Anda di halaman 1dari 29

KONSEP PENGEMBANGAN

WILAYAH BERBASIS EKONOMI

Gusti Putra Pradana (02)


OVOP(ONE VILLAGE ONE PRODUCT) Aurora Exacty P. (17)
PEL (PENGEMBANGAN EKONOMI Noerita A. Safira (32)
LOCAL) Rezky Dwi Putra (54)
Pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu
produk kearifan lokal, berkelas global yang khas daerah dengan memanfaatkan sumber
daya lokal.
Satu desa dapat diperluas menjadi kecamatan, kabupaten/kota, maupun kesatuan wilayah
lainnya sesuai dengan potensi dan skala usaha secara ekonomis.

ONE VILLAGE ONE


OVOP
PRODUCT
SEJARAH
OVOP dicetuskan oleh Harumi Yahata, kepala kooperasi agrikultur
Kota Ooyama, Jepang pada tahun 1961. lalu dikembangkan oleh
Morihiko Hiramatsu, seorang mantan pejabat MITI yang terpilih
menjadi Gubernur Oita tahun 1979.
Masa jabatannya digunakan untuk mengentaskan kemiskinan
warganya dengan menerapkan ide konsep pembangunan
wilayah serta mengembangkan potensi daerah dengan
melibatkan tokoh masyarakat, dan masyarakat itu sendiri sehingga
termotivasi bangkit dan membangun daerahnya menjadi daerah yang
makmur serta mensejahterakan masyarakat.
Pada tahun 2007 sudah ada 51 negara yang mengadopsi OVOP. Pada
setiap tanggal 12 Nopember telah ditetapkan Hari OVOP Internasional.
TUJUAN UTAMA& &SASARAN
Peningkatan pendapatan, kebanggaan dan kemandirian masyarakat
melalui produk inovatif dan kreatif lokal (Pemerintah membantu siapa
yang berusaha mandiri).

Pertumbuhan Koperasi dan UKM yang mandiri di daerah;


Penguatan koperasi dan UKM sebagai motor penggerak ekonomi daerah dan
nasional;
Peningkatan kemampuan pemasaran dan daya saing produk Koperasi dan UKM
sesuai standar internasional;
Penciptaan peran koperasi dan UKM dalam penciptaan lapangan kerja
Peningkatan perolehan nilai tambah produk unggulan untuk meningkatkan
pendapatan
Peningkatan Pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat ke
Seluruh wilayah Indonesia.
PRINSIP
Local yet global: Pengembangan Gerakan OVOP ditujukan membuat
kekhususan produk lokal yang dapat dipasarkan bukan saja di
Indonesia, tetapi juga di pasaran global dan dapat menjadi sumber
kebanggaan masyarakat setempat.
Mandiri, kreatif dan inovatif: Memfasilitasi pembangunan regional
melalui penyadaran akan potensi lokal untuk dikembangkan
semangat kemandirian/self help akan menyebabkan self reliant dan
self respect, dan kreativitas dengan spirit kemandirian.
Pengembangan SDM: Mendorong terwujudnya sumberdaya
manusia yang kreatif dan inovatif yang mampu menghadapi
tantangan baru dan memanfaatkan peluang bisnis di sektor
pertanian, pemasaran, pariwisata dan bidang lainnya.
KELEBIHAN& &KELEMAHAN
Produk memiliki nilai Terinterverensi dengan
tambah akan birokrasi. Misalnya berupa
memberikan kontribusi kepentingan politik dari
pendapatan cukup besar pemerintah pusat ke
bagi daerah tersebut. pemerintah daerah
Menciptakan (pendekatan top-down).
kemandirian dalam Terbatasnya anggaran
sektor ekonomi. (pendekatan bottom-up)
KRITERIA PRODUK
Produk unggulan daerah dan/atau produk kompetensi inti daerah.
Unik khas budaya dan keaslian lokal.
Berpotensi pasar domestik dan ekspor.
Bermutu dan berpenampilan baik.
Diproduksi secara kontinyu dan konsisten.
OVOP DI NEGARA LAIN
One Factory One Product (Shanghai, China)
One Village One Treasure (Wuhan, China),
One Barangay One Product (Phillipines),
Konsep ini berkembang atau diduplikat One Region One Vision (Phillipines),
oleh negara-negara ASEAN diantaranya Satu Kampung Satu Produk (Malaysia),
Malaysia, Philipina, Indonesia, Kamboja,
Vietnam, Thailand), negara-negara di Asia One Tamboen One Product Movement (Thailand),
Selatan, Afrika, Eropa Timur , dan One Village One Product Movement (Cambodia),
Amerika Selatan. Neuang Muang Neuang Phalittaphan Movement
(Laos),
Neg Bag Neg Shildeg Buteegdekhuun (Mongolia),
One Village One Product Day (USA),
One Parish One Product Movement (USA).
OVOP DI INDONESIA Sepuluh wilayah yang dipilih oleh
Pemerintah untuk dikembangkan
Penerapan OVOP di Indonesia dilaksanakan melalui
dengan pendekatan OVOP yaitu:
program Kementerian Perindustrian sejak tahun 2008 untuk Daerah Komoditi
mengembangkan potensi industri kecil dan menengah pada
Purwakarta Gerabah / keramik hias
berbagai sektor, termasuk di antaranya sektor kerajinan.
Tasikmalaya Anyaman
Gerakan OVOP di Indonesia telah menjadi Pekalongan
Tenun dan anyaman akar
prioritas pembangunan nasional. Hal ini wangi
didukung dengan ditetapkannya Inpres No. 5 Boyolali Kerajinan Tembaga
Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi
Tahun 2008-2009 sebagai kelanjutan dari Ipres Bantul Gerabah / keramik hias
No. 6 Tahun 2007 Tentang Kebijakan Percepatan Kulonprogo Anyaman
Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Bangli Anyaman bambu
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Tabanan Gerabah / keramik hias
Sasaran Gerakan OVOP di Indonesia adalah Lombok Barat Gerabah / keramik hias
berkembangnya sinerji produksi dan pasar.
Melalui Inpres ini semua Kementerian, Gubernur Lombok
Anyaman rotan
dan Bupati/Walikota berkorodinasi dan secara Tengah
bersama mensukseskan Gerakan OVOP.
OVOP DI INDONESIA
1. DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN : Penguatan Kelembagaan
2. DEPUTI BIDANG PRODUKSI : Dukungan Teknologi
3. DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN : Dukungan Modal Kerja
4. DEPUTI BIDANG PEMASARAN : Fasilitasi Pameran/Promosi, Pemasaran dalam dan luar
negeri
5. DEPUTI BIDANG SDM : Dukungan Pelatihan
6. DEPUTI BIDANG RESTRUKTURISASI : Fasilitasi Hak Merk, Paten dan peningkatan usaha
7. DEPUTI BIDANG PEGKAJIAN : Kajian Produk, Bansos
8. LLP KUKM : Dukungan Pemasaran
9. LPDB KUMKM : Dukungan Modal
http://
ikm.kemenperin.go.id/LinkClick.aspx?fileticket=xIjbWi6Yhf4%3D&tabid=1032&mid=159
4&language=en-US
SAKA SAKTI
Husaini (2011) mengemukakan bahwa OVOP dalam bentuk konsep SAKA SAKTI
(Satu Kabupaten/Kota Satu Kompetensi Inti) yaitu suatu konsep yang
dikembangkan dalam rangka membangun daya saing suatu daerah dengan
menciptakan kompetensi inti bagi daerah tersebut agar dapat bersaing di tingkat
global.
1. konsep membangun produk unggulan yaitu mengembangkan produk lokal
yang memiliki keunggulan dari sisi keunikan, kekhasan, kemanfaatan yang
lebih besar bagi pengguna produk serta memberikan keuntungan yang besar
penghasil produk tersebut.
2. konsep membangun kompetensi inti daerah, dalam hal ini daerah harus
memilih kompetensi inti daerah yang bersangkutan dilihat dari keunikan,
kekhasan daerah, kekayaan sumberdaya alam, peluang untuk menembus
pasar internasional dandampaknya.
STUDI KASUS
STRATEGI PEMERINTAH DALAM
PENGEMBANGAN UMKM PRODUK CARICA DI
KABUPATEN WONOSOBO MELALUI
PENDEKATAN OVOP
Kabupaten Wonosobo memiliki tanaman yang menjadi
komoditas unggulan yaitu carica. Tahun 1970an buah carica
mulai di produksi oleh PT Dieng Djaya. Namun pada 1955
mengalami penurunan produksi hingga tahun 2000
perusahaan menghentikan proses produksi dan melakukan
PHK besar-besaran.

Dari kejadian tersebut banyak petani yang


mengalihfungsikan lahan pertanian caricanya menjadi
ATAR BELAKANG
lahan pertanian kentang. UMKM produk carica saat itu sullit
mengalami perkembangan karena:
1. Jumlah Koperasi dan UMKM aktif di Wonosobo tidak lebih
dari 50 persen dari jumlah yang terdaftar.
2. Masih rendahnya daya saing koperasi dan UMKM dalam
mengakses pasar.
3. Masih lemahnya kemampuan koperasi dan UMKM dalam
penguasaan teknologi dan informasi.
4. Belum optimalnya promosi dan pemasaran serta
terbatasnya informasi pasar mengenai produk unggulan
daerah.
5. Belum optimalnya pelaksanaan kemitraan usaha antara
1. Mandat Pemerintah Daerah dalam Pengembangan UMKM
Kementerian Perindustrian dengan Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 78/M-
IND/PER/9/2007 tentang Peningkatan Efektifitas Pengembangan Industri Kecil dan
Menengah Melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk (One Village One Product
OVOP) di Sentra.

2. Lingkungan Strategis dalam Pengambangan UMKM


Analisis SWOT terkait caricanya sendiri, UMKMnya, serta masyarakat.

3. Strategi Pengembangan melalui OVOP


a. Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak
APLIKASI
OVOP
b. Meningkatkan inovasi produk carica
c. Meningkatkan promosi produk carica
d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
e. Memberikan bantuan sarana prasarana
f. Menguatkan kelembagaan
g. Meningkatkan kualitas produk carica
h. Membuat regulasi pemda atas keberpihakan kepada UMKM
i. Meningkatkan sosialisasi dan pengawasan dari pemda kepada UMKM
j. Memberikan sosialisasi tentang hak paten produk carica.
Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah suatu proses dimana pemerintah daerah atau
kelompok masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan mengambil bagian dalam
susunan persekutuan (partnership) dengan sektor swasta atau lainnya, menciptakan
lapangan kerja dan merangsang kegiatan ekonomi pada zona perekonomian yang telah
ditetapkan dengan baik, Blakely (1989).

PENGEMBANGAN
PEL
EKONOMI LOKAL
Pengembangan ekonomi lokal mendasari
konsepnya pada pengembangan
kewirausahaan lokal serta tumbuh
kembangnya perusahaan-
perusahaan lokal, kerja sama
pemerintah lokal dengan swasta dan
lembaga-lembaga lainnya dalam
mengelola sumber-sumber yang
potensial untuk mendorong aktivitas
ekonomi.
Dasarnya beranggapan bahwa
pengembangan wilayah sangat
ditentukan oleh tumbuh
kembangnya wiraswasta lokal yang
ditopang oleh kelembagaan-
kelembagaan di wilayah tersebut,
meliputi industri, universitas, asosiasi
kegiatan usaha, pemerintah daerah,
pengusaha lokal dan lainnya
TUJUAN DAN SASARAN PEL
ACUAN PENERAPAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
(KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM)

Mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan nilai tambah


Menciptakan dan memeratakan kesempatan kerja
Meningkatkan pendapatan dan memperbaiki distribusi pendapatan
masyarakat
Meningkatkan daya saing ekonomi daerah terhadap daerah atau negara
lain
Membangun dan mengembangkan kerja sama yang positif antardaerah
KONSEP
Sektor BASIS
Kegiatan pada sektor basis
merupakan kegiatan yang
mengekspor barang-barang dan Teori basis ekonomi menyatakan bahwa
jasa-jasa ke luar batas wilayah bertambah banyak sektor basis dalam suatu
perekonomian. daerah akan menambah arus pendapatan dari luar
Sektor NON daerah ke dalam daerah yang bersangkutan,
BASIS sehingga akan menambah permintaan terhadap
Kegiatan non basis adalah barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh
kegiatan-kegiatan yang sektor non basis, demikian pula sebaliknya.
menyediakan barang-barang dan
jasa-jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di dalam
wilayah yang bersangkutan.
TAHAP BERKEMBANGNYA EKONOMI
LOKAL
(COFFEY AND POLASE
tumbuhnya DALAM BLAIR
kewiraswastaan (1985))
(entrepreneurship) lokal

lepas landasnya (take off) perusahaan-perusahaan lokal

berkembangnya perusahaan-perusahaan tersebut keluar lokalitas

terbentuknya suatu perekonomian wilayah yang mengakar pada kegiatan dan


inisiatif lokal serta keunggulan-keunggulan komparatif aktifitas ekonomi lokal
tersebut
TAHAP PENERAPAN PEL
ACUAN PENERAPAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOCAL
(KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM)
Pengembagan Ekonomi Lokal memiliki empat tahapan utama yang berada dalam
satu siklus pengelolaan PEL yang berkelanjutan. yaitu:
a. Tahap I : Persiapan (sosialisasi PEL, membentuk organisasi PEL, analisis kondisi
saat ini)
b. Tahapll : Perencanaan (menentukan kluster ekonomi sebagai fokus PEL,
membentuk forum kemitraan PEL,menyusun strategi, agenda, progan &
rencana PEL, memastikan keberhasian PEL)
c. Tahaplll : Pelaksanaan (memperkuat kapasitas stakeholder, Menciptakan
lingkungan yang kondusif, Mengembangkan. memperluas pasar dan melakukan
promosi kluster ekonomi terpilih, Memperkuat forum kemitraan PEL yang telah
terbentuk, pemberdayaan pelaku usaha, Membangun kerja sama antardaerah
Tahap I merupakan tahap awal yang
diperlukan oleh daerah ketika akan
memulai penerapan PEL. Sementara itu.
Tahap II sampai Tahap IV merupakan tahap-
tahap yang secara langsung berada dalam
penerapan PEL. Proses yang ada di dalam
Tahap II sampai IV tidaklah berjalan secara
linear melainkan dalam satu siklus.
sehingga akan menjadi proses yang terus
berulang dan berkelanjutan
STRATEGI PENGEMBANGAN
EKONOMI LOKAL
1. Aspek Physical Development :
Perencanaan-pengendalian
3. Human Resources Development :
pembangunan Pemberian kesempatan untuk mendapatkan
Townscaping
kesempatan pengenalan pengembangan
potensi lokal dengan pemberian pelatihan-
pelatihan tentang pengembangan potensi
2. Business Development : lokal
Pusat bantuan usaha skala kecil Pemanfaatan tenaga kerja lokal dalam
Kawasan bisnis dan teknologi setiap pembangunan ekonomi
Perusahaan modal vebtura
(permodalan)
Informasi bisnis 4. Community-Based Employment
Development :
Koperasi
Community-Based Development
STUDI KASUS
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
DALAM SEKTOR PERTANIAN
(STUDI PADA KECAMATAN PAGELARAN
KABUPATEN MALANG)
LATAR BELAKANG

Kecamatan Pagelaran
merupakan salah satu
daerah yang telah
menerapkan konsep
pengembangan
ekonomi lokal untuk
mengembangkan
wilayahnya.
Pengembangan ini
difokuskan pada sektor
pertanian dimana
sektor pertanian
merupakan sektor basis
yang dapat
dikembangkan di
Kecamatan Pagelaran.
MASALAH

1. Para petani masih


bersifat tradisional
2. Kurangnya inovasi
terhadap hasil
produksi

RUMUSAN MASALAH

1. bagaimana upaya
pemerintah dalam
mengembangkan
ekonomi lokal di
Kecamatan Pagelaran
2. apa saja yang menjadi
faktor pendukung dan
faktor penghambat
dalam mengembangkan
ekonomi lokal di
Kecamatan Pagelaran,
dan yang
3. bagaimana dampak
PERAN
FAKTOR PENDUKUNG
PEMERINTAH
1. rendahnya pengeta- huan
1. Memberikan 1. tersedianya sumber daya alam
petani mengenai teknologi
pelatihan kepada yang melimpah
pertanian.
para petani untuk 2. jumlah penduduk di
2. Minimnya inovasi terkait
meningkatkan Kecamatan Pagelaran
pengolahan hasil produksi
wawasan para membuat peluang
petani dalam FAKTOR PRNGHAMBAT pengembangan ekonomi lokal
mengola hasil ini semakin besar karena
panen banyak yang akan
2. Pemberian dana mengembangkan ekonomi lokal
bantuan dan alat ini pada daerahnya masing-
produk masing.
MANFAAT

1. Tersediangya
lapangan kerja baru
sehingga
mengurangi tingkat
pengangguran
2. Meningkatkan
kemandirian
masyarakat sekitar
dalam mengola
hasil produksi
3. Meningkatkan
jumlah pendapatan
masyarakat sekitar
4. Meningkatkan
tingkat produksi
kususnya sektor
pertanian
PERNYATAAN?

Anda mungkin juga menyukai