Anda di halaman 1dari 4

Taman Nasional Kerinci Seblat dan Keberlanjutannya

(Diti Artanti Utami Putri,Rahmad Gunawan,Amalia Sevira, Ghufran Adhitya R.T, Handoko
Ardiwinata)

Salah satu aset hutan yang menjadi kebanggaan Provinsi Jambi adalah Taman Nasional Kerinci Seblat
atau disebut TNKS. Pada dasarnya, kawasan TNKS merupakan gabungan dari 17 kelompok hutan
lindung serta cagar alam dan suaka margasatwa yang membentang di empat provinsi yaitu Provinsi
Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan serta kawasan ini menjadi bagian dari situs
warisan dunia UNESCO. TNKS merupakan taman nasional terbesar di Sumatera dengan luas sekitar
13.759 km². Selain itu, TNKS terdiri dari Pegunungan Bukit Barisan yang merupakan wilayah dataran
tertinggi di Sumatera serta Gunung Kerinci dengan ketinggian 3.805 Mdpl. Karena begitu luasnya
kawasan TNKS, maka ekosistem yang berada didalamnyapun beragam. Kondisi topografi yang
beragam, menciptakan bentuk alam yang indah dan bervariasi, serta bermacam-macam flora dan
fauna.

Dibalik semua keindahan dan kekayaan alam yang dimiliki oleh TNKS, berbagai masalah menjadi
kendala utama dalam upaya penyelamatan keberlanjutan TNKS, seperti perambahan, kebakaran,
sampai dengan konflik satwa dan manusia. Namun, perambahan menjadi masalah yang paling
dirasakan dan berdampak luas karena dari permasalahan perambahan ini menjadi kunci utama pada
permasalahan-permasalahan lainnya. Adanya perambahan, menjadi salah satu sumber
permasalahan konflik dengan satwa, karena telah merusak habitatnya. Hal ini sangat berbahaya dan
mengancam kelestarian ekosistem kawasan. Hal tersebut terjadi, karena banyak yang menganggap
bahwa TNKS tidak produktif dan memiliki potensi untuk dijadikan sebagai lahan pertanian atau
perkebunan. Sehingga seringkali terjadi, masyarakat yang memiliki lahan pertanian atau perkebunan
disekitar buffer zone TNKS, memindahkan patoknya melebihi batas buffer zone yang ditetapkan, agar
lebih luas lahan pertanian yang digunakan.

Pemerintah daerah dalam hal melakukan pengawasan hanya dalam bentuk patroli dan sosialisasi
saja dan belum memberikan solusi atau perhatian khusus untuk masyarakat yang merambah di
kawasan TNKS di Kabupaten Kerinci. Sebagai contohnya masyarakat yang melakukan perambahan
membutuhkan lahan untuk pertanian mereka, namun belum ada lahan yang disediakan oleh
pemerintah daerah selain kawasan TNKS. Pemerintah daerah tidak bisa sepenuhnya disalahkan
karena pemerintah daerah mempunyai hambatan dalam melakukan aktivitas pengawasan misalkan
saat pemerintah daerah mengadakan sosialisasi, masyarakat banyak yang tidak paham dan tidak
memperdulikan tentang manfaat pelestarian kawasan hutan TNKS karena pada umumnya
masyarakat yang hidup kawasan TNKS mayoritas berpendidikan rendah dan sektor ekonominya
bergantung pada kawasan tersebut yaitu bidang pertanian.

Selain hal-hal tersebut, dari pemerintah Kabupaten Kerinci sendiri sudah berupaya untuk menjaga
kawasan TNKS yakni seperti pemerintah Kabupaten Kerinci sendiri sudah berusaha dalam menjaga
kawasan TNKS yang mana pada tahun 2013 lalu, Bupati Kerinci periode yang dulu yaitu H.Murasman
melakukan pengukuhan 5 hutan hak adat di Kabupaten Kerinci. Kelima hutan adat ini merupakan
kawasan hutan di luar hutan negara yang menjadi penyangga kawasan TNKS. Dengan dikukuhkannya
5 hutan adat, beliau berharap dapat meningkatkan kepedulian masyarakat dalam menjaga hutan.
Hutan adat yang dikukuhkan adalah hutan hak adat tigo luhah permenti yang berenam di Desa
Pungut Mudik, Hutan hak adat tigo luhah Kemantan di Desa Kemantan, hutan hak adat lubuk titing
di Desa Pungut, hutan hak adat bukit gedang di Desa Pendung Hilir dan hutan hak adat bukit sigi di
Desa Tanjung Genting. Keberadaan hutan adat ini sangat penting karena menjadi penyangga
kawasan TNKS, melalui hutan adat ini diharapkan akan meningkatkan eksistensi kawasan hutan. (

Dalam Hal ini Pelabelan taman nasional bertentangan atau bersesuaian dengan kepentingan
masyarakat setempat atau tidak harus dilihat secara fair dalam konteks yang luas. Selain
menempatkan sudut pandang masyarakat setempat dan negara, perlu adanya upaya untuk
mengangkat kinerja lembaga taman nasional itu sendiri, berikut petugas yang ada di dalamnya. Dari
sudut pandang mereka, beberapa hal mengemuka, misalnya: di TNKS proses penetapan batas taman
cenderung bisa dikatakan mengabaikan hak ulayat masyarakat dengan kata lain masyarakat
dirugikan. Namun di TNKS proses pendampingan masyarakat dilakukan intensif oleh para petugas
dari taman nasional sehingga masyarakat desa bisa mengusulkan hutan desa ke pengelola.
Kemudian, di TNKS masyarakat aktif mengolah wilayah taman pasca kebakaran dan setelah ada jalan
kabupaten menyebabkan taman nasional dirugikan.

Salah satu kunci memahami dinamika taman nasional dewasa ini adalah juga dengan
memperhatikan aspek sosial-politik lokal; dengan menanyakan bagaimana dampak perubahan sosial
politik di tingkat nasional berimbas ke masyarakat sekitar taman nasional. Dinamika politik lokal
merupakan kunci utama untuk menyelesaikan persoalan taman nasional; berbagai kepentingan lokal
baik pada masyarakat maupun pemerintah daerah sangat mewarnai klaim dan reklaim wilayah
taman. Pada posisi inilah sebenarnya terjadi negosiasi konseptual mengenai negara dan bagaimana
negara dikelola, terjadi pertemuan kepentingan antara bagaimana aturan yang mewakili interest
lokal bertemu dengan konteks yang lebih luas di tingkat nasional.

Pemerintah harus menganggap TNKS sebagai warisan dunia yang harus di lindungi, dan tidak
membuat peraturan-peraturan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan pada TNKS sendiri.
Seperti akan adanya rencana pembangunan jalan yang membelah TNKS dan bisa meningkatkan
potensi bencana ekologi akibat rusaknya kawasan. Artinya bila dikaitkan dengan masalah
kemanusiaan, harusnya pemerintah daerah melakukan pembangunan yang mengurangi potensi
bencana, bukan malah meningkatkan. Jika memang ini merupakan warisan dunia yang harus
dilindungi pemerintah harus membatalkan atau tidak memberikan izin untuk rencana pembangunan
yang bisa dianggap melanggar beberapa undang-undang yang telah dibuat. Undang-undang yang
dimaksud yakni, UU no 5/1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, UU
no 41/1999 Tentang Kehutanan, UU No 18/2013 Tenang Pencegahan dan Pemberantasan Perusahan
Hutan, UU No 32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan
Presiden N0 13/2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera.

Dikutip dari detik.news.com disebutkan bahwa Sedikitnya 6.000 hektare hutan di kawasan Taman
Nasional Kerinci Seblat (TNKS) rusak berat akibat perambahan hutan. Ribuan hektare Taman
Nasional yang berada di kawasan Kabupaten Rejang Lebong ini telah menjadi perkebunan rakyat. Hal
ini tentunya menjadi fokus kita dalam hal konservasi TNKS yang telah dijadikan sebagai kawasan
dengan keane-karagaman ekosistem yang sangat tinggi dan kekayaan plasma nutfah yang berpadu
dengan budaya masyarakat setempat sehingga keberadaannya telah diakui UNESCO sebagai World
Heritage Site atau Situs Warisan Dunia sejak tahun 2004. Dengan adanya kepastian hukum seperti
diaturnya dalam Undang-undang dan peraturan lainnya seharusnya menjadi ujung tombak dalam
pengendalian dan penertiban kawasan konservasi TNKS. Selain itu diperlukan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat lokal sehingga keberlanjutan TNKS ini dapat dipertahankan. Sejatinya
alih fungsi lahan yang terjadi karna kelalaian dan ketidakpahaman masyarakat terhadap hukum yang
berlaku terkait pemanfaatan TNKS.

Referensi

Jepson, P. dan Whittaker, R.J. 2002 “Histories of Protected Areas: Internalisation of Conservasionist
Values and Their Adoption in the Netherlands Indies (Indonesia),”

Environment and History 8(2) :129– 172. Lynch, J.L. dan E. Harwell 2002 Whose Natural Resources?
Whose Common Goods? Towards a New Paradigm of Environment Justice and the National Interest
in Indonesia. Jakarta: Elsam.

http://palembang.tribunnews.com/2019/02/07/taman-nasional-kerinci-seblat-terkenal-di-
mancanegara-peneliti-inggris-pernah-lihat-uhang-pandak
Diakses pada tanggal 15 April 2019, Pukul 07.30 WIB
http://tnkerinciseblat.or.id/
Diakses pada tanggal 15 April 2019, Pukul 07.35 WIB

https://www.liputan6.com/regional/read/3375690/marak-perambahan-hutan-tn-kerinci-seblat-
jambi-minta-bantuan-pusat
Diakses pada tanggal 15 April 2019, Pukul 07.55 WIB

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171005142704-20-246358/pengelola-kerinci-konversi-
lahan-taman-nasional-meningkat
Diakses pada tanggal 15 April 2019, Pukul 08.10 WIB

http://ksdae.menlhk.go.id/assets/publikasi/BUKU%20KERINCI%20INDO.pdf
Diakses pada tanggal 15 april 2019, Pukul 12.33 WIB

https://news.detik.com/berita/d-3892354/lahan-6-ribu-hektare-di-taman-nasional-kerinci-seblat-
dirambah-warga
Diakses pada tanggal 15 april 2019, Pukul 12.33 WIB

Anda mungkin juga menyukai