Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas Mata Kuliah
Filsafat Ilmu dengan judul “Penerapan Asuhan Keperawatan dengan Pendekatan Model
Konseptual Hildegard E. Peplau dan Virginia Henderson pada klien Isolasi Sosial”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.
Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada Ibu Dr. Yayat Suryati, S.Kp., M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah yang
telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan serta arahan sehingga tugas ini
dapat terselesaikan.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
A. Analisis
B. Pembahasan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan
segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang mengancam.
Ancaman yang dirasakan dapat menimbulkan respons, Respon kognitif pasien isolasi
sosial dapat berupa merasa ditolak oleh orang lain, merasa tidak dimengerti oleh orang
lain, merasa tidak berguna, merasa putus asa tidak mampu membuat tujuan hidup serta
tidak mampu konsentrasi dan membuat keputusan. (Suerni1 & PH, 2019).Sedangkan
menarik diri adalah gangguan perawatan diri, gangguan penampilan diri dan potensial
terjadinya halusinasi bahkan keinginan untuk bunuh diri. Mengingat dampak yang
timbulseperti menarik diri maka diperlukan tindakan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan intensif khususnya untuk menarik diri.(Suerni1 & PH, 2019).
Melihat kondisi dan akibat lanjut yang ditimbulkan maka perawat sebagai
tenaga profesional berkewajiban menolong klien dan keluarga. Upaya yang dapat
dilakukan adalah memberikan asuhan keperawatan yang komprehesif pada individu,
keluarga dan lingkungan sekitar klien melalui penggunaan diri sendiri secara terapeutik
(therapeutic use of self) dengan tehnik-tehnik komunikasi yang sesuai dengan situasi
dan kondisi klien yang dilakukan di tatanan rumah sakit dan di lingkungan masyarakat
(community-based psychiatric nursing care) dalam bentuk kesehatan jiwa masyarakat.
Perawat memberikan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah isolasi sosial
melalui terapi generalis dan spesialis. Terapi generalis kepada individu berupa tindakan
membina hubungan saling percaya, membantu klien menyadari perilakunya, dan
melatih berinteraksi dengan orang lain secara bertahap (Keliat, 2006).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan teori model konseptual yang dikembangkan oleh Hildegard Peplau
dan Virginia Henderson
b. Menganalisa kasus dari aplikasi teori Hildegard Peplau dan Virginia Henderson
dalam asuhan keperawatan
C. Manfaat Penulisan
TINJAUAN TEORI
Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan untuk
membantu klien mencapai kematangan perkembangan kepribadian (Chinn dan Jacobs,
1995). Oleh sebab itu perawat berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dan
klien, dimana perawat bertugas sebagai narasumber, konselor, dan wali. Pada saat klien
mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis
pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan klien,
perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan
penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan
memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat
membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan masalah
kesehatannya.
Teori Peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan kolaborasi perawat-
klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui hubungan interpersonal
yang efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien (Beeber, Anderson dan
Sills, 1990). Ketika kebutuhan dasar telah diatasi, kebutuhan yang baru mungkin
muncul. Hubungan interpersonal perawat-klien digambarkan sebagai fase-fase yang
saling tumpang tindih seperti berikut ini : orientasi, identifikasi, penjelasan, dan resolusi
(Chinn dan Jacobs, 1995). Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh
Peplau menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain
yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral
yaitu: Pasien, Perawat, Masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit, Proses
interpersonal. Penjabarannya sebagai berikut:
a. Pasien
b. Perawat
d. Proses Interpersonal
a. Fase Orientasi
Pada fase ini perawat dan klien masih sebagai orang yang asing. Pertemuan
diawali oleh pasien yang mengekspresikan perasaan butuh, perawat dan klien
malakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi proses
pengumpulan data. Pada fase ini yang paling penting adalah perawat bekerja
sama secara kolaborasi dengan pasien dan keluarganya dalam menganalisis
situasi yang kemudian bersama-sama mengenali, memperjelas dan menentukan
masalah untuk ada setelah masalah diketahui, diambil keputusan bersama untuk
menentukan tipe bantuan apa yang diperlukan. Perawat sebagai fasilitator dapat
merujuk klien ke ahli yang lain sesuai dengan kebutuhan.
b. Fase Identifikasi
Fase ini fokusnya memilih bantuan profesional yang tepat, pada fase ini pasien
merespons secara selektif ke orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya.
Setiap pasien mempunyai respons berbeda-beda pada fase ini. Respons pasien
terhadap perawat:
c. Fase Eksploitasi
d. Fase Resolusi
Terjadi setelah fase-fase sebelumnya telah berjalan dengan sukses. Fokus pada
fase ini mengakhiri hubungan profesional pasien dan perawat dalam fase ini
perlu untuk mengakhiri hubungan teraupetik meraka. Dimana pasien berusaha
untuk melepaskan rasa ketergantungan kepada tim medis dan menggunakan
kemampuan.
Ada banyak kesamaan antara proses keperawatan dan fase interpersonal Peplau.
Fase Peplau dan proses keperawatan berurutan dan fokus pada interaksi terapeutik.
Keduanya bila menemui “stress” harus menggunakan tehnik problem solving
secara kolaboratif, dengan tujuan akhir adalah menemukan kebutuhan pasien..
Keduanya menggunakan observasi, komunikasi, dan recording sebagai alat dasar
untuk praktek perawat.
Ada perbedaan juga antara fase Peplau dan proses keperawatan. Keperawatan
profesional saat ini memiliki pengertian tujuan yang lebih jelas dan memiliki area
praktek yang spesifik. Keperawatan beranjak dari peran physician’s helper ke arah
consumer advocay.
Kelebihan :
Kekurangan :
b. Teori Peplau tidak dapat digunakan untuk pasien yang tidak bisa
mengekspresikan kebutuhannya.
a. Perawat harus selalu mengakui bahwa terdapat pola kebutuhan pasien yang
harusdipenuhi.
a. Manusia.
b. Keperawatan
c. Kesehatan
d. Lingkungan
a. Pengkajian
b. Observasi
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Interverensi
Tahap dimana dalam pengaplikasiannya terlebih dahulu melihat prinsip
fisiologis,usia, latar belakang budaya, keseimbangan emosional, kemampuan
intelektual, dan fisik individu.
f. Evaluasi
Adapun proses terapi menurut konsep ini adalah build feeling security
(berupaya membangun rasa aman pada klien), trusting relationship (menjalin hubungan
yang saling percaya) dan interpersonal satisfaction (membina kepuasan dalam bergaul
dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati). Peran perawat dalam
terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang
dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang
lain), therapist use empathy and relationship (perawat berupaya bersikap empati dan
turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberikan respon
verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang.
Level hubungan perawat dan klien sebagai pengganti dan penolong yang
dikemukakan oleh Henderson juga dikemukakan oleh Peplau namun ada 1 (satu) peran
perawat sebagai teman klien belum ditemukan pada Peplau dan peran ini dirasa sangat
tepat diberikan kepada klien dengan isolasi sosial. Level atau peran ini akan sangat
membantu bagi klien Isolasi Sosial pada saat melakukan pengkajian, hal ini disebabkan
karena bila peran ini dijalankan maka klien akan lebih terbuka sehingga dapat
mengungkapkan perasaan dan masalahnya dengan lebih rinci kepada perawat. Ini akan
membantu perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan dan memberikan
tindakan keperawatan berupa terapi yang tepat. Sehingga pada akhirnya klien terbebas
dari sakit/masalah dan menjadi mandiri.
Semua hal di atas merupakan kebutuhan klien yang sampai saat ini belum
terpenuhi sedangkan harapan klien untuk masa depannya sangat tinggi sehingga kondisi
ini membuat klien menjadi frustrasi dan tidak berkembang menjadi matur seperti yang
disampaikan Peplau. Pada akhirnya timbul perasaan malu, menghindar dari orang lain
dan lingkungan sosialnya yang berlanjut timbulnya perilaku isolasi sosial. Peplau
menyatakan bahwa individu yang mengalami masalah isolasi sosial adalah individu
yang tidak mampu mentransformasikan atau menyalurkan energi kecemasan yang
ditimbulkan oleh stresor-stresor dalam perkembangan dirinya menjadi hal yang
produktif. Oleh karena itu klien dengan isolasi sosial membutuhkan perawat untuk
dapat belajar merubah energi kecemasan akibat stresor menjadi bentuk yang produktif
sehingga menjadi sehat.
Perawat akan membantu klien isolasi sosial melalui tindakan keperawatan yang
diberi seperti pemberian terapi SST, berdasarkan penilaian individu terhadap stresor
(tanda dan gejala) dan sumber koping yang dimiliki. Bila sumber koping yang dimiliki
klien telah positif dan mendukung maka tindakan selanjutnya melatih atau
mempertahankan kemampuan klien untuk dapat menyelesaikan masalahnya. Dalam
asuhan keperawatan pada klien perawat menggunakan tahapan proses interpersonal
yang dikemukakan oleh Peplau, yang terdiri atas tahapan orientasi, identifikasi,
ekploitasi, resolusi (Peplau dalam Fitzpatrick, 1989).
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan konsep model Peplau dan Henderson maka dalam proses interpersonal
antara perawat dengan klien isolasi sosial terjadi 4 tahapan mulai dari orientasi sampai
resolusi. Agar berlangsungnya proses interpersonal pada fase orientasi maka perlu adanya
kesepakatan (kontrak). Kesepakatan tersebut merupakan penerapan dari teori Henderson
dimana perawat perlu menyepakati bersama klien tentang keinginan klien untuk sembuh,
kekuatan dari diri klien untuk mau bekerjasama dalam menyelesaikan masalahnya beserta
dukungan dari anggota keluarga dan pengetahuan tentang masalah yang dihadapi serta cara
mengatasinya.
B. SARAN
Terapi spesialis keperawatan jiwa social skills training (SST) efektif dilakukan untuk
klien isolasi sosial. Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial
dapat dilihat dari perubahan kemampuan klien dari klien yang tidak mau berinteraksi
dengan keluarga dan orang lain menjadi mau berinterkasi, dari yang tidak bisa memulai
pembicaraan menjadi mampu untuk memulai pembicaraan, sikap dalam bicara lebih baik
seperti ada kontak mata, kepala Pendekatan teori Peplau dan Henderson sangat efektif
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah isolasi
sosial. Hal ini disebabkan karena dapat memandu perawat untuk memulai interaksi secara
bertahap sesuai dengan perkembangan kemampuan klien dalam proses interpersonal.
Penulis menyarankan bahwa teori peplau dan henderson dapat diaplikasikan dalam proses
asuhan keperawatan jiwa terutama terhadap klien yang mempunyai masalah tentang
kejiawaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, Ns. S.Kep. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG
Keliat, B. A., & Akemat. (2005). Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok. Jakarta:
EGC.
Keliat, B. A. (2006). Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa.
Jakarta: EGC.
Renidayati. (2008). Pengaruh social skills training (SST) pada klien isolasi sosial di
RSJ H.B. Saanin Padang Sumatera Barat. Tesis. FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Stuart, G. W. (2009). Principles and practice of psychiatric nursing. (9th ed). St Louis:
Mosby.
Potter, Patricia Ann et al. 2011. Basic Nursing. Missouri. Mosby Elsevier