Secara geografis wilayah KPHP Model Pogogul terletak pada 120° 13’
26,87” - 120° 47’ 05,17” BT dan 00° 33’ 29,48” - 01° 12’ 52,27” LU. Wilayah
Buol. Kedua berkas landasan hukum KPHP Model Pogogul ini tidak selaras,
dan digabung ke wilayah KPHP Unit II. Hal ini berdasarkan hasil analisis
II-1
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
luas wilayah KPHP Model Pogogul setelah dideliniasi ulang adalah 190.520
Ha. Luas inilah yang digunakan dalam penyusunan Tata Hutan dan Rencana
± 187.544,27 Ha.
seluas 42,310.38 ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 49,789.32 ha,
dan Hutan Produksi (HP) seluas 95,444.57 ha.Lebih jelasnya dapat dilihat
2. Aksesibilitas Kawasan
II-2
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
maupun dari dan menuju desa di kecamatan yang lainnya masih sulit. Di
samping itu sarana penunjang berupa jembatan juga belum memadai untuk
3. Batas-batas KPH
Sulawesi Tengah.
II-3
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
dikelola oleh HPH PT. PT. Regasia Jaya Nusantara hingga awal tahun
1990-an seluas 71.700 Ha. Selanjutnya mulai tahun 2000 PT. Inhutani I
dan pengamanan Eks HPH tersebut. Pada tahun 2000, PT. Inhutani I
memperoleh surat rekomendasi dari Bupati Kepala Dati II Buol Tolitoli No.
PT Inhutani I.
pengelolaan dibagi menjadi empat blok yaitu blok inti, blok perlindungan, blok
adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan
Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit
tertentu, antara lain: (a).wilayah yang akan diberikan izin, dan (b).wilayah
atas tiga fungsi kawasan yaitu hutan lindung (HL), hutan produksi terbatas
II-4
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
(HPT) dan hutan produksi tetap (HP) maka dalam penyusunan rencana
kedalam dua blok yaitu blok inti, dan blok pemanfaatan. Selanjutnya pada
kawasan hutan produksi (HPT dan HP) seluas 145.233,89 Ha dibagi kedalam
1. Blok inti pada hutan lindung: Blok ini dapat difungsikan sebagai
bawahannya.
perlindungan tata air dan perlindungan lainnya. Blok ini direncanakan pula
II-5
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
air, dan jasa karbon. Pada hutan lindung, pemanfaatan hutan diarahkan
pada pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam (HHBK-HA)
Hutan Tanaman Rakyat (HTR), baik hasil hutan kayu maupun hasil hutan
bukan kayu.
hutan produksi diarahkan pada tutupan vegetasi hutan primer dan hutan
hutan kerapatan rendah dan sedang pada hutan produksi. Hal tersebut
II-6
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
untuk membangun kawasan dalam hutan alam pada hutan produksi yang
atau pemungutan hasil hutan bukan kayu (HHBK) pada hutan lindung. di
alam (WA), jenis jasa aliran air (JAL), dan jenis jasa
II-7
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
1. Iklim
Wilayah KPHP Unit I dipengaruhi oleh dua musim yang tetap yakni
musim Barat dan musim Timur dengan iklim tropis. Dari hasil analisis Peta
Curah Hujan RTkRHL BPDAS Palu Poso Tahun 2009, curah hujan rata-rata
tahunan di wilayah KPHP Unit XVI berkisar 1.800 – 2.800 mm/tahun. Curah
Dari hasil analisis data curah hujan dan hari hujan Kabupaten Buol
II-8
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
berdasarkan data curah hujan Tahun 2007 diketahui jumlah hari hujan
sebanyak 126 hh atau rata-rata 10 hh. Rata-rata curah hujan selama tahun
2007 adalah 187 mm/bulan, yang mana curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan April (430 mm) dan terendah terjadi pada bulan September (45 mm).
sekitarnya adalah 32,45 0C pada bulan Mei dan suhu udara minimum rata-
88,00% yang terjadi pada bulan September dengan kelembaban udara rata-
Geologi:
Dari sisi kompleksitas struktur geologi, bagian timur wilayah ini relatif lebih
sesar-sesar vertikal dengan dua arah utama yaitu tenggara-barat laut dan
gejala struktur relatif tidak dominan, hanya terdapat dua struktur utama, yaitu
sesar sungkup di barat Momunu dan sesar vertikal di sebelah barat Leok.
Struktur geologi lainnya yang dijumpai adalah lipatan antiklin dan kekar-kekar
yang banyak terdapat pada seluruh formasi batuan yang ada di wilayah ini.
II-9
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
basal spilitan, lava andesit, breksi gunung api, batupasir wake, batulanau,
selatan dengan arah memanjang relatif timur-barat relatif pada wilayah batas
umumnya halus. Juga terdapat batuan lain berupa lava, breksi andesit dan
basal. Sebarannya antara lain Momunu bagian barat dan selatan, sebelah
barat Leok dan sebelah selatan Bokat yang merupakan batas dengan
Oligosen.
diorit kwarsa, granodiorit dan andesit. Penyebaran batuan ini relatif sempit
Diorit Boliohuto: Terdiri dari diorit dan granodiorit dan tergolong dalam
II-10
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
Miosen Atas.
batulumpur, kongtomerat, tufa, tufa lapili, aglomerat, breksi vulkanik dan lava
yang bersifat andesit serta basal. Penyebaran formasi ini relatif luas, relatif
memanjang dari sebelah selatan Momunu dan Mopu ke arah ke arah timur
laut sampai mencapai daerah Paleleh. Umur formasi adalah Miosen Tengah-
Miosen Atas.
vulkanik, aglomerat, tufa, tufa lapili dan lava yang bersifat andesit sampai
koral, tufa, serpih hitam dan napal. Sebagian batuan ini mengeras lemah,
Tunggulo dan Bungalon di pesisir pantai utara. Umur formasi ini adalah
Pliosen - Pleistosen.
utama satuan batuan ini. Penyebaran terluas terdapat di pesisir utara Buol,
II-11
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
Aluvium: Terdiri dari material pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil dan
kerakal. Endapan terluas terdapat di dataran Kota Buol yang melebar ke arah
Tanah:
Tanah adalah hasil alih rupa (transformasi) bahan mineral dan bahan
lingkungan yang berlangsung selama jangka waktu yang sangat panjang, dan
hasilnya itu berbentuk suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi tertentu
yang berbeda jelas dengan organisasi dan morfologi tubuh alam yang lain.
tanah disuatu daerah dipengaruhi oleh (1) bahan induk, (2) topografi, (3) iklim,
II-12
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
yang bervariasi, antara lain batu gamping, estuarim marine, napal, batu
karang, andesit, endapan, kipas aluvial, tuft, batu pasir, batu kapur, aluvium
muda, endapan sungai, campuran endapan muara dan endapan laut. Dengan
bervariasi.
Pada daerah yang dilalui oleh jalur aliran sungai, tanah yang terbentuk
lanjut, hal itu disebabkan oleh proses erosi dan tingkat pengolahan tanah
terus berlangsung.
jenis di wilayah Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah jenis tanah yang
ada berdasarkan sistem soil taksonomi (Soil Survei Staff USDA, 1999),
Kuning, dan Aluvial. Jenis tanah lainnya adalah Latosol, Hidromorf, dan
II-13
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
Organosol (Sumber: Peta Lahan Kritis Kabupaten Buol, BPDAS Palu Poso,
Tahun 2009).
Geomorfologi:
bagian tengah (central mountains) dari Pulau Sulawesi. Morfologi wilayah ini
berelief tinggi terutama pada bagian selatan. Sebagian lagi berelief rendah
laut (dpl). Selain itu terdapat pula perbukitan yang sebagian berupa karst, ada
yang menjorok hingga ke batas garis pantai dengan elevasi antara 100 - 300
berupa pulau kecil dengan morfologi yang tidak rumit, diantaranya Pulau
Busak, Pulau Raja, Pulau Boki, Pulau Panjang dan Pulau Lesman di perairan
Laut Sulawesi.
dengan daerah paparan yang relatif dangkal. Pada beberapa bagian laut,
II-14
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
2) Daerah paparan; dengan kedalaman kurang dari 200 m dengan lebar dari
pantai yang relatif bervariasi ditemui pada sepanjang dasar laut kabupaten
ini.
Kecamatan Lipunoto.
II-15
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
tiga kelas yaitu kelas hilir (Hi), Tengah (Tg) dan Hulu (Hu). Untuk wilayah
areal seluas 11.932,07 Ha, dan morfologi hilir menempati areal seluas
808,05 Ha.
menjadi tinggi bagian yaitu dataran tinggi dan dataran rendah. Dataran tinggi
II-16
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
permukaan laut dimana titik terendah berada di tepian laut dan titik tertinggi
(HP dan HPT) DAS Buol, DAS Yango dan DAS Mayangato.
kemiringan lahan di wilayah KPHP unit I sangat beragam, mulai kelas lereng
II-17
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
Di wilayah KPHP Unit I terdapat dua DAS prioritas I yaitu DAS Kuala
Lakuan, dan Maraja. Sedangkan DAS lainnya termasuk dalam prioritas II dan
III.
aliran dendritik dan paralel yang seluruh sungai utama dan anak sungainya
II-18
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
5. Penutupan Vegetasi/Lahan
II-19
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
6. Potensi Kayu/Non-Kayu
tinggi, hutan dataran rendah, yang kaya jenis-jenis vegetasi berkayu dan
II-20
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
II-21
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
adalah Kayu Meranti (Shorea spp.), Palapi (Herriteria sp.), Nyatoh (Palaqium
berupa jenis non-kayu adalah Rotan (Calamus spp.), Bambu (Bambusa spp.),
Aren (Arenga pinnata) dan jenis palma lainnya. Dari jenis flora tersebut
Agatis (penghasil kayu dan getah damar), Durian (penghasil kayu dan buah),
Dari uraian jenis vegetasi di atas, nampak bahwa potensi hasil hutan
berupa kayu dan bukan kayu yang cukup tersedia di kawasan hutan produksi
(a) Hasil hutan kayu yang bernilai komersial di wilayah ini antara lain; Palapi
(b) Hasil hutan bukan kayu: Rotan (Calamus sp), Bambu (Bambusa sp), dll.
(c) Hasil hutan serbaguna (MPTS): Agatis (kayu, getah damar), Aren (nira,
gula aren, ijuk, tepung aren, sayur), Durian (kayu, buah), Pangi (kayu,
buah), dll.
Di wilayah KPHP Unit I terdapat beberapa jenis flora dan fauna langka,
II-22
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
di bawah 40 cm.).
wilayah KPHP Unit I, yaitu: Elang bondol, Burung madu sriganti, Cekakak
sungai, Elang hitam, Raja udang meninting, Serindit paruh merah, Kuntul
kecil dan Walet. Ditambahkan bahwa terdapat jenis-jenis satwa liar (Mamalia,
II-23
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
Wilayah KPHP Unit I memiliki kondisi erosi dan tingkat kekritisan lahan
Dari hasil analisis peta RTkRHL BPDAS Palu Poso Tahun 2009,
diketahui bahwa kondisi erosi di wilayah DAS KPHP Unit I didominasi kelas
erosi ringan.
10160000
KETERANGAN:
10120000
B R
R
KABUPATE N B UOL R
10100000
10100000
PRO V IN SI G O RO NTA LO
R Sumber:
Peta RTkRHL DAS BPDAS Palu
10080000
10080000
Poso, 2009.
10060000
10060000
KA B UP ATE N P A RIG I MO U TO NG
W E
30 0 30 60 Kilometers
Dari peta erosi diketahui penyebaran tingkat erosi sedang s.d. sangat
II-24
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
terdiri atas kelas sangat kritis, kritis, agak kritis dan tidak kritis.
lahan sangat kritis hingga agak kritis dominan dijumpai di wilayah DAS Kuala
Dari data RTkRHL BPDAS Palu Poso tahun 2009 diketahui luas lahan kritis
rincian, seluas 357,57 Ha berupa kelas kritis dan seluas 2.461,45 Ha berupa
II-25
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
Di wilayah KPHP Unit l ini terdapat areal kawasan hutan yang dapat
1. Kependudukan
berikut.
II-26
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
10160000
10160000
Lipunoto (1)
Momunu (2)
Biau (3)
LAU T S U LA W E SI
Karamat (4)
10140000
10140000
# 4 Tiloan (5)
Ka ra ma t
#
Biau Bukal (6)
1
3 # Bokat (7)
Lip un oto
3
2 #
Bunobogu (8)
10120000
10120000
KA B UP ATE N 2 Mom un u
Ga du ng
TO LITO L I # #
# Bo ka t # Gadung (9)
5 # Bu nob ogu
Pa le leh B arat
# Pa le leh
Tiloan Bu ka l # Paleleh Barat (10)
10
12 9 Paleleh (11)
KABUPATE N B UOL
8 11
10100000
Baolan (12)
10100000
6
6 7 Batas Kecamatan
PRO V IN SI G O RO NTA LO Batas Kabupaten
5
Jalan Raya
#
10080000
Kota Kabupaten
10080000
# Kota Kecamatan
Sumber:
10060000
10060000
Peta RTkRHL DAS BPDAS Palu N
KA B UP ATE N P A RIG I MO U TO NG
Poso, 2009. W E
30 0 30 60 Kilometers
tiga belas wilayah kecamatan di Kabupaten Buol disajikan pada Tabel 2.2
berikut.
II-27
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
penduduk sebanyak 115.121 jiwa dan sebanyak 26.896 KK. Penduduk laki-
laki sebanyak 58.348 jiwa dan perempuan 56.773 jiwa, sex rasio 103, rata-
yang bekerja dan mencari nafkah di daerah ini serta transmigrasi umum.
a. Tekanan Penduduk
II-28
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
Soemarwoto, 1984).
fPo (1 + r)^t
TP = Z x
L
Keterangan:
sekitar wilayah KPHP Unit I berada pada angka TP>1). Untuk jelasnya
II-29
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
Dari Tabel 2.3 di atas, nampak bahwa terdapat sebanyak lima wilayah
pertanian akan sulit untuk hidup layak (paling tidak dapat mampu
LQi = (Mi/M)/(Ri/R)
Keterangan:
LQi = Koefisien lokasi
Mi = Jumlah tenaga kerja yang terlibat di dalam sektor I pada satu wilayah
Pengembangan
M = Jumlah tenaga kerja yang ada di satu wilayah pengamatan tersebut
Ri = Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam sektor i pada seluruh wilayah pengamatan
R = Jumlah tenaga kerja yang ada di seluruh wilayah pengamatan
R = R1 + R2 + R3 .................+ Rn
LQi dapat bernilai < 1 atau > 1, misalnya apabila LQ untuk sektor pertanian ternyata >1
berarti sektor pertanian sangat penting dan masyarakat sangat tergantung pada sektor
tersebut.
wilayah kecamatan di wilayah KPHP Unit I seperti pada Tabel 2.4 berikut.
II-30
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
Dari Tabel 3.4 di atas, nampak bahwa koefisien lokasi (LQ) masing-
bervariasi. Sesuai dengan kriteria nilai LQ (<1 atau >1), diketahui bahwa
sangat variatif.
II-31
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
tingkat pendapatannya.
yang diperoleh dari data BPS Kecamatan di Kabupaten Buol (KPHP Unit
I), diperoleh hasil seperti yang tertera pada Tabel 2.5 berikut.
II-32
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
rumah tangga bagi kelompok informal seperti petani, nelayan, jasa, pedagang
dan lain-lain sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan pendapatan setiap bulan
untuk kelompok informal tidak tetap dan bersifat musiman. Hasil usaha
adanya serangan hama penyakit, harga hasil panen jatuh, sepinya para
II-33
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
Buol sbb.:
0,5 – 1,5 juta rupiah/bulan untuk kepala keluarga, dan lebih kecil 0,25
d. Pendidikan
II-34
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
manusia. Karena itu setiap warga negara di Republik ini berhak mendapatkan
demikian tidak semua warga negara di Republik ini sempat memasuki bangku
yang lebih tinggi misalanya sekolah lanjutan pertama dan lanjutan atas, lebih-
pedesaan hanya sampai tingkat sekolah dasar bahkan tidak tamat sekolah
dasar. Kondisi seperti ini juga banyak dijumpai di wilayah Sulawesi Tengah.
berpendidikan sekolah dasar (SD) dan tidak tamat SD yakni berkisar 61,09%,
diikuti berpendidikan SLTP dan SLTA berkisar 37,87%, dan Perguruan Tinggi
berkisar 1,04% dari jumlah kepala keluarga penduduk yang ada pada empat
II-35
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
pendidikan dominan Sekolah Dasar (SD) bahkan tidak tamat SD akan sangat
tinggi relatif lebih mudah dalam mengadopsi teknologi baru dan lebih dinamis.
rendah relatif lambat dalam mengadopsi teknologi baru serta bersifat statis.
kerugian.
teknologi baru tersedia, maka situasi akan berubah, karena teknologi baru
II-36
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
Dari data hasil analisis data spasial dan hasil pengumpulan data di
Kabupaten Buol (KPHP Unit I) mempunyai lahan garapan rerata < 2 Ha per
dari 0,33 Ha/KK hingga 3,91 Ha/KK. Jika dilihat dari rerata keseluruhan
wilayah DAS dalam Kabupaten Buol, secara umum luas lahan garapan per
(3,91 Ha/KK).
II-37
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
terhadap kepala keluarga (KK) yang lahan garapan yang masih relatif luas
(>2 Ha) perlu diupayakan adanya usaha intensifikasi dan diversifikasi lahan
usaha tani yakni Kecamatan Lipunoto mengingat wilayah adalah Ibu Kota
penduduk yang berusia antara 15-64 tahun baik laki-laki maupun perempuan.
dalam satu wilayah, maka tenaga kerja tidak produktif secara konsumtif
kehidupannya.
penduduk usia produktif di sekitar wilayah KPHP Unit I yakni sebesar 79%,
yang berarti setiap 100 orang penduduk usia produktif (15-64 tahun)
II-38
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
4. Tingkat Upah
Upah tenaga kerja terdiri atas upah harian dan atau bulanan. Informasi
tentang besarnya upah, harga barang dan bahan setempat sangat diperlukan
Kabupaten Buol dan Kabupaten Tolitoli secara umum berkisar antara Rp.
kondisi sarana dan prasarana perekonomian disajikan pada Tabel 2.7 berikut.
Tabel 2.7. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana Perekonomian di Wilayah
KPHP Unit I
Jenis Sarana dan Prasarana Perekonomian (buah)
No Kecamtan Koperasi
Bank Swasta BPD BPR Bank Pemerintah
primer
1 2 3 4 5 6 7
1 Biau - - - 1 5
2 Kramat*) - - - - -
3 Lipunoto - 1 - 2 61
4 Momonu - - - - 12
5 Tiloan - - - - 9
6 Bokat - - - - 9
7 Bukal - - - - 11
8 Bonubogu - - - - 6
9 Gadung - - - - 12
10 Paleleh - - - 1 14
11 Paleleh Barat*) - - - - -
Sumber: BPS Kabupaten Buol Tahun 2006-2009, diolah kembali tahun 2012. *) Data masih menyatu dengan
kecamatan induk.
Data pada Tabel 2.7 terlihat jenis sarana dan prasarana perekonomian
II-39
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
dan jumlah perbankan, jenis dan jumlah koperasi. Selain itu terdapat pasar
kecamatan telah tersedia sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atas. Untuk
dan BPD. Selain itu, juga terdapat lembaga informal yang merupakan
Reboisasi, Hutan Rakyat (HR), dan kegiatan RHL lainnya. Setiap kegiatan
II-40
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
organisasi kelompok tani hutan terdiri atas; Ketua, Sekertaris dan Anggota.
Dari data BPDAS Palu Poso Tahun 2009, di wilayah Kabupaten Buol
dimaksud adalah kelompok tani pada kegiatan RHL (Gerhan, DAK dan MDM)
dengan luas areal sasaran 2.063 Ha. Untuk jelasnya disajikan pada Tabel 2.8
berikut.
Tabel 2.8. Data Kelompok Tani RHL dalam Wilayah BPDAS Palu Poso di Kabupaten
Buol
Jumlah Jumlah Jumlah
Desa/
No. Kecamatan Kelompok Anggota Luas Jenis Kegiatan
Kelurahan
(Bh) (org) (Ha)
Domag 1 49 50 Gerhan
1. Bunobogu Nonu 2 124 124 Gerhan
Ponipingan 2 50 35 Gerhan
Labuton 1 123 100 DAK
Lokodoka 2 70 60 Gerhan
Taat 1 17 10 Gerhan
2. Gadung
Rupu Bogu 1 25 25 Gerhan
Diapatih 1 25 25 Gerhan
Lokodidih 1 25 25 Gerhan
II-41
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
II-42
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
9. Perambahan Hutan
dirambah, luas hutan yang dirambah, siapa yang merambah, sudah berapa
berada di kawasan hutan produksi dan hutan lindung, menyebar pada seluruh
kawasan hutan.
KPHP Unit I dalam bentuk ijin pemanfaatan/ijin pinjam pakai, dalam bentuk
HPH yang pernah ada antara lain : PT. Kalhold, dengan luas 15.583,11 Ha
pada fungsi HL seluas 1.021,32 Ha dan fungsi HPT seluas 14.561,79 Ha, PT.
hingga saat ini sudah Non- aktif . selain itu Salah satu lokasi di kawasan
II-43
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
dan Pengkayaan Hutan Rakyat melalui program Gerhan dan program RHL
Kabupaten Buol/BP DAS Palu Poso Tahun 2009, mencapai luas 2.063 Ha
II-44
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
Nyatoh (Palaqium sp.), Palapi (Heritiera sp), Meranti (Shorea sp), Linggua
rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Buol s.d. Tahun 2008 mengalami
peningkatan yang cukup berarti dalam mengatasi kerusakan hutan dan lahan.
hutan dan lahan (Gerhan, DAK DR dan MDM) tahun 2004 s.d. tahun 2008.
desa/kelurahan dengan total luas 2.008 Ha (HR = 1.000 ha., dan RB = 1.008
II-45
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
Daerah
Tengah yaitu:
wilayah.
Tengah yaitu:
II-46
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
pertumbuhan.
berikut:
cagar budaya; (f) arahan pengelolaan kawasan rawan bencana alam; dan (g)
kawasan hutan yang dapat dikonversi, yaitu: (1) penetapan batas kawasan
II-47
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
hutan produksi terutama yang belum ditata batas dalam rencana yang lebih
dilakukan meliputi: (a) untuk pemanfaatan ruang yang dinilai tidak merusak
menggambarkan bahwa posisi KPH dalam perspektif tata ruang wilayah dan
serta wadah bagi pengelolaan kawasan lindung dan hutan produksi karena
KPH telah menjadi bagian dari pembangunan nasional dan secara hirarki
II-48
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
1. Isu Strategis
yang efisien dan lestari. Untuk mencapai efisiensi dan kelestarian pengelolaan
sesuai fungsi dan peruntukannya yang lebih dikenal dengan nama Kesatuan
jangka panjang diharapkan mampu memproduksi hasil hutan kayu dan hasil
menimbulkan konflik dengan aktifitas masyarakat yang saat ini telah ada di
II-49
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
karena penduduk dari tigabelas wilayah kecamatan yang ada, tinggal di dalam
model, kurang lebih 82% penduduk merupakan petani lahan kering dan lahan
berupa lahan sawah beririgasi, sumber air utamanya berasal dari kawasan
hutan di wilayah KPH. Selain itu, kebutuhan air dimanfaatkan pula untuk
hidupnya dari hasil hutan seperti mengumpulkan getah damar, rotan, lebah
II-50
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
produksi dan hutan lindung yang dilakukan secara efisien dan lestari.
mampu memproduksi hasil hutan kayu dan hasil hutan lainnya secara lestari,
mandiri.
berupa hutan dan ekosistemnya, maka isu strategis adalah mengelola segala
potensi sumberdaya hutan secara efisien dan lestari yang dimiliki kawasan ini
2012 belum ada kegiatan atau aktifitas KPH. Hal ini dapat dipahami karena
II-51
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
1. Adanya klaim lahan hak dalam kawasan hutan di wilayah KPH berupa
segala aktifitasnya.
KPH Pogogul.
KPH.
II-52
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pogogul
dalam wilayah KPH yang dinilai illegal sesuai Undang-undang No. 41 tahun
fasilitasi.
7. Adanya hamparan lahan kritis yang cukup luas di wilayah KPHP akan
II-53