Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KEGIATAN

PENELITIAN DOSEN INTERNA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS


HIDUP LANSIA

Ketua Peneliti : Ando Fikri Hakim NIDN 404068704


Anggota 1 : Tri Wahyuningsih NIDN 0414088203
Anggota 2 : Yuda Abdul Rohman NIM E.0105.20.047
Anggota 3 : Yoga Ariyanto NIM E.0105.20.046

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI


1
TAHUN
2021
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN DOSEN INTERNA

Judul Penelitian : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia


Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Ando Fikri Hakim
b. NIDN : 404068704
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Program Studi : DIII Keperawatan
e. Nomor HP : 082317120477
f. Alamat surel (e-mail) : hakimandofikri1@gmail.com
Anggota Tim (1)
a. Nama Lengkap : Tri Wahyuningsih
b. NIDN : 0414088203
c. Perguruan Tinggi : STIKes Budi Luhur Cimahi
Anggota Tim (2)
a. Nama Lengkap : Yuda Abdul Rohman
b. NIM : E.0105.20.047
c. Perguruan Tinggi : STIKes Budi Luhur Cimahi
Anggota Tim (3)
a. Nama Lengkap : Yoga Ariyanto
b. NIM : E.0105.20.046
c. Perguruan Tinggi : STIKes Budi Luhur Cimahi
Biaya Penelitian : Rp. 3.000.000,- (Dana Mandiri)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ketua Tim,

Reini Astuti,S.Kp.,M.Kep Ners. Ando Fikri Hakim, MAN


NIP: 197604242007091000 NIP: 198706042011101163

Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Ryka Juaeriah, SST., MM., M.Keb.


NIP: 197903232007081081

2
1. RINGKASAN
Cepatnya pertumbuhan populasi lansia terjadi di Indonesia, hal tersebut dapat
dilihat dari meningkatnya jumlah lansia yang cukup signifikan. Tahun 2010 penduduk
lansia di Indonesia hanya 18,03 juta jiwa (7,56%). Tahun 2016 meningkat menjadi 23,66
juta jiwa (9,03%). Jumlah tersebut akan terus mengalami peningkatan, pada tahun 2020
jumlah lansia diprediksi akan meningkat menjadi 27,08 juta jiwa (9,99%), dan tahun
2030 sekitar 40,95 juta jiwa (13,82%), serta pada tahun 2035 diprediksi meningkat
menjadi 48,19 juta jiwa (15.77%). Hampir lima dekade, persentase lansia Indonesia
meningkat sekitar dua kali lipat (1971-2019) yakni menjadi 25 juta jiwa (9,6%) (RI,
2016). Meningkatnya jumlah lansia menjadi bonus demografi bagi suatu wilayah serta
menimbulkan masalah yang harus diselesaikan, semakin bertambahnya umur manusia,
maka akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, dan sosial (Azizah, 2011). Setiap jenis
keluhan kesehatan, apalagi yang mengganggu aktivitas sehari-hari, akan menghambat
upaya peningkatan kesejahteraan dan akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Kualitas
hidup (Quality of Life) merupakan konsep analisis kemampuan individu untuk
mendapatkan hidup yang normal terkait dengan persepsi secara individu mengenai,
tujuan, harapan, standar dan perhatian secara spesifik terhadap kehidupan yang dialami
dengan dipengaruhi oleh nilai dan budaya pada lingkungan individu tersebut berada.
Kualitas hidup lansia merupakan suatu komponen yang kompleks, mencakup usia
harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan, kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif,
kesehatan, fungsi fisik, pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan sosial dan jaringan
sosia (Dr. Nursalam, 2016). Lanjut usia sehat berkualitas mengacu pada konsep active
ageing WHO yaitu proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental
sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisifasi dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat (RI, 2016). Hal tersebut sejalan
dengan teori Lawrence Green yang memandang kualitas hidup adalah sasaran utama
yang ingin dicapai dibidang pembangunan sehingga kualitas hidup ini berbanding lurus
dengan tingkat kesejahteraan. Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan yang dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor
lingkungan(Dr. Nursalam, 2016). Beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup yaitu perubahan lingkungan, sumber daya, kontrol, kejadian dalam hidup,
keterampilan, kesempatan yang potensial, perubahan politik dan dukungan keluarga.
Dukungan yang diberikan keluarga pada lansia dalam merawat dan meningkatkan status
kesehatan adalah memberikan pelayanan dengan sikap menerima kondisinya. Keluarga
merupakan sistem pendukung yang berarti sehingga dapat memberikan petunjuk tentang
kesehatan mental, fisik dan emosi lanjut usia. Dukungan keluarga dapat dibagi menjadi
empat aspek yaitu dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan informasional
dan dukungan emosional (Garna H, 2010).
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada lansia di wilayah kerja Puskesmas
Batujajar. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional, yaitu penelitian
yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen
dinilai secara simultan pada suatu saat, dan tidak ada tindak lanjut . Penelitian ini akan

3
digunakan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia.
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independent
dengan dukungan keluarga dan variabel dependent dengan kualitas hidup lansia. Hasil
luaran penelitian ini akan publish di jurnal skala Nasional.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Kualitas Hidup, Lansia

2. LATAR BELAKANG
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya mulai dari satu
waktu tertentu tetapi dimulai sejak pemulaan kehidupan. Menurut WHO dan Undang-
Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud lanjut
usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Nugroho, 2015).
Meningkatnya jumlah lansia menjadi bonus demografi bagi suatu wilayah serta
menimbulkan masalah yang harus diselesaikan, semakin bertambahnya umur manusia,
maka akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, dan sosial (Dr. Nursalam, 2016). Setiap
jenis keluhan kesehatan, apalagi yang mengganggu aktivitas sehari-hari, akan
menghambat upaya peningkatan kesejahteraan dan akan mempengaruhi kualitas hidup
lansia. Kualitas hidup (Quality of Life) merupakan konsep analisis kemampuan individu
untuk mendapatkan hidup yang normal terkait dengan persepsi secara individu mengenai,
tujuan, harapan, standar dan perhatian secara spesifik terhadap kehidupan yang dialami
dengan dipengaruhi oleh nilai dan budaya pada lingkungan individu tersebut berada.
Kualitas hidup lansia merupakan suatu komponen yang kompleks, mencakup usia
harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan, kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif,
kesehatan, fungsi fisik, pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan sosial dan jaringan
sosial (Azizah, 2011). Lanjut usia sehat berkualitas mengacu pada konsep active ageing
WHO yaitu proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental sehingga
dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisifasi dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup sebagai anggota masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan teori Lawrence
Green yang memandang kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai dibidang
pembangunan sehingga kualitas hidup ini berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan.
Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan yang dipengaruhi
oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor lingkungan (Azizah, 2011).
Beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hidup yaitu perubahan
lingkungan, sumber daya, kontrol, kejadian dalam hidup, keterampilan, kesempatan yang
potensial, perubahan politik dan dukungan keluarga. Dukungan yang diberikan keluarga
pada lansia dalam merawat dan meningkatkan status kesehatan adalah memberikan
pelayanan dengan sikap menerima kondisinya (Garna H, 2010). Keluarga merupakan
sistem pendukung yang berarti sehingga dapat memberikan petunjuk tentang kesehatan
mental, fisik dan emosi lanjut usia. Dukungan keluarga dapat dibagi menjadi empat aspek
yaitu dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan informasional dan dukungan
emosional (Garna H, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tita
Puspita Ningrum, dkk. (2016) dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kualitas Hidup Lansia Di Kelurahan Sukamiskin Bandung”. Berdasarkan hasil analisis
univariat menunjukkan bahwa seluruh responden, yaitu 106 orang (100%) memiliki
4
dukungan keluarga yang cukup dan kualitas hidup lansia menunjukkan bahwa hampir
seluruh responden yaitu 105 lansia (99%) memiliki kualitas hidup yang cukup.
Berdasarkan hasil uji Rank Spearman antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup
lansia diperoleh p-value yaitu 0,048 dan nilai koefisien (r) 0,193, artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia di
kelurahan Sukamiskin Bandung wilayah kerja Puskesmas Arcamanik Bandung. Hal ini
dikarenakan lansia cukup mendapatkan dan merasakan kasih sayang dan hangatnya
keluarga.Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dukungan
keluarga, gambaran kualitas hidup lansia, dan hubungan dukungan keluarga dengan
kualitas hidup pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Batujajar. Kualitas hidup
dikalangan lansia adalah kesehatan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan berpengaruh
terhadap kualitas kehidupan manusia. Kualitas hidup lansia menurun disebabkan oleh
lansia mengalami banyak keterbatasan dalam hidup, sehingga lansia membutuhkan
dukungan dari keluarga, pasangan dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup.

3. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut WHO dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun keatas. Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia
di dunia, tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan (Nugroho, 2015). Lansia
adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.
Lanjut usia bukan suatu penyakit namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Hawari, 2013).
Batasan lansia digolongkan berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi 4 kelompok
yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (eldery) berusia antara 60 dan 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75 sampai 90 tahun, dan
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya mulai dari satu
waktu tertentu tetapi dimulai sejak pemulaan kehidupan. Proses menua didefinisikan
sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat secara universal, intrinsik, progresif, dan
detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi
terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Ageing process (Proses menua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan hidup terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua
merupakan kombinasi berbagai macam faktor yang saling berkaitan yang terdiri dari teori
biologi, teori psikologi, teori sosial dan teori spiritual (Drs. Sunaryo, 2016). Semakin
bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan
berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik,
5
tetapi juga kognitif, perasaan, dan sosial . Secara umum telah didefinisi bahwa usia lanjut
pada umumnya mengalami berbagai gejala akibat terjadinya penurunan fungsi biologis,
psikologis, sosial, dan ekonomi. Gangguan yang sering menjadi masalah terhadap lanjut
usia dikenal dengan istilah “14i”, yaitu immobilisasi (berkurangnya kemampuan gerak),
instabilitas postural (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), intellectual
impairment (gangguan intelektual), isolation (depresi), insomnia (susah tidur),
inkontinensia urine (mengompol), impotance (impotensi), immunedeficiency (daya tahan
tubuh yang menurun), infection (infeksi), inanition (kurang gizi), irritable colon
(gangguan saluran cerna), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-oabatan),
impaction (konstipasi), impairment of visison, hearing, taste, smell, communication,
convalenscence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan dan
kulit), impecunity (berkurangnya kemampuan keuangan).
Kemunduran fungsi tubuh dan kemunduran peran akan sangat berpegaruh pada
kemandirian lanjut usia. Pada usia lanjut terjadi triple loss sekaligus, yaitu : kehilangan
peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relitionships), dan
berkurangnya komitmen (reduced commitment to social more and values).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia sebagai berikut ini (Muhith &
Siyoto, 2016):
a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia yaitu:
1) Sistem indra dengan terjadi penurunan pendengaran
2) Sistem integumen dengan terjadinya atropi, kendur, tidak elastis, kulit menjadi
kering dan berkerut.
3) Sistem muskuloskeletal : berkurangnya kepadatan tulang sehingga mengakibatkan
osteoporosis, mengurangi jumlah dan ukuran serabut otot, jaringan ikat sekitar
sendi mengalami penurunan elastisitas.
4) Sistem kardiovaskuler : ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan
jantung berkurang.
5) Sistem respirasi : gerakan pernafasan terganggu dan kemampuan peregangan
torak berkurang
6) Pencernaan dan metabolisme : kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa
lapar menurun, hati makin mengecil dan menurnnya tempat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah.
7) Sistem perkemihan : laju filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi oleh ginjal mengalami
penurunan
8) Sistem saraf : atropi yang progresif pada serabut saraf, penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari
9) Sistem reproduksi : pada wanita terjadi atropi payudara, pada laki-laki testis masih
dapat memproduksi spermatozoa meskipun terjadi penurunan secara berangsur
angsur.

b. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)

6
3) Kemampuan belajar (Learning)
4) Pemecahan masalah (Problem Solving)
5) Pengambilan keputusan (Decision Making)
6) Kebujakan (Wisdom)
7) Kinerja (Performance)
8) Motivasi

c. Perubahan Mental dan Spiritual


Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin
matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari.
d. Perubahan Psikososial
Kualitas hidup (Quality of life) merupakan konsep analisis kemampuan individu
untuk mendapatkan hidup yang normal terkait dengan persepsi secara individu
mengenai tujuan, harapan, standar dan perhatian secara spesifik terhadap kehidupan
yang dialami dengan dipengaruhi oleh nilai dan budaya pada lingkungan pada
lingkungan individu tersebut berada. Kualitas hidup merupakan konsep yang sangat
invidualistik, subjektif dan multidimensional. Sudut pandang kualitas hidup sangat
bervariasi dan berubah bergantung pada situasi. Konsep kualitas hidup sangat
berkaitan dengan menua dengan sukses yang umumnya selalu dihubungkan dengan
kesehatan fisik, kemandirian, dan kemampuan fungsional. Secara umum kualitas
hidup adalah kualitas yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari individu, yaitu
suatu penilaian atas kesejahteraan mereka atau ketiadaannya. Hal ini mencakup
seluruh aspek emosi, social dan fisik dalam kehidupan individu. Empat
dimensi/domain yang dijadikan paramete kualitas hidup ini dijabarkan dalam
beberapa aspek, sebagai berikut ini (Dr. Nursalam, 2016):
a. Domain kesehatan fisik
b. Domain psikologis
c. Domain hubungan sosial
d. Domain lingkungan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari instrumen Older
People’s Quality Of Life atau dikenal sebagai instrumen OPQOL-BREF yang
diadaptasi kedalam bahasa Indonesia. Skala ini merupakan versi singkat dari
OPQOL-35 yang telah dikembangkan melalui hasil survey dengan meminta lansia
untuk memprioritaskan item yang paling penting dari OPQOL-35 yang kemudian
menjadi OPQOL-BREF Bowling. Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas oleh
peneliti sebelumnya dan uji reliabilitas pada 20 responden di wilayah kerja
Puskesmas Mandalle. Alat ukur ini menggunakan empat dimensi yaitu fisik,
psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Semua pertanyaan berdasarkan pada
skala likert lima poin (1-5) dan lima macam pilihan jawaban. Untuk pertanyaan
nomer 1 dan 2 tentang kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara
umum, sedangkan untuk pertanyaan yang lainnya merupakan pertanyaan dari
masing-masing domain (Dr. Nursalam, 2016).

7
Penilaian untuk pernyataan kualitas hidup lansia yaitu :
Sangat setuju :5
Setuju :4
Biasa saja :3
Tidak setuju :2
Sangat tidak setuju :1

Terdapat delapan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang yaitu (Dr.
Nursalam, 2016) :
a. Sistem dukungan
b. Kesempatan yang potensial
c. Keterampilan
d. Kontrol
e. Kejadian dalam hidup
f. Sumber daya
g. Perubahan lingkungan
h. Perubahan politik
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
penderitaan yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi
anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan.
Bantuan berupa tindakan yang diberikan keluarga kepada anggota keluarga yang
sedang mengalami sakit sehingga klien merasa dibutuhkan dan tidak ditinggalkan
oleh keluarga berupa dukungan nyata, dukungan informasi, dukungan emosional dan
dukungan pengharapan. Dukungan keluarga adalah sistem dukungan yang bersifat
verbal dan non verbal, saran, bantuan yang bersifat nyata atau tingkah laku yang
diberikan orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau
berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau
berpengaruh pada tingkah laku pemerimanya. Dalam hal ini orang yang menerima
dukungan secara emosional akan merasa lega karena diperhatikan (Siti Wafroh,
2016).
Bentuk-bentuk dukungan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Dukungan Emosional
b. Dukungan Informasi
c. Dukungan Instrumental
d. Dukungan Penghargaan

4. METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Kuantitatif Korelasional yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel yaitu hubungan
dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian Cross Sectional, yaitu penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen dinilai secara simultan
pada suatu saat, dan tidak ada tindak lanjut . Penelitian ini akan digunakan untuk
8
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia. Bentuk desain
penelitian seperti gambar berikut :

Gambar 3.1 : Desain Penelitian

5. HASIL PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Agustus
2021. Sasaran dalam penelitian ini adalah lansia di wilayah kerja Puskesmas Batujajar,
dengan jumlah sampel sebanyak 98 lansia.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran
dukungan keluarga dan gambaran kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas
Batujajar.
1) Gambaran Dukungan Keluarga lansia di wilayah Kerja Puskesmas
Batujajar.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Dukungan Keluarga Di
Wilayah Kerja Puskesmas Batujajar

Dukungan Keluarga Jumlah Persentase (%)


Dukungan Baik 92 93,9
Dukungan Buruk 6 6,1
Total 98 100,0

Berdasarkan tabel 1 tentang distribusi frekuensi responden mengenai


dukungan keluarga lansia di wilayah kerja Puskesmas Batujajar, sebanyak 92
lansia (93,9%) memiliki dukungan baik, sedangkan 6 lansia (6,1%) memiliki
dukungan yang buruk.

2) Gambaran Kualitas Hidup Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Batujajar.


Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Kualitas Hidup Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Batujajar

Kualitas Hidup Jumlah Persentase (%)


Baik 93 94,9
Buruk 5 5,1
Total 98 100,0

9
Berdasarkan tabel 2 tentang distribusi frekuensi responden mengenai
kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Batujajar, sebanyak 93 lansia
(94,9%) memiliki kualitas hidup baik, sedangkan 5 lansia (5,1%) memiliki
kualitas hidup buruk.

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Batujajar.
1) Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Batujajar.
Tabel 3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Batujajar

Dukungan Kualitas Hidup Total


keluarga Baik Buruk Nilai
f % f % N % P
Dukungan 87 94,6 5 5,4 92 100
Baik 1,000
Dukungan 6 100 0 0 6 100
Buruk
Total 93 94,9 5 5,1 98 100
Berdasarkan analisis uji statistik diperoleh hasil yaitu responden yang memiliki
dukungan baik dan kualitas hidup baik sebanyak 87 lansia (94,6%), responden yang
memiliki dukungan baik dan kualitas hidup buruk sebanyak 5 lansia (5,4%), responden
yang memiliki dukungan buruk dan kualitas hidup baik sebanyak 6 lansia (100%),
responden yang memiliki dukungan buruk dan kualitas hidup buruk sebanyak 0 (0%).
Didapatkan nilai p.value (1,000) > α (0,05), artinya tidak terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Batujajar.

Pembahasan
1. Gambaran Dukungan Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Batujajar
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 98 lansia di wilayah kerja
Puskesmas Batujajar, diperoleh hasil sebagian besar 92 lansia (93,9%) mendapat
dukungan baik dari keluarga. Bentuk dukungan keluarga yang didapat lansia meliputi
dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan instrumental dan dukungan
penghargaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa lansia mendapatkan dukungan
emosional berupa bentuk perhatian, kasih sayang, dan kesediaan untuk mendengarkan.
Bentuk dukungan lainnya yang didapat lansia yaitu bentuk dukungan informasional
berupa informasi, saran, dan nasehat yang diberikan oleh keluarga kepada lansia.
Bentuk dukungan instrumental dan dukungan penghargaan yang didapat lansia yaitu
keluarga menyediakan kebutuhan sandang pangan, uang, membantu melakukan
aktivitas yang tidak bisa dilakukan sendiri oleh lansia, memberikan semangat dan
melibatkan lansia dalam pengambilan keputusan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Dwi Rahayu Yulianti, 2015) yang
menjelaskan bahwa sebagian besar lansia memiliki dukungan keluarga yang baik. Hal
10
ini karena lansia mendapatkan bentuk dukungan yang baik berupa dukungan
emosional, informasi, instrumental dan bentuk dukungan penghargaan yang cukup
baik oleh keluarga. Dukungan keluarga merupakan dukungan yang diberikan keluarga
kepada lansia, dukungan ini sangat dibutuhkan lansia selama menjalani kehidupannya
sehingga lansia merasa diperhatikan dan dihargai (Yulianti, 2015).
Hasil penelitian ini didapatkan sebagian kecil lansia mendapat dukungan keluarga
buruk yaitu 6 lansia (6.1%). Hal ini disebabkan karena lansia sudah tidak tinggal lagi
dengan keluarga, kurangnya perhatian, pergi ke pelayanan kesehatan tanpa ditemani
keluarga, keluarga jarang memberikan informasi tentang keadaan keluarga lainnya di
rumah dan tidak melibatkan dalam pengambilan keputusan. Sesuai dengan penelitian
(Siti Wafroh dkk, 2016) menjelaskan bahwa Keluarga tidak membantu dalam
pemecahan masalah yang dialami lansia (Siti Wafroh, 2016).
Kurangnya dukungan keluarga yang diterima lansia disebabkan karena kurang
mendapat bantuan nyata, dukungan informatif, dukungan emosional, dan dukungan
pengharapan yang meliputi bantuan aktivitas, bantuan makanan dan uang, informasi
mengenai kesehatan, saran, perhatian, dan semangat dari orang-orang terdekat lansia
seperti keluarga, teman, atau masyarakat disekitar lingkungan lanisa yang dapat
menentramkan hati mereka dan membuat mereka berharga dan dipedulikan. Dukungan
keluarga sangat dibutuhkan lansia karena dapat memberikan manfaat seperti
meningkatkan produktivitas dalam pekerjaan, meningkatkan kesejahteraan psikologis
dan penyesuaian diri dengan memberikan rasa memiliki, menambah harga diri, dan
mengurangi stres.
Sesuai dengan teori dari Friedman (2010) menyimpulkan bahwa baik dari efek-
efek penyangga (dukungan keluarga melindungi individu terhadap efek negatif dari
stress) dan efek-efek utama (dukungan keluarga secara langsung mempengaruhi
akibat-akibat dari kesehatan). Sesunggguhnya efek-efek penyangga dan utama dari
dukungan keluarga terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi secara
bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan keluarga yang adekuat
terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit
dan dikalangan lansia, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi (Garna H, 2010).

2. Gambaran Kualitas Hidup Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Batujajar


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar lansia memiliki
kualitas hidup baik sebanyak 93 lansia (94,9%). Hal ini karena lansia menikmati masa
tuanya dan masih tetap bersemangat, menerima segala keterbatasan yang dialami.
Sesuai dengan penelitian (Muhlisoh dkk, 2015) yang menjelaskan bahwa sebagian
besar lansia memiliki kualitas hidup baik, lansia masih penuh semangat dan merasa
masih memiliki kesehatan yang baik dan bisa melakukan aktivitas dengan mandiri
(Muhlisoh, 2015). Menurut (Kuntjoro, 2015) kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap bisa berguna di masa
tuanya, yakni kemampuan menyesuaikan diri, menerima segala perubahan dan
kemunduran yang dialami serta adanya perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia
tersebut.

11
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil lansia memiliki kualitas hidup
buruk sebanyak 5 lansia (5,1%), Hal ini dikarenakan lansia merasa di masa tua
membuat lansia merasa terbatas aktivitasnya, sering sakit, jauh dari keluarga, dan
merasa sudah tidak bisa berpenghasilan cukup untuk keluarga. Ini menjadi tanda
rendahnya kualitas hidup lanjut usia disana karena mereka tidak bisa menikmati masa
tuanya. Sesuai dengan penelitian Kadarwati dkk, 2017, kualitas hidup lansia
dipengaruhi oleh pendapatan, dukungan keluarga, dan efikasi diri, sedangkan secara
tidak langsung kualitas hidup dipengaruhi oleh status pekerjaan, modal sosial, dan
status tempat tinggal (Santoso, 2019).
Potensi yang dimiliki oleh lansia harus dijaga, dirawat dan dipertahankan supaya
mencapai kualitas hidup yang berada pada keadaan maksimum atau optimal sehingga
memungkinkan bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan,
berguna, dan berkualitas.

3. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Wilayah


Kerja Puskesmas Batujajar
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 98 lansia di wilayah kerja
Puskesmas Batujajar, diperoleh hasil yaitu responden yang memiliki dukungan baik
dan kualitas hidup baik sebanyak 87 lansia (94,6%), responden yang memiliki
dukungan baik dan kualitas hidup buruk sebanyak 5 lansia (5,4%), responden yang
memiliki dukungan buruk dan kualitas hidup baik sebanyak 6 lansia (100%),
responden yang memiliki dukungan buruk dan kualitas hidup buruk sebanyak 0 (0%).
Hasil analisis didapatkan tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga
dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Batujajar. Ada faktor lain
yang mempengaruhi kualitas hidup lansia, yaitu sumber daya terkait dengan
kemampuan dan kondisi fisik lansia sehingga aktivitas untuk bekerja juga menurun
dan tidak berpenghasilan yang cukup untuk masa tuanya, sehingga lansia merasa
sudah tidak potensial, namun tidak sedikit juga lansia masih bekerja. Hal itu
dikarenakan banyak alasan antara lain secara fisik dan mental masih mampu dan kuat
bekerja, dan alasan terbanyak yaitu karena desakan ekonomi, untuk menghidupi
keluarga, anak, dan cucu yang masih tinggal dengan lansia, karena anaknya pun
berada dalam serba kekurangan. Sesuai dengan penelitian (Rizki Yulia
Purwitaningtyas dkk, 2018) yang menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia karena meskipun lansia kurang
mendapat dukungan dari keluarga tetapi lansia memiliki kualitas hidup yang baik dan
sebagian lansia memiliki dukungan keluarga baik tetapi kualitas hidupnya buruk. Hal
ini disebabkan terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hidup selain
dukungan keluarga seperti perubahan lingkungan, sumber daya dan keterampilan (dkk,
2018).
Menurut Nugroho, (2015) dalam Indrayani (2018) seiring dengan bertambahnya
usia, maka akan terjadi beberapa perubahan pada lansia meliputi penurunan kondisi
fisik, perubahan psikologis yang dipengaruhi oleh menurunnya kondisi fisik,
kesehatan lansia yang semakin menurun serta kondisi lingkungan dimana lansia
berada dan perubahan psikososial seperti menurunnya tingkat kemandirian serta

12
psikomotor yang menyebabkan lansia mengalami suatu perubahan dari sisi aspek
psikososial. Kualitas hidup merupakan persepsi atas penilaian subjektif dari individu
yang mencakup beberapa aspek sekaligus yakni kondisi fisik, psikologis, sosial dan
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas hidup dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain karakteristik dari lansia, dukungan keluarga dan fungsi keluarga
(Nugroho, 2015).
Hal tersebut sejalan dengan teori Lawrence Green yang memandang kualitas
hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang pembangunan sehingga
kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera
maka kualitas hidup semakin tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh
derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup
juga semakin tinggi. Derajat kesehatan adalah suatu yang ingin dicapau dalam budang
kesehatan, dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan
yang sedang dihadapi. Pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan
seseorang adalah faktor prilaku dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan adalah
faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang langsung/tidak mempengaruhi derajat
kesehatan. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena
adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya (Garna H,
2010).
Friedman, Bowden & Jones (2003) dalam Yenni (2011) keluarga merupakan
satu-satunya tempat yang sangat penting untuk memberikan dukungan, pelayanan,
serta kenyamanan bagi lansia dan anggota keluarga juga merupakan sumber dukungan
dan bantuan paling bermakna dalam membantu anggota keluarga yang lain dalam
mengubah gaya hidupnya. Dukungan keluarga termasuk dalam faktor pendukung yang
dapat mempengaruhi perilaku dan gaya hidup seseorang sehingga berdampak pada
kesehatan dan kualitas hidupnya. Bila lansia mendapat dukungan yang cukup dari
keluarga, maka lansia akan termotivasi untuk merubah perilaku untuk menjalani gaya
hidup sehat secara optimal sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan kualitas
hidupnya (Garna H, 2010). Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap
kualitas hidup dapat dilihat berdasarkan keempat komponen dukungan keluarga antara
lain dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan nyata dan dukungan
pengharapan. Dukungan yang diberikan dapat membuat lansia merasa nyaman dan
kualitas hidupnya menunjukan suatu peningkatan. kualitas hidup seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain diantaranya, mengenali diri sendiri, adaptasi,
merasakan perasaan orang lain, mengembangkan sikap empati, perasaan kasih dan
sayang, serta bersikap optimis (Dr. Nursalam, 2016).

6. LUARAN PENELITIAN
Penelitian ini berlum publish di jurnal Nasional maupun Internasional.

7. KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN


Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sulitnya untuk mengumpulkan lansia karena
adanya pandemi Covid-19, sehingga harus dilakukan dengan door to door dalam satu

13
wilayah. Kesulitan mencari responden, karena banyak lansia yang tidak bersedia menjadi
responden dengan berbagai alasan.

8. SIMPULAN DAN RENCANA TAHAP SELANJUTNYA


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 98 responden mengenai
“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Batujajar” maka dapat disimpulkan :
a. Sebagian besar lansia memiliki dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 92 lansia
(93,9%).
b. Sebagian besar lansia memiliki kualitas hidup baik yaitu sebanyak 93 lansia (94,9%).
c. Tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia
diwilayah kerja Puskesmas Batujajar dengan nilai p.value (1,000) > α (0,05).

Saran
a. Saran Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti selanjutnya
serta menambah wawasan dalam bidang keilmuan gerontologi, khususnya untuk
mencari faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup pada lansia seperti
ekonomi, pekerjaan, dan situasi sosial.
Saran Praktis
1) Bagi STIKes Budi Luhur Cimahi
Bagi institusi pendidikan, dengan adanya penelitian ini institusi pendidikan di
bidang kesehatan agar mengembangkan pembelajaran secara lebih lanjut dengan
diadakannya pengabdian masyarakat mengenai upaya peningkatan kualitas hidup
lansia.
2) Bagi Puskesmas Batujajar
Bagi tempat penelitian, dengan adanya hasil penelitian ini dapat menjadi
perhatian khusus bagi pelayanan kesehatan agar memberikan edukasi berupa
pendidikan kesehatan kepada keluarga maupun lansia mengenai faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia sehingga dapat mengurangi terjadinya
penurunan kualitas hidup lansia.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, untuk lebih mengembangkan penelitian yang lebih
spesifik berkaitan dengan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup lansia, salah satunya yaitu faktor ekonomi.

14
9. RINCIAN BIAYA
Biaya kegiatan penelitian meliputi:

No. Uraian Jumlah

1. Bahan Rp. 500.000


Pembelian instrument, penggandaan instrument, persiapan
perlengakapan ATK, pengadaan barang persediaan, dll

2. Pengumpulan Data Rp. 1.500.00


Transport dalam pengumpulan data, konsumsi pada saat
pengumpulan data, dan honorarium pembantu peneliti, dll

3. Analisis Data (Termasuk Sewa Peralatan) Rp. 500.000


Biaya analisis sampel, transport local, biaya rapat, dll

4. Pelaporan, Luaran Wajib dan Luaran Tambahan Rp. 500.000


Pembuatan laporan, biaya publikasi artikel di jurnal nasional, biaya
publikasi artikel di jurnal internasional, luaran karya ilmiah hak
cipta/paten, uang harian rapat

Jumlah Rp. 3.000.000

10. JADWAL

15
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pelaksanaan persiapan penelitian
2 Izin penelitian ke lapangan
3 Pengadaan alat dan bahan penelitian
Koordinasi dengan tim penelitian
4
dengan responden di lapangan
Pelaksanaan studi
5
literature/kepustakaan
6 Pengambilan data di lapangan
7 Analisis data
8 Penyusunan laporan penelitian
9 Seminar hasil penelitian
10 Publikasi hasil penelitian

11. DAFTAR PUSTAKA

16
1. B. P. Statistik, "https://www.bps.go.id," kamis desember 2019. [Online]. Available:
https://www.bps.go.id/publication/2019/12/20/abl7e75dbe630e05110ae53b/satitistic-
penduduk-lanjut-usia-2019.html&ved. [Accessed Sabtu April 2020].L. M. Azizah,
Keperawatan Lanjut Usia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
2. L. M. Azizah, Keperawatan Lanjut Usia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
3. Nugroho, Keperawatan Gerontik, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2015.
4. K. K. RI, "https://www.kemkes.go.id," Senin Juli 2016. [Online]. Available:
https://www.kemkes.go.id/download.php%3Ffile%3Ddownload/pusdatin/buletin-
lansia.pdf. [Accessed Sabtu April 2020].
5. M. N. (. Dr. Nursalam, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika, 2016.
6. d. Garna H, Buku Ajar Keperawatan keluarga, Jakarta: EGC, 2010.
7. d. Tita Puspita Ningrum, "Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia
Di Kelurahan Sukamiskin Bandung," Jurnal Keperawatan BSI, vol. 5 No. 2, pp. 83-88,
2017.
8. D. Hawari, Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2013.
9. A. Muhith and S. Siyoto, Pendidikan Keperawatan Gerontik, Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET, 2016.
10. M. d. Drs. Sunaryo, Asuhan Keperawatan Gerontik, Yogyakarta: Andi, 2016.
11. d. Siti Wafroh, "Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Di PSTW Budi
Sejahtera Budi Baru," Universitas Lambung Mangkurat, vol. 4 No.1, pp. 60-64, 2016.
12. Muhlisoh, "Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Ulin Banjarbaru," Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, no.
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/JDK/article/view/1658, 2015. [Accessed kamis
agustus 2020].
13. M. D. Y. Santoso, "Dukungan Keluarga Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia," Jurnal
Litbang Sukowati, vol. 2 No.2, pp. 87-96, 2019.
14. D. R. Yulianti, "Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Desa
Pogungrejo Porworejo," no. http://lib.unisayogya.ac.id, 2015. [Accessed rabu agustus
2020].
15. D. R. Yulianti, "Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Desa
Pogungrejo Porworejo," no. http://lib.unisayogya.ac.id, 2015. [Accessed rabu agustus
2020].

17

Anda mungkin juga menyukai