Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan keterampilan dapat diperoleh melalui metode

pembelajaran yang didapatkan di dunia pendidikan, menjadi seorang

tenaga kesehatan tentu perlu memiliki keterampilan berupa hard skill

maupun soft skill. Hard skill dapat diartikan sebagai keterampilan teknis

yang dibutuhkan untuk profesi tertentu sedangkan soft skill merupakan

keterampilan non teknis berupa perilaku personal maupun interpersonal.

Meskipun soft skill sangat jarang diperhatikan, tetapi kenyataannya soft

skill sangat penting dimiliki oleh seorang tenaga kesehatan untuk dapat

menjalankan pekerjaannya. Tuntutan publik akan peningkatan kemampuan

dunia pendidikan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada

dunia pekerjaan kini semakin tinggi, hal itulah yang menjadi alasan

seseorang harus mampu memiliki keterampilan berupa soft skill yang baik.

Menurut (Rahdiyanta, 2014) Akibat adanya perkembangan dan

perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan yang lebih cepat, telah

menjadi tantangan nasional dan menuntut perhatian segera dan serius. Hal

ini sangat beralasan karena fenomena dalam era global khususnya yang

berkaitan dengan dunia kerja selalu ditandai oleh ketidakpastian, semakin

cepat dan sering berubah dan menuntut fleksibiitas yang lebih besar.

Perubahan ini secara mendasar tidak saja menuntut angkatan kerja yang

mempunyai kemampuan bekerja dalam bidangnya hard competence

1
namun sangat penting untuk menguasai kemampuan menghadapi

perubahan serta memanfaatkan perubahan itu sendiri soft competence).

Permintaan dunia kerja khususnya dalam bidang kesehatan

terhadap kriteria calon pekerja dirasa semakin tinggi saja. Dunia kerja

tidak hanya memprioritaskan pada kemampuan akademik hard skills saja

tetapi soft skills juga berpengaruh. Kemampuan soft skills disebut juga

dengan kemampuan non teknis. Menurut Berthal (dalam Muqowim, 2012:

5), soft skills diartikan sebagai perilaku personal dan interpersonal yang

mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia.

Realitas menunjukan bahwa ketercapaian Indeks Prestasi (IP) baru

bisa menggambarkan kualitas seseorang dalam aspek kognitif dan belum

bisa menunjukan kualifikasi seseorang dalam bidang soft skills atau

disebut dengan keterampian sosial. Hal ini senada dengan penelitian yang

dilakukan oleh Asosiasi MBA dunia yang dilakukan terhadap lulusan

program MBA yang menyimpulkan bahwa soft skills lebih berperan dalam

peningkatan karir (McGahern, 2009).

Dari hasil survey yang dilakukan pusat Kurikulum Depdiknas juga

terungkap bahwa kunci kesuksesan adalah 80% mindset dan 20%

technical skills (www.its.ac.id). Pemaparan diatas memperlihatkan bahwa

keterkaitan kurikulum dengan pengembangan soft skills mahasiswa

terutama ketika ia menjadi sarjana. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut

Depdiknas mulai memberlakukan kurikulum berbasis kompetensi sejak

tahun 2002. Kebijakan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan

2
Nasional Nomor 232/U/2000 dan Nomor 045/U/2002 yang

mengamanatkan penyusunan kurikulum pendidikan tinggi yang berbasis

kompetensi untuk setiap program studi oleh kalangan perguruan tinggi

(PT) yang bersangkutan (bukan oleh pemerintah). Jadi PT diberi

otonomi/kewenangan dalam menentukan kurikulum program studi yang

diselenggarakannya.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Sebagai salah satu

perguruan tinggi kesehatan di Kabupaten Kuningan, sudah mulai

menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) ini. Namun sayangnya

belum semua program studi mampu menerapkan kurikulum ini. Penerapan

KBK berpengaruh besar terhadap perubahan sistem belajar-mengajar,

yang dulunya teacher-centered (berpusat pada dosen), menjadi student-

centered (berpusat pada mahasiswa). Perubahan proses ini juga

berpengaruh terhadap metode belajar mengajar. Diyakini bahwa metode

belajar yang berpusat pada mahasiswa lebih bisa mengembangkan soft

skills mahasiswa. Oleh karena itu selain memperoleh hard-skills

(komptensi utama sesuai bidang ilmu), mahasiswa juga akan terbiasa

mengasah kemampuan lain yang dibutuhkan untuk mendukung

kesuksesannya dalam menjalankan profesinya dalam hal ini soft skills.

Berdasarkan uraian pada pendahuluan peneliti ingin melihat

seberapa besar pengaruh penerapan kurikulum berbasis kompetensi

terhadap pengembangan soft skills mahasiswa kesehatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Kuningan.

3
1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh penerapan kurikulum berbasis kompetensi

(KBK) terhadap soft skills mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Kuningan?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui adanya pengaruh penerapan kurikulum berbasis

kompetensi terhadap soft skills mahasiswa STIKes Kuningan.

1.3.2 Tujuan Khusus:

a. Mengidentifikasi soft skills mahasiswa KBK di STIKes

Kuningan.

b. Mengidentifikasi soft skills mahasiswa non-KBK di STIKes

Kuningan.

c. Menganalisis pengaruh penerapan kurikulum berbasis

kompetensi terhadap soft skills mahasiswa STIKes Kuningan.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai data dasar dalam

penelitian lanjut serta memperkaya ilmu dalam bidang manajemen

pendidikan kesehatan berbasis hasil penelitian.

1.4.2 Manfaat Praktis

4
a. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan bisa membentuk karakter

mahasiswa untuk siap menghadapi kehidupan setalah

perkuliahan.

b. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk diterapkan di setiap

perguruan tinggi. Serta diharapkan penelitian ini dapat

dikembangkan dikemudian hari dengan rancangan penelitian

yang lebih baik.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam

memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan dimasa yang

akan datang dalam bentuk karya tulis ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai