Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, karena hutan

mempunyai fungsi ekologis, sosial dan ekonomis. Dalam perkembangannya hutan

mendapat tekanan yang begitu kuat sehingga fungsi ekonomis hutan menjadi lebih

lebih dominan, sedangkan fungsi ekologis dan fungsi sosial hutan kurang

mendapat perhatian. Kementerian Kehutanan (sekarang Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan) adalah salah satu institusi yang diserahi tanggung jawab

untuk memastikan hutan mampu menjalankan ketiga fungsi tersebut (ekologis,

ekonomis dan sosial) secara seimbang agar kelestarian hutan tetap terjaga.

Kementerian Kehutanan menyadari banyak kelemahan dalam pengelolaan hutan

selama ini. Pembelajaran masa lalu membuktikan bahwa dengan memberikan hak

pengelolaan kepada pihak swasta pemodal besar ternyata tidak memperbaiki

kondisi hutan di Indonesia. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) diharapkan

memperbaiki tata kelola hutan di Indonesia.

Kesatuan pengelolaan hutan (KPH) menurut Peratutan Menteri Kehutanan

Nomor: P.6/Menhut-II/2010 adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi

pokok dan peruntukkannya, yang dapat dikelola secara efesien dan lestari. 

Pembentukan KPH bertujuan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya

kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari. KPH sesuai dengan  fungsi

pokok dan peruntukkannya yang dapat dikelola secara efesien dan lestari 

1
2

bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tata hutan dan penyusunan rencana

pengelolaan hutan serta penyelenggaraan pengelolaan hutan (Permenhut, 2010).

KPHL Kulawi adalah unit pengelolaan hutan yang dimana wilayah kerja

didominasi oleh hutan lindung sehingga kegiatan pengelolaan hutan terfokus pada

pemanfaatan kawasan, hasil hutan bukan kayu (HHBK), jasa wisata dan jasa

lingkungan lainnya melalui skema kemitraan. Selain itu, rencana kegiatan

perhutanan sosial difokuskan pada blok pemberdayaan seluas 44.330,49 ha,

meliputi skema hutan desa (HD), hutan adat (HA), hutan kemasyarakatan (HKm)

dan kemitraan. Skema kemitraan dengan masyarakat bukan hanya dikembangkan

pada blok pemberdayaan, skema ini juga dikembangkan pada wilayah tertentu

terutama pada kegiatan pemanfaatan HHBK. Pemilihan lokasi magang di

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Kulawi dikarenakan aktivitas turun

lapangan dari dinas terkait cukup intensif sebagai acuan mahasiswa dalam

penyusunan laporan. Selain itu, mahasiswa dapat mendapatkan berbagai informasi

yang tidak didapatkan dalam kelas selama proses turun lapangan bersama dinas

terkait.

Perencanaan hutan adalah suatu upaya dalam bentuk rencana, dasar

acuan dan pegangan bagi pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka mencapai

tujuan pengusahaan hutan yang bertolak dari kenyataan saat ini dan

memperhitungkan pengaruh masalah dan kendala yang memungkinkan terjadi

selama proses mencapai tujuan tersebut (Rahmawaty.2006). Perencanaan

merupakan tahapan penting dalam mewujudkan tujuan dari pengelolaan hutan

lestari.  Perencanaan yang baik menjadikan pengelolaan hutan terarah dan

2
3

terkendali, baik dalam awal pengelolaan hutan maupun kegiatan monitoring dan

evaluasi kegiatan. (Zaitunah, 2004).

1.1.1 Alasan Pemilihan Tempat Praktik Umum/Magang

Praktik umum magang merupakan kegiatan akademik di luar kampus yang

dilaksanakan oleh penulis dengan mengikuti praktik kerja pada

instansi/lembaga/perusahaan yang ada atau terkait. Alasanya saya memilih

tempat magang di kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kulawi karena

saya ingin banyak pengalaman di lapangan untuk lebih mengenal masyarakat

khususnnya yang tinggal di sekitar hutan.

1.1.2 Alasan pemilihan bidang yang dipelajari

Bidang yang dipelajari dalam kegiatan magang Di Unit KPHL Kulawi yaitu

untuk mengetahui cara melaksanakan penyusunan rencana, pelaksanaan

penyuluhan, pengendalian kerusakan hutan, dan kampanye perlindungan dan

pelestarian sumber daya hutan.

1.2 Tujuan Praktik Umum / Magang

Adapun tujuan Praktik ialah, dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

dan teknologi melalui kegiatan pengalaman langsung di dinas, instansi/perusahaan

yang ditempati. Sehingga dapat mempelajari aspek-aspek Pengelolaan sumber

Daya Alam yang ada dikulawi, yang terkait dengan bidang kehutanan dan

Manajeman Pemetaan Hutan.

1.3 Manfaat Praktik Umum / Magang

3
4

Dengan adanya praktik Umum / magang ini dapat menambah wawasan

serta memberikan pengalaman kerja baik administrasi maupun pekerjaan di

lapangan khususnya dalam bidang Manajeman Pemetaan Hutan.

BAB II
GAMBARAN UMUM / PROFIL DINAS

4
5

2.1 Gambaran Umum KPHL Unit VIII Kulawi

2.1.1 Kondisi Biofisik

Unit Manajemen KPH Unit VIII Kulawi memiliki tugas pengelolaan hutan

di dalam dan di luar kawasan hutan wilayah KPHL Unit VIII Kulawi. KPH ini

terbentuk berdasarkan Surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.

79/Menhut-11/2010 tanggal 10 Februari tahun 2010 tentang penetapan Wilayah

pengelolaan KPHL dan KPHP Provinsi Sulawesi Tengah.

2.1.2 Letak Geografis

Secara geografis wilayah KPHL Unit VIII (KPH Kulawi) terletak pada 0°

51' 23,52" LU - 1° 16' 48,32" LU dan 119° 35' 25,98" BT - 119° 59' 42,42” BT.

Wilayah KPHL Unit VIII (KPH Kulawi) secara administrasi termasuk ke dalam

Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam Wilayah KPHL Unit VIII

(KPH Kulawi) terdapat12 Kecamatan antara lain Kecamatan Dolo, Dolo Barat,

Dolo Selatan, Kulawi, Kulawi Selatan, Marawola,Marawola Barat, Kinovaro,

Pipikoro, Banawa, Rio Pakava, Pinembani Palu Barat. Dari 12 Kecamatan terbagi

lagi menjadi 77 Desa.

2.1.3 Luas Wilayah

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.79/Menhut-II/2010

tanggal 10 Pebruari 2010 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan

Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi

Sulawesi Tengah, luas wilayah KPHL Unit VIII (KPH Kulawi) adalah + 220,170

Ha. Seiring dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:

SK.869/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan

5
6

Provinsi Sulawesi Tengah, luas KPHL Unit VIII (KPH Kulawi) setelah

disesuaikan dengan SK Menhut tersebut menjadi + 219.472,84 Ha. Luas wilayah

KPHL Unit VIII (KPH Kulawi) berdasarkan Fungsi Hutan disajikan pada Tabel 1

berikut:

Tabel 1. Luas Wilayah KPHL Unit VIII (KPH Kulawi)

No. Fungsi Kawasan Luas


Ha %
1 Hutan Lindung 122.771,05 55,94
2 Hutan Produksi Tetap 2.707,91 1,23
3 Hutan Produksi Terbatas 93.993,88 42,83
Jumlah 219.472,84 100,00

Kelembagaan KPHL Unit VIII (KPH Kulawi) terbentuk sesuai Peraturan

Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 45 Tahun 2016/ Tangga17 November 2016,

yang terletak di wilayah Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi. Dalam wilayah KPHL

Unit VIII (KPH Kulawi) terdapat ijin penggunaan kawasan yaitu ijin penggunaan

kawasan oleh PT. Sulwood Export Development LTD, HD Lonca, HD Namo,

HKm Pipikoro, Hutan Adat Marena dan beberapa Ijin Pemungutan HHBK

(Rotan).

2.1.4 Sejarah Wilayah

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.79/Menhut

II/2010 Tanggal 10 Februari 2010  Tentang Penetapan Wilayah Pengelolaan

KPHL dan KPHP Provinsi Sulawesi Tengah, di wilayah Sulawesi Tengah telah

ditetapkan 21 (dua puluh satu) unit KPH (KPHP dan KPHL) dengan luas

6
7

3.199.086 Ha. KPH Kulawi merupakan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung

(KPHL) Unit VIII dengan luas wilayah 219.472,84 Ha, yang terdiri dari :

1. Hutan Lindung (HL) seluas  + 122.771,05 Ha;

2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas + 93.993,88 Ha; dan

3. Hutan Produksi Tetap (HP) seluas + 2.707,91 Ha

Kelembagaan KPHL Unit VIII (KPH Kulawi) terbentuk sesuai Peraturan

Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 45 Tahun 2016/ Tangga 17 November 2016,

yang terletak di wilayah Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi. Dalam wilayah KPHL

Unit VIII (KPH Kulawi) terdapat ijin penggunaan kawasan yaitu ijin penggunaan

kawasan oleh PT. Sulwood Export Development LTD, HD Lonca, HD Namo,

HKm Pipikoro, Hutan Adat Marena dan beberapa Ijin Pemungutan HHBK

(Rotan).

2.2 Struktur Organisasi KPHL Unit VIII Kulawi

KEPALA BALAI
ABDUL RAHMAT,S.Hut

7
8

KASUBAG TATA USAHA


MASNAH,S.Hut.,M.Si

KASIE PERENCANAAN DAN KASIE PERLINDUNGAN,KSDAE,DAN


PEMANFAATAN HUTAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MOH GUNTUR,S.Hut.,M.Sc BUDI SANTOSO,S.Hut.,MM

RESORT RESORT RESORT RESORT RESORT RESORT RESORT RESORT

GIMPU KULAWI BANGGA MARAWOLA GIMPU KULAWI BANGGA MARAWOLA

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Gambar 1. Struktur Organisasi KPHL KULAWI UNIT VIIII

2.3 Pernyataan Visi KPHL Unit VIII Kulawi

Visi merupakan cita-cita mulia yang akan dicapai oleh sebuah organisasi.

Perumusan visi KPHL Unit VIII Kulawi untuk jangka waktu pengelolaan 10

tahun ke depan (2018-2027) didasarkan berdasarkan pada pertimbangan atas isu

strategis, kendala dan permasalahan yang saat ini dihadapi oleh KPHL Unit VIII.

Isu strategi, kendala dan permasalahan yang dihadapi KPHL Unit VIII meliputi

8
9

1) peningkatan fungsi lindung dan daya dukung DAS, 2) peningkatan pendapatan

masyarakat sekitar kawasan hutan, 3) penyelesaian tenurial dan pemantapan

kawasan hutan, 4) optimalisasi aneka pemanfaatan hutan lestari dan 5)

kemandirian KPH.

Selain itu, perumusan visi KPHL Unit VIII Kulawi akan mendukung

pencapaian visi Provinsi Sulawesi Tengah. Visi Provinsi Sulawesi Tengah adalah

“Sulawesi Tengah Maju, Mandiri dan berdaya Saing”. Dalam mewujudkan

visi tersebut, posisi dan peran pembangunan kehutanan dalam arah dan strategi

pembangunan daerah provinsi Sulawesi Tengah dititik beratkan pada prioritas

revitalisasi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara

berkelanjutan.

Visi merupakan harapan yang akan dicapai di masa akan datang.

Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, Pernyataan visi KPHL Unit VIII

Kulawi adalah “KPHL Kulawi Mandiri melalui Optimalisasi Pengelolaan

Hutan Menuju Pengelolaan Hutan Lestari dan Peningkatan Kesejahteraan

Masyarakat”

Visi tersebut merefleksikan cita-cita yang ingin dicapai KPHL Unit VIII

Kulawi di masa depan, dengan makna sebagai berikut:

1. Kemandirian memiliki makna bahwa KPHL Unit VIII Kulawi mampu

melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan lestari yang ditunjang dengan

kapasitas sumberdaya manusia yang profesional dan dukungan pendanaan

yang mencukupi.

9
10

2. Optimalisasi Pengelolaan Hutan memiliki makna bahwa pengelolaan hutan

yang dilaksanakan oleh KPHL Unit VIII Kulawi akan memanfaatkan semua

potensi sumberdaya hutan di wilayah kerjanya secara optimal dengan

mempertimbangkan prinsip kelestarian dan daya dukung DAS untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemandirian KPH

3. Pengelolaan hutan lestari memiliki maknabahwa pengelolaan hutan yang

akan dijalankan oleh KPHL Unit VIII Kulawi menerapkan prinsip-prinsip

kelestarian hutan berbasis ekosistem dan nilai sosial, sehingga tindakan

pengelolaan hutan yang dilaksanakan dapat mewujudkan optimalisasi fungsi

lindung dan daya dukung DAS dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

4. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat memiliki makna bahwa

pengelolaan hutan di wilayah KPHL Unit VIII akan melibatkan partisipasi

masyarakat melalui skema perhutanan sosial dengan memberikan akses legal

terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan dan ditunjang dengan penguatan

kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan, sehingga

kesejahteraan masyarakat tercapai dan kelestarian fungsi hutan tetap terjaga

 Pernyataan Misi

Dalam rangka mewujudkan visi KPHL Unit VIII Kulawi tersebut maka

perlu diwujudkan beberapa misi sebagai berikut:

1. Memantapkan status kawasan hutan yang legal dan legitimate. Misi ini

bertujuan untuk mewujudkan kepastian kawasan hutan sebagai dasar dalam

pengelolaan hutan lestari. Bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan dalam

mewujudkan misi ini adalah:

10
11

a.) Penataan batas luar kawasan hutan secara partisipatif.

b.) Penataan batas fungsi kawasan hutan.

2. Memantapkan data dan informasi biofisik, sosekbud dan penyusunan

rencana pengelolaan. Misi ini bertujuan menyiapkan dasar dalam

penyusunan perencanaan pengelolaan wilayah, monitoring dan evaluasi izin

pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan yang ada pada wilayah

KPHPL Unit VIII Kulawi. Bentuk kegiatan pada misi ini adalah:

a.) Inventarisasi sumberdaya hutan.

b.) Sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

c.) Penataan blok.

d.) Penyusunan rencana pengelolaan.

e.) Monitoring dan evaluasi penggunaan kawasan hutan.

3. Memantapkan kapasitas kelembagaan KPHL Unit VIII Kulawi. Misi ini

bertujuan untuk menguatkan kelembagaan KPHL dan peningkatan kapasitas

SDM. Bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan pada misi ini adalah:

a.) Penambahan formasi pegawai dan perekrutan petugas lapangan.

b.) Pengembangan sarana dan prasarana operasional.

c.) Pelaksanaan kegiatan diklat / inhouse training.

d.) Penyiapan pendanaan.

e.) Penyusunan standar operasional serta kejelasan tata hubungan kerja baik

secara vertikal maupun horizontal.

4. Mengoptimalkan pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Misi

ini bertujuan meningkatkan kondisi, fungsi dan daya dukung Daerah Aliran

11
12

Sungai (DAS) yang menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan pada misi ini adalah:

a.) Inventarisasi lahan kritis.

b.) Rehabilitasi hutan dan lahan pada wilayah tertentu.

c.) Fasilitasi partisipasi dan koordinasi program rehabilitasi hutan.

d.) Fasilitasi kerjasama kegiatan rehabilitasi hutan.

e.) Monitoring dan pembinaan kegiatan rehabilitasi pada wilayah yang

berizin.

5. Memantapkan upaya pengamanan hutan produksi dan hutan lindung serta

penegakan supremasi hukum. Misi ini bertujuan untuk meminimalisasi

tingkat gangguan keamanan terhadap hutan produksi dan hutan lindung di

wilayah KPH, sehingga kawasan tersebut dapat berfungsi sesuai

peruntukannya. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan pada misi ini adalah:

a.) Penyuluhan kehutanan.

b.) Patroli pengamanan hutan

c.) Pemberantasan illegal logging, pemantauan dan pengendalian kebakaran

hutan.

d.) Penyediaan sarana dan prasarana perlindungan hutan dan konservasi alam;

f.) Monitoring, pembinaan dan kemitraan Pembinaan habitat satwa

6. Menguatkan pengetahuan dan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan

hutan. Misi ini bertujuan untuk mewujudkan skema perhutanan sosial

menunjang kesejahteraan masyarakat dan kelestarian fungsi hutan. Bentuk

kegiatan pada misi ini adalah:

12
13

a.) Sosialisasi dan penyuluhan program perhutanan social.

b.) Pembentukan dan penguatan kelembagaan dan kelompok tani hutan, dan

c.) Pendidikan dan pelatihan

7. Mengoptimalkan pemanfaatan hutan secara efisien dan lestari. Misi ini

bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan kawasan, hasil hutan kayu

(HHK), hasil hutan bukan kayu (HHBK), jasa wisata, dan jasa lingkungan

lainnya melalui skema kemitraan. Bentuk kegiatan pada misi ini adalah:

a.) Penyusunan rencana bisnis

b.) Pelaksanaan kegiatan bisnis pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam,

pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan.

BAB III
PROGRAM PRAKTEK UMUM/MAGANG

3.1 Kegiatan Dinas, Instansi/Perusahaan

Adapun kegiatan yang dilakukan di Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH

Kulawi yaitu sebagai berikut:

1. Membantu pengurusan administrasi dalam kantor seperti pengantaran

surat, pengisian data gaji pegawai, Pengisian Sinpasdok.

2. Mengikuti Kegiatan yang ada dikantor

13
14

3. Belajar untuk mengetahui suatu kedudukan, tugas, fungsi di bagian seksi

Evaluasi.

3.2 Kegiatan dilapangan

Kegiatan RKU dan RKT Hutan Desa yang bertujuan sebagai bantuan

untuk program Rencana Usaha Desa melalui kelompok tani di desa lonca yang

bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar desa dan agar

hutan tetap lestari dengan menghindarkan masyarakat melakukan penebangan liar

(ilegal loging) atau merusak hutan, adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu:

Komputer, Kamera, Buku/Kertas, dan Alat tulis menulis.

3.3 Hasil

Adapun hasil Pendataan RKU HD dengan Ketua Kelompok Tani Desa

Lonca, Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi :

Tabel 5. RKU Desa Lonca Kec Kulawi, Kabupaten Sigi

No Jenis Jumlah(Btg)/Bibit Luas Lokasi/Blok


1. Pinus ( Pinaceae ) 50,000 25 Ha Blok 1

2. Kopi (Coffea canephora) 50,000 5 Ha Blok 2

3. Rotan ( Calameae ) 50,000 5 Ha Blok 3

150,00 ribu tanaman HHBK akan ditanam dikawasan Hutan Desa Lonca

Pinus (Pinaceae) dengan jumlah bt/Bibit sebanyak 50,000 dengan Luas sebaran

14
15

tanaman 25 Ha yang akan dimanfaatkan masyarakat sekitar yaitu getah pinus

akan dijual untuk menghidupi perekonomian masyarakat desa sekitar, Kopi

(Coffea canephora) dengan jumlah btg/Bibit sebanyak 50,000 dengan Luas

sebaran tanaman 50 Ha yang akan dikomsumsi sendiri atau dijual dan Rotan

(Pinaceae) dengan jumlah btg/Bibit sebanyak 50,000 dengan Luas sebaran

tanaman 50 Ha yang akan berfungsi sebagai kerajinan seperti kursi, tas, meja, dll.

yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa lonca.

3.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil data RKU HD Desa Lonca Kecamatan Kulawi

Kabupaten Sigi yang ada di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KHPL)

Kulawi Unit VIII, beberapa jenis tanaman yang ditanam adalah :

a. Kopi

Tabel. 2. Kopi (Coffea canephora)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom Plantea
Clade Angiosparms
Clade Eudicots
Clade Asterids
Order Gentianales
Famili Rubicaeae
Genus Coffea
Species C. Canephora
Binomial Name Coffea canephora
Pieere ex. froehner
Synonyms Coffea Rebusta L. Linden

15
16

Coffea canephora (syn. Coffea robusta), umumnya dikenal sebagai kopi

robusta, adalah spesies kopi yang memiliki asal-usulnya di Afrika sub-Sahara

tengah dan barat. Ini adalah spesies tanaman berbunga dalam keluarga Rubiaceae.

Meskipun dikenal luas sebagai Coffea robusta, tanaman ini secara ilmiah

diidentifikasi sebagai Coffea canephora, yang memiliki dua varietas utama,

robusta dan nganda.

Tanaman ini memiliki sistem akar dangkal dan tumbuh sebagai pohon atau

semak yang kuat hingga sekitar 10 meter. Berbunga tidak teratur, membutuhkan

waktu sekitar 10–11 bulan untuk ceri matang, menghasilkan kacang berbentuk

oval. Tanaman robusta memiliki hasil panen yang lebih besar daripada C. arabica,

dan mengandung lebih banyak kafein - 2,7% dibandingkan dengan 1,5% arabika.

Karena kurang rentan terhadap hama dan penyakit, robusta membutuhkan

herbisida dan pestisida jauh lebih sedikit daripada arabika.

Sekitar 40% dari kopi yang diproduksi di dunia adalah robusta. Ini

sebagian besar tumbuh di Vietnam, di mana koloni Perancis memperkenalkannya

pada akhir abad ke-19, meskipun juga tumbuh di Afrika dan Brasil, di mana

sering disebut conilon. sumber yang diterbitkan sendiri Dalam beberapa tahun

terakhir , Vietnam, yang sebagian besar memproduksi robusta, telah melampaui

Brazil, India, dan Indonesia untuk menjadi pengekspor kopi robusta terbesar di

dunia. Brasil masih merupakan produsen kopi terbesar di dunia, menghasilkan

sepertiga dari kopi dunia, meskipun 80% di antaranya adalah C. arabica.

Robusta lebih mudah dirawat dan memiliki hasil panen lebih besar

daripada C. arabica, jadi lebih murah untuk diproduksi. Kacang robusta panggang

16
17

menghasilkan kopi yang kuat dan bertubuh penuh dengan rasa bersahaja yang

khas, tetapi biasanya dengan lebih pahit daripada arabika karena kandungan

pirazinnya. Karena biji arabika dipercaya memiliki rasa yang lebih halus dengan

lebih banyak keasaman dan rasa yang lebih kaya, mereka sering dianggap unggul,

sedangkan biji robusta yang lebih keras sebagian besar digunakan sebagai pengisi

dalam campuran kopi tingkat rendah. Namun, rasa yang kuat dapat diinginkan

dalam campuran untuk membuatnya dirasakan "kekuatan" dan "selesai", terasa

dalam budaya kopi Italia. Kacang robusta berkualitas baik digunakan dalam

campuran espresso tradisional Italia, sekitar 10–15%, untuk memberikan rasa

yang sempurna dan kepala busa yang lebih baik (dikenal sebagai crema). Selain

itu digunakan sebagai stimulan, diuretik, antioksidan, antipiretik dan mengurangi

asma spasmodik.

b. Pinus

Tabel 3. Pinus (Pinaceae)

Klasifikasi Ilmiah

Kingdom Plantae
Division Phophyta
Class Pinopsida
Ordo Pinales
Family Pinaceae

Subfamily Pinoideae
Genus Pinus

Pohon pinus adalah pohon cemara, pohon dara jenis konifera (atau, jarang,

semak) tumbuh setinggi 3–80 m (10–260 kaki), dengan mayoritas spesies

17
18

mencapai 15–45 m (50-150 kaki) tingginya. Yang terkecil adalah pinus kerdil

Siberia dan Potosi pinyon, dan yang tertinggi adalah pinus ponderosa setinggi

81,79 m (268,35 kaki) yang terletak di selatan Rogue River-Siskiyou National

Forest Oregon selatan.

Pinus berumur panjang dan biasanya mencapai usia 100-1.000 tahun,

beberapa bahkan lebih. Pinus longaeva, pinus longaeva, adalah pinus bristlecone

Great Basin. Salah satu individu dari spesies ini, dijuluki "Methuselah", adalah

salah satu organisme tertua di dunia yang berusia sekitar 4.600 tahun. Pohon ini

dapat ditemukan di Pegunungan Putih California. Pohon yang lebih tua, sekarang

ditebang, berumur 4.900 tahun. Itu ditemukan di sebuah hutan di bawah Wheeler

Peak dan sekarang dikenal sebagai "Prometheus" setelah abadi Yunani.

c. Rotan

Tabel 4. Rotan (Aracaceae)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom Plantea
Devisi Magnoliophyta
Kelas Liliopsida
Ordo Arecales
Famili Aracaceae
Subfamili Lepidocaryoideae
Bangsa Calameae

Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki

habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Puak

Calameae sendiri terdiri dari sekitar enam ratus anggota, dengan daerah

persebaran di bagian tropis Afrika, Asia dan Australasia. Ke dalam puak ini

18
19

termasuk pula marga Salacca  misalnya salak, Metroxylon misalnya rumbia/ sagu,

serta Pigafetta yang tidak memanjat, dan secara tradisional tidak digolongkan

sebagai tumbuhan rotan. Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2–5 cm,

beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri

panjang, keras, dan tajam. Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri

dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi

dengan sulur. Suatu batang rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. Batang

rotan mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan sebagai cara bertahan

hidup di alam bebas. Badak jawa diketahui juga menjadikan rotan sebagai salah

satu menunya.

Sebagian besar rotan berasal dari hutan di Indonesia,

seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Indonesia memasok

70% kebutuhan rotan dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka,

dan Bangladesh. Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta

ditransprotasi. Ini dianggap membantu menjaga kelestarian hutan, karena orang

lebih suka memanen rotan daripada kayu.

3.4 Hasil

Adapun hasil Pendataan RKU HD dengan Ketua Kelompok Tani Desa

Lonca, Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi :

Tabel 5. RKU Desa Lonca Kec Kulawi, Kabupaten Sigi

No Jenis Jumlah(Btg)/Bibit Luas Lokasi/Blok


1. Pinus ( Pinaceae ) 50,000 25 Ha Blok 1

19
20

2. Kopi (Coffea canephora) 50,000 5 Ha Blok 2

3. Rotan ( Calameae ) 50,000 5 Ha Blok 3

150,00 ribu tanaman HHBK akan ditanam dikawasan Hutan Desa Lonca

Pinus (Pinaceae) dengan jumlah bt/Bibit sebanyak 50,000 dengan Luas sebaran

tanaman 25 Ha yang akan dimanfaatkan masyarakat sekitar yaitu getah pinus

akan dijual untuk menghidupi perekonomian masyarakat desa sekitar, Kopi

(Coffea canephora) dengan jumlah btg/Bibit sebanyak 50,000 dengan Luas

sebaran tanaman 50 Ha yang akan dikomsumsi sendiri atau dijual dan Rotan

(Pinaceae) dengan jumlah btg/Bibit sebanyak 50,000 dengan Luas sebaran

tanaman 50 Ha yang akan berfungsi sebagai kerajinan seperti kursi, tas, meja, dll.

yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa lonca.

20
21

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai

berikut:

1. Kegiatan RKU Hutan Desa yang bertujuan sebagai bantuan untuk program

Rencana Usaha Desa melalui kelompok tani di desa lonca yang bertujuan

untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar desa dan agar hutan

tetap lestari dengan menghindarkan masyarakat melakukan penebangan

liar (ilegal loging) atau merusak hutan.

2. Tanaman yang ditanam di Desa Lonca Kecamantan Kulawi Kabupaten

Sigi adalah, Pinus (Pinaceae) dengan jumlah Btg/Bibit sebanyak 50,000

dengan Luas sebaran tanaman 25 Ha yang akan dimanfaatkan masyarakat

sekitar yaitu getah pinus akan dijual untuk menghidupi perekonomian

masyarakat desa sekitar, Kopi (Coffea canephora) dengan jumlah

21
22

btg/Bibit sebanyak 50,000 dengan Luas sebaran tanaman 50 Ha yang akan

dikomsumsi sendiri atau dijual, Rotan (Pinaceae) dengan jumlah btg/Bibit

sebanyak 50,000 dengan Luas sebaran tanaman 50 Ha yang akan berfungsi

sebagai kerajinan seperti kursi, tas, meja, dll. yang dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat desa lonca.

4.2 Saran

. Penulis ingin memberikan saran bagi KPH Kulawi yang mudah-mudahan

dapat berguna bagi balai. Diantaranya ialah :

KPH Kulawi sebaiknya memperhatikan untuk menghidupkan kembali Media

Situs http://www.kphkulawi.com dan http://www.Sinpasdok untuk di Update

kembali tentang informasi kegiatan yang dilakukan dan juga semoga pendataan

RKU HD dapat Direalisasikan secepatnya.

22
23

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Pinus.

http://pakaretani.blogspot.co.id/2016/05/klasifikasi-dan-morfologi-pinus.html,
diakses pada tanggal 25 Agustus 2019, pukul 20. 15 WITA.

Batara.Edy M. 2005. Penyakit Tanaman Pinus.Universitas Sumatera Utara:


Sumatera Utara

Ellebeharia. 2009. Jenis-jenis Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman


Kehutanan.
https://fitrilebeks.wordpress.com/2009/06/09/jenis-jenis-hama-dan-
penyakit-yang-menyerang-tanaman-kehutanan/, diakses pada tanggal 25
Agustus 2019, pukul 20.20 WITA

Krezdorn, 2011. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan (KPH): Konsep,


Peraturan Perundangan dan Implementasi.

Rahmawaty.2006. Perencanaan Pengelolaan Hutan di Indonesia. USU


Repository. Medan.

23
24

Wikipedia. 2017. Perlindungan Hutan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Perlindungan_hutan, diakses pada tanggal 25
Agustus 2019, pukul 19.15 WITA.

LAMPIRAN

24
25

Gambar 1. Desa Lonca

Gambar 2. Data RKU HD

25
26

Gambar 3. Dokumentasi

26
27

27
28

28

Anda mungkin juga menyukai