Anda di halaman 1dari 9

STUDI KASUS

Penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien


Isolasi Sosial dengan Pendekatan Model Konseptual
Virginia Henderson
Dewi Eka Putria
a
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Andalas

Abstract : Social isolation is an individual ability degradation in having interaction with others
due to interpersonal function disorder. This paper objective is to present implementation of
nursing care for social isolation client through Social Skills Training (SST) by using Peplau and
Henderson Nursing Theory. The Research taken place at RW 02 and 08 Katulampa Vilage. The
Nursing Care treatment apply to 11 client which 8 of them treated with SST. The Client whom got
SST therapy were able to manage social interaction and built interpersonal relation with other.
Nursing Care at community needs support from the family and the member of the community
through Kader Kesehatan Jiwa (KKJ). It will help Client to maintain their ability to develop
interpersonal relation. Peplau and Henderson theory approach will make easier for nurses in
developing interaction with Social Isolation Client that make SST Therapy more effective.

Keywords: social isolation, social skills training

Abstrak : Isolasi sosial merupakan penurunan/ kehilangan kemampuan individu dalam


berinteraksi dengan orang lain akibat gangguan fungsi interpersonal. Penulisan karya ilmiah ini
bertujuan memberikan gambaran penerapan asuhan keperawatan pada klien isolasi sosial melalui
terapi Social Skills Training (SST) dengan pendekatan teori keperawatan Peplau dan Henderson
di RW 02 dan 08 Kelurahan Katulampa. Asuhan keperawatan diberikan pada 11 klien yang
mengalami isolasi sosial namun hanya 8 orang yang mendapatkan SST. Klien yang mendapatkan
SST mampu berinteraksi sosial dan membina hubungan interpersonal dengan orang lain. Asuhan
keperawatan di komunitas membutuhkan dukungan dari keluarga dan masyarakat melalui Kader
Kesehatan Jiwa (KKJ) agar kemampuan sosialisasi klien membudaya. Pendekatan teori Peplau
dan Henderson akan lebih memudahkan perawat dalam berinteraksi dengan klien isolasi sosial
sehingga pemberian terapi SST lebih efektif.

Kata kunci: isolasi sosial, Pelatihan keterampilan social

Kesehatan jiwa merupakan suatu kesehatan jiwa di Indonesia, hasil riset


kondisi sejahtera dimana individu menyadari kesehatan dasar (Riskesdas, 2007)
kemampuan yang dimilikinya, dapat menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat
mengatasi stress dalam kehidupannya, dapat di Indonesia sebesar 4,6 permil, berarti dari
bekerja secara produktif, dan mempunyai 1000 penduduk Indonesia 4 sampai 5 di
kontribusi dalam kehidupan bermasyarakat antaranya menderita gangguan jiwa berat.
(WHO, 2001). Berdasarkan data status

74
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 8,No 1,Juni 2012 : 74-82

Gambaran di atas menunjukkan bahwa lingkungan masyarakat (community-based


gangguan jiwa di Indonesia sangat banyak. psychiatric nursing care) dalam bentuk
Skizoprenia merupakan salah satu kesehatan jiwa masyarakat.
gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa dapat Perawat memberikan tindakan
diidentifikasi dari respon maladaptif terhadap keperawatan untuk mengatasi masalah isolasi
stresor lingkungan internal dan eksternal sosial melalui terapi generalis dan spesialis.
seperti penurunan kemampuan fungsi pikir, Terapi generalis kepada individu berupa
emosi, perilaku dan sosialisasinya. Carson tindakan membina hubungan saling percaya,
(2000) menyatakan penurunan keterampilan membantu klien menyadari perilakunya, dan
sosial sering terjadi pada klien skizofrenia melatih berinteraksi dengan orang lain secara
karena kerusakan fungsi kognitif dan afektif bertahap (Keliat, 2006). Terapi kelompoknya
pada individu. adalah terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
Isolasi sosial menurut NANDA Adapun terapi spesialis yang dapat diberikan
(2007) suatu pengalaman menyendiri dari adalah terapi kognitif (Cognitive Therapy),
seseorang dan perasaan segan terhadap orang terapi perilaku (Behaviour Therapy), terapi
lain sebagai sesuatu keadaan yang kognitif dan perilaku (Cognitive Behaviour
mengancam. Keliat (2004) mengatakan Therapy), terapi keterampilan sosial (Social
perilaku yang muncul pada klien skizofrenia Skills Training), dan Cognitive Behaviour
72% adalah isolasi sosial di samping perilaku Social Skills Therapy, Supportive dan
negatif lainnya. Ini diperkuat Maramis (2006) psikoedukasi keluarga.
yang menyatakan klien skizofrenia 72% Agar asuhan keperawatan yang
mengalami isolasi sosial. Adapun diberikan lebih terarah sehingga tujuan dapat
karakteristik yang ditemukan pada klien dicapai dengan maksimal maka dibutuhkan
isolasi sosial menurut Nanda (2007) adalah teori keperawatan yang menjadi landasan
menarik diri, tidak komunikatif, autistik, tidak dalam melakukan tindakan. Asuhan
ada kontak mata, sedih, perilaku bermusuhan, keperawatan pada klien dengan isolasi sosial
menghindari orang lain, kesulitan membina yang dilakukan oleh penulis menggunakan
hubungan di lingkungannya dan pendekatan Teori Hildegard E. Peplau’s
mengungkapkan perasaan ditolak. Kondisi ini Interpersonal Process dan Virginia
selanjutnya mengakibatkan klien melupakan Henderson’s Comprehensive Definition.
kebutuhan dasar sehingga pada akhirnya
muncul halusinasi yang dapat membahayakan
dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. PEMBAHASAN
Kondisi ini akan menjadi beban bagi keluarga Isolasi sosial adalah suatu pengalaman
dan lingkungan sekitarnya. menyendiri dari seseorang dan perasaan malu
Melihat kondisi dan akibat lanjut yang dengan orang lain sebagai sesuatu yang
ditimbulkan maka perawat sebagai tenaga negatif atau keadaan yang mengancam dirinya
profesional berkewajiban menolong klien dan (NANDA, 2007). Kegagalan yang sering
keluarga. Upaya yang dapat dilakukan adalah terjadi dalam menghadapi stresor dan
memberikan asuhan keperawatan yang penolakan dari lingkungan mengakibatkan
komprehesif pada individu, keluarga dan individu tidak mampu berpikir secara
lingkungan sekitar klien melalui penggunaan rasional, individu akan berpikir bahwa dirinya
diri sendiri secara terapeutik (therapeutic use orang yang gagal. Ketidakmampuan berfikir
of self) dengan tehnik-tehnik komunikasi yang secara logis menyebabkan timbulnya rasa
sesuai dengan situasi dan kondisi klien yang tidak percaya diri atau harga diri rendah
dilakukan di tatanan rumah sakit dan di dimana individu merasa tidak berguna, dan

75
Putri Eka Dewi, Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien...

merasa malu yang ditunjukkan dalam bentuk sosial dan melakukan interaksi sosial.
perilaku isolasi sosial. Pada klien dengan Tindakan keperawatan diberikan kepada klien
isolasi sosial terlihat adanya gejala negatif sebagai individu, kelompok, keluarga,
dari dimensi utama gejala skizoprenia Secara maupun komunitas, berupa terapi standar
spesifik proses penilaian stresor menimbulkan (generalis) dan terapi spesialis berupa
respon kognitif, respon afektif, respon psikoterapi.
fisiologis, respon perilaku dan respon sosial Terapi generalis yang diberikan
(Stuart, 2009). kepada individu berupa tindakan membina
Penilaian klien isolasi sosial terhadap hubungan saling percaya antara perawat
stresor secara kognitif adalah merasa dengan klien, membantu klien menyadari
kesepian, ditolak orang lain atau lingkungan, perilaku isolasi sosialnya, dan melatih klien
orang lain tidak memahami dirinya, tidak berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
berguna, putus asa, tidak mempunyai tujuan (Keliat, 2006). Adapun terapi generalis yang
hidup, dirinya tidak aman dengan orang lain, dapat dilakukan pada kelompok klien adalah
tidak mampu berkonsentrasi dan mengambil terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS).
keputusan (Keliat, 2005; NANDA, 2007; Sedangkan tindakan keperawatan terapi
Townsend, 2009). Respon afektif berupa afek spesialis berupa psikoterapi. Psikoterapi
yang tidak sesuai, tumpul atau datar dan secara individu berupa terapi kognitif, terapi
kadang apatis, cendrung merasa bingung/ragu perilaku, terapi kognitif-perilaku (Cognitive
sehingga tidak mampu untuk mengambil Behaviour Therapy/CBT) dan Social Skill
keputusan. Klien merasa sedih, cemas, tidak Trainning (SST); terapi kelompok, seperti
ada motivasi, ditolak, sendiri, tidak mampu terapi Suportif, psikoedukasi kelompok,
untuk merasa senang dan takut berhubungan Logotherapy dan CBSST merupakan
dengan orang lain (Townsend, 2009). kombinasi cognitive behavioral therapy
Adapun respon fisiologis yang terjadi (CBT) dan social skills training (SST); terapi
pada klien isolasi sosial berupa lemah, keluarga, berupa terapi Psikoedukasi
penurunan/peningkatan nafsu makan, malas Keluarga; dan terapi komunitas, berupa terapi
beraktivitas, lemah, kurang energi (NANDA, asertif komunitas (Assertif Community
2007; Fortinash, 1999 dalam Jumaini, 2010). Therapy/ACT). Semua terapi di atas dapat
Klien dengan masalah isolasi sosial menurut diberikan kepada klien dengan masalah isolasi
Townsend (2009) menunjukkan perilaku sosial namun pemberiannya secara bertahap,
malas untuk merawat diri, tidak mempunyai hal ini karena variasi dari kondisi dan sumber
tenaga melakukan aktivitas atau berinteraksi koping yang dimiliki klien.
dengan orang lain, menyendiri. Biasanya Social skills training merupakan salah
posisi hanya pada satu tempat/tidak berubah satu terapi spesialis. Social skills training
walaupun sebenarnya posisi tersebut tidak (SST) bertujuan; 1) meningkatkan
nyaman. Sedangkan respon sosialnya adalah kemampuan seseorang untuk meng-
tidak komunikatif, senang menyendiri, tidak ekspresikan apa yang dibutuhkan dan
mau berinteraksi dengan orang lain dan diinginkan; 2) mampu menolak dan
lingkungan sekitarnya (Townsend, 2009). menyampaikan adanya suatu masalah; 3)
Intervensi yang dilakukan pada klien mampu memberikan respon saat berinteraksi
dengan perilaku isolasi sosial bervariasi. sosial; 4) mampu memulai interaksi; 5)
Frisch and Frisch (2006) menyatakan bahwa mampu mempertahankan interaksi yang telah
tindakan keperawatan pada klien isolasi sosial terbina (Eikens, 2000 dalam Renidayati,
bertujuan untuk melatih klien keterampilan 2008). Menurut Stuart (2009) social skills
sosial sehingga merasa nyaman dalam situasi training melatih kemampuan klien dalaM

76
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 8,No 1,Juni 2012 : 74-82

4 (empat) tahapan yaitu; Banyak model konseptual yang dikemukakan


1) menggambarkan perilaku yang baru untuk oleh para ahli keperawatan, salah satunya
dipelajari dengan cara memberikan bimbingan adalah model konseptual keperawatan
kepada klien yang mengalami gangguan Hildegard E. Peplau yang dikenal dengan
dalam hubungan interpersonal; “Interpersonal Process” dan Teori Virginia
2) mempelajari perilaku baru dengan Henderson dengan “Comprehensive
menggunakan bimbingan dan demonstrasi; Definition”.
3) mencoba melakukan perilaku baru dengan Hildegard E. Peplau yang dikenal
memberikan umpan balik; 4) melaksanakan dengan “Interpersonal Process”. Peplau
perilaku baru dalam lingkungan. berpikir bahwa psikodinamik keperawatan
Kekuatan dari seorang perawat ditekankan pada kemampuan yang dimiliki
professional dalam memberikan asuhan oleh perawat agar dapat memahami
keperawatan akan meningkat ketika perilakunya sendiri dalam menolong orang
menggunakan ilmu pengetahuan berdasarkan lain sehingga mampu mengidentifikasi
teori karena secara sistematis akan kesulitan yang dirasakannya. Ada 4
membangun suatu metode yang dapat komponen sentral dalam teori Peplau yaitu
memandu dalam berpikir kritis dan proses interpersonal, perawat, klien dan
mengambil keputusan (Tomey, 2006). kecemasan.

Proses
Interpersonal

Energi
Transformasi

Gambar 1
Model Keperawatan Peplau : Proses Interpersonal

Pada gambar 1. dapat terlihat proses melakukan proses interpersonal secara


interpersonal yang terjadi antara perawat langsung dengan menggunakan komunikasi
dengan klien. Seorang perawat akan terapeutik kepada klien yang sakit yaitu klien
melakukan proses interpersonal kepada klien yang tidak mampu mentransformasi energi
yang mempunyai masalah kesehatan aktual kecemasannya menjadi hal yang produktif.
maupun risiko atau sehat. Perawat akan Perawat selama proses tersebut melaksanakan

77
Putri Eka Dewi, Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien...

6 peran yaitu stranger (orang asing), resource dengan orang lain untuk mengemukakan
person (narasumber), teacher (guru), leader emosi, kebutuhan, rasa takut dan pendapat;
(pemimpin), surrogate (wali/wakil) dan 11. beribadah menurut keimanan; 12. bekerja;
counselor (konselor). Peran tersebut akan 13. berpartisipasi dalam berbagai bentuk
dilaksanakan selama proses interpersonal rekreasi; 14. belajar, menemukan dan
berlangsung yang terdiri atas 4 tahapan kepuasan untuk perkembangan ke arah
dimulai dari orientasi sampai resolusi, untuk keseatan dan menggunakan sarana kesehatan
membantu klien mengatasi kecemasan yang yang ada (Henderson dalam Tomey, 2006).
menjadi stresor dalam kehidupannya dengan Teori Virginia Henderson juga
cara mengajarkan dan melatih individu mengidentifikasi adanya 3 level hubungan
merubah energi dari kecemasan menjadi hal antara klien dengan perawat, dimana perawat
yang positif sehingga berguna untuk bertindak sebagai ; 1. pengganti klien; 2.
perkembangan manusia agar sehat dan penolong klien; 3. teman klien. Henderson
produktif. mendorong sikap empati perawat dalam
Adapun proses terapi menurut konsep memahami klien serta menyatakan bahwa
ini adalah build feeling security (berupaya perawat harus dapat masuk kebawah kulit dari
membangun rasa aman pada klien), trusting kliennya masing-masing agar dapat
relationship (menjalin hubungan yang saling mengetahui apa yang dibutuhkannya
percaya) dan interpersonal satisfaction (Henderson, 1964 dalam Tomey, 2006). Hal
(membina kepuasan dalam bergaul dengan ini berarti seorang perawat harus benar-benar
orang lain sehingga klien merasa berharga dan mampu mengenal dan mengkaji sedalam-
dihormati). Peran perawat dalam terapi adalah dalamnya tetang klien sehingga dapat
share anxieties (berupaya melakukan sharing mengetahui dengan jelas kebutuhannya.
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa Aplikasi Teori Keperawatan Hildegard
yang biasa dicemaskan oleh klien saat E. Peplau Dan Virginia Henderson Pada Klien
berhubungan dengan orang lain), therapist Dengan Isolasi Sosial. Kelainan jiwa
use empathy and relationship (perawat seseorang muncul akibat adanya ancaman.
berupaya bersikap empati dan turut Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan
merasakan apa-apa yang dirasakan oleh (anxiety). Dimana perasaan takut seseorang
klien). Perawat memberikan respon verbal itu didasari adanya ketakutan ditolak atau
yang mendorong rasa aman klien dalam tidak diterima oleh orang sekitarnya. Energi
berhubungan dengan orang. yang dihasilkan dari kecemasan yang semakin
Teori Virginia Henderson dengan meningkat tidak ditransformasikan dengan
“Comprehensive Definition”. Menurut baik sehingga menurunkan tenaga, semangat
Henderson keperawatan memandang manusia dan kemampuan klien dalam melakukan
sebagai individu yang kompleks, terdiri dari aktivitas sehari-hari sehingga klien menjadi
biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual sakit dan mengalami isolasi sosial.
yang memiliki 14 kebutuhan dasar yaitu: 1. Berdasarkan konsep model Peplau dan
bernafas dengan normal; 2. makan dan minum Henderson maka dalam proses interpersonal
adekuat; 3. eliminasi; 4. bergerak dan antara perawat dengan klien isolasi sosial
mempertahankan postur yang diinginkan; 5. terjadi 4 tahapan mulai dari orientasi sampai
tidur dan istirahat yang cukup; 6. memilih resolusi. Agar berlangsungnya proses
pakaian yang sesuai; 7. mempertahankan suhu interpersonal pada fase orientasi maka perlu
tubuh tetap normal; 8. jaga kebersihan tubuh adanya kesepakatan (kontrak). Kesepakatan
dan kulit; 9. hindari bahaya dari lingkungan tersebut merupakan penerapan dari teori
dan melukai orang lain; 10. komunikasi Henderson dimana perawat perlu menyepakati

78
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 8,No 1,Juni 2012 : 74-82

bersama klien tentang keinginan klien untuk Level hubungan perawat dan klien
sembuh, kekuatan dari diri klien untuk mau sebagai pengganti dan penolong yang
bekerjasama dalam menyelesaikan dikemukakan oleh Henderson juga
masalahnya beserta dukungan dari anggota dikemukakan oleh Peplau namun ada 1 (satu)
keluarga dan pengetahuan tentang masalah peran perawat sebagai teman klien belum
yang dihadapi serta cara mengatasinya. Ini ditemukan pada Peplau dan peran ini dirasa
akan membantu mempermudah perawat untuk sangat tepat diberikan kepada klien dengan
dapat menunjukkan konsistensinya dan isolasi sosial. Level atau peran ini akan sangat
mebuat klien lebih terfokus pada tujuan yang membantu bagi klien Isolasi Sosial pada saat
akan dicapai. Dengan demikian perawat dan melakukan pengkajian, hal ini disebabkan
klien isolasi sosial dapat membina hubungan karena bila peran ini dijalankan maka klien
saling percaya sehingga fase-fase selanjutnya akan lebih terbuka sehingga dapat
dapat dilewati secara bertahap. mengungkapkan perasaan dan masalahnya
Model Virginia Henderson juga dengan lebih rinci kepada perawat. Ini akan
mengidentifikasi adanya 3 level hubungan membantu perawat dalam menegakkan
antara klien dengan perawat, dimana perawat diagnosa keperawatan dan memberikan
bertindak sebagai ; 1. pengganti klien; 2. tindakan keperawatan berupa terapi yang
penolong klien; 3. teman klien. Henderson tepat. Sehingga pada akhirnya klien terbebas
mendorong sikap empati perawat dalam dari sakit/masalah dan menjadi mandiri.
memahami klien serta menyatakan bahwa Berikut ini digambarkan tentang skema
perawat harus dapat masuk kebawah kulit dari penerapan konsep model Peplau dan
kliennya masing-masing agar dapat Henderson dalam pelaksanan proses
mengetahui apa yang dibutuhkannya interpersonal antara perawat dengan klien
(Henderson, 1964 dalam Tomey, 2006). isolasi sosial agar dapat belajar cara membina
hubungan interpersonal dengan orang lain.

79
Putri Eka Dewi, Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien...

Kekuatan

Keinginan
Proses
Interpersonal
Pengetahuan 1. Orientasi
2. Identifikasi
3. Ekploitasi
4. Resolusi

Energi
Transformasi

Terapi Keperawatan
(SST)

Gambar 2
Model Keperawatan Peplau dan Henderson dalam
Proses Interpersonal Perawat dengan Klien Isolasi Sosial

PEMBAHASAN
Individu yang mengalami masalah
isolasi sosial awalnya memiliki beberapa terpenuhi sedangkan harapan klien
kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi untuk masa depannya sangat tinggi sehingga
sepanjang perkembangannya seperti secara kondisi ini membuat klien menjadi frustrasi
biologis ditemukan adanya gangguan pada dan tidak berkembang menjadi matur seperti
konteks frontal sehingga menimbulkan gejala yang disampaikan Peplau. Pada akhirnya
negatif dari klien skizoprenia. Bila dilihat timbul perasaan malu, menghindar dari orang
secara psikologis pengalaman masa lalu klien lain dan lingkungan sosialnya yang berlanjut
yang tidak menyenangkan/ kegagalan dalam timbulnya perilaku isolasi sosial.
salah satu tugas perkembangan yang Peplau menyatakan bahwa individu
seharusnya sudah terlewati. Sedangkan secara yang mengalami masalah isolasi sosial adalah
sosial ditemukan, tidak terpenuhinya individu yang tidak mampu
kebutuhan seperti pendidikan, pekerjaan, dan mentransformasikan atau menyalurkan energi
status sosial ekonomi yang rendah. kecemasan yang ditimbulkan oleh stresor-
Semua hal di atas merupakan stresor dalam perkembangan dirinya menjadi
kebutuhan klien yang sampai saat ini belum hal yang produktif. Oleh karena itu klien

80
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 8,No 1,Juni 2012 : 74-82

dengan isolasi sosial membutuhkan perawat 1. Terapi spesialis keperawatan jiwa social
untuk dapat belajar merubah energi skills training (SST) efektif dilakukan
kecemasan akibat stresor menjadi bentuk untuk klien isolasi sosial.
yang produktif sehingga menjadi sehat. 2. Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
Perawat akan membantu klien isolasi pada klien dengan isolasi sosial dapat
sosial melalui tindakan keperawatan yang dilihat dari perubahan kemampuan klien
diberi seperti pemberian terapi SST, dari klien yang tidak mau berinteraksi
berdasarkan penilaian individu terhadap dengan keluarga dan orang lain menjadi
stresor (tanda dan gejala) dan sumber koping mau berinterkasi, dari yang tidak bisa
yang dimiliki. Bila sumber koping yang memulai pembicaraan menjadi mampu
dimiliki klien telah positif dan mendukung untuk memulai pembicaraan, sikap dalam
maka tindakan selanjutnya melatih atau bicara lebih baik seperti ada kontak mata,
mempertahankan kemampuan klien untuk kepala
dapat menyelesaikan masalahnya. Dalam 3. Pendekatan teori Peplau dan Henderson
asuhan keperawatan pada klien perawat sangat efektif digunakan untuk
menggunakan tahapan proses interpersonal memberikan asuhan keperawatan pada
yang dikemukakan oleh Peplau, yang terdiri klien dengan masalah isolasi sosial. Hal
atas tahapan orientasi, identifikasi, ekploitasi, ini disebabkan karena dapat memandu
resolusi (Peplau dalam Fitzpatrick, 1989). perawat untuk memulai interaksi secara
Keberhasilan dalam melaksanakan bertahap sesuai dengan perkembangan
proses interpersonal bersama klien ditentukan kemampuan klien dalam proses
pada tahap orientasi karena pada tahap ini interpersonal.
perawat harus mampu mengubah kepercayaan
klien yang negatif terhadap orang lain. Bila
tahap ini tidak dapat dilewati maka tahapan DAFTAR PUSTAKA
lainnya tidak akan bisa di mulai. Peplau
dalam teorinya kurang memberikan gambaran Carson, V. B. (2000). Mental health nursing:
cara melewati tahap orientasi khususnya pada The nurse-patient journey. (2nd ed).
klien yang memiliki masalah dalam Philadelphia : W.B. Saunders Company.
melakukan proses interpersonal tersebut Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
seperti klien dengan isolasi sosial. Untuk itu (2008). Riset kesehatan dasar 2007.
maka penulis menambahkan dengan teori http://www.litbang.depkes.go.id/Laporan
Henderson yang dapat memperjelas dengan RKD/IndonesiaNasional.pdf. Februari 23,
teorinya bahwa perlu adanya kesepakatan atau 2009.
kontrak yang jelas antara perawat dan klien Fitzpatrick. (1989). Conceptual models of
dalam melakukan hubungan interpersonal nursing: analysis and application. (2nd
yaitu klien akan dapat dibantu oleh perawat ed). East Norwalk.
bila memiliki kekuatan, keinginan dan Frisch, N. C., & Frisch, L. E. (2006).
pengetahuan untuk dapat mancapai Psychiatric mental health nursing. (3th
kemandirian atau terbebas dari penyakit ed). Canada: Thomson Delmar Learning.
dengan segera (Henderson dalam Fitzpatrick, Keliat, B. A., dkk. (1999). Pengaruh model
1989). terapi aktivitas kelompok sosialisasi
(TAKS) terhadap kemampuan komunikasi
verbal dan non verbal pada klien menarik
KESIMPULAN diri di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal
Keperawatan Indonesia, II(8), 277-283.

81
Putri Eka Dewi, Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien...

Keliat, B. A., & Akemat. (2005). Stuart, G. W. (2009). Principles and practice
Keperawatan jiwa terapi aktivitas of psychiatric nursing. (9th ed). St Louis:
kelompok. Jakarta: EGC. Mosby.
Keliat, B. A. (2006). Peran serta keluarga Tomey, A. M. (2006). Guide to nursing
dalam perawatan klien gangguan jiwa. management and leadership. (6th ed). St
Jakarta: EGC. Louis: Mosby.
NANDA. (2007). Nursing Diagnoses: Townsend, M. C. (2005). Essentials of
Definitions & Classification 2007-2008. psychiatric mental health nursing. (3rd ed).
Philadelphia: NANDA International. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Renidayati. (2008). Pengaruh social skills Videbeck, S. L. (2006). Psychiatric-mental
training (SST) pada klien isolasi sosial di health nursing. (4th ed). Philadelphia:
RSJ H.B. Sa’anin Padang Sumatera Barat. Lippincott Williams & Wilkins.
Tesis. FIK-UI. Tidak dipublikasikan. WHO. (2001). The world health report:
Stuart, G. W. & Laraia, M. T. (2005). 2001: mental health: New
Principles and practice of psychiatric understanding, new hope.
nursing. (8th ed). Missouri: Mosby, Inc. www.who.int/whr/2001/en/ diperoleh
tanggal 20 Mei 2011.

82

Anda mungkin juga menyukai