Anda di halaman 1dari 8

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK URBAN SPRAWL DI KOTA BANDAR LAMPUNG

BAGIAN TIMUR
(Studi Kasus: Kecamatan Sukarame)
Nayoda Agung Satria
Program Studi Perencanaan Wiayah dan Kota, Institut Teknologi Sumatera
Jalan Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten lampung Selatan 35365
Email: Nayoda.as@gmail.com
Abstrak
Pertumbuhan permukiman yang meluas secara tidak terkendali dan tidak tertata (Urban Sprawl),
terjadi akibat pertumbuhan penduduk yang selalu terjadi dari waktu ke waktu, kawasan yang memiliki
jumlah penduduk yang besar akan mengalami pertumbuhan penduduk yang besar pula dan kebutuhan
lahan untuk permukiman juga akan bertambah, namun pertumbuhan jumlah penduduk yang besar ini
tidak dapat diimbangi oleh jumlah lahan yang terbatas dan tidak dapat bertambah Kawasan perkotaan
yang merupakan kawasan dengan jumlah penduduk terbanyak dan terpadat dan juga merupakan pusat
segala aktivitas, sehingga kebutuhan untuk tempat tinggal juga tinggi yang menyebabkan perluasan
daerah perkotaan ke daerah pinggiran. Jika perluasan daerah perkotaan terjadi tanpa adanya rencana
yang baik maka dapat menimbulkan terjadinya urban sprawl

Adanya pembangunan-pembangunan tertentu pada suatu daerah perkotaan juga dapat menjadi pemicu
adanya gejala urban sprawl dan bertambahnya aktivitas dan jumlah penduduk, yang mana saat ini
terjadi pada bagian timur Kota Bandar Lampung. Kecamatan Kemiling yang dalam arahan RPJMD
merupakan kawasan permukiman dengan adanya pembangunan ini menyebabkan peningkatan
permukiman di Kecamatan Sukarame semakin pesat. Jika tidak ada kontrol perencanaan yang tepat di
khwatirkan memperparah sprawl di daerah ini.

Kata Kunci: Permukiman, Urban Sprawl, Penduduk, Kota Bandar Lampung

Abstract
Unrestrained and unregulated settlement growth (Urban Sprawl), occurs due to population growth
that always occurs from time to time, regions that have large population will also experience large
population growth and land needs for settlements will also increase, but this large population growth
cannot be balanced by the limited and non-increasing amount of land Urban areas which are the most
populous and densest areas and are also the center of all activities, so the need for housing is also high
which causes the expansion of urban areas to suburb. If urban expansion occurs without a good plan, it
can lead to urban sprawl

The existence of certain developments in an urban area can also be a trigger for urban sprawl
symptoms due to increased activity and population, which currently occurs in the eastern part of
Bandar Lampung City. Kemiling Subdistrict which in the direction of RPJMD is a residential area
with the existence of this development has caused an increase in settlements in Sukarame Subdistrict.
If no proper planning control is concerned it will worsen sprawl in this area

Key Words: Settlement, Urban Sprawl, Population, Bandar Lampung City


Pendahuluan Pengembangan Permukiman di Kota bandar
Lampung bagian timur didukung dengan adanya
Kota Bandar Lampung merupakan pembangunan-pembangunan yang menyebabkan
ibukota Provinsi Lampung dengan jumlah meningkatnya aktivitas penduduk di kawasan itu,
penduduk tercatat pada tahun 2017 lebih dari 1 seperti Pembangunan Kota Baru, kampus Institut
juta jiwa (BPS, 2018) dan laju pertumbuhan Teknologi Sumatera, Transmart, dan Exit Tol
penduduk sebesar 1,55% (RPJMD, 2011-2016). Trans Sumatera. Namun pengembangan yang
Dengan bertambahnya jumlah penduduk di Kota terus menerus pada kawasan ini akan
Bandar Lampung dari waktu ke waktu, maka mengakibatkan terjadinya urban sprawl yang
kebutuhan akan tempat tinggal juga semakin akan menimbulkan dampak negatif jika tidak ada
bertambah, Laju pertumbuhan yang tidak kontrol perencanaan. Sehingga untuk
terkontrol akibat adanya urbanisasi ataupun menghindari dampak negatif akibat urban sprawl
fertilitas dapat menyebabkan ledakan penduduk terutama di Kota Bandar Lampung bagian Timur,
yang semakin memadati kawasan perkotaan perlu adanya suatu tindakan yang dilakukan.
sehingga menyebabkan terjadinya perluasan kota Untuk mengetahui tingkat urban sprawl yang
ke kawasan pinggiran (ekspansi). terjadi di Kecamatan Sukarame Kota Bandar
Lampung dan penanganan urban sprawl maka
Perluasan kota ke wilayah pinggiran yang akan dilakukan penelitian terkait tingkat urban
begitu cepat menyebabkan pola penggunaan sprawl di Kecamatan Kemiling yang akan
lahan yang mencirikan Sprawl. Urban Sprawl diklasifikasikan kedalam 3 tipologi.
merupakan sebuah masalah yang patut
diperhatikan. Hal tersebut tidak hanya Rumusan masalah
mengurangi estetika suatu perkotaan, namun juga
karena dampak terhadap lingkungan yang besar, Karena Pertumbuhan jumlah penduduk
serta dampak sosial dan ekonomi yang akan kota bandar lampung yang terus meningkat dari
ditimbulkan. Perluasan kota ke wilayah pinggiran waktu ke waktu tercatat pada tahun 2017
yang terus berlanjut tanpa kontrol perencanaan memiliki jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa,
akan menimbulkan pola pembangunan yang pertumbuhan penduduk ini sejalan dengan
terfragmentasi yang dapat mengakibatkan meningkatnya kegiatan penduduk perkotaannya.
kurangnya efisiensi dalam penggunaan lahan. Menurut Hidajat (2004) baik meningkatnya
jumlah penduduk perkotaan maupun kegiatan
Laju pertumbuhan penduduk yang penduduk perkotaan telah mengakibatkan
semakin meningkat tiap tahunnya tidak dapat meningkatnya kebutuhan ruang kekotaan yang
diimbangi oleh ketersedian lahan yang sangat besar.
terbatas, sehingga perlu adanya suatu kontrol
perencanaan dalam hal pembangunan di kawasan Bandar Lampung yang merupakan kota
pinggiran. Kawasan yang paling berpotensi metropolitan memiliki kebutuhan untuk ruang
terkena dampak ekspansi adalah kawasan yang perkotaan yang besar, maka untuk memenuhi
masih memiliki banyak lahan non terbangun yang kebutuhan ruang perkotaan dan kedudukan
sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi fungsi-fungsi perkotaan akan mengambil ruang di
perumahan. daerah pinggiran kota Bandar lampung yang
merupakan lahan non urban. Gejala pengambilan
Di Kota Bandar lampung yang lahan non urban ini jika tidak beraturan dan tidak
merupakan sasaran dari pengembangan perkotaan terencana secara baik akan menyebabkan
terutama dalam bidang perumahan dan terjadinya urban sprawl.
permukiman adalah Kecamatan Sukarame yang
berada di bagian timur Kota Bandar Lampung.
Terjadinya urban sprawl di daerah lahan 1. Bagi akademis, dapat memberikan
non urban ini dapat menyebabkan penurunan pemahaman mengenai perkembangan fisik
produktivitas pertanian, penurunan kualita spasial di Wilayah Peri Urban khususnya di
lingkungan, fragmentasi fungsi lahan yang bagian timur Kota Bandar Lampung serta
semakin tinggi, begitu pula dengan maraknya faktor penyebabnya, dan memberikan
spekulasi lahan. Sedangkan pada daerah pusat wawasan mengenai fenomena urban sprawl di
kota dan perkotaan dampaknya adalah mengenai Wilayah Peri Urban.
proses perencanaan pembangunan yang semakin 2. Secara praktis, dapat digunakan sebagai
susah diimplementasikan, menipisnya energi rekomendasi dalam penyusunan Rencana Tata
listrik dengan konsumen yang semakin Ruang (RTR) terutama pada Rencana Detail
bertambah, tempat publik dan green space yang Tata Ruang (RDTR) Kota Bandar Lampung,
semakin berkurang, serta munculnya slum akibat khususnya di Kecamatan Kemiling.
semakin susahnya mencari lahan untuk bertempat
tinggal. Ruang Lingkup Penelitian

Dari permasalahan diatas untuk Ruang Lingkup Materi


menghindari dampak negatif dari gejala urban Lingkup materi pada penelitian ini
sprawl, perlu adanya identifikasi terhadap gejala dengan mengidentifikasi perkembangan fisik di
urban sprawl di daerah pinggiran Kota Bandar Wilayah Peri Urban yang dapat menyebabkan
Lampung, mengingat banyaknya pembangunan terjadinya gejala sprawl di Kecamatan Kemiling
yang dilaksanakan berapa tahun terakhir ini di pada tahun 2012-2018. Dalam mengidentifikasi
bagian timur kota Bandar Lampung yang gejala sprawl dengan melihat transformasi fisik
menyebabkan meningkatnya kebutuhan ruang spasial, tingkat urban sprawl kawasan, dan faktor
kota karena aktivitas semakin bertambah, maka penyebab terjadinya perluasan kota di Kecamatan
dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu Tanjung Senang Kota Bandar Lampung sebagai
“Bagaimana Klasifikasi tingkat urban sprawl bagian dari Wilayah Peri Urban.
yang tejadi pada bagian timur Kota Bandar
Lampung?” Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah orientasi pada penelitian ini
Tujuan Penelitian berada di bagian timur Kota Bandar Lampung
Berdasarkan latar belakang dan rumusan Khususnya pada Kecamatan Kemiling dan data
masalah yang telah dijelaskan, penelitian ini yang diambil
bertujuan untuk mengetahui perkembangan urban
sprawl ditinjau dari aspek fisik pada bagian timur
Kota Bandar Lampung. Untuk mencapai tujuan
tersebut sasaran yang ditentukan adalah
mengidentifikasi tingkat urban sprawl yang
terjadi di Kecamatan Kemiling dengan
mengklaifikasi tingkat gejala urban sprawl ke
dalam 3 tipologi.

Manfaat Penilitan

Penelitian ini memiliki manfaat baik secara


akademis maupun praktis. Manfaat dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
community center. Dengan demikian terjadinya
gejala urban sprawl menyebabkan adanya
dinamika penggunaan lahan yang cukup tinggi
dan cepat, baik volume maupun frekuensinya
sehingga akan memberikan kondisi yang
merugikan dan buruk di wilayah pinggiran kota.

Pengukuran Urban Sprawl


Menurut Barnes et al, 2001 (dalam
Bhatta, B et al, 2010) hipotesis pendekatan
determinasi hitam-putih pada sprawl adalah jika
tingkat pertumbuhan wilayah terbangun melebihi
tingkat pertumbuhan populasi, maka terdapat
gejala sprawl. Bhatta, B (2009) telah
mempertimbangkan rasio rumah tangga dalam
suatu zona dengan total rumah tangga dari suatu
kota (A) dengan rasio wilayah terbangun di dalam
zona yang berhubungan ke total wilayah
terbangun suatu kota (B). Keterkaitan antara dua
rasio ini (A-B) menunjukkan compact/tersebar
dalam suatu zona. Jika 0 dipertimbangkan sebagai
Gambar 1. Peta Administrasi Sukarame kondisi normal, nilai positif menunjukkan
compact dan nilai negatif menunjukkan sprawl.
Kajian Literatur Pendekatan ini sangat berguna untuk analisis
sprawl antar kota atau antar zona pada wilayah
Idenifikasi terbangunnya, namun pendekatan ini tidak bisa
Identifikasi berasal dari kata Identify menunjukkan ukuran sprawl secara absolut.
yang artinya meneliti, menelaah. Identifikasi Sehingga nilai yang di dapat dari hasil
adalah kegiatan yang mencari, menemukan, pendekatan tidak menunjukkan ukuran sprawl,
mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, tetapi hanya untuk mengidentifikasi gejala
mencatat data dan informasi dari “kebutuhan” sprawl.
lapangan.
Hasse John and Richard, (2003) mencoba
Urban Sprawl mengukur sprawl pada unit perumahan dengan
menggunakan 5 variabel sebagai karakteristik
Urban sprawl menurut Stanley (1998) sprawl. Penelitian dilakukan dengan melihat
adalah proses perembetan kenampakan fisik perubahan atau penambahan perumahan baru dari
kekotaan ke arah luar kota dalam hal ini adalah tahun yang berbeda, kemudian diukur dengan
daerah pinggiran kota (urban fringe area). menggunakan rumus dari masing-masing
Selanjutnya Kelly (2001) berpendapat bahwa variabel, yaitu kepadatan bangunan, pola
urban sprawl adalah suatu tipikal karakteristiik pembangunan lompatan katak (leapfrog),
yang ditunjukkan oleh pemanfaatan lahan yang penggunaan lahan yang terpisah (segregeted land
tidak perlu, pemecahan daerah terbuka (open use), pembangunan dalam jangkauan jaringan
space), adanya celah yang lebar antara jalan (highway strip), dan jarak ke pusat kota
pembangunan dan penampilan yang menyebar, (Node Inaccessibillity).
pemisahan penggunaan wilayah, dan adanya
kesenjangan antara public space dengan
Ewing, R et al (2002), mengukur urban pengertian urban sprawl yang telah dirumuskan,
sprawl dengan menggunakan variabel kepadatan yaitu (1) kepadatan rendah yang diwakili oleh
bangunan, aksesibilitas jaringan jalan, penguatan variabel kepadatan penduduk dan kepadatan
pusat kota, dan Kedekatan penggunaan campuran, bangunan, (2) Pola pembangunan yang
rumah, tempat kerja, dan fasilitas. Keempat terfragmentasi yang diwakili oleh variabel jarak
indikator tersebut diukur, kemudian ke pusat kota Berikut adalah bagan tahapan
masingmasing ukuran dari variable tersebut di analisis yang akan dilakukan.
ratarata kan dan dicari standar deviasinya untuk
menentukan ukuran sprawl. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder dengan sumber data
Tipologi utamanya didapat dengan melakukan digitasi
Menurut Apriani dan Asnawi (2015) bangunan dari citra Google Earth tahun 2012 dan
Tipologi merupakan salah satu pendekatan yang 2018 melalui pendekatan spasial. Teknik analisis
digunakan untuk mengambil suatu kebijakan pada yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis
kegiatan perencanaan. Pembentukan tipologi spasial, dan analisis scoring. Analisis deskriptif
bertujuan untuk mengembangkan pendekatan digunakan untuk mendeskripsikan atau
kebijakan yang bersifat spesifik sesuai dengan menjelaskan hasil dari kompilasi data. Analisis
tipe suatu wilayah tertentu. Tipologi secara umum deskriptif dapat mendeskripsikan atau
adalah ilmu yang mempelajari pengelompokan menjelaskan hasil dari analisis spasial yang
suatu benda dan makhluk. Sedangkan pengertian disebut dengan deskriptif spasial dan hasil dari
tipologi dalam arsitektur dan perancangan kota perhitungan rumus yang disebut dengan deskriptif
adalah klasifikasi taksonomi (fisik) karakrteristik kuantitatif. Analisis spasial yang dilakukan dalam
umum yang ditemukan pada bangunan dan penelitian ini menggunakan bantuan GIS.
tempat-tempat di perkotaan (KBBI, 2012). Analisis spasial digunakan untuk menganalisis
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tipologi karakteristik sprawl pada variabel jarak ke pusat
adalah pengklasifikasian suatu obyek berdasarkan kota menggunakan network analysis. Analisis
karakteristik tertentu yang terkait dengan obyek. spasial juga digunakan untuk mengklasifikasikan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakteristik sprawl dan mengklasifikasikan
pengklasifikasian itu sendiri berarti proses, cara, tipologi tingkat urban sprawl. Hasil analisis
perbuatan menggolonggolongkan menurut ciri spasial ditampilkan dalam bentuk peta. Analisis
khas tertentu. Scoring dilakukan untuk menentukan tingkat
urban sprawl pada wilayah yang teridentifikasi
Tingkat sprawl dengan menggunakan skala likert. Skala
Tingkat adalah level dari suatu keadaan likert merupakan skala yang paling banyak
baik berupa kedudukan, jenjang, nilai, dan digunakan dalam penelitian survei untuk
sebagainya memudahkan dalam analisis ukuran-ukuran
berjenjang.
Metode Penelitian
Tahapan analisis yang digunakan dalam
Penelitian ini mengidentifikasi terlebih penelitian, untuk menjawab pertanyaan dan
dahulu wilayah urban sprawl yang ditentukan mencapai tujuan penelitian sesuai dengan sasaran
oleh rasio rumah tangga dan rasio lahan penelitian yang akan dicapai yaitu:
terbangun. Selanjutnya dilakukan analisis
karakteristik dan klasifikasi karakteristik untuk Identifikasi Wilayah Urban Sprawl
pengukuran tingkat sprawl. Variabel yang Bertujuan untuk membedakan hitam
digunakan sebagai karakteristik dalam putih sprawl dengan mengetahui
pengukuran urban sprawl berdasarkan pada
kelurahankelurahan di Kota Semarang bagian Analisis Klasifikasi Karakteristik Sprawl
selatan yang teridentifikasi urban sprawl. Analisis Dilakukan untuk mengklasifikasikan
ini mempertimbangkan rasio rumah tangga suatu masing masing variabel karakteristik urban
kelurahan dengan total rumah tangga suatu sprawl kedalam 3 tingkatan. Pengklasifikasian ini
kecamatan (A) dengan rasio wilayah terbangun dilakukan dengan tujuan agar mempermudah
suatu kelurahan dengan total wilayah terbangun melakukan scoring, dikarenakan masing-masing
suatu Kecamatan (B). Keterkaitan antara dua variabel mengindikasikan tingkat sprawl yang
rasio ini, jika (A) dikurangi (B) menghasilkan sama. Dari hasil klasifikasi tersebut dapat
nilai 0 maka dipertimbangkan sebagai kondisi dipetakan untuk masingmasing variabel dengan
normal, jika menghasilkan nilai positif tingkat tinggi, sedang, dan rendah.
menunjukkan compact dan jika menghasilkan Pengklasifikasian dilakukan dengan rumus range
nilai negatif menunjukkan sprawl (Bhatta, B, kelas.
2009 dalam Bhatta, B et al, 2010).
Range Kelas
(𝐴) − (𝐵) = − ⇨ 𝑆𝑝𝑟𝑎𝑤𝑙 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
=
(𝐴) − (𝐵) = 0 ⇨ 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 (1) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠(3)

(𝐴) − (𝐵) = + ⇨ 𝐶𝑜𝑚𝑝𝑎𝑐𝑡 Analisis Tingkat Urban Sprawl dilakukan


dengan pengukuran scoring menggunakan skala
likert. Tabel indikator pengukuran scoring
bertujuan untuk menyamakan input variabel yang
Analisis Karakteristik sprawl dijadikan sebagai acuan dalam pemberian skor
Bertujuan untuk melakukan pengukuran untuk mengukur tingkat urban sprawl. Skor 1
sprawl pada kecamatan yang teridentifikasi menunjukkan pengaruh variabel terhadap tingkat
sprawl dengan menggunakan 5 variabel sprawl. sprawl rendah, skor 2 menunjukkan pengaruh
variabel terhadap tingkat sprawl sedang, dan
Analisis Kepadatan Penduduk sprawl 3 menunjukkan pengaruh variabel
terhadap tingkat sprawl tinggi.
Kepadatan Penduduk
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 Tabel 1
= Indikator Pengukuran Skoring
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛
Variable Skor
Analisis Kepadatan Bangunan Urban
1 2 3
Sprawl
kepadatan bangunan Kepadatan Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 Penduduk kepadatan kepadatan kepadatan
= penduduk penduduk penduduk
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛
tinggi sedang rendah
Analisis Jarak Ke Pusat Kota Kepadatan Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi
Bangunan kepadatan kepadatan kepadatan
Menggunakan jaringan jalan dan bangunan bangunan bangunan
persebaran bangunan yang kemudian dianalisis tinggi sedang rendah
dengan menggunakan network anlysis untuk Jarak Ke Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi
mendapatkan jarak bangunan terjauh ke pusat Pusat jarak ke jarak ke jarak ke
kota pada kelurahan yang teridentifikasi sprawl. Kota pusat kota pusat kota pusat kota
rendah sedang tinggi
Tabel diatas digunakan sebagai dasar
dalam memberikan skor pada kelurahan yang
teridentifikasi sprawl dengan beracuan pada hasil
analisis klasifikasi karakteristik sprawl yang telah
dilakukan. Kemudian pengukuran urban sprawl
pada kelurahan yang teridentifikasi sprawl dapat
dilakukan dengan menjumlahkan semua skor.

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑺𝒌𝒐𝒓
= (𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘)
+ (𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛)
+ (𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒 𝑃𝑢𝑠𝑎𝑡 𝐾𝑜𝑡𝑎)

Setelah mendapatkan total skor untuk


masing-masing kelurahan yang teridentifikasi
sprawl, selanjutkan dilakukan pengklasifikasian
untuk membentuk 3 tipologi. Pengklasifikasian
dapat dilakukan dengan mencari range kelas.

Range Kelas
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 (3)

Dari hasil range kelas maka dapat dibentuk 3


tipologi

𝑇𝑖𝑝𝑜𝑙𝑜𝑔𝑖 1 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑈𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑆𝑝𝑟𝑎𝑤𝑙 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ

𝑇𝑖𝑝𝑜𝑙𝑜𝑔𝑖 2 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑈𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑆𝑝𝑟𝑎𝑤𝑙 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ

𝑇𝑖𝑝𝑜𝑙𝑜𝑔𝑖 3 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑈𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑆𝑝𝑟𝑎𝑤𝑙 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


DAFTAR PUSTAKA

Bhatta, B. et al. 2010. “ Urban Sprawl Measurement From Remote Sensing Data”. Applied
Geography. Vol 30, pp 731-740.

Bappeda. 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bandar Lampung 2010-2015. Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung.

Hasse, John and Richard. 2003. “A Housing Unit Level Approach to Characterizing Residential
Sprawl ”. Photogrammetric Engineering & Remote Sensing. Vol. 69, No.9, pp 1021-1030.

Apriani and Asnawi. 2015. “ Tipologi Tingkat Urban Sprawl Di Kota Semarang Bagian Selatan “.Vol.
4, No.3, pp 405-416.

Staley, R. S. 1999. “Urban Sprawl and the Michigun Landscape: A Market Oriented Approach”.
Mackinac Center for Public Policy. USA. P.151.

BPS. 2018. Kota Bandar Lampung Dalam Angka tahun 2018. Badan Pusat Statistik Bandar Lampung.

BPS. 2018. Kecamatan Sukarame Dalam Angka tahun 2018. Badan Pusat Statistik Bandar Lampung.

Giyarsih. S. R. 2001. “Gejala Urban Sprawl Sebagai Pemicu Proses Densifikasi Permukiman di
Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area)”. Vol. 12, No.1,pp 40-45.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003. Kajian Teknis Pengendalian Pemanfaatan
Ruang Kawasan Perkotaan dan Sub Urban

Mujiandari, Reni. 2014. “Perkembangan Urban Sprawl Kota Semarang pada Wilayah Kabupaten
Demak Tahun 2001-2012”. Vol. 2, No.2, pp 129-42.

Ewing, R et al. 2002. “Measuring Sprawl and Its Impact”. Smart Growth America, Washington DC.

Muta’ali, Luthfi. 2013. ”Penataan Ruang Wilayah dan Kota (Tinjauan Teknis Normatif)”. Yogyakarta:
Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM.

EEA. 2006. “Urban Sprawl in Europe: The Ignored Challenge”. Report No. 10/2006, European
Environmental Agency.

Moeller, M.S. 2004. “Remote Sensing For The Monitoring of Urban Growth Patterns”. Paper in
Springerlink.

Bintarto. 1984. “Interkasi Desa-Kota dan Permasalhannya”. Jakarta: Ghalia Indonesia

Tsai, Y. 2005. “Quantifying Urban Form : Compactness versus sprawl”. Urban Studies (42)1, pp 141-
161.

Anda mungkin juga menyukai