Anda di halaman 1dari 18

6

BAB II

TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

A. Manajemen Psikoedukasi Keluarga


1. Pengertian
Psikoedukasi keluarga adalah salah satu elemen program
perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi ,
edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi
merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatic(Stuart &
Laraia,2008).
Psikoedukasi keluarga adalah suatu metoda berdasarkan pada
penemuan klinis untuk melatih keluarga – keluarga dan bekerja sama
dengan para professional kesehatan jiwa sebagai bagian dari perawatan
menyeluruh secara klinis yang direncanakan untuk anggota keluarga.
Terapi Psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kemampuan
kognitif karena dalam terapi mengandung unsure untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga tentang penyakit, mengajarkan tehnik yang
dapat membantu keluarga untuk mengetahui gejala–gejala
penyimpangan perilaku, serta peningkatan dukungan bagi anggota
keluarga itu sendiri.
2. Penelitian psikoedukasi keluarga
Penelitian psikoedukasi yang berhubungan dengan masalah
fisik yang menimbulkan masalah psikososial telah dilakukan oleh
Nurbani (2009) pada keluarga pasien stroke dengan jumlah sample 22
keluarga kelompok intervensi dan 23 keluarga kelompok control.Dari
hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat penurunan kecemasan yang
bermakna dari keluarga yang telah mendapat psikoedukasi.
Penelitian psikoedukasi yang berhubungan dengan masalah
fisik yang menimbulkan masalah psikososial juga dilaksanakan oleh
7

Boesen (2005) pada pasien Cutaneous Malignant Melanoma dari 262


pasien dengan melanoma dipilih secara acak yang terdiri dari
kelompok intervensi dan kelompok control.Kelompok intervensi
dilakukan psikoedukasi sebanyak 5 sesi dengan diberikan pendidikan
kesehatan, penigkatan ketrampilan penyelesaian masalah, manajemen
stress dan dukungan psikologis.Dari hasil penelitian kelompok
intervensi menunjukkan hasil yang signifikan yaitu berkurangnya
kelelahan, bersemangat atau tenaga lebih kuat, gangguan suasana hati
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok control.

3. Tujuan
Tujuan utama dari terapi psikoedukasi keluarga adalah saling
bertukar informasi tentang perawatan kesehatan mental akibat penyakit
fisik yang dialami, membantu anggota keluarga mengerti tentang
penyakit anggota kelurganya seperti gejala, pengobatan yang
dibutuhkan untuk menurunkan gejala dan lainnya (Varcaloris, 2006).
Pendidikan kelompok keluarga membantu anggota keluarga
membantu aggota keluarga mengerti tentang penyakit anggota
keluarganya seperti gejala, pengobatan yang dibutuhkan untuk
menurunkan gejala dan lainnya. Pertemuan psikoedukasi keluarga atau
beberapa beberapa keluarga memberikan perasaan saling berbagi dan
strategi untuk bersama – sama membagi perasaan yang dirasakan.
Kelompok psikoedukasi keluarga sangat bermanfaat untuk masalah
mental dan sama manfaatnya untuk penyakit medis atau bedah
(Varcarolis,2006).
Tujuan umum dari psikoedukasi keluarga adalah menurunkan
intensitas emosi dalam keluarga sampai pada tingkat yang rendah.
Tujuan khusus antara lain (Varcarolis,2006)
a. Meningkatkan pengetahuan anggota keluarga tentang penyakit dan
pengobatan.
8

b. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam upaya menurunkan


angka kekambuhan atau serangan berulang pada penyakit yang
diderita.
c. Mengembalikan fungsi pasien dan keluarga.
d. Melatih keluarga untuk lebih bisa mengungkapkan perasaan,
bertukar pandangan antar anggota keluarga dan orang lain.
e. Melakukan penelitian yang berkelanjutan tentang perkembangan
keluarga.

Tujuan program pendidikan ini adalah meningkatkan pencapaian


pengetahuan keluarga tentang penyakit, mengajarkan keluarga teknik
pengajaran untuk keluarga dalam membantu mereka melindungi
keluarganya dengan mengetahui gejala – gejala perilaku dan
mendukung kekuatan keluarga ( Stuart& Laraia, 2008). Program ini
juga bertujuan untuk memberikan support keluarga.Keluarga dapat
mengekspresikan beban yang dirasakan seperti masalah keuangan,
social dan psikologis dalam memberikan perawatan yang lama untuk
anggota keluarganya. Walaupun focus dari terapi ini adalah kelompok
psikoedukasi keluarga, tapi pada prinsipnya tujuan dari terapi ini
adalah untuk memberikan perasaan sejahtera atau kesehatan mental
pada keluarga.

4. langkah- langkah manajemen psikoedukasi(vacarolis,2006)

a. Menggali pengetahuan klien tentang penyakit dan cara


pengobatannya

b. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam upaya


menurunkan angka kekambuhan atau serangan berulang pada
penyakit yang diderita.

c. Mengembalikan fungsi pasien dan keluarga


9

d. Melatih keluarga untuk lebih bisa mengungkapkan perasaan,


bertukar pandangan antar anggota keluarga dan orang lain

e. Melakukan penelitian yang berkelanjutan tentang perkembangan


keluarga

B. Isolasi Sosial
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya ( Damaiyanti, 2008).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu
dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai
pernyataan negatif atau mengancam (Nanda-I, 2012)

2. Rentang respon hubungan sosial


Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan
dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal
yang positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang
merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
dalam suatu hubungan.

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Menyendiri kesepian Manipulasi
Otonomi menarik diri Impulsi
Kebersamaan ketergantungan Narkisisme
Saling ketergantungan

Gambar 2.1 Rentang Respon Hubungan Sosial


Sumber : Stuart( 2006)
10

a. Menyendiri (solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan
apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutkan. Solitude
umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide – ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal di
mana individu tersebut mampu untuk saling member dan menerima.
d. Saling ketergantungan (Intedependen)
Intedependen merupakan kondisi saling ketergantungan antar
individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
e. Kesepian
Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya.
f. Isolasi sosial
Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
g. Ketergantungan (Dependen)
Dependen terjadi apabila seseorang gagal mengembangkan rasa
pecaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada
gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai
objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan
individu cenderung berientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan
pada orang lain.
h. Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu
yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak
dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
11

i. Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang
buruk.
j. Narkisisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus –
menurus berusaha mendapakan penghargaan dan pujian, sikap
egosentrik, pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.

3. Penatalaksanaan
Menurut Dalami,dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok
penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan
medis yang bisa dilakukan adalah :
a. Electro convulsive therapy (ECT)
Electro convulsive therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan
dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2
elektroda yang ditempatkan dibagian temporal kelapa (pelipis kiri
dan kanan).Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang
berlangsung 25 – 30 detik dengan tujuan terapeutik.Respon
bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan
faal dan biokimia dalam otak.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan
bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi
ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan
lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa
adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur kepada
pasien.
c. Terapi okupasi
12

Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi


seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja
dipilih dengan maksud untuk memperbaiki , memperkuat dan
meningkatkan harga diri seseorang.

4. Perkembangan Hubungan Sosial


Menurut Stuart dan Sundden(1998) dikembangkan oleh Mustika Sari
(2002). Untuk mengembangkan hubungan sosial positif, setiap tugas
perkembangan sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan
sukses sehingga kemampuan membina hubungan sosial dapat
menghasilkan kepuasan bagi individu.
a. Bayi
Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan
kebutuhan biologisnya. Bayi umumnya menggunakan komunikasi
yang sangat sderhana dalam menyampaiakan kebutuhannya.
b. Pra sekolah
Meterson menamakan masa antara 18 bulan dan 3 tahun adalah
taraf pemisahan pribadi.Anak pra sekolah mulai memeperluas
hubungan sosialnya di luar keluarga khususnya ibunya.Anak
menggunakan kemampuan berhubungan yang telah dimiliki untuk
berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
c. Anak – anak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang
mandiri dan mulai mengenal limgkungan lebih luas, dimana anak
mulai membina hubungan dengan teman – temannya. Pada usia ini
anak mulai mengenal bekerja sama, kompetisi, kompromi.
d. Remaja
Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman
sebaya dan sejenis dan umumnya mempunyai sahabat karib.
Hubungan dengan teman sangat tergantung sedangkan hubungan
dengan orang tua mulai interdependen.
13

e. Dewasa muda
Pada usia ini individu mempertahankan hubungan interdependen
dengan orang tua dan teman sebaya. Individu belajar mengambil
keputusan dengan memperhatikan saran dan pendapat orang lain,
seperti : memilih pekerjaan, memilih karir, dan melangsungkan
pernikahan.
f. Dewasa tengah
Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat
tinggal dengan orang tua, khususnya individu yang telah menikah.
g. Dewasa lanjut
Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan , baik itu
kehilangan fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup, (teman sebaya
dan pasangan), anggota keluarag(kematian orang tua).

5. Etiologi
Berbagai factor dapat menimbulkan respon maladaptive.Menurut
Stuart dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik
tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan
interpersonal. Factor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu :
a. Faktor predisposisi
Beberapa factor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
1) Faktor perkembangan
2) Faktor biologis
3) Faktor sosial budaya
4) Faktor presipitasi

6. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial yaitu :
1. Kurang spontan
2. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
14

3. Ekspresi wajah kurang berseri(ekspresi sedih)


4. Afek tumpul
5. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
6. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap
– cakap dengan klien lain atau perawat.
7. Mengisolasi (menyendiri)
8. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain
9. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.
10. Pemasukan makanan dan minuman terganggu
11. Retensi urine dan feces
12. Aktivitas menurun kurang energi (tenaga)
13. Harga diri rendah
14. Posisi janin saat tidur
15. Menolak hubungan dengan orang lain

7. Batasan karakteristik isolasi sosial


Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut Nanda –I ,
(2012), dibagi menjadi dua , yaitu objektif dan subjektif:
a. Objektif
1) Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
2) Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan
3) Afek tumpul
4) Bukti kecacatan
5) Ada di dalam subkultur
6) Sakit
7) Tindakan tidak berarti
8) Tidak ada kontak mata
9) Dipenuhi dengan pikiran sendiri
10) Menunjukkan permusuhan
11) Tindakan berukang
12) Afek sedih
15

13) Ingin sendirian


14) Tidak komunikatif
15) Menarik diri
b. Subjektif
1) Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan
2) Mengalami perasaan berbeda dari orang lain
3) Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain
4) Tidak percaya diri saat berhadapan dengan public
5) Mengungkapkan perasaan penolakan

8. Akibat Isolasi Sosial


a. Gangguan sensori persepri : halusinasi
b. Resiko perilaku kekerasan(pada diri sendiri, orang lain,
lingkungan, dan verbal)
c. Defisit perawatan diri
9. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Faktor predisposisi
Faktor –faktor predisposisi terjadinya gangguan hubungan
sosial, adalah :
a) Faktor perkembangan
b) Faktor biologis
c) Faktor sosial budaya
d) Faktor komunikasi dalam keluaga
(1.) Stressor presipitasi
(2.) Perilaku
(3.) Sumber koping
(4.) Mekanisme defensif
Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah
regresi, represi, dan isolasi.
Format / data focus pengkajian pada klien dengan isolasi sosial :
16

b. Masalah keperawatan
1) Resiko gangguan persepsi sensori : halusinasi
2) Isolasi sosial
3) Harga diri rendah kroni
c. Pohon masalah

Resiko gangguan persepsi sensori:


halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri rendah kronik

Gambar 2.2 Pohon Masalah


Sumber: Nanda –I , (2012)
d. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah
1) Isolasi sosial
2) Harga diri rendah kronik
3) Resiko gangguan persepsi sensori : halusinasi
e. Rencana Keperawatan Isolasi Sosial
1) Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial
2) Perencanaan
a) Tujuan :
1.) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2.) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
3.) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
17

4.) Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara


bertahap
5.) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain
6.) Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau
keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien
untuk berhubungan dengan orang lain.
b) Kriteria Evaluasi:
1.) Ekspresi wajah bersahabat menunjukkan rasa senang,
ada kontak mata, mau berjabat tangan , mau menjawab
salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat,
mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2.) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang
berasal dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3.) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain.
4.) Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara
bertahap, antara K – P, K – P – K , K – P – Kel , K – P
– Klp .
5.) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain: diri sendiri dan orang
lain.
6.) Keluarga dapat
a.) Menjelaskan perasaannya
b.) Menjelaskan cara merawat klien menarik diri
c.) Mendemonstrasikan cara merawat klien menarik
diri
d.) Berpatisipasi dalamm perawatan klien menarik diri.
3) Intervensi
1.) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan
prinsip komunikasi terapeutik.
18

a.) Sapa klien dengan ramah baik verbak maupun non


verbal
b.) Perkenalkan diri dengan sopan
c.) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
d.) Jelaskan tujuan pertemuan
e.) Jujur dan menempati janji
f.) Tunjukkan sikap empati dari menerima klien apa
adanya
g.) Beri perhatian pada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
Rasionalnya : hubungan saling percaya merupakan dasar
untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya

2.) Kaji perilaku klien tentang perilaku menarik diri dan tanda–
tandanya
Rasionalnya : diketahuinya penyebab akan dapat
dihubungkan dengan faktor resipitasi yang dialami klien
3.) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
Rasionalnya : klien harus dicoba berinteraksi secara
bertahap agar terbiasa membina hubungan yang sehat
dengan orang lain.
4.) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
Rasionalnya : mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien
sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi.
5.) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang
lain.
6.) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain.
19

7.) Bisa berhubungan saling percaya dengan keluarga:


a.) Salam, perkenalkan diri
b.) Sampaikan tujuan
c.) Buat kontrak
d.) Eksplorasi perasaan keluarga
Rasionalnya: keterlibatan keluarga sangat mendukung terhadap
proses perubahan perilaku klien.

f. Strategi Penelaksanaan
1.) Keluarga
a.) SP1K (Strategi Pelaksanaan 1 Keluarga )
(1.) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
(2.) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial
yang dialami klien beserta proses terjadinya
(3.) Menjelaskan cara – cara merawat klien dengan isolasi
sosial
b.) SP2K ( Strategi Pelaksanaan 2 Keluarga )
(1.) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien
dengan isolasi sosial
(2.) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat langsung
kepada klien isolasi sosial
c.) SP3K ( Strategi Pelaksanaan 3 Keluarga )
(1.) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat ( discharge planning)
(2.) Menjelaskan follow up klien setelah pulang
20

C. Konsep Keluarga
1. Definisi keluarga
Keluarga berasal dari bahasa sansekerta: kula dan warga “kulawarga”
yang berarti “anggota” kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan
dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu,
memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban,
tanggung jawab diantara individu tersebut.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpuldan tinggal disuatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion dan Celis didalam keluarga terdapat dua atau
lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah
hubungan perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing – masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan.
Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah:
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah
meraka tetap memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing
mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak, dan adik.
d. Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya ,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota

Dari uraian diatas bahwa keluarga juga merupakan suatu


sistem. Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu: ayah, ibu,
dan anak atau semua individu yang tinggal didalam rumah tangga
21

tersebut. Anggota keluarga saling berinteraksi, interelasi dan


interdependensi untuk mencapi tujuan bersama. Keluarga merupakan
sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya
yaitu lingkungannya yaitu masyarakat dan sebaliknya sebagai
subsistem dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat
mempengaruhi masyarakat (supra sistem). Oleh karena itu betapa
pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia
sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial spiritual.Jadi
sangatlah tepat jika keluarga sebagai titik sentral pelayanan
keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai
anggota yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat.

2. Tipe keluarga
Ada beberapa tipe keluarga yakni:
a. Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri dan anak atau anak –
anak
b. Keluarga conjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan
ayah) dan anak – anak mereka dimana terdapat interaksi dengan
kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.
c. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis
keturunan diatas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi
hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga
nenek.
3. Peranan keluarga
peranan keluarga mengembangkan seperangkat perilaku antar pribadi,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai
peranan yang tedapat didalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Ayah sebagai suami dan istri dan ayah bagi anak – anak , berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
22

aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok


sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
b. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak- anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Anak – anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosialdan spiritual.
4. Tugas keluarga
Pada dasarnya keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing – masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing – masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah naggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota
5. Fungsi keluarga
Dalam kehidupan sehari – hari fungsi keluarga dapat kita lihat dan
sekaligus sudah dapat diterapkan oleh masyarakat atau kelompok
keluarga. Adapun fungsi yang dijalankan keluarga adalah sebagai
berikut:
a. Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa
depan anak.
b. Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
23

c. Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi


anak sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa
aman.
d. Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesame anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
e. Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan
dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala
keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini
dan kehidupan lain setelah dunia.
f. Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga.
g. Fungsi rekeatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton tv bersama,
bercerita tentang pengalaman masing – masing, dan lainnya.
h. Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga ,meneruskan
keturunan sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang,
perhatian dan rasa aman diantara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

Anda mungkin juga menyukai