Anda di halaman 1dari 39

Strategi Sanitasi Kabupaten

Brebes

BAB II
KERANGKA KERJA SEKTOR SANITASI KABUPATEN

2.1. Gambaran Umum Sanitasi Kabupaten Brebes


2.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Brebes
Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari 35 daerah otonom di
Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Brebes terletak antara 6o44’ – 7o21’ Lintang
Selatan dan antara 108o41’ – 109o11’ Bujur Timur. Secara administrasi Kabupaten
Brebes dibatasi oleh:

 Sebelah Utara : Laut Jawa

 Sebelah Timur : Kabupaten Tegal dan Kota Tegal

 Sebelah Selatan : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap

 Sebelah Barat : Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan (Provinsi

Jawa Barat).

Luas wilayah administrasi tercatat sebesar 166.297 Ha, dengan luas wilayah yang
terbesar adalah Kecamatan Bantarkawung, yaitu seluas 20.500 Ha atau 12,33 %
dari luas Kabupaten Brebes secara keseluruhan. Sedangkan luas wilayah terendah
adalah Kecamatan Kersana, luas wilayahnya sebesar 2.523 Ha atau 1,52 % dari
luas Kabupaten Brebes secara keseluruhan. Secara administrasi, Kabupaten
Brebes terbagi dalam 17 kecamatan dan 297 desa/kelurahan

2.1.2. Arah Pengembangan Kabupaten


Dalam rangka perencanaan spasial di Indonesia, Undang-Undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan adanya dokumen rencana tata
ruang yang terdiri dari rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Rencana
umum tata ruang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP)

II - 1
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes

untuk jangka waktu 20 tahun, serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
(RTRWK) untuk jangka waktu 20 tahun yang dikaji ulang setiap 5 tahunnya.
Disamping rencana umum, diperlukan juga adanya rencana rinci yang terdiri dari
rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis
nasional, rencana tata ruang kawasan strategis propinsi, serta rencana detail tata
ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Untuk memenuhi amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, Pemerintah
Kabupaten Brebes menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes
tahun 2010-2030.

A. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN BREBES

Berdasarkan potensi dan karakteristik yang dimiliki oleh wilayah Kabupaten


Brebes serta visi dan misi penataan ruang, maka tujuan penataan ruang wilayah
Kabupaten Brebes adalah mewujudkan ruang Kabupaten Brebes sebagai
kabupaten yang berbasis pertanian unggul dan berwawasan lingkungan.

Perwujudan tujuan ini merupakan upaya untuk mewujudkan wilayah


pembangunan yang berkembangan dengan mempertimbangkan potensi daerah
dengan memperhatikan kelestarian alamnya. Terdapat 2 (dua) kunci dalam
tujuan di atas, yaitu :

1. Pengembangan pertanian yang unggul; sektor pertanian merupakan sektor


yang paling penting di Kabupaten Brebes, pengembangan sektor ini harus
dioptimalkan agar dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk.

2. Berwawasan lingkungan; karakter wilayah kabupaten Brebes yang terdiri atas


hulu (kawasan bagian atas) dan hilir (kawasan pesisir) membutuhkan
penanganan alam yang tepadu dengan prinsip kelestarian lingkungan.

B. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN BREBES

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang Kabupaten Brebes, selanjutnya tujuan


tersebut dijabarkan dalam : kebijakan pengembangan struktur ruang dan
kebijakan pengembangan pola ruang.

II - 2
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes

1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur ruang

Kebijakan pengembangan struktur wilayah dilakukan melalui penetapan hirarki


sistem perkotaan dan kawasan layanannya, dalam rangka menciptakan hubungan
kota-desa, dan pengembangan prasarana wilayah yang mampu mendorong
pertumbuhan wilayah dan distribusi produk-produk ekonomi lokal.

a. Strategi penetapan hirarki sistem perkotaan dan kawasan layanannya, dalam


rangka menciptakan hubungan kota-desa dilakukan melalui:

1) Membagi ruang wilayah pembangunan Kabupaten Brebes sesuai dengan


karakteristik perkembangan dan permasalahan yang dihadapi. Dari
indentifikasi kondisi Kabupaten Brebes, didapatkan pola perkembangan
dan permasalahan Kabupaten Brebes sebagai berikut : wilayah bagian
utara, wilayah bagian tengah, dan wilayah bagian selatan;

2) Mengembangkan pusat pelayanan baru yang mampu menjadi simpul


distribusi dan pemasaran untuk beberapa Kecamatan yaitu Kawasan
Perkotaan Brebes, Ketanggungan, dan Bumiayu;

Pengembangan pusat pelayanan ini juga berfungsi untuk


mengembangkan sistem interaksi antar ruang wilayah terutama untuk
meningkatkan intensitas kegiatan perekonomian wilayah.

3) Mengotimalkan peran ibukota Kecamatan kawasan perkotaan Tanjung,


Jatibarang, Bulakamba, Paguyangan, Sirampog, Banjarharjo, Tonjong,
Wanasari, Bantarkawung, Losari, Larangan, Kersana, Songgom dan Salem
sebagai pusat pelayanan kecamatan, serta sebagai simpul distribusi dan
pemasaran produk-produk ekonomi.

b. Strategi pengembangan prasarana wilayah yang mampu mendorong


pertumbuhan wilayah dan distribusi produk ekonomi lokal dilakukan melalui:

1) Meningkatkan ruas jalan yang menghubungkan Tanjung – Kersana –


Banjarharjo – Salem;

II - 3
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes

2) Meningkatkan ruas jalan yang menghubungkan Brebes – Jatibarang –


Songgom;
3) Meningkatkan ruas jalan Losari – Cikakak;
4) Meningkatkan ruas jalan Cibendung – Banjarharjo;
5) Meningkatkan ruas jalan Larangan – Bumiayu (melalui Bantarkawung);
6) Meningkatkan ruas jalan Salem – Bantarkawung – Bumiayu;
7) Meningkatkan ruas jalan Tonjong – Sirampog – Bumiayu melalui Desa
Buniwah; dan
8) Meningkatkan ruas jalan yang menghubungkan wilayah perbatasan
Kabupaten Brebes dengan kabupaten/kota tetangga.
Gambaran mengenai rencana struktur ruang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

II - 4
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes

II - 5
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes

Gambar 2.1 Peta Rencana Struktur Ruang

II - 6
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang

Kebijakan pengembangan pola ruang dilakukan melalui pengembangan kawasan


lindung, pengembangan kawasan budidaya, dan pengembangan kawasan
strategis.

a. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung


Kebijakan pengembangan kawasan lindung dilakukan melalui :
1) Penetapan kualitas perlindungan di kawasan lindung sesuai dengan sifat
perlindungannya;
2) Peningkatan kualitas perlindungan kawasan lereng Gunung Slamet, lahan-
lahan yang memiliki kelerengan lebih dari 40% dan kawasan rawan
longsor dan erosi;
3) Pengurangan pemanfaatan lahan-lahan kawasan lindung untuk kegiatan
budidaya.
Strategi penetapan kualitas perlindungan di kawasan lindung sesuai
dengan sifat perlindungannya dilakukan melalui :

1) Menetapkan deliniasi kawasan lindung berdasarkan sifat


perlindungannya;
2) Menetapkan dan mempertahankan luas serta lokasi kawasan masing-
masing kawasan lindung.
Strategi peningkatan kualitas perlindungan kawasan lereng Gunung
Slamet, lahan-lahan yang memiliki kelerengan lebih dari 40% dan kawasan
rawan longsor atau erosi dilakukan melalui :

1) Melakukan reboisasi lereng Gunung Slamet di Kecamatan Sirampog


dan Paguyangan;
2) Melakukan reboisasi lahan-lahan yang berkelerengan lebih dari 40% di
Kecamatan Salem, Banjarharjo, Ketanggungan, Tonjong,
Bantarkawung, Sirampog dan Paguyangan;
3) Melakukan penghijauan lahan-lahan rawan longsor dan erosi di
Kecamatan Salem, Bantarkawung, Sirampog dan Paguyangan.
Strategi pengurangan pemanfaatan lahan-lahan kawasan lindung untuk

II - 7
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
kegiatan budidaya dilakukan melalui :

1) Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap manfaat


perlindungan kawasan lindung;
2) Memindahkan secara bertahap permukiman yang terletak di kawasan
rawan bencana longsor;
3) Mengembangkan budidaya pertanian yang dibarengi penanaman
keras pada lahan-lahan kawasan lindung yang dimiliki masyarakat.
b. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya
Kebijakan pengembangan kawasan budidaya dilakukan melalui :

1) Pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif;


2) Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung lingkungan;
3) Pengembangan komoditas pertanian, perikanan, dan jasa pemasaran.
Strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif diwujudkan
melalui :

1) Mengarahkan perkembangan kegiatan terbangun pada lahan-lahan


yang bukan merupakan sawah beririgasi;
2) Menyusun strategi peningkatan produktivitas pertanian untuk
meningkatkan hasil pertanian;
3) Mengendalikan secara ketat alih fungsi lahan pertanian produktif.
Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi:

1) Membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan


rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan
potensi kerugian akibat bencana;
2) Mengembangkan perkotaan dengan mengoptimalkan pemanfaaatan
ruang secara efisien dan kompak;
3) Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;
4) Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan

II - 8
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
besar dan metropolitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan
prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan
fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya.
Strategi pengembangan komoditas pertanian, perikanan, dan jasa
pemasaran dilakukan melalui :
1) Mengembangkan outlet hasil pertanian (bawang merah dan lombok),
hasil komoditas peternakan (telur asin) dan hasil komoditas perikanan
di koridor jalan pantura Kabupaten Brebes;
2) Meningkatkan peranan sub terminal agropolitan di Kecamatan
Larangan.
c. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis

Kebijakan pengembangan kawasan strategis dilakukan melalui :

1) Pengarahan dan pengendalian pertumbuhan di kawasan sepanjang


koridor jalan pantura;
2) Pengoptimalan pengembangan kawasan pesisir;
3) Pengembangan kawasan agropolitan.
Strategi pengarahan dan pengendalian pertumbuhan di kawasan
sepanjang koridor jalan pantura dilakukan melalui :

1) Menetapkan fungsi regional Kawasan Perkotaan Brebes, Bulakamba,


Tanjung, dan Losari;
2) Menyusun ketentuan pengendalian ruang koridor kawasan Brebes,
Bulakamba, Tanjung, dan Losari.
Strategi pengoptimalan pengembangan kawasan pesisir dilakukan melalui
:
1) Mengembangkan kawasan pesisir secara integrasi dengan wilayah
daratan;
2) Meningkatkan perlindungan kawasan pesisir melalui penghijauan;
3) Menetapkan kawasan tanah timbul berfungsi sebagai kawasan lindung
dan dikuasai negara; dan
4) Meningkatkan sarana dan prasarana perikanan.

II - 9
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
Strategi pengembangan kawasan agropolitan dilakukan melalui :

1) Mengembangkan kawasan agropolitan PASIR BUTO (Kecamatan

Paguyangan, Sirampog, Bumiayu, Tojong) dan JALABARITANGKAS


(Kecamatan Jatibarang, Larangan, Bulakamba, Wanasari,
Ketanggungan, Bantarkawung, Songgom);
2) Mengembangkan industri dan pengolahan hasil pertanian.
Gambaran tentang rencana kawasan strategis dan rencana pola ruang dapat
dilihat pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

II - 10
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes

Gambar 2.2 Peta Rencana Kawasan Strategis

II - 11
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes

Gambar 2.3 Peta Rencana Pola Ruang

II - 12
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
2.1.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Brebes sampai tahun 2009 mencapai
1.752.128 jiwa, atau bertambah rata-rata 0,23% per tahun dalam periode 5 tahun
terakhir. Peningkatan signifikan terjadi pada tahun 2007 sebanyak 6.794 jiwa
atau tumbuh 0,39%.
Kepadatan penduduk tahun 2009 mencapai 11 jiwa/ha hanya meningkat 1
jiwa/ha dari tahun 2004 sebesar 10 jiwa/ha. Kepadatan tertinggi berada di
Kecamatan Kersana dengan kepadatan 25 jiwa/ha dan kepadatan terendah
berada di Kecamatan Salem dengan kepadatan 4 jiwa/ha. Tingginya tingkat
kepadatan penduduk di Kecamatan Kersana dikarenakan luas wilayah kecamatan
ini tidak paling sedikit dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten
Brebes. Tingkat kepadatan penduduk dan kemiskinan yang semakin tinggi
memiliki potensi berkontribusi terhadap resiko sanitasi.

Tabel 2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Brebes 2010 – 2015


Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015

SALEM 56.900 57.053 57.206 57.359 57.512 57.664


BANTARKAWUNG 91.462 91.707 91.953 92.199 92.444 92.690
BUMIAYU 102.839 103.115 103.392 103.668 103.944 104.220
PAGUYANGAN 92.971 93.221 93.471 93.720 93.970 94.220
SIRAMPOG 60.198 60.360 60.522 60.683 60.845 61.007
TONJONG 69.949 70.137 70.325 70.512 70.700 70.888
LARANGAN 141.006 141.385 141.764 142.142 142.521 142.900
KETANGGUNGAN 132.022 132.376 132.731 133.085 133.440 133.794
BANJARHARJO 116.423 116.736 117.048 117.361 117.674 117.986
LOSARI 124.646 124.981 125.315 125.650 125.985 126.319
TANJUNG 97.059 97.320 97.581 97.841 98.102 98.362
KERSANA 63.292 63.462 63.632 63.802 63.972 64.142
BULAKAMBA 158.944 159.371 159.797 160.224 160.651 161.078
WANASARI 138.773 139.146 139.518 139.891 140.264 140.636
SONGGOM 73.624 73.821 74.019 74.217 74.415 74.612
JATIBARANG 79.766 79.980 80.194 80.408 80.622 80.837
BREBES 156.494 156.914 157.334 157.754 158.175 158.595
JUMLAH TOTAL 1.756.368 1.761.085 1.765.801 1.770.517 1.775.233 1.779.950
Sumber : Hasil Analisis, 2010

II - 13
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes

Gambar 2.4 Peta Rencana Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

II - 14
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
2.1.4. Profil Kesehatan Masyarakat
Profil kesehatan masyarakat Kabupaten Brebes pada umumnya dapat terlihat dari
angka kejadian penyakit yang disebabkan oleh sanitasi buruk seperti ditunjukkan
melalui angka kesakitan diare ataupun kasus ISPA.
Kasus rawat jalan di Puskesmas pada semua golongan penyakit yang paling
banyak adalah penyakit Infeksi Saluran pernafasan bagian Atas (ISPA). Kasus Ispa
terbanyak adalah pada golongan umur 5-14 tahun yaitu sebanyak 87.393 kasus.
Selain ISPA penyakit yang ada pada semua golongan umur adalah Diare dengan
jumlah terbanyak ada pada golongan Umur 1-4 tahun (12.099 penderita). Hal
tersebut mungkin karena pada golongan umur 1-4 tahun merupakan rentang
umur paling rawan untuk penyakit diare.
Lima Penyakit yang paling banyak ditemukan pada kasus rawat Jalan di
Puskesmas dapat dilihat pada tabet Pola penyakit Rawat Jalan di Puskesmas
antara lain Ispa, artristis, penyakit kulit dan jaringan bawah kulit, diare dan
tekanan darah tinggi.
Kasus kejadian Luar Biasa (KLB) tahun 2008 terbanyak adalah penyakit AFP yang
menyerang 7 kecamatan meliputi 9 desa dengan 14 penderita, tidak ada
penderita meninggal karena AFP (attack rate = 0,01). Sedangkan kasus DBD
menyerang 7 Kecamatan 14 desa dengan jumlah penderita 47 penderita dan
jumlah penderita meninggal sebanyak 14 orang (attack rate= 0,05 %, CFR = 29,79
% ), Diare sebanyak 104 kasus terdapat 2 kasus kematian (attack rate = 0,38 %,
CFR = 1,9 % ), Campak terdapat 46 kasus tanpa kasus kematian, tetanus
Neonatorium terdapat 7 kasus tanpa kasus kematian, Difteri 2 kasus tanpa kasus
kematian. Kasus KLB lain tanpa kematian adalah Keracunan makanan terdapat 67
kasus dan Cikungunya terdapat 64 kasus. Prosentase KLB yang ditangani < 24 jam
menurut standart tahun 2008 adalah 96,43 %.

2.1.5. Air Limbah Rumah Tangga


Pengelolaan air limbah di Kabupaten Brebes belum berjalan dengan baik. Hal ini
terbukti dengan masih banyak masyarakat yang melakukan praktek BAB
sembarangan (BABs). Intalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) juga belum ada di

II - 15
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
Kabupaten Brebes. Sedangkan untuk sarana prasarana truk tinja juga belum
dimiliki oleh pihak Pemda maupun swasta yang ada di Kabupaten Brebes. Selama
ini pelayanan sedot tinja masih memanfaatkan jasa pihak swasta yang ada di luar
Kabupaten Brebes (Kota Tegal dan Kota Cirebon).
Pemerintah Kabupaten Brebes telah melakukan beberapa inisiatif, antara lain
dengan pembangunan IPAL Komunal berbasis masyarakat (Sanimas) di beberapa
wilayah padat penduduk dan kumuh di Kabupaten Brebes. Hingga tahun 2010,
jumlah Sanimas di Kabupaten Brebes telah mencapai 10 lokasi Sanimas yang
berbentuk MCK Umum dan MCK di lingkungan Pondok Pesantren.
Perkembangan Kabupaten Brebes dari segi pertumbuhan jumlah penduduk yang
semakin pesat, berakibat pada meningkatnya volume pencemar khususnya yang
berasal dari buangan domestik, baik air limbah cucian dan kamar mandi (grey
water) dan air limbah WC (black water). Hal ini mengakibatkan perlunya suatu
pengelolaan air limbah yang terpadu dalam mendukung pembangunan sanitasi di
Kabupaten Brebes baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka
panjang.

Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga di lingkungan masyarakat Kabupaten


Brebes sebagian besar dengan sistem septic tank (tangki septik) tingkat rumah
tangga dan komunal, sebagian masih menggunakan septic tank yang
diindikasikan sebagai cubluk, dan sebagian lainnya dibuang ke drainase (SPAL)
baik saluran terbuka maupun tertutup. Sanimas (Sanitasi Masyarakat berupa
MCK plus) menjadi salah satu alternatif yang dikembangkan di Kabupaten Brebes
meskipun skalanya masih terbatas dan masih perlu ditingkatkan di masa
mendatang.

Tabel 2.2 Volume Air Limbah Domestik Kabupaten Brebes 2010 – 2015

No. Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015


1 Salem 5476661 5491367 5506073 5520779 5535486 5550192
2 Bantarkawung 8803199 8826838 8850477 8874116 8897755 8921393
3 Bumiayu 9898281 9924860 9951439 9978019 10004598 10031178
4 Paguyangan 8948503 8972532 8996561 9020590 9044619 9068648
5 Sirampog 5794090 5809648 5825207 5840765 5856324 5871883

II - 16
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
No. Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015
6 Tonjong 6732579 6750658 6768737 6786815 6804894 6822972
7 Larangan 13571869 13608312 13644756 13681200 13717644 13754088
8 Ketanggungan 12707092 12741214 12775335 12809457 12843579 12877701
9 Banjarharjo 11205721 11235811 11265901 11295991 11326082 11356172
10 Losari 11997171 12029386 12061601 12093817 12126032 12158247
11 Tanjung 9341960 9367046 9392131 9417217 9442302 9467388
12 Kersana 6091836 6108194 6124552 6140910 6157268 6173627
13 Bulakamba 15298334 15339414 15380494 15421574 15462654 15503733
14 Wanasari 13356905 13392771 13428638 13464504 13500371 13536238
15 Songgom 7086286 7105314 7124343 7143371 7162399 7181428
16 Jatibarang 7677437 7698052 7718668 7739284 7759900 7780516
17 Brebes 15062530 15102977 15143423 15183870 15224316 15264763
Total Volume Air 16905045 16950439 16995833 17041228
169050452 170866222
Limbah (L/hari) 2 5 7 0
Sumber : Hasil Analisis, 2010

2.1.6. Persampahan
a. Timbulan Sampah
Perkembangan jumlah penduduk yang terus meningkat mengakibatkan
peningkatan jumlah timbulan sampah yang ada di Kabupaten Brebes.
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Brebes ditangani oleh Dinas Pekerjaan
Umum dan Tata Ruang. Berdasarkan kajian data sekunder dari SKPD terkait,
diperoleh data bahwa jumlah timbulan sampah per hari di Kabupaten Brebes
tahun 2009 jumlah timbulan sampah rumah tangga mencapai 5.402,5 m³/hari,
sampah medis 110 m³/hari, sampah organic 2.161 m³/hari, dan sampah non-
oranik sebanyak 3.241,5 m³/hari. Sedangkan volume timbulan sampah per
tahunnya dalam 3 tahun terakhir secara jelas dapat dilihat pada Gambar 2.5. di
bawah.
DPUTR dengan SKPD terkait terus berupaya menggalakan program 3 R (Reduce,
Reuse, Recycle) sebagai salah satu cara yang efektif untuk mengurangi timbulan
sampah. Program 3R di Kabupaten Brebes diwujudkan dalam kegiatan
memanfaatkan sampah organik sebagai bahan baku pupuk kompos. Hingga
tahun 2009 telah beroperasi 1 unit komposter yang dikelola oleh DPUTR
Kabupaten Brebes yang ada di TPST Gandasuli.

II - 17
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
Gambar 2.5 Timbulan Sampah Kabupaten Brebes 2007 – 2009

Tabel 2.3 Proyeksi Timbulan Sampah Kabupaten Brebes 2010 – 2015


Total Volume Sampah Domestik (ton/hr)
Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Salem 19,06 19,11 19,16 19,22 19,27 19,32
Bantarkawung 30,64 30,72 30,80 30,89 30,97 31,05
Bumiayu 34,45 34,54 34,64 34,73 34,82 34,91
Paguyangan 31,15 31,23 31,31 31,40 31,48 31,56
Sirampog 20,17 20,22 20,27 20,33 20,38 20,44
Tonjong 23,43 23,50 23,56 23,62 23,68 23,75
Larangan 47,24 47,36 47,49 47,62 47,74 47,87
Ketanggungan 44,23 44,35 44,46 44,58 44,70 44,82
Banjarharjo 39,00 39,11 39,21 39,32 39,42 39,53
Losari 41,76 41,87 41,98 42,09 42,20 42,32
Tanjung 32,51 32,60 32,69 32,78 32,86 32,95
Kersana 21,20 21,26 21,32 21,37 21,43 21,49
Bulakamba 53,25 53,39 53,53 53,68 53,82 53,96
Wanasari 46,49 46,61 46,74 46,86 46,99 47,11
Songgom 24,66 24,73 24,80 24,86 24,93 25,00
Jatibarang 26,72 26,79 26,86 26,94 27,01 27,08
Brebes 52,43 52,57 52,71 52,85 52,99 53,13
TOTAL 588,38 589,96 591,54 593,12 594,70 596,28
Sumber : Hasil Analisis, 2010

b. Sarana dan Prasarana Penanganan Sampah

II - 18
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
Sebagai penunjang kegiatan operasionalnya, DPUTR memiliki beberapa armada
pengangkutan sampah yang dapat dilihat pada Tabel 2.4 dibawah.

Tabel 2.4 Sarana dan Prasarana Penanganan Sampah

No. Uraian Jumlah


1. TPA Sampah 2 Unit
2. Depo 1 Unit
3. TPS 26 Unit
4. Kontainer 10 Unit
5. Alat Berat 2 Unit
6. Dump Truck Sampah 9 Unit
7. Truk Arm Roll 2 Unit
8. Becak Sampah 30 Unit
9. Gerobak Sampah 90 Unit
10. Crusher 2 Unit
11. Mesin Pres Sampah Hidrolis 1 Unit
12. Gerobak/ Becak Sampah 120 Unit
13. Sepeda Motor Roda 3 (Tossa) 6 unit

Sumber : DPUTR Kabupaten Brebes, 2009

c. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)


Sampah yang diangkut oleh alat angkut dibuang ke TPA Kaliwlingi dan TPA
Kalijurang. Kedua TPA tersebut merupakan TPA yang bersifat Open Dumping
dengan luas 4 (empat) Hektar untuk TPA Kaliwlingi dan 2 (dua) Hektar untuk TPA
Kalijurang. Alat berat yang terdapat di TPA Kaliwlingi adalah Bulldozer dan
Excavator.

d. Tempat Penampungan Sementara (TPS)

II - 19
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
Kabupaten Brebes memiliki dua jenis TPS yaitu bak terbuka pasangan bata dan
kontainer. Dari TPS maupun kontainer, sampah diangkut ke Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) dengan menggunakan dump truck dan arm roll.

2.1.7. Drainase Lingkungan


a. Sistem Drainase Makro (Saluran Utama)
Drainase utama (makro) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan
air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). Biasanya sistem ini
menampung aliran yang berskala besar dan luas. Di Kabupaten Brebes yang
termasuk dalam drainase utama (makro) adalah sungai Pemali. Drainase lokal
(mikro) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu
daerah tangkapan air hujan yang sebagian besar berada di dalam wilayah kota.
Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala lebih kecil dari drainase
utama (makro).
Pengelolaan drainase di Kabupaten Brebes menjadi tanggung jawab DPUTR
Bidang Cipta Karya. Layanan yang diberikan DPUTR pada aspek pemeliharaan
meliputi; melakukan pengedukan lumpur/waled/sedimen pada saluran drainase,
memelihara ketertiban penggunaan saluran drainase serta melakukan
pemusnahan dan pemanfaatan hasil pembersihan saluran drainase, air kotor
supaya berdaya guna dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan/banjir.
Pelayanan Sistem Drainase Kota di Kabupaten Brebes saat ini meliputi seluruh
Ibukota Kecamatan (IKK) kecuali Kecamatan Sirampog yang belum mempunyai
layanan drainase. Sistem drainase di IKK saat ini masih kurang optimal
menampung jumlah debit yang ada khususnya saat musim hujan. Di beberapa
IKK masih terdapat genangan/banjir seperti di IKK Bumiayu, Bantarkawung, dan
Banjarharjo. Hal ini disebabkan karena saluran drainase tersumbat oleh sampah
atau dimensi saluran yang kecil sehingga tidak dapat menampung aliran air
hujan. Untuk layanan IKK Brebes masih terdapat genangan yang cukup merata
dari timur hingga barat kota, sebagian besar saluran tersumbat karena sampah
dan sedimentasi yang sangat cepat.

II - 20
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
Rencana induk atau pedoman pembangunan dan pengembangan jaringan
drainase yang terpadu di Kabupaten Brebes, tertuang dalam Master Plan
Drainase Kabupaten Brebes Tahun 2005.

b. Sistem Drainase Mikro


Drainase lokal (mikro) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air
dari suatu daerah tangkapan air hujan yang sebagian besar berada di dalam
wilayah kota. Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala lebih kecil dari
drainase utama (makro).
Di Kabupaten Brebes yang termasuk dalam drainase lokal (mikro) adalah saluran
di sepanjang sisi jalan protokol (saluran drainase sekunder) dan saluran di
lingkungan pemukiman (saluran drainase tersier/drainase lingkungan).
Karakteristik sistem saluran di wilayah perkotaan sudah permanen, pada
umumnya tertutup dan dimensi sekitar 0,5 – 1 m. Pada umumnya saluran
drainase mengikuti alur jalan yang ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem
blok pelayan.
Berdasarkan hasil studi EHRA pada bulan Juni 2010 di Kabupaten Brebes
diperoleh data bahwa 50,4% responden tidak memiliki saluran drainase. Selain
itu, 16,6% rumah responden pernah mengalami kebanjiran. Terdapat juga
genanganan air disekitar rumah responden sebesar 21,8%.

2.1.8. Air Bersih


Penyediaan Air Bersih di Kabupaten Brebes dibagi menjadi 2 (dua) sistem, yaitu
Sistem Air Bersih Perkotaan dan Sistem Air Bersih Perdesaan. Untuk sistem Air
Bersih Perkotaan menjadi tanggung jawab PDAM Kabupaten Brebes yang
mengelola jaringan air bersih perkotaan dan sitem Air Bersih Perdesaan menjadi
tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Brebes dalam
hal penyediaan prasarana dan sarananya, adapun pengelolaan sepenuhnya
diserahkan kepada masyarakat.

II - 21
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
Cakupan layanan air bersih perkotaan saat ini hampir merata di seluruh IKK
Kabupaten Brebes kecuali Kecamatan Songgom, Larangan, Tanjung dan Losari.
Untuk air bersih perdesaan cakupannya adalah daerah yang tidak mendapatkan
layanan air bersih perkotaan. Hampir semua desa di Kabupaten Brebes telah
terpenuhi air bersihnya baik dengan sistem mata air permukaan, sumur dangkal
maupun sumur dalam. Cakupan pelayanan air bersih di daerah tengah dan utara
Kab. Brebes saat ini masih sangat kecil, di beberapa desa masih mengandalkan
saluran irigasi untuk kegiatan MCK dan saat musim kemarau harus di drop oleh
tangki PDAM guna memenuhi kebutuhan air bersih. Sejak tahun 2008
pemenuhan kebutuhan air bersih di beberapa pedukuhan yang belum terlayani
oleh PDAM dilakukan melalui Program PAMSIMAS, hingga saat ini sudah 24 (dua
puluh empat) desa yang terlayani oleh program ini.
Sedangkan pembagial wilayah cakupan pelayanan oleh PDAM meliputi :
A. Wilayah 1, terdiri atas Kecamatan Brebes, Kecamatan Jatibarang, dan
Kecamatan Wanasari;
B. Wilayah 2, terdiri atas Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Bantarkawung,
Kecamatan Bumiayu, Kecamatan Sirampog, Kecamatan Tonjong, dan
Kecamatan Salem;
C. Wilayah 3, terdiri atas Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Kersana,
Kecamatan Larangan, dan Kecamatan Songgom;
D. Wilayah 4, terdiri atas Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Tanjung,
Kecamatan Bulakamba, dan Kecamatan Losari.

Pada tahun 2006 jumlah sambungan rumah (SR) mencapai 14.824 pelanggan. Hal
ini meningkat pada akhir tahun 2009 menjadi 16.187 pelanggan. Jadi kurang
lebih penduduk yang terlayani oleh PDAM sebesar 7,19%. Selain itu pada tahun
2009 PDAM Kabupaten memiliki Hydran Umum 87 unit, TA 103 unit.
Hasil studi EHRA pada bulan Juni 2010 diperoleh data bahwa masih banyak
sumber air bersih yang berasal dari sumur dangkal yang tercemar, dimana dari
55,3% responden yang memiliki sumur, 64,2% sumurnya tidak ditutup, 48% tidak

II - 22
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
disemen, 69,3% tidak ada saluran, 52,2% tidak bercicin, dan 74,4% jarak antara
sumur dengan tanki septic kurang dari 10 meter.

Tabel 2.5 Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Brebes 2010 – 2015


No. Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Salem 7112547 7131646 7150744 7169843 7188942 7208041
2 Bantarkawung 11432727 11463426 11494126 11524826 11555525 11586225
3 Bumiayu 12854910 12889429 12923947 12958466 12992985 13027503
4 Paguyangan 11621432 11652639 11683845 11715051 11746258 11777464
5 Sirampog 7524792 7544998 7565204 7585410 7605616 7625822
6 Tonjong 8743609 8767088 8790567 8814046 8837524 8861003
7 Larangan 17625803 17673133 17720463 17767792 17815122 17862452
8 Ketanggungan 16502717 16547031 16591345 16635659 16679972 16724286
9 Banjarharjo 14552884 14591963 14631041 14670119 14709197 14748275
10 Losari 15580741 15622579 15664417 15706255 15748094 15789932
11 Tanjung 12132416 12164994 12197573 12230151 12262730 12295309
12 Kersana 7911475 7932720 7953964 7975208 7996452 8017697
13 Bulakamba 19867966 19921317 19974667 20028018 20081368 20134719
14 Wanasari 17346629 17393209 17439789 17486369 17532949 17579529
15 Songgom 9202968 9227681 9252393 9277105 9301817 9326530
16 Jatibarang 9970697 9997471 10024244 10051018 10077792 10104566
17 Brebes 19561727 19614255 19666783 19719311 19771840 19824368
Total Kebutuhan Air 21954604 22013557 22072511 22131464 22190418
222493720
Bersih (L/hari) 2 7 3 9 5

2.1.9. Limbah Industri Rumah Tangga


Penanganan limbah industri baik berupa limbah gas, cair dan padat dilakukan
oleh setiap pelaku industri dan pengawasannya dilakukan oleh instansi
Pemerintah Kabupaten Brebes yang berwenang seperti Kantor Lingkungan Hidup
dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes.
Limbah industri di Kabupaten Brebes sebagian besar berasal dari industri tahu
yang tersebar di seluruh Kabupaten Brebes. Terdapat beberapa home industry
dimana rata-rata industri tersebut merupakan industri makanan dan sebagian
yang lain berupa industri kertas dan logam. Volume limbah yang dihasilkan oleh
masing-masing industri belum diketahui, tetapi beberapa industri telah

II - 23
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
dilengkapi oleh IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang merupakan program
bantuan dari KLH Kabupaten Brebes.

2.1.10. Limbah Medis


Penanganan limbah medis yang ada di Kabupaten Brebes dilakukan melalui
incenerator. Pada beberapa kasus penanganan limbah medis dari beberapa
kegiatan pelayanan kesehatan seperti RSUD dan Puskesmas masih tercampur
oleh penanganan limbah non medis dari pemukiman, artinya limbah medis dari
kegiatan rumah sakit dan puskesmas tersebut ikut terbuang ke TPS dan TPA.
Walaupun ada sebagian Puskesmas telah memiliki incenerator, tetapi belum
dioperasionalkan dengan optimal dikarenakan faktor Sumber Daya Manusia
pengelola dan biaya yang ditimbulkan lebih besar, disamping itu rusaknya
incinerator di RSUD Brebes menambah permasalahan pengolahan limbah medis.
Kondisi ini sangat memprihatinkan karena sangat berbahaya dan bisa
menimbulkan pencemaran lingkungan.
Data timbulan sampah medis RSUD Brebes tahun 2009 per bulan sebesar 36,5
Kg/hari. Jenis sampah medis berupa benda tajam yaitu ; infeksius, jaringan
tubuh, sitotoksis, farmasi, kimia, dan radio aktif. Diluar benda tajam ada sampah
medis lain berupa; darah, jaringan, spuit, kapas, kasa, slang infus, jarum suntik,
dan sampah lain yg terkontaminasi. Incinerator di RSUD Brebes saat ini
mengalami kerusakan sehingga sampah medis dibuang ke TPA.

2.2. Visi dan Misi Sanitasi Kota


Visi dan Misi sanitasi Kabupaten Brebes merupakan kerangka kerja penyusunan
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Brebes adalah
turunan dari Visi dan Misi Kabupaten Brebes, yaitu :

Visi Kabupaten : Visi Sanitasi :


“Membangun Masyarakat Maju, ” Peningkatan Pembangunan Sanitasi
Sejahtera dan Berkeadilan”. Menuju Masyarakat yang Sehat Pada

II - 24
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
Tahun 2015 ”

Pernyataan visi tersebut mengandung makna cita-cita untuk mewujudkan


masyarakat yang sehat melalui pembangunan sanitasi yang terjalin secara
sinergis dan dinamis antara masyarakat, Pemerintah Daerah dan seluruh
pemangku kepentingan dalam merealisasikan cita-cita tersebut. Visi ini ingin
dicapai pada tahun 2015 melalui peningkatan pembangunan sanitasi secara
berkelanjutan.
Visi ini kemudian dirumuskan dalam beberapa misi sebagai terjemahan lebih
lanjut arti visi yang telah ditetapkan untuk dapat mengidentifikasi arah kerangka
kerja SSK.
Misi Kabupaten dan Misi Sanitasi Kabupaten Brebes
Misi Kabupaten Misi Sanitasi
1. Memfasilitasi proses peningkatan kualitas
masyarakat Brebes agar berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya, beriman
dan bertakwa kepada Tuhan YME dengan
tetap berlandaskan falsafah Pancasila.

2. Memfasilitasi dan meningkatkan akses 1. Meningkatkan ketersediaan dan

masyarakat kepada pelayanan publik pemerataan sumber daya kesehatan

terutama kebutuhan masyarakat akan 2. Meningkatkan pengetahuan pentingnya


perilaku hidup bersih dan sehat
pendidikan dan kesehatan serta
3. Meningkatkan pengetahuan dan akses
pelayanan sosial lainnya
masyarakat terhadap sarana sanitasi
yang baik

3. Mengembangkan sistem ekonomi


kerakyatan yang berdaya saing dan
bertumpu kepada revitalisasi pertanian
dalam arti luas, industri pengeolahan
yang berbasis bahan baku lokal,

II - 25
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
Misi Kabupaten Misi Sanitasi
4. Pemberdayaan UMKM dan koperasi,
pengembangan investasi untuk
penguatan industri kecil dan menengah,
serta pembangunan sarana da prasarana
ekonomi pendukungnya
5. Mewujudkan sistem tata kelola
pemerintahan yang baik (good
governance) dan tata kelola
pemerintahan yang bersih (clean
governance) dalam rangka memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang
didasari atas nilai-nilai kebenaran dan
keadilan, menumbuhkembangkan daerah
dengan mengoptimalkan sumber-sumber
pendapatan daerah melalui kebijakan
yang berpihak kepada masyarakat
6. Mewujudkan penataan ruang yang 7. Meningkatkan pembangunan sanitasi

berkelanjutan dengan tetap yang berwawasan lingkungan meliputi

memperhatikan pengelolaan sumber sanitasi dasar, pengelolaan limbah,


sampah, dan drainase secara terpadu
daya alam dan lingkungan hidup secara
bertanggung jawab serta meningkatkan
kapasitas infrastruktur wilayah sesuai
dengan kondisi dan potensi wilayah

Pada misi ke – 2 : Memfasilitasi dan meningkatkan akses masyarakat kepada


pelayanan publik terutama kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan
kesehatan serta pelayanan sosial lainnya menunjukkan komitmen pemerintah
Kabupaten Brebes terhadap pembangunan sanitasi sesuai dengan visi misi
sanitasi Kabupaten Brebes.

2.3. Kebijakan Umum dan Strategi Sektor Sanitasi Tahun 2011 – 2015
2.3.1. Kebijakan Umum Sektor Sanitasi Kabupaten Brebes

II - 26
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
Untuk mencapai Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi Kabupaten Brebes,
Kebijakan Umum yang ditetapkan berdasarkan RPJMD Kabupaten Brebes 2008 –
2012 adalah sebagai berikut :
1. Misi memfasilitasi proses peningkatan kualitas masyarakat Brebes agar
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan tetap berlandaskan Pancasila, dengan
arah kebijakan umum :
1) Pengembangan pelayanan kependudukan, pengendalian laju
pertumbuhan penduduk dan keluarga kecil yang berkualitas;
2) Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta perlindungan
anak;
3) Pengembangan kualitas intelektual dan spiritual melalui program
pemberdayaan masyarakat yang integral serta peningkatan sarana dan
prasarana pendidikan umum dan pendidikan agama secara formal
maupun informal.
2. Misi memfasilitasi dan meningkatkan akses masyarakat kepada pelayanan
publik terutama kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan kesehatan serta
pelayanan sosial lainnya, dengan arah kebijakan umum :
1) Peningkatan akses masyarakat kepada pelayanan pendidikan dan
kesehatan yang bermutu;
2) Pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin dan para penyandang
masalah kesejahteraan sosial;
3) Peningkatan perlindungan sosial bagi masyarakat yang terkena musibah
baik bencana alam maupun bencana sosial.
3. Misi mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu kepada
revitalisasi pertanian dalam arti luas, industri pengolahan yang berbasis
bahan baku lokal , pemberdayaan UMKM dan koperasi, pengembangan
investasi untuk penguatan industri kecil danmenengah serta pembangunan
sarana dan prasarana ekonomi pendukungnya, dengan arah kebijakan :
1) Pengembangan kapasitas, efisiensi dan pemerataan jangkauan pelayanan
infrastruktur;

II - 27
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
2) Pengembangan produk-produk wisata dan jasa layanan wisata serta
meningkatkan efektivitas promosi wisata.
4. Misi mewujudkan sistem dan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance) dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
didasari atas nilai-nilai kebenaran dan keadailan serta
menumbuhkembangkan kehidupan politik yang demokratis dan
konstitusional dengan arah kebijakan umum sebagai berikut :
1) Peningkatan kualitas perencanaan dalam rangka mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik dan pembangunan berkelanjutan;
2) Pengembangan kerja sama pembangunan lintas wilayah;
3) Peningkatan keamanan, ketertiban dan kenyamanan lingkungan;
4) Pengembangan kapasitas sumber daya aparatur;
5) Pengembangan e-government.
5. Misi mewujudkan penataan ruang yang berkelanjutan dengan tetap
memperhatikan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara
bertanggung jawab dengan arah kebijakan umum sebagai berikut :
1) Penyediaan kebutuhan perumahan yang layak bagi kemanusiaan;
2) Pengendalian dan pemanfaatan ruang dengan mengutamakan
tersedianya ruang publik yang memadai;
3) Pengembangan kawasan khusus antara lain kawasan industri, kawasan
cepat tumbuh dan kawasan agropolitan;
4) Pengendalian pemanfaatan sumber daya alam, lingkungan dan tata ruang
wilayah untuk menjaga kelestarian lingkungan secara bertanggung jawab
dalam kerangka pembangunan berkelanjutan;
5) Peningkatan dan pengembangan kesadaran masyarakat untuk tertib
administrasi pertanahan;
6) Peningkatan pengelolaan potensi sumber daya hutan dan sumber daya
lainnya dengan pelibatan masyarakat untuk menunjang perekonomian
dan kesadaran pelestariannya;

II - 28
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
7) Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana wilayah meliputi
infrastruktur perkotaan, perdesaan, permukiman sehat, air minum,
persampahan dan fasilitas umum lainnya.

2.3.2. Arah Strategi Sektor Sanitasi Tahun 2011 – 2015


2.3.2.1. Air Limbah
Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan
sistem pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site) secara umum.
Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu ;
kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaaan atau pedesaan),
karakteristik tata guna lahan/CBD (komersial atau rumah tinggal), serta resiko
kesehatan lingkungan.
Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan
kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan
sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut
sekaligus merupakan dasar bagi kota dalam merencanakan pengembangan
jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Brebes, yang ujungnya adalah
pengelolaan air limbah terpusat (off site system).
Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut :
a. Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil dapat
diatasi dalam jangka pendek dengan pilihan system setempat (on site-
STBM, MCK++). Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama untuk
perubahan perilaku dan pemicuan. Zona ini mencakup 255 Desa/Kelurahan
yang tersebar diseluruh Kecataman di Kabupaten Brebes. Dalam peta diberi
warna biru muda.
b. Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko yang kecil dapat diatasi
dalam jangka pendek dengan pilihan system setempat (on site) pendekatan
komunal dengan perubahan perilaku. Zona ini mencakup 7 Desa/Kelurahan
yang tersebar hampir diseluruh Kecataman di Kabupaten Brebes. Dalam
peta diberi warna biru.

II - 29
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
c. Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat
diatasi dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku dengan
pendekatan berbasis rumah tangga. Zona ini mencakup 4 Desa/Kelurahan,
dalam peta diberi warna biru tua.
d. Zona 4, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena
merupakan kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business
District/CBD) yang harus diatasi dengan pilihan system terpusat (off site)
dalam jangka menengah. Zona ini mencakup 28 Desa/Kelurahan, dalam
peta diberi warna kuning.
e. Zona 5, merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena
merupakan kawasan padat, (Central Business District/CBD). Dalam jangka
panjang harus diatasi dengan pilihan system terpusat (off site). Zona ini
mencakup 3 Desa/Kelurahan, dalam peta diberi warna coklat muda.

Berdasarkan kriteria tersebut, dihasilkan suatu peta yang menggambarkan


kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan
sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut
sekaligus merupakan dasar bagi pemerintah dalam merencanakan
pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Brebes, yang
ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site system). Rencana
pengembangan tersebut diilustrasikan dalam Gambar 2.6.

II - 30
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes

Gambar 2.6 Wilayah Prioritas Pengembangan Sub Sektor Air Limbah Kabupaten Brebes

II - 31
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
2.3.2.2. Persampahan
Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standart Pelayanan Mimimum (SPM),
wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat
dua (2) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat
ini yaitu, wilayah tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial (CBD),
permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari
penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kabupaten Brebes
tertuang tertuang dalam Gambar 2.7.
Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kabupaten
Brebes terdapat 3 (tiga) zona yang dapat diilustrasikan sebagai berikut:
a. Zona 1, merupakan area padat dan kawasan bisnis (Central Business
District/CBD) yang harus diatasi dengan pilihan system langsung ke TPA
dalam jangka waktu pendek termasuk menyapu jalan. Zona ini mencakup
67 Desa/Kelurahan. Dalam peta diberi warna biru muda.
b. Zona 2, merupakan area yang harus terlayani dengan system tidak langsung
yakni dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke
Tempat Pengolahan Akhir (TPA). Minimal 70% cakupan layanan harus
diatasi dalam jangka menengah (5 tahun) ke depan. Terdapat 14
Desa/Kelurahan. Dalam peta diberi warna oranye.
c. Zona 3, merupakan area yang yang pelayanannya dilakukan seperlunya
dengan prioritas jangka panjang, karena masih bisa dilakukan
pengolahannya oleh masing-masing rumah tangga. Terdapat 216
Desa/Kelurahan dalam zona ini, dalam peta diberi warna hijau.

II - 32
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes

Gambar 2.7 Wilayah Prioritas Pengembangan Sub Sektor Persampahan Kabupaten Brebes

II - 33
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
2.3.2.3. Drainase Lingkungan
Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing wilayah di level desa/kelurahan, maka disusun
prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini disusun
berdasarkan lima (5) kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu ; kepadatan
penduduk, tata guna lahan (perdagangan, jasa, maupun permukinam), daerah
genangan air hujan, serta tingkat resiko kesehatan.
Dalam Gambar 2.8 diilustrasikan kebutuhan akan sistem saluran drainase baik
jangka panjang, jangka menengah, ataupun jangka pendek di Kabupaten Brebes.
Perencanaan penanganan ke depan dapat diilustrasikan sebagai berikut:
a. Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko tinggi karena merupakan
kawasan padat, serta kondisi topografi kurang menguntungkan, dalam
jangka pendek harus diatasi. Zona ini mencakup 3 Desa dan dalam peta
diberi warna biru.
b. Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena
merupakan kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business
District/CBD) yang harus diatasi dalam jangka menengah, mencakup 13
Desa/Kelurahan dalam peta diberi warna biru tua.
c. Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang
dapat diatasi dalam jangka panjang mencakup 281 Desa/Kelurahan yang
tersebar hampir diseluruh Kecataman di Kabupaten Brebes. Dalam peta
diberi warna hijau.

II - 34
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes

Gambar 2.8 Wilayah Prioritas Pengembangan Sub Sektor Drainase Kabupaten Brebes

II - 35
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
2.3.2.4. Air Bersih
Untuk mencapai pemenuhan kebutuhan akan air bersih yang optimal di
Kabupaten Brebes, perlu menyusun wilayah prioritas pengembangan pelayanan
air bersih telah dengan didasarkan pada beberapa kriteria, diantaranya tata guna
lahan (CBD/komersial, permukiman), kepadatan penduduk, dan kemampuan
membayar masyarakat. Hasil dari penyusunan prioritas ini dapat dilihat dalam
Gambar 2.9.
Hasil penyusunan prioritas ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
a. Zona 1, merupakan area yang penanganannya dengan penyediaan
setempat berupa pemanfaatan mata air setempat dan sumur dangkal
dalam zona ini terdapat 257 Desa/Kelurahan menyebar di seluruh
kecamatan di Brebes, dalam peta diberi warna hijau.
b. Zona 2, merupakan area yang penanganannya perlu segera atau jangka
pendek dalam zona ini terdapat 26 Desa/Kelurahan, dalam peta diberi
warna coklat.
c. Zona 3, merupakan area yang perlu penanganan jangka menengah meliputi
11 Desa dalam peta diberi warna merah muda.
d. Zona 4, merupakan area yang penanganannya dengan sistem penanganan
jangka menengah sampai jangka panjang dalam zona ini terdapat 2 Desa,
dalam peta diberi warna kuning.

II - 36
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes

Gambar 2.9 Wilayah Prioritas Pengembangan Sub Sektor Air Bersih Kabupaten Brebes

II - 37
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
2.4. Tujuan, Sasaran dan Arahan Pentahapan Pencapaian
Tujuan :
1. Meningkatkan pola hidup bersih dan sehat di masyarakat dengan
melibatkan seluruh stakeholder (pemangku kepentingan);
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi dasar dan air
bersih yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;
3. Meningkatkan efektifitas dan keberlanjutan jangka panjang pembangunan
sanitasi total berbasis masyarakat;
4. Stop BAB sembarangan;
5. Membuka akses informasi tentang pentingnya sanitasi;
6. Meningkatkan pengelolaan air limbah;
7. Tercapainya kondisi lingkungan hidup yang sehat.

Sasaran :
1. Meningkatnya proporsi belanja fisik sanitasi dari 0,92% hingga 2% pada
tahun 2015;
2. Sarana jamban sehat meningkat menjadi 75% dan akses jamban 100% pada
tahun 2015;
3. Meningkatnya cakupan PDAM dari 16% menjadi 30% pada tahun 2015;
4. Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan dari 30% menjadi 75%
pada tahun 2015;
5. Diadopsinya SPM untuk layanan sanitasi pada tahun 2015;
6. Tersedianya Regulasi Sanitasi dan air bersih pada tahun 2015;
7. Tersedianya sarana dan prasarana promosi dan komunikasi tentang sanitasi
pada tahun 2015;
8. Meningkatkan peran kalangan SKPD dan Tokoh masyarakat/Agama dalam
memberikan informasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tahun
2015;
9. Terlatihnya kader kesehatan sebanyak 100% dari jumlah desa/kelurahan di
setiap kecamatan pada tahun 2015;

II - 38
Strategi Sanitasi Kabupaten
Brebes
10. Meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan
mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle);
11. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan dan
pemeliharaan saluran Drainase;
12. Meningkatkan cakupan pelayanan drainase dari 10 KM menjadi 16 KM pada
tahun 2015;
13. Mengurangi area genangan air dari 50% menjadi 0% pada tahun 2015;
14. Membangun saluran penghubung antara sungai Kaligangsa, Sigeleng dan
Pemali pada tahun 2015.

Arahan Pentahapan Pencapaian :


Arahan pentahapan pembangunan sanitasi disesuaikan dengan arahan
pentahapan pembangunan kabupaten secara menyeluruh. Berdasarkan arahan
pembangunan kabupaten maka penetapan pentahapan pembangunan sanitasi
tahun 2010 – 2015 merupakan pentahapan pencapaian sasaran pembangunan
secara bertahap yang tetap mengacu pada kebijakan pengelolaan belanja daerah
dengan menitikberatkan alokasi pada bidang-bidang urusan wajib dan urusan
pilihan yang sesuai dengan prioritas pembangunan daerah. Pencapaian sasaran
pembangunan setiap tahun mengalami kenaikan secara bertahap atau merata
sepanjang tahun dengan tetap memperhatikan kinerja sektor sanitasi Pemerintah
Daerah.

II - 39

Anda mungkin juga menyukai