DIMENSI FISIK
TIM PENGARAH :
Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.G.K.
Prof. Dr. Saparinah Sadli
TIM PENULIS :
Prof. dr. Tri Budi. W. Rahardjo Prof. Dr. drh. Clara Meliyanti Kusharto, M.Sc
Dr. dr. Nugroho Abiskuno Dra. Elisabeth Kuji
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH dr. Dian Indahwati, Sp.O.G
dr. Upik Rukmini Evita Syukri, M.Psi., Psi
Dra. Juny Gunawan Lenny Widjaya, B.Sc.
Ismet Syaifullah, A.K.S Retno Dwi Sulistyowati, S.H
Drs. Furqan Ia Faried, M.A Dra. Elly Irawan, M.Psi
Nurlaila Susilowati, SKM, M.Kes Kartono Donousodo, S.H., M.Pd
Masnuryati, S.E Achmad Sopian, S.Pd
Juli Yanto, S.Sos
TIM EDITOR :
Prof. dr. Tri Budi. W. Rahardjo
Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH
Cetakan pertama
Diperbolehkan memperbanyak dan menggandakan buku dengan izin dari Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan, tanpa mengubah isi.
i
KATA PENGANTAR
ii
KATA SAMBUTAN
iii
PEMBANGUNAN KELUARGA LANSIA TANGGUH
DIMENSI FISIK
A. PENDAHULUAN
Dimensi Fisik Lansia merupakan salah satu faktor untuk mencapai
kelanjutusiaan sehat. Lansia menurut Undang-undang No. 13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke
atas atau lebih. Di beberapa negara maju, yang sudah memiliki standar hidup
yang lebih baik di bidang ekonomi dan kesehatan, menggunakan batasan usia
lanjut yaitu umur 65 tahun ke atas.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta mampu mempraktikkan
pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi fisik .
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta dapat menjelaskan:
a. menjelaskan kondisi fisik pada Lansia
b. menjelaskan kesehatan reproduksi Lansia
1
c. mempraktikkan cara mendeteksi penyakit pada Lansia
d. mempraktikkan pemeliharaan kesehatan Lansia
e. menjelaskan penggunaan alat bantu sederhana
1. Perubahan fisik
Ditandai dengan penurunan aktivitas fisik, mudah lelah, pendengaran yang
berkurang, penglihatan menurun, rambut memutih dan kulit menjadi kering
serta berkeriput. Gigi-geligi mulai tanggal dan gusi sakit serta meradang.
Kemampuan berjalan melambat dan keseimbangan badan terganggu,
gairah seksual yang menurun, dan obesitas.
2
2. Perubahan mental
Ditandai dengan menyendiri, sulit tidur, kesedihan akibat ditinggal oleh
pasangan hidup atau orang terdekat dalam keluarga maupun teman, mudah
tersinggung terhadap sikap orang disekitarnya. Bila gejala tersebut tidak
cepat terdeteksi maupun ditangani oleh ahli maka Lansia tersebut dapat
mengalami gejala lupa sampai demensia (pikun), dan depresi yang
berkelanjutan.
3. Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang terjadi ditandai dengan kecenderungan hanya ingin
menyendiri dan tidak mempunyai gairah hidup untuk berkumpul dengan
sebaya, mantan teman sekerja atau pun keluarga besar saudara, anak atau
cucu.
Seks merupakan hal yang biasa dan normal pada Lansia. Rasa cinta dan kasih
sayang antara pasangan masih tetap dibutuhkan sampai masa usia lanjut.
Bila kondisi kesehatan masih baik dan Lansia masih hidup berpasangan, maka:
3
Pada Lansia dapat terjadi perubahan fungsi seksual baik pada perempuan
maupun laki-laki yang disebut dengan menopause dan andropause. Berikut ini
diuraikan lebih lanjut mengenai menopause dan andropause.
1. Menopause
Menopause disebut juga klimaterik atau perubahan hidup dan merupakan
pertanda berakhirnya bagian kehidupan reproduksi pada diri seorang
perempuan. Menopause mulai pada berbagai taraf usia dan pada umumnya
terjadi sebelum memasuki masa usia lanjut, namun kondisi ini tetap
berlangsung sampai usia lanjut. Menopause berbeda-beda antara satu
perempuan dengan lainnya. Rata-rata umur perempuan menopause di
Indonesia adalah 48 ± 5,3 tahun atau antara 42,7 tahun sampai 53,3 tahun.
Pada fase ini indung telur mulai berhenti bereaksi yang berakibat :
4
15) mengeringnya vagina dan terasa panas,
16) gatal serta pengecilan ukuran alat reproduksi,
17) kelambatan atau tidak adanya orgasmus,
18) berbagai penyakit kronik yang mempengaruhi seksualitas,
19) gangguan buang air kecil yang ditandai dengan sulitnya menahan
buang air kecil atau terasa panas dan sering berkemih.
b. Gejala psikologis pada saat menopause:
1) mudah tersinggung/marah,
2) cepat merasa lelah, lesu,
3) kurang semangat,
4) merasa tua,
5) gairah seks menurun,
6) kurang kepercayaan diri di hadapan pasangan,
7) cemas, stres, dan depresi,
8) sakit kepala, pusing,
9) perasaan suram,
10) sukar memusatkan pikiran.
Tindakan penanganan :
a. pengobatan dengan asupan hormon, perlu konsultasi terlebih
dahulu dengan dokter spesialis kandungan;
b. masalah psikologis yang timbul biasanya tidak memerlukan
pengobatan karena gejala tersebut sewaktu-waktu bisa hilang;
c. pengaturan diet;
d. bila hubungan seksual terganggu karena keringnya vagina
dianjurkan penggunaan krim atau minyak pelumas.
2. Andropause
Perubahan seksual pada laki-laki dikenal sebagai keadaan andropause,
ditandai dengan menurunnya hormon laki-laki yang menyebabkan turunnya
kemampuan otot dan menurunnya gairah seksual Beberapa penelitian
menemukan bahwa penurunan fungsi hormon pada laki-laki di usia lebih
dari 50 tahun, terkait dengan beberapa gejala seperti keinginan
seksual/libido menurun, kekurangan tenaga, penurunan kekuatan otot, sedih
5
dan sering marah tanpa sebab yang jelas, berkurangnya kemampuan ereksi,
mudah mengantuk dan lain sebagainya.
Ada sepuluh kriteria yang dapat dipakai untuk menilai apakah seseorang
sudah andropause atau belum yang disebut dengan 10 kriteria ADAM yaitu:
a. penurunan keinginan seksual (libido);
b. kekurangan energi atau tenaga;
c. penurunan kekuatan atau ketahanan otot;
d. penurunan tinggi badan;
e. berkurangnya kenyamanan dan kesenangan hidup;
f. sedih dan atau sering marah tanpa sebab yang jelas;
g. berkurangnya kemampuan ereksi;
h. kemunduran kemampuan olahraga;
i. tertidur setelah makan malam;
j. penurunan kemampuan bekerja;
Jika mengalami keluhan butir a s/d g atau berbagai kombinasi dari empat
atau lebih keluhan, maka Lansia ini adalah laki-laki andropause.
6
Tindakan penanganan:
a. pengobatan dengan pemberian hormon, perlu konsultasi terlebih
dahulu dengan dokter spesialis kandungan
b. masalah psikologis yang timbul biasanya tidak memerlukan pengobatan
karena gejala tersebut sewaktu-waktu bisa hilang
c. pemberian multivitamin, seperti vitamin B, C dan E yang dapat
dimanfaatkan sebagai antioksidan. Dapat ditambah dengan vitamin D3
untuk mencegah keropos tulang dan pemberian kalsium 800 – 1000 mg
per hari.
1. Hipertensi
Hipertensi terjadi jika seseorang mempunyai tekanan darah melebihi
180/120 mmHg. Pada kelompok Lansia perlu diperhatikan bahwa dalam
menurunkan tekanan darah dengan penggunaan obat harus dilakukan
secara bertahap dan hati-hati agar tidak menimbulkan tekanan darah
rendah. Bila terjadi peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole/nomor atas ≥180 mmHg dan/atau diastole/nomor bawah ≥120
mmHg), dengan atau tanpa terjadi kerusakan organ target pada penderita
hipertensi, segera dirujuk ke Rumah Sakit.
7
a. Faktor keturunan
b. Usia (semakin bertambah tua, elastisitas pembuluh darah berkurang
sehinga terjadi penyempitan pembuluh darah)
c. jenis kelamin (pria lebih berisiko s.d usia 45 tahun, 45-64 tahun risiko
laki-laki dan perempuan sama. Diatas 64 tahun wanita berisiko)
d. Kurang gerak
e. Pola makan
f. Makanan tinggi kalori, lemak, dan gula
g. Berat badan berlebih (jika IMT 25- 30 berisiko hipertensi)
h. Minum-minuman beralkohol
i. Stres
j. Kondisi penyakit lain (sleep apnea -henti nafas saat tidur )
2. Stroke
Penyakit Stroke merupakan salah satu penyakit yang sungguh mengerikan
dan menjadi penyebab kematian no. 3 di Indonesia setelah penyakit jantung,
tekanan darah tinggi dan kanker. Serangan stroke selalu datang mendadak
tanpa tanda-tanda pasti. Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang
ditandai dengan kematian jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini
bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh
darah.
b. Faktor risiko perilaku, antara lain merokok (aktif dan pasif), makanan
tidak sehat (junk food, fast food), alkohol, kurang olahraga, mendengkur,
narkoba, obesitas.
8
c. Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman
(marah-marah), terlalu banyak minum alkohol, merokok dan senang
mengonsumsi makanan yang berlemak
a. Bentuk wajah tidak simetris. Ini bisa dilihat dengan ciri bibir mencong
dan mata sipit sebelah.
Jika Lansia atau salah satu anggota keluarga Lansia mengalami gejala awal
dan tanda-tanda stroke seperti di atas harus segera melakukan pencegahan
dan pengobatan stroke secepat mungkin. Jangan pernah menunggu sampai
9
kondisi sudah sangat terlambat untuk ditolong. Misalnya sampai terjadi
stroke pecah pembuluh darah. Mengobati stroke akibat penyumbatan
pembuluh darah relatif lebih mudah dibandingkan dengan mengobati stroke
pecah pembuluh darah.
Jika tidak ingin dan belum menjadi korbannya, mulai sekarang juga harus
melakukan tindakan pencegahan. Berikut ini saran dari Harold P. Adams, Jr.
MD., profesor neurologi di University of Iowa Hospital and Clinic, Iowa City,
AS., untuk mengurangi risiko stroke.
a. Periksa tekanan darah secara rutin. Bila lebih dari 140/90, berarti
tekanan darah anda tinggi. Usahakan untuk menurunkannya.
g. Kurangi makanan berlemak. Apa yang baik bagi jantung Anda, baik pula
bagi otak. Menjaga kadar kolesterol berarti menghambat arteriosklerosis
dan stroke.
10
11
3. Penyakit Jantung Iskemik
Penyakit jantung iskemik adalah suatu penyakit yang terjadi ketika ada
penyumbatan sebagian aliran darah ke jantung.
Penyebab
Ada sejumlah faktor yang terkait dengan penyakit jantung iskemik. Faktor-
faktor yang berisiko sebagai penyebab penyakit jantung iskemik adalah
merokok, kadar kolesterol yang tinggi dan diabetes mellitus. Beberapa
penelitian lebih lanjut mengungkapkan faktor keturunan sebagai faktor yang
berpotensi menyebabkan timbulnya penyakit jantung iskemik.
Perawatan saluran nafas yang baik dengan latihan nafas, sekaligus juga
latihan batuk dan fisioterapi dada akan bermanfaat mempertahankan dan
meningkatkan fungsi pernafasan. Penghentian merokok, perawatan gigi dan
12
mulut secara teratur, dan pengendalian asma juga bermanfaat menurunkan
risiko kekambuhan.
13
Tabel 1. Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT untuk orang Asia
dewasa
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Sangat kurus < 17,0
Kurus 17,0 - 18,4,
Normal 18,5 - 25,0
Gemuk 25,1 - 27,0
Obesitas > 27,0.
San
SSumber: Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) mewujudkan keluarga cerdas dan
mandiri, 2004
c. Anemia
Menurut World Health Organization (WHO) dikategorikan sebagai
anemia apabila kadar hemoglobin/Hb < 13 g/dl pada laki-laki dan Hb
<12 g/dl pada perempuan.
14
8. Gangguan Jiwa yang Ditemukan pada Lansia
a. Depresi
Depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap. Perasaan
tertekan sedemikian beratnya sehingga yang bersangkutan tak dapat
melaksanakan fungsi sehari–hari.
b. Delirium
Delirium adalah suatu kebingungan akut yang ditandai dengan
disorientasi (kebingungan akan keberadaan dirinya terhadap tempat,
waktu), bicara ngelantur, gelisah, sulit mengalihkan perhatian, ketakutan
dan lain-lain. Penyebab: gangguan metabolisme di otak karena adanya
infeksi/trauma kepala/efek samping obat dan sebagainya.
1) Keluhan utama
a) Keluarga mungkin minta pertolongan sebab Lansia bingung/
bicara kacau atau agitatif (menyerang) atau sama sekali pasif.
b) Delirium dapat terjadi pada Lansia yang dirawat di rumah sakit
karena kondisi fisik.
c) Lansia mungkin tampak tidak kooperatif atau ketakutan.
2) Mengatasi delirium
a) Konseling Lansia dan keluarga di PPKS
b) Ambil tindakan untuk mencegah Lansia mencederai diri sendiri
atau orang lain (misalnya: singkirkan obyek berbahaya, batasi
Lansia bila perlu).
c) Kontak yang mendukung dengan orang yang dikenal bisa
mengurangi kebingungan.
d) Sesering mungkin mengingatkan soal waktu dan tempat untuk
15
mengurangi kebingungan.
e) Lakukan rujukan ke rumah sakit karena ada agitasi
(penyerangan) atau karena penyakit fisik yang menyebabkan
delirium.
c. Insomnia
Kebiasaan atau pola tidur Lansia dapat berubah, yang terkadang dapat
mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah.
Perubahan pola tidur dapat berupa tidak bisa tidur sepanjang malam,
sering terbangun pada malam hari sehingga Lansia melakukan
kegiatannya pada malam hari. Bila hal ini terjadi, carilah penyebab dan
jalan keluar sebaik–baiknya.
16
2) Mengatasi Insomnia
a) Konseling Lansia dan keluarga ke PPKS
b) Pertahankan kebiasaan tidur secara teratur dengan:
(1) Relaksasi pada sore hari.
(2) Mulai tidur dan bangun pagi pada jam yang sama setiap
hari, jangan terlalu mengubah jadual tidur pada malam
minggu.
(3) Bangun pada waktu yang sama di pagi hari walaupun
malam harinya sulit tidur.
(4) Hindari tidur siang karena hal ini dapat mengganggu tidur
malam harinya.
(5) Lakukan latihan relaksasi untuk menolong Lansia masuk
tidur.
(6) Anjurkan pada Lansia untuk menghindari minum kopi dan
alkohol.
(7) Bila Lansia tidak bisa tertidur dalam waktu 20 menit,
anjurkan untuk bangun dari tempat tidur dan mencobanya
kembali setelah merasa mengantuk.
(8) Olahraga pada pagi atau siang hari dapat menolong Lansia
tidur nyenyak.
17
4) Pertimbangkan untuk konsultasi ke dokter:
a) Jika diduga gangguan tidur lebih kompleks misalnya serangan
tidur yang berlebihan sepanjang hari, dan sleep apnea (henti
nafas saat tidur karena mengalami penyempitan saluran nafas
hingga udara tidak ada yang dapat lewat walaupun gerakan
nafas tetap ada, penderita sleep apnea seolah tercekik tak bisa
bernafas).
b) Jika insomnia berlanjut menetap walaupun hal di atas sudah
dilaksanakan.
d. Gangguan cemas
Mula-mula Lansia memperlihatkan gejala fisik yang berkaitan dengan
ketegangan (seperti sakit kepala, jantung yang berdebar keras) atau
insomnia. Gejala lebih lanjut akan menampilkan ciri khas kecemasan
yang menyeluruh: yaitu kecemasan dan kekhawatiran yang berlebih
hampir tiap hari tentang sejumlah peristiwa atau aktivitas.
Mengatasi Cemas
18
e. Demensia
Demensia adalah kondisi kemerosotan mental yang terus-menerus,
makin lama makin buruk (progresif) meliputi penurunan daya ingat akan
hal yang baru saja terjadi tetapi tetap ingat akan hal yang sudah lama
terjadi, kemunduran kemahiran berbahasa, kemunduran intelektual,
perubahan perilaku dan fungsi–fungsi otak lainnya sehingga
mengganggu aktivitas sehari – hari.
1) Keluhan utama
Lansia sering lupa hal-hal yang baru terjadi, tampak bingung, apatis
atau murung, tetapi biasanya Lansia tidak menyadari dirinya
kehilangan kemampuan daya ingat sehingga ia bisa marah-marah
atau menuduh orang karena kelupaannya. Adakalanya keluarga
mengenali perubahan perilaku dan penurunan daya ingat/daya pikir
Lansia tapi kadang-kadang keluarga menyangkal atau justru
memperhebat gejala Lansia.
19
Lansia bisa mempermudah terjadinya infeksi. Kehilangan daya ingat
dapat mengakibatkan penelantaran diri seperti kurang gizi dan
kebersihan diri yang buruk.
2) Mengatasi demensia
a) Konseling Lansia dan keluarga rujuk ke ahli atau PPKS
b) Pertimbangkan untuk merujuk dan merawat Lansia di rumah
sakit, jika perawatan intensif dibutuhkan.
20
FORMULIR MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI (versi Indonesia)
Sumber: POKDI Behavioral Neurology PERDOSSI (modifikasi FOLSTEIN)
Nama Pasien:………………..............................(Lk/Pr) Umur:…………..………Pendidikan……..….........
……………
Pekerjaan:………………………………………………..Alamat:.................................................................................
Pemeriksa:…………………………….....................................Tgl……………...........................................................
Item Tes Nilai Nilai
mak.
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar) 5
REGISTRASI
3 Sebut 3 buah nama benda ( Apel, Meja, Koin) tiap benda 1 detik. Pasien diminta
mengulangi ketiga nama benda tadi setelah anda selesai. Nilai 1 untuk tiap nama benda
yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar. Catat dan hitung 3
jumlah pengulangan. Jumlah pengulangan .........kali
ATENSI DAN KALKULASI
4 Serial 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. Berhenti setelah 5 jawaban.
Alternatif: mengeja mundur kata “ WAHYU” 5
Atau hitung mundur, mulai 100, pengurangan 7 berhenti setelah 5 kali.
Rekal
5 Minta pasien menyebut kembali 3 nama benda yang telah diulang di atas 3
BAHASA
6 Menamai sebuah pensil dan arloji 2
7 Mengulang kata-kata:” namun”, “ tanpa”, “ bila” 1
8 Perintah 3 tingkat: “Ambil kertas dengan tangan anda, lipat dua, dan letakkan di lantai”
3
9 Baca dan patuhi perintah ini “Pejamkanlah mata anda” 1
Skor total 30
21
Pemeliharaan kesehatan tidak hanya dilakukan pada saat usia lanjut saja tapi
harus dilakukan sedini mungkin dalam masa hidup seseorang. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh seseorang sepanjang hidupnya dan semakin
lengkap perilaku sehat yang dilakukan akan mencerminkan kesehatan Lansia
secara keseluruhan yakni sebagai berikut.
1. Aktivitas fisik
Sebaiknya dilakukan secara rutin setiap pagi hari sesudah subuh selama 15-
20 menit. Bentuk kegiatan fisik dapat berupa jalan kaki, berjalan dengan
bantuan alat penopang, latihan otot dengan bola karet, latihan otot kaki
dengan menarik karet berbentuk lingkaran, berlari santai, naik sepeda biasa
atau statis, dan berenang terutama bagi Lansia yang mempunyai hambatan
dalam berjalan secara wajar.
2. Makanan sehat
22
Makan yang sehat dan seimbang. Makan sering dalam porsi yang sedikit.
Kurangi makan nasi dan ganti dengan pengganti nasi seperti ubi jalar,
kentang, singkong atau pun sagu. Cukup cairan dengan minum air sebanyak
8-12 gelas ukuran sedang sehari atau teh hijau 2-3 cangkir sehari yang
dibagi secara merata sepanjang hari.
Bagi mereka yang mempunyai kelainan ginjal minta petunjuk dari dokter/ahli
gizi. Banyak makan sayuran hijau dan buah aneka warna. Protein perlu
untuk Lansia dan dapat diperoleh dari sumber hewan seperti daging tanpa
lemak, ikan maupun ayam tanpa lemak. Ikan terutama ikan gabus atau pun
ikan laut yang mengandung asam lemak omega 3 yang tinggi dan sangat
penting bagi pertumbuhan jaringan otak.
3. Cukup tidur
Cukup tidur penting dan sebaiknya dilakukan pada malam menjelang dini
hari. Tidur yang cukup ditandai dengan siklus tidur yang lengkap termasuk
bermimpi. Bermimpi dapat indah maupun mengerikan tapi bila seseorang
diminta menerangkan mimpinya pada umumnya seseorang sulit untuk
menerangkan hanya dapat dirasakan sebagai menyenangkan ataupun
mengerikan. Tidur bermanfat untuk proses detoksifikasi (menetralkan racun)
sehingga Lansia akan dapat buang air besar maupun kecil dengan teratur
setiap hari. Dengan meningkatnya usia sehingga tidak jarang Lansia
mengeluh kesulitan tidur dan sulit Buang Air Besar (BAB) di waktu pagi hari.
23
4. Latihan pernafasan
Latihan pernafasan berupa latihan pernafasan dalam sebaiknya dilakukan
setiap hari apakah di waktu bangun pagi hari, beristirahat siang ataupun
menjelang malam hari. Latihan pernafasan dalam dilakukan dengan menarik
nafas secara dalam dengan mulut tertutup, ditahan, dan kemudian angin
udara dilepas melalui mulut yang terbuka. Hal tersebut bisa diulang
beberapa kali. Secara kelompok latihan pernafasan dalam dapat dilakukan
dengan yoga, tai chi dan senam Lansia yang secara rutin dilakukan di
Posyandu atau kelompok senam Lansia.
6. Tidak merokok
Merokok dapat mempengaruhi orang sekitar terutama anak-anak. Merokok
dapat menyebabkan kelainan paru pada perokok seperti radang paru, dan
kanker paru. Bagi mereka di sekitar perokok (perokok pasif) yang menghirup
asap rokok juga bisa terkena asma, kelainan paru, dan penyakit lain.
24
Lansia tidak dianjurkan untuk berbaring terlalu lama karena dikhawatirkan
timbulnya perlukaan terutama di bagian tubuh yang sering mengalami
tekanan dari permukaan tempat tidur sehingga menghambat aliran darah di
daerah tubuh tersebut dan mudah timbul perlukaan (dekubitus).
25
H. PENUTUP
Domain Fisik merupakan satu dimensi untuk dapat menilai potensi Lansia dalam
mencapai derajat kemandirian dan kualitas hidup yang diukur melalui indeks
kelanjutusiaan aktif.
26