Anda di halaman 1dari 15

Karakteristik Minapolitan di Kawasan Pesisir Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe

Selatan

OLEH

NURUL AINUN TANGGE

G2S1 18 006

JURUSAN GEOGRAFI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minapolitan merupakan konsepsi pembangunan ekonomi kelautan perikanan berbasis
kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas serta percepatan.
Kawasan Minapolitan merupakan suatu bagian wilayah yang memiliki fungsi utama
ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan,
pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. Minapolitan terdiri dari kata mina
dan kata politan (polis). Mina berarti perikanan dan politan berarti kota, sehingga
Minapolitan dapat diartikan sebagai kota perikanan atau kota di daerah lahan perikanan
atau perikanan di daerah kota. Secara definitif Minapolitan adalah kota perikanan yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha perikanan serta mampu
melayani dan mendorong kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya, dengan
ciri utama kegiatan perikanan dan pengolahan hasil perikanan
Kegiatan perikanan dan pengolahan hasil perikanan ini dijadikan sebagai core business
dalam suatu pengembangan wilayah dengan dukungan berbagai sektor, mendorong
pembangunan kawasan perikanan tangkap yang sudah tumbuh secara alamiah melalui
dukungan pengembangan kawasan Minapolitan, pengembangan infrastruktur kawasan
minapolitan diutamakan di daerah-daerah yang sudah ada kegiatan usaha perikanan,
sehingga infrastruktur yang dibangun akan dapat menjadi pendorong bagi kegiatan
budidaya yang sudah ada (Keputusan Mentri Kelautan dan Perikanan,Nomor 41 tahun
2009).
Potensi kelautan dan perikanan di Kabupaten Konawe Selatan memiliki wilayah pesisir
pantai yang cocok untuk budidaya rumput laut maupun sektor pertambakan ikan bandeng,
lobster dan budidaya kepiting bakau. Beberapa desa di tujuh kecamatan itu memiliki
kawasan perairan air tawar yang cocok untuk budidaya ikan air tawar antara lain ikan nila,
mujair dan ikan lele. Saat ini potensi tersebut telah ditopang dengan berbagai kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan di sektor kelautan dan perikanan oleh pemerintah
daerah setempat, namun sejalan dengan perubahan yang begitu cepat disegala bidang, baik
berskala internasional maupun nasional, maka kebijakan-kebijakan tersebut memerlukan
penyesuaian atau perubahan agar dapat memenuhi kebutuhan ekonomi yang lebih fokus
pada peningkatan kesejahteraan rakyat (Yos Hasrul, 2014).
Konsep minapolitan di Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan ditetapkan
oleh pemerintah daerah sejak tahun 2012. Dalam pasal Pasal 1 No 7 tahun 2014 berkaitan
tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berisikan perairan pesisir
adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas)millaut
diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuarsi,
teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna.
Menurut RTRW Kabupaten Konawe Selatan tahun 2013-2033 lampiran XV nomor 19,
kawasan peruntukan perikanan ada dua yaitu:
a. Kawasan peruntukan perikanan tangkap yakni tersedianya sarana dan prasarana
seperti TPI (Tempat Pendaratan Ikan) dan PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan).
b. Kawasan peruntukan perikanan budidaya yaitu: Budidaya laut (budidaya rumput laut,
budidaya mutiara, budidaya teripang, dan budidaya ikan laut), Kawasan budidaya air
tawar (pemanfaatan eksisting), Kawasan budidaya air payau (pengembangan tambak),
Sarana dan prasarana perikanan budidaya (rencana balai benih ikan dan pengelolan
hasil perikanan berupa pengeringan dan pengepakan ruput laut dll), Kawasan
minapolitan, danKawasan pulau-pulau kecil (pulau berpenghuni, pulau tidak
berpenghuni).
Potensi laut yang ada di Kabupaten Konawe Selatan, saat ini ada Kecamatan dari 22
Kecamatan di Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, yang akan dijadikan
kawasan Minapolitan. Delapan kecamatan yang merupakan wilayah pesisir yang
berpotensi untuk dijadikan kawasan minapolitan yakni Tinanggea, Kolono, Laeya, Lainea,
Palangga Selatan, Laonti, Moramo dan Moramo Utara (Yos Hasrul, 2014). Salah satu
Kecamatan yang menarik untuk dikaji menemukan karakteristik minapolitan serta
memiliki potensi sangat unggul dibandingkan dengan 7 Kecamatan lainnya yaitu
Kecamatan Tinanggea.
Kecamatan tinanggea memiliki sarana dan prasarana tempat pendaratan ikan (TPI)/
pangkalan pendaratan ikan (PPI) selain itu lahan di Kecamatan Tinanggea sangat cocok
digunakan sebagai lahan perkembangan budidaya rumput laut, ikan air tawar dan laut.
Potensi ekonomi laut di pesisir harus terus dikembangkan, Kabupaten Konawe Selatan
memiliki potensi besar di perikanan tangkap, perikanan budidaya, rumput laut, pariwisata
dan sektor turunan lainnya.
Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan, telah menetapkan lokasi-lokasi pengembangan
kawasan perikanan terpadu yang disebut “Minapolitan Konawe Selatan”, berdasarkan
potensinya masing-masing. Lima kawasan tersebut meliputi Pelabuhan Perikanan dan
kawasan budidaya rumput laut kecamatan tinanggea, kawasan budidaya kerang dan
kawasan pangkalan pendaratan ikan (PPI) Tinanggea. Lokasi itu merupakan sentra
pengembangan perikanan yang diprioritaskan. Sejak 2013 lalu, kawasan perikanan
tersebut akan menjadi kawasan Minapolitan untuk jenis perikanan tangkap. Di samping itu,
juga akan dikembangkan perikanan budidaya di wilayah pesisir. (Yos Hasrul, 2014).
Program minapolitan di Kabupaten Konawe Selatan dan salah satunya di Kecamatan
Tinanggea diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara lebih
tepat dan tidak dapat dipungkiri telah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah-
wilayah pembangunan melampaui kawasan lainnya. Secara umum kondisi wilayah pesisir,
laut dan pulau-pulau kecil Kabupaten Konawe Selatan cocok untuk dikembangkan sebagai
andalan peningkatan pendapatan masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan. Namun
permasalahan yang ada saat ini menunjukan sosialisai program minapolitan belum
tersosialisasi dengan baik atau belum tepat sasaran, hal ini disebabkan karena pemerintah
hanya melakukan sosialisasi pada daerah-daerah yang mudah dijangkau sehingga
kurangnya pemahaman warga terkait program minapolitan dan potensi yang dimiliki
wilayahnya sendiri. Selain itu, Kurang siapnya SDM dalam mengolah potensi pesisir dalam
konsep minapolitan juga masyarakat di Kecamatan Tinanggea yang kurang fariatif dalam
pengolahan hasil lautnya.
Jenis olahan hasil laut yang ada saat ini hanyalah ikan dan rumput laut yang dikeringkan
dan sebagian kecil diasap. Disamping itu, infrastruktur TPI saat ini sudah tidak
termanfaatkan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan sudah tidak adanya lagi bantuan
oleh pemerintah pada warga pesisir Tinanggea dalam aktivitas perikanannya sehingga
koperasi-koperasi nelayanpun sudah tidak berjalan lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengembangkan kawasan minapolitan di Kecamatan Tinangea
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Tinangea
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Kawasan minapolitan pesisir yang secara administratif berada di Kecamatan Tinanggea
Kabupaten Konawe Selatan. Batas administratif Kecamatan Tinggea adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Andoolo dan Lalembuu
Sebelah Selatan : Selat Tiworo
Sebelah Timur : Kecamatan Palangga dan Palangga selatan
Sebelah Barat : Kab. Bombana
Berdasarkan data BPS tahun 2013 luas wilayah Kecamatan Tinanggeaa dalah 354,72
km2 atau 7,04 % dari total luas wilayah Kabupaten KonaweSelatan. Jumlah Desa/Kelurahan
yang berada di Kecamatan Tinanggea sebanyak 25 desa/kelurahan, dimana terdapat 6
desa/kelurahan yang berada dipesisir pantai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini 
Data diatas menggambarkan bahwa wilayah terluas yang berada diKecamatan
Tinanggea adalah Desa Tatangge dengan luas wilayah mencapai91,24 km 2 atau mencapai
25,72% dari luas total kecamatan, sedangkan desa Torokeku menjadi wilayah terkecil
dengan luas wilayah sebesar 0,61 km2 atau hanya 0,61% dari total luas wilayah kecamatan
B. Analisis Potensi lahan Perikanan Kabupaten Konawe Selatan
Peraturan Bupati Konawe Selatan No. 16 Tahun 2010 disebutkan :
a. bahwa dalam rangka mendorong percepatan pengembangan kawasan yangberpotensi
sebagai pusat pertumbuhan, serta mengurangi kesenjanganpembangunan wilayah,
perlu dilakukan upaya pengembangan kawasan strategiscepat tumbuh di Kabupaten
Konawe Selatan
b. bahwa dalam pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di Kabupaten
KonaweSelatan, perlu mengoptimalkan pemanfaatan keunggulan komperatif dan
kompetitif produk unggulan daerah dan daya tarik kawasan di pasar domestik
daninternasional
c. bahwa untuk mengembangkan kawasan strategis cepat tumbuh di KabupatenKonawe
Selatan, diperlukan langkah yang terpadu, komprehensif, dan berkelanjutansesuai arah
kebijakan pembangunan nasional dan daerah
Wilayah pesisir dan laut Kab. Konawe Selatan memiliki keanekaragaman hayati yang
cukup tinggi, meliputi mangrove, berbagai jenis ikan, rumput laut, dan sebagainya.
Kegiatan perikanan utama di wilayah ini adalah perikanan tangkap dan budidaya laut
(rumput laut dan tambak). Selain itu juga perairan di kabupaten ini berpeluang sangat
besar untuk pengembangan wisata bahari.
Keadaan fisik wilayah Konawe Selatan cukup menunjang untuk dikembangkan sebagai
daerah pertanian pangan, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Daerah pantai yang
cukup luas di bagian selatan dan timur memungkinkan kegiatan di sektor perikanan dapat
dikembangkan, baik perikanan laut ataupun perikanan air tawar. Di sektor perikanan laut,
produksi ikan masih dapat ditingkatkan, hanya sarana dan prasarana seperti dermaga,
perahu, peralatan penangkapan ikan perlu dilengkapi. Selain itu juga diperlukan perluasan
daerah pemasaran yang cukup jauh (Bappeda Kab. Konawe Selatan, 2009).
Usaha lain untuk pengembangan sumberdaya perikanan di daerah adalah melalui
budidaya laut. Banyak perairan pantai yang potensial untuk dikembangkan sebagai
kawasan pengembangan budidaya perikanan laut, terutama kecamatan-kecamatan yang
berbatasan dengan laut, seperti Kecamatan Moramo Utara, Moramo, Laonti, Kolono, Lainea,
Laeya, Palangga Selatan dan Tinanggea. Hal inipun sejalan dengan rencana kawasan
minapolitan yang telah dibuat oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Konawe
Selatan.
Potensi perikanan pada Kawasan Minapolitan kab. Konawe Selatan dapat dilihat dari
luas lahan perikanan yang terdiri dari potensi lahan budidayakolam air tawar, lahan
budidaya air payau dan perairan lepas pantai.Kegiatan usaha perikanan di Kabupaten
Konawe Selatan terdiri dariKegiatan Budidaya Kolam Air payau, Budidaya Kolam Air
Tawar, Budidaya Perairan dan Perikanan Tangkap. Luas Potensi lahan pada
kegiatanperikanan di Kawasan Minapolitan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :Data
pada tabel 5.13 memperlihatkan luas areal wilayah budidaya air payau(tambak) pada
Kawasan Minapolitan Kabupaten konawe Selatan Tahun2013 adalah seluas 6.087,60 Ha,
dimana luasan terbesar terdapat dikecamatan Tinanggea yaitu 3.277,97 Ha atau mencakup
53,85 % dari luas Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2013 keseluruhan areal tambak pada
Wilayah Minapolitan, kemudian disusulKecamatan Kolono dengan luas areal sebesar
841,17 Ha atau 13,82 Ha.
Jika dilihat dari luas potensi pada Wilayah Pusat Pertumbuhan, maka pada Kawasan
Pusat Pertumbuhan Tinanggea mendominasi luas areal tambak diKawasan Minapolitan
yaitu sebesar 4.745,47 Ha atau mencapai 77,95 %dari luas total areal tambak yang
terdapat di Kawasan Minapolitan Kab.Konawe Selatan, sedangkan pada Pusat
Pertumbuhan Kolono hanyaterdapat 1.342,13 Ha atau mencakup 22,05 %.Sedangkan
untuk luas potensi perikanan laut yang dapat di kelola padakawasan Minapolitan, dengan
memperhitungkan kewenangan pemerintahKabupaten dalam pengelolaan laut yaitu sejauh
4 mil adalah seluas134.103,33 Ha, di atas juga memperlihatkan bawah luas potensi
perikanan laut yang dapat dikelola adalah seluas 134.103,33 Ha dengan cakupan wilayah
pengelolaan laut terdapat di Selat Tiworo dan Laut Banda.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Konawe Selatan yang tertuang
dalam Peraturan Bupati Konawe Selatan Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penetapan
Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Kabupaten Konawe Selatan yang meliputi
Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Minapolitan, meliputi : Kecamatan Tinanggea dan
Kecamatan Moramo. Sebanyak sembilan kecamatan di Kabupaten Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara, telah ditetapkan sebagai sentra pengembangan dan produksi
perikanan yaitu Kecamatan Tinanggea, Kecamatan Palangga Selatan, Kecamatan Laeya,
Kecamatan Lainea, Kecamatan Kolono, Konolo Timur, Moramo, Laonti dan Moramo Utara.
Untuk Kecamatan Kolono, berfokus pada pengembangan keramba jaring apung (KJA)
sedangkan Kecamatan Tinanggea difokuskan untuk pengembangan tambak.
Gambar 2 Peta Sebaran Tambak
C. Potensi Perikanan
Sektor Perikanan merupakan bagian terpenting dalam kawasan minapolitan, potensi
perikanan di Kecamatan Tinanggea cukup besar yaitu dari sektor budidaya perikanan
tambak, budidaya perikanan pantai dan dari perikanan tangkap.Data Badan Pusat Statistik
Daerah Tahun 2013, Kontribusi sub sektor perikanan dalam struktur PDRB Kab. Konawe
Selatan berdasarkan harga berlaku adalah sebesar Rp. 328.921.590.000,- atau
menyumbang PDRB sebesar 9,77 %dari total nilai PDRB Kab. Konawe Selatan Tahun 2012

Berdasarkan perhitungan luas perairan laut Kec. Tinanggea dengan mempertimbangkan


kewenangan kabupaten dalam pengelolaan laut sejauh 4 mil, luas wilayah kawasan
perairan Kec. Tinanggea yang dapat di kelola dan dikembangkan pada sub sektor budidaya
perikanan laut dan tangkap adalah seluas 17,008.34 ha dengan panjang garis pantai dari
perbatasan Kab. Bombanadi Desa Lanowulu hingga Perbatasan Kec. Palangga Selatan di
Desa MooloIndah sepanjang ±26,781 km dengan perencian Tambak Produktif seluas
2.911,57 Ha dan Tambak Tidak Produktif seluas 228,36 Ha.Tabel berikut memperlihatkan
potensi perikanan pada pusat pertumbuhan Tinanggea dengan cakupan wilayah pada sub
pusat dan wilayahpengembangan sebagai berikut :
Tabel di atas juga menggambarkan bahwa potensi perikanan lain seperti Kolam air
tawar dengan luas lahan sebesar 16,98 Ha dan mina-padi dengan luas lahan 1.957,09 Ha
dapat dikembangkan dalam mendukung kawasan minapolitan.Dari hasil analisis juga
diperoleh panjang irigasi pasang surut di Kec.Tinanggea berkaitan dengan dukungan
potensi perikanan khususnya tambak adalah 71.282,50 m.
D. Analisis Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Minapolitan
Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut
telah ditopang dengan berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di sektor
kelautan dan perikanan. Namun, sejalan dengan perubahan yang begitu cepat di segala
bidang, baik berskala internasional maupun nasional, maka kebijakan, program dan
kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan memerlukan penyesuaian atau
perubahan agar dapat memenuhi kebutuhan ekonomi yang lebih fokus pada peningkatan
kesejahteraan rakyat.Pembangunan sektor kelautan dan perikanan masih menghadapi
masalah dan sekaligus tantangan yang harus diselesaikan dengan kebijakan dan program
strategisdan efektif. Permasalahan yang terjadi dalam Karakteristik Minapolitan di
Kawasan Pesisir Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan yaitu:
1. Sosialisasi program minapolitan belum tersosialisai dengan baik atau belum tepat
sasaran sehingga pemahamanya kurang dengan potensi yang di miliki kawasan.
2. Kurangnya tingkat pengetahuan atau pemahaman masyarakat terhadap potensi yang
ada.
3. Kurang siapnya SDM dalam mengelola potensi sumberdaya pesisir khususnya dalam
konsep minapolitan.
4. Infrastruktur yang sudah ada tidak di fungsikan dan dimanfaatkan sebagaimana
mestinya, serta kurangnya infrastruktur baik secara fisik maupun nonfisik.
5. pendangkalan sungai dekat lokasi tambak, jika dimusim hujan ada 30 hektare tergenang
air hingga naik ke atas pematang, dan jika airnya surut maka butuh pompa air untuk
mengisi tambak.
Upaya mengatasi permasalahan dan tantangan tadi, diperlukan kebijakan strategis yang
inovatif dengan terobosan yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai