Disusun oleh :
Muhammad Ridho S
NIM. S081808007
A. Latar Belakang
Standar Nasional Pendidikan memiliki fungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu, dan bertujuan untuk menjamin
mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Artinya, standar
pendidikan merupakan fondasi dalam membangun pendidikan Indonesia untuk
mencapai mutu pendidikan Indonesia. Dengan kualitas pendidikan yang
dihasilkan maka diharapkan kualitas manusia bangsa Indonesia meningkat.
Kebijakan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengelola pendidikan
adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Pasal 4
dalam PP tersebut menyatakan, bahwa standar nasional pendidikan merupakan
sarana untuk menjamin mutu pelayanan pendidikan. Standar pendidikan meliputi
standar isi, proses, ketenagaan, sarana dan prasarana, pengelolaan, evaluasi,
pembiayaan, dan kompetensi lulusan. Dengan adanya standar nasional tersebut
maka arah peningkatan mutu pendidikan Indonesia menjadi lebih jelas. Bila
setiap satuan pendidikan telah mencapai atau melebihi standar nasional
pendidikan tersebut, maka diharapkan mutu pendidikan akan tercapai.
Pembangunan pendidikan yang dilakukan selama ini masih menghadapi
sejumlah tantangan, baik yang terkait dengan kondisi internal sistem pendidikan
nasional, maupun yang bersumber pada perubahan dalam segala aspek
kehidupan, di tingkat lokal, nasional, dan pada tatanan global. Kondisi tersebut
menuntut adanya sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi.
Pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang
memadai. Itulah sebabnya standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan
perlu ditetapkan.
Kualitas lulusan adalah tercapainya standar kompetensi lulusan (SKL) yang
telah ditetapkan oleh menteri pendidikan. Standar kompetensi tersebut terkait
dengan jenjang pendidikan, jenis sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Yang
dimaksud Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah seperangkat Kompetensi
lulusan yang diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik. Standar ini harus
diukur dan diamati untuk memudahkan pengambilan keputusan bagi guru, tenaga
kependidikan lain, peserta didik, orang tua, dan penentu kebijaksanaan. Standar
bermanfaat sebagai dasar penilaian dan pemantauan proses kemajuan dan hasil
belajar peserta didik (Muhaimin, 2012: 230). Disebut berkualitas manakala
lulusan dapat mencapai standar yang telah ditentukan. Semakin tinggi dan
melampaui standar semakin berkualitas pula lulusan tersebut. Sebaliknya,
semakin jauh dari standar semakin rendah kualitas yang bersangkutan.
Penguasaan kompetensi tersebut diukur dalam skor nilai sebagai cermin dari hasil
belajar (Zamroni, 2013: 2).
Kriteria kelulusan siswa dirumuskan dalam SKL (Standar kompetensi
Lulusan) merupakan bagian dari komponen Standar Nasional Pendidikan. PP No
19 Tahun 2005 menyebutkan bahwa kualifikasi kemampuan lulusan mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL menjadi rujukan dalam menyusun
soal Ujian Nasional dengan menyesuaikan kurikulum di sekolah. Mardapi (2009)
menyebutkan langkah penyusunan soal Ujian Nasional adalah sebagai berikut:
(1) Kabupaten/kota memilih guru-guru yang berkualitas untuk diusulkan menjadi
calon penyusun soal Ujian Nasional tingkat provinsi, (2) Guru-guru yang terpilih
tersebut dilatih dalam penyusunan soal Ujian Nasional oleh Puspendik selama
tujuh hari, (3) Soal yang telah tersusun direview oleh tim dengan melibatkan
dosen dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, (4) Soal yang telah
direview dan diperbaiki menjadi master soal Ujian Nasional dan disimpan oleh
dinas pendidikan provinsi.
Soal Ujian Nasional menuntut kemampuan siswa dengan pemahaman tingkat
tinggi atau High Order Thinking (HOT). Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai
salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu satuan pendidikan dasar seleksi
masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan, dan dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, (Hadiana, 2015).
Rofi’uddin dan Zuhdi dalam Halimah (2008) mengungkapkan rendahnya
kemampuan lulusan dalam baca-tulis, hal tersebut didukung oleh hasil penelitian
The International Association for the Evaluation of Educational Achievement
(IEA, 1992) yang menyatakan bahwa kemampuan membaca peserta didik di
Indonesia berada pada urutan ke 26 dari 27 negara yang menjadi sampel
penelitian. Tepatnya kemampuan membaca peserta didik sekolah. Kemampuan
membaca siswa di Indonesia masih rendah. Hal tesebut dapat diukur pada
kemampuan siswa memahami dan menyelesaikan soal Ujian Nasional.
Studi literatur penelitian sebelumnya mengenai penerapan Standar
Kompetensi Lulusan, diantaranya menurut Juniarti dkk. (2014) bahwa pengaruh
kompetensi guru terhadap kinerja guru sebesar 64%, artinya kinerja guru sangat
dominan ditentukan oleh kompetensinya dan kompetensi lulusan (74%)
ditentukan oleh kinerja para gurunya. Kinerja guru dipengaruhi oleh budaya
sekolah, yakni kerja sama antara kepala sekolah, guru dan lingkungan sarana
prasarana yang mendukung pembelajaran. Hal tersebut berpengaruh pada
pengembangan kompetensi guru sebagai pendidik. Dengan budaya yang
kondusif, akan menumbuh kembangkan motif bekerja dengan baik dan produktif.
Soal Ujian Nasional tentunya mengalami pengembangan walaupun berasal
dari materi yang sudah diajarkan, oleh karena itu peserta didik memerlukan
tingkat pemahaman yang lebih baik untuk menyelesaikannya. Hal tersebut
menjadi pertimbangan bagi sekolah dalam menyusun SKL. Setiap tahun SKL
ditentukan melalui rapat antara komite sekolah, guru dan orang tua dengan
mempertimbangan hasil try out sekolah. Penelitian ini difokuskan pada
penerapan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Melalui penelitian ini diperoleh
gambaran mengenai peran dan hambatan yang ditemui guru dalam penyusunan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dirumuskan masalahnya
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran kompetensi guru dalam Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) ?
2. Bagaimanakah hambatan guru dalam pelaksanaan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peran kompetensi guru dalam Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) ?
2. Untuk mengetahui hambatan guru dalam pelaksanaan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) ?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai referensi ilmiah dalam ilmu pendidikan tentang pelaksanaan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang sesuai dengan standar
pendidikan nasional.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Menambah pemahaman tentang penerapan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL).
b. Bagi peneliti
Menambah wawasan tentang kesulitan yang dihadapi guru dalam
penerapan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
BAB II
LANDASAN TEORI
2. Profesionalisme Guru
Peran inspirasional dimainkan oleh para guru ketika mereka membangun
fondasi Sistem pendidikan nasional membuat orang menganggap profesi mereka
sebagai yang sangat dihormati dan diinginkan pekerjaan. Guru dianggap sebagai
pembangun bangsa dan pemimpin masyarakat. Guru memiliki andil yang sangat
besar terhadap kebehasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya
secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh
peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam
kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara
satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan. Guru juga harus bepacu
dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta
didik, agar dapat mengembangkan potensinnya secara optimal.
Dalam hal ini pemerintah dalam membangun profesionalisme guru membuat
program yang tergesa-gesa untuk inisiatif pendidikan universal. Dengan cepat
pemerintah merekrut ratusan ribu guru yang tidak siap. Karena sebagian besar
guru adalah pegawai negeri dan mereka bersindikasi dalam satu-satunya serikat
yang diakui oleh pemerintah, mereka diharuskan untuk mengembangkan
kurikulum nasional. Dengan pertumbuhan ekonomi, profesi lain mulai
mengesampingkan status istimewa guru sebelumnya di masyarakat (Tatang
Suratno, 2014). Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2015
merupakan reformasi komprehensif dari manajemen dalam pengembangan guru.
Menurut Undang-Undang tersebut tentang guru dan dosen minimal memiliki
empat kopetensi yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Seorang guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kompetensi
tersendiri agar dapat menuju pendidikan yang berkualitas, efektif dan efisien serta
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan guru yang profesional
harus memiliki empat kompetensi, diantaranya:
1. Kompetensi Pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan
potensi yang dimiliki peserta didik, perencanaan dan pelasanaan
pembelajaran , serta pengevaluasian hasil belajar.
2. Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang bermental sehat dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, kreatif,
sopan santun, disiplin, jujur, rapi. Serta menjadi usatun hasanah bagi peserta
didik
3. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi baik dengan peserta didik, orang tua peserta didik dan
masyarakat, sesama pendidik/ teman sejawat dan apat bekerja sama dengan
dewan pendidikan/komite sekolah, mampu berperan aktif dalam pelestarian
dan pengembangan budaya masyarakat, serta ikut berperan dalam kegiatan
sosial.
4. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara mendalam dan memiliki berbagai keahlian dibidang pendidikan.
Asrivi ,Queen Elvina Sevtivia, Fathur Rokhman & Sri Maryati Deliana,
Penerapan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Sekolah Dasar. Journal of Primary Education, 6 (3) ISSN: 257 – 266,
2017.
Halimah, L. 2008. Pemberdayaan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar dalam
Upaya Meningkatkan Kompetensi Berbahasa Indonesia Siswa Kelas 4 SD
Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Jurnal Pendidikan Dasar, 10: 1–7.
Murniati, A. R., Bahrun, & Irawati, C. A. 2016. Kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru pada Sekolah Dasar
Negeri 17. Jurnal Administrasi Pendidikan, 4(2), 51–60.
Mardapi, Dj.Desain dan Penilaian Pembelajaran Mahasiswa. Makalah Disajikan
dalam Lokakarya Sistem Jaminan Mutu Proses Pembelajaran tanggal 19
Juni 2003 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2013.
Raharjo, Sabar Budi. Kontribusi Delapan Standar Nasional Pendidikan Terhadap
Pencapaian Prestasi Belajar., Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20,
Nomor 4, Desember 2014.
Suratno, Tatang. The education system in Indonesia at a time of significant
changes, Centre international d'études Pédagogiques, ISSN: 1254-4590,
Mei 2014.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional, 2003)
Putu, Subawa. Standarisasi Dunia Pendidikan, Jurnal Penjaminan Mutu
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentangguru Dan
Dosen