Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

Konsep & Teori Keperawatan Jiwa


Disusun oleh:
Anggi Ulfah Mawaddah
Yonathan Kristian Yuan Putra

KASUS

Seorang Klien berinisial N, nekat mengakhiri hidupnya dengan menenggak racun di


samping makam ayahnya pada Kamis. Mahasiswi cantik itu pergi untuk selamanya membawa
berbagai rahasia persoalan pelik yang dialami. Remah-remah petunjuk yang ditinggalkan
akhirnya menyeret oknum polisi ke jeruji besi. Klien N merupakan dari keluarga yang tergolong
mapan. Di mata tetangga, keluarga ini dikenal ramah, tapi tertutup. Sepeninggal ayahnya, Klien
N serumah dengan ibu dan 2 adik perempuannya. Klien ini menjalin hubungan asmara dengan
salah satu anggota Polres, sejak Oktober2019. Klien N melakukan perbuatan yang dilarang keras
dalam ajaran agama mana pun yaitu bunuh diri. Gadis yang bercita-cita menjadi guru ini
mengakhiri hidup dengan menenggak racun potasium di makam ayahnya pada Kamis sekitar
pukul 15.30 WIB. Gadis cantik ini meninggalkan cerita-cerita di medsos dan sejumlah
sahabatnya. Curhatnya di medsos juga pernah ia sampaikan ke Pimpinan Lembaga Bantuan
Hukum (LBH) Permata Law Kholil Askohar pada Jumat (5/11). Kala itu, Klien N berniat
meminta bantuan hukum untuk menuntut kekasihnya, "Dia cerita panjang lebar sambil menangis,
dia ingin bunuh diri, tidak ada orang yang bisa dia sandari. Di rumah dia ditekan supaya dengan
RB (kekasihnya), dia cinta RB, tapi RB orangnya seperti itu, keluarganya seperti itu. Dia sudah
dicekoki obat-obat itu, dia harus menggugurkan. Jadi, keluarganya (RB) sebenarnya juga ikut.
Mungkin itu nanti tugasnya polisi," ujar Kholil kepada wartawan di kantornya, Griya Permata
Ijen, Kelurahan Wates, Magersari, Kota Mojokerto).

Pada pertemuan pertama untuk konsultasi hukum itu, kata Kholil, Klien N meminta
bantuan dari dirinya untuk mencari keadilan. Mahasiswi cantik itu berharap Bripda Randy
diproses hukum karena memaksa dirinya melakukan aborsi. Saat itu, Novia sudah mulai
ditinggalkan oleh kekasihnya. "Pada intinya chat itu Randy tidak bertanggungjawab, Klien N
harus menggugurkan, ada pemaksaan menggugurkan. Data yang mendukung yang kuat belum
ada. Jadi, belum sampai membuat surat kuasa, belum sempat laporan, baru saya minta
mengumpulkan bukti-bukti. Curhat mahasiswi cantik itu akhirnya viral sejak dua hari setelah ia
bunuh diri. Bahkan, menarik perhatian sejumlah tokoh besar.

Klien N disebut-sebut nekat bunuh diri karena masalah asmara dengan kekasihnya.
Bukannya melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, mereka justru memilih menggugurkan
kehamilan tersebut. Aborsi pertama pada Maret 2020 dilakukan saat usia kandungan Klien N
baru hitungan minggu. Sedangkan aborsi kedua pada Agustus 2021 saat kandungan Klien N
berusia 4 bulan. Dua kali aborsi tersebut menggunakan obat keras berbahaya. "Ketika diketahui
positif, mereka bersama-sama beli obatnya, pertama maupun yang kedua," kata Wakapolda Jatim
Brigjen Pol Slamet Hadi Supraptoyo saat jumpa pers di Mapolres Mojokerto.

Pembahasan kasus menurut teori Model Stuart:

1. Faktor Predisposisi
Menurut data yang ada pada kasus tersebut, faktor predisposisi pada kasus bunuh diri ini
lebih banyak bersumber dari segi psikologis, karena Klien N merasa tertekan akibat
perbuatan kekasihnya selama ini yang selalu menyuruhnya untuk melakukan aborsi
ketika ia hamil.

 Biologi: Faktor fisik Klien N bisa dikatakan tidak baik karena ia sudah melaukan
aborsi sebanyak 2 kali.

 Psikologis: Klien N merasa tertekan akibat perbuatan kekasihnya selama ini yang


selalu menyuruhnya untuk melakukan aborsi ketika ia hamil.

 Sosiokultural: -

2. Faktor Presipitasi

 Kejadian yang menekan (stressful),

Dalam kasus tersebut, dikatakan bahwa Klien N bercerita panjang lebar sambil
menangis, dia ingin bunuh diri, tidak ada orang yang bisa dia sandari. Di rumah dia
ditekan oleh orang tuanya supaya dengan kekasihnya, dia juga mencintai kekasihnya
tetapi kekasih dan keluarganya selalu menyuruh Klien N melakukan hal-hal yang
tidak diinginkannya supaya Klien N dapat menggugurkan kandungannya.

 Ketegangan hidup, Klien N mengatakan sangat merasa tertekan dan stress akibat
perbuatan kekasih dan keluarganya.

3. Penilaian terhadap Stresor


 Respons kognitif
Klien N sangat merasa terancam dengan perilaku kekasihnya dan merasa kehilangan
segalanya setelah melakukan aborsi sehingga bertekad untuk mengakhiri hidupnya.
 Respons afektif
Klien N yang bercita-cita menjadi guru ini mengakhiri hidup dengan menenggak
racun potasium di makam ayahnya. Gadis cantic (Klien N) ini meninggalkan cerita-
cerita di medsos dan sejumlah sahabatnya. Curhatnya di medsos juga pernah ia
sampaikan ke Pimpinan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Permata Law Kholil
Askohar pada Jumat (5/11). Kala itu, Klien N berniat meminta bantuan hukum untuk
menuntut kekasihnya yang sudah menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya.
 Respons fisiologis
Pada saat sebelum melakukan tindakan bunuh diri, klien N mencoba meminta
pertolongan dari berbagai pihan untuk diadili atas masalah yang sudah menimpanya.
 Respons perilaku
Respons perilaku pada kasus ini yaitu klien N mengatakan ingin mengakhiri
hidupnya dengan cara menenggak racun potasium di makam ayahnya.
 Respons sosial
Dalam kasus ini, Klien N sangat berharap kekasihnya segera menikahinya karena
kehamilannya, tetapi kekasihnya tidak bertanggung jawab atas kehamilannya.
4. Sumber Koping
Klien N merasa tidak mempunyai dukungan motivasi baik dari keluarga ataupun
kekasihnya, bahkan ia merasa sangat tertekan atas tuntutan yang diberikan oleh keluarga
dan kekasihnya.
5. Mekanisme Koping
Sebelum melakukan tindakan bunuh diri, Klien N sudah berusaha meminta pertolongan
kepada para pihak yang berwajib melalui curhatannya di media social untuk dapat segera
menangani kasus yang menimpanya. Klien N meminta bantuan untuk mencari keadilan.

Anda mungkin juga menyukai