Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVAISOR

TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DI SMP PGRI BELIS

Oleh:

Rifaha Mabakotawasi

200304015

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULT ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan usulan penelitian ini
dengan judul “Pengaruh Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Untutkank
Meningk Kualitas Pembelajaran Di Mi Luhu”. Shalawat dan salam senantiasa kita
ucapkan kepada baginda Rasulullah SAW, Keluarga, sahabat dan kaum muslimin.
Semoga kita senantiasa tetap istiqomah dalam menjalankan ajaran-ajarannya.
Penulis sadari bahwa penulisan usulan proposal ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari isi pembahasan. Penulis
berharap penulisan ini bisa bermanfaat

Ambon, Oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang


sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya Manusia.
Dewasa ini keunggulan suatu bangsa bukan lagi diidentikkan dengan
melimpahnya ruang kekayaan alam yang ada, akan tetapi lebih kepada
keunggulan sumber daya manusianya, karena mutu sumber daya manusia
berkontribusi bagi mutu pendidikan. Mutu secara umum adalah gambaran dan
karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya
dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks
pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan
(Depdiknas, 2001). Dan sesuai Mandat uu no 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional, Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa
Sumberdaya manusia dan perangkat lunak serta harapan-harapan untuk
Berlangsungnya proses. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat
diukur dari tingkat kesiapan input. Semakin tinggi input pendidikan, semakin
tinggi pula mutu pendidikan tersebut. Berlangsungnya proses disebut input,
sedangkan hasil proses disebut output. proses yang dimaksud adalah proses
pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan
program, proses belajar mengajar, terhadap mutu pendidikan atau di tetapi oleh
pemerintah Tetang 8 standar Peningkatan kualitas pendidikan di tanah air harus
selalu dilakukan agar setiap wilayah memiliki standar yang sama. Pemerintah
telah mencanangkan program Standar Nasional Penddikan yang dijadikan dasar
untuk melakukan berbagai tindakan seperti perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan. Standarisasi dilakukan agar mutu pendidikan di Indonesia dapat
terus ditingkatkan. Penyusunan Standar Nasional Pendidikan pun telah
disempurnakan dengan perencanaan yang terarah dan berkelanjutan. Setiap proses
yang dilakukan tentunya menyesuaikan perubahan kehidupan di skala nasional
dan global. Berikut adalah 8 Standar Nasional Pendidikan di tanah air: Standar
Isi, standar (SI), ini berkaitan dengan pengembangan dan pelaksanaan kurikulum.
Standar Proses (SP), yang memiliki kaitan dengan proses pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), yaitu standar yang
berkaitan dengan pencapaian standar dan hasil belejar para peserta didik standar
pendidikan dan tenaga kependidikan (SPTK), di mana pendidikan harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompentensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, standar sarana dan prasarana (SPP), setiap satuan pendidikan wajib
memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,
buku dengan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan, Peningkatan kualitas pendidikan di tanah air harus selalu
dilakukan agar setiap wiayah memiliki standar yang sama. Pemerintah telah
mencanangkan program Standar Nasional Penddikan yang dijadikan dasar untuk
melakukan berbagai tindakan seperti perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
Standarisasi dilakukan agar mutu pendidikan di Indonesia dapat terus ditingkatkan
penyusunan standar Nasional Pendidikan pun telah disempurnakan dengan
perencanaan yang terarah dan berkelanjutan. Setiap proses yang dilakukan
tentunya menyesuaikan perubahan kehidupan di skala nasional dan global1.
8 Indikator tersebut menjadi tolok ukur dalam pelaksanaan pendidikan terutama
untuk akreditasi sekolah. Pada saat akreditasi, maka pihak sekolah perlu
mempersiapkan beberapa dokumen yang menunjukan bahwa institusi telah
memenuhi setiap elemen standarisasi. Makah dari itu peran kepala sekolah
sebagai supervasor harus mampu menjawab permasalahan baik eksternal maupun
internal yang timbul dari sekolah, SMP PGRI Belis adalah sekolah yang berada
1
(Yogyakarta: Gava Media, 2011), h. 13412Ngalim Purwanto, Administrasi Dan

Supervisi Pendidikan (Bandung: PT Rosda Karya, 2013)


di kecamatan waru kabupaten Serama Bagian Timur provinsi Maluku, kepala
sekolah sebagai supervaisor kurang mampu meningkatkan mutu pendidik
terhadap sekolahnya
1. Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah
Gaya kepemimpinan kepala sekolah merupakan karakteristik seseorang
untuk mempengaruhi orang lain atau orgnisasi, sehingga orang lain mau dan
mampu bergerak serta meneladani sikap dan watak pribadinya kearah pencapaian
tujuan.6 Gaya yang diperoleh seorang pemimpin satu dengan yang lainya berbeda,
tergantung pada situasu dan kondisi kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan
merupakan norma prilaku yang dipergunakan seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.7 Dimensi dari gaya kepemimpinan
kepala sekolah yaitu: kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan
sosial. Gaya kepemimpinan kepala sekolah dapat diartikan sebagai persepsi para
guru dan seluruhnya karyawan suatu sekolah terdapat pola dan prilaku atau bentuk
dari tata cara seorang kepala sekolah dalam mempengaruhi para bawahannya
supaya mau menggerakkan tugasnya dengan senang hati untuk mencapai tujuan
dari sekolah tersebut. Perintah pemimpin dipandang sebagai satu-satunya yang
paling benar sehingga tidak boleh dibantah. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain
bagi bawahan selain tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang pemimpin. 11
Gaya kepemimpinan otokratis memandang bahwa segala sesuatunya ditentukan
oleh kepala sekolah sehingga tidak menerima saran atau ide dari bawahannya.
Adapun indikator dari gaya kepemimpinan otokratis yaitu: (1) Menganggap
organisasi milik pribadi, (2) Menganggap bahwa organisasi sebagai alat, (3) Tidak
menerima saran atau pendapat, (4) Menggunakan pendekatan yang bersifat
paksaan dan menghukum.Pemimpin menjadi penguasa absolut yang selalu
mendikte anggotanya untuk melaksanakan sesuatu dengan keinginannya. Ia tidak
senang didebat, tidak suka meminta pendapat anggotanya, yang ia suka adalah
anggotanya yang melaksanakan tugas berdasarkan perintahnya secara patuh tanpa
banyak protes. 12 Dapat peneliti simpulkan bahwa gaya kepemimpinan otokratis
adalah pemimpin yang bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya.
Dimana pemimpin yang otokritas ini menganggap bahwa dirinya lebih dari segala
hal dibandingkan dengan bawahannya. Serta dalam pengambilan keputusan selalu
diputuskan sendiri dan tidak menerimah saran atau ide dari bawahannya. b. Gaya
kepemimpinan demokrati Gaya kepemimpinan ini menyajikan ruang kesetaraan
dalam pendapat, sehingga guru, staf dan pengawi lainnya memiliki hak yang
sama.11 Daryanto, Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran.

B. Fokus penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas agar pelelitian tidak terlalu meluas,
maka focus penelitian hanya mengenai ’’Bagimana Implementasi
Manajemen Kepala Sekolah sebagai Sepervasor terhadap mutu Pendidikan
di SMP PGRI Belis.

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahannya yang ada dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana impelementasi manajemen kepalah sekolah sebagai
supervaisor dalam meningkatkan mutu Pendidikan di SMP PGRI
Belis.
2. Apa saja factor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasi
manajemen supervaisor dalam mutu Pendidikan di SMP BGRI Belis.

D. Tujuan penelitian
Berdasarkan urain rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan impelementasi manajemen
kepalah sekolah sebagai supervaisor terhadap mutu Pendidikan di SMP
PGRI Belis.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan factor pendukung dan
penghambat dalam mengimplementasikan manajemen supervaisor
terhadap mutu Pendidikan di SMP PGRI Belis.
E. Manfaat pelelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun
praktis yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah wawasan dalam hal manajemen mutu
Pendidikan dan menjadi sumbangan pikiran bagi pengelolah
sekolah.
b. Sebagai bahan informasi dan bandingan bagi penelitian lain yang
mermaksud melalukan penelitian dengan masalah yang sama.
c. Sebagai bahan kajian lebih lanjut oleh para peneliti dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Bagai peneliti diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagai peneliti lain yang membahas masalah yang
sama.
b. Bagai kepalah sekolah sebagai supervaisor harus mengelolah

informasi dan masukan yang baik dalam upaya meningkatkan mutu

Pendidikan yang baik kepada siswa.

F. Definisi istilah
Berdasarkan focus dan rumusan masalah penelitian, maka urain definisi
istilah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Implementasi

Adalah sebuah penerapan atau mengoperasikan terhadap suatu


aktivitas untuk mencapai mutu pendidikan atau tujuan suatu kegiatan.
2. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan di atur berdasarkan urutan
dan fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi manajemen itu merupakan suatu
proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
3. Manajemen mutu Pendidikan
Manajemen mutu dalam konteks Pendidikan dapat diartikan sebuah
cara atau metode meningkatkan performansi secara terus menerus pada
hasil atau proses disebuah Lembaga Pendidikan dengan
mendayagunakan semua sember daya manusia dan modal yang
tersedia Manajemen mutu pendidikan menjadi agenda utama untuk
meningkatkaan kualitas pendidikan. Konsep manajemen mutu
pendidikan di lingkungaan sekolah dapat dilihat dari hasil ujian peserta
didik. Selain itu, bagaimana alumni dapat menerapkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan nyata. Perubahan tingkah
laku yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik yang
dapat dibuktikan dengan peran serta peserta didik dalam kehidupan
masyarakat.2 Mutu dari pendidikan dapat diketahui dari pemenuhan
delapan standar pendidikan yang harus dipenuhi oleh sekolah. Delapan
standar pendidikan tersebut meliputi: a) standar isi (pelaksanaan dan
pengembangan kurikulum), b) standar proses, c) standar penilaian, d)
standar kompetensi lulusan, e) standar pendidik dan tenaga
kependidikan, f) standar pengelolaan elemen di institusi pendidikan, g)
standar pembiayaan pendidikan, h) standar sarana dan prasarana
pendidikan.
BAB II

KAJIAN TEORI

2
2Barnawi & M.Arifin, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Teori & Praktik

(Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2017), 145. 3Ahmad Susanto, Manajemen

Peningkatan Kinerja Guru (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), 205.


A. Kepemimpinan kepala sekolah

Istilah kepemimpinan (leadership) berasal dari kata leader artinya


pemimpin atau lead artinya memimpin. Leadership sudah menjadi kajian
tersendiri dalam ilmu manajemen. Sebagian besar teori menjelaskan
definisi kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan
berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan
pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat
struktur, serta menfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok
atau terlihat kesamaannya. Definisi berbeda dalam berbagai hal, termasuk
siapa yang bisa menanamkan pengaruhnya, dan hasil dari pengaruh itu
sendiri. Jika ditelaah berbagai sumber akan dijumpai pengertian-
pengertian yang berbeda mengenai kepemimpinan, tergantung dari jenis
sumbernya dan yang merumuskan pengertian tersebut. Para peneliti
biasanya mendefinisikan kepemimpinan menurut pandangan pribadi
mereka, serta aspek-aspek fenomena dari kepentingan yang paling baik
bagi para pakar yang bersangkutan. 437 Stogdil mengatakan: “There are
almost as many defenitions of leadership as there are persons who have
attempted to define the concept” (jumlah definisi kepemimpinan hampir
sama banyak dengan orang yang mencoba mendefinisikan konsep itu)
Walaupun demikian, tampaknya ada kata sepakat bahwa kepemimpinan
mencakup suatu proses pengarhu, seperti yang dikatakan Stephen
P.Robbins:” Leadership as the ability to influence agroup toward the
achievement of goals.” Dengan demikian, kepemimpinan merupakan
proses mempengaruhi untuk mencapai suatu masa depan suatu organisasi.
Kepemimpinan diterjemahkan ke dalam istilah: sifat-sifat, perilaku
pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan antar
kerjasama antar peran, kedudukan dari suatu jabatan administratif, dan
persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.3 Menurut Soejorno
3
1Ralp M Stogdill, Handbook of Leadership: A survey of the literature, New York Free Press,
1974, h. 259. 2Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, Mexico: Prentice Hall, 2003, h. 314
Soekamto Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang
(yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang
dipimpin atau pengikut-pengikutnya) sehingga orang lain tersebut
bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin. Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan
sesorang untuk mempengaruhi orang lain dengan pendekatan sifat, prilaku,
pola interaksi,dan kedudukan sehingga perbuatannya mengarah pada
pencapaian tujuan organisasi. Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga
pendidikan harus bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan
sekolah. Ia mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk
menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah
SMP PGRI Belis yang dipimpinnya.

B. Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala sekolah


Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab
terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan
tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan
pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar
Pancasila dan UUD 1945. Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab
atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja, akan tetapi
segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan kondisi dan
situasinya serta hubungannya dengan masyarakat sekitarnya merupakan
tanggung jawabnya pula. Inisiatif dan kreatif yang mengarahkan kepada
perkembangan dan kemajuan sekolah adalah merupakan tugas dan
tanggung jawab kepala sekolah. Namun demikian, dalam usaha
memajukan sekolah dan menanggulangi kesulitan yang dialami sekolah
baik yang berupa atau bersifat material seperti perbaikan gedung,
penambahan ruang, penambahan perlengkapan dan sebagainya maupun
yang bersangkutan dengan pendidikan anak-anak, kepala sekolah tidak

3Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), h.


17. 4Soerjono Soerkamto, Sosiologi Suatu Pengajar (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1990), h. 318.
dapat bekerja sendiri. Kepala sekolah harus mengadakan kerjasama
dengan personal sekolah. Menurut H.M. Daryanto, bahwa kegiatan
sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah, yaitu:
a. Kegiatan mengatur proses belajar mengajar.
b. Kegiatan mengatur kesiswaan.
c. Kegiatan mengatur personalia.
d. Kegiatan mengatur peralatan pengajaran.
e. Kegiatan mengatur dan memelihara gedung dan perlengkapan
sekolah.
f. Kegiatan mengatur keuangan.
g. Kegiatan mengatur hubungan antara sekolah dan masyarakat.
Menurut E. Mulyasa, dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala
sekolah setidaknya harus mampu berfungsi sebagai berikut:
a. Edukator (pendidik)
b. Manajer
c. Administrator
d. Supervisor
e. Leader (pemimpin)
f. Innovator
g. Motivator.
Kepala sekolah sebagai edukator harus memiliki strategi yang tepat untuk
meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik di sekolahnya, menciptakan iklim
sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah,memberikan
dorongan kepada seluruh tenaga pendidik serta melaksanakan model
pembelajaran yang menarik. Kepala sekolah harus berusaha menanamkan,
memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai menurut E. Mulyasa
yaitu pembinaan mental, moral, fisik dan artistik.4 Pembinaan mental adalah
membina para tenaga pendidik tentang sikap batin dan watak. Pembinaan moral
adalah pembinaan tentang perbuatan baiik dan buruk, sikap dan kewajiban sesuai

4
5H.M. Daryanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), h. 80. 6E. Mulyasa,
Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Cet: X; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 98.
dengan tugas masingmasing. Pembinaan fisik adalah pembinaan jasmani,
kesehatan dan penampilan, sedangkan pembinaan artistik adalah pembinaan
tentang kepekaan terhadap seni dan keindahan. Dalam rangka meningkatkan
kinerja sebagai edukator, kepala sekolah harus merencanakan dan melaksanakan
program sekolah dengan baik, antara lain :
a. Mengikutkan tenaga pendidik dalam penataran guna menambah wawasan, juga
memberi kesempatan kepada tenaga pendidik untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang yang lebih tinggi.
sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai
kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

C. Kepala sekolah sebagai administrator


sangat diperlukan karena kegiatan disekolah tidak terlepas dari
pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan dan pendokumentasian
seluruh program sekolah. Dalam menjalankan fungsinya sebagai
administrator, kepala sekolah harus mampu menguasai tugas-tugasnya dan
menjalankan tugasnya dengan baik. Ia bertanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan sekolah, mengatur hal yang menyangkut kesiswaan, sarana dan
prasarana, yang dibutuhkan dalam pelajaran, ketatausahaan, kurikulum
serta mengatur hubungan dengan masyarakat. 5Kegiatan tersebut perlu
dilakukan secara efektif agar administrasi sekolah dapat tertata dan
terlaksana dengan baik. Kemampuan kepala sekolah sebagai administrator
harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi
pembelajaran, bimbingan dan konseling, kegiatan praktikum, kegiatan di
perpustakaan, data administrasi peserta didik, guru, pegawai TU, penjaga
sekolah, teknisi dan pustakawan, kegiatan ekstrakurikuler, data
administrasi hubungan sekolah dengan orang tua murid, data administrasi
gedung dan ruang dan surat menyurat. Kepala sekolah sebagai
administrator dalam hal ini juga berkenaan dengan keuangan, bahwa untuk

5
10Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan (Cet. I; Bandung: CV. Pustaka Setia,199), h,
140.
tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya.
Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan
kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat
kompetensi para gurunya. Masalah keuangan adalah masalah yang peka.
Oleh karena itu, dalam mengelola bidang ini kepala sekolah harus hati-
hati, jujur dan terbuka agar tidak timbul kecurigaan baik dari staf maupun
dari masyarakat atau orang tua murid. Banyak keperluan sekolah yang
harus dibiayai, dan semakin banyak pula biaya yang diperlukan. Dalam hal
ini kepala sekolah harus memiliki daya kreasi yang tinggi untuk mampu
menggali dana dari berbagai sumber, diantaranya dapat diperoleh misalnya
dari siswa atau orang tua, masyarakat, pemerintah, yayasan, para
dermawan dan sebagainya. Disamping itu kepala sekolah juga harus
mampu mengalokasikan dana atau anggaran yang memadai bagi upaya
peningkatan sekolah/SMP PGRI Belis. Kepala Sekolah Sebagai
Supervisor berfungsi untuk membimbing, membantu dan mengarahkan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan untuk menghargai dan
melaksanakan prosedur-prosedur pendidikan guna menunjang kemajuan
pendidikan. Kepala sekolah juga harus mampu melakukan berbagai
pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga
pendidik. Hal ini dilakukan sebagai tindakan preventif untuk mencegah
agar para tenaga pendidik tidak melakukan penyimpangan dan lebih hati-
hati dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mengetahui sejauh mana guru
mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu
melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan meliputi kegiatan
kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung,
terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan
dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini,
dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang
bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut
tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus
mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin). Dalam teori kepemimpinan
setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan
yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada
manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala
sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat
dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.
Kepemimpinannya tersebut harus didukung dengan kepribadian yang baik.
Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara
langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kompetensi seluruh komponen pendidikan, yang pada
gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.
D. Peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan
kualitas pendidikan
Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam
kemampuan penyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan
serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi
pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas,
pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra kurikuler,
pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian.
Kemampuan melaksanakan program supervise Kepala sekolah dalam
kedudukannya sebagai supervisor berkewajiban membina para guru agar
menjadi pendidik dan pengajar yang baik. Bagi guru yang sudah baik agar
dapat dipertahankan kualiasnya dan bagi guru yang belum baik dapat
dikembangkan menjadi lebih baik. Sementara itu, semua guru yang baik
dan sudah berkompeten maupun yang masih lemah harus diupayakan agar
tidak ketinggalan jaman dalam proses pembelajaran maupun materi yang
menjadi bahanajar. Agar pelaksanaan tugas-tugas itu dapat dikerjakan
dengan baik, maka kepala sekolah dituntut mempunyai berbagai cara dan
teknik supervisi terutama yang berhubunganya dengan pelaksanaan tugas-
tugas guru dan karyawan, dan pertumbuhan jabatan. Karena kepala
sekolah sebagai pemimpin utama dan penggerak dalam pelaksanaan
pendidikan dan pembelajaran. Kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas
sebagai supervisor, hendaknya dilaksanakan dengan demokratis ia
menghargai pendapat guru, dan memberikan kesempatan untuk
melahirkan gagasan dan pendapat. Keputusan yang di ambil dengan jalan
musyawarah, karena tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan bersama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan perlu dikembangakan pada setiap
guru oleh kepala sekolah sebagai supervisor adalah kepribadian guru,
peningkatan profesi secara kontinue, proses pembelajaran, penguasaan
materi pelajaran, keragaman kemampuan guru, keragaman daerah, dan
kemampuan guru dalam bekerjasama dengan masyarakat. Kepala sekolah
sebagai supervisor atau pengawas yang tugaskan di lembaga Depag
maupun Diknas, harus benar-benar mengerti bantuan apa yang sebenarnya
dibutuhkan oleh guru dalam melaksanakan dan meningkatkan kualitas
profesionalnya. Meningkatkan mutu pembelajaran menjadi landasan
profesionalisme supervisi pendidikan. Karenanya diperlukan perubahan
dan pengembangan visi berorientasi pada mutu, kecerdasan siswa, dan
paradigma baru pendidikan. Pengawas adalah orang yang diberi tanggung
jawab tugas dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan kepengawasan akademik dan pengawasan manajerial pada
satuan pendidikan/sekolah. Supervisi berfungsi membantu (assiting)
memberi support (supporting) dan mengajak mengikutsertakan (sharing).
Dilihat dari fungsinya, tampak dengan jelas peranan supervisi itu. Peranan
itu tampak dalam kinerja supervisor yang melaksanakan tugasnya.
Mengenai peranan supervisi dapat dikemukakan berbagai pendapat para
ahli. Menurut Peter F. Olivia Seorang supervisor berperan sebagai:
1. Sebagai koordinator ia dapat mengkoordinasikan program belajar
mengajar, tugas-tugas anggota staf sebagai kegiatan yang berbedabeda di
antara guru-guru. Contoh konkret mengkoordinasi tugas satu mata pelajar
yang dibina oleh berbagai guru.
2. Sebagai konsultan ia dapat memberi bantuan, bersama
mengkonsultasikan masalah yang dialami guru baik secara individual
maupun secara kelompok. Misalnya, kesulitan dalam mengatasi dalam
tahap muka kelas.
3. Sebagai pemimpin kelompok ia dapat memimpin sejumlah staf
mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan prifesional
guru-guru secara bersama. Sebagai pemimpin kelompok ia dapat
mengembangkan keterampilan dari kiat-kiat dalam bekerja untuk
kelompok, bekerja dengan kelompok dan bekerja melalui kelompok.
4. Sebagai evaluator ia dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan
proses belajar, dapat menilai kurikulum yang sedang dikembangkan. Ia
juga belajar menata dirinya sendiri. Ia dibantu dalam merefleksi dirinya
yaitu, konsep diri, ide/cita-cita dirinya, realitas dirinya.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis dan pendekatan penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian kualitatif, penelitia kualitatif


(Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, perestiwa, aktifitas social,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual mapun
kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-
prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyempulan. Penelitian
kualitatif bersifat induktif Peneliti membiarkan permasalah-permasalahan
muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpertasi. Data himpun
dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks
yang mendetil disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam,
serta hasil analisis dokumen dan catata-catatan. Penelitian kualitatif
berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertolak dari pandangan
positivism. Penelitian kualitatif berangkat dari filsafat konstruktifisme,
yang memandang kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan menuntut
interprestasi berdasarkan pengalaman social.” Reality is
multilayer”interactive and a shared social experience interpretation by
indewidual” ( Mcmilan and schunacker, 2001). Peneliti kualitatif
memandang kenyataan sebagai kontruksi social, individu atau kelompok
menarik atau memberi makna kepada sesuatu kenyataan dengan
mengkonstuksinya.
B. Lokasi dan waktu penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian di SMP PGRI Belis Waru yang beralamat di Jln
Lintas seram timur kecamatan waru, Dusun Fakar, kota Bula, provinsi
Maluku.
2. Waktu penelitian
Penelitian terkait impelementasi manajemen kapalah sekolah sebagai
supervaisor terhadap mutu Pendidikan di SMP PGRI Belis.
C. Subjek penelitian
Subjek dalam konsep penelitian merujuk pada narasumber, atau
informasi yang hendak dimintai informasi atau digali datanya, narasumber
atau informasi adalah orang yang bisa memberika informasi-informasi
utama yang dibutukan dalam penelitian, sedangkan dikalangan kualitatif,
subjek penelitian juga disebut juga dengan informasi, yaitu orang yang
memberikan informasi tentang apa yang sedang diteliti oleh penulis.
Penelitian ini juga disebut dengan responden. Menurut Suharsima
Arikunto sebagai penulis buku “Prosedur penelitian: suatu bpendekatan
praktik”, pengertian subjek penelitian adalah garis atau batasan penelitian
yang berguna untuk peneliti dalam menetukan benda atau orang sebagai
titik letaknya variable penelitian. Adapun subjek penelitian yang akan di
ambil yaitu:
1. Kepala sekolah sebagai sepervaisor di SMP PGRI Belis
2. Mutu Pendidikan yang ada di SMP PGRI Belis
3. 8 standar mutu pindidikan di SMP PGRI Belis
4. Peran tenaga pengajar dalam membantu kualitas siswa di SMP PGRI
Belis.

D. Sumber data penelitian


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini di bedakan menjadi
dua yaitu: Sumber data primer
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari
obyek yang diteliti sehingga dapat diambil, diteliti, dan kemudian
diolah sendiri oleh peneliti, sehingga dapat diambil kesimpulan.
Adapun sumber data primer adalah kepalah sekolah sebagai
supervaisor, mutu Pendidikan di SMP PGRI Belis. Jumlah subjek
penelitian ini tidak dapat ditentukan sebelum pengumpulan data
selesai dilakukan. Penentuan jumlah subjek tersebut akan
tergantung pada tingkat keberagaman dan tingkat kejenuhan data
yang diperoleh nantinya.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak
langsung dari sumber penelitian dengan mempelajari dokumen,
buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian ini atau data yang
diperoleh dalam bentuk sudah jadi, yaitu diolah dan disajikan oleh
pihak lain. Adapun sumber data sekunder yang dibutuhkan seperti
dokumen dapat berupa buku, foto dan bagan. Yang mana hal
tersebut digunakan untuk mendapatkan data-data mengenai
gambaran umum sekolah SMP PGRI Belis.

A. Teknis dan Instrumen Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan langkah ataupun proses yang penting
dalam melakukan penelitian untuk pengadaan data lapangan.
Pengumpulan data lapangan sangat bertujuan bagi peneliti dalam
menyelesaikan penelitiannya. Oleh karena itu, pengumpulan data
lapangan diperlukan dalam suatu penelitian.
Pengumpulan data kualitatif menurut Lincoln & Guba dalam Salim
menggunakan wawancara, observasi dan dokumen (catatan atau arsip).
Wawancara, observasi dan kajian dokumen saling mendukung dan
melengkapi dalam memenuhi data yang diperlukan sebagaimana fokus
penelitian. Data yang terkumpul tercatat dalam catatan lapangan.6
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data penelitian dengan
cara turun ke lapangan tepatnya di sekolah SMP PGRI Belis. Dalam
memperoleh data dan informasi yang di butuhkan maka peneliti
menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang disesuaikan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti yaitu:
1. Observasi

6
Salim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Citapustaka Media, 2018), h. 114.
Observasi atau pengamatan merupakan suatu metode atau cara
mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam metode
observasi ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan.
Yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan
mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. Teknik observasi
atau disebut dengan pengamatan adalah kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh
panca indra untuk mendapatkan pengumpulan data. Jadi observasi
merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan
penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan atau dengan
pengecapan.7
Dengan melakukan observasi, peneliti berharap dapat
mengumpulkan informasi yang lengkap dan akurat terkait
implementasi manajemen sarana prasarana dalam meningkatkan
minat dan bakat di SMP PGRI Belis.
2. Wawancara
Wawancara terhadap informan sebagai sumber data dan
informasi dilakukan dengan tujuan penggalian informasi tentang
fokus penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Salim,
wawancara ialah percakapan yang bertujuan, biasanya antara dua
orang (tetapi kadang-kadang lebih) yang diarahkan oleh salah
seorang dengan maksud memperoleh keterangan.8 Wawancara
yang dilakukan peneliti bertujuan untuk menanyakan secara
langsung tentang implementasi manajemen sarana prasarana dalam
meningkatkan minat dan bakat di SMP PGRI Belis. Instrumen
yang digunakan dalam teknik ini ialah dengan menggunakan
handphone sebagai rekam suara dan mengambil gambar kemudian

7
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan Dan Tenaga
Kependidikan, (Jakarta : Kencana, 2011), h. 206.
8
Salim, Op. Cit, h. 119.
juga membawa alat tullis pulpen dan buku serta data pertanyaan
yang sudah disiapkan.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen-dokumen
yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus penelitian. 9
Studi dokumentasi bertujuan untuk memperoleh atau mendapatkan
data tertulis maupun foto mengenai gambaran umum SMP PGRI
Belis, sejarah berdirinya, bangunan fisik, kegiatan dan fasilitas.
Melalui teknik dokumentasi, peneliti dimungkinkan
memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau
dokumen yang ada pada responden. Instrumen yang digunakan
dalam metode ini ialah terdiri atas dua macam yaitu pedoman
dokumentasi yang membuat garisgaris besar atau kategori yang
akan dicari datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel
yang akan dikumpulkan datanya.

B. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menguraikan keteranganketerangan atau data-data yang diperoleh agar
data-data tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti
tetapi juga oleh orang yang ingin mengetahui hasil penelitian tersebut.
Untuk menyajikan data agar mudah dipahami, maka langkah-langkah
anlisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis
Interactive Model dari Miles dan Huberman, yang membagi langkah-
langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu:
1. Pengumpulan data
Pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan data
hasil wawancara, hasil observasi, dan berbagai dokumen

9
Syaodih Sukmadinata Nana, Op. Cit, h. 222.
berdasarkan kategorisasi yang sesuai dengan masalah
penelitian yang kemudian dikembangkan penajaman data
melalui pencarian data selanjutnya. Pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dengan
terkumpulnya data yang dapat dari penelitian maka peneliti
dapat menemukan teori baru. Hal-hal yang perlu diperhatikan
saat melakukan pengumpulan data adalah menciptakan
hubungan yang baik antara peneliti dengan sumber data. Hal ini
terkait dengan teknik pengumpulan data yang akan digunakan
misalnya observasi, wawancara atau pengamatan.
2. Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongan, mengarahkan, membuang data
yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa sehingga simpulan final dapat ditarik dan
diverifikasi. Menurut Mantja dalam Harsono, reduksi data
berlangsung secara terus menrus sepanjang penelitian belum
diakhiri.10 Reduksi data adalah lebih memfokuskan,
menyederhanakan, dan memindahkan data mentah kedalam
bentuk yang lebih
mudah dikelola. Produk dari reduksi data adalah berupa
ringkasan dari catatan lapangan, baik dari catatanawal,
perluasan, maupun penambahan.
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi
yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan.
Penyajian data dimaksudkan untuk menemukan polapola yang
bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan
simpulan serta memberikan tindakan. Menurut Sutopo (dalam
10
Harsono, Etnografi Pendidikan Sebagai Desain Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Muhammadiyah
Universitas Perss, 2011), h. 169.
Harsono, 2008: 169) menyatakan bahwa sajian data berupa
narasi kalimat, gambar/ skema, jaringan kerja dan tabel sebagai
narasinya.
Langkah selanjutnya adalah penyajian data, yang
merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari sutu kegiatan
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan ditarik
semenjak peneliti menyususn pencatatan, pola-pola,
pernyataanpernyataan, konfigurasi, arahan sebab akibat, dan
berbagai proposisi

Anda mungkin juga menyukai