Anda di halaman 1dari 30

PEMBANGUNAN KELUARGA LANSIA TANGGUH

DIMENSI FISIK

TIM PENGARAH :
Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.G.K.
Prof. Dr. Saparinah Sadli

TIM PENULIS :
Prof. dr. Tri Budi. W. Rahardjo Prof. Dr. drh. Clara Meliyanti Kusharto, M.Sc
Dr. dr. Nugroho Abiskuno Dra. Elisabeth Kuji
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH dr. Dian Indahwati, Sp.O.G
dr. Upik Rukmini Evita Syukri, M.Psi., Psi
Dra. Juny Gunawan Lenny Widjaya, B.Sc.
Ismet Syaifullah, A.K.S Retno Dwi Sulistyowati, S.H
Drs. Furqan Ia Faried, M.A Dra. Elly Irawan, M.Psi
Nurlaila Susilowati, SKM, M.Kes Kartono Donousodo, S.H., M.Pd
Masnuryati, S.E Achmad Sopian, S.Pd
Juli Yanto, S.Sos

TIM EDITOR :
Prof. dr. Tri Budi. W. Rahardjo
Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH

TATA LETAK & DESAIN SAMPUL:


Ridwan Nugraha

Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan


Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Cetakan pertama

Jakarta, Juni 2014

Diperbolehkan memperbanyak dan menggandakan buku dengan izin dari Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan, tanpa mengubah isi.

ISBN : (On Process)


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
KATA SAMBUTAN ....................................................................................... iii
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KELUARGA............................................... 1
A. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
B. TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................. 1
C. KONDISI FISIK LANSIA ........................................................................ 2
D. KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA .................................................. 3
E. PENYAKIT PADA LANSIA .................................................................... 21
F. PEMELIHARAAN KESEHATAN LANSIA ............................................. 7
G. PENGGUNAAN ALAT BANTU SEDERHANA....................................... 24
H. PENUTUP ............................................................................................... 25

i
KATA PENGANTAR

ii
KATA SAMBUTAN

iii
PEMBANGUNAN KELUARGA LANSIA TANGGUH
DIMENSI FISIK

A. PENDAHULUAN
Dimensi Fisik Lansia merupakan salah satu faktor untuk mencapai
kelanjutusiaan sehat. Lansia menurut Undang-undang No. 13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke
atas atau lebih. Di beberapa negara maju, yang sudah memiliki standar hidup
yang lebih baik di bidang ekonomi dan kesehatan, menggunakan batasan usia
lanjut yaitu umur 65 tahun ke atas.

Secara alami, kelompok penduduk Lansia mengalami kemunduran fisik, biologis,


mental, maupun sosial. Penyakit pada usia lanjut mempunyai ciri tersendiri, yaitu
bersifat menahun, semakin berat, dan sering kambuh. Penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker dan penyakit degeneratif (turun temurun) lainnya
termasuk penyakit yang banyak ditemukan. Oleh karena itu, kelompok Lansia
memerlukan perhatian dan upaya khusus di bidang kesehatan.

Mengingat hal tersebut di atas, pembangunan keluarga perlu mengarahkan


fokus untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Agar persentase
penduduk Lansia yang semakin besar tidak menjadi beban keluarga,
masyarakat dan negara, maka pelayanan untuk kelompok ini perlu mendapatkan
perhatian. Diharapkan pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi fisik
akan memberikan kontribusi terhadap tercapainya penduduk Lansia yang sehat,
produktif, serta tidak sakit-sakitan.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta mampu mempraktikkan
pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi fisik .

2. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta dapat menjelaskan:
a. menjelaskan kondisi fisik pada Lansia
b. menjelaskan kesehatan reproduksi Lansia

1
c. mempraktikkan cara mendeteksi penyakit pada Lansia
d. mempraktikkan pemeliharaan kesehatan Lansia
e. menjelaskan penggunaan alat bantu sederhana

C. KONDISI FISIK LANSIA


Dimensi fisik pada Lansia meliputi pemahaman terhadap beberapa hal berikut
ini.

1. Proses penuaan secara alamiah


2. Berbagai penyakit kronik yang diderita Lansia
3. Perilaku hidup sehat untuk mencegah dan memperlambat timbulnya gejala-
gejala penyakit
4. Perawatan diri
5. Memperlambat proses ketergantungan Lansia pada bantuan pengasuhan
orang lain.

Seseorang dikatakan Lansia apabila terjadi serangkaian perubahan fisik, mental


dan sosial yang berlangsung secara alamiah dengan meningkatnya usia,
sebagai berikut:

1. Perubahan fisik
Ditandai dengan penurunan aktivitas fisik, mudah lelah, pendengaran yang
berkurang, penglihatan menurun, rambut memutih dan kulit menjadi kering
serta berkeriput. Gigi-geligi mulai tanggal dan gusi sakit serta meradang.
Kemampuan berjalan melambat dan keseimbangan badan terganggu,
gairah seksual yang menurun, dan obesitas.

Obesitas dianggap sebagai faktor risiko yang erat kaitannya dengan


beberapa penyakit degeneratif. Untuk laki-laki dengan Lingkar Pinggang
(LP) di atas 90 cm atau perempuan dengan LP di atas 80 cm dinyatakan
sebagai obesitas sentral (WHO Asia-Pasifik, 2005).

Individu yang obesitasnya paling tinggi adalah mereka yang menjelang


Lansia sampai Lansia yaitu berada pada kelompok umur 55 – 64 tahun.

2
2. Perubahan mental
Ditandai dengan menyendiri, sulit tidur, kesedihan akibat ditinggal oleh
pasangan hidup atau orang terdekat dalam keluarga maupun teman, mudah
tersinggung terhadap sikap orang disekitarnya. Bila gejala tersebut tidak
cepat terdeteksi maupun ditangani oleh ahli maka Lansia tersebut dapat
mengalami gejala lupa sampai demensia (pikun), dan depresi yang
berkelanjutan.

3. Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang terjadi ditandai dengan kecenderungan hanya ingin
menyendiri dan tidak mempunyai gairah hidup untuk berkumpul dengan
sebaya, mantan teman sekerja atau pun keluarga besar saudara, anak atau
cucu.

D. KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA


Seks sering dianggap abnormal atau tabu untuk dibicarakan pada masa usia
lanjut. Akan tetapi hal ini perlu dibahas agar kita mendapatkan pengertian yang
tidak menyesatkan.

Kemampuan hubungan seksual dapat bertahan sampai orang mencapai usia


lanjut dengan kondisi penurunan yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lain. Keadaan ini tergantung pada perubahan dari masing-masing orang,
misalnya penurunan hormon serta penyakit-penyakit yang menyertai.

Seks merupakan hal yang biasa dan normal pada Lansia. Rasa cinta dan kasih
sayang antara pasangan masih tetap dibutuhkan sampai masa usia lanjut.

Bila kondisi kesehatan masih baik dan Lansia masih hidup berpasangan, maka:

1. kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa usia lanjut;


2. hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan
seksual;
3. bila kemampuannya berkurang pada usia lanjut, jangan cemas akan hal itu
karena merupakan perubahan yang alami.

3
Pada Lansia dapat terjadi perubahan fungsi seksual baik pada perempuan
maupun laki-laki yang disebut dengan menopause dan andropause. Berikut ini
diuraikan lebih lanjut mengenai menopause dan andropause.
1. Menopause
Menopause disebut juga klimaterik atau perubahan hidup dan merupakan
pertanda berakhirnya bagian kehidupan reproduksi pada diri seorang
perempuan. Menopause mulai pada berbagai taraf usia dan pada umumnya
terjadi sebelum memasuki masa usia lanjut, namun kondisi ini tetap
berlangsung sampai usia lanjut. Menopause berbeda-beda antara satu
perempuan dengan lainnya. Rata-rata umur perempuan menopause di
Indonesia adalah 48 ± 5,3 tahun atau antara 42,7 tahun sampai 53,3 tahun.

Pada fase ini indung telur mulai berhenti bereaksi yang berakibat :

a. produksi hormon estrogen dan progesteron dari indung telur mulai


berkurang
b. dinding dalam rahim menipis sehingga terjadi perubahan pola haid
c. rahim dan indung telur mulai mengecil.

Menopause ditandai dengan gejala fisik dan psikologis sebagai berikut.


a. Gejala fisik saat menopause:
1) sulit tidur,
2) gatal,
3) muka terasa panas,
4) mudah berkeringat,
5) daya ingat menurun,
6) jantung berdebar-debar,
7) sukar menarik nafas panjang,
8) selera makan tidak menentu,
9) sering mengeluh gangguan pencernaan,
10) perubahan pola haid,
11) penurunan fungsi seksual dan respons seksual,
12) rasa sakit ketika berhubungan (dispareunia),
13) menurunnya hormonal (estrogen),
14) masalah lubrikasi (pencairan),

4
15) mengeringnya vagina dan terasa panas,
16) gatal serta pengecilan ukuran alat reproduksi,
17) kelambatan atau tidak adanya orgasmus,
18) berbagai penyakit kronik yang mempengaruhi seksualitas,
19) gangguan buang air kecil yang ditandai dengan sulitnya menahan
buang air kecil atau terasa panas dan sering berkemih.
b. Gejala psikologis pada saat menopause:
1) mudah tersinggung/marah,
2) cepat merasa lelah, lesu,
3) kurang semangat,
4) merasa tua,
5) gairah seks menurun,
6) kurang kepercayaan diri di hadapan pasangan,
7) cemas, stres, dan depresi,
8) sakit kepala, pusing,
9) perasaan suram,
10) sukar memusatkan pikiran.

Tindakan penanganan :
a. pengobatan dengan asupan hormon, perlu konsultasi terlebih
dahulu dengan dokter spesialis kandungan;
b. masalah psikologis yang timbul biasanya tidak memerlukan
pengobatan karena gejala tersebut sewaktu-waktu bisa hilang;
c. pengaturan diet;
d. bila hubungan seksual terganggu karena keringnya vagina
dianjurkan penggunaan krim atau minyak pelumas.

2. Andropause
Perubahan seksual pada laki-laki dikenal sebagai keadaan andropause,
ditandai dengan menurunnya hormon laki-laki yang menyebabkan turunnya
kemampuan otot dan menurunnya gairah seksual Beberapa penelitian
menemukan bahwa penurunan fungsi hormon pada laki-laki di usia lebih
dari 50 tahun, terkait dengan beberapa gejala seperti keinginan
seksual/libido menurun, kekurangan tenaga, penurunan kekuatan otot, sedih

5
dan sering marah tanpa sebab yang jelas, berkurangnya kemampuan ereksi,
mudah mengantuk dan lain sebagainya.

Pada laki-laki penurunan fungsi seksual ditandai dengan: perlambatan


ereksi (menegangnya penis), kelenturan buah zakar menurun, dan gerakan
testis hilang. Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai disfungsi ereksi yakni
ketidakmampuan mencapai reaksi optimal untuk senggama. Penyebab
disfungsi ereksi secara fisik:

a. kelainan pembuluh darah dan kelainan saraf,


b. efek penggunaan obat-obatan,
c. masalah hormonal

Penyebab disfungsi ereksi secara psikologis:


a. konflik hubungan dengan pasangan,
b. kecemasan,
c. pelecahan seksual waktu masa anak
d. stres, depresi, atau keadaan mental lain,
e. komunikasi yang kurang atau pertimbangan lain.

Ada sepuluh kriteria yang dapat dipakai untuk menilai apakah seseorang
sudah andropause atau belum yang disebut dengan 10 kriteria ADAM yaitu:
a. penurunan keinginan seksual (libido);
b. kekurangan energi atau tenaga;
c. penurunan kekuatan atau ketahanan otot;
d. penurunan tinggi badan;
e. berkurangnya kenyamanan dan kesenangan hidup;
f. sedih dan atau sering marah tanpa sebab yang jelas;
g. berkurangnya kemampuan ereksi;
h. kemunduran kemampuan olahraga;
i. tertidur setelah makan malam;
j. penurunan kemampuan bekerja;

Jika mengalami keluhan butir a s/d g atau berbagai kombinasi dari empat
atau lebih keluhan, maka Lansia ini adalah laki-laki andropause.

6
Tindakan penanganan:
a. pengobatan dengan pemberian hormon, perlu konsultasi terlebih
dahulu dengan dokter spesialis kandungan
b. masalah psikologis yang timbul biasanya tidak memerlukan pengobatan
karena gejala tersebut sewaktu-waktu bisa hilang
c. pemberian multivitamin, seperti vitamin B, C dan E yang dapat
dimanfaatkan sebagai antioksidan. Dapat ditambah dengan vitamin D3
untuk mencegah keropos tulang dan pemberian kalsium 800 – 1000 mg
per hari.

E. PENYAKIT PADA LANSIA


Penyakit pada Lansia bersifat berlanjut dan sebenarnya dapat dicegah dengan
berperilaku hidup sehat seperti disebut di atas. Menurut data tahun 2010, beban
penyakit yang diderita oleh Lansia di Indonesia terdiri dari: Stroke, penyakit
jantung iskemik, kanker, diabetes, osteoartritis (nyeri tulang), osteoporosis
(pengeroposan tulang), depresi, jatuh, malnutrisi, dan gangguan gigi dan mulut.

Penyakit yang sering diderita pada Lansia

1. Hipertensi
Hipertensi terjadi jika seseorang mempunyai tekanan darah melebihi
180/120 mmHg. Pada kelompok Lansia perlu diperhatikan bahwa dalam
menurunkan tekanan darah dengan penggunaan obat harus dilakukan
secara bertahap dan hati-hati agar tidak menimbulkan tekanan darah
rendah. Bila terjadi peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole/nomor atas ≥180 mmHg dan/atau diastole/nomor bawah ≥120
mmHg), dengan atau tanpa terjadi kerusakan organ target pada penderita
hipertensi, segera dirujuk ke Rumah Sakit.

Agar penatalaksanaan hipertensi pada kelompok Lansia dapat berjalan


secara optimal, perlu diimbangi dengan penerapan gaya hidup sehat
sebagai perilaku sehari-hari sebagai berikut; batasi konsumsi garam 1
sendok teh per hari, banyak makan sayur dan buah-buahan, Melakukan
aktifitas fisik 30 menit per hari guna menurunkan tekanan darah.

10 faktor yang dapat meningkatkan risiko hipertensi

7
a. Faktor keturunan
b. Usia (semakin bertambah tua, elastisitas pembuluh darah berkurang
sehinga terjadi penyempitan pembuluh darah)
c. jenis kelamin (pria lebih berisiko s.d usia 45 tahun, 45-64 tahun risiko
laki-laki dan perempuan sama. Diatas 64 tahun wanita berisiko)
d. Kurang gerak
e. Pola makan
f. Makanan tinggi kalori, lemak, dan gula
g. Berat badan berlebih (jika IMT 25- 30 berisiko hipertensi)
h. Minum-minuman beralkohol
i. Stres
j. Kondisi penyakit lain (sleep apnea -henti nafas saat tidur )

2. Stroke
Penyakit Stroke merupakan salah satu penyakit yang sungguh mengerikan
dan menjadi penyebab kematian no. 3 di Indonesia setelah penyakit jantung,
tekanan darah tinggi dan kanker. Serangan stroke selalu datang mendadak
tanpa tanda-tanda pasti. Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang
ditandai dengan kematian jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini
bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh
darah.

Faktor Penyebab Stroke


a. Faktor risiko medis, antara lain hipertensi (penyakit tekanan darah
tinggi), kolesterol, arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah),
gangguan jantung, diabetes, riwayat stroke dalam keluarga. Pemicu
stroke sebanyak 80% adalah hipertensi dan arteriosklerosis

b. Faktor risiko perilaku, antara lain merokok (aktif dan pasif), makanan
tidak sehat (junk food, fast food), alkohol, kurang olahraga, mendengkur,
narkoba, obesitas.

8
c. Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman
(marah-marah), terlalu banyak minum alkohol, merokok dan senang
mengonsumsi makanan yang berlemak

Apa Saja Gejala Awal Stroke?


a. Sering sakit kepala. Migren dan sakit kepala bagian belakang
b. Leher belakang sering pegal
c. Mudah lupa dan marah
d. Sering kesemutan
e. Pundak pegal

Tanda-tanda serangan penyakit stroke


Tidak ada stroke ringan dan stroke berat. Stroke hanya ada 2 jenis. Stroke
penyumbatan pembuluh darah dan stroke pecah pembuluh darah. Jika
menemukan seseorang yang bibir atau kelopak matanya mencong maka itu
sudah masuk dalam kategori stroke penyumbatan pembuluh darah, bukan
stroke ringan. Jadi harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat.

Berbagai organisasi kesehatan telah membuat standar gejala umum


penyakit stroke antara lain :

a. Bentuk wajah tidak simetris. Ini bisa dilihat dengan ciri bibir mencong
dan mata sipit sebelah.

b. Kaki dan tangan mengalami kelumpuhan. Biasanya terjadi pada salah


satu sisi. Kiri saja atau kanan saja. Gangguan ini diawali dengan
seringnya mengalami kesemutan. Seiring waktu akan terjadi tangan dan
kaki tidak bertenaga. Jika Anda memegang HP lalu tiba-tiba jatuh tanpa
disadari anda harus secepatnya waspada dan melakukan pengobatan
segera.

c. Mengalami gangguan berbicara. Pelo, tidak jelas, dan susah


mengeluarkan kata-kata. Bisa juga mengalami berbicara dengan
susunan kata dan kalimat yang kacau.

Jika Lansia atau salah satu anggota keluarga Lansia mengalami gejala awal
dan tanda-tanda stroke seperti di atas harus segera melakukan pencegahan
dan pengobatan stroke secepat mungkin. Jangan pernah menunggu sampai

9
kondisi sudah sangat terlambat untuk ditolong. Misalnya sampai terjadi
stroke pecah pembuluh darah. Mengobati stroke akibat penyumbatan
pembuluh darah relatif lebih mudah dibandingkan dengan mengobati stroke
pecah pembuluh darah.

Jika tidak ingin dan belum menjadi korbannya, mulai sekarang juga harus
melakukan tindakan pencegahan. Berikut ini saran dari Harold P. Adams, Jr.
MD., profesor neurologi di University of Iowa Hospital and Clinic, Iowa City,
AS., untuk mengurangi risiko stroke.

a. Periksa tekanan darah secara rutin. Bila lebih dari 140/90, berarti
tekanan darah anda tinggi. Usahakan untuk menurunkannya.

b. Singkirkan tembakau. “Tidak ada istilah merokok sedikit. Harus berhenti


sama sekali, sejak saat ini!” tandas Prof. Adams.

c. Periksa leher anda. Mintalah dokter mendengarkan bunyi mendesing di


leher anda. Ini terutama penting jika anda mengalami arteriosklerosis
(pengerasan dan penebalan pembuluh darah) yang menyebabkan
tersumbatnya aliran darah.

d. Lakukan latihan olahraga. Riset menunjukkan, mereka yang mulai


latihan pada usia antara 25-40 tahun, risikonya terserang stroke
berkurang 57 persen. Sedangkan yang mulai latihan saat usianya 40-55
tahun, kesempatannya 37 persen lebih baik untuk terhindar dari stroke.

e. Makan makanan berwarna hijau atau oranye serta buah-buahan.

f. Makanlah potasium. Riset menegaskan, mengkonsumsi makanan kaya


potasium sehari-hari, mengurangi risiko stroke 40 persen. Kentang
adalah sumber potasium yang baik, selain alpukat, kedelai, pisang,
salmon dan tomat.

g. Kurangi makanan berlemak. Apa yang baik bagi jantung Anda, baik pula
bagi otak. Menjaga kadar kolesterol berarti menghambat arteriosklerosis
dan stroke.

h. Jangan minum alkohol.

10
11
3. Penyakit Jantung Iskemik
Penyakit jantung iskemik adalah suatu penyakit yang terjadi ketika ada
penyumbatan sebagian aliran darah ke jantung.

Masalah ini dapat berdampak pada penumpukan plak di pembuluh darah


arteri. Ini disebut arteriosklerosis yang merupakan pengerasan pembuluh
darah. Hal ini dapat mengakibatkan penggumpalan darah yang dapat
menyebabkan serangan jantung atau stroke. Pengerasan pembuluh darah
dan penyumbatan arteri utama adalah salah satu penyebab utama
kematian. Bahkan pada penyakit jantung sendiri membunuh lebih banyak
orang setiap tahunnya.

Penyebab

Ada sejumlah faktor yang terkait dengan penyakit jantung iskemik. Faktor-
faktor yang berisiko sebagai penyebab penyakit jantung iskemik adalah
merokok, kadar kolesterol yang tinggi dan diabetes mellitus. Beberapa
penelitian lebih lanjut mengungkapkan faktor keturunan sebagai faktor yang
berpotensi menyebabkan timbulnya penyakit jantung iskemik.

4. Diabetes Mellitus (Kencing Manis)


Jumlah penderita diabetes meningkat seiring pertambahan umur.
Pengendalian gula darah sangat dipengaruhi oleh gaya hidup.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks dengan
jumlah energi tertentu serta mempertahankan aktivitas olahraga ringan tetap
merupakan pilihan utama pengobatan.

5. Penyakit Paru Kronis


Gangguan menelan, tersedak, kebersihan gigi dan mulut yang buruk akan
meningkatkan risiko masuknya kuman ke saluran nafas sehingga terjadi
infeksi saluran nafas.

Perawatan saluran nafas yang baik dengan latihan nafas, sekaligus juga
latihan batuk dan fisioterapi dada akan bermanfaat mempertahankan dan
meningkatkan fungsi pernafasan. Penghentian merokok, perawatan gigi dan

12
mulut secara teratur, dan pengendalian asma juga bermanfaat menurunkan
risiko kekambuhan.

6. Infeksi Saluran Kemih


Gejala awal dapat menyerupai infeksi lain pada umumnya yakni berupa
penurunan nafsu makan; sakit pinggang, lemas dan lesu disertai kehilangan
minat. Pada keadaan lebih lanjut akan terjadi penurunan kemampuan
melakukan aktivitas kehidupan dasar. Selain itu Lansia juga jalannya sering
terhuyung-huyung atau ‘jatuh’. Gejala lain yang penting juga diperhatikan
adalah munculnya pembuangan air seni yang tidak lancar.

7. Masalah Gizi Pada Lansia


a. Kurang Energi Kronik
Kurang Energi Kronik (KEK) merupakan salah satu masalah gizi pada
Lansia akibat adanya penyakit kronik, kemiskinan, tidak mau makan,
hidup sendiri, menurunnya fungsi mental dan fisik termasuk keadaan
gigi. Penurunan berat badan (BB) pada umumnya mendahului keadaan
KEK, sehingga penurunan BB juga digunakan pada penapisan adanya
kurang gizi.

b. Gizi Lebih (Obesitas)


Keadaan gizi perlu untuk dideteksi secara dini (dengan menghitung
indeks massa tubuh) untuk mencegah timbulnya berbagai masalah
kesehatan. Cara menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT): Berat Badan
(kg) dibagi kuadrat Tinggi Badan (m). Klasifikasi berat badan
berdasarkan IMT adalah sebagai berikut.

13
Tabel 1. Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT untuk orang Asia
dewasa
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Sangat kurus < 17,0
Kurus 17,0 - 18,4,
Normal 18,5 - 25,0
Gemuk 25,1 - 27,0
Obesitas > 27,0.

San
SSumber: Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) mewujudkan keluarga cerdas dan
mandiri, 2004

Obesitas sentral dapat secara mudah diketahui dengan mengukur


Lingkar Pinggang (LP). Bila didapatkan nilai >90 cm pada laki-laki dan
>80 cm pada perempuan dikategorikan sebagai obesitas sentral.

Pemeliharaan berat badan


Untuk menjaga BB dalam batas normal, seseorang harus berada dalam
keseimbangan energi, yaitu jumlah asupan kalori sama dengan kalori
yang dikeluarkan. Selain itu, asupan vitamin dan mineral harus terdapat
dalam jumlah cukup sesuai kebutuhan tubuh. Jika kita mengkonsumsi
makanan lebih banyak daripada yang dibutuhkan tubuh, kelebihan hasil
metabolismenya akan disimpan sebagai cadangan energi dan BB akan
bertambah.

c. Anemia
Menurut World Health Organization (WHO) dikategorikan sebagai
anemia apabila kadar hemoglobin/Hb < 13 g/dl pada laki-laki dan Hb
<12 g/dl pada perempuan.

Berbagai penyakit yang terdapat pada kelompok Lansia dapat


menyebabkan terjadinya anemia. Salah satu penyebab anemia adalah
asupan yang kurang memadai dari zat gizi yang berperan pada
pembentukan Hb.

Pengetahuan mengenai penyebab anemia yang ditemukan penting untuk


diketahui agar dapat dilakukan pencegahan maupun terapi yang sesuai.

14
8. Gangguan Jiwa yang Ditemukan pada Lansia
a. Depresi
Depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap. Perasaan
tertekan sedemikian beratnya sehingga yang bersangkutan tak dapat
melaksanakan fungsi sehari–hari.

Lansia sering menderita depresi karena banyak mengalami kehilangan


seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan kemampuan fisik, kehilangan
harga diri, kematian atau kehilangan pasangan hidup/ kerabat/ keluarga
dekat, kepergian anak–anak.

Mengatasi depresi: rujuk ke psikolog atau psikiater untuk Konseling


Lansia dan keluarga di Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS)

b. Delirium
Delirium adalah suatu kebingungan akut yang ditandai dengan
disorientasi (kebingungan akan keberadaan dirinya terhadap tempat,
waktu), bicara ngelantur, gelisah, sulit mengalihkan perhatian, ketakutan
dan lain-lain. Penyebab: gangguan metabolisme di otak karena adanya
infeksi/trauma kepala/efek samping obat dan sebagainya.

1) Keluhan utama
a) Keluarga mungkin minta pertolongan sebab Lansia bingung/
bicara kacau atau agitatif (menyerang) atau sama sekali pasif.
b) Delirium dapat terjadi pada Lansia yang dirawat di rumah sakit
karena kondisi fisik.
c) Lansia mungkin tampak tidak kooperatif atau ketakutan.

2) Mengatasi delirium
a) Konseling Lansia dan keluarga di PPKS
b) Ambil tindakan untuk mencegah Lansia mencederai diri sendiri
atau orang lain (misalnya: singkirkan obyek berbahaya, batasi
Lansia bila perlu).
c) Kontak yang mendukung dengan orang yang dikenal bisa
mengurangi kebingungan.
d) Sesering mungkin mengingatkan soal waktu dan tempat untuk

15
mengurangi kebingungan.
e) Lakukan rujukan ke rumah sakit karena ada agitasi
(penyerangan) atau karena penyakit fisik yang menyebabkan
delirium.

3) Informasi yang perlu untuk Lansia dan keluarga


a) Perilaku atau pembicaraan yang aneh merupakan gejala
suatu penyakit fisik.
b) Pertimbangkan untuk dirujuk apabila:
(1) Penyakit fisik yang memerlukan pengobatan spesialistik;
(2) Agitasi yang tak terkendali.

c. Insomnia
Kebiasaan atau pola tidur Lansia dapat berubah, yang terkadang dapat
mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah.
Perubahan pola tidur dapat berupa tidak bisa tidur sepanjang malam,
sering terbangun pada malam hari sehingga Lansia melakukan
kegiatannya pada malam hari. Bila hal ini terjadi, carilah penyebab dan
jalan keluar sebaik–baiknya.

1) Penyebab dapat berupa keadaan sebagai berikut :


a) Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari, sehingga
mereka masih semangat sepanjang malam.
b) Tertidur sebentar–sebentar sepanjang hari
c) Gangguan cemas dan depresi
d) Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman
e) Sering kencing pada waktu malam karena banyak minum pada
malam hari
f) Infeksi saluran kencing

Lansia sulit masuk tidur dan atau mempertahankan tidur, sulit


tertidur lagi setelah terbangun, kadang-kadang menjadi tidak
berdaya akibat dari sulit tidurnya. Dampak kurang tidur adalah stres.

16
2) Mengatasi Insomnia
a) Konseling Lansia dan keluarga ke PPKS
b) Pertahankan kebiasaan tidur secara teratur dengan:
(1) Relaksasi pada sore hari.
(2) Mulai tidur dan bangun pagi pada jam yang sama setiap
hari, jangan terlalu mengubah jadual tidur pada malam
minggu.
(3) Bangun pada waktu yang sama di pagi hari walaupun
malam harinya sulit tidur.
(4) Hindari tidur siang karena hal ini dapat mengganggu tidur
malam harinya.
(5) Lakukan latihan relaksasi untuk menolong Lansia masuk
tidur.
(6) Anjurkan pada Lansia untuk menghindari minum kopi dan
alkohol.
(7) Bila Lansia tidak bisa tertidur dalam waktu 20 menit,
anjurkan untuk bangun dari tempat tidur dan mencobanya
kembali setelah merasa mengantuk.
(8) Olahraga pada pagi atau siang hari dapat menolong Lansia
tidur nyenyak.

3) Informasi yang perlu untuk Lansia dan keluarga :


a) Problem tidur yang temporer adalah hal yang lazim pada saat
stres atau menderita penyakit fisik.
b) Jumlah tidur yang normal sangat bervariasi dan biasanya
menurun sesuai dengan meningkatnya usia.
c) Perbaikan kebiasaan tidur (tanpa obat tidur) adalah terapi yang
paling baik.
d) Kekhawatiran tentang tidak bisa tidur dapat memperburuk
keadaan insomnia.
e) Alkohol dapat menolong untuk memulai tidur, tapi dapat
menyebabkan tidur gelisah dan bangun terlalu pagi.

17
4) Pertimbangkan untuk konsultasi ke dokter:
a) Jika diduga gangguan tidur lebih kompleks misalnya serangan
tidur yang berlebihan sepanjang hari, dan sleep apnea (henti
nafas saat tidur karena mengalami penyempitan saluran nafas
hingga udara tidak ada yang dapat lewat walaupun gerakan
nafas tetap ada, penderita sleep apnea seolah tercekik tak bisa
bernafas).
b) Jika insomnia berlanjut menetap walaupun hal di atas sudah
dilaksanakan.

d. Gangguan cemas
Mula-mula Lansia memperlihatkan gejala fisik yang berkaitan dengan
ketegangan (seperti sakit kepala, jantung yang berdebar keras) atau
insomnia. Gejala lebih lanjut akan menampilkan ciri khas kecemasan
yang menyeluruh: yaitu kecemasan dan kekhawatiran yang berlebih
hampir tiap hari tentang sejumlah peristiwa atau aktivitas.

Mengatasi Cemas

1) Konseling Lansia dan keluarga di PPKS


2) Informasi yang perlu untuk Lansia dan keluarga
a) Stres dan rasa khawatir keduanya mempunyai efek fisik dan
mental.
b) Belajar untuk mengurangi efek stres (bukan pengobatan sedatif
yaitu obat-obatan yang menciptakan ketenangan dan
pengurangan rasa sakit dan/atau kecemasan) merupakan
pertolongan yang paling efektif.
3) Bila kecemasan berlangsung lebih dari 3 bulan dilakukan rujukan ke
rumah sakit.

18
e. Demensia
Demensia adalah kondisi kemerosotan mental yang terus-menerus,
makin lama makin buruk (progresif) meliputi penurunan daya ingat akan
hal yang baru saja terjadi tetapi tetap ingat akan hal yang sudah lama
terjadi, kemunduran kemahiran berbahasa, kemunduran intelektual,
perubahan perilaku dan fungsi–fungsi otak lainnya sehingga
mengganggu aktivitas sehari – hari.

Demensia dapat terjadi pada Lansia karena penyakit alzheimer, stroke


berulang, trauma kepala, dan gangguan fungsi tubuh (hormonal, nutrisi,
kekurangan vitamin) alkohol dan lain–lain.

Demensia merupakan kehilangan kemampuan daya ingat dan daya pikir


lainnya sehingga dapat menyebabkan masalah tingkah laku misalnya
menjadi gaduh gelisah, pencuriga dan emosi yang meledak-ledak.

1) Keluhan utama
Lansia sering lupa hal-hal yang baru terjadi, tampak bingung, apatis
atau murung, tetapi biasanya Lansia tidak menyadari dirinya
kehilangan kemampuan daya ingat sehingga ia bisa marah-marah
atau menuduh orang karena kelupaannya. Adakalanya keluarga
mengenali perubahan perilaku dan penurunan daya ingat/daya pikir
Lansia tapi kadang-kadang keluarga menyangkal atau justru
memperhebat gejala Lansia.

Umumnya keluarga mencari pertolongan bukan karena kegagalan


daya ingat, tetapi karena perubahan kepribadian atau perilaku
seperti marah, agitasi, curiga (paranoid), berdelusi/waham (isi pikir
yang salah, tidak sesuai realitas dan tidak bisa dikoreksi), halusinasi,
apatis, depresi, tidak bisa tidur, tidak kenal tempat tinggalnya atau
tersesat di jalan.

Pada tahap demensia berat Lansia menjadi seperti kanak-kanak lagi


mengompol dan buang air besar sembarangan serta tidak bisa
menunda kemauan. Ia menjadi sangat tergantung pada orang lain
untuk menopang aktivitas kehidupan sehari-hari seperti mandi,
makan, buang air dan sebagainya. Kebersihan yang buruk pada

19
Lansia bisa mempermudah terjadinya infeksi. Kehilangan daya ingat
dapat mengakibatkan penelantaran diri seperti kurang gizi dan
kebersihan diri yang buruk.

2) Mengatasi demensia
a) Konseling Lansia dan keluarga rujuk ke ahli atau PPKS
b) Pertimbangkan untuk merujuk dan merawat Lansia di rumah
sakit, jika perawatan intensif dibutuhkan.

Untuk menjaring masalah gangguan mental emosional dan ada


indikasi demensia dilakukan pemeriksaan Mini Mental State
Examination (MMSE). Berikut formulir pemeriksaan dengan
menggunakan formulir MMSE.

20
FORMULIR MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI (versi Indonesia)
Sumber: POKDI Behavioral Neurology PERDOSSI (modifikasi FOLSTEIN)
Nama Pasien:………………..............................(Lk/Pr) Umur:…………..………Pendidikan……..….........
……………
Pekerjaan:………………………………………………..Alamat:.................................................................................
Pemeriksa:…………………………….....................................Tgl……………...........................................................
Item Tes Nilai Nilai
mak.
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar) 5
REGISTRASI
3 Sebut 3 buah nama benda ( Apel, Meja, Koin) tiap benda 1 detik. Pasien diminta
mengulangi ketiga nama benda tadi setelah anda selesai. Nilai 1 untuk tiap nama benda
yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar. Catat dan hitung 3
jumlah pengulangan. Jumlah pengulangan .........kali
ATENSI DAN KALKULASI
4 Serial 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. Berhenti setelah 5 jawaban.
Alternatif: mengeja mundur kata “ WAHYU” 5
Atau hitung mundur, mulai 100, pengurangan 7 berhenti setelah 5 kali.
Rekal
5 Minta pasien menyebut kembali 3 nama benda yang telah diulang di atas 3
BAHASA
6 Menamai sebuah pensil dan arloji 2
7 Mengulang kata-kata:” namun”, “ tanpa”, “ bila” 1
8 Perintah 3 tingkat: “Ambil kertas dengan tangan anda, lipat dua, dan letakkan di lantai”
3
9 Baca dan patuhi perintah ini “Pejamkanlah mata anda” 1

10 Tulis sebuah kalimat 1


11 Menyalin gambar di bawah ini. 1

Skor total 30

F. PEMELIHARAAN KESEHATAN LANSIA

21
Pemeliharaan kesehatan tidak hanya dilakukan pada saat usia lanjut saja tapi
harus dilakukan sedini mungkin dalam masa hidup seseorang. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh seseorang sepanjang hidupnya dan semakin
lengkap perilaku sehat yang dilakukan akan mencerminkan kesehatan Lansia
secara keseluruhan yakni sebagai berikut.

1. Aktivitas fisik
Sebaiknya dilakukan secara rutin setiap pagi hari sesudah subuh selama 15-
20 menit. Bentuk kegiatan fisik dapat berupa jalan kaki, berjalan dengan
bantuan alat penopang, latihan otot dengan bola karet, latihan otot kaki
dengan menarik karet berbentuk lingkaran, berlari santai, naik sepeda biasa
atau statis, dan berenang terutama bagi Lansia yang mempunyai hambatan
dalam berjalan secara wajar.

2. Makanan sehat

22
Makan yang sehat dan seimbang. Makan sering dalam porsi yang sedikit.
Kurangi makan nasi dan ganti dengan pengganti nasi seperti ubi jalar,
kentang, singkong atau pun sagu. Cukup cairan dengan minum air sebanyak
8-12 gelas ukuran sedang sehari atau teh hijau 2-3 cangkir sehari yang
dibagi secara merata sepanjang hari.

Bagi mereka yang mempunyai kelainan ginjal minta petunjuk dari dokter/ahli
gizi. Banyak makan sayuran hijau dan buah aneka warna. Protein perlu
untuk Lansia dan dapat diperoleh dari sumber hewan seperti daging tanpa
lemak, ikan maupun ayam tanpa lemak. Ikan terutama ikan gabus atau pun
ikan laut yang mengandung asam lemak omega 3 yang tinggi dan sangat
penting bagi pertumbuhan jaringan otak.

Protein berasal dari tumbuhan seperti kacang-kacangan, tempe dan tahu


tidak kalah penting dengan protein hewani dan lebih mudah diserap oleh
pencernaan Lansia. Bagi Lansia yang hidup di perkotaan dan mempunyai
masalah dengan pencernaan maupun kualitas sayur mayur yang baik
dianjurkan minum multivitamin terutama pagi hari sebelum makan. Urutan
makanan yang sehat setiap kali bersantap adalah sayuran, buah disusulkan
dengan protein dan karbohidrat.

3. Cukup tidur
Cukup tidur penting dan sebaiknya dilakukan pada malam menjelang dini
hari. Tidur yang cukup ditandai dengan siklus tidur yang lengkap termasuk
bermimpi. Bermimpi dapat indah maupun mengerikan tapi bila seseorang
diminta menerangkan mimpinya pada umumnya seseorang sulit untuk
menerangkan hanya dapat dirasakan sebagai menyenangkan ataupun
mengerikan. Tidur bermanfat untuk proses detoksifikasi (menetralkan racun)
sehingga Lansia akan dapat buang air besar maupun kecil dengan teratur
setiap hari. Dengan meningkatnya usia sehingga tidak jarang Lansia
mengeluh kesulitan tidur dan sulit Buang Air Besar (BAB) di waktu pagi hari.

23
4. Latihan pernafasan
Latihan pernafasan berupa latihan pernafasan dalam sebaiknya dilakukan
setiap hari apakah di waktu bangun pagi hari, beristirahat siang ataupun
menjelang malam hari. Latihan pernafasan dalam dilakukan dengan menarik
nafas secara dalam dengan mulut tertutup, ditahan, dan kemudian angin
udara dilepas melalui mulut yang terbuka. Hal tersebut bisa diulang
beberapa kali. Secara kelompok latihan pernafasan dalam dapat dilakukan
dengan yoga, tai chi dan senam Lansia yang secara rutin dilakukan di
Posyandu atau kelompok senam Lansia.

5. Menghindari asupan alkohol


Menghindari asupan alkohol terutama bagi mereka yang mempunyai
kebiasaan minum alkohol agar dapat dilakukan karena hanya memberikan
kalori yang kosong dan memperberat kerja hati sehingga dapat
menyebabkan kelainan hati sampai kanker hati bila alkohol diasup secara
berlebihan.

6. Tidak merokok
Merokok dapat mempengaruhi orang sekitar terutama anak-anak. Merokok
dapat menyebabkan kelainan paru pada perokok seperti radang paru, dan
kanker paru. Bagi mereka di sekitar perokok (perokok pasif) yang menghirup
asap rokok juga bisa terkena asma, kelainan paru, dan penyakit lain.

7. Pemeriksaan kesehatan rutin


Pemeriksaan kesehatan rutin dan mengikuti anjuran medik dilakukan oleh
Lansia yang menderita penyakit kronik setiap bulan.

8. Perawatan kesehatan Lansia


Perawatan diri kesehatan Lansia sebaiknya dilakukan secara mandiri yang
berhubungan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (Activity of Daily
Living=ADL) seperti bangkit dari tempat tidur atau berbaring di tempat tidur,
mandi dan menggosok gigi, berpakaian, menyisir rambut dan makan. Bila
terdapat tanda awal kesulitan, Lansia memerlukan bantuan ataupun
pendamping dari orang lain, sebaiknya anggota keluarga sendiri yang
terlatih.

24
Lansia tidak dianjurkan untuk berbaring terlalu lama karena dikhawatirkan
timbulnya perlukaan terutama di bagian tubuh yang sering mengalami
tekanan dari permukaan tempat tidur sehingga menghambat aliran darah di
daerah tubuh tersebut dan mudah timbul perlukaan (dekubitus).

Sebaiknya apabila sedang sakit dibantu untuk bergerak walaupun duduk


dengan kursi roda. Tindakan pencegahan adalah kerap memindahkan posisi
tidur dari miring ke kiri menjadi miring ke kanan dan sebaliknya sehingga
memungkinkan aliran darah mengalir dengan baik. Lansia yang sering
berbaring dan hanya dapat berjalan dengan kursi roda juga perlu diberikan
pijatan terutama di daerah tungkai bawah agar tidak mengecil akibat tidak
digunakan untuk berjalan.

G. PENGGUNAAN ALAT BANTU SEDERHANA


Proses penuaan merupakan suatu proses alamiah. Dengan meningkatnya usia
terjadi berbagai perubahan fisik yang dapat membatasi kemandirian Lansia
terutama mengenai penglihatan, pendengaran dan kemampuan berjalan. Bila
kelainan tersebut diketahui secara dini maka dapat ditingkatkan kualitas hidup
Lansia dengan alat bantu berikut.
1. Kelainan penglihatan dapat dibantu dengan kaca mata biasanya bermula
dengan lensa baca agar Lansia meneruskan kebiasaan membaca yang
meningkatkan kesehatan otak.
2. Kelainan pendengaran dengan alat bantu dengar yang sering ditolak oleh
Lansia karena pada mulanya suara yang didengar mengagetkan dengan
kerasnya nada-nada yang didengar oleh Lansia tersebut sehingga perlu
kerjasama dengan dokter ataupun teknisi alat bantu sehingga Lansia
tersebut dapat menyesuaikan diri dengan penggunaan alat tersebut.
3. Alat bantu berjalan dengan tongkat sederhana sangat bermanfaat untuk
membantu Lansia tersebut berjalan walaupun sebatas di rumah saja sampai
kursi roda bagi mereka yang tidak dapat lagi berjalan secara mandiri.

25
H. PENUTUP
Domain Fisik merupakan satu dimensi untuk dapat menilai potensi Lansia dalam
mencapai derajat kemandirian dan kualitas hidup yang diukur melalui indeks
kelanjutusiaan aktif.

26

Anda mungkin juga menyukai