Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR LANSIA TANGGUH

TIM PENGARAH :
Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.G.K.
Prof. Dr. Saparinah Sadli

TIM PENULIS :
Prof. dr. Tri Budi. W. Rahardjo Prof. Dr. drh. Clara Meliyanti Kusharto, M.Sc
Dr. dr. Nugroho Abiskuno, M.Sc Dra. Elisabeth Kuji
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH dr. Dian Indahwati, Sp.O.G
dr. Upik Rukmini Evita Syukri, M.Psi., Psi
Dra. Juny Gunawan Lenny Widjaya, B.Sc.
Ismet Syaifullah, A.K.S Retno Dwi Sulistyowati, S.H
Drs. Furqan Ia Faried, M.A Dra. Elly Irawan, M.Psi
Nurlaila Susilowati, SKM, M.Kes Kartono Donousodo, S.H., M.Pd
Masnuryati, S.E Achmad Sopian, S.Pd
Juli Yanto, S.Sos

TIM EDITOR :
Prof. dr. Tri Budi. W. Rahardjo
Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH

TATA LETAK & DESAIN SAMPUL:


Ridwan Nugraha

Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan


Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Cetakan pertama

Jakarta, Juni 2014

Diperbolehkan memperbanyak dan menggandakan buku dengan izin dari Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan, tanpa mengubah isi.

ISBN : (On Process)


KONSEP DASAR LANSIA TANGGUH

DAFTAR ISI .................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
KATA SAMBUTAN ....................................................................................... iii
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KELUARGA............................................... 1
A. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
B. TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................. 2
C. PROSES MENUA ................................................................................... 2
D. PENGERTIAN LANSIA TANGGUH........................................................ 3
A. PENTINGNYA UPAYA MEWUJUDKAN LANSIATANGGUH............... 5
B. PRINSIP DASAR MEWUJUDKAN LANSIATANGGUH ....................... 5
C. PROGRAM MEWUJUDKAN LANSIA TANGGUH ................................ 6
BERDASARKAN 7 DIMENSI LANSIA TANGGUH
D. PENUTUP ............................................................................................... 7

i
KATA PENGANTAR

ii
KATA SAMBUTAN

iii
KONSEP DASAR LANSIA TANGGUH

A. PENDAHULUAN
Peningkatan usia harapan hidup berdampak pada masalah sosial-ekonomi dan
kesehatan Lansia sejalan dengan proses menua. Proses menua ini merupakan
suatu misteri kehidupan yang terus digali melalui berbagai penelitian dan
menghasilkan berbagai teori (Boedhi-Darmojo, 2006; Soejono, C.H., 2007).

Jumlah penduduk Lansia yang meningkat, membawa konsekuensi pada


meningkatnya masalah usia lanjut yang perlu mendapatkan perhatian dari
pemerintah dan masyarakat. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya hari
Lansia Nasional yang dicanangkan oleh Presiden Soeharto di Semarang pada
tanggal 29 Mei 1996, sebagai komitmen nasional. Pada kenyataannya, Lansia di
Indonesia sebagian besar (80%) masih aktif dalam keluarga dan masyarakat,
dan 60% Lansia laki-laki masih aktif mencari nafkah di sektor ekonomi informal.

Di sisi lain, 87% Lansia mengalami berbagai gangguan dan penyakit, seperti
gangguan pada tulang, gangguan gigi mulut, darah tinggi, gangguan mental
emosional termasuk depresi (perasaan murung dan sedih yang berlebihan) dan
penurunan fungsi otak, penyakit jantung dan pembuluh darah, kencing manis,
gangguan pernafasan, penyakit infeksi seperti TBC, serta munculnya
disabilitas/gangguan ketidakmampuan (Kemenkes RI, 2010). Kondisi tersebut
dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat dan kesejahteraan yang memadai
sejak dalam kandungan sehingga dapat mewujudkan Lansia tangguh. Kriteria
Lansia tangguh mengacu pada The International Council on Active Aging (ICAA)
yang disalin oleh Colin Milner 2013 dengan menggunakan indikator 7 dimensi
mencakup: spiritual, intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan,
profesional vokasional (pekerjaan atau keterampilan khusus sesuai dengan
minat/bakat) dan lingkungan.

1
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta mampu memahami konsep
dasar Lansia tangguh.

2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pelatihan, peserta dapat menjelaskan:
a. proses menua
b. pengertian Lansia tangguh;
c. pentingnya Lansia tangguh;
d. prinsip dasar mewujudkan Lansia tangguh;
e. program mewujudkan Lansia tangguh berdasarkan 7 dimensi Lansia
tangguh.

C. PROSES MENUA

Proses menua adalah proses alami yang mengubah seseorang dewasa sehat
menjadi lemah secara perlahan-lahan, dengan berkurangnya fungsi yang normal
akan mengakibatkan peningkatan kerentanan. Hal ini dikarenakan meningkatnya
tingkat disabilitas (ketidakmampuan fisik dan mental) serta akhirnya mengalami
kematian (Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono 2006).

Perubahan yang terjadi pada proses menua dikelompokkan secara garis besar
sebagai berikut (Rahardjo, et al 2011).

1. Perubahan biologis (perubahan fisik)


Dalam proses menua terjadi perubahan pada sel, sistem syaraf, sistem
pendengaran, sistem penglihatan, sistem jantung dan pembuluh darah,
sistem pernafasan, sistem genital dan saluran kemih, sistem hormonal,
fungsi kulit, sistem otot dan tulang , dan sistem pencernaan yang dimulai
dari sistem pengunyahan sampai pencernaan di lambung dan usus.
2. Perubahan psikososial
Proses menua dari segi psikososial (psikis dan sosial) dikaitkan dengan
peranannya sebagai pribadi, dalam keluarga, masyarakat dan pekerjaan.
Hal tersebut tidak lepas dari perubahan dalam cara hidup, kondisi ekonomi,
jabatan, rasa kesepian, kehilangan hubungan dengan anggota keluarga atau
teman, perubahan konsep diri serta kesadarannya akan kematian.

2
3. Perubahan spiritual
Makin tua seseorang biasanya diikuti dengan perubahan dalam kehidupan
spiritualnya, sehingga makin mendekatkan diri dengan Sang Pencipta
melalui berbagai kegiatan keagamaan, baik pribadi maupun kelompok.
Dengan demikian akan makin bisa mensyukuri kehidupan. Perubahan
kehidupan spiritual ini dipengaruhi oleh nilai yang dianut sesuai dengan
keyakinan dan budaya di mana Lansia berada.

Berbagai perubahan tersebut menimbulkan kerentanan pada Lansia. Kondisi


rentan dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat dan kesejahteraan yang
memadai sejak dalam kandungan. Upaya yang dilakukan dalam mengatsi
perubahan pada proses menua adalah dengan menggunakan 7 dimensi Lansia
tangguh mencakup spiritual, intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan,
profesional vokasional serta lingkungan.

D. PENGERTIAN LANSIA TANGGUH


Lanjut usia menurut Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas. Di beberapa
negara maju yang sudah memiliki standar hidup yang lebih baik di bidang
ekonomi dan kesehatan, menggunakan batasan usia lanjut 65 tahun ke atas.
Kategori Lansia dapat dibagi menjadi 3 kelompok (Haryono Suyono) sebagai
berikut.
1. Lansia muda : usia 60 - < 70 tahun
2. Lansia dewasa : usia 70 - < 80 tahun
3. Lansia paripurna : usia >80 tahun

Menjadi Lansia sehat berarti akan bisa tetap aktif, sebaliknya menjadi Lansia
aktif bisa tetap sehat. Untuk itu WHO (2002) telah mengembangkan konsep
menua aktif (active aging). Active Aging didefinisikan sebagai suatu proses
memanfaatkan peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk
meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Istilah tersebut bertujuan untuk
menyampaikan pesan yang lebih luas dari istilah Lansia sehat (healthy aging),
selain faktor pelayanan kesehatan.

3
Lebih lanjut menurut WHO (2002), kata “aktif” berarti penduduk Lansia tetap
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, ekonomi, budaya, spiritual dan kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan lainnya dan bukan berarti hanya kemampuan untuk
aktif secara fisik serta berpartisipasi dalam angkatan kerja semata. Penduduk
Lansia yang telah pensiun dari pekerjaannya pun dapat tetap berpartisipasi aktif
baik dalam keluarga, masyarakat maupun negara dengan berbagai cara.
Konsep active aging ini diperkenalkan dengan tujuan meningkatkan umur
harapan hidup sehat dan kualitas hidup yang prima. Pengertian sehat berarti
sehat secara fisik, mental dan sosial, sesuai dengan konsepsi yang telah
dikemukakan oleh WHO.

Berdasarkan uraian diatas, pengertian Lansia tangguh adalah sebagai berikut.


Seseorang atau kelompok Lansia yang mampu beradaptasi terhadap proses
penuaan secara positif, sehingga mencapai masa tua berkualitas dalam
lingkungan yang nyaman. Dengan demikian Lansia tangguh tetap sehat secara
fisik, sosial dan mental melalui siklus hidupnya, mandiri, aktif dan produktif.
Ketangguhan Lansia dapat diukur melalui indikator 7 dimensi Lansia tangguh.

Gambar 1 : 7 Indikator Lansia Tangguh

Sumber: The International Council on Active Ageing

4
E. PENTINGNYA UPAYA MEWUJUDKAN LANSIATANGGUH
Untuk mewujudkan Lansia tangguh, upaya yang penting adalah tindakan
promotif (promosi), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan), sehingga Lansia bisa tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif, yang
dikenal dengan proses menua sehat dan aktif.
Berbagai penyakit pada masa tua dapat dihindari dengan menerapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS harus dimulai dari diri sendiri, keluarga
dan masyarakat mencakup: memelihara kehidupan spiritual, mempertahankan
kemampuan intelektual, memelihara keseimbangan emosi, memandang hidup
secara positif, merawat kesehatan secara teratur sesuai dengan kondisi,
menerapkan pola makan sehat, olahraga teratur, istirahat cukup, memeriksakan
kesehatan secara berkala, fisioterapi bila diperlukan, bersilahturahim dan
berperan di masyarakat serta berupaya mandiri dari segi ekonomi. (Departemen
Kesehatan RI, 2002; Council for the Third Age Singapore, 2006).

F. PRINSIP DASAR MEWUJUDKAN LANSIATANGGUH


Terdapat 9 prinsip utama yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan Lansia
Tangguh, yaitu berkaitan dengan:
1. Penduduk yang bervariasi berdasarkan geografis, budaya, dan sebagainya;
2. persepsi (pandangan) tentang Lansia (negatif atau positif);
3. komitmen (kesepakatan) dan kepedulian terhadap Lansia;
4. potensi Lansia yang dapat digali;
5. produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan Lansia;
6. promosi, bahwa Lansia bisa menjadi pasar/sasaran promosi;
7. tempat, berupa lingkungan yang layak dan nyaman bagi Lansia dan semua
golongan usia;
8. kebijakan yang mendukung hak asasi Lansia;
9. program yang harus dilaksanakan yaitu melalui “7 Dimensi Lansia Tangguh”.
Program ini merupakan prinsip yang memperkuat 8 prinsip di atas.

5
Sembilan prinsip upaya mewujudkan Lansia tangguh dapat diterapkan apabila
setiap individu maupun kelompok memperhatikan 4 pernyataan sebagai berikut.
1. I have : saya percaya bahwa Lansia tangguh dapat diwujudkan
2. I can : saya mampu berperilaku hidup sehat (fisik, mental, sosial)
3. I am : saya adalah Lansia mandiri
4. I will : saya akan berusaha menjadi Lansia tangguh
(Protacio-De Castro, et al, 2002)

G. PROGRAM MEWUJUDKAN LANSIA TANGGUH BERDASARKAN 7 DIMENSI


LANSIA TANGGUH
Tujuh dimensi Lansia tangguh untuk mewujudkan Lansia tangguh yaitu:
1. dimensi spiritual;
2. dimensi intelektual;
3. dimensi fisik;
4. dimensi emosional;
5. dimensi sosial kemasyarakatan;
6. dimensi profesional vokasional;
7. dimensi lingkungan.

Secara garis besar program untuk mewujudkan Lansia tangguh berdasarkan 7


dimensi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi spiritual;


2. Pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi intelektual;
3. Pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi fisik;
4. Pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi emosional;
5. Pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi sosial kemasyarakatan;
6. Pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi profesional vokasional;
7. Pembangunan keluarga Lansia dimensi lingkungan.

Uraian dari masing-masing program tersebut, dapat dipelajari pada bahan ajar
masing-masing dimensi (bahan ajar 3 sampai dengan 9).

6
Upaya mewujudkan Lansia tangguh berdasarkan 7 dimensi sejalan dengan
kebijakan pembangunan keluarga melalui ketahanan keluarga. Kebijakan
tersebut dimaksudkan untuk mendukung penerapan 8 fungsi keluarga secara
optimal (Undang-undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga). Kedelapan fungsi keluarga
tersebut adalah:

1. fungsi agama dimensi spiritual


2. fungsi sosial budaya dimensi sosial kemasyarakatan
3. fungsi cinta kasih dimensi emosional
4. fungsi perlindungan dimensi sosial kemasyarakatan
5. fungsi reproduksi dimensi fisik
6. fungsi sosialisasi dan pendidikan dimensi intelektual
7. fungsi ekonomi dimensi profesional vokasional
8. fungsi lingkungan dimensi lingkungan

H. PENUTUP
Proses menua membawa dampak pada permasalahan Lansia secara
menyeluruh, yang memerlukan penanganan secara komprehensif agar Lansia
tetap sehat, aktif, dan produktif. Kondisi demikian merupakan gambaran Lansia
tangguh dan dapat terwujud melalui penerapan 7 dimensi yang mencakup
spiritual, intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional
vokasional dan lingkungan, serta dengan memperhatikan 9 prinsip utama
mewujudkan Lansia tangguh.

7
Daftar Pustaka

Council for the Third Age Singapore.Active Aging in Singapore. Council for the
Third Age Singapore, 2006
Boedhi-Darmojo, R. Gerontologi dan Geriatri di Indonesia. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam 4th ed., Sudoyo AW SB, Alwi I, K Simadibrata M, Setiati S. (eds.).
Pusat Penerbitan IPD FKUI Jakarta, 2007: 1440-6.

Kementrian Kesehatan RI, Analisis Situasi Kesehatan Lansia, Riset Kesehatan


Dasar. Litbangkes Kemenkes 2010
Komisi Nasional Lansia, Pergeri & Lembaga Lansia Indonesia. Panduan Menuju
Lansia Sehat. Komisi Nasional Lansia Jakarta, 2008.
Milner, Colin.Building the foundation for Active Aging .The Journal on Active Aging
May/June 2013; 42 - 55

Rahardjo, TBR, Hartono, T, Dewi VP, Hogervorst, E & Arifin, EN.Facing the
Geriatric Wave in Indonesia: Financial conditions and social support. In: Older
Persons in Southeast Asia. Arifin, Evi Nurvidya & Ananta, Aris (Eds).Institute of
Southeast Asian Studies, Singapore, 2009.

Rahardjo, TBR, Adioetomo, SM, Subarkah, Yudarini, Hartono, T,Hogervorst, E,


Dewi, VP.The Demographic Trend of Population Aging and the Role of Primary
Health Centre in Indonesia. In: Statistics for Development and Good Governance,
Zeinab Amin & Ali S. Hadi (Eds). Proceedings of the ICCS-X.The American
University in Cairo Egypt, 2010.
Rahardjo, Tri Budi W.,Sri Lasmidjah Diponegoro,Vita Priantina Dewi,Dinni
Agustin.Pengantar Gerontologi dan Geriatri Bagi Masyarakat. Komisi Nasional
Lansia, 2011

WHO, 2002. Konsep Active AgingDalam: International Agreement on Aging. Komnas


Lansia Jakarta, 2009
Who, 2007. Konsep Age Friendly City and Community , Dalam International
Agrement on Aging , Komnas Lansia , 2009.

Anda mungkin juga menyukai