Anda di halaman 1dari 35

Ns. M. Projo Angkasa, SKp, M.

Kes
Anatomi Faring
 Merupakan tempat persimpangan antara jalan makanan dan jalan
pernafasan.
 Fungsi faring : 1) Respirasi, 2) Proses menelan, 3) Resonansi
suara dan artikulasi
 Dibagi dalam tiga bagian :
1. Nasofaring
Batasnya : Keatas  dasar tengkorak, Kebawah  palatum
mole, KeKedepan Rongga hidung, Kebelakang  vertebra
servikalis.
2. Orofaring
- Batasanya : Keatas  palatum mole, kebawah  tepiatas
epiglotis, kedepan  rongga mulut, kebelakang  vertebra
servikal.
- Struktur yang terdapat dalam rongga orofaring : dinding
posterior faring, fosa tonsil, tonsil.
3. Laringo faring / Hipofaring.
Batasnya : atas tepi atas epiglotis, bawah  esofagus, depan
 laring, belakang  Vertebra servikalis.
Kelainan / Penyakit pada Faring :
v Hipertropi adenoid.
 Secara fisiologik pada anak adenoid dan tonsil akan hipertropi.
Pada tonsil s/d usia 5 th, pada adenoid s/d usia 3 th. Kemudian
adenoid akan mengecil dan hilang sama sekali pada umur 14
th.
 Patofisiologi :
 Sering ISPA Adenoid akan hipertropi  1) Sumbatan pada
koana, 2) Sumbatan pada tuba eusthacius dan 3) Timbul gejala
umum.
1) Sumbatan pada koana  sehingga bernafas melalui mulut
terjadi : a) fasies adenoid (hidung kecil, gigi insisivus kedepan
/ prominem, arkus faring tinggi, tampak seperti orang bodoh),
b) Faringitis dan bronkitis, c) Gangguan ventilasi dan
draenase sinus para nasal  sinusitis.
2) Sumbatan pada Tuba eusthacius  OMA / OMK  Tuli.
3) Tanda umum hipertropi adenoid : gangguan tidur, tidur
ngorok, RM, pertumbuhan fisik kurang.
Hidung
mengecil

Gigi prominem

Arkus faring
Lebih tinggi
Angiofibroma nasofaring belia
 Nama lain JNA ( Juvenil Nasopharingeal
Aangiofibrom.
 Adalah tumor jinak secara histologik, tapi ganas
secara klinik karena dapat mendestruksi tulang
dan jaringan sekitar.
 Etiologinya belum jelas (kemungkinan
perlekatanya dan ketidakseimbangan hormonal)
 Sering diderita oleh anak-anak dan remaja laki-
laki.
 Gejala klinis yang sering : Hidung tersumbat
progesif dan epitaksis berulang
Karsinoma Nasofaring.
 Tumor ganas pada daerah kepala dan leher terbanyak di
Indonesia (60 %)
 Ras mongoloid (cina)  faktor dominan.
 Predisposisi : makanan yang diawetkan (pengasapan,
pengasinan, dan MSG dikonsumsi dalam waktu lama.
 Penyebabnya dipastikan  Virus Epstein-Barr.
 Faktor keturunan.
 Gejala dan tanda : dibagi dalam 4 kelompok :
1) Gejala nasofaring (Epitaksis dan sumbatan
hidung)
2) Gejala Telinga (tinitus, otalgia, rasa tidak nyaman
ditelinga, ggn pendengaran)
3) Gejala mata (diplopia)
4) Gejala syaraf (Neuralgia trigeminal)
Kelainan pada Orofaring
1). Radang akut Faring dan tonsil.
Radang akut orofaring dapat berupa Faringitis
dan tonsilitis.
a) Gejala dan tanda :Suhu tubuh tinggi, lesu,
nyeri disendi, odinofagi, anorexia, otalgia.
b) Pemeriksaan  faring hiperemisis, tonsil
membengkak dan hiperemisis.
c) Kelenjar submandibula membengkak dan
nyeri tekan.
Tonsilitis membranosa
Ada beberapa jenis :
 Tonsilitis Difteri 
disebabkan oleh
Coryne bakterium
diphteriae. Gejala
kas : nyeri telan,
pada tonsil terdapatt
pseudo membran.
 Penyakit kelainan
darah  leukemia 
 Tonsilitis septik tidak jarang gejala
Disebabkan oleh pertama timbul di
kuman steptokokus faring. Berupa
hemolitikus yang membran semu di
terdapat pada susu faring dan tonsil
sapi. serta perdarahan
selaput lendir
dimulut dan faring.
Angina plaut vincent (Stomatitis ulserosa
membranosa
 Disebabkan oleh
Hygiene mulut yang
kurang dan tertdapat
defisiensi vitamin C.
 Gejala dan tanda :
demam, nyeri mulut,
gigi dan kepala,badan
lemah, gusi mudah
berdarah dan
hipersalivasi, kadang
ada gangguan
pencernaan.
Radang kronik orofaring
 a) Tonsilitis Kronis  faktor predisposisinya
karena rangsangan yang menahun (rokok,
makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang
akut yang tidak adekuat, higine mulut yang buruk.
b) Faringitis kronik  faktor predisposisinya rinitis
kronis, sinusitis, iritasi kronis (perokok dan
alkoholik)

Abses leher dalam  tanda yang khas : demam,


nyeri tenggorok dan ganguan keterbatasan gerakan
mandibula dan leher.
Menentukan grade
pembesaran tonsil
Tonsilitis haruskah di operasi?
Hipertropi tonsil yang harus
dioperasi apabila
 terjadi infeksi yang berulang
pada tenggorok (seperti
batuk pilek) umumnya lebih
dari 6 kali dalam setahun
terakhir karena apabila
dibiarkan justru akan
berbahaya karena infeksi
dapat menjalar ke paru-paru
dan jantung.
 Grade 4 karena menutup
jalan nafas
Pengkajian riwayat keperawatan :
A. Keluahan utama :
 Nyeri tenggorok / Odinofagi.  tanyakan
hilang timbul atau menetap, disertai rasa
nyeri ditelinga atau tidak, apakah ada
kesulitan dalam menelan dan sudah
berapa kali, apakah disertai demam,
batuk, serak, dan ditenggorok terasa
banyak dahak, apakah peenderita
perokok dan berapa jumlahnya perhari.
 1) Dahak ditenggorok  apakah dahak ini
lendir saja, pus atau bercampur darah
dan keluar hanya bila dibatukkan tau terasa
turun ditenggorok.
 2) Rasa sumbatan dileher (sense of lump
in the neck)  sudah berapa lama,
tempatnya dimana.
 3) Sulit menelan ( disfagia)  sudah
dirasakan berapa lama dan untuk jenis
makanan apa (padat atau cair), Apakah juga
disertai rasa nyeri, muntah dan berat badan
menurun.
Pemeriksaan Faring dan rongga mulut :

 Yang dilihat : dinding belakang faring serta


kelenjar limfe, uvula, arkus faring serta
pergerakannya, tonsil, mukosa pipi, bibir,
gusi dan gigi geligi.
 Palpasi rongga mulut bila perlu mis.
Massa tumor, kista.
LARING
Anatomi Fisiologi
1. Sebagai proteksi  mencegah benda asing / makanan
masuk kedalam trakea  dengan jalan menutup aditus
laring dan rima glotis.
2. Reflek batuk  bila benda masuk ke trakea / sekret
dalam paru dapat dikeluarkan dengan cara dibatukkan.
3. Sirkulasi  fungsi respirasi, mengatur besar kecilnya
rima glotis  terjadi perubahan tekanan udara dalam
trakeo bronkial  berpengaruh terhadap sirkulasi dari
alveolus  berpengaruh terhadap sirkulasi darah tubuh.
4. Membantu proses menelan  ada 3 mekanisme 
mengerakkan laring keatas, menutup aditus laringis,
mendorong bolus makanan ke hipofaring.
5. Ekpresikan emoasi  berteriak, mengeluh, menagis. Dll
Kelainan pada laring
a) Kelainan kongenital
v Laringomalasi  Epiglotis yang lemah  shg pada
saat inspirasi epiglotis menutup rima glotis  shg
nafas stridor  dapat terjadi sumbatan jalan nafas. 
Lakukan intubasi ET
v Stenosis Subglotis  daerah subglotik (2-3 cm) dari
pita suara sering terjadi penyempitan (stenosis).
v Selaput di laring  suatu selaput yang transparan
tumbuh didaerah glotis, supraglotik atau suglotik
v Hemangioma  gejalanya terdapat hemoptisis.
Lanjutan kelainan pada laring…
b) Peradangan laring  Laringitis akut /
laringitis kronis
c) Nodul pita suara  nodul putih sebesar
kacang ijo penyalahgunaan suara
(guru/penyayi)
d) Keratosis laring  laring mengalami
pertandukan.
e) Kelainan karena trauma.  karena tulang
atau tertusuk duri.
LARINGITIS
NODUL PITA SUARA
Pengkajian pada laring dan hipolaring
 Suara serak (disfoni) atau tidak keluar suara
sama sekali (afoni)  Sudah berapa lama, apa
didahilui dengan peradangan hidung dan
tenggorok, apa disertai dengan batuk, rasa
nyeri dan penurunan berat badan.
 Batuk Sudah berapa lama, faktor pencetus
batuk, apa yang dibatukkan ? Dahak,
bercampur darah dan jumlahnya, apakah
perokok
 Sulit menelan (disfagia)  sudah berapa lama,
apakah tergantung jenis makanannya, apakah
sebelumnya menderita nueromuskuler
 Rasa ada sesuatu ditenggorok  sdh berapa
lama. Keluhan lain yang menyertai (Letih
mental / Fisik)
Pemeriksaan Laring dan Hipolaring
 Alat : Lampu kepala, kaca laring, lampu spiritus, kasa, glove.
 Prosedur :
1. Atur posisi dengan duduk tegak agak condong kedepan
dengan leher agak flexi.
2. Kaca laring dihangatkan dengan lampu spiritus, sebelum
digunakan dicoba dulu.
3. Pasien diminta membuka mulut dan menjalarkan lidah
4. Lidah ditarik pelan-pelan dengan tangan kiri menggunakan
kasa.
5. Kaca laring dimasukkan dengan kaca menghadap kebawah.,
dengan bertumpu pada uvula dan palatum mole  maka
akan terlihat laring dan hipofaring
6. Untuk melihat daerah sub glotik  Penderita melakukan
inspirasi dalam
7. Untuk menilai gerakan pita suara  Penderita berfonasi atau
inspirasi.
Pemeriksaan Kelenjar Limfe
 Pemeriksa berdiri dibelakang penderita
dan meraba dengan kedua belah tangan
pada seluruh daerah leher dari atas ke
bawah.
 Bila terdapat pembesaran kelenjar limfe
tentukan  Ukuran, bentuk,
konsistensinya, perlekatan dengan
daerah sekitar.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Masalah keperawatan utama pada tenggorok :


a. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan.
 Intervensi :
- Kaji ulang tingkat nyeri
- Berikan penkes sederhana tentang penanganan nyeri.
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kesulitan
menelan atau nyeri menelan
 Intervensi :
- Kaji tingkat intake makanan klien
- Anjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi kalori dan serat.
- Anjurkan klien makan makanan sedikit tapi sering.
- Anjurkan klien untuk makan makanan yang disediakan selagi hangat.
c. Kerusakan komunikasi verbal b/d iritasi jalan napas atas sekunder akibat
infeksi atau pembengkakan.
 Intervensi :
- Kaji tingkat berkomunikasi klien
- Anjurkan klien untuk tidak mencoba bicara.
- Anjurkan klien untuk berkomunikasi lewat tulisan

Anda mungkin juga menyukai