Anda di halaman 1dari 20

PEMBANGUNAN KELUARGA LANSIA TANGGUH

DIMENSI INTELEKTUAL

TIM PENGARAH :
Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.G.K.
Prof. Dr. Saparinah Sadli

TIM PENULIS :
Prof. dr. Tri Budi. W. Rahardjo Prof. Dr. drh. Clara Meliyanti Kusharto, M.Sc
Dr. dr. Nugroho Abiskuno Dra. Elisabeth Kuji
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH dr. Dian Indahwati, Sp.O.G
dr. Upik Rukmini Evita Syukri, M.Psi., Psi
Dra. Juny Gunawan Lenny Widjaya, B.Sc.
Ismet Syaifullah, A.K.S Retno Dwi Sulistyowati, S.H
Drs. Furqan Ia Faried, M.A Dra. Elly Irawan, M.Psi
Nurlaila Susilowati, SKM, M.Kes Kartono Donousodo, S.H., M.Pd
Masnuryati, S.E Achmad Sopian, S.Pd
Juli Yanto, S.Sos

TIM EDITOR :
Prof. dr. Tri Budi. W. Rahardjo
Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH

TATA LETAK & DESAIN SAMPUL:


Ridwan Nugraha

Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan


Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Cetakan pertama

Jakarta, Juni 2014

Diperbolehkan memperbanyak dan menggandakan buku dengan izin dari Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan, tanpa mengubah isi.

ISBN : (On Process)


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
KATA SAMBUTAN ....................................................................................... iii
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KELUARGA............................................... 1
A. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
B. TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................. 1
C. KONDISI INTELEKTUAL LANSIA ........................................................ 2
D. JENIS-JENIS STIMULASI OTAK .......................................................... 5
E. CARA MELAKUKAN STIMULASI OTAK ............................................. 5
F. PENUTUP ............................................................................................... 13

i
KATA PENGANTAR

ii
KATA SAMBUTAN

iii
PEMBANGUNAN KELUARGA LANSIA TANGGUH
DIMENSI INTELEKTUAL

A. PENDAHULUAN
Otak sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup manusia karena pikiran,
perasaan, mental dan jiwa manusia berpusat di otak. Otak merupakan pusat
berpikir dan terdiri dari bagian-bagian yang mempunyai fungsi khusus masing-
masing. Pusat intelektual terdapat pada lapisan otak yang paling luar. Dengan
bertambahnya usia sampai memasuki usia lanjut akan terjadi penurunan massa
otak (menciut) karena pengurangan sel-sel saraf. Proses menua menyebabkan
terjadinya kemunduran atau penurunan fungsi kecerdasan dan kemampuan
daya ingat. Menjadi sangat umum apabila pada lanjut usia mudah lupa dan sulit
mengingat sesuatu yang sebelumnya sebenarnya mereka sangat hafal dengan
hal tersebut.

Penyebab lupa pada Lansia pada umumnya antara lain karena proses berpikir
menjadi lamban, kesulitan memusatkan pikiran, mudah teralih pada hal-hal yang
tidak penting sehingga memerlukan lebih banyak waktu untuk belajar hal baru
dan memerlukan bantuan untuk mengingat kembali hal-hal yang dulu pernah
diIngatnya.

Walaupun penurunan daya ingat dan kecerdasan pada usia lanjut merupakan
hal yang normal, namun kemunduran intelektual ini dapat diperlambat dan
dipertahankan tetap normal dengan terus menerus melatih otak dengan
berbagai macam aktifitas yang dapat memacu otak untuk selalu bekerja dan
berpikir.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta mampu mempraktikkan
pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi intelektual .

2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pelatihan, peserta dapat menjelaskan:
a. menjelaskan kondisi dimensi intelektual Lansia

1
b. menjelaskan jenis-jenis stimulasi otak
c. mempraktikkan cara menstimulasi otak

C. KONDISI INTELEKTUAL LANSIA


1. Pengertian intelektual

Intelektual adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh dan menggali


pengetahuan dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk memahami
konsep-konsep nyata dan tidak nyata yang ada di sekitarnya.

Secara alamiah proses penuaan akan diikuti oleh penurunan fungsi


intelektual sehingga terjadi berbagai macam masalah seperti penurunan
persepsi (fungsi panca indera), penurunan konsentrasi, gangguan bahasa
dan komunikasi, penurunan daya ingat dan melambatnya rangsangan
sensoris/sensory information pemusatan perhatian. Akibatnya akan terjadi
gangguan dalam pemeliharaan diri sendiri dan aktivitas sehari-sehari.

Melambatnya rangsangan sensoris/sensory information berpengaruh


terhadap kemampuan untuk menangani lingkungan secara keseluruhan
antara lain untuk akses terhadap pengetahuan tentang kehidupan dunia.
Kondisi ini akan menimbulkan keterbatasan dalam melakukan komunikasi
yang efektif dengan lingkungan dan orang-orang sekelilingnya. Kondisi
seperti ini mengakibatkan Lansia mengalami perubahan dalam beberapa hal
sebagaimana uraian di bawah ini.

2. Perubahan dimensi intelektual


Perubahan pada dimensi intelektual berkaitan dengan perubahan
kemampuan berpikir antara lain: kemampuan belajar, pemahaman,
pemecahan masalah, daya ingat/memori, dan pengambilan keputusan
dengan uraian sebagai berikut.

a. Kemampuan belajar
Lansia yang tidak mengalami masalah fisik atau mental, masih memiliki
kemampuan belajar yang baik. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar
seumur hidup bahwa manusia itu memiliki kemampuan untuk belajar
sejak dilahirkan sampai akhir hayat. Namun, apabila Lansia mengalami
gangguan fisik atau mental maka akan terjadi penurunan kemampuan

2
belajar disebabkan karena gangguan tersebut. Akibatnya Lansia merasa
tertinggal dengan perkembangan yang terjadi di sekitarnya. Sebenarnya
sulit untuk menemukan seberapa banyak berkurangnya kemampuan
belajar sebagai pengaruh dari usia tua/lanjut usia.

b. Kemampuan pemahaman
Pada Lansia, kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian
dipengaruhi oleh fungsi pendengarannya. Penurunan fungsi indra
pendengaran mempengaruhi daya tangkap serta kemampuan
pemahaman terhadap sesuatu. Lansia sering kali tidak dapat memahami
sesuatu dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
sebaiknya dilakukan kontak mata; saling memandang jika berbicara
dengan Lansia. Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca
bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat
diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud orang lain. Peran
keluarga dan pasangan hidup berpengaruh besar terhadap kondisi
lansia untuk menumbuhkan motivasi agar tetap dapat menjalankan
kehidupan yang lebih bahagia.

c. Pemecahan masalah
Masalah-masalah yang dihadapi Lansia semakin banyak. Beberapa hal
yang semula dengan mudah dapat dipecahkan menjadi terhambat
karena terjadi penurunan pada fungsi panca indra. Hambatan yang lain
dapat berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman dan lain-lain,
yang berakibat penanganan dalam pemecahan masalah menjadi lebih
lama.

d. Daya ingat/memori
Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, memahami,
menyimpan dan memunculkan kembali rangsangan/peristiwa yang
pernah dialami seseorang. Daya ingat merupakan salah satu fungsi
kemampuan berpikir yang banyak berperan dalam proses belajar,
memecahkan masalah, maupun kecerdasan (intelegensia), bahkan
hampir semua tingkah laku manusia itu dipengaruhi oleh daya ingat.
Pada Lansia, daya ingat merupakan salah satu fungsi yang seringkali

3
paling awal mengalami penurunan. Gangguan yang terjadi pada Lansia
yang menderita demensia (pikun) adalah tidak dapat mengingat
peristiwa atau kejadian yang baru dialami, akan tetapi hal-hal yang telah
lama terjadi masih diingat.

e. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan pada umumnya berdasarkan pada data yang
terkumpul, kemudian dianalisis, dipertimbangkan dan dipilih alternatif
yang dinilai positif (menguntungkan), selanjutnya diambil suatu
keputusan. Pengambilan keputusan pada Lansia sering lambat atau
seolah-olah terjadi penundaan. Oleh sebab itu, mereka membutuhkan
pendamping yang dengan sabar sering mengingatkan mereka.
Keputusan yang diambil tanpa adanya bimbingan akan menimbulkan
kekecewaan dan mungkin depresi serta dapat memperburuk kondisi
Lansia.

3. Pentingnya stimulasi otak

Gangguan pada berbagai macam fungsi intelektual dapat berpengaruh


terhadap seluruh aktivitas Lansia dalam kehidupan sehari-hari baik di
keluarga, masyarakat, lingkungan, pekerjaan dan lain-lain. Dampaknya
dapat dipastikan akan menyebabkan penurunan kualitas hidup pada Lansia.
Untuk itu kemampuan intelektual pada Lansia harus selalu dipertahankan
agar tetap berada dalam kondisi optimal atau diperlambat proses
penurunannya untuk meningkatkan kualitas hidup Lansia.

Dimensi intelektual untuk mewujudkan Lansia tangguh adalah upaya untuk


mempertahankan dan mengoptimalkan potensi fungsi kecerdasan otak
Lansia sehingga menjadi Lansia yang sehat, aktif dan produktif (Lansia
Tangguh). Agar dimensi intelektual pada Lansia ini dapat dipertahankan
dalam kondisi optimal maka fungsi otak sebagai pusat kecerdasan harus
selalu diaktifkan dengan berbagai macam rangsangan atau stimulasi otak
dapat dilakukan secara perseorangan atau berkelompok. Kegiatan stimulasi
otak pada Lansia yang dilakukan secara berkelompok dapat pula membantu

4
proses keterlibatan Lansia dalam interaksi sosial, dan interaksi terhadap
lingkungan sekitar dalam komunitasnya.

5
D. JENIS-JENIS STIMULASI OTAK
Untuk mencapai Lansia tangguh berdasarkan dimensi intelektual, beberapa jenis
stimulasi otak di bawah ini dapat digunakan guna mengatasi penurunan fungsi
otak.
1. Senam otak (brain exercise)
2. Bercerita atau mendongeng kepada anak-anak Balita
3. Membuat dan mewarnai gambar
4. Melakukan permainan-permainan (games)
5. Melakukan aktivitas yang menyenangkan
6. Melakukan aktivitas yang bisa mengingatkan pada kejadian atau suasana
yang menyenangkan
7. Meningkatkan hubungan silaturahim
8. Meningkatkan kualitas hubungan rohani

E. CARA MELAKUKAN STIMULASI OTAK


Banyak cara yang dapat dilakukan untuk stimulasi otak seperti: terlibat dalam
kegiatan kreatif termasuk ikut pendidikan dan pelatihan, menulis, melukis atau
bergabung dengan grup teater, permainan (game), teka-teki dan lain-lain.
Berikut adalah beberapa cara stimulasi otak yang mudah untuk dilaksanakan
oleh Lansia, keluarga atau pendamping Lansia (kader BKL).

1. Senam otak (brain exercise)

Otak merupakan pusat penggerak tubuh, sehingga apabila kita


menggerakkan tubuh berarti kita juga merangsang dan melatih otak.
Gerakan tubuh yang teratur dan terukur, selain akan membugarkan tubuh,
juga akan meningkatkan kelancaran aliran darah di tubuh termasuk dalam
otak.

Tujuan senam otak adalah memelihara berbagai fungsi otak agar dapat
bekerja sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya dengan memberi asupan
oksigen dan darah yang optimal ke otak sehingga akan memberikan
stimulasi yang tepat pada struktur otak tertentu.

Pada prinsipnya dasar senam otak adalah agar otak tetap bugar dan
mencegah pikun. Senam otak ini gerakannya mudah dan dapat dilakukan

6
oleh segala usia, saat duduk atau berdiri. Dilakukan dengan perasaan
senang, rileks, serta tidak menahan napas. Biasanya latihan yang dianjurkan
minimal tiga kali seminggu, masing-masing sekitar 15-20 menit.

Pelaksanaan senam otak adalah sebagai berikut.

a. Tahap persiapan
1) Teliti kondisi Lansia untuk menentukan posisi dalam melakukan
senam otak: hitung nadi dan pernafasan Lansia, teliti adanya
gangguan pada otot dan tulang, teliti adanya gangguan
keseimbangan misalnya dengan melihat cara berjalan, teliti adanya
gangguan penglihatan dan pendengaran pada Lansia.

2) Sebelum melakukan rangkaian gerakan senam otak dianjurkan


terlebih dahulu meminum air karena air mengandung mineral. Air
putih membantu memperlancar peredaran darah dan oksigen ke
seluruh tubuh. Kekurangan air akan membuat otot menegang
sehingga tubuh tidak merasa nyaman.

b. Tahap pelaksanaan
Senam otak dengan gerakan di bawah ini dapat dilakukan pada Lansia
dengan demensia ringan sampai berat tanpa mengalami masalah fisik,
misalnya: adanya radang atau nyeri sendi, nyeri otot atau gangguan
lain di otot dan tulang
Adapun gerakan-gerakan tersebut adalah :
1) membuat angka 8 Tidur (lazy 8’s for eyes)
Buat angka delapan tidur dengan tangan kiri sebanyak 3 kali, lalu
buat angka delapan tidur dengan tangan kanan sebanyak 3 kali,
selanjutnya buat angka delapan tidur sebanyak 3 kali dengan
menggunakan kedua tangan bersamaan.

Manfaat: memperbaiki penglihatan dan meningkatkan koordinasi


otot mata

2) menekan saklar otak (brain buttons)


Letakkan 2 jari tangan kanan di bagian kanan dan kiri tulang
tengah/tulang dada (sternum) lalu letakkan 2 jari tangan kiri di atas

7
pusar, lalu tekan dan lakukan pemijatan sebanyak 30 kali, dilakukan
secara bersamaan.

Manfaat: memperbaiki kerjasama kedua mata dan keseimbangan


tubuh kiri-kanan.

3) membuat tombol bumi (earth buttons)


Ujung dua jari (jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan)
menyentuh bawah bibir, ujung jari tangan kiri menyentuh pusar
dengan jari menunjuk ke bawah. Disentuh selama 30 kali hitungan,
dilakukan secara bersamaan.

Manfaat: mengurangi kelelahan mental (stres), mengoptimalkan


jenis pekerjaan seperti organisasi, perancangan seni, pembukuan.

4) memijat tombol imbang (balance buttons)


Sentuhkan dua jari (telunjuk dan jari tengah) tangan kanan ke
belakang telinga kanan, pada lekukan di belakang telinga sementara
dua jari tangan satunya lagi menyentuh pusar, lakukan pemijatan
selama kurang lebih 30 kali. Dilakukan secara bersamaan.

Manfaat: meningkatkan koordinasi dan konsentrasi (melihat secara


vertikal dan horizontal sekaligus tanpa keliru, seperti saat membaca
kolom dalam tabel).

5) memijat tombol angkasa (space buttons)


Sentuhkan/letakkan dua jari ke atas bibir sementara dua jari tangan
satunya lagi menyentuh/diletakkan di tulang ekor, lakukan pemijatan
selama kurang lebih 30 kali, dilakukan secara bersamaan.

Manfaat: Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian.

6) menguap berenergi (energy yawn)


Bukalah mulut seperti hendak menguap lalu pijatlah (dengan kedua
tangan) otot-otot di sekitar persendian rahang. Lalu menguaplah
dengan bersuara untuk melemaskan otot-otot tersebut.

Manfaat: mengaktifkan otak untuk peningkatan oksigen agar otak


berfungsi secara efisien dan rileks, meningkatkan perhatian dan

8
daya penglihatan, memperbaiki komunikasi lisan dan ekspresif serta
meningkatkan kemampuan untuk memilah informasi.

7) gerakan silang (cross crawl)


Kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan. Bisa ke depan dan
belakang, atau ke samping kiri dan kanan. Agar lebih ceria anda
bisa menyelaraskan gerakan dengan irama musik.

Manfaat: merangsang bagian otak yang menerima informasi


(receptive) dan bagian yang menggunakan informasi (expressive)
sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru dan
meningkatkan daya ingat.

c. Tahap akhir
1) Teliti kondisi Lansia; teliti adanya nyeri pada sendi, hitung
pernafasan dan denyut nadi.

2) Denyut nadi optimal sesudah latihan pada Lansia yaitu 60% - 70%
dari Denyut Nadi Maksimal ( DNM = 220 – umur), jadi kalau umur
70 tahun denyut nadi optimal setelah latihan adalah 60% (220 –
70) sampai 70% (220 - 70) = 90 – 105 x / menit.

Di samping dengan gerakan seperti di atas, B.M. Wara Kushartanti (2013)


telah menyusun suatu rangkaian gerak senam yang merupakan paket 7
menit yang dapat dilakukan kapanpun, dimanapun, dan oleh siapapun yang
sedang membutuhkan kebugaran otak dan pencerdasan diri.

Gerakan tersebut dilakukan dalam posisi awal berdiri tegak, terangkai


sebagai berikut (masing-masing 2 x 8 hitungan).

a. Merasakan pengambilan nafas secara dalam melalui hidung dan


pengeluaran secara perlahan melalui mulut sambil menggerakkan kedua
tangan ke atas, lalu tarik ke bawah untuk kemudian mendorongnya ke
depan. Gerakan ini akan meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi,
disamping menambah oksigen otak.

b. Regangkan kedua tangan lurus ke atas dengan telapak tangan


menghadap ke atas dan jari saling terkait. Pertahankan 4 hitungan
sebelum dibawa condong ke kiri 4 hitungan. Kembali regang ke atas 4

9
hitungan dan ganti dibawa ke kanan 4 hitungan. Lakukan dengan penuh
perasaan dan sadari posisi tubuh. Gerakan ini akan memberdayakan
hubungan otak dan tubuh.

c. Regangkan kedua tangan ke depan dengan jari tetap saling terkait.


Pertahankan 4 hitungan sebelum dibawa ke samping kiri sambil
memutar tubuh. Kembali regang ke depan dan bawa ke samping kanan
sambil memutar tubuh. Gerakan ini merangsang pembelajaran gerak
dari seluruh komponen tubuh.

d. Bungkuk dan regangkan tangan ke bawah 4 hitungan untuk kemudian


kembalikan ke atas belakang juga dalam 4 hitungan. Dengan
merasakan gerakan ini, hubungan otak dan tubuh akan terstimulasi.

e. Silangkan kaki kanan ke depan kaki kiri dengan menjulurkan kedua


tangan ke samping kanan, ganti dengan tangan dan kaki yang lain.
Gerakan kontralateral akan merangsang otak untuk berpikir.

f. Lakukan gerak merayap ke atas dengan urutan tangan kanan, kaki


kanan, tangan kiri, kaki kiri. Bayangkan seperti memanjat jaring-jaring.
Gerakan ini akan menstimulasi batang otak sehingga memperbaiki kerja
jantung dan paru.

g. Silangkan lengan bawah di depan perut dan tarik ke atas-belakang


sambil mengangkat kaki ke belakang bergantian. Tolehkan kepala
searah dengan kaki yang diangkat. Gerakan ini akan merangsang mata
untuk mengikuti jejak pengelihatan.

h. Langkahkan kaki kanan ke samping sambil mengangkat tangan kanan.


Ganti dengan kaki dan tangan kiri. Gerakan searah ini memaksa otak
berpikir.

i. Angkat kaki kanan dan bawa paha menyilang garis tengah, sambil
mengayunkan kedua tangan dari kiri atas ke samping kanan bawah
seperti gerakan mendayung. Ganti dengan kaki kiri. Gerakan menyilang
garis tengah ini akan menyeimbangkan otak kanan dan kiri.

j. Rentang kedua tangan ke samping, kemudian ke atas, kemudian


kedua tangan silang di depan, gerakan ke atas, silang di depan dan

10
gerakan ke atas. Rentangkan lagi kedua tangan ke samping, kemudian
silang kedua tangan di belakang panggul, dan rentangkan lagi ke
samping . Gerakan ini akan menstimulasi batas otak kanan dan kiri
untuk menyeimbangkan otak kanan dan kiri.

k. Tangan kanan mendorong ke bawah sambil diikuti oleh kecondongan


badan ke kanan. Tegakkan kembali badan sebelum ganti arah ke kiri,
sambil katakan pada diri sendiri untuk selalu kembali ke keadaan
seimbang.

l. Ayunkan kedua tangan ke depan sambil kedua kaki jinjit. Kembalikan


ayunan sambil tubuh sedikit membungkuk, sebelum kembali pada posisi
tegak. Gerakan ini akan menstimulasi hubungan otak dan tubuh apabila
keseluruhan gerak dihayati.

m. Putar bahu ke belakang sambil mengambil nafas dalam dan


menghembuskannya pelan. Ganti arah putaran ke depan, masing-
masing dalam 4 hitungan. Gerakan ini akan menenangkan dan
menyiagakan otak untuk belajar dan berpikir.

Gerakan sederhana yang tidak membutuhkan waktu lama ini dapat


membugarkan otak dan merangsang berbagai pusat kecerdasan. Gerakan
tersebut dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun Di
samping gerakan senam otak seperti yang dijelaskan di atas, dapat juga
digunakan senam latihan otak jenis lain yang sudah dibuat dan di
visualisasikan oleh beberapa sumber (lihat video). Peserta dapat memilih
sendiri jenis senam otak yang paling mudah untuk diterapkan.

2. Bercerita atau mendongeng kepada anak-anak Balita

Mendongeng adalah suatu proses stimulasi potensi kecerdasan berbahasa


bagi anak usia dini dan proses pemeliharaan kemampuan berbahasa pada
usia lanjut.

Dengan kegiatan Lansia membacakan dongeng kepada anak-anak Balita


dapat memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.

11
Manfaat bagi anak

a. Meningkatkan kemampuan konsentrasi melalui pendengaran


b. Meningkatkan kemampuan berbahasa
c. Perangsangan berbagai potensi kecerdasan
d. Meningkatkan hubungan emosional anak-anak terhadap para Lansia.

Manfaat bagi Lansia

a. Memelihara fungsi pendengaran


b. Memelihara kemampuan berbahasa
c. Memberdayakan Lansia dalam kegiatan pembelajaran bahasa pada
anak
d. Meningkatkan hubungan emosional para lanjut usia terhadap anak-
anak

3. Membuat dan mewarnai gambar


Membuat dan mewarnai gambar untuk merangsang sensorik dan motorik
Lansia melalui tahap-tahap:

a. melatih motorik halus dengan memberi warna dari berbagai bentuk


gambar yang sudah ada (contoh: kupu-kupu);

b. melatih motorik halus dengan mengombinasikan warna-warna dari


bentuk-bentuk yang sudah ada dari gambar kupu-kupu;

c. melatih motorik halus dengan menggambarkan sendiri bentuk kupu-


kupu dan mengombinasikan dengan warna-warna

d. melatih kemampuan berbahasa dengan memaknai kata-kata dari setiap


lirik lagu kupu-kupu.

e. menyinkronkan gerakan kata-kata yang sudah dipahami diiringi lagu


untuk melakukan stimulasi inteligensia (gerak, bahasa, penglihatan,
pendengaran dan emosional-sosial).

4. Melakukan permainan-permainan (games)


Melakukan permainan-permainan yang merangsang dan melatih otak,
antara lain menyusun puzzle (untuk melakukan stimulasi kemampuan-

12
kemampuan mengenal ruang dan bentuk), mengisi teka-teki silang (TTS),
bermain catur, dan lain-lain.
Contoh permainan untuk merangsang perhatian, konsentrasi, dan visual
motorik Lansia. Langkah-langkah permainan “harimau” adalah sebagai
berikut.

a. Peserta duduk melingkar, fasilitator berada di tengah.

b. Fasilitator memberi petunjuk kepada peserta: tangan kanan dibuka


mengarah ke atas dan tangan kiri menunjuk mengarah ke bawah, posisi
telunjuk tangan kiri berada di atas telapak tangan kanan teman yang
duduk di sebelahnya

c. Fasilitator menjelaskan petunjuk bahwa apabila fasilitator menyebut kata


“harimau” maka tangan kanan berusaha menangkap telunjuk kiri teman
dan tangan kiri jangan sampai tertangkap tangan kanan teman.

d. Untuk memastikan apakah peserta mengerti fasilitator dapat menguji


peserta dengan menyebutkan kata-kata: harimau atau hari Senin atau
Bapak Hari dan kembali menyebut harimau sampai peserta benar-benar
mengerti

e. Kemudian fasilitator mulai bercerita misalnya:

Cerita ini berjudul “Harimau”, pada suatu hari Senin, Bapak Hari pergi
ke hutan untuk mencari kayu bakar. Akan tetapi sampai siang hari, ia
belum menemukan yang dicarinya. Tiba-tiba Bapak Hari mendengar
suara ranting yang diinjak. Ia khawatir kalau itu adalah “harimau”.
Tetapi syukurlah ternyata itu suara kelinci. Setelah sore hari, Pak Hari
memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan ia melihat seekor
“harimau” yang sedang menyeberang hutan. Ia pun berlari dan
menabrak seekor kucing yang mirip dengan anak “harimau”.

5. Melakukan aktivitas yang menyenangkan sesuai dengan hobi


Melakukan aktivitas yang menyenangkan sesuai dengan hobi seperti:
karaoke, bermain atau mendengarkan musik, main teater,
menyulam/menjahit, menanam bunga /berkebun, bermain peran (role play)

13
antara Lansia dan anak-anak, diskusi tentang topik-topik yang menarik, dan
lain-lain.

14
6. Melakukan aktivitas yang bisa mengingatkan

Melakukan aktivitas yang bisa mengingatkan pada kejadian atau suasana


yang menyenangkan pada masa muda, seperti jalan-jalan (rekreasi, melihat-
lihat atau mengunjungi tempat-tempat favorit semasa muda) atau wisata
rohani ke tempat-tempat yang memiliki nilai-nilai sejarah.

7. Meningkatkan hubungan silaturahim


Meningkatkan hubungan silaturahim dengan teman sesama Lansia atau
teman lama yang sudah sama-sama Lansia.

F. PENUTUP
Proses penuaan akan menimbulkan penurunan fungsi dari berbagai macam
organ tubuh manusia akibat adanya proses degenerasi dari sel-sel tubuh
termasuk degenerasi pada otak yang mengakibatkan terjadinya penurunan
intelektual pada Lansia. Namun proses degenerasi dan proses penurunan
intelektual dapat diperlambat atau dapat diupayakan tetap optimal pada fungsi
normal, sehingga masalah kepikunan pada Lansia dapat dicegah. Pencegahan
kepikunan ini dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan-kegiatan yang dapat
menstimulasi otak.

Apabila kegiatan stimulasi ini dilakukan secara terus menerus dan teratur
diharapkan Lansia dapat tetap mempertahankan kualitas hidupnya sehingga
menjadi Lansia yang tangguh, sehat, aktif, mandiri, dan produktif dapat tercapai.

15
DAFTAR PUSTAKA

Pusat Inteligensia Kesehatan, Kementerian Kesehatan; Pedoman


Penanggulangan Masalah Kesehatan Inteligensi Akibat Gangguan Degeneratif,
Menkes RI, Jakarta (2009) .

Pusat Inteligensia Kesehatan; Pedoman latihan/senam Vitalisasi Otak,


Kementerian Kesehatan (2012).

Wara Kushartanti; Gerak 7 menit yang mencerdaskan, www.staff.uny.ac.id (2013),

Yuda Turana dan Adre Mayza, Penanggulangan Masalah Kesehatan Inteligensia


Pada Usia Lanjut, Jurnal Kedokteran Indonesia, Medika( Edisi No 02 Vol XXXIX –
2013)

Yuda Turana, Adre MMayza, Herry Pujiastuti, Panduan Program Stimulasi Otak
pada Lansia; Nida Dwi Karya (2013)

16

Anda mungkin juga menyukai