannya sehari-hari. Orientasi pergerakan yang dilakukan penduduk pada
umumnya untuk memperoleh pelayanan perdagangan, pelayanan pendidikan,
pelayanan kesehatan, dan lain sebagainya. Pergerakan penduduk disetiap wilayah
kecamatan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka umumnya berorientasi
menuju ibukota kecamatan, sedangkan untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu
pergerakannya berorientasi ke pusat-pusat pengembangan tertentu atau ke ibukota
kabupaten. Di sisi lain sebagian kecil penduduk, terutama penduduk Kota Yaba
orientasi pergerakannya keluar kabupaten, baik menuju Babang atau Labuha.

2. Hirarki Kota-Kota

Pada hakekatnya, suatu kota akan berkembang dan bertumbuh sesuai dengan
dinamika dan kemampuan yang dimiliki oleh kota yang bersangkutan. Semakin
banyak ragam dan tingginya intensitas kegiatan-kegiatan yang ada di kota akan
mendorong perkembangan kota menjadi lebih cepat.

Bab III - 83
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Namun demikian, pada dasarnya perkembangan dan pertumbuhan suatu kota sangat
dipengaruhi oleh 4 faktor penting sebagai berikut :

a. Kondisi fisik dasar kota yang bersangkutan (topografi, geologi,


hidrologi, klimatologi, dan lain sebagainya).

b. Jumlah dan perkembangan penduduk kota.

c. Kegiatan masyarakat kota (dalam volume maupun mekanismenya).

d. Kelengkapan fasilitas dan utilitas (sarana infrastruktur) kota yang


bersangkutan.

Dalam proses perkembangan kota/perkotaan, faktor-faktor tersebutakan saling


terkait satu sama lainnya. Faktor pembatas yang tampaknya dominan terhadap
perkembangan wilayah kota/perkotaan, lebih dipengaruhi oleh kendala yang
sifatnya alami maupun buatan.

Kendala alami yang terlihat jelas pada kota-kota di Kabupaten Halmahera Selatan
adalah faktor fisik, terutama topografinya, dimana sebagian terbesar wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan terdiri atas daerah yang bergelombang. Selain itu
juga terdapat kendala-kendala buatan seperti kurangnya sarana dan prasarana
penunjang perkotaan.

Pengaruh dari semua faktor di atas secara tidak langsung membentuk hirarki
perkotaan atas kota-kota yang ada. Adanya hirarki menunjukkan adanya
keterkaitan antara satu kota terhadap kota lainnya atau dapat dikatakan bahwa ada
hubungan timbal balik antara satu kota terhadap kota lainnya.

Dengan melihat kelengkapan dan jenis fasilitas yang ada di setiap kota/perkotaan,
maka akan diketahui besaran kota yang bersangkutan, sehingga lebih mudah
dalam menentukan hirarkinya. Dalam menentukan hirarki kota-kota di Kabupaten
Halmahera Selatan, digunakan beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan.
b. Kondisi transportasi yang menghubungkan kota-kota yang ada di Kabupaten
Halmahera Selatan.
c. Keberadaan unsur-unsur kelembagaan di masing-masing kota.

Bab III - 84
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

d. Potensi pertumbuhan ekonomi wilayah.


e. Kemajemukan masyarakat
f. Strata pendidikan secara umum pada masing-masing wilayah kecamatan.
g. Waktu/saat pembentukan kecamatan.

Bab III - 85
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

. Peta Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan

Bab III - 86
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3.2.5 Rencana Struktur Satuan Kawasan Pengembangan


Penyusunan RencanaSatuan Kawasan Pengembangan (RSKP) di daerah survai
dirumuskan berdasarkan hasil analisis tentang potensi dan permasalahan daerah studi
dari berbagai aspek sehingga potensi dan peluang dari daerah tersebut dapat
dimanfaatkan dengan optimal. Pembahasan penyusunan RSKP terdiri atas; bahasan
Analisa Regional Konteks, Analisa Areal Terekomendasi untuk menghasilkan
peruntukkan lahan dan daya tampung.

a. Analisa Konteks Regional

Pengembangan pemukiman baru sudah seharusnya dikaitkan dengan struktur ruang


wilayah yang melingkupi, sehingga pusat-pusat pertukaran barang dan jasa yang
terdapat di wilayah tersebut diharapkan dapat memacu pertumbuhan pemukiman
transmigrasi pada masa yang akan datang. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka
fungsi Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) dalam struktur ruang wilayah dapat
digambarkan sebagai berikut:
- PKW : Kota Labuha
- PKL : Kota Gurafin. Maffa, Saketa dan Babang
- PPK : Laiwui, Loleojaya, Gane dan Waikyon
- PPL : Desa-desa yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan

b. Areal Terekomendasi
Luas areal survei SKP.A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan adalah 5.359,42 Ha.
Oleh karena pembatas adanya kawasan HPT dan kebun masyarakat seluas 1.382,74
Ha, maka luas areal survei berkurang menjadi 3.976,68 Ha. Faktor lainnya adalah
lereng diatas 25 % sekaligus kawasan konservasi, seluas 2.099,15 Ha, termasuk
konservasi lahan dan badan air/Buffer Zone, sehingga luas lahan terpilih adalah
1.877,52 Ha.
Namun demikian guna mengantisipasi perubahan penggunaan lahan diareal survei,
maka tim studi menggunakan “Safety Factor” sebesar 20% dari luas lahan yang dapat

Bab III - 87
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

dikembangkan, yaitu seluas 375,50 Ha. Dengan demikian, luas lahan yang
direkomendasikan untuk FU/PD, LP, LU-1 dan LU-2 adalah sebesar 1.877,52 Ha
untuk pengembangan SP Baru dan untuk pengembangan SP Tempatan. Kondisi areal
terekomendasi disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Seleksi Lahan RSKP-SKP.A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan


Jumlah
No Alokasi Lahan
(Ha)

1 Areal Survei 5.359,41

2 Areal Tidak Terpilih 1.382.74

3 Konservasi (Lereng E dan F) 2.099,15


Areal Baru yang layak
4 1.877,52
(SP Baru dan Tempatan)
5 Safety Factor (20%) 375,50

6 Areal Terekomendasi 1,502.02


Sumber : Hasil Analisis Tim, 2021

c. Peruntukkan Lahan dan Daya Tampung

Kriteria perencanaan struktur kawasan pengembangan transmigrasi mangacu pada


Kerangka Acuan Kerja yang berlaku, dimana standar luasan lahan pola Transmigrasi
Umum (TU) Pola TPLK adalah :
 Lahan Pekarangan (LP) = 0,10 Ha / KK
 Lahan Usaha-1 = 0,90 Ha / KK
 Lahan Usaha-2 = 1,0 Ha / KK
 Pusat Desa (PD) = 8,0 Ha / SP

Bab III - 88
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Berdasarkan kriteria tersebut, maka luasan areal terekomendasi lokasi SKP.A seluas
1.502,03 Ha, dan berdasarkan blok-blok sebarannya dapat terbentuk 3 (tiga) SP (2 SP
Baru dan 1 SP Tempatan) dengan daya tampung masing-masing SP sebagai berikut :
- SP.1 Jojame = 250 KK,
- SP 2 Jojame = 250 KK,
- SP Tempatan Jojame
Daya tampung total SKP.A adalah 500 KK. Adapun posisi kordinat, Peta serta rincian
luas lahan dan daya tampung disajikan pada gambar dan tabel-tabel berikut :

Bab III - 89
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Peta Areal Terekomendasi

Bab III - 90
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Luas Areal Survai SKP.AKawasan


Transmigrasi Pulau Bacan
5.359,41Ha

Faktor Pembatas, landuse (Lahan


Masyarakat dan HPT),seluas
1,782,74 Ha

Farktor Pembatas Lereng > 25 %


termasuk untuk Konservasi
seluas 2.099,15 Ha

Lahan yang layak Dikembangkan


Seluas 1.877,52 Ha

Safety Factor 20%


(375,50 Ha)
Lahan yang Direkomendasikan untuk
FU/PD, LP, LD dan LU Seluas 1.502,02
Ha melalui 2 SP Baru
dan 1 SP Tempatan

Lahan sesuai untuk PD/LP, LD dan LU SKP.B


- SP.1 Jojame= 350 KK,
- SP 2 Jojame = 300 KK
- SP Tempatan Jojame
Daya tampung total SKP.B=500 KK.

Gambar 3. 5
Bagan Alir Peruntukkan Lahan dan Daya Tampung

Bab III - 91
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 3.9. Titik Koordinat Areal Terekomendasi RSKP SKP.A Pulau Bacan
TITIK KOORDINAT AERAL TEREKOMENDASI
RENCANA SP 1 JOJAME POLA TPLK
KOORDINAT UTM 52S KOORDINAT GEOGRAFIS
TITI
X (Mt) Y (Mu) BT LS
K
P1 322.005 9.954.756 127°24'1.683" 0°24'33.255"
P2 322.711 9.954.955 127°24'24.753" 0°24'25.896"
P3 323.585 9.953.947 127°24'52.878" 0°24'59.603"
P4 323.458 9.952.724 127°24'48.931" 0°25'38.969"
P5 322.632 9.952.328 127°24'22.766" 0°25'52.557"
P6 321.473 9.950.835 127°23'44.215" 0°26'40.694"
P7 319.830 9.950.811 127°22'51.609" 0°26'41.249"
P8 320.957 9.951.772 127°23'27.624" 0°26'10.104"
P9 321.632 9.954.058 127°23'49.863" 0°24'55.909"
P10 322.172 9.954.090 127°24'7.305" 0°24'54.78"

TITIK KOORDINAT AREAL TEREKOMENDASI


RENCANA SP 2 JOJAME POLA TPLK
KOORDINAT UTM 52S KOORDINAT GEOGRAFIS
TITIK
X (mT) Y(mU) BT LS
P1 319.544 9.954.868 127°22'42.072" 0°24'28.991"
P2 320.100 9.955.042 127°23'0.358" 0°24'23.614"
P3 320.560 9.954.907 127°23'14.985" 0°24'28.431"
P4 320.775 9.954.368 127°23'22.296" 0°24'45.991"
P5 320.573 9.953.916 127°23'15.823" 0°25'0.716"
P6 320.981 9.953.780 127°23'29.044" 0°25'4.401"
P7 320.267 9.952.097 127°23'5.965" 0°25'59.338"
P8 319.830 9.952.248 127°22'51.619" 0°25'54.803"
P9 319.211 9.951.423 127°22'31.358" 0°26'21.42"
P10 318.981 9.951.486 127°22'24.326" 0°26'18.87"
P11 318.552 9.951.177 127°22'9.695" 0°26'29.911"
P12 318.219 9.951.248 127°21'59.006" 0°26'27.36"
P13 318.227 9.952.693 127°21'59.579" 0°25'39.782"
Sumber : Hasil Analisis Tim, 2021

Bab III - 92
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 3.10. Alokasi Lahan dan Daya Tampung SKP.A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan
Alokasi Peruntukan Lahan
Daya (Ha) Luas
Kecamata
No SP /Desa Tampun Pola Areal Bentuk SP Fungsi SP
n PD/
g (KK) LP LU I LU II (Ha)
FU

SP 1 BARU Bacan
1 250 8 25 225 250 TU TPLK 658,78 SP. Baru Pusat SP
Jojame Barat Utara

SP 2 BARU Bacan
2 250 8 25 225 250 TU TPLK 622.50 SP. Baru Pusat SP
Jojame Barat Utara

SP
TEMPATAN Bacan SP.
4 - - - - - - 220,74 Pusat SKP
Barat Utara Tempatan
Jojame

  Jumlah 500 1.502,02

Sumber : Hasil Perhitungan tahun Tim RSKP 2021

Bab III - 93
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Peta RSKP, SKP A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan

Bab III - 94
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3.2.6 Skala Prioritas dan Indikasi Program Pengembangan

Pelaksanaan program merupakan pedoman bagi pengembangan suatu kawasan sekaligus


sebagai pedoman bagi tercapainya pembangunan di segala sektor, baik dilakukan secara
lintas sektoral maupun melalui program tahunan yang terstruktur dan diawasi melalui
Kementerian terkait. Agar program tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang
diharapkan maka program ini harus diselesaikan.

Dengan Tujuan utamanya adalah pemerataan pembangunan di segala bidang, baik


bidang pengadaan sarana dan prasarana yang mampu sebagai stimulator terhadap
aktivitas manusia sebagai subyek pembangunan. Berdasarkan jenis kegiatan
pembangunan yang akan dilakukan di areal studi, maka dapat disusun indikasi program
pengembangan sebagaimana disajikan pada Tabel berikut.

Bab III - 95
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 3.11. Indikasi Program Pembangunan SKP. A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan

Bab III - 96
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3.4 PENGEMBANGAN PERTANIAN

Pengembangan pertanian dalam arti sempit merupakan usaha perubahan penggunaan


lahan dengan mempertimbangkan status lahan, kesesuaian lahan dan keadaan sosial
ekonomi daerah yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan pengembangan
permukiman transmigrasi, pengembangan pertanian merupakan bagian dari
pengembangan wilayah sekitarnya. Tujuannya adalah dengan sistem pertanian yang
cocok dan sesuai akan memberikan semua kebutuhan hidup selama tahun-tahun
pertama pada pengembangan permukiman dan menuju pada pertumbuhan pertanian
yang terus menerus sehingga manjamin kesuksesan permukiman transmigrasi.

Penyusunan rencana pengembangan usaha pertanian, biasanya diawali dengan


menentukan jenis usaha dan komoditas unggulan yang layak untuk dikembangkan.
Penentuan jenis usaha dan komoditas unggulan di lokasi Survai, dilakukan dengan
menggunakan berbagai instrumen penilaian yang terdiri dari beberapa variabel. Secara
umum, variabel yang biasa dijadikan pertimbangan dalam pemilihan jenis usaha dan
komoditas yang akan dikembangkan, antara lain adalah sebagai berikut:

 Agroekologi. Variabel ini merupakan unsur utama dalam usaha pertanian


maupun perikanan, mengingat faktor alam dan lingkungan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan usaha

 Aspek Teknis. Variabel ini merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan keberhasilan usaha. Produktifitas usaha sebagian besar ditentukan
oleh penguasaan teknis dalam mengeksplorasi sumberdaya yang ada.

 Harga Pasar, Pemasaran dan Industri Pengolahan Setempat. Variabel ini


merupakan salah satu variabel penilaian karena sebagai penentu keberlanjutan
kegiatan usaha.Permintaan pasar, baik yang diserap oleh pasar lokal, pasar ekspor
maupun yang diserap oleh industri pengolahan setempat akan berpengaruh
terhadap kontinuitas usaha. Demikian pula fluktuasi harga pasar yang berlaku
umum di sekitar lokasi.

Bab III - 97
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

 Sarana dan Prasarana.Variabel ini berkaitan dengan input produksi. Tanpa


didukung oleh input produksi seperti: alat tangkap, bibit varietas unggul, pupuk,
pestisida, insectisida dan peralatan penunjang usaha lainnya maka kegiatan usaha
tidak dapat berkembang secara optimal sebagaimana yang diharapkan.

 Finansial/Keuangan. Kegiatan usaha, pada hakekatnya untuk memperoleh


keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, aspek finansial ini merupakan
variabel dengan indikator sebagai berikut; Besarnya nilai investasi; Pencapaian
BEP Hasil Produksi; Pencapaian BEP Harga Jual; B/C Ratio dan Return On
Investment (ROI).

 Penerimaan Masyarakat. Variabel sikap dan penerimaan masyarakat dalam


penentuan jenis usaha dan komoditas unggulan merupakan salah satu prinsip
dalam mengakomodasi aspirasi masyarakat. Salah satu indikasi dari variabel ini
adalah seberapa besar luas lahan eksisting yang telah dikembangkan di kawasan
transmigrasi. Semakin luas lahan yang digunakan suatu tanaman, maka dapat
disimpulkan bahwa penerimaan masyarakat terhadap komoditas tersebut cukup
besar. Demikian sebaliknya, jika luas lahan yang dibudidayakan saat ini sempit,
maka hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat belum menerima tanaman
tersebut untuk dikembangkan di wilayah mereka.

 Kebijakan Pemerintah Daerah. Arah dan kebijakan Pemerintah daerah


dalam pengembangan pertanian dan subsektor pendukungnya, merupakan salah
satu variabel penilaian dalam analisis ini. Hal ini dikarenakan bantuan dan
dukungan dari pemerintah daerah akan sangat membantu petani/peternak dalam
mengembangkan komoditi pertaniannya.

Berbagai pertimbangan tersebut diatas, akan menentukan usulan bentuk usaha tani,
pola dan jadwal tanam, masukan pertanian, manajemen produksi tanaman serta
produktivitas tanaman

3.4.1 Bentuk Usaha Tani

Bab III - 98
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Berdasarkan analisis terhadap kondisi kesesuaian lahan dan keadaan iklim di daerah
studi, terdapat beberapa komoditi pertanian akan cukup potensial untuk diusahakan.
Tentu saja hal ini harus didukung dengan teknik pengelolaan serta masukan usaha tani
secara memadai, sehingga memungkinkan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Hal
yang perlu memperoleh perhatian adalah aspek-aspek konservasi lahan agar
sumberdaya ini dapat dimanfaatkan secara berkelangsungan dan lestari.

Pengembangan permukiman transmigrasi di SKP A Kawasan Transmigrasi Pulau


Bacan, direncanakan untuk pengembangan pemukiman transmigrasi dengan pola
TPLK (Tanaman Pangan Lahan Kering) dikombinasi dengan komoditas perkebunan
berupa tanaman Pala. Pada perencanaan permukiman transmigrasi ini, setiap keluarga
transmigran menerima lahan pekarangan (LP) seluas 0,1 Ha, Lahan Usaha I seluas 0,9
Ha dan Lahan Usaha II seluas 1,0 Ha. Usulan pengembangan pertanian bertujuan
untuk mengarahkan transmigran agar dapat mengelola lahan secara optimal, sehingga
kebutuhan bahan pangan keluarga transmigran dapat terpenuhi secara kontinyu yang
pada gilirannya mampu mencapai taraf kehidupan yang layak. Secara garis besar
bentuk usaha tani dari masing-masing Lahan Usaha tersebut adalah:

1. Lahan Pekarangan
Lahan pekarangan diharapkan dapat berfunfsi efektif dalam pemenuhan kebutuhan
hidup keluarga sehari-hari. Posisi lahan yang dekat dengan permukiman dan mudah
digarap, memungkinkan untuk dapat digarap dan diusahakan secara optimal sehingga
dapat membantu mencukupi kebutuhan gizi keluarga dan menambah penghasilan.
Pada lahan pekarangan disarankan untuk menanam tanaman pangan dan palawija,
sayur-sayuran, serta tanaman buah-buahan.

2. Lahan Usaha I
Lahan Usaha I (LU I) seluas 0,9 Ha pengembangan dan pemanfaatannya diarahkan
untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan pokok keluarga, baik dalam jangka
pendek maupun kebutuhan jangka menengah. Komoditas yang dipilih, disarankan

Bab III - 99
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

memiliki potensi dan bernilai ekonomi tinggi sehingga mampu secara signifikan
menopang pendapatan keluarga transmigran. Melalui berbagai pertimbangan baik
terkait dengan kondisi agroklimat maupun, maka pada lahan Usaha I dipilih tanaman
prioritas yang dapat dikembangkan adalah komoditas tanaman Padi Ladang atau Padi
Gogo.

Pemilihan komoditas tanaman pangan sebagai prioritas yang akan dibudidayakan di


Lahan Usaha I, dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat transmigran
terhadap bahan makanan pokok sumber karbohidrat dalam jumlah yang cukup secara
berkelanjutan.

3. Lahan Usaha II
Pengembangan lahan usaha II lebih ditujukan untuk pengembangan usaha tani
tanaman tahunan. Lahan Usaha II mulai diusahakan setelah transmigrasi mantap
dengan usaha taninya, baik di lahan pekarangan maupun di lahan usaha I. Diharapkan
setelah 3 tahun penempatan, transmigran dapat mulai membuka lahan usaha II nya.
Penanaman komoditi perkebunan dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan yang
memadai di luar pendapatan lahan pekarangan dan lahan usaha I, sehingga
transmigran dapat mencapai perolehan pendapatan sesuai dengan Peraturan Menteri
No 25/Men-lX/2009. Berdasarkan Peraturan Menteri, kesejahteraan transmigran,
digolongkan dalam 3 tingkat yaitu :

1. Tingkat PENYESUAIAN : Pendapatan KK/tahun Setara 1600 kg beras


2. Tingkat PEMANTAPAN : Pendapatan KK/tahun Setara 2400 kg beras
3. Tingkat PENGEMBANGAN : Pendapatan KK/tahun Setara 3000 kg beras

3.4.2 Tanaman yang Diusulkan


Jenis tanaman yang diusulkan untuk dikembangkan pada setiap petak lahan
transmigrasi, adalah sebagai berikut:

1. Lahan Pekarangan

Bab III - 100


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Lahan Pekarangan akan dimanfaatkan


untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga. Adapun Jenis tanaman yang
direkomendasikan di lahan pekarangan antara lain adalah :
 Tanaman sayuran seperti Kacang Panjang, Terong, Tomat, Cabe, dll
 Tanaman pangan seperti Jagung, Ubi Jalar dan Ubi Kayu.
 Tanaman hortikultura buah-buahan seperti Mangga, Pepaya dan Pisang

2 Lahan Usaha I
Komoditas yang dipilih, disarankan memiliki potensi dan bernilai ekonomi tinggi
sehingga mampu secara signifikan menopang pendapatan keluarga transmigran.
Melalui berbagai pertimbangan baik terkait dengan kondisi agroklimat maupun, maka
pada lahan Usaha I dipilih tanaman prioritas yang dapat dikembangkan adalah
komoditas tanaman Padi Ladang (Padi Gogo).

Pemilihan komoditas tanaman pangan sebagai prioritas yang akan dibudidayakan di


Lahan Usaha I, dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat transmigran
terhadap bahan makanan pokok sumber karbohidrat dalam jumlah yang cukup secara
berkelanjutan.

3 Lahan Usaha II
Lahan Usaha II direkomendasikan sebagai lahan usaha tanaman tahunan, yaitu Pala.
Hal ini dengan mempertimbangkan kondisi lahan, aspek sosial dan peluang serta jalur
pemasarannya yang sudah tersedia.

3.4.3 Pola dan Jadwal Tanam

Pola dan jadwal tanam dimaksudkan guna mengoptimalkan penggunaan lahan


sehubungan adanya faktor pembatas bagi keberhasilan sistem usaha tani yang akan
dilakukan. Pertimbangan penerapan pola tanam didasarkan pada keadaan iklim,
komoditi pertanian yang akan dikembangkan, luasan lahan yang ada, faktor pembatas
bagi pertumbuhan tanaman, produksi yang ingin dicapai dan ketersediaan tenaga kerja.

Bab III - 101


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Berdasarkan data-data iklim dan hasil analisisnya, maka pola tanam yang diusulkan
untuk daerah studi adalah sebagai berikut :

1. Lahan Pekarangan
Pola tanam yang disarankan untuk Lahan Pekarangan adalah:
Pola tumpang sari : Sayuran - Tanaman Obat-obatan - Buah-buahan.
Pola monokultur : Ubi Jalar, dan Sayuran
Pola monokultur : Kacang-Kacangan - Ubi Kayu

2. Lahan Usaha 1
Pola monokultur : (MT 1 dan MT 2) Padi Ladang

3. Lahan Usaha 2
Pembukaan Lahan akan dilakukan oleh transmigran sendiri dan direncanakan
akan dimulai kegiatan penanaman pada tahun ke-3 setelah penempatan
transmigran.

Penentuan jadwal tanam didasarkan atas kondisi iklim, umur dan jenis komoditas,
serta kondisi agroklimat lainnya. Musim tanam yang cocok untuk tanaman keras
sebaiknya pada awal musim hujan yaitu akhir bulan September, sedangkan tanaman
musiman dan palawija diatur sedemikian rupa sehingga pada bulan–bulan yang agak
defisit air, dilakukan aktifitas panen karena kebutuhan tanaman akan air sedikit.
Pengaturan jadwal tanam setiap komoditas yang ditanam pada lahan pekarangan dan
lahan usaha, dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Bab III - 102


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Curah Hujan (mm)


400
Hari Hujan (hari)
350

300

250

200

150

100

50

0
et

Se tus
ril

li
i

ri

ei

ni

De er

r
ar

be

be

be
Ju
ua

Ju
ar

Ap

b
nu

us

em

m
to
M
br

se
pe
Ja

Ag

Ok
Fe

pt

No
LP
Ubi Kayu
Jagung
Sayuran
Buah-Buahan
LU I
Padi (MT 1)
Padi (MT 2)
LU II
Pala

Gambar 3.7. Pola dan Jadwal Kegiatan Usaha dengan Kondisi Curah Hujan
Rata–Rata, dan Hari Hujan di Lokasi Survai

Agar memperoleh hasil produksi yang optimal, maka disarankan untuk menggunakan
varietas tanaman yang memiliki potensi hasil produksi yang tinggi, umur panen
pendek, tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki kesesuaian dengan kondisi
iklim dan ketinggian tempat di sekitar lokasi survai.

Usulan pemanfaatan lahan serta jenis komoditas tanaman yang disarankan untuk
dikembangkan di lahan pekarangan dan lahan usaha adalah sebagai berikut :

Bab III - 103


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 3.12. Usulan Pemanfaatan Lahan untuk Transmigran


No Peruntukan Lahan Luas (m2) Keterangan

Lahan Pekarangan
1. Fasilitas rumah tangga 250 Bangunan rumah, halaman, kandang Unggas
2. Tanaman buah2an 100 Mangga, Pisang, Pepaya
3. Tanaman sayur2an 200 Kacang-kacangan, Cabe, Sayuran lain
4. Tanaman Obat2n 50 Empon empon
5. Tanaman pangan 400 Jagung, Ubi Jalar dan Ubi Kayu
Lahan Usaha I
1. Tanaman Pangan 9.000 Padi Ladang (MK)
Lahan Usaha II
1. Tanaman Tahunan 10.000 Pala (Tanaman sela Jagung dan Kacang Tanah)
Sumber; Hasil analisis Tim RSKP, Tahun 2021

3.4 KETERSEDIAAN DAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA

Sumber tenaga kerja utama dalam mengelola usahatani di areal permukiman


transmigrasi berasal dari keluarga transmigran itu sendiri. Tenaga kerja dari sumber
lain diperlukan hanya pada waktu tertentu saat volume pekerjaan meningkat sehingga
tidak mampu ditangani transmigran.

3.4.1 Ketersediaan Tenaga Kerja


Jumlah ketersediaan tenaga kerja transmigran antara lain ditentukan oleh ukuran
keluarga, struktur umur dan jenis kelamin anggota keluarganya. Sebagian besar anak-
anak mereka pada umumnya belum mencapai usia kerja atau masih dalam usia
sekolah, sehingga tenaga kerja hanya kepala keluarga dan istri. Kebutuhan tenaga
kerja untuk mengelola lahan usaha tani biasanya dipenuhi dari anggota keluarga
sendiri. Jika tenaga dari keluarga belum mencukupi, maka kekurangan tersebut dapat
dipenuhi dari penduduk di sekitar lokasi.

Menurut Departemen Tenaga Kerja laki-laki dewasa (berusia 20 tahun atau lebih)
berkapasitas 1 HOK, wanita dewasa berkapasitas kerja 0,6 HOK, sedangkan kapasitas

Bab III - 104


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

kerja anak-anak setelah berumur 10 tahun besarnya 0,1 HOK. Kapasitas kerja anak
terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Berdasarkan data pada umumnya
tiap keluarga petani terdiri dari 5 (lima) jiwa yaitu 2 (dua) orang dewasa dan 3 (tiga )
orang anak-anak yang berusia 3, 6, dan 8 tahun. Jam kerja petani sekitar 6 sampai 8
jam tiap hari. Jika diasumsikan hari kerja keluarga petani adalah 25 hari per bulan
maka ketersediaan tenaga kerja petani kira-kira sebesar 480 HOK per tahun.

Realitas yang terjadi, sering kali hari kerja keluarga Petani kurang dari 25 hari per
bulan. Pada hari-hari besar mereka juga tidak bekerja. Namun untuk perhitungan
perencanaan usaha tani digunakan asumsi diatas. Sejalan dengan bertambahnya umur
anak-anak maka ketersediaan tenga kerja dari keluarga juga bertambah. Namun
demikian anak-anak diarahkan untuk dapat memperoleh pendidikan dengan baik,
sehingga secara aktual pada tahun ke 3, ketersediaan tenaga kerja dari keluarga petani
akan bertambah menjadi sebesar 510 HOK. Perkiraan ketersediaan tenaga kerja
selama sepuluh tahun ditampilkan pada Tabel berikut :

Tabel 3.13. Potensi Ketersediaan Tenaga Kerja Keluarga Transmigran


Tahun Suami Istri Anak Laki-Laki Anak Perempuan Total
ke Umur HOK Umur HOK Umur HOK Umur HOK HOK/hr HOK/Th
1 35 1.0 26 0.6 8 - 6 - 1.6 480
2 36 1.0 27 0.6 9 - 7 - 1.6 480
3 37 1.0 28 0.6 10 0.1 8 - 1.7 510
4 38 1.0 29 0.6 11 0.1 9 - 1.7 510
5 39 1.0 30 0.6 12 0.1 10 0.1 1.8 540
6 40 1.0 31 0.6 13 0.1 11 0.1 1.8 540
7 41 1.0 32 0.6 14 0.1 12 0.1 1.8 540
8 42 1.0 33 0.6 15 0.2 13 0.1 1.9 570
9 43 1.0 34 0.6 16 0.2 14 0.1 1.9 570
10 44 1.0 35 0.6 17 0.2 15 0.2 2.0 600
Sumber : ENEX/PDC Consortium, 1982

3.4.2 Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Usaha Tani


Kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan usahatani tergantung dari luas lahan yang
digarap, jenis tanaman, pola tanaman dan tingkat teknologi budidaya yang diterapkan.
Dalam usaha peternakan, kebutuhan tenaga kerja ditentukan oleh jenis dan jumlah

Bab III - 105


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

ternak, sistem pemeliharaan, dan tingkat teknologi yang diterapkan. Untuk usaha tani,
kebutuhan tenaga kerja akan memuncak saat pengolahan tanah, penanaman,
penyiangan dan panen. Sedangkan tanaman tahunan, kebutuhan tenaga kerja akan
memuncak saat penyiapan lahan. Gambaran kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan
usaha tani pada beberapa jenis tanaman (HOK per Ha) dapat dilihat pada Tabel
berikut.

Tabel 3.14. Kebutuhan HOK Beberapa Jenis Kegiatan Usaha Tani


Kebutuhan HOK
Jenis Tanaman Kegiatan
HOK Jumlah
Pengolahan tanah 107
Penanaman 13
Padi 223
Pemeliharaan tanaman 45
Panen & Pengolahan hasil 58
Pengolahan tanah 71
Penanaman 3
Jagung 158
Pemeliharaan tanaman 44
Panen & Pengolahan hasil 40
Pengolahan tanah 66
Penanaman 5
Ubi Kayu 130
Pemeliharaan tanaman 42
Panen & Pengolahan hasil 17
Pengolahan tanah 80
Penanaman 12
Kacang tanah 208
Pemeliharaan tanaman 31
Panen & Pengolahan hasil 85

Bab III - 106


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Kebutuhan HOK
Jenis Tanaman Kegiatan
HOK Jumlah
Pengolahan tanah 100
Sayuran/ Penanaman 20
200
Obat-obatan Pemeliharaan tanaman 40
Panen & Pengolahan hasil 40
Pengolahan tanah 65
Penanaman 20
Pemeliharaan
Buah-buahan/
- Tahun 0 25 195
Tanaman keras
- Tahun 1 25
- Tahun 3 25
- Tahun 4 Panen/Pasca panen 35
Sumber : Estimate of Labour Absorption in Food Crop Production in Indonesia,
PP. van Deer Goot. 1973
Agricultural, Guidelines TKTD Advisory dan Analisa Usahatani Deptan, 1991.

3.4.3 Pemanfaatan Tenaga Kerja yang Tersedia


Pengusahaan lahan bagi usaha tani harus disesuaikan dengan ketersediaan tenaga kerja
yang ada. Sehubungan ketersediaan tenaga kerja pada tahun-tahun pertama masih
relatif terbatas bila dibandingkan dengan luas lahan yang akan digarap maka
disarankan pengelolaan lahan dilakukan secara bertahap, dimulai dari Lahan
Pekarangan, kemudian Lahan Usaha I dan selanjutnya Lahan Usaha II. Tahapan
pengembangan luasan areal penanaman disesuaikan dengan ketersediaan tenaga kerja
dan tingkat kebutuhan bahan pangan keluarga transmigran per-tahun.Berdasarkan
macam komoditas, pola tanam yang diusulkan dan besarnya tenaga yang diperlukan
untuk usaha tani, dapat diperkirakan kebutuhan dan ketersediaan tenaga kerja, seperti
terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.15. Ketersediaan dan Kebutuhan Tenaga Kerja untuk Usaha Tani
LUA KEBUTUHAN HOK/TAHUN PADA TAHUN KE
Uraian S HOK/Ha
(Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

LP                    
Ubi Jalar 0,010 130 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran 0,020 200 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Ubi Kayu 0,020 130 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Kacang Tanah 0,020 208 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Jagung 0,010 158 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Bab III - 107


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

LUA KEBUTUHAN HOK/TAHUN PADA TAHUN KE


Uraian S HOK/Ha
(Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Total LP 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
LU 1                    
Padi 0,900 223   401 401 401 401 401 401 401 401 401
Total LU 1 0 401 401 401 401 401 401 401 401 401
LU II                    
Pala 1,00     65 20 25 30 35 40 50 60
Kacang Tanah 0,25 208     52 52 52 26 13      
Jagung 0,25 158     40 40 40 20 10      
Total LU II 0 0 157 112 117 76 58 40 50 60
Kebutuhan HOK 14 415 572 527 532 491 473 455 465 475
HOK
480 480 510 510 540 540 540 570 570 600
TERSEDIA
SISA HOK 466 65 -62 -17 8 49 67 115 105 125
Sumber: Hasil Analisis Tim Survey 2021

Melihat tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun ke 3 dan ke 4, aktifitas usaha
tani transmigran tidak bisa dilakukan hanya dengan tenaga kerja keluarga. Oleh
karenanya, transmigran sudah harus mulai memanfaatkan tenaga kerja dari luar
keluarga dengan cara membayar upah Tenaga Kerja Harian sebesar Rp 100.000,- per
HOK (harga pada saat studi dilakukan).

3.5 PERKIRAAN KEBUTUHAN MASUKAN PERTANIAN

Untuk mendapatkan hasil pertanian yang optimal dan lestari perlu diusahakan agar
sarana produksi pertanian yang dibutuhkan terpenuhi sesuai dengan
kebutuhannya.Sarana produksi pertanian yang diperlukan antara lain tenaga kerja, bibit
tanaman, pupuk, kapur pertanian, pestisida dan lain-lain. Dalam hal ini tenaga kerja
tidak diperhitungkan karena dianggap sudah terpenuhi oleh warga transmigran sendiri.
Untuk masukan teknologi pengelolaan diharapkan nantinya diharapkan tersedia tenaga
penyuluh pertanian.

Bab III - 108


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

A. Bibit
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usahatani adalah pemilihan
bibit/benih. Benih yang berkualitas adalah memiliki kemurnian diatas 98%, daya
kecambah diatas 90%, kadar air  14%, dan berasal dari tanaman induk yang
terpilih. Disamping itu disarankan menggunakan bibit unggul, yaitu varietas yang
memiliki keunggulan beberapa sifat seperti produktivitas tinggi, berumur pendek,
tahan terhadap hama dan penyakit, serta tanggap terhadap pemupukan. Beberapa
varietas tanaman yang diusulkan antara lain adalah:
- Padi : INPAGO 1 – 10, Luhur 1, Luhur 2
- Jagung :Arjuna, Bromo, Kalingga, CPI-2
- Ubi kayu :Adira, No.129, Manyar, Nuri
- Ubi Jalar :Papua Patippi, Beta 1, Cangkuang
- Kacang Tanah :Tapir, Gajah, Tupai, Landak dan Kelinci

Jumlah kebutuhan bibit untuk masing-masing komoditas tanaman pangan tersebut


untuk setiap hektarnya adalah seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 3.16. Kebutuhan Bibit/Benih dan Jarak Tanam Berbagai Komoditas


No Macam Komoditas Jumlah Bibit/Benih/Ha Jarak Tanam
1 Padi 30 – 40 kg 40 x 20 cm
2 Jagung 15 – 30 kg 200 x 50 cm
3 Ubi kayu 10.000 stek 200 x 50 cm
4 Kacang Tanah 100 – 120 kg 40 x 10 cm
5 Ubi Jalar 20.000 stek 30 x 40 cm
6 Pala 123 batang 9x9m
Sumber: Pola Pengujian Tumpang Gilir, Direktorat Teknik Pertanian, 1997.

Kebutuhan benih/bibit pada Lahan Pekarangan, Lahan Usaha I dan Lahan Usaha
II dengan pola usahatani yang diusulkan adalah sebagai terlihat pada tabel-tabel
berikut.

Bab III - 109


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 3.17. Kebutuhan Bibit/benih

Luas
Kebutuhan Tana Kebutuhan Bibit/Benih pada Tahun ke-
Komoditas
per Ha m
(Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lahan
                     
Pekarangan    
Ubi Jalar 20000 stek 0,010 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
Sayuran 20 kg 0,020 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
Ubi Kayu 10000 stek 0,020 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
Kacang Tanah 120 kg 0,020 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
Jagung 30 kg 0,010 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Lahan Usaha I                          
Padi (MT 1 dan 2) 30 kg 0,900   54,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0
Lahan Usaha II                          
Batan
Pala 123 1,00     123 10 5          
g
Kacang Tanah 120 kg 0,25     30 30 30 23 11      
Jagung 30 Kg 0,25     8 8 8 6 3      
Sumber: Hasil Analisa Tim RSKP, 2021

B. Pupuk

Pupuk dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara yang ada dalam
tanah sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman untuk berproduksi seperti yang
diharapkan. Pupuk yang dimaksud disini adalah menyangkut unsur hara makro yaitu
pupuk NPK.

Pada pemberian pupuk yang pertama, bila daerah tersebut belum pernah diusahakan,
maka dosisnya sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing jenis tanahnya dan
jenis tanaman yang diusahakan. Perkiraan jumlah pupuk Urea, SP-36 dan KCl yang
dibutuhkan transmigran pada usahatani yang diusulkan dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut.

Bab III - 110


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 3.18. Kebutuhan Pupuk Urea Sesuai Pola Usahatani yang Diusulkan
Kebutuha Luas
n Tana Kebutuhan Pupuk Urea pada Tahun ke-
Komoditas
per Ha m
(kg) (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lahan
                   
Pekarangan
Ubi Jalar 120 0,010 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran 80 0,020 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Ubi Kayu 120 0,020 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Kacang Tanah 80 0,020 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Jagung 80 0,010 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Total LP 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6
Lahan Usaha
                   
I
Padi 130 0,900   234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0
Total LU 1 0,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0
Lahan Usaha
                   
II
Pala 1,00     75 90 108 130 156 156 156 156
Kacang Tanah 80 0,25     20 20 20 15 7,5      
Jagung 80 0,25     20 20 20 15 7,5      
Total LU II 0 0 115 130 148 160 171 156 156 156
Total 7,6 241,6 356,6 371,6 389,6 401,2 412,1 397,1 397,1 397,1
Sumber: Hasil Analisa Tim RSKP, 2021

Tabel 3.19. Kebutuhan Pupuk SP-36 sesuai Pola Usahatani Yang Diusulkan
Kebutuha Luas
n Tana Kebutuhan Pupuk SP-36 pada Tahun ke-
Komoditas
per Ha m
(kg) (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lahan
Pekarangan
Ubi Jalar 100 0,010 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran 80 0,020 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Ubi Kayu 100 0,020 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Kacang Tanah 100 0,020 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Jagung 100 0,010 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Total LP 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6
Lahan Usaha I
Padi 100 0,900 180,0 180,0 180,0 180,0 180,0 180,0 180,0 180,0 180,0
Total LU 1 0 180 180 180 180 180 180 180 180 180
Lahan Usaha II
Pala 1,00 65 78 94 112 100 100 100 100
Kacang Tanah 100 0,25 25 25 25 18,75 9,375
Jagung 100 0,25 25 25 25 18,75 9,375
LU II 0 0 115 128 144 150 119 100 100 100
Total 8 188 303 316 331 337 306 288 288 288
Sumber: Hasil Analisa Tim RSKP, 2021

Bab III - 111


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 3.120. Kebutuhan Pupuk KCL sesuai Pola Usahatani Yang Diusulkan
Kebutuha
Luas Kebutuhan Pupuk KCL pada Tahun ke-
n
Komoditas Tanam
per Ha
(Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(kg)
Lahan Pekarangan                    
Ubi Jalar 70 0,010 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran 60 0,020 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Ubi Kayu 70 0,020 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kacang Tanah 60 0,020 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jagung 70 0,010 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Total LP 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Lahan Usaha I                    
Padi (MT 1 dan 2) 80 0,900   144 144 144 144 144 144 144 144 144
Total LU 1 0 144 144 144 144 144 144 144 144 144
Lahan Usaha II                    
Pala 1,00     40 48 58 69 83 83 83 83
Kacang Tanah 60 0,25     15 15 15 11 6      
Jagung 70 0,25     18 18 18 13 7      
Total LU II 0 0 73 81 90 93 95 83 83 83
Total 5 149 222 230 239 243 244 232 232 232
Sumber: Hasil Analisa Tim RSKP, 2021

C. Pestisida

Untuk mengatasi serangan hama/penyakit, tindakan preventif adalah lebih baik dari
tindakan kuratif. Apabila telah terjadi serangan hama/penyakit maka dianjurkan
penanggulangan secara terpadu dan harus diusahakan agar penggunaan pestisida
merupakan alternatif yang terakhir, setelah cara pengendalian lain diperkirakan
tidak dapat mengatasi masalah tersebut. Jenis pestisida yang dianjurkan untuk
mengatasi hama/ penyakit tanaman pangan dan hortikultura dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 3.21. Jenis Pestisida Yang Dianjurkan


Merk Dagang Bahan Aktif
Applaud 10 WP Buprofezin 10 %
Bassa 50 EC BPMC 500 gr/liter
Curater 3G Karbonfuran 3 %
Dharmafur 3G Karbonfuran 3 %

Bab III - 112


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Merk Dagang Bahan Aktif


Dharmabas 500EC BPMC 500 gr/liter
Furadan 3G Karbonfuran 3 %
Mipcin 50 EC BPMC 485
Klerat RM-B Brodifakum 0,003 %
Sumber : Hasil Studi Tim RSKP, 2021

Untuk penggunaan pestisida baik cara, dosis dan waktu penggunaan disarankan
agar transmigran untuk berkonsultasi dengan PPL agar tujuan pengendalian
hama/penyakit dapat tercapai tanpa menimbulkan dampak yang merugikan bagi
lingkungan yang ada di sekitarnya terutama manusia. Pemerintah dalam program
transmigrasi memberikan subsidi pestisida dalam bentuk paket baku pestisida.

3.6 PERKIRAAN DAN NILAI PRODUKSI PERTANIAN

Berdasarkan faktor-faktor pembatas yang berpengaruh di daerah studi, seperti iklim,


tanah, teknik budidaya tanaman dan masukan-masukan pertanian yang diusulkan serta
tingkat produktivitas yang ada di sekitar daerah studi, maka dapat disusun perkiraan
produksi masing-masing komoditas yang diusahakan di Lahan Pekarangan, Lahan
Usaha I dan Lahan Usaha II.

Tabel 3.22. Perkiraan Produksi Usahatani selama 10 Tahun


Luas
Tana Perkiraan Perkiraan Hasil tahun ke-
Komoditas
m Hasil/Ha
(Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lahan
                   
Pekarangan    
k 10
Ubi Jalar 0,010 10000 100 100 100 100 100 100 100 100 100
g 0
k
Sayuran 0,020 1000 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
g
k 32
Ubi Kayu 0,020 16000 320 320 320 320 320 320 320 320 320
g 0
k
Kacang Tanah 0,020 1200 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
g
k
Jagung 0,010 6900 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
g
Lahan Usaha I                        

Bab III - 113


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Luas
Tana Perkiraan Perkiraan Hasil tahun ke-
Komoditas
m Hasil/Ha
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(Ha)
k
Padi 0,900 4400   7920 7920 7920 7920 7920 7920 7920 7920 7920
g
Lahan Usaha II                        
k
Kacang Tanah 0,25 1200     300 300 300 225 113      
g
k
Jagung 0,25 6900     1725 1725 1725 1294 647      
g
Pala 1,00                        
Biji Kering                   95 265 450
Fulli                   1,5 3 9
Sumber: Hasil Analisa Tim RSKP, 2021

3.7 PERKIRAAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN

Pendapatan transmigran diasumsikan hanya berasal dari hasil usaha taninya, dengan
demikian pendapatan transmigran sangat tergantung dari tingkat keberhasilan usaha
tani mereka dan harga jual hasil produksi pertanian di pasaran.

3.7.1.Perkiraan Penerimaan Transmigran.


Perkiraan penerimaan transmigran berasal dari hasil usaha tani merupakan pendapatan
kotor. Pendapatan diperhitungkan dari usaha tani di Lahan Pekarangan, Lahan Usaha I
dan Lahan Usaha II dan dalam perhitungan ini digunakan asumsi sebagai berikut :
1. Pendapatan transmigran hanya dari usaha tani
2. LP dan LU I diolah pada tahun ke 1 dan 2
3. LU II mulai diusahakan pada tahun ke-3

Tabel 3.23. Perkiraan Penerimaan Transmigran Usaha Tani


Harga
Per Perkiraan Penerimaan Kotor tahun ke- (ribuan)
Komoditas Satuan
Hasil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(Rp)
Lahan
                   
Pekarangan
Ubi Jalar 4.000 400 408 416 424 433 442 450 459 469 478
Sayuran 10.000 200 204 208 212 216 221 225 230 234 239

Bab III - 114


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Harga
Per Perkiraan Penerimaan Kotor tahun ke- (ribuan)
Komoditas
Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hasil
1.14 1.18 1.21 1.26 1.31
Ubi Kayu 3.500 1.120 1.165 1.237 1.287 1.339
2 9 2 1 2
Kacang
20.000 480 490 499 509 520 530 541 551 562 574
Tanah
Jagung 4.500 311 317 323 330 336 343 350 357 364 371
Total LP 2.511 2.561 2.612 2.664 2.717 2.772 2.827 2.884 2.941 3.000
Lahan
                   
Usaha I
Padi 4.800   38.016 38.776 39.552 40.343 41.150 41.973 42.812 43.668 44.542
Total LU I   38.016 38.776 39.552 40.343 41.150 41.973 42.812 43.668 44.542
Lahan
                   
Usaha II
Kacang 1.56
20000     6.000 6.120 6.242 3.121      
Tanah 1
Jagung 4500     7.763 7.918 8.076 4.038 2.019      
Pala                    
Biji Kering 68.000               6.460 18.020 30.600
Fulli 200.000               300 600 1.800
14.31
Total LU II     13.763 14.038 7.159 3.580 6.760 18.620 32.400
9
JUMLAH 2.511 40.577 55.151 56.254 57.379 51.081 48.380 52.456 65.230 79.942
Sumber: Hasil Analisis Tim RSKP, 2021

3.7.2. Perkiraan Pengeluaran Transmigran


Pengeluaran transmigran terdiri atas masukan sarana produksi pertanian Lahan
Pekarangan dan Lahan Usaha, serta biaya pengeluaran untuk kebutuhan hidup
transmigran. Hal ini perlu diketahui guna menetapkan pendapatan bersih transmigran.

A. Biaya Pengeluaran Untuk Usaha Tani


Besarnya biaya pengeluaran untuk masukan pertanian dapat dihitung berdasarkan
pola usaha tani yang diusulkan. Masukan pertanian meliputi bibit atau benih,
pupuk, kapur, pupuk kandang dan pestisida.

Perhitungan perkiraan pengeluaran transmigran untuk usahatani di Lahan


Pekarangan, Lahan Usaha I, dan Lahan Usaha II dengan jenis dan pola tanam
yang diusulkan dapat dilihat pada Tabel berikut

Bab III - 115


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tabel 3.24. Perkiraan Pengeluaran Usaha Tani Transmigran


Harga Pengeluaran Usaha Tani Tahun ke- (ribuan rupiah)
No
Komoditas Satuan
.
(Rp) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lahan
                   
Pekarangan
Benih/Bibit                    
1 Ubi Jalar 500 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
2 Sayuran 20.000 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
3 Ubi Kayu 300 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
4 Kacang Tanah 30.000 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72
5 Jagung 95.000 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29
Pupuk                    
1 Urea 4.500 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
2 SP-36 4.700 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
3 KCL 2.950 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pestisida 80.000 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240
Sub Total LP 594 594 594 594 594 594 594 594 594 594
Lahan Usaha
                   
I
Benih/Bibit                    
1 Padi 25.000   1.350 1.350 1.350 1.350 1.350 1.350 1.350 1.350 1.350
Pupuk                    
1 Urea 4.500   1.053 1.053 1.053 1.053 1.053 1.053 1.053 1.053 1.053
2 SP-36 4.700   846 846 846 846 846 846 846 846 846
3 KCL 2.950   425 425 425 425 425 425 425 425 425
Pestisida 80.000 640 640 640 640 640 640 640 640 640 640
Sub Total
640 4.314 4.314 4.314 4.314 4.314 4.314 4.314 4.314 4.314
LU1
Lahan Usaha
                   
II
Benih                    
1 Pala 10.000     1.230 100 50          
2 Kacang Tanah 30.000     900 900 900 675 338      
3 Jagung 95.000     713 713 713 534 267      
Pupuk                    
1 Urea 4.500     518 585 666 718 767 700 700 700
2 SP-36 4.700     541 602 675 704 558 470 470 470
3 KCL 2.950     214 237 266 276 281 245 245 245
Pestisida 80.000     640 640 640 640 640 640 640 640
Sub Total
    4.754 3.777 3.909 3.548 2.851 2.055 2.055 2.055
LU2
Upah Tenaga
100.000     6.154 1.654            
Kerja
Grand Total 1.234 4.908 15.816 10.338 8.817 8.455 7.758 6.962 6.962 6.962
Sumber: Hasil Analisis Tim RSKP, 2021

Bab III - 116


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

B. Pengeluaran Untuk Kebutuhan Hidup


Pengeluaran kebutuhan pokok sehari-hari dapat dihitung berdasarkan asumsi
jumlah keluarga transmigran terdiri dari suami, istri dan 3 orang anak. Rincian
mengenai biaya pengeluaran Transmigran/KK untuk memenuhi kebutuhan hidup
dapat dilihat pada Bab II laporan ini

3.7.3.Pendapatan Bersih Transmigran


Pendapatan bersih transmigran diperoleh dengan menghitung selisih antara pendapatan
transmigran dari usaha tani dikurangi dengan pengeluaran transmigran untuk usaha
tani. Bantuan jaminan hidup (JADUP) tidak diperhitungkan dalam penghitungan
pendapatan bersih transmigran, karena Jadup bersifat bantuan pada tahun pertama
penempatan, dimana pada tahun pertama tersebut transmigran belum dapat
memperoleh penghasilan dari usaha taninya. Rekapitulasi perhitungan pendapatan
bersih transmigran dapat dilihat pada Tabel berikiut

Tabel 3.25. Perkiraan Pendapatan Bersih Transmigran


Total Pendapatan Total Pengeluaran Pendapatan
Tahu Pendapatan
Usaha Tani Usaha Tani Setara Beras
n ke (Rp x 1000)
(Rp x 1000) (Rp x 1000) (kg/KK/Thn)
1 2.511 1.234 1.277 106
2 40.577 4.908 35.669 2.972
3 55.151 15.816 39.335 3.278
4 56.254 10.338 45.916 3.826
5 57.379 8.817 48.562 4.047
6 51.081 8.455 42.626 3.552
7 48.380 7.758 40.621 3.385
8 52.456 6.962 45.494 3.791
9 65.230 6.962 58.268 4.856
10 79.942 6.962 72.980 6.082
Sumber: Hasil Analisis Tim RSKP, 2021

Bab III - 117


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

3.8 KELAYAKAN USAHA TRANSMIGRAN

Penilaian kelayakan usaha transmigran di lokasi studi dapat dilihat berdasarkan pola
usaha yang dikembangkan di lokasi studi. Perkiraan pendapatan bersih yang
diperoleh transmigran dari usaha taninya baik di Lahan Pekarangan maupun di Lahan
Usaha bila dinilai terhadap tingkat keberhasilan berdasarkan Permenakertrans No.
25/MEN/2009 adalah seperti terlihat pada Tabel berikut.

Tabel 3.26. Penilaian Tingkat Keberhasilan Usahatani Transmigran


Tingkat
Pendapatan Pendapatan
Tahu Pendapatan
Konsumsi Tabungan Setara Beras Menurut Permen Status
n Bersih
(Rp x 1000) (Rp x 1000) (kg/KK/Thn No.25/Men- Kelayakan
ke (Rp x 1000)
) IX /2009
(kg/KK/Thn)
1 1.277 20235 -18.959 106 Setara Beras
Layak
2 35.669 20640 15.029 2.972 1600 s/d 2400 kg
3 39.335 21053 18.282 3.278 Setara Beras
Layak
4 45.916 21474 24.442 3.826 2400 s/d 3000 kg

5 48.562 21903 26.659 4.047


6 42.626 22341 20.284 3.552
7 40.621 22788 17.833 3.385 Setara Beras
Layak
8 45.494 23244 22.250 3.791 di atas 3000 kg

9 58.268 23709 34.559 4.856


10 72.980 24183 48.797 6.082
Sumber: Hasil Analisa Tim RSKP. 2021

Hasil perhitungan dan analisa Tim seperti di atas menunjukkan bahwa pada semua
Tahap atau Tingkat Keberhasilan, Pola Usahatani TPLK dipadukan dengan Komoditas

Bab III - 118


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021

Tanaman Pala di Lahan Usaha II sudah dapat mencapai standar tingkat keberhasilan
permukiman transmigrasi sesuai Permenakertrans No. 25 tahun 2009.

Bab III - 119

Anda mungkin juga menyukai