Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PARAPIHAK PENGELOLAAN KAWASAN Lindung sebagai Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus

Hutan Pendidikan dan Pelatihan Pondok Buluh seluas


HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) 1.272,70 (Seribu Dua Ratus Tujuh Puluh Dua dan Tujuh
PONDOK BULUH, KECAMATAN DOLOK Puluh Perseratus) Hektar di Kabupaten Simalungun
Propinsi Sumatera Utara.
PANRIBUAN, KABUPATEN SIMALUNGUN,
SUMATERA UTARA Areal KHDTK Pondok Buluh berbatasan langsung dengan
kawasan pemukiman penduduk yang terbagi dalam 3 (tiga)
Oleh: desa yaitu Desa Pondok Buluh, Desa Marihat Huta dan
Bernard T.F. Pangaribuan*) Desa Siatasan.
KHDTK Pondok Buluh merupakan merupakan kawasan
ABSTRAK hutan yang relatif cukup baik potensinya sehingga
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok mengundang berbagai pihak untuk memanfaatkannya.
Buluh yang berbatasan langsung dengan kawasan Pemanfaatan KHDTK Pondok Buluh oleh stakeholders
pemukiman penduduk sangat rentan terhadap terjadinya terkadang bertentangan dengan tujuan pengelolaan
perambahan hutan, pencurian kayu, penggembalaan liar KHDTK Pondok Buluh sebagai areal hutan pendidikan
dan kebakaran hutan. Diperlukan keterlibatan berbagai BDLHK Pematangsiantar.
pihak dalam membantu mengatasi berbagai permasalahan
yang ada sehingga tujuan pengelolaan KHDTK dapat Beberapa bentuk kegiatan pemanfaatan areal KHDTK
terwujud. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi, Pondok Buluh yang bertentangan dengan tujuan
memetakan dan merumuskan peran stakeholders dalam pengelolaan KHDTK tersebut adalah okupasi
pengelolaan KHDTK Pondok Buluh. Pengumpulan data lahan/perambahan lahan (kebun/ladang), Penebangan kayu
dilakukan melalui kegiatan wawancara dan Focus secara ilegal (illegal logging), pengambilan anakan pohon
Discussion Group (FDG) untuk kemudian dianalisis secara (tingkat poles untuk keperluan bahan bangunan), batang
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakis (untuk pot bunga anggrek), perburuan liar (illegal
terdapat enam stakeholders dalam pengelolaan KHDTK hunting) dan pengambilan berbagai jenis anggrek hutan.
Pondok Buluh. Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kegiatan-kegiatan tersebut di atas dapat menghambat
Kehutanan (BDLHK) Pematangsiantar. Pengelola pelaksanaan kegiatan pengembangan hutan diklat sebagai
KHDTK Pondok Buluh, Masyarakat sekitar kawasan, hutan pendidikan dan tentunya menyebabkan rusaknya
Pemerintah desa, BP4K Simalungun, PT. Toba Pulp ekosistem hutan. Bila kondisi ini tidak diantisipasi dengan
Lestari (TPL), Dishutbun Simalungun, dan Dinas Pertanian cepat maka dampak dari kerusakan ekosistem hutan di
merupakan key players dalam pengelolaan KHDTK KHDTK Pondok Buluh akan mengancam efek spons
Pondok Buluh. Komunikasi dan koordinasi dengan (sponge effect) dari kawasan sebagai reservoir air dan
stakeholders tersebut harus dapat dilakukan dengan baik hilangnya jenis pohon lokal yang bernilai ekonomi tinggi
sehingga tujuan pengelolaan KHDTK Pondok Buluh dapat dan bernilai ekologis yang tinggi pula. Oleh sebab itu guna
terwujud. mengidentifikasi dan sekaligus mengantisipasi
Kata kunci : KHDTK Pondok Buluh, analisis stakeholders, permasalahan, dirasakan sangat penting untuk
pemetaan menganalisis stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan
KHDTK Pondok Buluh. Melalui analisis stakeholders akan
I. PENDAHULUAN tergambar kepentingan setiap stakeholder apakah
A. Latar Belakang berdampak positif atau negatif terhadap pengelolaan
Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) ditetapkan sebagai KHDTK, stakeholders yang berpengaruh dalam
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dengan pengambilan keputusan serta peran stakeholders dalam
SK. 1030/Menhut-VII/KUH/2015 tentang Penetapan mencegah dan mengatasi terjadinya kerusakan areal
Kawasan Hutan Produksi Tetap dan Kawasan Hutan KHDTK Pondok Buluh yang lebih parah di masa

1
mendatang. Analisis stakeholders juga dapat membantu kecamatan (1 orang), staf Dinas Kehutanan dan
dalam memobilisasi sumberdaya lokal (Rastogi, et al., Perkebunan Simalungun (1 orang), aparat pemerintahan
2010) serta dapat membantu dalam memahami konflik desa (2 orang), dan tokoh masyarakat (2 orang). Kegiatan
penggunaan sumberdaya lahan yang terjadi (Mushove and FDG ini dimaksudkan memetakan stakeholders
Vogel, 2005). berdasarkan pengaruh (power) dan kepentingannya
(interest), serta merumuskan peran-peran yang dapat
B. Tujuan Penelitian dilakukan dalam mendukung tujuan pengelolaan KHDTK
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan memetakan Pondok Buluh.
stakeholders berdasarkan pengaruh (power) dan
kepentingannya (interest), serta menguraikan peran yang C. Analisis Data
dapat dilakukan dalam pengelolaan KHDTK Pondok Data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik analisis
Buluh. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan stakeholders secara kualitatif (Bracke, et al, 2005; Reed et
pertimbangan bagi BDLHK Pematangsiantar dalam al, 2009; dan Meyers, 2005). Analisis stakeholders secara
mengelola KHDTK Pondok Buluh sehingga tujuan kualitatif digunakan untuk menjelaskan stakeholders yang
pengelolaannya dapat tercapai. terlibat dalam pengelolaan KHDTK Pondok Buluh,
kepentingan (interest) dan pengaruh (power) setiap
II. METODE PENELITIAN stakeholder serta untuk menjelaskan peran masing-masing
stakeholder dalam mendukung tujuan pengelolaan
A. Lokasi dan Waktu Penelitian KHDTK Pondok Buluh.
Penelitian ini dilaksanakan pada KHDTK Pondok Buluh
yang terletak di Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok
Panribuan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yakni
pada Bulan Februari 2017. A. Gambaran Umum KHDTKPondok Buluh
Luas KHDTK Pondok Buluh berdasarkan SK.
B. Pengumpulan Data 1030/Menhut-VII/KUH/2015 adalah 1272,70 ha.
Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan prinsip Lokasi KHDTK Pondok Buluh terletak di Desa Pondok
triangulasi yaitu melalui kegiatan wawancara, kuesioner Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten
dan Focus Discussion Group (FDG) dengan sejumlah Simalungun. Lokasi KHDTK Pondok Buluh secara
informan kunci seperti aparat pemerintah desa (2 orang), administrasi termasuk ke dalam wilayah Dinas
staf penyuluh kehutanan BDLHK Pematangsiantar (1 Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten
orang), staf KHDTK Pondok Buluh (4 orang), petani Simalungun.
penggarap lahan di KHDTK Pondok Buluh (4 orang), staf Lokasi KHDTK Pondok Buluh yang berbatasan
Dishutbun Simalungun (1 orang), staf BP4K Simalungun/ langsung dengan areal pemukiman penduduk dan
Koordinator Penyuluh Kehutanan kecamatan (1 orang) dan merupakan lintasan menuju daerah tujuan wisata Danau
tokoh masyarakat (2 orang). Kegiatan wawancara ini Toba menyebabkan areal KHDTK sangat rentan dari
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai gangguan. Beberapa alasan mengapa tekanan terhadap
pihak-pihak (stakeholders) yang dapat terlibat dalam KHDTK Pondok Buluh tinggi, di antaranya:
pengelolaan KHDTK Pondok Buluh berbasis masyarakat.
a. Masyarakat mengklaim bahwa areal KHDTK
Selain melakukan wawancara dengan sejumlah Pondok Buluh merupakan tanah adat yang ditandai
informan kunci, pengumpulan data juga dilakukan melalui oleh adanya kuburan dan bekas pemukiman yang
kegiatan Focus Discussion Group (FDG) yang diikuti oleh kini sudah ditinggalkan.
petani penggarap lahan di KHDTK Pondok Buluh (9 b. Untuk membendung masuknya “orang luar” yang
orang), BP4K Simalungun/ koordinator penyuluh akan mengusai tanah-tanah yang ada di sekitar hutan

2
seiring meningkatnya harga tanah karena (Cratoxilon arbarescens), Jernang (Daemonorops sp), dan
perkembangan dan semakin meningkatnya promosi Rotan (Calamus spp).
wisata danau toba ke tingkat kelas dunia. Tegakan pinus yang ada merupakan hasil kegiatan
c. Keterbatasan lahan garapan untuk berladang. penghijauan yang dilaksanakan sekitar tahun 1970-an dan
Sebagian masyarakat di sekitar KHDTK Pondok hasil permudaan alami. Kondisi tegakan pinus yang ada
Buluh tidak memiliki lahan untuk berladang relatif masih bagus.
sehingga melakukan kegiatan perambahan lahan di Kerusakan tegakan pinus disebabkan oleh kegiatan
areal KHDTK. penderesan getah yang dulunya dilakukan oleh pihak
d. Sebagai daerah lintasan, di beberapa titik sepanjang swasta yang kini sudah dihentikan oleh Kementerian LHK
jalan di tepi kawasan, masyarakat menjual berbagai dan kebakaran hutan yang pernah terjadi terutama di tepi
komoditi yang diambil dari dalam kawasan seperti: jalan lintasan di lokasi KHDTK tersebut.
bambu, pakis pohon (cyathea sp), anggrek dan Kondisi kebun campuran yang digarap oleh masyarakat
anakan pohon (poles). sebagian terawat dengan baik dan sebagian lagi kondisinya
tidak terawat. Kebun campuran yang terawat dengan baik
Berdasarkan peta pada lampiran SK. 1030/Menhut- pada umumnya digarap oleh masyarakat yang tidak
VII/KUH/2015 yang dibuat pada tahun 2015 dan Citra memiliki lahan garapan di luar KHDTK Pondok Buluh.
Google Satellite dan ESRI ArcGis Imaginery dari SAS Komoditi perkebunan yang banyak dikembangkan oleh
Planet, luas areal hutan yang didominasi oleh hutan masyarakat dalam KHDTK di antaranya kopi (Coffea sp),
sekunder mencapai 1147,8 ha. Sedangkan luas hutan Pinus dan durian (Durio zibethinus) dan tanaman semusim
mencapai 53 ha. Selengkapnya kondisi penutupan lahan lainnya.
pada KHDTK Pondok buluh seperti terteta pada tabel 1 di
sebagai berikut: B. Identifikasi Stakeholders
Stakeholders didefinisikan sebagai pihak-pihak yang
Tabel 1. Kondisi Luas Penutupan Lahan di KHDTK dapat mempengaruhi atau dipengaruhi (menerima
Pondok Buluh
Luas pada Tahun dampak) oleh keputusan yang diambil (Freeman, 1984)
Jenis Penutupan Lahan
2007 (Ha) atau dapat pula didefinisikan sebagai orang, kelompok
Hutan Sekunder 1147,80 atau lembaga yang memiliki perhatian dan/atau dapat
Hutan Pinus 53,00 mempengaruhi hasil suatu kegiatan (Salam dan
Hutan Eucalyptus 15,60
Noguchi, 2006; Kusumedi dan Bisjoe, 2010). Menurut
Kebun Campuran 12,00
Semak belukar 37,60 ITTO (2015) stakeholder adalah orang atau institusi
Bangunan Non Pemukinan dan yang terlibat langsung atau tidak langsung, positif atau
6,90
Jaringan Jalan negatif dan berpengaruh atau dipengaruhi oleh adanya
Sumber : data diolah (Citra Google Satellite dan ESRI ArcGis
Imaginery dari SAS Planet) suatu kegiatan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Jenis utama penyusun tegakan hutan di KHDTK Pondok stakeholders adalah semua pihak baik secara individu
Buluh adalah pinus (Pinus merkusii). Namun demikian maupun kelompok yang dapat dipengaruhi dan/atau
juga terdapat jenis tanaman bernilai lainnya seperti Cemara mempengaruhi pengambilan keputusan serta
gunung (Casuarina junghuniana), Medang sabal pencapaian tujuan suatu kegiatan. Berdasarkan
(Cinnamomum subaveninum), Mayang durian (Palaquium keterkaitannya terhadap suatu keputusan atau suatu
gutta), Simartolu/puspa (Schima wallichii), Tulasan/ kegiatan, Townsley (1998) kemudian membedakan
Rasamala (Altingia exelsa) , Hoting (Quercus sp), stakeholders menjadi dua yaitu stakeholders primer dan
Kemenyan durame (Styrax benzoin),Sampinur bunga stakeholders sekunder. Stakeholders primer adalah
(Podocarpus imbricata BL), Salagundi (Rhoudolia pihak yang memiliki kepentingan langsung terhadap
teysmanii Hook.f), Meranti batu (Shorea platyclados), Dori suatu sumberdaya, baik sebagai mata pencaharian
ataupun terlibat langsung dalam eksploitasi.

3
Stakeholders ini oleh Yang, et al., (2010) disebut juga berpartisipasi dalam pengelolaan hutan yang ada di
sebagai stakeholders kunci (key stakeholders). wilayahnya. 3. BP4K Simalungun/ Koordinator
Stakeholders sekunder adalah pihak yang memiliki Penyuluh Kecamatan Dolok Panribuan berkepentingan
minat/kepentingan secara tidak langsung, atau pihak dalam hal peningkatan penyadaran skan arti penting
yang tergantung pada sebagian kekayaan atau bisnis ekosistem dari areal KHDTK bagi masyarakat dan
yang dihasilkan oleh sumber daya. Hasil wawancara lingkungan serta berkepentingan dalam peningkatan
yang dilakukan terhadap sejumlah informan kunci kapasitas, ketrampilan dan tingkat kesejahteraan
diketahui bahwa terdapat enam stakeholders yang dapat masyarakat. 4. PT Toba Pulp Lestari (TPL) merupakan
terlibat dalam pengelolaan KHDTK Pondok Buluh. perusahaan swasta nasional yang memiliki konsesi HTI
Berdasarkan klasifikasi stakeholders sebagaimana di Sumatera Utara termasuk di dalamnya lahan yang
dikemukakan oleh Townsley (1998) maka stakeholders berbatasan dengan KHDTK Pondok Buluh. Stakeholder
primer dalam pengelolaan KHDTK Pondok Buluh ini berkepentingan dalam hal penyediaan lapangan kerja
terdiri dari : 1. BDLHK Pematangsiantar. BDLHK dan program Corporate Social Responsibility (CSR)
Pematangsiantar merupakan salah satu Unit Pelaksana khususnya dalam hal pengelolaan sumberdaya lahan
Teknis (UPT) Kementerian Lingkungan Hidup dan secara lestari yang diharapkan akan berdampak kepada
Kehutanan yang diserahkan tugas untuk mengelola kelestarian areal KHDTK Pondok Buluh. CSR ini
KHDTK Pondok Buluh berdasarkan SK. 1030/Menhut- diharapkan mampu memberikan sumberdaya alternatif
VII/KUH/2015 sangat berkepentingan terhadap bagi masyarakat agar dapat mengurangi tekanan
kelestarian kawasan hutan yang ada di KHDTK terhadap kawasan KHDTK Pondok Buluh. BDLHK
tersebut. 2. Masyarakat penggarap lahan. Masyarakat Pematangsiantar yang diberikan mandat selaku
sekitar KHTDK Pondok Buluh berkepentingan dalam pengelola KHDTK Pondok Buluh harus dapat bekerja
hal pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam sama dengan stakeholders tersebut di atas dalam
yang terdapat di KHDTK Pondok Buluh khususnya mencapai tujuan pengelolaannya. Setiap stakeholders
sumberdaya lahan dalam memenuhi kebutuhan memiliki kepentingan, kebutuhan, dan sudut pandang
hidupnya. Adapun stakeholders sekunder dalam yang berbeda dan harus dapat dikelola dengan baik
pengelolaan KHDTK Pondok Buluh terdiri dari : 1. sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud
Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) (Friedman and Miles, 2006; Nielsen dan Mathiesen,
Kabupaten Simalungun. Dishutbun Kabupaten 2006). The Clarkson Center for Business Ethics (1999)
Simalungun sangat berkepentingan terhadap kelestarian dalam Friedman and Miles (2006) mengemukakan
hutan yang ada di wilayah kerjanya termasuk KHDTK tujuh prinsip dalam mengelola stakeholders yaitu: (1)
Pondok Buluh karena merupakan salah satu tolok ukur mengakui dan memperhatikan kepentingan stakeholders
keberhasilan pembangunan kehutanan di Kabupaten dalam pengambilan keputusan, (2) menjalin komunikasi
Simalungun. Untuk mewujudkan keberhasilan secara terbuka terkait kepentingan stakeholders, serta
pembangunan kehutanan di Kabupaten Simalungun, menganalisis resiko yang mungkin terjadi akibat
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Simalungun dibekali keterlibatannya, (3) mengadopsi cara berperilaku dan
dengan mandat dari pemerintah pusat (Menteri LHK) kemampuan masing-masing stakeholders, (4) mengakui
dan bupati serta ditunjang oleh potensi sumberdaya saling ketergantungan dan berusaha untuk mencapai
manusia dan sumberdana yang memadai dalam distribusi yang adil atas manfaat dan beban di antara
melaksanakan tupoksinya. 2. Pemerintah Desa Pondok stakeholders, dengan mempertimbangkan risiko dan
Buluh. Pemerintah Desa Pondok Buluh berkepentingan kerentanan masing-masing, (5) bekerja sama dengan
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat entitas lain untuk memastikan bahwa risiko dan bahaya
khususnya masyarakat yang menggantungkan hidupnya yang timbul dapat diminimalkan, (6) menghindari
dari menggarap lahan dalam KHDTK Pondok Buluh. kegiatan yang membahayakan hak asasi manusia
Institusi pemerintahan desa sangat besar peranannya (misalnya hak untuk hidup) atau menimbulkan risiko
dalam mempengaruhi masyarakatnya untuk yang tidak dapat diterima stakeholders, dan (7)

4
mengakui potensi konflik akibat adanya peran dan berjalannya waktu. Stakeholders ini harus tetap
tanggungjawab stakeholders, dan mengatasinya melalui dimonitor dan dijalin komunikasi dengan baik. (4).
komunikasi yang terbuka, dan bila perlu melibatkan Stakeholders dengan tingkat kepentingan (interest)
pihak ketiga. Dialog antar stakeholders menjadi kunci yang rendah tetapi memiliki pengaruh (power) yang
dalam mengatasi perbedaan yang ada (Flak et al., 2008) tinggi diklasifikasikan sebagai Pendukung (Contest
khususnya dalam pengelolaan sumberdaya hutan yang setters). Stakeholders ini dapat mendatangkan resiko
terdapat di KHDTK Pondok Buluh. sehingga keberadaannya perlu dipantau dan dikelola
dengan baik. Stakeholders ini dapat berubah menjadi
C. Pemetaan Stakeholders KHDTK key players karena suatu peristiwa. Hubungan baik
Pondok Buluh Stakeholders dalam pengelolaan dengan stakeholder ini terus dibina. Untuk itu segala
KHDTKPondok Buluh memiliki kepentingan (interest) informasi yang dibutuhkan harus tetap diberikan
serta pengaruh (power) yang beragam, ada yang bersifat sehingga mereka dapat terus berperan aktif dalam
positif dan sejalan dengan tujuan pengelolaan KHDTK pencapaian tujuan. Hasil FDG yang melibatkan
Pondok Buluh, ada pula yang bersifat negatif dan sejumlah stakeholders diketahui bahwa berdasarkan
bertentangan dengan tujuan yang akan dicapai. pengaruh (power) dan kepentingannya (interest), maka
Kepentingan (interest) dan pengaruh (power) dari stakeholders dalam pengelolaan KHDTK Pondok
stakeholders dalam pengelolaan KHDTK Pondok Buluh dapat dikategorikan menjadi dua yaitu key
Buluh yang beragam perlu dipetakan dengan jelas. players dan Crowd. Stakeholders yang termasuk dalam
Pemetaan stakeholders akan membantu pengelola kategori key players adalah BDLHK Pematangsiantar,
bagaimana melibatkan stakeholders tersebut dalam Dishutbun Kabupaten Simalungun, BP4K Simalungun,
pencapaian tujuan (Reed et al., 2009). dan Pemerintah Desa Pondok Buluh. Stakeholders yang
termasuk dalam kategori crowd adalah masyarakat
Berdasarkan pengaruh (power) dan kepentingan penggarap dan PT TPL. Peta stakeholders dalam
(interest) yang dimiliki oleh setiap stakeholders maka pengelolaan KHDTK Pondok Buluh disajikan pada
stakeholders dapat dikategorikan menjadi empat jenis Tabel 2. Masyarakat penggarap lahan di KHDTK
yaitu (Reed et al., 2009; Thompson, 2011; Gardner et Pondok Buluh meskipun tergolong sebagai stakeholder
al., 1986) : (1). Stakeholder dengan tingkat kepentingan primer karena berkepentingan secara langsung terhadap
(interest) yang tinggi tetapi memiliki pengaruh (power) sumberdaya yang terdapat di KHDTK Pondok Buluh
yang rendah diklasifikasikan sebagai Subyek (Subjects). akan tetapi termasuk dalam kategori crowd berdasarkan
Stakeholders ini memiliki kapasitas yang rendah dalam kepentingan (interest) dan pengaruhnya (power)
pencapaian tujuan, akan tetapi dapat menjadi terhadap pengelolaan KHDTK Pondok Buluh.
berpengaruh dengan membentuk aliansi dengan Kepentingan (interest) masyarakat sekitar KHDTK
stakeholders lainnya. Stakeholder ini sering bisa sangat pada umumnya khususnya masyarakat yang aktif
membantu sehingga hubungan dengan stakeholders ini menggarap lahan di KHDTK Pondok Buluh hanya
harus tetap dijaga dengan baik. (2). Stakeholders ingin memanfaatkan lahan tersebut untuk memenuhi
dengan tingkat kepentingan (interest) dan pengaruh kebutuhan hidupnya dengan jalan berladang. Aktivitas
(power) yang tinggi diklasifikasikan sebagai Pemain masyarakat tersebut masih dapat mendukung
Kunci (Key Players). Stakeholders ini harus lebih aktif pengelolaan KHDTK Pondok Buluh melalui pemberian
dilibatkan secara penuh termasuk dalam mengevaluasi bimbingan pola pemanfaatan lahan secara lestari (teknik
strategi baru. (3). Stakeholders dengan tingkat agroforestry). Hal yang perlu diperhatikan dan dijaga
kepentingan (interest) dan pengaruh (power) yang adalah mencegah terjadinya perubahan kepentingan dari
rendah diklasifikasikan sebagai Pengikut Lain (Crowd). berladang menjadi kepentingan untuk menguasai dan
Diperlukan sedikit pertimbangan untuk melibatkan memiliki lahan karena hal ini akan berdampak buruk
stakeholders ini lebih jauh karena kepentingan dan pada pencapaian tujuan pengelolaan KHDTK tersebut.
pengaruh yang dimiliki biasanya berubah seiring

5
Tabel 2. Pemetaan Stakeholders Berdasarkan Pengaruh (Power) dan Kepentingannya (Interest) dalam Pengelolaan Hutan
di KHDTKPondok Buluh.
Tingkat kepentingan stakeholder
stakeholder
Tdk diketahui Kurang/tidak penting Cukup penting Sangat penting
 Kepala Desa  Pengelola
Tingkat pengaruh stakeholder

KHDTK
Sangat berpengaruh - -
 Masyarakat
sekitar kawasan
 BP4K
Agak berpengaruh - - Simalungun -
 PT. TPL
 Dinas Pertanian  Dishutbun
Kurang/tidak
- Simalungun -
berpengaruh

Tidak diketahui - - - -

Pengaruh (power) masyarakat dalampengambilan sejumlah stakeholders sebagaimana telah dijelaskan


keputusan dalam pengelolaan KHDTK Pondok Buluh sebelumnya dengan segala potensi yang dimiliki dan
tergolong rendah. Hal ini dapat di lihat dari rendahnya peran yang dapat dilakukannya. Beberapa peran yang
kapasitas masyarakat (pengetahuan dan keterampilan serta dapat dilakukan oleh setiap stakeholders dalam
finansial terbatas). Disamping itu, kekompakan masyarakat pengelolaan KHDTK Pondok Buluh di antaranya:
sekitar dalam menyuarakan kepentingannya masih sangat
rendah. Masyarakat cenderung mengamankan 1. BDLHK Pematangsiantar berdasarkan SK.
kepentingannya masing-masing. BDLHK Pematangsiantar 1030/Menhut-VII/KUH/2015 diberikan mandat
selaku pengelola KHDTK Pondok Buluh sekaligus sebagai untuk mengelola KHDTK Pondok Buluh sebagai
salah satu “pemain kunci” (key player) sebagaimana hutan pendidikan. Selaku pengelola KHDTK,
ditunjukkan pada Gambar 1, harus dapat melibatkan secara BDLHK Pematangsiantar berperan dalam
penuh key players lainnya dalam merumuskan dan menyusun rencana dan strategi pengelolaan
mengevaluasi strategi pengelolaan KHDTK Pondok Buluh. KHDTK Pondok Buluh dengan melibatkan seluruh
Selain harus melibatkan key players secara penuh, BDLHK stakeholders terkait. BDLHK Pematangsiantar
Pematangsiantar juga harus menjalin komunikasi dengan harus dapat melakukan komunikasi dan koordinasi
baik dan selalu memonitor keberadaan stakeholders yang dengan stakeholders lainnya sehingga tercipta
dikategorikan sebagai crowd (masyarakat penggarap dan kesamaan persepsi dan pembagian peran dalam
PT TPL) karena kepentingan dan pengaruhnya bisa mewujudkan tujuan pengelolaan KHDTK Pondok
berubah seiring berjalannya waktu. Buluh.

D. Peran Stakeholders dalamPengelolaan 2. Dishutbun Kabupaten Simalungun dapat berperan


KHDTK Pondok Buluh sebagaimana telah dijelaskan dalam pengamanan areal KHDTK dan membantu
sebelumnya bahwa lokasi KHDTK Pondok Buluh dalam merehabilitasi KHDTK Pondok Buluh
yang strategis dan berbatasan langsung dengan melalui program rehabilitasi dari kementerian
kawasan pemukiman penduduk menyebabkan LHK. Selain itu Dishutbun Kabupaten Simalungun
ekosistem hutan dalam kawasan ini sangat rentan juga dapat berperan dalam mengurangi tingkat
mengalami kerusakan. Perambahan lahan, pencurian ketergantungan masyarakat terhadap KHDTK
kayu (illegal logging), perburuan liar dan kebakaran Pondok Buluh melalui program pengembangan
hutan merupakan permasalahan yang muncul akibat hutan rakyat (HR).
lokasi KHDTK yang strategis tersebut. Menghadapi 3. Pemerintah Desa (Nagori) Pondok Buluh dapat
permasalahan tersebut di atas, diperlukan keterlibatan berperan dalam pengawasan/kontrol dan

6
pengamanan dari kegiatan pengrusakan areal manusia dapat teratasi. Keterlibatan stakeholders dalam
KHDTK Pondok Buluh. Di samping itu, proses kolaborasi diharapkan dapat membuat kebijakan
pemerintah Desa (Nagori) Pondok Buluh dapat yang diambil lebih efektif dan bertahan lama (Reed,
berperanan dalam mempengaruhi masyarakatnya 2008).
untuk berpartisipasi dalam pengelolaan KHDTK.
4. BP4K Simalungun/ Penyuluh Kehutanan IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kecamatan dapat berperan menumbuhkan
semangat kekeluargaan dan kebersamaan yang A. Kesimpulan
diperlukan dalam mendukung keberhasilan Stakeholders yang dapat terlibat dalam pengelolaan
pengelolaan hutan di KHDTK Pondok Buluh. Di KHDTK Pondok Buluh terdiri dari BDLHK
samping itu, penyuluh dapat berperan dalam Pematangsiantar, Dishutbun Kabupaten Simalungun,
meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat Pemerintah Desa (Nagori) Pondok Buluh, BP4K
melalui kegiatan pendampingan sehingga lebih Simalungun, masyarakat penggarap lahan KHDTK
mandiri, pemberian bimbingan teknis seperti dan PT TPL. BDLHK Pematangsiantar dan
pembuatan kompos atau bokashi, ketrampilan masyarakat penggarap lahan KHDTK dikategorikan
kerajinan bambu dan pembuatan biogas sebagai sebagai stakeholders primer, sementara Dishutbun
sumber energi/ bahan bakar bagi masyarakat Kabupaten Simalungun, Pemerintah Desa (Nagori)
sekitar KHDTK Pondok Buluh. Pondok Buluh, BP4K Simalungun, dan PT TPL
5. Masyarakat penggarap dapat berperan dalam tergolong sebagai stakeholders sekunder. BDLHK
pemanfaatan kawasan secara lestari, mendukung Pematangsiantar bersama-sama dengan Dishutbun
pelaksanaan kegiatan pendidikan yang dilakukan Kabupaten Simalungun, Pemerintah Desa (Nagori)
oleh BDLHK Pematangsiantar serta menjaga Pondok Buluh, BP4K Simalungun merupakan
keamanan KHDTK Pondok Buluh dari pihak- stakeholders kunci (key players) dalam pengelolaan
pihak yang akan melakukan pengrusakan kawasan KHDTK Pondok Buluh. Stakeholders tersebut
tersebut. memiliki peran yang berbeda dalam pengelolaan
6. PT Toba Pulp Lestari (TPL) berperan dalam KHDTK Pondok Buluh seperti BDLHK
penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat dan Pematangsiantar berperan dalam merumuskan arah
program Corporate Social Responsibility (CSR) dan strategi pengelolaan KHDTK Pondok Buluh,
khususnya dalam hal pengelolaan sumberdaya Dishutbun Kabupaten Simalungun berperan dalam
lahan secara lestari yang diharapkan akan pengamanan dan rehabilitasi kawasan, Pemerintah
berdampak kepada kelestarian areal KHDTK Desa (Nagori) Pondok Buluh berperan dalam
Pondok Buluh. CSR ini diharapkan mampu pengawasan dan pengamanan kawasan, BP4K
memberikan sumberdaya alternatif bagi Simalungun berperan dalam menumbuhkan semangat
masyarakat agar dapat mengurangi tekanan kekeluargaan dan kebersamaan, masyarakat berperan
terhadap kawasan KHDTK Pondok Buluh. dalam pengamanan dan pemanfaatan kawasan secara
lestari, sementara PT TPL berperan dalam penyediaan
Keberadaan stakeholders dengan segala potensi dan lapangan kerja dan program dana CSR untuk
peran yang dapat dilakukan menjadi modal tersendiri penyediaan alternatif sumberdaya bagi masyarakat
bagi BDLHK Pematangsiantar selaku pengelola sekitar KHDTK Pondok Buluh.
KHDTK Pondok Buluh. Kolaborasi dengan
stakeholders tersebut di atas dapat menjadi kunci sukses B. Saran
dalam mengatasi permasalahan yang ada. Dengan BDLHK Pematangsiantar selaku pengelola KHDTK
berkolaborasi maka keterbatasan yang dimiliki oleh Pondok Buluh harus dapat mengelola segala potensi
BDLHK Pematangsiantar seperti keterbatasan dana, dan peran yang dapat dilakukan oleh setiap
sarana dan prasarana, serta keterbatasan sumberdaya stakheolders. Komunikasi dan koordinasi harus dapat

7
dilakukan dengan baik sehingga tercipta kesamaan Sand Eel and Norway Pout. Fisheries Research, 77,
persepsi dan pembagian peran di antara stakeholders 92–101.
yang ada dalam mewujudkan tujuan pengelolaan Rastogi, A., Badola, R., Hussain, S. A., and Hickey, G. M.
KHDTK Pondok Buluh. (2010). Assessing the Utility of Stakeholder
Analysis to Protected Areas Management: The Case
DAFTAR PUSTAKA of Corbett National Park, India. Biological
Conservation 143, 2956–2964.
Bracke, M.B.M., De Greef, K.H. and Hopster, H. (2005). Reed, M.S, Graves, A., Dandy, N., Posthumus, H.,
Qualitative Stakeholder Analysis For The Hubacek, K., Morris, J., Prell, C., Quinn, C.H., and
Development Of Sustainable Monitoring Systems Stringer, L.C. (2009). Who’s In And Why? A
For Farm Animal Welfare. Journal of Agricultural Typology Of Stakeholder Analysis Methods For
and Environmental Ethics, 18, 27– 56. Natural Resource Management. Journal of
Flak, L. S., Nordheim, S. and Munkvold, B. E. (2008). Environmental Management, 90, 1933–1949.
Analyzing Stakeholder Diversity in G2G Salam Md., Abdus and Noguchi, T. (2006). Evaluating
Efforts:Combining Descriptive Stakeholder Theory Capacity Development for Participatory Forest
and Dialectic Process Theory. e-Service Journal, Management in Bangladesh’s Sal Forests Based on
6(2), 3-23. ‘4Rs’ Stakeholder Analysis. Forest Policy and
Freeman, R. E. (1984). Strategic Management. A Economics, 8, 785–796.
Stakeholder Approach. University of Minnesota.
Massachusetts. Pitman Publishing Inc. Friedman,
*)
A.L. and Miles, S. (2006). Stakeholders. Theory and Widyaiswara Madya
Practice. Oxford UK: OXFORD University Press. Balai Diklat LHK Pematangsiantar
Gardner, J. R., Rachlin, R. and Sweeny, H.W.A. (1986).
Handbook of Strategic Planning.
http://www.12manage.com/methods_stakeholder_m
apping. html. Akses Tgl. 23 Juli 2011.
Lampiran SK. 1030/Menhut-VII/KUH/2015 tentang
Penetapan Kawasan Hutan Produksi Tetap dan
Kawasan Hutan Lindung sebagai Kawasan Hutan
dengan Tujuan Khusus Hutan Pendidikan dan
Pelatihan Pondok Buluh seluas 1.272,70 (Seribu
Dua Ratus Tujuh Puluh Dua dan Tujuh Puluh
Perseratus) Hektar di Kabupaten Simalungun
Propinsi Sumatera Utara
Meyers, J. (2005). Analisis Kekuatan Stakeholder dalam
Manajemen Kolaborasi: Memahami Pluralisme
Membangun Konsensus. Editor: Suporahardjo.
Bogor: Pustaka Latin.
Mushove, P. and Vogel, C. (2005). Heads or Tails?
Stakeholder Analysis as a Tool for Conservation
Area Management. Global Environmental Change,
15, 184–198.
Nielsen, J. R. dan Mathiesen, C. (2006). Stakeholder
Preferences for Danish Fisheries Management of

Anda mungkin juga menyukai