DIMENSI INTELEKTUAL
TIM PENGARAH :
Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.G.K.
Prof. Dr. Saparinah Sadli
TIM PENULIS :
Prof. dr. Tri Budi. W. Rahardjo Prof. Dr. drh. Clara Meliyanti Kusharto, M.Sc
Dr. dr. Nugroho Abiskuno Dra. Elisabeth Kuji
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH dr. Dian Indahwati, Sp.O.G
dr. Upik Rukmini Evita Syukri, M.Psi., Psi
Dra. Juny Gunawan Lenny Widjaya, B.Sc.
Ismet Syaifullah, A.K.S Retno Dwi Sulistyowati, S.H
Drs. Furqan Ia Faried, M.A Dra. Elly Irawan, M.Psi
Nurlaila Susilowati, SKM, M.Kes Kartono Donousodo, S.H., M.Pd
Masnuryati, S.E Achmad Sopian, S.Pd
Juli Yanto, S.Sos
TIM EDITOR :
Prof. dr. Tri Budi. W. Rahardjo
Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH
Cetakan pertama
Diperbolehkan memperbanyak dan menggandakan buku dengan izin dari Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan, tanpa mengubah isi.
i
KATA PENGANTAR
ii
KATA SAMBUTAN
iii
PEMBANGUNAN KELUARGA LANSIA TANGGUH
DIMENSI INTELEKTUAL
A. PENDAHULUAN
Otak sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup manusia karena pikiran,
perasaan, mental dan jiwa manusia berpusat di otak. Otak merupakan pusat
berpikir dan terdiri dari bagian-bagian yang mempunyai fungsi khusus masing-
masing. Pusat intelektual terdapat pada lapisan otak yang paling luar. Dengan
bertambahnya usia sampai memasuki usia lanjut akan terjadi penurunan massa
otak (menciut) karena pengurangan sel-sel saraf. Proses menua menyebabkan
terjadinya kemunduran atau penurunan fungsi kecerdasan dan kemampuan
daya ingat. Menjadi sangat umum apabila pada lanjut usia mudah lupa dan sulit
mengingat sesuatu yang sebelumnya sebenarnya mereka sangat hafal dengan
hal tersebut.
Penyebab lupa pada Lansia pada umumnya antara lain karena proses berpikir
menjadi lamban, kesulitan memusatkan pikiran, mudah teralih pada hal-hal yang
tidak penting sehingga memerlukan lebih banyak waktu untuk belajar hal baru
dan memerlukan bantuan untuk mengingat kembali hal-hal yang dulu pernah
diIngatnya.
Walaupun penurunan daya ingat dan kecerdasan pada usia lanjut merupakan
hal yang normal, namun kemunduran intelektual ini dapat diperlambat dan
dipertahankan tetap normal dengan terus menerus melatih otak dengan
berbagai macam aktifitas yang dapat memacu otak untuk selalu bekerja dan
berpikir.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta mampu mempraktikkan
pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi intelektual .
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pelatihan, peserta dapat menjelaskan:
a. menjelaskan kondisi dimensi intelektual Lansia
1
b. menjelaskan jenis-jenis stimulasi otak
c. mempraktikkan cara menstimulasi otak
a. Kemampuan belajar
Lansia yang tidak mengalami masalah fisik atau mental, masih memiliki
kemampuan belajar yang baik. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar
seumur hidup bahwa manusia itu memiliki kemampuan untuk belajar
sejak dilahirkan sampai akhir hayat. Namun, apabila Lansia mengalami
gangguan fisik atau mental maka akan terjadi penurunan kemampuan
2
belajar disebabkan karena gangguan tersebut. Akibatnya Lansia merasa
tertinggal dengan perkembangan yang terjadi di sekitarnya. Sebenarnya
sulit untuk menemukan seberapa banyak berkurangnya kemampuan
belajar sebagai pengaruh dari usia tua/lanjut usia.
b. Kemampuan pemahaman
Pada Lansia, kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian
dipengaruhi oleh fungsi pendengarannya. Penurunan fungsi indra
pendengaran mempengaruhi daya tangkap serta kemampuan
pemahaman terhadap sesuatu. Lansia sering kali tidak dapat memahami
sesuatu dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
sebaiknya dilakukan kontak mata; saling memandang jika berbicara
dengan Lansia. Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca
bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat
diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud orang lain. Peran
keluarga dan pasangan hidup berpengaruh besar terhadap kondisi
lansia untuk menumbuhkan motivasi agar tetap dapat menjalankan
kehidupan yang lebih bahagia.
c. Pemecahan masalah
Masalah-masalah yang dihadapi Lansia semakin banyak. Beberapa hal
yang semula dengan mudah dapat dipecahkan menjadi terhambat
karena terjadi penurunan pada fungsi panca indra. Hambatan yang lain
dapat berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman dan lain-lain,
yang berakibat penanganan dalam pemecahan masalah menjadi lebih
lama.
d. Daya ingat/memori
Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, memahami,
menyimpan dan memunculkan kembali rangsangan/peristiwa yang
pernah dialami seseorang. Daya ingat merupakan salah satu fungsi
kemampuan berpikir yang banyak berperan dalam proses belajar,
memecahkan masalah, maupun kecerdasan (intelegensia), bahkan
hampir semua tingkah laku manusia itu dipengaruhi oleh daya ingat.
Pada Lansia, daya ingat merupakan salah satu fungsi yang seringkali
3
paling awal mengalami penurunan. Gangguan yang terjadi pada Lansia
yang menderita demensia (pikun) adalah tidak dapat mengingat
peristiwa atau kejadian yang baru dialami, akan tetapi hal-hal yang telah
lama terjadi masih diingat.
e. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan pada umumnya berdasarkan pada data yang
terkumpul, kemudian dianalisis, dipertimbangkan dan dipilih alternatif
yang dinilai positif (menguntungkan), selanjutnya diambil suatu
keputusan. Pengambilan keputusan pada Lansia sering lambat atau
seolah-olah terjadi penundaan. Oleh sebab itu, mereka membutuhkan
pendamping yang dengan sabar sering mengingatkan mereka.
Keputusan yang diambil tanpa adanya bimbingan akan menimbulkan
kekecewaan dan mungkin depresi serta dapat memperburuk kondisi
Lansia.
4
proses keterlibatan Lansia dalam interaksi sosial, dan interaksi terhadap
lingkungan sekitar dalam komunitasnya.
5
D. JENIS-JENIS STIMULASI OTAK
Untuk mencapai Lansia tangguh berdasarkan dimensi intelektual, beberapa jenis
stimulasi otak di bawah ini dapat digunakan guna mengatasi penurunan fungsi
otak.
1. Senam otak (brain exercise)
2. Bercerita atau mendongeng kepada anak-anak Balita
3. Membuat dan mewarnai gambar
4. Melakukan permainan-permainan (games)
5. Melakukan aktivitas yang menyenangkan
6. Melakukan aktivitas yang bisa mengingatkan pada kejadian atau suasana
yang menyenangkan
7. Meningkatkan hubungan silaturahim
8. Meningkatkan kualitas hubungan rohani
Tujuan senam otak adalah memelihara berbagai fungsi otak agar dapat
bekerja sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya dengan memberi asupan
oksigen dan darah yang optimal ke otak sehingga akan memberikan
stimulasi yang tepat pada struktur otak tertentu.
Pada prinsipnya dasar senam otak adalah agar otak tetap bugar dan
mencegah pikun. Senam otak ini gerakannya mudah dan dapat dilakukan
6
oleh segala usia, saat duduk atau berdiri. Dilakukan dengan perasaan
senang, rileks, serta tidak menahan napas. Biasanya latihan yang dianjurkan
minimal tiga kali seminggu, masing-masing sekitar 15-20 menit.
a. Tahap persiapan
1) Teliti kondisi Lansia untuk menentukan posisi dalam melakukan
senam otak: hitung nadi dan pernafasan Lansia, teliti adanya
gangguan pada otot dan tulang, teliti adanya gangguan
keseimbangan misalnya dengan melihat cara berjalan, teliti adanya
gangguan penglihatan dan pendengaran pada Lansia.
b. Tahap pelaksanaan
Senam otak dengan gerakan di bawah ini dapat dilakukan pada Lansia
dengan demensia ringan sampai berat tanpa mengalami masalah fisik,
misalnya: adanya radang atau nyeri sendi, nyeri otot atau gangguan
lain di otot dan tulang
Adapun gerakan-gerakan tersebut adalah :
1) membuat angka 8 Tidur (lazy 8’s for eyes)
Buat angka delapan tidur dengan tangan kiri sebanyak 3 kali, lalu
buat angka delapan tidur dengan tangan kanan sebanyak 3 kali,
selanjutnya buat angka delapan tidur sebanyak 3 kali dengan
menggunakan kedua tangan bersamaan.
7
pusar, lalu tekan dan lakukan pemijatan sebanyak 30 kali, dilakukan
secara bersamaan.
8
daya penglihatan, memperbaiki komunikasi lisan dan ekspresif serta
meningkatkan kemampuan untuk memilah informasi.
c. Tahap akhir
1) Teliti kondisi Lansia; teliti adanya nyeri pada sendi, hitung
pernafasan dan denyut nadi.
2) Denyut nadi optimal sesudah latihan pada Lansia yaitu 60% - 70%
dari Denyut Nadi Maksimal ( DNM = 220 – umur), jadi kalau umur
70 tahun denyut nadi optimal setelah latihan adalah 60% (220 –
70) sampai 70% (220 - 70) = 90 – 105 x / menit.
9
hitungan dan ganti dibawa ke kanan 4 hitungan. Lakukan dengan penuh
perasaan dan sadari posisi tubuh. Gerakan ini akan memberdayakan
hubungan otak dan tubuh.
i. Angkat kaki kanan dan bawa paha menyilang garis tengah, sambil
mengayunkan kedua tangan dari kiri atas ke samping kanan bawah
seperti gerakan mendayung. Ganti dengan kaki kiri. Gerakan menyilang
garis tengah ini akan menyeimbangkan otak kanan dan kiri.
10
gerakan ke atas. Rentangkan lagi kedua tangan ke samping, kemudian
silang kedua tangan di belakang panggul, dan rentangkan lagi ke
samping . Gerakan ini akan menstimulasi batas otak kanan dan kiri
untuk menyeimbangkan otak kanan dan kiri.
11
Manfaat bagi anak
12
kemampuan mengenal ruang dan bentuk), mengisi teka-teki silang (TTS),
bermain catur, dan lain-lain.
Contoh permainan untuk merangsang perhatian, konsentrasi, dan visual
motorik Lansia. Langkah-langkah permainan “harimau” adalah sebagai
berikut.
Cerita ini berjudul “Harimau”, pada suatu hari Senin, Bapak Hari pergi
ke hutan untuk mencari kayu bakar. Akan tetapi sampai siang hari, ia
belum menemukan yang dicarinya. Tiba-tiba Bapak Hari mendengar
suara ranting yang diinjak. Ia khawatir kalau itu adalah “harimau”.
Tetapi syukurlah ternyata itu suara kelinci. Setelah sore hari, Pak Hari
memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan ia melihat seekor
“harimau” yang sedang menyeberang hutan. Ia pun berlari dan
menabrak seekor kucing yang mirip dengan anak “harimau”.
13
antara Lansia dan anak-anak, diskusi tentang topik-topik yang menarik, dan
lain-lain.
14
6. Melakukan aktivitas yang bisa mengingatkan
F. PENUTUP
Proses penuaan akan menimbulkan penurunan fungsi dari berbagai macam
organ tubuh manusia akibat adanya proses degenerasi dari sel-sel tubuh
termasuk degenerasi pada otak yang mengakibatkan terjadinya penurunan
intelektual pada Lansia. Namun proses degenerasi dan proses penurunan
intelektual dapat diperlambat atau dapat diupayakan tetap optimal pada fungsi
normal, sehingga masalah kepikunan pada Lansia dapat dicegah. Pencegahan
kepikunan ini dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan-kegiatan yang dapat
menstimulasi otak.
Apabila kegiatan stimulasi ini dilakukan secara terus menerus dan teratur
diharapkan Lansia dapat tetap mempertahankan kualitas hidupnya sehingga
menjadi Lansia yang tangguh, sehat, aktif, mandiri, dan produktif dapat tercapai.
15
DAFTAR PUSTAKA
Yuda Turana, Adre MMayza, Herry Pujiastuti, Panduan Program Stimulasi Otak
pada Lansia; Nida Dwi Karya (2013)
16