Anda di halaman 1dari 2

LAPORAN KEGIATAN PENDAMPINGAN

KELOMPOK TANI HUTAN

Dasar Pelaksanaan : Keputusan Kepala UPT KPH Jeneberang II dinas Kehutanan Prov.
Sulawesi Selatan Nomor : 522/26/KPH. JB. II/I/2021 tanggal 04
Januari 2021 tentang Penempatan Pegawai Negeri Sipil/Pejabat
Fungsional Penyuluh Kehutanan di Lingkungan UPT KPH
Jeneberang II.
Tujuan Kegiatan : Penanaman Bibit Tanaman Kopi Robusta dan Lada pada Kegiatan
Pengembangan Perhutanan Sosial Nusantara (Bang PeSona) pada
areal IUPHKm KTH Saromase.
Waktu : 05 Mei 2021
Tempat Pelaksanaan : Kawasan Hutan Produksi Terbatas (Areal/Izin IUPHKm) KTH
Saromase Desa Anrang Kec. Rilau Ale.
Peserta : Pengurus KTH Saromase, anggota KTH Saromase, Penyuluh
Kehutanan dan Pendamping PS Local Champion.

Hasil Pembahasan :
1. Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan
dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Sedangkan Kawasan hutan adalah
wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap.
3. Hutan dengan segalah fungsinya baik sebagai fungsi ekologi, fungsi ekonomi maupun fungsi
social harus dilindungi oleh setiap orang. Perlindungan hutan yang dimaksud adalah usaha
untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, hama dan penyakit, serta
mempertahan dan menjaga hak-hak Negara, masyarakat dan perorangan atas hutan,
kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan
pengelolaan hutan.
4. Kegiatan perhutanan social merupakan program prioritas dalam pembangunan kehutanan.
Perhutanan Sosial dilaksanakan melalui pemberian akses legal kepada masyarakat
setempat melalui penyediaan areal kawasan hutan untuk kegiatan masyarakat berupa
Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan
Adat (HA) dan pola Kemitraan. Sebagai tindak lanjut atas dikeluarkannya ijin tersebut
adalah upaya penguatan kelembagaan kelompok usaha Hutan Sosial dan fasilitasi
pengembangan usahanya.
5. Bedasarkan Surat Keputusan Bupati Bulukumba Nomor : 529/V11/2015 tanggal 13 Juli,
Kelompok Tani Hutan Saromase telah diberikan Ijin Hak Kelolah Kawasan
berupa Hutan Kemasyarakatan seluas 130,62 Ha di Desa Anrang Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan.
6. Pada tahun 2021 KTH Saromase mendapatkan kegiatan pengembangan perhutanan social
nusantara (Bang PeSona) berupa pengadaan bantuan bibit tanaman kopi, tanaman lada dan
tanaman jati putih.
7. Permintaan bibit tanaman kopi dan lada ini masih dimungkinkan dalam kegiatan Bang
PeSona tersebut, sedang bibit gmelina atau jati putih menjadi persyaratan utama karena
setiap kegiatan penanaman dalam kawasan hutan harus memenuhi untus tanaman
kehutanan minimal 50 persen. Sementara bibit MPTS juga 50 persen.
8. Jarak tanam yang digunakan dalam kegiatan kali ini mengikuti kondisi lapangan, tetapi
sangat dimungkinkan untuk menggunakan jarak tanam 5 x 5 meter atau 6 x 6 meter. Hal
tersebut berdasarkan kondisi riil di kawasan yang dijadikan lokasi penanaman, dimana
sudah terdapat jenis tanaman lain, untuk itu hanya bisa ditanami lahan yang kosong.
9. Pemilihan tanaman kopi juga sudah sangat tepat, disamping berdasarkan permintaan
anggota kelompok, tanaman kopi juga bisa toleran terhadap cahaya matahari. Dalam hal ini
tanaman kopi masih bisa tumbuh secara baik meskipun ada pohon lain didekatnya yang
menaungi.
10. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah sangat berharap instrument kegiatan Bang
PeSona ini betul-betul bisa memberikan manfaat kepada anggota kelompok, tidak hanya
secara materi tetapi juga terhadap pelestarian lingkungan dalam hal ini kelestarian kawasan
hutan anrang.
11. Dalam pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan tersebut, masyarakat diharapkan tidak
bergantung kepada hasil kayunya saja. Selama ini masyarakat pada umumnya hanya
mengenal kayu sebagai hasil dari pada kawasan hutan yang dapat dimanfaatkan. Pada hal
sesungguhnya hasil hutan tersebut bukan hanya pada komoditi kayu tetapi lebih luas dari
itu hanya sekedar kayu saja.
12. Disamping itu dalam kegiatan perlidungan hutan, masyarakat tetap diberi ruang dan
kesempatan untuk memanfaatkan hutan tersebut bersama hasil-hasilnya. Pemanfaatan
hutan yang dimaksud meliputi pemanfaatan kawasan hutan, pemanfaatan jasa lingkungan,
pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta memungut hasil hutan kayu dan bukan
kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan dengan tetap menjaga kelestariannya.

Mengetahui, Bulukumba, 05 Mei 2021


Kepala KPHL Jeneberang II Penyuluh Kehutanan

IR. MUSTAFA, S. Hut., MP, IPM NIRMALA FIRDAUS, S.Hut., MM


Pangkat : Pembina NIP. 19730928 200312 2 002
NIP. 19791217 199803 1 001

Anda mungkin juga menyukai