Anda di halaman 1dari 2

TUGAS RISET KUANTITATIF

Nama : Anggi Ulfah Mawaddah

NPM : 215121227

Dosen pengampu : Murtiningsih, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat

Riset Question : Apakah Kesehatan jiwa keluarga mempengaruhi kejadian perceraian (divorce) di
kabupaten Kuningan?

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia,
termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia,
dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah
kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang. Kesehatan jiwa merupakan bagian penting terhadap
terciptanya sumber daya manusia Indonesia yang produktif dan sekaligus merupakan aset bangsa yang
berharga. Menjaga kesehatan jiwa seluruh masyarakat Indonesia merupakan tugas semua pihak. setiap
orang memiliki hak untuk dihargai dan mendapatkan perlakuan layak sesuai dengan harkat dan
martabat sebagai manusia. Adapun bentuk nyata perwujudan terhadap hak tersebut tercermin dari
sejak kecil berupa dukungan psikologis yang diberikan keluarga kepada setiap anggota keluarganya.
Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat harus mampu menjadi garda terdepan berperan dalam
menjaga kesehatan jiwa anggota keluarganya dan menjadi pihak yang memberikan pertolongan
pertama psikologis apabila tampak gejala-gejala yang mengarah pada masalah kesehatan jiwa. Ruang
lingkup psikologis keluarga (kesehatan jiwa keluarga) menurut Lestari (2016) yaitu manajemen rumah
tangga, komunikasi antar anggota keluarga, pengembangan potensi dalam keluarga, strategi mengatasi
permasalahan dan penyelesaian masalah.

Menurut Hurlock dalam Iqbal (2022) mendefinisikan pernikahan merupakan periode inividu
belajar seumur hidup bersama sebagai suami istri membentuk suatu keluarga dan mengelola sebuha
rumah tangga. Jika tugas ini dapat dilalui dan diselesaikan dengan baik, akan membawa kebahagiaan
dan keharmonisan dalam keluarga, tugas tersebut tidaklah mudah untuk dilalui oleh pasangan suami
istri karena banyak hal yang harus di hadapi setelah menikah, salah satunya yaitu komunikasi yang baik
antar keluarga. Namun, tidak semua pernikahan berjalan dengan lancar dan sesuai seperti yang
diharapkan oleh setiap pasangan. Beragam permasalahan yang harus dihadapi sehingga banyak
pasangan yang tidak mampu menghadapi dan mempertahankan keutuhan keluarganya.
Ketidakmampuan istri atau suami dalam mempertahankan keluarga mengakibatkan retaknya hubungan,
bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan perceraian (Suryaningrum, 2019). Percerian adalah
Fenomena yang tengah terjadi di masyarakat saat ini, angka perceraian yang semakin meningkat
dikarenakan berbagai faktor yang menyebabkannya. Beberapa dampak buruk yang timbul akibat
perceraian adalah kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, seksual, psikologis. Perceraian
bukanlah hal mudah dilalui bagi individu yang mengalaminya.
REFERENSI

Amalia, R.M. (2017). Ketahanan Keluarga dan Kontribusinya Bagi Penanggulangan Faktor Terjadinya
Perceraian. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora. Vo.4. 2 september 2017.

Hurlock, E.B. (2012). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
(terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Kurniawati, N. (2021). Determinana Faktor Perceraian Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kota
Mojokerto. Jurnal Keperawatan. 2021.

Lestari, S. (2016). Hubungan Antara Keterbukaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa Riau Di
Yogyakarta. Thesis. 30 Januari 2019

Suryaningrum, Nugrahayu. (2019). Determinan Perceraian di Jakarta Timur Tahun 2014 (Studi Data
Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri). Forum Ilmu Sosial 46 (2). Desember 2019.

Anda mungkin juga menyukai