Project Plan Murung Raya Jhon 110907
Project Plan Murung Raya Jhon 110907
RENCANA KERJA
Jhon Piter Manalu
eLPaM (Lembaga Pendidikan dan Pemberdayaa Masyarakat)
Jl. P. M. Noor No. 2 A, Kel. Panarung, Kec, Pahandut
Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah
Telepon/Fax : 0536 32........
E-mail : nuah@telkom.net
Palangka Raya
September 2007
halaman 0
Dokumen Rencana Kerja Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kawasan Konservasi Muller merupakan hulu dari hampir semua sungai terbesar di
Kalimantan: Sungai Barito (900 km) di Kalimantan Tengah dan Selatan, Sungai
Kahayan di Kalimantan Tengah, Sungai Kapuas (1,143 km) di Kalimantan Barat, dan
Sungai Mahakam (775 km) di Kalimantan Timur.
Satu diantara sedikit kawasan hutan hujan tropis yang masih utuh yang tersisa di
Indonesia dengan keanekaragaman hayati yang tinggi serta endemisitas flora and fauna
tinggi, tidak kurang dari 34% flora endemik. Dalam 7 kali ekspedisi yang dilaksanakan
oleh LIPI di kawasan tersebut, tahun 2003-2004, dari 3.200 spesimen tumbuhan dan
satwa awetan dan 900 koleksi hidup ditemui bahwa: (i) sedikitnya 40 jenis tumbuhan, 9
jenis ikan dan 10 jenis burung merupakan jenis endemik [artinya tidak ditemukan di
tempat lain]; (ii) 10 jenis tumbuhan dan 8 jenis satwa adalah jenis yang langka; (iii) 5
jenis ikan dan 1 jenis tumbuhan merupakan catatan baru [new record]; dan (iv) 2 jenis
tumbuhan dan 2 jenis ikan merupakan temuan baru [new species].
Secara umum LIPI menilai bahwa Kawasan Peg. Muller memenuhi 3 dari 10 kriteria
Natural World Heritage, yakni dalam hal: (i) memiliki gejala alam atau keindahan alam
yang luar-biasa dan penting [kriteria ke-7]; (ii) merupakan contoh proses ekologis dan
biologis yang perlu diperhatikan dalam evolusi dan perkembangan ekosistem daratan, air
tawar, pantai dan laut serta komunitas tumbuhan dan satwa [kriteria ke-9]; dan (iii)
merupakan habitat alamiah yang penting dan perlu diperhatikan dalam konservasi
keanekaragaman hayati lokal, termasuk spesies langka yang terancam punah dan perlu
dilindungi dari sudut pandang keilmuan dan konservasi [kriteria ke-10].
Minimnya data keanekaragaman hayati kawasan (tidak pernah diteliti secara ilmiah) dan
berbatasan dengan kawasan konsesi serta adanya kegaiatan yang bertentangan dengan
konversi misalnya kegiatan penambangan adalah gambaran beberapa permasalahan
mendasar yang ada di kawasan ini.
Dalam skala yang lebih luas, kawasan Jantung Borneo (Heart of Borneo) perlu
dilestarikan, karena merupakan sisa hutan di Pulau Kalimantan. Silahkan lihat prediksi
perubahan tutupan hutan Pulau Kalimantan di masa depan (WWF Germany, 2005).
Kawasan Konservasi Muller mempunyai fungsi penting sebagai paru-paru hijau dan
sumber kehidupan Masyarakat Dayak yang mempunyai tradisi dan budaya unik dalam
pengelolaan sumber daya hutan (tidak kurang dari 16 anak puak). Hutan sebagai sumber
daya seperti bahan pangan, madu, tanaman obat-obatan dan ketersediaan air bagi seluruh
desa dan kota yang dilewati sungai besar yang melintas di tiga provinsi di Kalimantan.
Berdasarkan hasil kajian lapangan melalui proses stakeholder workshop, Focus Group
Discussion (FGD) dan survey pada masyarakat di 6 desa di Kecamatan Permata Intan
Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah ditemukan bahwa ancaman
terbesar adalah menurunnya fungsi ekologis Pegunungan Muller karena aktifitas
perambahan hutan, pembukaan lahan, penambangan emas, perburuan hewan dan
penjarahan sarang burung walet serta konversi. Ancaman ini disebabkan oleh beberapa
faktor seperti: motif ekonomi, lemahnya penegakan hukum, kesadaran masyarakat yang
halaman 1
Dokumen Rencana Kerja Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)
rendah, kurang sinerginya pengelolaan hutan antara pemerintah, masyarakat, dan pihakpihak lain yang terkait.
Memperhatikan keadaan dan permasalahan di atas maka diperlukan sebuah rencana aksi
untuk menjaga dan mempertahankan keberadaan Pegunungan Muller dengan tujuan
untuk menjaga fungsi ekologis dan keanekaragaman hayati Pengunungan Muller sebagai
hulu sungai-sungai besar di Pulau Kalimantan dengan menggunakan Metode Kampanye
Bangga Melestarikan Alam PRIDE CAMPAIGN.
Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut:
T.1.
T.2.
T.3.
S.2.
S.3.
halaman 2
Dokumen Rencana Kerja Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)
Rangkaian aktifitas yang disusun untuk setiap sasaran antara adalah sebagai berikut:
Kegiatan
Sasaran 1
Sasaran 2
Sasaran 3
Factsheet
Poster
Pin
Billboard
Penjangkauan masyarakat
Kalender
Panggung boneka
Kostum
Kunjungan sekolah
Cerdas cermat
Karnaval konservasi
Kunjungan masyarakat
Arboretum
Pekan penanaman
Panggung kesenian
Slogan yang akan dibawa dalam kampanye Pride di kawasan Pegunungan Muller adalah
HIMBA BAHALAP JE PANGKAHAI, AKAN ANAK ESUN ITAH (hutan lestari
untuk anak cucu kita). Sedangkan flagship spesies atau spesies perlambang kawasan yang
dijadikan ikon kampanye ini adalah Burung Tingang (Rangkong Badak) yang dipercaya
sebagai dewa masih ada dikawasan ini meskipun keberadaannya semakin terancam.
Bagi masyarakat Dayak beragama Kaharingan Burung Tingang adalah burung peliharaan
Ranying Hatala Langit, Raja Tutung Matan Andau, Pambeleb Bulan (Tuhan Pencipta
Langit dan Bumi) yang bertugas sebagai malaikat menyampaikan pesan kepada
halaman 3
Dokumen Rencana Kerja Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)
halaman 4
Dokumen Rencana Kerja Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)
Pendahuluan
halaman 5
Dokumen Rencana Kerja Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)
1.2.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kabupaten Gunung
Mas dan Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat.
Kabupaten Murung Raya meliputi 5 wilayah kecamatan, yang terdiri dari 116 desa dan 2
kelurahan. Kecamatan dimaksud adalah Kecamatan Murung dengan luas wialyah 730
Km, Kecamatan Laung Tuhup dengan luas 3.111 Km, Kecamatan Tanah Siang dengan
luas 1.549 Km, Kecamatan Permata Intan dengan luas 1.227 Km, dan Kecamatan
Sumber Barito dengan luas 17.083 Km
Gambar 2. Kawasan Pegunungan Muller Kalimantan Tengah
Sumber : Pokja HoB Kalteng
Untuk kepentingan fokus Kampanye Pride (Pride Campaign), maka kawasan target
dibatasi pada bagian Hilir Pegunungan Muller di 6 (enam) desa yang terdiri dari 3 (tiga)
desa di bagian hulu mata air dan 3 (tiga) desa di bagian hilir mata air di kecamatan
Permata Intan Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah.
Tumbangtupus
Tumbangmulut
Tumbangjojang
Tumbangtujang
Parahau
Tumbangkeramu
Takajung
Kalasin
Tumbangolong
Tumbangtakunon
Tumbangtuhan
Tumbangnaan
Muarajoloi 2
Muarajoloi 1
Tumbangkarimai
Tumbangtanduk
Tumbangbondan
Telukbalo
Tokung
Batubua 1
Soloi
Tumbangtuan
Laasbaru
Target Village
Telukjolo
Sub-Village
Olonglikubaru
Ranganhiran
Tumbangkaburai
Tanjungbatik
Tumbangkaruei
Tumbangkajamei
Ranganbahekang
Ranganrondan
Tumbanggaei
Kihambatang
Sebaung
Tumbangtabulus
Tumbangkabayan
Rangankawit
Batupanahan
Dehesasem
Tumbangtuei
Tumbanghabangoi
Tumbangulu
Tumbangapat
Maruwei 2
Ngarayan
Mar uwei 1
Lakutan
Muaratupus
Tawaihawui
Tumbangkalan
Bulaungandung
Tumbangmaraya
Nusakutau
Tangirang
Tanjunguntung
Sungairiang
Rahungbungai
Tumbangtangoi
Tumbanghabaan
Hurungtabengan
Bat ubadak
Bat unyiwuh
Kasintu
Supang
Upunbatu
Tumbangmayangan
Tumbangjala
Tumbangtundu
Tumbangtambirah
Tumbangkuai
Batutukan
Bar unang
Tumbangmantune
Tumbangtukun
Tumbangpajangei
Tumbangsalaman
Sarerangan
Tumbangtaei
Teluktampang
Tumbangdirun
Hantapang
Rantaupuka
Sumurmas
Rantaubahai
Batubasambung
Sungairingin
Tumbangkataei
Seiantai
Tumbanglambi
Tumbangbaraoi
Tampang
Petakbahandang
Seinanjan
Rangantangho
Mujai
Hurungkampin
Tehang
Tumbanganyir
Tumbangrahuyan
Ranganputih
Teluknyatu
Karokos
Batuputer
Kaburan
Tanjungriu
Tumbangmangketai
Rangansurai
Tumbanglabaning
Tumbanglampahung
J angkang
Tumbangjiga
Jangkang
Tumbangtakoi
Batubango
Tumbanglapan
Manis
Tumbangmanangei
Tumbangmangara
Tewangpajangan
Pendamaping
Tumbangkuayan
J angkit
Tumbangdakei
Balaipanjang
Tumbangmiwan
Tumbangkawei Tumbangoroi
Tumbangsabetung
Dandang
Tumbangmalahoi
Hurungbunut
Kulukleleng
Tumbangatei
Tumbanggagu
Tumbangsamui
Tumbangbaringei
Tumbangtariak
Tumbangtaranei
Rabambang
Tumbangpangka
Bajuh
Teluktampang
Linau
Pet akbahandang
Tumbangramei
Buntutleleng
Tumbanghakau
Tumbangkanei
Tumbangdurei
Dahiyantambuk
Tumbanghejan
Pilangunduk
Kulukhabubus
Pengaran
Tumbangbunut
Tumbangmandurei
Luwukkantor
Kamanto
Tumbangdanau
Rahung
Tumbangpaku
Hujungpata
J alemu
Tumbangjalemu
Bulan
Tumbangmanggu
Kampuri
Merapit
Tumbanghangei
Rangantate
Kuluktelawang
Tumbangkajuei
Tumbangempas
Tapen
Tumbangmarak
Tumbangngahan
Tuyun
Dapusahui Dehes
Hurungpukung
Karetau
Luwuklangkuas
Tumbangsepan
Rabauh
Tumbangkalemei
Sambakatung
Sungaipuring
Pendamuntai
Talangkah
Tanjungkaritah
Rantauasem
Berengbelawan
Sambabakumpai
Kotabaru
Tewaibaru
Kayubolan
Bambang
Tumbangtelawang
Pudukuntung
Teluk
Rantausuwang
Sepangkota
Kuluksepang
Rantaupandan
Tumbangdahuei
Pendasirun
Batubua 2
Nonokliwon
Muwun
Doanarung
Harowu
Tumbangmasukih
Tumbangmanyoi
Mangkuhung
Bontoi
Kuroi
Tumbangmahuroi
Tumbangnapoi
Tumbangponyoi
Tumbangsiruk
Karetausarian
Tumbanglapan
Tumbangtajungan
Tumbanganoi
Tumbangsian
Karetaurambangan
Tumbangmarikoi Tumbanghampatung
Sandungtambun
Tumbangposu
Tumbangpasangon
Batutangkoi
Lawangkanji
Saruhung
Kolam
Mantiatpari
Pendreh
Sabuh
Lemo 2
Lemo 1
Hajak Liangnaga
Bintangninggi 2
Sepayang
Tungku
Panain Muarawakat
Malawaken
Gandring
Bintangninggi 1
Benangin 2
Benangin 3
Liju
Sampirang 1
Sampirang 2
Buntokbaru
Muaramea
Kamawen
Jaman
Piuntun
Batapah
Tambaba
Tanjungharapan
Linonbesi
But ong
Paringlahung
Walur Baliti Kandui
Sikan
Ruji
Malungai
Majangkan
Rubei
Montallat 2
Rarawa
Pepas
Montallat 1
Hulutampang
Mampaing
Panarukan
Maruga
Tarusan
Reong
Hingan
Merawanbaru
Danaubambure
Tamparak
Bundar
Merawanlama
Talekoi
Bauk
Payang
Berong
Pelari
Sangkurang
Siwau
Tongka
Muaramalangai
Bintangara
Desa
Tidak
diusahakan
sementara
0
0
20
0
0
0
0
0
650
0
0
0
40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
710
0
Lahan
Sawah
2,045
1,469
1,793
1,504
3,062
1,627
2,584
2,032
2,962
3,398
2,250
887
995
2,074
1,760
1,682
2,387
2,187
36,698
Bukan
Sawah
0
10
0
0
20
0
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
40
Karakteristik Ekosistem
Berdasarkan karakteristik yang dijelaskan oleh Sastra Pradja (1989), ekosistem yang
terbentuk di kawasan Pegunungan Muller adalah ekosistem hutan hujan tropis dengan
tipe riparian, hutan alluvium, hutan campuran Dipterocarp, hutan pegunungan, hutan
kerangas, hutan batu berkapur sampai ketinggian 1600 m DPL, hutan sekunder.
1.3.2. Gambaran Keanekaragaman Hayati
Secara umum pegunungan Muller dengan ekosistem hutan hujan tropis memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi, namun belum ada penelitian mendalam tentang
kawasan ini.
Beberapa ekspedisi yang pernah dilaksanakan oleh LIPI di kawasan tersebut, tahun 20032004, dari 3.200 spesimen tumbuhan dan satwa awetan dan 900 koleksi hidup ditemui
bahwa: (i) sedikitnya 40 jenis tumbuhan, 9 jenis ikan dan 10 jenis burung merupakan
jenis endemik [artinya tidak ditemukan di tempat lain]; (ii) 10 jenis tumbuhan dan 8 jenis
satwa adalah jenis yang langka; (iii) 5 jenis ikan dan 1 jenis tumbuhan merupakan catatan
baru [new record]; dan (iv) 2 jenis tumbuhan dan 2 jenis ikan merupakan temuan baru
[new species].
Jenis burung di atas tajuk, yaitu enggang gatal birah (anthracoceros malayanus) dan
rangkong badak (buceros rhinoceros). Dua jenis enggang ini memiliki habitat di daerah
hutan primer dataran rendah dan dominan berada di atas tajuk dalam aktivitasnya.
Beberapa jenis burung pada tajuk adalah burung rimba murai coklat (alcippe
bruneicauda) dan cekup perepat (gerygone sulphurea), cipoh kacat (aegithina tiphia),
cipoh jantung (aegithina viridisima), burung madu sepah raja (aethopyga siparaja),
burung madu polos (anthreptes simplex), cica daun kecil (chloropsis cyanopogon).
Beberapa jenis burung di tempat terbuka, yaitu walet sarang putih (colocalia fuciphaga),
walet sarang hitam (colocalia maxima), gagak kampung (corvus macrorhyncos), layanglayang api (hirundo rustica) dan layang-layang batu (hirundo tahitica), bondol kalimantan
(lonchura fuscans), ciung air koreng (macronus gularis).
Jenis burung di lantai hutan, yaitu sempidan biru (lophura ignita), taktarau melayu
(eurostopodus temminckii), uncal kouron (macropygia ruficeps), tokhtor sunda
(carpococcyx radiceus), bubut besar (centropus chinensis). Beberapa jenis burung
halaman 10
Dokumen Rencana Kerja Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)
endemik yang teridentifikasi antara lain bondol kalimantan (lonchura fuscans) dan paok
kepala biru (pitta baudi). Sedangkan beberapa jenis burung langka antara lain tokhtor
sunda (carpococcyx radiceus), sempidan biru (lophura ignita), ibis karau (pseudibis
davisoni), dan cucakrowo (pycnonotus zeylanicus).
Beberapa jenis burung komersial sering ditemukan murai batu (copsychus malabaricus),
kacer atau kucica (copsychus saularis), tiung atau beo (gracula religiosa), serindit
(loriculus galgulus). Di desa Tumbang Topus beberapa penduduk memiliki sampai enam
ekor burung jenis pialing (psittinus cyanurus) atau burung nuri tanau. Jenis burung
pelatuk termasuk yang cukup banyak teridentifikasi selama penelitian.
Keberadaan jenis burung ini ditunjang kondisi habitat hutan yang masih relatif baik.
Hutan di hulu Barito masih terlihat menyimpan jenis-jenis dari famili dipeterocarpaceae
yang memiliki tajuk tinggi sampai sekitar lebih dari 30 meter. Jenis pohon besar lainnya
yang juga mudah diidentifikasi adalah jenis kempas (koompasia excelsa) yang
merupakan rumah bagi lebah liar penghasil madu.
Sepanjang sungai didominasi oleh jenis jambu-jambuan (eugenia sp), jenis merbau
(palaquium sp), dan jenis-jenis pelawan (tristania obovata) yang kulit luarnya berwarna
jingga terkelupas.
Selain burung, jenis mamalia juga terdapat di daerah Pegunungan Muller ini, mengingat
sebagian peranannya sebagai pemencar dan penyebar biji-bijian di dalam hutan tropis.
Jenis-jenis ini memang merupakan jenis arboreal (hidup di atas pohon) dan menyukai
hutan primer sehingga mudah dijumpai di kaki Pegunungan Muller yang memiliki hutan
relatif bagus. Jenis primata yang terlihat dan terdengar suaranya adalah owa (hylobates
muelleri), lutung merah (presbytis rubicunda), dan monyet ekor panjang (macaca
fascicularis).
Owa ditemui di hulu Sungai barito (Tumbang Keramu-Tumbang Topus), Pegunungan
Muller, dan Sungai Sebunut (anak Sungai Mahakam). Jenis endemik Kalimantan ini
biasanya mudah ditemukan di hutan dataran rendah. Jenis lain yang biasa terlihat di
sekitar Pegunungan Muller adalah monyet beruk (macaca nemestrina), lutung dahi putih
(presbytis frontata), lutung banggat (presbytis hosei), dan kukang (nycticebus coucang).
Jenis mamalia terestrial (hidup di daratan) yang paling banyak dijumpai adalah babi
hutan (sus barbatus), payau (cervus unicolor), kijang (muntiacus muntjac), pelanduk
(tragulus javanicus), dan sejenis musang. Jenis mamalia besar pernah ada di antaranya
adalah behuang atau beruang (helarctos malayanus), kuleh atau macan dahan (neofelis
nebulosa), sapi hutan atau banteng (bos javanicus), dan tomora atau badak (dicerorhinus
sumatrensis).
Sungai Barito dan Pegunungan Muller adalah laboratorium alam yang punya keragaman
jenis dan endemisitas tinggi.
1.3. Gambaran Masyarakat di Lokasi Target
1.4.1.
Masyarakat yang menjadi target dari program ini berasal dari enam desa yaitu DESA
DESA DESA DESA DESA DESA dengan otal luas 290.012 hektar, dengan jumlah
halaman 11
Dokumen Rencana Kerja Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)
Perempuan
209
563
126
173
2012
274
1236
673
545
103
173
138
175
121
167
176
152
173
710
Kepala
Keluarga
101
253
63
104
586
162
604
357
230
53
81
55
93
37
94
71
84
104
Keluarga
Miskin
42
113
26
92
122
65
162
50
76
16
26
20
46
32
30
22
42
51
40
disebabkan oleh penduduk migran yang masuk, juga sebagai akibat dari adanya
kelahiran.
1.4.2. Ekonomi dan Sosial Budaya
Dilihat dari besarnya kontribusi dari sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB
kabupaten, maka perekonomian Kabupaten Murung Raya didominasi oleh tiga sektor
yaitu: sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan Penggalian, serta sektor Perdagangan.
Pada tahun 2003 ketiga sektor tersebut mampu memberikan kontribusi terhadap
pembentukan PDRB Kabupaten Murung Raya masing-masing 41,21%; 21,04% dan
20,21%. Sedangkan kontribusi sektor-sektor lainnya hanya berkisar antara 0,25% hingga
5,66%. (Pemkab Mura, 2006)
Kegiatan pertanian masyarakat umumnya pertanian padi tadah hujan, perkebunan karet
dan perladangan tanaman pangan lainnya. Sektor pertanian masih sangat tergantung
pada hutan berupa hasil hutan kayu dan non kayu seperti madu, gaharu, rotan dan palem
untuk kerajinan serta tanaman obat seperti Spatholobus ferrugineu, Drymis pyperita.
Sektor Kehutanan
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW) Kabupaten Murung Raya memiliki
luas hutan sebesar 1.235.937 Ha. Dari luasan tersebut, kawasan hutan dibagi menurut
fungsinya, yaitu :
(1) Hutan Produksi dengan luas 226.115 ha (9,54%);
(2) Hutan Lindung dengan luas 541.415 ha (22,85%);
(3) Hutan Suaka/Wisata (Cagar Alam), dengan luas 200.055 ha (8,44%);
(4) Hutan cadangan/Hutan Produksi yang dapat dikonversikan dengan luas 386.290 ha
(16,30%); dan
(5) Hutan Produksi Terbatas dengan luas 1.016.125 ha (42,87%).
Besarnya potensi sumberdaya hutan yang tercermin dari luas kawasan hutannya
menempatkan subsektor kehutanan sebagai subsektor andalan di Kabupaten Murung
Raya, merupakan salah satu pilihan investasi yang strategis dan potensial dalam
mendukung pembangunan otonomi daerah. Kontribusi subsektor kehutanan ini terhadap
PDRB sektor pertanian pada tahun 2005 sangat besar yaitu 19,84%.
Subsektor kehutanan telah sejak lama menjadi tulang punggung bagi pendapatan daerah
Kabupaten Murung Raya. Jenis kayu hutan alam yang banyak diproduksi oleh
perusahaan pemegang HPH dan masyarakat di Kabupaten ini adalah kayu meranti
(produksi tahun 2004 sebesar 218.901,3 M3), kayu indah ( produksi tahun 2004 sebesar
261,33 M3) dan kayu rimba campuran (produksi tahun 2004 sebesar 9.479,24 M3).
Kayu meranti merupakan jenis kayu log yang dominan terdapat di kawasan hutan
Kabupaten Murung Raya. Kayu ini merupakan komoditi bernilai ekonomis tinggi
sebagai bahan baku industri, seperti industri veneer, plywood dan meubel. Dengan harga
kayu yang tinggi maka banyak masyarakat yang mengandalkan usaha ini sebagai
sumber pendapatan utama, terlebih dengan berkembangnya industri veneer di daerah ini,
maka bidang perkayuan mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
Dilihat dari peruntukan hutan menurut fungsinya tersebut, maka terdapat seluas
1.242.240 ha atau 52,41% (kawasan hutan produksi dan hutan produksi terbatas) yang
masih potensial dikelola untuk pengembangan subsektor kehutanan. Untuk kawasan
halaman 13
Dokumen Rencana Kerja Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)
produksi tetap dan terbatas pengelolaannya telah dilakukan oleh 13 HPH/IUPHHK aktif
yang mendapat perijinan yang sah, dengan luas 938,653 Ha termasuk 3 buah ijin
pemanfaatan kayu (IPK).
Spesies kayu ulin di dunia hanya terdapat di Pulau Kalimantan serta banyak tersebar di
Kabupaten Murung Raya, namun belum tergali dan dieksploitasikan. Juga dapat
dijumpai berbagai jenis anggrek dan satwa yang dilindungi sehingg perlu dijaga untuk
kelestariannya. Selain produksi kayu yang merupakan komoditas andalan Kabupaten
Murung Raya, juga terdapat potensi hasil hutan ikutan seperti rotan, jelutung, damar,
kulit gemor dan sarang burung.
Pengembangan rotan di Kabupaten Murung Raya memiliki prospek yang baik. Selama
ini permintaan rotan jadi, setengah jadi maupun rotan batangan di pasar internasional
terus meningkat. Sedangkan produktivitas rotan alam dari tahun ke tahun terus
mengalami penurunan. Sarang burung merupakan komoditas andalan yang cukup
penting. Selama ini sarang burung diperoleh dari habitat alam. Hingga kini belum ada
usaha penangkaran burung walet.
Di era kecenderungan dunia saat ini yang semakin menyadari pentingnya nilai
keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya sampai kepada perdagangan atau nilai
ekonomi dari oksigen yang dihasilk oleh hutan, wilayah cagar alam Muller-Schwaner
dan hutan lindung lainnya yang dimiliki wilayah Murung Raya merupakan potensipotensi alam yang sangat strategis untuk dimanfaatkan bagi kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat.
Sektor Perkebunan
Luas areal perkebunan di Kabupaten Murung Raya pada tahun 2003 adalah seluas
40.604,33 ha meningkat menjadi 41.044,58 ha pada tahun 2004. Konstribusi subsektor
perkebunan ini terhadap PDRB sektor pertanian pada tahun 2004 sebesar 11,3%.
Perkebunan yang berkembang seluruhnya masih berupa perkebunan rakyat. Jenis
komoditas perkebunan yang terdapat di Kabupaten ini adalah karet, kelapa, cengkeh,
kopi, lada, kakao, jambu mete, kelapa sawit dan kemiri. Dari beberapa komoditas
perkebunan tersebut, yang sudah banyak diusahakan oleh masyarakat Kabupaten
Murung Raya adalah karet, kelapa dan kopi.
Potensi lahan yang sesuai untuk jenis tanaman perkebunan di Kabupaten Murung Raya
seluas hampir 1.203.625 ha atau 50,75% dari luas wilayah Kabupaten ini. Berdasarkan
kondisi tanah, iklim, dan berbagai karakteristik daerah serta nilai komersialnya, terdapat
4 komoditas perkebunan yang prospektif dan mengarah kepada kegiatan usaha
agribisnis oleh petani pekebun dan perusahaan perkebunan, yaitu kelapa sawit, karet,
kelapa dan lada.
Karet mempunyai potensi pasar yang besar, mengingat komoditi ini merupakan
komoditi ekspor bagi Kalimantan Tengah, disamping lokasi pasar lokal yang jelas yaitu
industri-industri pengolahan (crum rubber) di wilayah Pulau Kalimantan. Selain diambil
lateksnya untuk keperluan bahan baku industri, sebenarnya karet memiliki manfaat lain
yang memberikan keuntungan tidak sedikit bagi pemilik perkebunan karet yaitu kayu
atau pohon karet untuk bahan baku mebel yang permintaan pasarnya cukup tinggi
karena harganya lebih murah dibandingkan jenis kayu lainnya. Masa produktif tanaman
karet biasanya 25 tahun, pada masa ini karet bisa ditebang dan diremajakan. Pada tahun
halaman 14
Dokumen Rencana Kerja Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)
2004, luas perkebunan karet mencapai 14.519 ha dengan produksi sebesar 35.853,5 ton
dan tersebar di semua kecamatan. Perkebunan karet tersebut hanya dibudidayakan
secara tradisional oleh penduduk berupa karet alam, umumnya diproduksi dalam bentuk
slab, dan pasar masih dikuasai oleh tengkulak.
Perkebunan kelapa di Kabupaten Murung Raya termasuk perkebunan yang cukup
banyak diusahakan, namun masih berupa perkebunan kelapa rakyat dan pengelolaannya
masih tradisional. Pada tahun 2004 luas perkebunan kelapa sebesar 855 ha, dengan
produksi 252,65 ton. Produksi kelapa di daerah ini belum dimanfaatkan secara
maksimal, umumnya dijual dalam bentuk buah kelapa untuk minyak kampung,
keperluan dapur, dan konsumsi segar.
Lada dibudidayakan secara tradisional oleh penduduk, khususnya di Kecamatan Murung
dan Laung Tuhup, dengan luas lahan perkebunan lada pada tahun 2004 sebesar 12,2 ha
dan produksi sebesar 1,69 ton.
1.4.3. Situasi Politik
Secara umum kehidupan politik di Kabupaten Murung Raya kondusif dapat mendukung
upaya-upaya memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, memantapkan kehidupan
demokratis, memberdayakan masyarakat dalam kehidupan politik yang konstitusional,
terbuka dan partisipatif. Kondisi ini diawali dengan tumbuhnya partai-partai politik
sejak pemilu tahun 1999.
Dalam era transparansi dan proses demokrasi serta tingkat kemajuan masyarakat yang
semakin tinggi, maka segala bentuk ketidakadilan, kesenjangan dan distorsi sosial selalu
dapat terjadi di masyarakat. Bila tuntutan masyarakat tersebut diatas tidak dapat
terpenuhi secara baik, maka dapat menyebabkan terjadinya gejolak emosional,
kerusuhan sosial dan gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Munculnya berbagai indikasi terjadinya demo masyarakat di Kabupaten Murung Raya
merupakan akumulasi dari tuntutan masyarakat tidak terpenuhi nya kondisi sosial yang
menggambarkan kesenjangan dan distorsi sosial yang semakin melebar. Selain itu
timbulnya krisis kepercayaan terhadap pemerintah selama ini telah mengakibatkan
menurunnya kewibawaan pemerintah, serta rendahnya responsibilitas masyarakat dalam
menangkal berbagai friksi sosial.
Sebagai indikatornya adalah dalam pemilu yang dilaksanakan pada tahun 2004 ini
penduduk yang mempunyai hak pilih telah menggunakan hak pilihnya dalam pemilu.
Partai-partai politik berfungsi dengan baik dalam merekrut, mengartikulasi dan
menyatukan kepentingan masyarakat, walaupun ada beberapa kekurangan maupun
kelemahan di dalam mengakomodir aspirasi masyarakat.
1.5.
Secara umum LIPI menilai bahwa Kawasan Peg. Muller memenuhi 3 dari 10 kriteria
Natural World Heritage, yakni dalam hal: (i) memiliki gejala alam atau keindahan alam
yang luar-biasa dan penting [kriteria ke-7]; (ii) merupakan contoh proses ekologis dan
biologis yang erlu diperhatikan dalam evolusi dan perkembangan ekosistem daratan, air
tawar, pantai dan laut serta komunitas tumbuhan dan satwa [kriteria ke-9]; dan (iii)
merupakan habitat alamiah yang penting dan perlu diperhatikan dalam konservasi
halaman 15
Dokumen Rencana Kerja Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)
keanekaragaman hayati lokal, termasuk spesies langka yang terancam punah dan perlu
dilindungi dari sudut pandang keilmuan dan konservasi [kriteria ke-10].
Terbentuknya Tim Penyiapan dan Pengusulan Perubahan Status Pegunungan Muller
menjadi World Natural Heritage (SK Menko Kesra no. 14/Kep/Menko/Kesra/V/2002)
Beberapa persiapan yang telah dilakukan :
TAHUN 2003:
1. Persiapan ekspedisi / koordinasi dengan Pemda Kabupaten Barito Utara dan
Kabupaten Murung Raya
2. Pengiriman 3 tim ekspedisi ke: Bukit Batikap, Sapathawung, dan Gunung Lumut
3. Pemaparan hasil Ekspedisi tahun 2003, di Muara Teweh, tanggal 22 Desember 2003
TAHUN 2004:
1. Sosialisasi mengenai World Heritage (Puruk Cahu, 14 September 2004 & Muara
Teweh, 15 September 2004).
2. Pengiriman 4 tim ekspedisi ke Batu Ayau, Sapathawung, Busang dan Gunung Lumut
3. Lokakarya: Pegunungan Muller sebagai World Heritage (Palangkaraya, 14
Desember 2004).
Publikasi yang telah dilakukan dalam rangka penyipan dan mencari dukungan
masyarakat dunia :
1. Publikasi Ilmiah dari hasil penelitian Arthropoda Tanah di Gunung Gunting dan
Takori di Jurnal Berita Biologi, 2004.
2. Membawakan hasil penelitian dari gua-gua di Tumbang Topus, Hulu Barito berupa
POSTER dalam Seminar Internasional Biospeleologi (Hidupan dalam gua) di Raipur,
India 25-30 November 2004. Poster ini akan kami tulis ulang untuk terbit di Jurnal
Internasional Biospeleologi
Jika usulan ini disetujui UNESCO, pegunungan Muller akan menjadi warisan alam dunia
yang kelima yang dimiliki Indonesia setelah Taman Nasional Ujung Kulon, Pulau
Komodo, Daerah Aliran Sungai Membramo dan Pegunungan Lorentz.(bj)
1.6. Permasalahan Konservasi
Deforestasi dan konversi hutan menjadi perkebunan, pertambangan dan perladangan
masyarakat yang tidak memperhatikan aspek kelestarian menjadi masalah utama dalam
mempertahankan Pegunungan Muller dari kehilangan fungsi ekologi dan kehilangan
berbagai spesies endemik dan langka
halaman 16
Dokumen Rencana Kerja Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)
halaman 17
Dokumen Rencana Kerja Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)