Disusun Oleh :
Tamara Islahunnufus
NIM L1A120050
Kelas B R002
Mata Kuliah : Manajemen Sumberdaya Hutan
Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Eva Achmad, S.Hut., M.Sc. IPM
Salah satu KPH tersebut adalah Kelembagaan KPHP Limau Unit VII
Hulu Sarolangun dengan wilayah kelola KPHP Unit VII, dengan nama
populer KPH Limau. KPHP Model Limau (Unit VII) di Kabupaten
Sarolangun telah ditetapkan sebagai KPHP Model sesuai SK Menhut
Nomor SK. 714/Menhut-II/2011 tanggal 19 Desember 2011 dengan luas ±
121.102 ha, terdiri dari :
- Hutan Lindung ± 54.793 ha
- Hutan Produksi Tetap ± 22.502 ha
- Hutan Produksi ± 54.793 ha
PEMBAGIAN BLOK.
1. Berdasarkan hasil inventarisasi hutan yang menghasilkan peta, data
dan informasi potensi wilayah KPHL dan KPHP, dilakukan
pembagian Blok.
2. Pembagian Blok memperhatikan: karakteristik biofisik lapangan;
kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar; potensi sumberdaya
alam; dan keberadaan hak-hak atau izin usaha pemanfaatan hutan
dan penggunaan kawasan hutan.
3. Pembagian blok juga harus mempertimbangkan peta arahan
pemanfaatan sebagaimana diarahkan oleh Rencana Kehutanan
Tingkat Nasional (RKTN)/Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi
(RKTP)/Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten/Kota (RKTK), dan
fungsi kawasan hutan di wilayah KPHL dan KPHP yang
bersangkutan.
4. Pembagian Blok dilakukan pada wilayah KPHL dan KPHP yang
kawasan hutannya berfungsi Hutan Lindung (HL) dan wilayah
KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi Hutan Produksi
(HP).
5. Pembagian Blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan
hutannya berfungsi HL terdiri atas satu Blok atau lebih, sebagai
berikut:
a. Blok Inti;
b. Blok Pemanfaatan;
c. Blok Khusus.
6. Pembagian Blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan
hutannya berfungsi HP terdiri atas satu Blok atau lebih, sebagai
berikut:
a. Blok Perlindungan;
b. Blok Pemanfaatan kawasan, Jasa Lingkungan, HHBK;
c. Blok Pemanfaatan HHK-HA;
d. Blok Pemanfaatan HHK-HT;
e. Blok Pemberdayaan Masyarakat;
f. Blok Khusus.
7. Arahan pemanfaatan pada RKTN/RKTP/RKTK harus menjadi acuan
awal dalam proses merancang Blok. Oleh karena itu perlu dilakukan
penyelarasan antara arahan pemanfaatan (yang terdapat dalam
RKTN/RKTP/RKTK)
8. Dengan memperhatikan rancangan pembagian blok dan
keterkaitannya dengan arahan pemanfaatan kawasan hutan menurut
RKTN/RKTP/RKTK, maka deskripsi dari masing-masing blok
diuraikan sebagai berikut:
a. Blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya
berfungsi sebagai HL:
1. Blok Inti merupakan Blok yang difungsikan sebagai
perlindungan tata air dan perlindungan lainnya serta sulit
untuk dimanfaatkan. 11 Kriteria Blok ini antara lainyaitu
Kurang memiliki potensi jasa lingkungan, wisata alam,
potensi hasil hutan non kayu dan dalam
RKTN/RKTP/RKTK termasuk dalam Kawasan untuk
perlindungan Hutan Alam dan Lahan Gambut atau untuk
kawasan rehabilitasi.
2. Blok Pemanfaatan merupakan blok yang difungsikan
sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan
terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan pemanfaatan hutan pada kawasan
hutan yang berfungsi HL. Kriteria Blok ini antara lain:
Mempunyai potensi jasa lingkungan, wisata alam, potensi
hasil hutan non kayu, terdapat ijin pemanfaatan kawasan,
jasa lingkungan, hasil hutan non kayu, arealnya dekat
masyarakat sekitar atau dalam kawasan hutan,
mempunyai aksesibilitas yang tinggi, dalam
RKTN/RKTP/RKTK dimungkinkan masuk dalam
Kawasan untuk perlindungan Hutan Alam dan Lahan
Gambut atau untuk kawasan rehabilitasi.
3. Blok Khusus merupakan Blok yang difungsikan sebagai
areal untuk menampung kepentingan-kepentingan khusus
yang ada di wilayah KPHL dan KPHP yang bersangkutan
Kriteria Blok ini antara lain:
Terdapat pemakaian wilayah kawasan hutan untuk
kepentingan antara lain: religi, kebun raya, kawasan
dengan tujuan khusus (KHDTK), wilayah adat/ulayat;
Dalam RKTN/RKTP/RKTK dimungkinkan masuk
dalam Kawasan untuk perlindungan Hutan Alam dan
Lahan Gambut atau untuk kawasan rehabilitasi.