baB. 3
rencana struktur kawasan pengembangan
Bab III - 1
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Berdasarkan hirarki sistem kota-kota yang telah ditetapkan sebagai mana diuraikan
fungsi, skala pelayanan dan arahan pengembangan kota-kota maka secara garis besar
fungsi kawasan perkotaan di Kabupaten Halmahera Selatan dapat di bedakan menjadi
empat macam, yaitu:
1. PKW, mempunyai jangkauan pelayanan seluruh kabupaten dengan fungsi
pelayanan administrasi, perdagangan dan jasa serta pusat pemukiman.
2. PKWp, mempunyai jangkauan pelayanan hampir di seluruh kabupaten dengan
fungsi pelayanan administrasi, perdagangan dan jasa serta pusat pemukiman yang
dipromosikan oleh pihak provinsi.
3. PKL, mempunyai jangkauan pelayanan beberapa Kecamatan. Fungsi kota sebagai
pengumpul lokal, pelayanan terhadap sarana produksi pertanian (saprotan) dan
atau sarana produksi perikanan (saprokan). Pada sebagian kota yang mempunyai
dua moda transportasi yang mengintegrasikan kedua moda trasportasi tersebut.
4. PKLp, mempunyai jangkauan pelayanan beberapa kecamatan yang dipromosikan
oleh pihak kabupaten;
Bab III - 2
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 3
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 4
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 5
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 6
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
2. Sistem Sekunder
Jalan arteri sekunder pada prinsipnya adalah jalan-jalan yang membentuk struktur
utama kota (selain fungsi primer), yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan
dalam wilayah kota. Jalan kolektor primer menghubungkan pusat-pusat bagian
kota dengan pusat-pusat bawahnya (sub pusat kota).
Jaringan arteri sekunder di Kabupaten Halmahera Selatan terhubung dengan
jaringan kolektor primer. Dari sebagian kolektor primer ini terletak juga diluar
wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, sehingga terdapat sebagian jalan arteri
sekunder ini yang menyambung ke luar wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
Untuk jaringan jalan kolektor sekunder pada prinsipnya terletak didalam wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan, tapi mengingat konfigurasi disekitar wilayah
Bab III - 7
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 8
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
A. Umum
Hal pertama yang perlu dilakukan dalam perencanaan pembangunan transportasi
adalah menetapkan tujuan dan sasaran kinerja transportasi yang diharapkan
diwujudkan di masa depan. Dengan adanya sasaran yang akan dicapai di
kemudian hari serta mengetahui kinerja saat ini, maka dapat ditentukan
kesenjangannya. Besarnya kesenjangan ini menentukan upaya apa dan berapa
besar yang perlu dilakukan untuk menutupinya. Upaya-upaya yang perlu
dilakukan, dituangkan dalam bentuk rencana pembangunan transportasi jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Untuk melakukan tahap pertama yaitu menetapkan tujuan dan sasaran kinerja
yang ingin dicapai di masa depan, perlu diperhatikan empat hal pokok sebagai
berikut :
1) Memahami tujuan dan sasaran nasional dan daerah.
2) Memahami strategi dan kebijakan transportasi nasional dan daerah.
3) Memahami tingkat kinerja transportasi di negara dan wilayah lain
4) Menetapkan sasaran kinerja tranportasi di masa depan
Bab III - 9
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
C. Konsep Pengembangan
Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut diatas pertu dirumuskan dalam
bentuk konsep pengembangan transportasi dan rencana pengembangan, sehingga
tujuan dan sasaran pengembangan sistem prasarana transportasi tersebut diatas
dapat tercapai dengan baik. Konsep pengembangan sistem transportasi di
Kabupaten Halmahera Selatan adalah adanya pola pengembangan sistem
transportasi yang terpadu antar transportasi laut, darat dan udara yang terintegrasi
dengan tata ruang Propinsi Maluku yaitu : (a) meminimasi jarak tempuh di laut dan
Bab III - 10
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
udara melalui peningkatan peran dari transportasi darat sebagai bagian dari Trans
Halmahera. Sistem transportasi darat ini diintegrasikan dengan transportasi
penyeberangan, laut dan darat, sehingga membentuk satu kesatuan wilayah.
Bab III - 11
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
2. Parameter Perencanaan
Dalam perencanaan strategis sebuah sistem transportasi terdapat beberapa
parameter makro yang perlu diperhatikan kinerjanya. Parameter makro
mewakili suatu keadaan menyeluruh atau mengukur kinerja sistem secara
keseluruhan. Hal ini berbeda dengan parameter mikro yang terfokus pada
suatu elemen saja misalnya kecepatan, waktu tempuh dan sebagainya. Banyak
parameter transportasi lainnya namun diluar lingkup parameter kali ini yang
fokusnya adalah pada parameter makro untuk perencanaan strategis
pembangunan transportasi wilayah.
Parameter jalan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a) Proporsi penduduk yang tidak memiliki akses ke jalan kondisi baik/sedang
b) Proporsi jalan yang lalu lintasnya lancar
c) Rasio kendaraan penumpang umum dan kendaraan pribadi
d) Proporsi kendaraan barang yang kelebihan muatan
e) Tingkat kecelakaan
f) Tingkat pencemaran udara
Bab III - 12
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 13
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Selanjutnya pada pulau Bacan, Makian, Kayoa dan Obi jalan kolektor primer-
1 diharapkan menjadi sentral pergerakan yang mengubungkan pusat kegiatan
minapolitan dengan PKW Labuha dan pelabuhan penyebrangan yang
menghubungkan ke Ibu Kota Provinsi. Diharapkan dengan terdapatnya jalan
Bab III - 14
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Agar fungsi dan peranan jalan kolektor-1 ini tercapai, maka perlu adanya
peningkatan kualitas jalan terutama pada ruas-ruas jalan yang masih berupa
tanah dan batu. Selain itu perlu dibangun rencana jalan-jalan baru pada
wilayah-wilayah yang masih belum terhubungkan oleh ruas-ruas jalan untuk
meningkatkan hubungan antar ibukota kabupaten dengan ibu kota provinsi.
Pengembangan jaringan jalan ini diharapkan dapat mendukung sistem
penyeberangan yang menghubungkan Saketa – Sayoang atau Labuha (sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah). Adapun ruas jalan adalah :
1) Ruas jalan Labuha – Babang;
2) Ruas jalan Mafa – Matuting;
3) Ruas jalan Matuting – Saketa;
4) Ruas jalan Saketa - Dahepodo;
5) Ruas jalan Labuha – Sawadai;
6) Ruas jalan Pantai Labuha - Panamboang
7) Ruas jalan Babang – Yaba;
8) Ruas jalan keliling Pulau Makian;
9) Ruas Jalan Gurapin – Modayama;
10) Ruas jalan Laiwui – Jikotamo – Anggai;
11) Ruas jalan Laiwui – Jikodolong;
12) Ruas jalan Jikodolom – Wayaloar – Sum;
13) Ruas jalan Matuting – Ranga Ranga;
14) Ruas jalan Ranga Ranga – Gane Luar;
15) Ruas jalan Gane Luar – Gane Dalam dan
16) Ruas jalan Saketa – Gane Dalam.
Bab III - 15
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 16
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 17
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
2. Parameter Perencanaan
Umumnya transportasi laut kurang sesuai untuk angkutan intra kabupaten,
namun transportasi laut memiliki peran penting karena pelabuhan biasanya
menjadi simpul atau pintu gerbang keluar/masuk barang dari/ke
kabupaten. Parameter yang perlu diamati adalah.
a) Tingkat kepadatan pelabuhan (alur pelabuhan, dermaga dll)
b) Tingkat kecepatan bongkar muat barang
c) Tingkat kecelakaan
d) Tingkat pencemaran laut/air
Bab III - 18
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
4. Rencana Pelabuhan
Mengacu pada SISTRANAS yang ditetapkan dengan KEPMEN No. 15
tahun 1997 tanggal 6 Juni 1997 tentang pelabuhan, maka ditetapkan
fungsi-fungsi pelabuhan sebagai berikut :
a) Pelabuhan Pengumpan Wilayah (regional feder port).
Berfungsi sebagai kegiatan alih muatan angkutan laut dalam jumlah
kecil dan jangkauan pelayanan relatif dekat serta sebagai pengumpan
kepada pelabuhan utama. Pelabuhan yang ditetapkan sebagai Pelabuhan
Pengumpan Wilayah adalah Pelabuhan Babang yang berfungsi untuk
melayani interaksi antar Kabupaten Halmahera Selatan dengan wilayah
yang lebih luas (hubungan eksternal) dan menghungkan antara Kota
Labuha dan kota-kota dibawahnya (interaksi internal/antar wilayah).
Pelabuhan Babang saat ini, termasuk dalam pelabuhan Kelas V yang
dikelola oleh Dephub berfungsi untuk melayani pelayaran perintis dan
pelayaran lokal. Dalam perkembangannya Pelabuhan Babang perlu
ditingkatkan kemampuanya agar dapat melayani pelayaran Nusantara
dan pelayaran samudera. Untuk mendukung fungsi tersebut, maka perlu
dilakukan peningkatan pelayanan berupa :
Bab III - 19
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 20
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 21
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Oesman
1 Bacan V 825x23 2x Seminggu III 19000x23 Setiap hari
Sadik
Bab III - 22
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Adapun rencana transportasi Triple “S” berupa jalan primer (kolektor Primer
tingkat 2) yang menghubungkan Sofifi – Saketa, dan penyeberangan antara
Saketa – Sayoang. Moda transportasi pada sistem transportasi Triple “S”
yang merupakan konsep integral antara transportasi darat jarak jauh yang
didukung transportasi laut yang berupa sarana penyeberangan. Sehingga
untuk mendukung kondisi itu, bentuk moda transportasi darat harus berupa
sarana angkutan yang berkapasitas besar dan mempunyai mobilitas jarak jauh
yang tinggi, maka untuk angkutan penumpang diarahkan untuk meggunakan
bus besar. Sedangkan untuk moda traportasi laut dengan menggunakan kapal
fery penyeberangan yang berkapasitas sampai dengan 3000 DWT.
Bab III - 23
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Proses substitusi penggunaan energi ini tentu saja harus dibarengi dengan
inovasi peralatan dan mesin-mesin industri yang bisa mendukung digunakannya
energi alternatif tersebut dan bisa meminimalisir efek negatif dari penggunaan
Bab III - 24
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
energi alternatif, seperti polusi dari hasi pembakaran batubara. Begitupun halnya
dengan substitusi energi di sektor rumah tangga. perlu ditunjang dengan
ketersediaan alat yang kompatibel dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat. Di sisi lain. untuk memberikan kenyamanan pada pengguna energi
alternatif. maka pemerintah perlu memberikan jaminan kontinuitas distribusi
energi alternatif tersebut. Mengganti BBM dengan batubara atau gas bumi
memang terkesan hanya sebagai solusi jangka pendek karena memang sama-
sama energi tidak terbarukan (non renewable energy), namun hal ini akan
menjadi jembatan penting untuk pengembangan energi alternatif lain yang dapat
diperbaharui (renewable energy).
Bab III - 25
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
(CDM). Sayang sekali jika potensi panas bumi yang sangat besar tidak segera
termanfaatkan.
2. Mikrohidro
Mikrohidro adalah pembangkit listrik tenaga air skala kecil (bisa mencapai beberapa
ratus kW). Relatif kecilnya energi yang dihasilkan mikrohidro (dibandingkan dengan
PLTA skala besar) berimplikasi pada relatif sederhananya peralatan serta kecilnya
areal tanah yang diperlukan guna instalasi dan pengoperasian mikrohidro. Hal
tersebut merupakan salah satu keunggulan mikrohidro, yakni tidak menimbulkan
kerusakan lingkungan. Mikrohidro cocok diterapkan di pedesaan yang belum
terjangkau listrik dari PT PLN. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang
memiliki perbedaan ketinggian tertentu. Energi tersebut dimanfaatkan untuk
memutar turbin yang dihubungkan dengan generator listrik. Mikrohidro bisa
memanfaatkan ketinggian air yang tidak terlalu besar, misalnya dengan ketinggian
air 2.5 m bisa dihasilkan listrik 400W. Potensi pemanfaatan mikrohidro secara
nasional diperkirakan mencapai 7,500 MW, sedangkan yang dimanfaatkan saat ini
baru sekitar 600 MW. Meski potensi energinya tidak terlalu besar, namun mikrohidro
patut dipertimbangkan untuk memperluas jangkauan listrik di seluruh pelosok
nusantara.
3. Tenaga Surya
Energi yang berasal dari radiasi matahari merupakan potensi energi terbesar dan
terjamin keberadaannya di muka bumi. Berbeda dengan sumber energi lainnya,
energi matahari bisa dijumpai di seluruh permukaan bumi. Pemanfaatan radiasi
matahari sama sekali tidak menimbulkan polusi ke atmosfer. Perlu diketahui bahwa
berbagai sumber energi seperti tenaga angin, bio-fuel, tenaga air, dsb, sesungguhnya
juga berasal dari energi matahari. Pemanfaatan radiasi matahari umumnya terbagi
dalam dua jenis, yakni thermal dan photovoltaic. Pada sistem termal, radiasi
matahari digunakan untuk memanaskan fluida atau zat tertentu yang selanjutnya
Bab III - 26
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
fluida atau zat tersebut dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Sedangkan pada
sistem photovoltaic, radiasi matahari yang mengenai permukaan semikonduktor akan
menyebabkan loncatan elektron yang selanjutnya menimbulkan arus listrik. Karena
tidak memerlukan instalasi yang rumit, sistem photovoltaic lebih banyak digunakan.
Sebagai negara tropis, Indonesia diuntungkan dengan intensitas radiasi matahari
yang hampir sama sepanjang tahun, yakni dengan intensitas harian rata-rata sekitar
4.8 kWh/m2. Meski terbilang memiliki potensi yang sangat besar, namun
pemanfaatan energi matahari untuk menghasilkan listrik masih dihadang oleh dua
kendala serius: rendahnya efisiensi (berkisar hanya 10%) dan mahalnya biaya per-
satuan daya listrik. Untuk pembangkit listrik dari photovoltaic, diperlukan biaya US
$ 0.25 - 0.5 / kWh, bandingkan dengan tenaga angin yang US $ 0.05 - 0.07 / kWh,
gas US $ 0.025 - 0.05 / kWh, dan batu bara US $ 0.01 - 0.025 / kWh . Pembangkit
lisrik tenaga surya ini sudah diterapkan di berbagi negara maju serta terus
mendapatkan perhatian serius dari kalangan ilmuwan untuk meminimalkan kendala
yang ada.
4. Tenaga Angin
Pembangkit listrik tenaga angin disinyalir sebagai jenis pembangkitan energi
dengan laju pertumbuhan tercepat di dunia dewasa ini. Saat ini kapasitas total
pembangkit listrik yang berasal dari tenaga angin di seluruh dunia berkisar 17.5
GW [17]. Jerman merupakan negara dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga
angin terbesar, yakni 6 GW, kemudian disusul oleh Denmark dengan kapasitas 2
GW [17]. Listrik tenaga angin menyumbang sekitar 12% kebutuhan energi nasional
di Denmark; angka ini hendak ditingkatkan hingga 50% pada beberapa tahun yang
akan datang. Berdasar kapasitas pembangkitan listriknya, turbin angin dibagi dua,
yakni skala besar (orde beberapa ratus kW) dan skala kecil (dibawah 100 kW).
Perbedaan kapasitas tersebut mempengaruhi kebutuhan kecepatan minimal awal
(cut-in win speed) yang diperlukan: turbin skala besar beroperasi pada cut-in win
speed 5 m/s sedangkan turbin skala kecil bisa bekerja mulai 3 m/s. Untuk Indonesia
dengan estimasi kecepatan angin rata-rata sekitar 3 m/s, turbin skala kecil lebih
Bab III - 27
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
cocok digunakan, meski tidak menutup kemungkinan bahwa pada daerah yang
berkecepatan angin lebih tinggi bisa dibangun turbin skala besar. Perlu diketahui
bahwa kecepatan angin bersifat fluktuatif, sehingga pada daerah yang memiliki
kecepatan angin rata-rata 3 m/s, akan terdapat saat-saat dimana kecepatan anginnya
lebih besar dari 3 m/s - pada saat inilah turbin angin dengan cut-in win speed 3 m/s
akan bekerja. Selain untuk pembangkitan listrik, turbin angin sangat cocok untuk
mendukung kegiatan pertanian dan perikanan, seperti untuk keperluan irigasi,
aerasi tambak ikan, dsb
Bab III - 28
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Pembangkit listrik tenaga air akan dikembangkan pada sungai-sungai yang agak besar
dengan debit air stabil dan terletak di daerah cekungan.
Berdasarkan identifikasi PLTA dapat dikembangkan di Pulau Bacan di Kecamatan
Bacan dan Kecamatan Bacan Timur.
2. Taman Energi PLTH (Hibrida)
Pembangkit listrik tenaga hibrida dapat dikembangkan dimanapun pada areal
yang agak luas untuk menempatkan PLTB, PLTS, PLTD. Karena itu
pengembangan PLTH dapat dilakukan dimanapun.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pembangkit tenaga uap mulut tambang ini dapat dikembangkan di mulut
tambang batubara sehingga hanya dapat dikembangkan di Kecamatan Bacan
yang memiliki tambang batubara.
Bab III - 29
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Berikut ini uraian detail rencana kapasitas sistem dan rencana sistem dari sistem
Kota dan masing-masing sistem IKK di Kabupaten Halmahera Selatan sampai
dengan tahun 2028.
Tabel 3.4 Kebutuhan Kapasitas SPAM IKK Indari Tahun 2008 - 2028
Rencana
Tahun Kebutuhan Kap. Eksisting
No Penambahan
Proyeksi Air (L/det) (L/det)
Kap. (L/det)
2008 6.78 0 5
2013 9.14 5
2018 11.75 0
2023 13.59 5
2028 15.42 0
Total Kapasitas s.d 2028 0 15
Sumber : RTRW Kabupaten Halsel, 2008
Bab III - 30
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
2. Rencana Sistem
Sistem direncanakan dapat beroperasi seefektif dan seefisien mungkin, sehingga
dalam pelaksanaannya biaya operasi dan pemeliharaan dapat ditekan semaksimal
mungkin, dan pada akhirnya dapat meringankan beban bagi pengelola.
Sistem yang direncanakan terdiri dari beberapa sub sistem sebagai berikut :
a) Sumber air baku.
b) Pipa transmisi air baku.
c) Reservoir distribusi.
d) Instalasi pengolahan air.
e) Jaringan pipa distribusi.
f) Daerah pelayanan.
g) Pompa dan sumber daya listrik.
Bab III - 31
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Karena mata air yang digunakan sebagai sumber air baku kualitasnya dinilai sudah
relatif baik, maka pengolahan yang diperlukan cukup dengan proses desinfeksi. Lokasi
desinfeksi direncanakan di lokasi Reservoir distribusi.
7. Jaringan Pipa Distribusi
Untuk suplai air ke daerah pelayanan diperlukan jaringan pipa distribusi. Saat ini
belum terdapat jaringan pipa distribusi. Jaringan pipa distribusi yang direncanakan
akan terdiri dari pipa induk (primer) dan pipa sekunder. Sedangkan bentuk jaringannya
terdiri dari jaringan loop (tertutup) dan branch (bercabang).
8. Daerah Pelayanan
Sistem ini direncanakan untuk melayani daerah pelayanan sekitar ibukota kecamatan
yaitu desa Indari.
9. Pompa Dan Sumber Daya Listrik
Untuk dapat mengalirkan air dari sumur gali ke Reservoir distribusi diperlukan pompa
air baku. Pompa ini direncanakan dari jenis pompa centrifugal dengan kapasitas @ 5
L/det.
Untuk dapat menjalankan pompa, diperlukan sumber daya listrik yang memadai.
Sumber daya listrik yang direncanakan akan digunakan berupa Genset.
Bab III - 32
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Rencana
Kebutuhan Air Kap. Eksisting
No Tahun Proyeksi Penambahan Kap.
(L/det) (L/det)
(L/det)
1 2008 4.37 0 5
2 2013 5.89 0
3 2018 7.57 5
4 2023 8.75 0
5 2028 9.93 0
Total Kapasitas s.d 2028 0 10
Tabel 3.5 Kebutuhan Kapasitas SPAM IKK Yaba Tahun 2008 - 2028
Sumber : RTRW kabupaten Halsel, 2008
Bab III - 33
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
air. Hal ini ditandai dengan keluarnya mata air di lokasi tersebut. Lokasi sumur gali
yang direncanakan terletak di desa Yaba Kecamatan Bacan Barat Utara Kabupaten
Halmahera Selatan. Berdasarkan informasi dari masyarakat mata air ini tidak pernah
kering sepanjang tahun.
4. Pipa Transmisi Air Baku
Pipa transmisi air baku yang akan direncanakan berfungsi untuk mengalirkan air
baku dari lokasi sumur gali ke Reservoir distribusi. Sistem pengaliran direncanakan
dengan cara pemompaan.
5. Reservoir Distribusi
Reservoir distribusi direncanakan untuk menampung air dari sumur gali sebelum
didistribusikan ke daerah pelayanan.
6. Instalasi Pengolahan Air
Karena mata air yang digunakan sebagai sumber air baku kualitasnya dinilai sudah
relatif baik, maka pengolahan yang diperlukan cukup dengan proses desinfeksi.
Lokasi desinfeksi direncanakan di lokasi Reservoir distribusi.
8. Daerah Pelayanan
Sistem ini direncanakan untuk melayani daerah pelayanan sekitar ibukota
kecamatan yaitu desa Yaba.
9. Pompa Dan Sumber Daya Listrik
Untuk dapat mengalirkan air dari sumur gali ke Reservoir distribusi diperlukan
pompa air baku. Pompa ini direncanakan dari jenis pompa centrifugal dengan
kapasitas @ 5 L/det.
Untuk dapat menjalankan pompa, diperlukan sumber daya listrik yang memadai.
Sumber daya listrik yang direncanakan akan digunakan berupa Genset.
Bab III - 34
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 35
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 36
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 37
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Tangki septik dapat terdiri dari satu, dua atau tiga ruangan. Pada tangki
septik dengan dua ruangan, lumpur akan terakumulasi pada ruang
pertama, sedang zat padat tersuspensi akan mengendap pada ruang
kedua. Konsentrasi zat-zat tersuspensi pada cairan yang keluar dari
tangki septik ini akan menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan
tangki septik dengan satu ruangan. Bila air limbah dibuang ke dalam
tangki septik maka dibutuhkan tangki septik dengan tiga ruangan. Air
yang keluar dari tangki septik ini harus diolah dahulu, dengan jalan
mengalirkan ke lubang resapan atau bidang resapan. Lumpur yang
terkumpul dalam tangki septik harus dikuras jika kedalaman lumpur
telah melampaui 50% dari kedalaman tangki. Periode pengurasan tangki
biasanya berkisar antara 2-5 tahun.
Air bekas cucian tidak boleh masuk kedalam tangki septik dan cubluk,
tetapi dialirkan kesaluran Rioll, drainase setempat yang sebelumnya
diolah melalui sumur resapan. Yang masuk dalam tangki septik atau
cubluk adalah air dari bekas bilasan kloset saja.
G. Sistem Cubluk
Sistem cubluk, menggunakan lubang resapan (leaching-pit) yang
merupakan lubang galian di mana tinja dikumpulkan dan kemudian
Bab III - 38
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
terurai secara biologis. Cairan dan senyawa terlarut pada tinja yang
terurai akan meresap ke dalam tanah di sekeliling lubang tersebut.
Selanjutnya tanah akan mengasimilasi zat-zat yang berbahaya dari cairan
tersebut. Lubang resapan biasanya perlu dikuras setiap 1 sampai 3 tahun
sekali; di mana interval pengurasan bisa diperpanjang menjadi lebih dari
3 tahun dengan cara membuat beberapa lubang resapan yang dipakai
bergantian dan dilengkapi dengan kotak pengatur aliran (switch box).
Jamban yang dibangun dilengkapi dengan sarana yang tepat guna. Pada
umumnya diharapkan pembuatan cubluk kembar dapat dilaksanakan,
kecuali kalau kondisi tertentu tidak memungkinkan pembuatan cubluk
kembar, maka alternatif lain adalah pembuatan tangki septik.
Cubluk kembar adalah sistem pembuangan tinja dan air seni yang
menggunakan dua sumur cubluk secara bergantian. Selama cubluk
pertama dipakai, maka cubluk kedua didiamkan sampai cubluk pertama
penuh. Setelah cubluk pertama penuh maka keluaran dari jamban dapat
dialirkan ke cubluk kedua yang masih kosong. Sehingga jika kedua
cubluk sudah penuh setelah 1-2 tahun, maka cubluk yang sudah
diistirahatkan 1-2 tahun dapat dikosongkan dan digunakan kembali.
Demikian kegiatan semacam itu dilakukan berulang ulang dan secara
bergantian. Lumpur yang yang dikeluarkan dari cubluk dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk.
Standar Cubluk
Ukuran cubluk berdasarkan nilai perkolasi. Luas dinding galian di bawah
lubang pipa pemasukan adalah merupakan daerah resapan efektif asalkan
ruangan antara dinding cubluk dan bidang galian diisi kembali dengan
bahan lulus air (kerikil, batu bata, pecahan bata, dan sebagainya. Ada
tiga ukuran cubluk yang telah digunakan, seperti pada tabel berikut.
H. IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja)
Kriteria IPLT adalah:
a) Limbah yang diolah pada IPLT adalah limbah tinja yang berasal dari
tangki septik penduduk yang secara periodik disedot mobil tinja;
b) Secara umum unit-unit utama pada pengolahan ini adalah kolam
pengumpul, kolam anaerobik, kolam aerasi, kolam fakultatif, dan
kolam maturasi merupakan unit pengolahan biologis;
c) Unit pengolahan biologis ini mengandalkan proses penguraian
senyawa senyawa oleh mikroorganisme dengan atau tanpa bantuan
sinar matahari dan oksigen.
I. Skenario Pengembangan Untuk Air Limbah
Skenario pengembangan untuk air limbah adalah sebagai berikut:
1. Skenario Pengembangan Untuk Air Limbah domestik
Bab III - 39
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 40
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 41
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Dari pembagian administrasi, kecamatan yang diluar kota Labuha tapi masih di
dalam pulau Bacan adalah Bacan Barat, Bacan Utara, Bacan Timur Tengah dan
Bacan Timur Selatan.
Tabel 3.6. Proyeksi Timbulan Sampah Kecamatan di Pulau Bacan Di Luar Kota
Labuha
hingga Tahun 2028
Keadaan sekarang Estimasi
No. Kecamatan
2004 2005 2006 2007 2019 2028
1 Kecamatan Bacan Barat 3070 3143 3410 3603 5621 10.750
2 Kecamatan Bacan Utara 3672 3758 4078 4309 6722 11.367
3 Kecamatan Bacan Timur Tengah 4766 4879 5294 5594 8727 7.321
4 Kecamatan Bacan Timur Selatan 4507 4614 5007 5290 8253 8.756
Jumlah Penduduk (jiwa) 16.015 16.394 17.789 18.796 29.323 38.195
Timbulan sampah (lt/hr) 32.030 32.788 35.578 38.120 58.646 76.389
Timbulan sampah (m3/hr) 32,03 32,78 35,57 38,12 58,65 76,39
40% vol. sampah (m3/hr) 12,81 13,11 14,23 15,24 23,46 30,56
80% vol. sampah (m3/hr) 25,62 26,23 28,46 30,49 46,92 61,11
50% dari 80% sampah (m3/hr) 12,81 13,11 14,23 15,24 23,46 30,56
Sumber : RTRW Kabupaten Halsel, 2008
3.1.2.8.Rencana Pengembangan Prasarana Drainase
Dua aspek yang harus diperhatikan dalam penanganan drainase dan
pengendalian banjir adalah faktor alamiah dan faktor buatan manusia. Faktor
alamiah meliputi unsur-unsur kondisi topografi, bentuk permukaan, karakteristik
hujan dan tinggi permukaan air laut. Sedangkan faktor buatan adalah adanya
peningkatan aktifitas masyarakat dari tahun ke tahun sejalan dengan
perkembangan wilayah tersebut. Peningkatan taraf kehidupan warga masyarakat
akan menuntut aspek pelayanan prasarana termasuk drainase yang lebih baik.
Sistem jaringan drainase perkotaan merupakan sistem jaringan yang harus
ditinjau secara makro dan tidak dapat dipisahkan dari saluran promer yang ada
di seluruh wilayah kota.
Bab III - 42
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 43
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 44
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 45
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 46
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Landasan Operasional
Secara umum, Kebijakan Penanggulangan Bencana di Indonesia didasarkan pada asas-
asas sebagai berikut :
1. Kebersamaan dan kesukarelaan
2. Preventif dan kuratif
3. Koordinasi, kontinuitas dan integrasi
4. Kemandirian
5. Cepat dan tepat
6. Prioritas
7. Kesiapsiagaan
8. Kesemestaan
Bab III - 47
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Untuk mencapai tujuan dari perencanaan pemanfaatan ruang kawasan lindung di atas, maka
dapat dilakukan beberapa langkah kegiatan dalam penataaan kawasan lindung. Mengingat
dalam kenyataannya pada kawasan-kawasan dimaksud telah berkembang atau ada bangunan
atau kegiatan fisik, maka langkah yang dapat dilakukan di antaranya adalah sebaga berikut:
a. Pada kawasan yang relatif masih kosong dapat diterapkan secara efektif
fungsi lindung tersebut;
Bab III - 48
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
2) Kawasan Bergambut.
Perlindungan terhadap kawasan bergambut dimaksudkan untuk mengendalikan
hidrologi wilayah, yang berfungsi sebagai penambat air dan pencegah banjir, serta
melindungi ekosistem yang khas di kawasan yang bersangkutan. Kriteria kawasan
bergambut adalah tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang
terdapat di bagian hulu sungai dan rawa.
3) Kawasan Resapan Air.
Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan ruang
yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan
penyediaan kebutuhan air tanah dan penenggulangan banjir, baik untuk kawasan
bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Kriteria kawasan resapan air
adalah curah hujan yang tinggi, struktur tanah meresapkan air dan bentuk
geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.
Bab III - 49
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
2) Sempadan Sungai.
Masalah kritis yang dihadapi sehubungan dengan perlindungan sempadan sungai
adalah keberadaan bangunan sepanjang sungai dengan orientasi ke jalan
(membelakangi sungai). Letak bangunan yang hampir bersentuhan dengan pinggir
sungai menyebabkan menurunnya kualitas fisik dan sosial lingkungan dalam wujud
perumahan kumuh. Keadaan tersebut akan menyulitkan pemeliharaan dan penataan
kawasan sempadan sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan
untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan
merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai. Kriteria sempadan sungai adalah:
a) Sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri dan kanan sungai besar
dan 50 meter di kiri dan kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman;
b) Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai
yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 - 15 meter.
Bab III - 50
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 51
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 52
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 53
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 54
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 55
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 56
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
3. Program-program
Pengembangan Subsektor Pertanian
Mengacu pada arah kebijakan dalam pengembangan subsektor pertanian, maka perlu
dijabarkan kedalam program-program pengembangan sebagai berikut:
a. Program Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi komoditas pertanian
(tanaman pangan dan hortikultura) melalui kegiatan ekstensifikasi, intensifikasi
dan diversifikasi usaha tani serta penanganan pasca panen untuk menurunkan
kehilangan/susut (losses) dengan penerapan teknologi berbasis lokal dan teknologi
pertanian tepat guna.
Bab III - 57
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 58
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 59
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 60
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
f. Termanfaatkannya sumber daya alam yang ada secara optimal (lahan, limbah
pertanian, limbah agroindustri dan perkebunan) unruk peningkatan produksi dan
produktifitas ternak dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Bab III - 61
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
4 Kec. Bacan Timur Kec. Bacan Timur Tengah, Kec. Bacan Sapi
Timur Selatan
5 Kec. Gane Timur Kec. Gane Timur Tengah, Kec. Gane Itik
Barat Utara
6 Kec. Gane Barat Kec. Gane Timur Selatan, Kec. Gane Sapi
Barat Selatan
Sumber: RTRW Kabupaten Halsel, 2008
4. Kehutanan
A. Arah Kebijakan Subsektor Kehutanan
Arah kebijakan terkait dengan pengembangan subsektor kehutanan adalah:
a. Pengelolaan sumberdaya hutan dengan menyeimbangkan tiga fungsi hutan, yaitu
fungsi ekologi, sosial-budaya dan ekonomi;
b. Pengelolaan hutan secara berkelanjutan agar mampu memberikan kontribusi
peranan hutan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD);
c. Penciptaan iklim yang kondusif terhadap kepastian berusaha dan jaminan
keamanan berniaga sebagai upaya menarik minat para investor baik dalam negeri
maupun luar negeri di bidang industri hasil hutan;
d. Peningkatan peran serta kearifan masyarakat lokal secara aktif dalam
kelembagaan untuk mendukung pengelolaan hutan secara berkelanjutan;
e. Peningkatan akses terhadap informasi pasar, teknologi, permodalan, sarana dan
prasarana bagi masyarakat dalam pengembangan kehutanan;
f. Peningkatan usaha diversifikasi potensi hutan melalui usaha pengelolaan hutan
wisata dan rekreasi (ecotourism) yang bermanfaaat bagi peningkatan pendapatan
daerah.
g. Proses pengembangan subsektor kehutanan dilakukan melalui tahapan yang
berkesinambungan sesuai dengan rencana strategis pengembangan dan
kemampuan anggaran daerah;
Bab III - 62
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 63
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 64
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 65
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Daya saing produk kelapa pada saat ini terletak pada industri hilirnya, tidak lagi pada
produk primer, di mana nilai tambah dalam negeri yang dapat tercipta pada produk
hilir dapat berlipat ganda daripada produk primernya. Usaha produk hilir saat ini terus
berkembang dan memiliki kelayakan yang tinggi baik untuk usaha kecil, menengah
maupun besar. Pada gilirannya industri hilir menjadi lokomotif industri hulu.
Produk akhir yang sudah berkembang dengan baik adalah desicated coconut (DC),
coconut milk/cream (CM/CC), coconut charcoal (CCL), activated carbon (AC),
brown sugar (BS), nata de coco (ND) dan coconut fiber (CF). Yang baru mulai
berkembang adalah virgin coconut oil (VCO) dan coconut wood (CW). Produk DC,
CCL, AC, BS, dan CF sudah masuk pasar ekspor dengan perkembangan yang pesat,
kecuali CF yang perkembangan ekspornya kurang karena belum terpenuhinya standar,
walaupun permintaan dunia terus meningkat. Kopra dan CCO sebagai produk
setengah jadi diharapkan dapat diolah lebih lanjut menjadi produk oleochemical (OC),
di mana Indonesia masih menjadi pengimpor neto.
Permintaan pasar ekspor produk olahan kelapa umumnya menunjukkan trend yang
meningkat. Sebagai contoh, pangsa pasar DC Indonesia terhadap ekspor DC dunia
cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir. Kecenderungan yang sama terjadi
pada arang aktif. Sebaliknya pangsa ekspor CCO mengalami penurunan. Situasi ini
mengisyaratkan perlunya mengarahkan pengembangan produk olahan pada produk-
produk baru yang permintaan pasarnya cenderung meningkat (demand driven).
Industri pengolahan komponen buah kelapa tersebut umumnya hanya berupa industri
tradisional dengan kapasitas industri yang masih sangat kecil dibandingkan potensi
yang tersedia.
Untuk menunjang industri tersebut diperlukan intensifikasi, rehabilitasi, dan
peremajaan di usahatani serta pembangunan infrastruktur, kelembagaan, dan dukungan
kebijakan. Dukungan kebijakan yang diperlukan untuk usahatani adalah penyediaan
kredit modal untuk intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan; pembinaan teknis dan
kelembagaan produksi; adanya kelembagaan semacam "Coconut Board"; penyediaan
informasi teknologi dan pasar; peningkatan status hukum atas kepemilikan lahan
usaha; dan pengembangan infrastruktur. Perkiraan investasi secara keseluruhan untuk
mengembangkan infrastruktur, usahatani, dan industri pengolahan kelapa Rp. 1,786
trilyun, yang terbagi atas Rp. 221 milyar oleh masyarakat (terutama petani), Rp. 917
milyar oleh kalangan swasta, dan Rp. 648 milyar oleh pemerintah (pusat dan daerah).
Bab III - 66
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
pada saat musim hujan akan mengakibatkan kopra menjadi berjamur, oleh sebab itu
cara pengasapan menjadi alternatf pengeringan.
Bab III - 67
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
2) Obyek Wisata Cagar Alam; terdapat di Gunung Sibela dan Pulau Obi. Pada cagar
alam ini beberapa spesies langka ditemukan merupakan fauna edemik Halmahera
Selatan yaitu Kakatua Putih (Kakatua alba), Cendrawasih Gagak (Lycocorax
pyrhopterus), dan Burung Bidadari (Semioptera wallacea).
3) Obyek Wisata Pantai dan Bahari; terdapat 18 obyek di mana 4 obyek di antaranya
merupakan potensi atraksi selam (diving) karena mempunyai keindahan alam
dasar laut, yaitu di: Kepulauan Guraici, Pulau Widi, Pulau Nusa Ra dan Pulau
Nusa Deket.
4) Obyek Wisata Alam Darat; di mana terdapat 11 obyek di mana 3 obyek di
antaranya adalah air terjun dan 2 obyek berupa sumber air panas.
5) Prioritas pengembangan wisata adalah pariwisata bahari yaitu Pulau Nusa Ra,
Kepulauan Widi dan Kepulauan Gura ici. Nusa Ra merupakan pulau terdekat dari
Pelabuhan Labuha yang direncanakan untuk menampung seluruh tempat-tempat
hiburan dan restoran sehingga menjadi sentra wisata. Jarak Labuha ke Nusa Ra
adalah 15 menit dan ke Kepulauan Gura ici adalah 3 jam menggunakan
speedboat.
6) Kepulauan Widi di Gane Timur merupakan kepulauan yang menyimpan
keindahan wisata dan merupakan calon cagar alam laut.
7) Di dalam cagar alam Sibela terdapat hutan cengkeh dengan luas 20 ha dan
terdapat pohon-pohon cengkeh yang berusia ratusan tahun.
8) Kota Labuha lama merupakan kota tua peninggalan sejarah yang menyimpan
berbagai bangunan bersejarah separti kraton, masjid, benteng yang sebagian
kondisinya sudah rusak. Obyek lain yang dapat dikembangkan adalah prototype
kapal tradisional Bacan
9) Di Kawasan Cagar Alam Gunung Sibela terdapat dua danau yang masih utuh/asli
dengan akses jalan yang masih sangat sulit yaitu Danau Mangayoang dan
Telaganusa. Pada kedua danau ini secara regular terdapat burung-burung dari
daratan Asia yang transit di Bacan, buaya serta berbagai jenis ikan.
10) Obyek wisata rumah putih peninggalan Belanda telah rubuh dan dibangun
kembali dengan tiang-tiang pancang dari beton sehingga menghilangkan
keasliannya.
11) Di Kecamatan Bacan Timur Tengah terdapat sumber air panas Tawa dengan air
yang sangat panas dan pada saat-saat tertentu menyembur keatas (geyser).
Bab III - 68
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
12) Di Desa Kasiruta Dalam Kecamatan Kasiruta Barat dekat dengan situs kasultanan
Bacan lama terdapat gua bawah tanah dengan kedalaman 25 meter dan
mengandung stalagtit dan stalagmite serta sungai bawah tanah. Di kecamatan ini
pula terdapat air terjun Maratuso dan sentra penambangan batu bacan.
13) Di Kecamatan Kasiruta Timur terdapat sentra pembudidayaan mutiara.
14) Terdapat beberapa obyek lain yang dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata
yaitu Pulau Indari di Kecamatan Obi, Danau Obi, Kepulauan Jaronga serta sentra
pertanian Gane Timar.
2. Atraksi Wisata
Atraksi wisata yang tercatat sebagai atraksi wisata adalah upacara tradisional yang
ada di Halmahera Selatan seperti Kololi Kie, Joko Kaha, Makan Saro, Cukur
Rambut Mahkota, dan Legu Gam. Atraksi lain yang dpat ditampilkan adalah
berbagai dongeng-dongeng daerah dan cerita rakyat, legenda, nyanyian rakyat,
arsitektur tradisional dan naskah kuno. Selain itu beberapa produk kerajinan
tradisional selain merupakan cindera mata, juga dapat dikembangkan dalam atraksi
wisata seperti kerajinan tikar, topi dan makanan tradisional.
Bab III - 69
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 70
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 71
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 72
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 73
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 74
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 75
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
memenuhi kriteria siap bangun (clear and clean), tanpa melalui proses ini maka
calon lokasi yang diusulkan dianggap layak untuk diprogramkan.
Bab III - 76
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
pengembangan tata ruang daerah. Oleh karena itu rencana tata ruang wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan menjadi orientasi pengembangan regional bagi
perencanaan satuan kawasan pengembangan permukiman transmigrasi. Evaluasi
terhadap rencana tata ruang wilayah tersebut secara garis besar dapat diuraikan sebagai
berikut:
Pengembangan kawasan budidaya – berupa zona-zona kegiatan budidaya utama
yang didasarkan pada potensi dan permasalahan wilayah yang selanjutnya
menjadi dasar untuk memberikan arahan ‘spesialisasi’ pada setiap sub-wilayah
atau kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan.
Berkaitan dengan konsep (2) diatas, perlu dikembangkan wilayah inti yang secara
Bab III - 77
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
struktur sangat strategis dan berpotensi relatif tinggi untuk menjadi pusat pertumbuhan
wilayah pinggiran guna pemerataan pertumbuhan wilayah. Pusat pengembangan ini
diharapkan dapat memacu pertumbuhan wilayah pinggiran secara menyeluruh dengan
meningkatkkan aksebilitas guna meningkatkan produktivitas dan memperlancar
pemasaran untuk setiap kegiatan usaha yang telah diarahkan perkembangannya.
Bab III - 78
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 79
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan RSKP ini adalah pendekatan
regional, sektoral, dan fisik lahan. Pendekatan regional dilakukan dengan mengacu pada
rencana pengembangan daerah (RTRWK dan RTRWP). Pendekatan sektoral bersifat
institusional untuk memperoleh keterpaduan perencanaan wilayah setempat agar tidak
terjadi tumpang tindih penggunaan lahan. Pendekatan fisik lahan dikaitkan dengan
rekomendasi peruntukkan lahan. Beberapa petunjuk dasar perencanaan RSKP
mencakup 3 hal pokok, yaitu prinsip perencanaan, skala perencanaan, dan kaidah
perencanaan.
a. Prinsip Perencanaan
Prinsip perencanaan dalam penyusunan RSKP pola Transmigrasi Umum Lahan Kering
(TU-TPLK) atau TPLB (basah) adalah sebagai berikut :
Areal yang digunakan berstatus APL serta tidak tumpang tindih dengan
penggunaan fihak lain.
b. Skala Perencanaan
Skala perencanaan dalam penyusunan RSKP ini adalah tingkat semi detil yang disajikan
pada peta skala 1 : 25.000.
c. Kaidah Perencanaan
Bab III - 80
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Kemiringan lahan di LP, dan FU < 8%, LU-1 dan LU-2< 15%, areal
konservasi > 25%.
Alokasi lahan untuk LP = 0,25 Ha,Lahan Usaha I = 0,75 Ha, dan Lahan
Usaha II = 1,00 Ha. Sedangkan untuk fasilitas penunjang seperti untuk Pusat
Desa (PD) = 10 Ha dan Fasilitas Umum (FU)= 5 Ha.
Jarak tempuh maksimum dari Lahan Pekarangan ke Pusat Desa = 1,5 km, dan
ke Lahan Usaha = 3,5 km.
Perkembangan suatu kawasan baru, sangat tergantung dari adanya keterkaitan dengan
pusat pertumbuhan yang sudah ada, dengan demikian akan membentuk hirarki
pelayanan kepusat pertumbuhan yang telah maju sehingga pusat pertumbuhan tersebut
menjadi simpul-simpul yang berada dalam sub-ordinasinya sebagai kawasan pengaruh
dari simpul orde diatasnya. Dalam Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) terdapat
beberapa Satuan Kawasan Pengembangan (SKP), yang akan terbagi dalam sejumlah
Satuan Pemukiman (SP). Wilayah SKP.A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan termasuk
ke dalam Kawasan Transmigrasi yang berpusat di Yaba.
Sebagai bagian integral dari tata ruang daerah, maka perencanaan tata ruang
permukiman transmgrasi secara makro harus sesuai dengan arah kebijakan
pengembangan tata ruang daerah. Oleh karena itu rencana tata ruang wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan menjadi orientasi pengembangan regional bagi perencanaan satuan
kawasan pengembangan permukiman transmigrasi di SKP.A.
Evaluasi terhadap rencana tata ruang wilayah tersebut Secara garis besar dapat
diuraikan sebagai berikut:
Bab III - 81
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Berkaitan dengan konsep (2) diatas, perlu dikembangkan wilayah inti yang secara
struktur sangat strategis dan berpotensi relatif tinggi untuk menjadi pusat pertumbuhan
wilayah pinggiran guna pemerataan pertumbuhan wilayah. Pusat pengembangan ini
diharapkan dapat memacu pertumbuhan wilayah pinggiran secara menyeluruh dengan
meningkatkkan aksebilitas guna meningkatkan produktivitas dan memperlancar
Bab III - 82
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Dalam menganalisis struktur ruang wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, maka pada
dasarnya terdapat tiga jenis output yang harus dihasilkan yang meliputi :
1. Orientasi Pergerakan
2. Hirarki Kota-Kota
Pada hakekatnya, suatu kota akan berkembang dan bertumbuh sesuai dengan
dinamika dan kemampuan yang dimiliki oleh kota yang bersangkutan. Semakin
banyak ragam dan tingginya intensitas kegiatan-kegiatan yang ada di kota akan
mendorong perkembangan kota menjadi lebih cepat.
Bab III - 83
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Namun demikian, pada dasarnya perkembangan dan pertumbuhan suatu kota sangat
dipengaruhi oleh 4 faktor penting sebagai berikut :
Kendala alami yang terlihat jelas pada kota-kota di Kabupaten Halmahera Selatan
adalah faktor fisik, terutama topografinya, dimana sebagian terbesar wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan terdiri atas daerah yang bergelombang. Selain itu
juga terdapat kendala-kendala buatan seperti kurangnya sarana dan prasarana
penunjang perkotaan.
Pengaruh dari semua faktor di atas secara tidak langsung membentuk hirarki
perkotaan atas kota-kota yang ada. Adanya hirarki menunjukkan adanya
keterkaitan antara satu kota terhadap kota lainnya atau dapat dikatakan bahwa ada
hubungan timbal balik antara satu kota terhadap kota lainnya.
Dengan melihat kelengkapan dan jenis fasilitas yang ada di setiap kota/perkotaan,
maka akan diketahui besaran kota yang bersangkutan, sehingga lebih mudah
dalam menentukan hirarkinya. Dalam menentukan hirarki kota-kota di Kabupaten
Halmahera Selatan, digunakan beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan.
b. Kondisi transportasi yang menghubungkan kota-kota yang ada di Kabupaten
Halmahera Selatan.
c. Keberadaan unsur-unsur kelembagaan di masing-masing kota.
Bab III - 84
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 85
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 86
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
b. Areal Terekomendasi
Luas areal survei SKP.A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan adalah 5.359,42 Ha.
Oleh karena pembatas adanya kawasan HPT dan kebun masyarakat seluas 1.382,74
Ha, maka luas areal survei berkurang menjadi 3.976,68 Ha. Faktor lainnya adalah
lereng diatas 25 % sekaligus kawasan konservasi, seluas 2.099,15 Ha, termasuk
konservasi lahan dan badan air/Buffer Zone, sehingga luas lahan terpilih adalah
1.877,52 Ha.
Namun demikian guna mengantisipasi perubahan penggunaan lahan diareal survei,
maka tim studi menggunakan “Safety Factor” sebesar 20% dari luas lahan yang dapat
Bab III - 87
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
dikembangkan, yaitu seluas 375,50 Ha. Dengan demikian, luas lahan yang
direkomendasikan untuk FU/PD, LP, LU-1 dan LU-2 adalah sebesar 1.877,52 Ha
untuk pengembangan SP Baru dan untuk pengembangan SP Tempatan. Kondisi areal
terekomendasi disajikan pada Tabel 3.8.
Bab III - 88
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Berdasarkan kriteria tersebut, maka luasan areal terekomendasi lokasi SKP.A seluas
1.502,03 Ha, dan berdasarkan blok-blok sebarannya dapat terbentuk 3 (tiga) SP (2 SP
Baru dan 1 SP Tempatan) dengan daya tampung masing-masing SP sebagai berikut :
- SP.1 Jojame = 250 KK,
- SP 2 Jojame = 250 KK,
- SP Tempatan Jojame
Daya tampung total SKP.A adalah 500 KK. Adapun posisi kordinat, Peta serta rincian
luas lahan dan daya tampung disajikan pada gambar dan tabel-tabel berikut :
Bab III - 89
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 90
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Gambar 3. 5
Bagan Alir Peruntukkan Lahan dan Daya Tampung
Bab III - 91
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Tabel 3.9. Titik Koordinat Areal Terekomendasi RSKP SKP.A Pulau Bacan
TITIK KOORDINAT AERAL TEREKOMENDASI
RENCANA SP 1 JOJAME POLA TPLK
KOORDINAT UTM 52S KOORDINAT GEOGRAFIS
TITI
X (Mt) Y (Mu) BT LS
K
P1 322.005 9.954.756 127°24'1.683" 0°24'33.255"
P2 322.711 9.954.955 127°24'24.753" 0°24'25.896"
P3 323.585 9.953.947 127°24'52.878" 0°24'59.603"
P4 323.458 9.952.724 127°24'48.931" 0°25'38.969"
P5 322.632 9.952.328 127°24'22.766" 0°25'52.557"
P6 321.473 9.950.835 127°23'44.215" 0°26'40.694"
P7 319.830 9.950.811 127°22'51.609" 0°26'41.249"
P8 320.957 9.951.772 127°23'27.624" 0°26'10.104"
P9 321.632 9.954.058 127°23'49.863" 0°24'55.909"
P10 322.172 9.954.090 127°24'7.305" 0°24'54.78"
Bab III - 92
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Tabel 3.10. Alokasi Lahan dan Daya Tampung SKP.A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan
Alokasi Peruntukan Lahan
Daya (Ha) Luas
Kecamata
No SP /Desa Tampun Pola Areal Bentuk SP Fungsi SP
n PD/
g (KK) LP LU I LU II (Ha)
FU
SP 1 BARU Bacan
1 250 8 25 225 250 TU TPLK 658,78 SP. Baru Pusat SP
Jojame Barat Utara
SP 2 BARU Bacan
2 250 8 25 225 250 TU TPLK 622.50 SP. Baru Pusat SP
Jojame Barat Utara
SP
TEMPATAN Bacan SP.
4 - - - - - - 220,74 Pusat SKP
Barat Utara Tempatan
Jojame
Bab III - 93
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 94
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Bab III - 95
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI - JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Tabel 3.11. Indikasi Program Pembangunan SKP. A Kawasan Transmigrasi Pulau Bacan
Bab III - 96
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Aspek Teknis. Variabel ini merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan keberhasilan usaha. Produktifitas usaha sebagian besar ditentukan
oleh penguasaan teknis dalam mengeksplorasi sumberdaya yang ada.
Bab III - 97
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Berbagai pertimbangan tersebut diatas, akan menentukan usulan bentuk usaha tani,
pola dan jadwal tanam, masukan pertanian, manajemen produksi tanaman serta
produktivitas tanaman
Bab III - 98
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
Berdasarkan analisis terhadap kondisi kesesuaian lahan dan keadaan iklim di daerah
studi, terdapat beberapa komoditi pertanian akan cukup potensial untuk diusahakan.
Tentu saja hal ini harus didukung dengan teknik pengelolaan serta masukan usaha tani
secara memadai, sehingga memungkinkan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Hal
yang perlu memperoleh perhatian adalah aspek-aspek konservasi lahan agar
sumberdaya ini dapat dimanfaatkan secara berkelangsungan dan lestari.
1. Lahan Pekarangan
Lahan pekarangan diharapkan dapat berfunfsi efektif dalam pemenuhan kebutuhan
hidup keluarga sehari-hari. Posisi lahan yang dekat dengan permukiman dan mudah
digarap, memungkinkan untuk dapat digarap dan diusahakan secara optimal sehingga
dapat membantu mencukupi kebutuhan gizi keluarga dan menambah penghasilan.
Pada lahan pekarangan disarankan untuk menanam tanaman pangan dan palawija,
sayur-sayuran, serta tanaman buah-buahan.
2. Lahan Usaha I
Lahan Usaha I (LU I) seluas 0,9 Ha pengembangan dan pemanfaatannya diarahkan
untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan pokok keluarga, baik dalam jangka
pendek maupun kebutuhan jangka menengah. Komoditas yang dipilih, disarankan
Bab III - 99
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN SATUAN PENGEMBANGAN (RSKP)
PADA KEGIATAN PENCADANGAN TANAH UNTUK KAWASAN TRANSMIGRASI KUSUBIBI -
JOJAME
PULAU BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN TAHUN 2021
memiliki potensi dan bernilai ekonomi tinggi sehingga mampu secara signifikan
menopang pendapatan keluarga transmigran. Melalui berbagai pertimbangan baik
terkait dengan kondisi agroklimat maupun, maka pada lahan Usaha I dipilih tanaman
prioritas yang dapat dikembangkan adalah komoditas tanaman Padi Ladang atau Padi
Gogo.
3. Lahan Usaha II
Pengembangan lahan usaha II lebih ditujukan untuk pengembangan usaha tani
tanaman tahunan. Lahan Usaha II mulai diusahakan setelah transmigrasi mantap
dengan usaha taninya, baik di lahan pekarangan maupun di lahan usaha I. Diharapkan
setelah 3 tahun penempatan, transmigran dapat mulai membuka lahan usaha II nya.
Penanaman komoditi perkebunan dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan yang
memadai di luar pendapatan lahan pekarangan dan lahan usaha I, sehingga
transmigran dapat mencapai perolehan pendapatan sesuai dengan Peraturan Menteri
No 25/Men-lX/2009. Berdasarkan Peraturan Menteri, kesejahteraan transmigran,
digolongkan dalam 3 tingkat yaitu :
1. Lahan Pekarangan
2 Lahan Usaha I
Komoditas yang dipilih, disarankan memiliki potensi dan bernilai ekonomi tinggi
sehingga mampu secara signifikan menopang pendapatan keluarga transmigran.
Melalui berbagai pertimbangan baik terkait dengan kondisi agroklimat maupun, maka
pada lahan Usaha I dipilih tanaman prioritas yang dapat dikembangkan adalah
komoditas tanaman Padi Ladang (Padi Gogo).
3 Lahan Usaha II
Lahan Usaha II direkomendasikan sebagai lahan usaha tanaman tahunan, yaitu Pala.
Hal ini dengan mempertimbangkan kondisi lahan, aspek sosial dan peluang serta jalur
pemasarannya yang sudah tersedia.
Berdasarkan data-data iklim dan hasil analisisnya, maka pola tanam yang diusulkan
untuk daerah studi adalah sebagai berikut :
1. Lahan Pekarangan
Pola tanam yang disarankan untuk Lahan Pekarangan adalah:
Pola tumpang sari : Sayuran - Tanaman Obat-obatan - Buah-buahan.
Pola monokultur : Ubi Jalar, dan Sayuran
Pola monokultur : Kacang-Kacangan - Ubi Kayu
2. Lahan Usaha 1
Pola monokultur : (MT 1 dan MT 2) Padi Ladang
3. Lahan Usaha 2
Pembukaan Lahan akan dilakukan oleh transmigran sendiri dan direncanakan
akan dimulai kegiatan penanaman pada tahun ke-3 setelah penempatan
transmigran.
Penentuan jadwal tanam didasarkan atas kondisi iklim, umur dan jenis komoditas,
serta kondisi agroklimat lainnya. Musim tanam yang cocok untuk tanaman keras
sebaiknya pada awal musim hujan yaitu akhir bulan September, sedangkan tanaman
musiman dan palawija diatur sedemikian rupa sehingga pada bulan–bulan yang agak
defisit air, dilakukan aktifitas panen karena kebutuhan tanaman akan air sedikit.
Pengaturan jadwal tanam setiap komoditas yang ditanam pada lahan pekarangan dan
lahan usaha, dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
300
250
200
150
100
50
0
et
Se tus
ril
li
i
ri
ei
ni
De er
r
ar
be
be
be
Ju
ua
Ju
ar
Ap
b
nu
us
em
m
to
M
br
se
pe
Ja
Ag
Ok
Fe
pt
No
LP
Ubi Kayu
Jagung
Sayuran
Buah-Buahan
LU I
Padi (MT 1)
Padi (MT 2)
LU II
Pala
Gambar 3.7. Pola dan Jadwal Kegiatan Usaha dengan Kondisi Curah Hujan
Rata–Rata, dan Hari Hujan di Lokasi Survai
Agar memperoleh hasil produksi yang optimal, maka disarankan untuk menggunakan
varietas tanaman yang memiliki potensi hasil produksi yang tinggi, umur panen
pendek, tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki kesesuaian dengan kondisi
iklim dan ketinggian tempat di sekitar lokasi survai.
Usulan pemanfaatan lahan serta jenis komoditas tanaman yang disarankan untuk
dikembangkan di lahan pekarangan dan lahan usaha adalah sebagai berikut :
Lahan Pekarangan
1. Fasilitas rumah tangga 250 Bangunan rumah, halaman, kandang Unggas
2. Tanaman buah2an 100 Mangga, Pisang, Pepaya
3. Tanaman sayur2an 200 Kacang-kacangan, Cabe, Sayuran lain
4. Tanaman Obat2n 50 Empon empon
5. Tanaman pangan 400 Jagung, Ubi Jalar dan Ubi Kayu
Lahan Usaha I
1. Tanaman Pangan 9.000 Padi Ladang (MK)
Lahan Usaha II
1. Tanaman Tahunan 10.000 Pala (Tanaman sela Jagung dan Kacang Tanah)
Sumber; Hasil analisis Tim RSKP, Tahun 2021
Menurut Departemen Tenaga Kerja laki-laki dewasa (berusia 20 tahun atau lebih)
berkapasitas 1 HOK, wanita dewasa berkapasitas kerja 0,6 HOK, sedangkan kapasitas
kerja anak-anak setelah berumur 10 tahun besarnya 0,1 HOK. Kapasitas kerja anak
terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Berdasarkan data pada umumnya
tiap keluarga petani terdiri dari 5 (lima) jiwa yaitu 2 (dua) orang dewasa dan 3 (tiga )
orang anak-anak yang berusia 3, 6, dan 8 tahun. Jam kerja petani sekitar 6 sampai 8
jam tiap hari. Jika diasumsikan hari kerja keluarga petani adalah 25 hari per bulan
maka ketersediaan tenaga kerja petani kira-kira sebesar 480 HOK per tahun.
Realitas yang terjadi, sering kali hari kerja keluarga Petani kurang dari 25 hari per
bulan. Pada hari-hari besar mereka juga tidak bekerja. Namun untuk perhitungan
perencanaan usaha tani digunakan asumsi diatas. Sejalan dengan bertambahnya umur
anak-anak maka ketersediaan tenga kerja dari keluarga juga bertambah. Namun
demikian anak-anak diarahkan untuk dapat memperoleh pendidikan dengan baik,
sehingga secara aktual pada tahun ke 3, ketersediaan tenaga kerja dari keluarga petani
akan bertambah menjadi sebesar 510 HOK. Perkiraan ketersediaan tenaga kerja
selama sepuluh tahun ditampilkan pada Tabel berikut :
ternak, sistem pemeliharaan, dan tingkat teknologi yang diterapkan. Untuk usaha tani,
kebutuhan tenaga kerja akan memuncak saat pengolahan tanah, penanaman,
penyiangan dan panen. Sedangkan tanaman tahunan, kebutuhan tenaga kerja akan
memuncak saat penyiapan lahan. Gambaran kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan
usaha tani pada beberapa jenis tanaman (HOK per Ha) dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Kebutuhan HOK
Jenis Tanaman Kegiatan
HOK Jumlah
Pengolahan tanah 100
Sayuran/ Penanaman 20
200
Obat-obatan Pemeliharaan tanaman 40
Panen & Pengolahan hasil 40
Pengolahan tanah 65
Penanaman 20
Pemeliharaan
Buah-buahan/
- Tahun 0 25 195
Tanaman keras
- Tahun 1 25
- Tahun 3 25
- Tahun 4 Panen/Pasca panen 35
Sumber : Estimate of Labour Absorption in Food Crop Production in Indonesia,
PP. van Deer Goot. 1973
Agricultural, Guidelines TKTD Advisory dan Analisa Usahatani Deptan, 1991.
Tabel 3.15. Ketersediaan dan Kebutuhan Tenaga Kerja untuk Usaha Tani
LUA KEBUTUHAN HOK/TAHUN PADA TAHUN KE
Uraian S HOK/Ha
(Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
LP
Ubi Jalar 0,010 130 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran 0,020 200 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Ubi Kayu 0,020 130 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Kacang Tanah 0,020 208 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Jagung 0,010 158 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Total LP 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
LU 1
Padi 0,900 223 401 401 401 401 401 401 401 401 401
Total LU 1 0 401 401 401 401 401 401 401 401 401
LU II
Pala 1,00 65 20 25 30 35 40 50 60
Kacang Tanah 0,25 208 52 52 52 26 13
Jagung 0,25 158 40 40 40 20 10
Total LU II 0 0 157 112 117 76 58 40 50 60
Kebutuhan HOK 14 415 572 527 532 491 473 455 465 475
HOK
480 480 510 510 540 540 540 570 570 600
TERSEDIA
SISA HOK 466 65 -62 -17 8 49 67 115 105 125
Sumber: Hasil Analisis Tim Survey 2021
Melihat tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun ke 3 dan ke 4, aktifitas usaha
tani transmigran tidak bisa dilakukan hanya dengan tenaga kerja keluarga. Oleh
karenanya, transmigran sudah harus mulai memanfaatkan tenaga kerja dari luar
keluarga dengan cara membayar upah Tenaga Kerja Harian sebesar Rp 100.000,- per
HOK (harga pada saat studi dilakukan).
Untuk mendapatkan hasil pertanian yang optimal dan lestari perlu diusahakan agar
sarana produksi pertanian yang dibutuhkan terpenuhi sesuai dengan
kebutuhannya.Sarana produksi pertanian yang diperlukan antara lain tenaga kerja, bibit
tanaman, pupuk, kapur pertanian, pestisida dan lain-lain. Dalam hal ini tenaga kerja
tidak diperhitungkan karena dianggap sudah terpenuhi oleh warga transmigran sendiri.
Untuk masukan teknologi pengelolaan diharapkan nantinya diharapkan tersedia tenaga
penyuluh pertanian.
A. Bibit
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usahatani adalah pemilihan
bibit/benih. Benih yang berkualitas adalah memiliki kemurnian diatas 98%, daya
kecambah diatas 90%, kadar air 14%, dan berasal dari tanaman induk yang
terpilih. Disamping itu disarankan menggunakan bibit unggul, yaitu varietas yang
memiliki keunggulan beberapa sifat seperti produktivitas tinggi, berumur pendek,
tahan terhadap hama dan penyakit, serta tanggap terhadap pemupukan. Beberapa
varietas tanaman yang diusulkan antara lain adalah:
- Padi : INPAGO 1 – 10, Luhur 1, Luhur 2
- Jagung :Arjuna, Bromo, Kalingga, CPI-2
- Ubi kayu :Adira, No.129, Manyar, Nuri
- Ubi Jalar :Papua Patippi, Beta 1, Cangkuang
- Kacang Tanah :Tapir, Gajah, Tupai, Landak dan Kelinci
Kebutuhan benih/bibit pada Lahan Pekarangan, Lahan Usaha I dan Lahan Usaha
II dengan pola usahatani yang diusulkan adalah sebagai terlihat pada tabel-tabel
berikut.
Luas
Kebutuhan Tana Kebutuhan Bibit/Benih pada Tahun ke-
Komoditas
per Ha m
(Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lahan
Pekarangan
Ubi Jalar 20000 stek 0,010 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
Sayuran 20 kg 0,020 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
Ubi Kayu 10000 stek 0,020 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
Kacang Tanah 120 kg 0,020 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
Jagung 30 kg 0,010 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Lahan Usaha I
Padi (MT 1 dan 2) 30 kg 0,900 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0
Lahan Usaha II
Batan
Pala 123 1,00 123 10 5
g
Kacang Tanah 120 kg 0,25 30 30 30 23 11
Jagung 30 Kg 0,25 8 8 8 6 3
Sumber: Hasil Analisa Tim RSKP, 2021
B. Pupuk
Pupuk dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara yang ada dalam
tanah sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman untuk berproduksi seperti yang
diharapkan. Pupuk yang dimaksud disini adalah menyangkut unsur hara makro yaitu
pupuk NPK.
Pada pemberian pupuk yang pertama, bila daerah tersebut belum pernah diusahakan,
maka dosisnya sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing jenis tanahnya dan
jenis tanaman yang diusahakan. Perkiraan jumlah pupuk Urea, SP-36 dan KCl yang
dibutuhkan transmigran pada usahatani yang diusulkan dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut.
Tabel 3.18. Kebutuhan Pupuk Urea Sesuai Pola Usahatani yang Diusulkan
Kebutuha Luas
n Tana Kebutuhan Pupuk Urea pada Tahun ke-
Komoditas
per Ha m
(kg) (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lahan
Pekarangan
Ubi Jalar 120 0,010 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran 80 0,020 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Ubi Kayu 120 0,020 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Kacang Tanah 80 0,020 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Jagung 80 0,010 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Total LP 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6
Lahan Usaha
I
Padi 130 0,900 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0
Total LU 1 0,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0 234,0
Lahan Usaha
II
Pala 1,00 75 90 108 130 156 156 156 156
Kacang Tanah 80 0,25 20 20 20 15 7,5
Jagung 80 0,25 20 20 20 15 7,5
Total LU II 0 0 115 130 148 160 171 156 156 156
Total 7,6 241,6 356,6 371,6 389,6 401,2 412,1 397,1 397,1 397,1
Sumber: Hasil Analisa Tim RSKP, 2021
Tabel 3.19. Kebutuhan Pupuk SP-36 sesuai Pola Usahatani Yang Diusulkan
Kebutuha Luas
n Tana Kebutuhan Pupuk SP-36 pada Tahun ke-
Komoditas
per Ha m
(kg) (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lahan
Pekarangan
Ubi Jalar 100 0,010 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran 80 0,020 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Ubi Kayu 100 0,020 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Kacang Tanah 100 0,020 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Jagung 100 0,010 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Total LP 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6 7,6
Lahan Usaha I
Padi 100 0,900 180,0 180,0 180,0 180,0 180,0 180,0 180,0 180,0 180,0
Total LU 1 0 180 180 180 180 180 180 180 180 180
Lahan Usaha II
Pala 1,00 65 78 94 112 100 100 100 100
Kacang Tanah 100 0,25 25 25 25 18,75 9,375
Jagung 100 0,25 25 25 25 18,75 9,375
LU II 0 0 115 128 144 150 119 100 100 100
Total 8 188 303 316 331 337 306 288 288 288
Sumber: Hasil Analisa Tim RSKP, 2021
Tabel 3.120. Kebutuhan Pupuk KCL sesuai Pola Usahatani Yang Diusulkan
Kebutuha
Luas Kebutuhan Pupuk KCL pada Tahun ke-
n
Komoditas Tanam
per Ha
(Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(kg)
Lahan Pekarangan
Ubi Jalar 70 0,010 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran 60 0,020 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Ubi Kayu 70 0,020 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kacang Tanah 60 0,020 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jagung 70 0,010 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Total LP 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Lahan Usaha I
Padi (MT 1 dan 2) 80 0,900 144 144 144 144 144 144 144 144 144
Total LU 1 0 144 144 144 144 144 144 144 144 144
Lahan Usaha II
Pala 1,00 40 48 58 69 83 83 83 83
Kacang Tanah 60 0,25 15 15 15 11 6
Jagung 70 0,25 18 18 18 13 7
Total LU II 0 0 73 81 90 93 95 83 83 83
Total 5 149 222 230 239 243 244 232 232 232
Sumber: Hasil Analisa Tim RSKP, 2021
C. Pestisida
Untuk mengatasi serangan hama/penyakit, tindakan preventif adalah lebih baik dari
tindakan kuratif. Apabila telah terjadi serangan hama/penyakit maka dianjurkan
penanggulangan secara terpadu dan harus diusahakan agar penggunaan pestisida
merupakan alternatif yang terakhir, setelah cara pengendalian lain diperkirakan
tidak dapat mengatasi masalah tersebut. Jenis pestisida yang dianjurkan untuk
mengatasi hama/ penyakit tanaman pangan dan hortikultura dapat dilihat pada tabel
berikut.
Untuk penggunaan pestisida baik cara, dosis dan waktu penggunaan disarankan
agar transmigran untuk berkonsultasi dengan PPL agar tujuan pengendalian
hama/penyakit dapat tercapai tanpa menimbulkan dampak yang merugikan bagi
lingkungan yang ada di sekitarnya terutama manusia. Pemerintah dalam program
transmigrasi memberikan subsidi pestisida dalam bentuk paket baku pestisida.
Luas
Tana Perkiraan Perkiraan Hasil tahun ke-
Komoditas
m Hasil/Ha
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(Ha)
k
Padi 0,900 4400 7920 7920 7920 7920 7920 7920 7920 7920 7920
g
Lahan Usaha II
k
Kacang Tanah 0,25 1200 300 300 300 225 113
g
k
Jagung 0,25 6900 1725 1725 1725 1294 647
g
Pala 1,00
Biji Kering 95 265 450
Fulli 1,5 3 9
Sumber: Hasil Analisa Tim RSKP, 2021
Pendapatan transmigran diasumsikan hanya berasal dari hasil usaha taninya, dengan
demikian pendapatan transmigran sangat tergantung dari tingkat keberhasilan usaha
tani mereka dan harga jual hasil produksi pertanian di pasaran.
Harga
Per Perkiraan Penerimaan Kotor tahun ke- (ribuan)
Komoditas
Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hasil
1.14 1.18 1.21 1.26 1.31
Ubi Kayu 3.500 1.120 1.165 1.237 1.287 1.339
2 9 2 1 2
Kacang
20.000 480 490 499 509 520 530 541 551 562 574
Tanah
Jagung 4.500 311 317 323 330 336 343 350 357 364 371
Total LP 2.511 2.561 2.612 2.664 2.717 2.772 2.827 2.884 2.941 3.000
Lahan
Usaha I
Padi 4.800 38.016 38.776 39.552 40.343 41.150 41.973 42.812 43.668 44.542
Total LU I 38.016 38.776 39.552 40.343 41.150 41.973 42.812 43.668 44.542
Lahan
Usaha II
Kacang 1.56
20000 6.000 6.120 6.242 3.121
Tanah 1
Jagung 4500 7.763 7.918 8.076 4.038 2.019
Pala
Biji Kering 68.000 6.460 18.020 30.600
Fulli 200.000 300 600 1.800
14.31
Total LU II 13.763 14.038 7.159 3.580 6.760 18.620 32.400
9
JUMLAH 2.511 40.577 55.151 56.254 57.379 51.081 48.380 52.456 65.230 79.942
Sumber: Hasil Analisis Tim RSKP, 2021
Penilaian kelayakan usaha transmigran di lokasi studi dapat dilihat berdasarkan pola
usaha yang dikembangkan di lokasi studi. Perkiraan pendapatan bersih yang
diperoleh transmigran dari usaha taninya baik di Lahan Pekarangan maupun di Lahan
Usaha bila dinilai terhadap tingkat keberhasilan berdasarkan Permenakertrans No.
25/MEN/2009 adalah seperti terlihat pada Tabel berikut.
Hasil perhitungan dan analisa Tim seperti di atas menunjukkan bahwa pada semua
Tahap atau Tingkat Keberhasilan, Pola Usahatani TPLK dipadukan dengan Komoditas
Tanaman Pala di Lahan Usaha II sudah dapat mencapai standar tingkat keberhasilan
permukiman transmigrasi sesuai Permenakertrans No. 25 tahun 2009.