Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

(TA 2022/2023)

Mata Kuliah : Riset Kualitatif

Nama : Anggi Ulfah Mawaddah

NPM : 215121227

JAWABAN!

1. Pengertian, tujuan dan landasan teori konsep penelitian kualitatif

Metode penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang bersifat deskriptif


serta cenderung menggunakan analisis. Metode kualitatif ini menjadikan peneliti
menjadi instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive
dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif atau kualitatif, serta hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada
makna daripada generalisasi. Dalam penelitian kualitatif, landasan teori dimanfaatkan
oleh peneliti sebagai pemandu, agar proses penelitian lebih fokus dan sesuai dengan
fakta yang ditemui di lapangan. Jenis penelitian kualitatif umumnya dbagi menjadi 5
jenis penelitian, yaitu phenomenology, ethnography, case study research, grounded
theory, dan historical research. Phenomenological research adalah salah satu jenis
penelitian kualitatif yang dilakukan dengan pengumpulan data disertai observasi. Hal itu
bertujuan untuk mengetahui fenomena esensial partisipan dalam hidupnya. Grounded
theory adalah salah satu jenis penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti untuk
menarik generalisasi tentang hal-hal yang diamati secara induktif, teori abstrak tentang
proses, tindakan atau interaksi berdasarkan pandangan partisipan penelitian.
Ethnography adalah jenis penelitian kualitatif yang dilakukan terhadap budaya dan
kondisi alamiah tertentu melalui observasi dan wawancara. Case studies adalah
penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti untuk eksplorasi secara mendalam
terhadap program, kejadian, proses, aktivitas terhadap satu orang atau lebih.
Sementara itu, narrative research adalah penelitian kualitatif yang dilakukan oleh
peneliti untuk melakukan studi terhadap satu individu atau lebih untuk mendapatkan
data tentang sejarah atau laporan naratif

Penelitian kualitatif memiliki tujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan


sedalam-dalamnya dengan mengumpulkan data sedalam-dalamnya. Pada penelitian
kualitatif, peneliti lebih menekankan pada kedalaman data yang didapatkan. Semakin
dalam serta semakin detail yang diperoleh, maka semakin baik pula kualitas dari
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dimulai dengan ide yang dinyatakan dengan
pertanyaan penelitian (research questions). Pertanyaan penelitian tersebut yang
nantinya akan menentukan metode pengumpulan data dan bagaimana menganalisisnya.
Metode kualitatif bersifat dinamis, artinya selalu terbuka untuk adanya perubahan,
penambahan, dan penggantian selama proses analisisnya

2. Karakteristik penelitian kualitatif


Karakteristik metode kualitatif dapat terbagi menjadi 3 elemen utama, yaitu desain,
proses pengumpulan data, dan analisis data.
Desain, Penelitian kualitatif bersifat naturalistik atau sesuai dengan keadaan sebenarnya
dilapangan, sehingga peneliti harus terbuka dengan semua fenomena yang mungkin
akan muncul.
Proses Pengumpulan Data, dalam proses pengumpulan data, pengalaman peneliti akan
menjadi hal yang sangat dibutuhkan. Karena pada penelitian kualitatif, semakin
mendalam pengumpulan narasi atau wawancara yang dapat dilakukan, maka akan
semakin baik.
Analisis Data, Pada proses analisis data, riset kualitatif akan melibatkan proses induktif,
dimana hasil pengamatan akan dijadikan dasar untuk menemukan pola dan tema
penelitian. Meskipun begitu, karena keadaan sosial yang terbilang cukup sensitif,
peneliti mungkin akan menemukan perubahan temuan jika keadaan di lapangan
berubah.
3. Perbedaan penelitian kualitatif dengan kuantitatif
No ASPEK Penelitian Kualitatif Penelitian kuantitatif

1 Masalah yang Menekankan pada banyak aspek Menekankan pada beberapa


diteliti dari satu variabel, jika mungkin variabel
terjadi permasalahan yang diteliti
lebih mendalam

2 Tujuan Mengembangkan kepekaan konsep menguji teori dan menegakkan


dan penggambaran realitas yang fakta-fakta
tidak tunggal (jamak)

3 Pola pikir Ke lapangan -> menemukan data -> ada masalah -> berteori ->
data dicocokan dengan teori -> berhipotesis -> ke lapangan ->
teori bersifat buttom up mencari data -> menguji
hipotesis -> teori bersifat top
down
4 Responden jumlah kecil sekitar 10 orang, Responden penelitian
diambil secara purposive kuantitatif diambil secara
random (acak) dari data
lapangan yang diambil.

5 Objek yg perilaku manusia dan proses kerja perilaku manusia serta gejala
diteliti alam

6 Desain studi kasus survey, studi kasus, eksperimen


penelitian

7 Sampel jumlah kecil, dipilih dengan tujuan Besar, memiliki kelompok


tertentu kontrol yang dipilih secara
random dengan pertimbanagn
strata yang ada

8 Metode lebih menekankan pada observasi Angket, wawancara, observasi,


pengumpulan dan wawancara check list
data

9 Bentuk data Kata-kata, kalimat, gembar, berupa angka


perilaku, replika, manuskrip

10 sifatnya deskriptif deskriptif, komparatif dan


asosiatif.

11 Analisisnya tidak menguji hipotesis, tetapi menjawab masalah dan menguji


menjawab masalah hipotesis

12 Hasil lebih menekankan pada makna generalisasi


penelitian

4. Usulan judul, latar belakang dan rumusan masalah


"Kondisi Kesehatan Jiwa Sebelum Bercerai dan Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perceraian
di Kabupaten Kuningan tahun 2023"
A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di
dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016) terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial
dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah
yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia
untuk jangka panjang. Kesehatan jiwa merupakan bagian penting terhadap terciptanya
sumber daya manusia Indonesia yang produktif dan sekaligus merupakan aset bangsa yang
berharga. Menjaga kesehatan jiwa seluruh masyarakat Indonesia merupakan tugas semua
pihak. setiap orang memiliki hak untuk dihargai dan mendapatkan perlakuan layak sesuai
dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Adapun bentuk nyata perwujudan terhadap
hak tersebut tercermin dari sejak kecil berupa dukungan psikologis yang diberikan keluarga
kepada setiap anggota keluarganya. Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat harus mampu
menjadi garda terdepan berperan dalam menjaga kesehatan jiwa anggota keluarganya dan
menjadi pihak yang memberikan pertolongan pertama psikologis apabila tampak gejala-
gejala yang mengarah pada masalah kesehatan jiwa. Ruang lingkup psikologis keluarga
(kesehatan jiwa keluarga) menurut Lestari (2016) yaitu manajemen rumah tangga,
komunikasi antar anggota keluarga, pengembangan potensi dalam keluarga, strategi
mengatasi permasalahan dan penyelesaian masalah dalam rumah tangga atau pernikahan.

Pernikahan merupakan penyatuan antara laki-laki dan perempuan dalam ikatan


keluarga dengan tujuan mengharapkan kebahagiaan. Namun, tidak semua pernikahan
berjalan dengan lancar dan sesuai seperti yang diharapkan oleh setiap pasangan. Beragam
permasalahan yang harus dihadapi sehingga banyak pasangan yang tidak mampu
menghadapi dan mempertahankan keutuhan keluarganya. Ketidakmampuan istri atau
suami dalam mempertahankan keluarga mengakibatkan retaknya hubungan, bahkan tidak
sedikit yang berakhir dengan perceraian (Suryaningrum, 2019). Menurut Hurlock (1989)
dalam Iqbal (2022) mendefinisikan pernikahan merupakan periode inividu belajar seumur
hidup bersama sebagai suami istri membentuk suatu keluarga dan mengelola sebuha rumah
tangga. Jika tugas ini dapat dilalui dan diselesaikan dengan baik, akan membawa
kebahagiaan dan keharmonisan dalam keluarga, tugas tersebut tidaklah mudah untuk dilalui
oleh pasangan suami istri karena banyak hal yang harus di hadapi setelah menikah, salah
satunya yaitu komunikasi yang baik antar keluarga. Namun, tidak semua pernikahan
berjalan dengan lancar dan sesuai seperti yang diharapkan oleh setiap pasangan. Beragam
permasalahan yang harus dihadapi sehingga banyak pasangan yang tidak mampu
menghadapi dan mempertahankan keutuhan keluarganya. Ketidakmampuan istri atau
suami dalam mempertahankan keluarga mengakibatkan retaknya hubungan, bahkan tidak
sedikit yang berakhir dengan perceraian (Suryaningrum, 2019).

Percerian merupakan fenomena yang tengah terjadi di masyarakat saat ini, angka
perceraian yang semakin meningkat dikarenakan berbagai faktor yang menyebabkannya.
Beberapa dampak buruk yang timbul akibat perceraian adalah kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, seksual, psikologis. Perceraian bukanlah hal mudah dilalui
bagi individu yang mengalaminya. Berdasarkan data Kementerian Agama Jawa Barat (2022)
mengungkapkan angka kasus perceraian di Jabar selama tiga tahun terakhir mengalami
peningkatan. Sepanjang 2022 ini, kasus perceraian di Jabar mencapai 67.108. Berdasarkan
data resmi Pengadilan Tinggi Agama Jabar atau PTA Bandung, hingga saat ini total kasus
cerai gugat mencapai 50.606. Sementara itu, kasus cerai talak mencapai 16.502. Jika ditotal
mencapai 67.108 kasus. Sementara itu, dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada
2021 angka perceraian di Jabar mencapai 98.088 kasus. Kasus perceraian di Kabupaten
Kuningan selama adanya pendemi corona fluktuatif. Hal ini terbukti dengan meledaknya
kasus pada tahun 2020, bulan Juni sebanyak 388 kasus, sementara untuk bulan Mei
sebanyak 96 kasus dan April 191 kasus. Meledaknya kasus pada Juni tidak terlepas ada
pembatasan jam operesional (Kuningan MAS, 2020). Sejak Bulan Januari hingga Juli 2019,
Pengadilan Agama Kabupaten Kuningan menerima sedikitnya 20 pasangan per hari,
pendaftar proses sidang perceraian di Kabupaten Kuningan. Jika jumlah tersebut
diakumulasikan maka dalam 7 bulan ini, diprediksi sudah sekira 3000 pasutri yang
mengalami perceraian di Kabupaten Kuningan (Kuningan Religi, 2022). Berdasarkan latar
belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelititan mengenai perceraian karena
sampai saat ini perceraian merupakan masalah/fenomena yang harus segera diatasi.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka sebagai perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah "Bagaimana kondisi kesehatan jiwa seseorang sebelum
bercerai dan faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan perceraian?"

Anda mungkin juga menyukai