TIM PENGARAH :
Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.G.K.
Prof. Dr. Saparinah Sadli
TIM PENULIS :
Prof. dr. Tri Budi. W. Rahardjo Prof. Dr. drh. Clara Meliyanti Kusharto, M.Sc
Dr. dr. Nugroho Abiskuno, M.Sc Dra. Elisabeth Kuji
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH dr. Dian Indahwati, Sp.O.G
dr. Upik Rukmini Evita Syukri, M.Psi., Psi
Dra. Juny Gunawan Lenny Widjaya, B.Sc.
Ismet Syaifullah, A.K.S Retno Dwi Sulistyowati, S.H
Drs. Furqan Ia Faried, M.A Dra. Elly Irawan, M.Psi
Nurlaila Susilowati, SKM, M.Kes Kartono Donousodo, S.H., M.Pd
Masnuryati, S.E Achmad Sopian, S.Pd
Juli Yanto, S.Sos
TIM EDITOR :
Prof. dr. Tri Budi. W. Rahardjo
Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH
Cetakan pertama
Diperbolehkan memperbanyak dan menggandakan buku dengan izin dari Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan, tanpa mengubah isi.
i
KATA PENGANTAR
ii
KATA SAMBUTAN
iii
KONSEP DASAR LANSIA TANGGUH
A. PENDAHULUAN
Peningkatan usia harapan hidup berdampak pada masalah sosial-ekonomi dan
kesehatan Lansia sejalan dengan proses menua. Proses menua ini merupakan
suatu misteri kehidupan yang terus digali melalui berbagai penelitian dan
menghasilkan berbagai teori (Boedhi-Darmojo, 2006; Soejono, C.H., 2007).
Di sisi lain, 87% Lansia mengalami berbagai gangguan dan penyakit, seperti
gangguan pada tulang, gangguan gigi mulut, darah tinggi, gangguan mental
emosional termasuk depresi (perasaan murung dan sedih yang berlebihan) dan
penurunan fungsi otak, penyakit jantung dan pembuluh darah, kencing manis,
gangguan pernafasan, penyakit infeksi seperti TBC, serta munculnya
disabilitas/gangguan ketidakmampuan (Kemenkes RI, 2010). Kondisi tersebut
dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat dan kesejahteraan yang memadai
sejak dalam kandungan sehingga dapat mewujudkan Lansia tangguh. Kriteria
Lansia tangguh mengacu pada The International Council on Active Aging (ICAA)
yang disalin oleh Colin Milner 2013 dengan menggunakan indikator 7 dimensi
mencakup: spiritual, intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan,
profesional vokasional (pekerjaan atau keterampilan khusus sesuai dengan
minat/bakat) dan lingkungan.
1
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta mampu memahami konsep
dasar Lansia tangguh.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pelatihan, peserta dapat menjelaskan:
a. proses menua
b. pengertian Lansia tangguh;
c. pentingnya Lansia tangguh;
d. prinsip dasar mewujudkan Lansia tangguh;
e. program mewujudkan Lansia tangguh berdasarkan 7 dimensi Lansia
tangguh.
C. PROSES MENUA
Proses menua adalah proses alami yang mengubah seseorang dewasa sehat
menjadi lemah secara perlahan-lahan, dengan berkurangnya fungsi yang normal
akan mengakibatkan peningkatan kerentanan. Hal ini dikarenakan meningkatnya
tingkat disabilitas (ketidakmampuan fisik dan mental) serta akhirnya mengalami
kematian (Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono 2006).
Perubahan yang terjadi pada proses menua dikelompokkan secara garis besar
sebagai berikut (Rahardjo, et al 2011).
2
3. Perubahan spiritual
Makin tua seseorang biasanya diikuti dengan perubahan dalam kehidupan
spiritualnya, sehingga makin mendekatkan diri dengan Sang Pencipta
melalui berbagai kegiatan keagamaan, baik pribadi maupun kelompok.
Dengan demikian akan makin bisa mensyukuri kehidupan. Perubahan
kehidupan spiritual ini dipengaruhi oleh nilai yang dianut sesuai dengan
keyakinan dan budaya di mana Lansia berada.
Menjadi Lansia sehat berarti akan bisa tetap aktif, sebaliknya menjadi Lansia
aktif bisa tetap sehat. Untuk itu WHO (2002) telah mengembangkan konsep
menua aktif (active aging). Active Aging didefinisikan sebagai suatu proses
memanfaatkan peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk
meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Istilah tersebut bertujuan untuk
menyampaikan pesan yang lebih luas dari istilah Lansia sehat (healthy aging),
selain faktor pelayanan kesehatan.
3
Lebih lanjut menurut WHO (2002), kata “aktif” berarti penduduk Lansia tetap
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, ekonomi, budaya, spiritual dan kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan lainnya dan bukan berarti hanya kemampuan untuk
aktif secara fisik serta berpartisipasi dalam angkatan kerja semata. Penduduk
Lansia yang telah pensiun dari pekerjaannya pun dapat tetap berpartisipasi aktif
baik dalam keluarga, masyarakat maupun negara dengan berbagai cara.
Konsep active aging ini diperkenalkan dengan tujuan meningkatkan umur
harapan hidup sehat dan kualitas hidup yang prima. Pengertian sehat berarti
sehat secara fisik, mental dan sosial, sesuai dengan konsepsi yang telah
dikemukakan oleh WHO.
4
E. PENTINGNYA UPAYA MEWUJUDKAN LANSIATANGGUH
Untuk mewujudkan Lansia tangguh, upaya yang penting adalah tindakan
promotif (promosi), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan), sehingga Lansia bisa tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif, yang
dikenal dengan proses menua sehat dan aktif.
Berbagai penyakit pada masa tua dapat dihindari dengan menerapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS harus dimulai dari diri sendiri, keluarga
dan masyarakat mencakup: memelihara kehidupan spiritual, mempertahankan
kemampuan intelektual, memelihara keseimbangan emosi, memandang hidup
secara positif, merawat kesehatan secara teratur sesuai dengan kondisi,
menerapkan pola makan sehat, olahraga teratur, istirahat cukup, memeriksakan
kesehatan secara berkala, fisioterapi bila diperlukan, bersilahturahim dan
berperan di masyarakat serta berupaya mandiri dari segi ekonomi. (Departemen
Kesehatan RI, 2002; Council for the Third Age Singapore, 2006).
5
Sembilan prinsip upaya mewujudkan Lansia tangguh dapat diterapkan apabila
setiap individu maupun kelompok memperhatikan 4 pernyataan sebagai berikut.
1. I have : saya percaya bahwa Lansia tangguh dapat diwujudkan
2. I can : saya mampu berperilaku hidup sehat (fisik, mental, sosial)
3. I am : saya adalah Lansia mandiri
4. I will : saya akan berusaha menjadi Lansia tangguh
(Protacio-De Castro, et al, 2002)
Uraian dari masing-masing program tersebut, dapat dipelajari pada bahan ajar
masing-masing dimensi (bahan ajar 3 sampai dengan 9).
6
Upaya mewujudkan Lansia tangguh berdasarkan 7 dimensi sejalan dengan
kebijakan pembangunan keluarga melalui ketahanan keluarga. Kebijakan
tersebut dimaksudkan untuk mendukung penerapan 8 fungsi keluarga secara
optimal (Undang-undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga). Kedelapan fungsi keluarga
tersebut adalah:
H. PENUTUP
Proses menua membawa dampak pada permasalahan Lansia secara
menyeluruh, yang memerlukan penanganan secara komprehensif agar Lansia
tetap sehat, aktif, dan produktif. Kondisi demikian merupakan gambaran Lansia
tangguh dan dapat terwujud melalui penerapan 7 dimensi yang mencakup
spiritual, intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional
vokasional dan lingkungan, serta dengan memperhatikan 9 prinsip utama
mewujudkan Lansia tangguh.
7
Daftar Pustaka
Council for the Third Age Singapore.Active Aging in Singapore. Council for the
Third Age Singapore, 2006
Boedhi-Darmojo, R. Gerontologi dan Geriatri di Indonesia. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam 4th ed., Sudoyo AW SB, Alwi I, K Simadibrata M, Setiati S. (eds.).
Pusat Penerbitan IPD FKUI Jakarta, 2007: 1440-6.
Rahardjo, TBR, Hartono, T, Dewi VP, Hogervorst, E & Arifin, EN.Facing the
Geriatric Wave in Indonesia: Financial conditions and social support. In: Older
Persons in Southeast Asia. Arifin, Evi Nurvidya & Ananta, Aris (Eds).Institute of
Southeast Asian Studies, Singapore, 2009.