BAB III
PROFIL SANITASI KOTA PONTIANAK
Pembangunan sanitasi merupakan kerja besar bersama yang tidak bisa diselesaikan dengan
mudah dan dalam waktu singkat. Pembangunan sanitasi memerlukan data yang akurat
untuk mengetahui permasalahan yang sesungguhnya guna merumuskan strategi penanganan
yang tepat. Penangangan drainase lingkungan, air bersih, sampah lingkungan perumahan,
pembuangan limbah cair dan padat dari rumah-rumah tangga, dan promosi perilaku hidup
bersih dan sehat merupakan upaya yang harus dilaksanakan dan diusahakan oleh banyak
pihak. Hal ini menyangkut perilaku hidup masyarakat, sarana dan prasarana yang harus
disiapkan pemerintah, swasta dan juga mayarakat, dana yang harus dianggarkan, peraturan
yang harus dibuat dan bahkan kemungkinan kelembagaan yang harus dibentuk dan
dijalankan.
Secara umum kondisi sanitasi kota Pontianak saat ini belum memberikan kepuasan yang
memadai bagi banyak pihak. Sebagai salah satu indikator misalnya badan air, yang berfungsi
sebagai penerima drainase permukaan dan limbah cair rumah tangga, pada beberapa
kawasan kualitasnya cenderung menurun dari tahun ke tahun, dan sampai saat ini belum
terlihat adanya upaya signifikan yang dapat memberikan keyakinan kepada kita semua
bahwa kualitas-nya sudah mengarah ke arah yang lebih baik.
Kita ketahui bersama pula bahwa telah dilakukan upaya dan kegiatan-kegiatan pembangunan
di bidang sanitasi di Kota Pontianak guna meningkatkan kualitas lingkungan, baik berupa
kegiatan fisik maupun berupa upaya meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Perlu disadari bahwa
derajat kesehatan masyarakat yang optimal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
fisik, sosial, ekonomi dan budaya hidup masyarakat. Dikarenakan empat faktor tersebut
selalu dinamis, maka derajat kesehatan masyarakat harus diupayakan secara terus-menerus,
salah satunya melalui program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).
Kondisi pengelolaan sanitasi yang telah dilaksanakan di Kota Pontianak dapat dilihat pada
uraian berikut.
Menurunnya kualitas lingkungan hidup di Kota Pontianak dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti perilaku hidup masyarakat yang belum sadar sanitasi, beban lingkungan yang makin
besar akibat pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya, urbanisasi, serta kurang
tersedianya sarana dan prasarana sanitasi. Masih kita dapati juga sebagian kecil masyarakat
yang tinggal di tepian badan air menggunakan sungai untuk keperluan MCK. Sehingga
kekurangan-kekurangan ini masih harus kita upayakan untuk dilakukan perubahan.
Menurunnya kualitas air permukaan dikarenakan masuknya air limbah, sampah padat dan
tinja ke badan air. Hal ini disebabkan karena limbah cair domestik masih dikelola secara
individual. Sistem komunal mandi, cuci dan kakus (MCK) telah dilaksanakan dibeberapa
tempat melalui program SANIMAS, tetapi belum menjangkau seluruh pemukiman padat
sehingga perlu juga kita lakukan pengadaannya di lokasi-lokasi lain. Limbah cair yang berasal
dari industri, rumah makan, hotel, dan rumah sakit baik yang sudah memiliki fasilitas IPAL
apalagi yang belum juga memberi kontribusi bahan pencemar. Hal ini menyebabkan
Biologycal Oxygent Demand (BOD) dan Chemical Oxygent Demand (COD) meningkat
sedangkan Dissolved Oxygent (DO) menurun; sehingga air permukaan di beberapa tempat
sudah berbau busuk dan berwarna kehitam-hitaman, kandungan mikroorganisme pada
badan air tersebut meningkat serta terjadinya pendangkalan sungai.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan penyebaran penduduk ke wilayah yang lebih
luas, menyebabkan jumlah timbulan sampah meningkat setiap tahunnya. Kesulitan
mendapatkan area tempat pengelolaan/penampungan sampah sementara (TPS)
mempengaruhi ketersediaan jumlah TPS. Sehingga sering kita lihat beberapa TPS yang
overload, disamping karena perilaku masyarakat itu sendiri yang suka membuang sampah
seenaknya. Isyu lain adalah ketersediaan lahan yang laik untuk tempat pengelolaan sampah
akhir (TPA) dan pengelolaan TPA yang masih open dumping dan controlled landfill merupakan
tantangan ke depan yang perlu dicari pemecahannya. Rintisan upaya 3R (Reduce, Reuse,
Recycle) perlu dilakukan. Upaya pengelolaan sanitasi udara dilakukan lewat uji emisi
kendaraan bermotor, penghijauan di ruas jalan kota dan penataan ruang terbuka hijau di
pusat Kota.
Secara umum, kualitas kesehatan lingkungan perlu ditingkatkan, dimana hal ini terlihat dari
akses masyarakat terhadap kepemilikan sarana dasar sanitasi yaitu jamban dan pengelolaan
limbah keluarga/rumah tangga. Dari keluarga sampel (60% dari populasi), keluarga yang
memiliki akses terhadap jamban keluarga baru mencapai 81,8% dan 89,92% diantaranya
katagori jamban sehat sedangkan +10% sisanya masih belum memenuhi standar kesehatan.
Dalam pengelolaan air limbah rumah tangga, baru 51% yang mempunyai saluran air limbah
dan hanya 36,44% yang kondisinya dikatagorikan sehat. Berdasarkan data di atas maka masih
ada + 20% masyarakat yang tidak punya akses terhadap jamban dan itu artinya kemungkinan
besar mereka melakukan aktivitas Buang Air Besar di sembarang tempat. Dalam hal
pengelolaan air limbah, lebih dari 50% keluarga sampel tidak mempunyai saluran air limbah
rumah tangga.
Tabel 3-1
Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan Tahun 2009
1. Pontianak Utara 20.595 12.251 10.010 81,71 9.192 91,83 5.207 42,50 1.714 32,92
2. Pontianak Timur 17.720 9.600 7.233 75,34 6.204 85,77 3.096 32,25 874 28,23
3. Pontianak Selatan 14.254 8.432 6.647 78,83 6.101 91,79 4.568 54,17 1.505 32,95
4. Pontianak Tenggara 10.701 7.215 6.311 87,47 5.811 92,08 3.894 53,97 1.432 36,77
5. Pontianak Barat 29.236 16.462 13.132 79,77 11.835 90,12 10.037 60,97 3.781 37,67
6. Pontianak Kota 21.649 13.930 12.201 87,59 10.793 88,46 8.429 60,51 3.533 41,91
Jumlah/rata-rata 114.155 67.890 55.534 81,80 49.936 89,92 35.231 51,89 12.839 36,44
Untuk melihat kondisi kesehatan masyarakat Kota Pontianak dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun terakhir dapat dilihat dari tabel dibawah, dimana terdapat 10 besar jenis penyakit yang
paling banyak diderita oleh masyarakat.
Tabel. 3-2
Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2004 2008
1 Infeksi Akut lain Pernapasan Atas 42.581 55.932 83.749 83.765 98.529
2 Penyakit lain pada Saluran Pernapasan Atas 32.703 42.332 57.000 60.392 56.692
3 Penyakit Pulpa dan Jaringan Peripikal 14.930 18.382 25.518 24.269 31.376
4 Penyakit Darah Tinggi 13.275 16.332 20.090 24.229 33.904
5 Penyakit pada sistim Otot dan Jaringan Pengikat 11.616 12.408 7.306 16.013 10.011
6 Penyakit Kulit Infeksi 9.697 12.828 16.008 13.925 18.655
7 Diare ( termasuk tersangka Kolera) 8.041 12.752 15.293 13.053 17.544
8 Penyakit Kulit Alergi 6.633 9.624 13.221 7.891 14.985
9 Asma 4.422 6.154 8.268 7.180
10 Penyakit Lainnya 48.229 25.912 7.605 6.216
11 Gingivitis dan Penyakit Periodental 9.908
12 Penyakit pada saluran pernafasan bawah 94
Jumlah 192.127 212.656 254.058 256.933 301.004
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat (pengunjung puskesmas) adalah penyakit
pernafasan dimana hal itu berkaitan dengan adanya kabut asap karena kebakaran hutan dan
ladang yang sering terjadi setiap tahunnya. Dibanding tahun 2007, pada tahun 2008 penyakit
diare mangalami peningkatan, dimana hal itu sangat berkaitan dengan kondisi sanitasi
lingkungannya, yang juga terkait erat dengan kebiasaan PHBS masyarakat.
Sesuai dengan warisan budaya masa lalu, orientasi hidup masyarakat Kota Pontianak
sebagian masih berada di daerah aliran sungai. Segala aktivitas dilakukan disana. Mereka
mendirikan rumah di bantaran sungai sehingga hampir semua aktivitas masyarakat dilakukan
di sungai tersebut, mulai dari mandi dan mencuci hingga buang air besar disana. Selain itu,
karena badan rumah ada yang berada di atas air maka apabila mereka membuat kakus/
jamban di dalam rumah, tinjanya juga secara langsung maupun tidak langsung dibuang ke
badan air tersebut. Sudah banyak program sanitasi yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk
masyarakat yang hidup di pinggiran sungai berupa Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) yang
dibangun wilayah di daratan tetapi karena kebiasaan dan kepraktisan dalam penggunaannya
menjadi kendala. Dalam membuang sampah juga demikian. Sungai digunakan oleh sebagian
masyarakat sebagai tempat pembuangan sampah yang terbesar. Kebiasaan masyarakat yang
masih belum ber-PHBS dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3-3
Rumah tangga yang ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Tahun 2009
Kebiasaan masyarakat yang masih ada sampai saat ini terutama masyarakat yang berdomisili
di bantaran sungai Kapuas, masih menggunakan wc terapung atau dengan nama lain wc
helikopter, kebiasaan dan perilaku hidup
demikianlah perlu adanya perhatian dari
berbagai pihak untuk saling mengingatkan dan
rasa kesadaran dari masyarakat itu sendiri
untuk menjaga kelestarian ekosistem sungai
Kapuas, dari limbah domestik. Secara langsung
kotoran yang terbuang itu langsung
dihanyutkan oleh air dan kadang dihabiskan
oleh biota sungai. Kebiasaan ini dilakukan oleh
masyarakat akibat rendahnya pengetahuan
tentang hidup sehat dan tingkat perekonomian Lokasi Bantaran Sungai Kapuas
masyarakat yang masih dibawa rata-rata
sehingga tidak bisa membangun wc yang
cukup layak dan sehat untuk hunian mereka.
Ada juga sebagian masyarakat merasa lebih
gampang dan mudah buang hajat di sungai, ini
dikarenakan pola hidup dan kebiasaan
masyarakat yang berdomisili di bantaran
sungai. Kondisi wc yang terlihat pada gambar
ini biasa terjadi karena pemilik rumah tersebut
memang tidak mempunyai biaya untuk
membangun wc dan tempat cucian yang layak,
kehidupan keseharian mereka juga belum
mencapai tahap sejahtera. Ada juga sebagian masyarakat yang memang tidak mau
dikarenakan kebiasaan tadi, lebih mudah dan murah membangun wc dan tempat cucian di
sungai.
Sungai Kapuas adalah sumber kehidupan masyarakat kota Pontianak, kebersihan dan
kelestariannya perlu diperhatikan oleh masyarakat kota Pontianak itu sendiri. Air sungai
Kapuas dimanfaatkan masyarakat, pemerintah dan swasta untuk keperluan-keperluan
sehari-hari seperti air baku PDAM, cuci dan mandi masyarakat tepian sungai, air baku pabrik
es, tempat pengembangbiakan ikan air tawar, dan lain-lain. Kebersihan dan kualitas air
sungai Kapuas secara langsung berpengaruh kepada kesehatan masyarakat. Kesehatan
merupakan hal yang sangat mahal harganya, kesadaran dari masyarakat dan pola hidup
masyarakat sangat diharapkan oleh pelbagai kalangan untuk menjaga kelestariannya, dengan
tidak membuang sampah, limbah domestik ke sungai, harus ditata dan diatur secara baik dan
benar, sesuai alur sistem pengolahan limbah yang baik.
Kota Pontianak terletak di delta Sungai Kapuas merupakan daerah pasang surut. Sebagai kota
tua yang berdiri sejak tahun 1771 masehi banyak sekali masyarakat yang tinggal di sekitar
bantaran sungai, sementara wc dan kamar mandi pada saat surut air sampah dan limbah
akan terseret keluar dan ada yang tersangkut di permukaan tanah, pada waktu air pasang
tiba, semua sampah yang ada pada permukaan tanah akan mengapung, sehingga limbah dan
kotoran akan menggenang, apalagi pada saat kondisi wc atau tempat pembuangan itu tidak
teratur dan sudah penuh, sehingga limbah yang harusnya masuk ke bak penampungan akan
mengapung. Kondisi seperti ini perlu penanganan khusus, terutama typical daerah pasang
surut yang memang masyarakat setempat yang berdomisili di bantaran sungai dan
mengandalkan air sungai untuk keperluan sehahi-hari, dan pada saat pasang air sungai atau
laut naik kepermukaan dan menggenangi daratan akan mengakibatkan semua yang ada pada
permukaan akan merambah naik sampai ke hunian penduduk. Termasuk limbah dan sampah
tersebut.
Disamping pembangunan sarana dan prasarana yang ada perlu sangat diperhatikan operation
and maintenance sehingga kenyamanan dan kebersihan pada saat menggunakan sarana
tersebut dapat tercapai. Walaupun sarana wc yang digunakan masyarakat terlihat amat
sederhana dan tidak terlalu bagus tetapi dengan memelihara dan merawat sarana yang ada
akan terlihat bagus dan tahan lama usia bangunan nya.
Kloset WC bermacam-macam, ada yang disebut kloset jongkok dan ada juga yang disebut
kloset duduk, dari sisi fungsi sama saja, sementara untuk kenyamanan tentunya kloset duduk
dirancang lebih nyaman ketika digunakan.
Limbah dari Kloset / wc ini tentunya langsung dimasukkan ke tangki septik, ada yang
menggunakan bak penampungan seperti Biofill. Proses pembuangannya dari kloset / lobang
di salurkan dengan menggukan paralon atau pipa yang dipasang miring hingga mengalir ke
bak pembuangan atau biofill tadi, kemudian ditampung di kotak pembuangan dan proses di
dalam bak fiofil tadi dioleh sehingga kotoran tadi menjadi air dan diserap ke dalam tanah.
Pemasangan pipa terlihat pada gambar disamping, pipa yang tersambung dari kloset ke
biofill. Pemasangan pipa biofil harus kuat dan jangan sampai bocor hingga hawa atau baunya
sampai keluar menimbulkan bau yang kurang sedap. Jadi pemasangan pipa biofil ini harus
benar rapat dan benar sesuai spesifikasi.
Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak
limbah tersebut keluar sudah menjadi air dan bukan limbah kotor lagi.
Untuk bentuk dari Tripicon S ini bermacam-macam tergantung keperluan dan selera, bisa
berbentuk bulat dan bisa juga berbentuk persegi empat. Penggunaan Tripicon S ini ada di
lokasi pinggiran sungai Kapuas pada lokasi yang padat penduduk nya, dengan adanya bak
penampungan yang efektif dan efisen untuk menampung dan mengolah limbah cair hasil
buangan tentunya pola bisa diikuti oleh masyarakat lain yang belum mengggunakan pola
pengolahan limbah yang baik di hunian mereka.
Hasil Pengolahan di lokasi pinggiran sungai Kapuas terlihat pipanya mengarah kepembuagan
atau sungai, hasil pengolahan dari Tripicon S ini sudah cair, melalui proses pengolahan dan
penyaringan.
Air bersih merupakan kebutuhan hidup yang esensial, karena tidak satu pun kehidupan yang
ada di dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air yang cukup. Selain
dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik seperti minum, masak, mandi dan
mencuci, air juga berpengaruh pada bidang sosial, ekonomi, teknologi dan kesehatan. Jika
secara kualitas air tidak memenuhi syarat, maka akan menimbulkan gangguan kesehatan,
teknis, estetika, dan ekonomis. Gangguan kesehatan dapat terjadi karena adanya penyakit-
penyakit yang penularannya melalui perantaraan air (Water Borne Diseases). Oleh karena itu,
air harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan kualitasnya memenuhi syarat.
Pergantian musim hujan ke musim kemarau merupakan masalah bagi masyarakat Kota
Pontianak untuk mendapatkan air bersih karena suplai air bersih dari PDAM akan dihentikan
disebabkan intrusi air laut, sehingga menyulitkan proses pengolahan air baku dan dapat
merusak instalasi perpipaan yang terbuat dari material besi. Selain itu, persediaan air bersih
yang bersumber dari air hujan akan habis. Pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih
juga kurang ekonomis dan membutuhkan pengolahan terlebih dahulu, karena air tanah di
wilayah Kota Pontianak mengandung kadar Fe yang tinggi. Jalan yang ditempuh masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan air bersih adalah dengan memanfaatkan air permukaan berupa
air kolam dan air sungai. Padahal permukaan tanpa pengolah tidak memenuhi syarat sebagai
sumber air bersih. Hal ini mengakibatkan letusan penyakit Diare selalu terjadi setiap tahun.
Secara umum, akses masyarakat terhadap air bersih masih rendah. Dari keluarga yang
dijadikan sampel baru 69,24% yang mempunyai akses terhadap air bersih, hal ini dapat
dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 3-4
Keluarga dengan akses air bersih menurut kecamatan tahun 2009
Jumlah KK Akses Air Bersih % Akses Air Bersih
No. Kecamatan
Total Sampel PAM PAH Lainnya Jumlah PAM PAH Lainnya Jumlah
1. Pontianak Utara 20.595 12.251 3.872 3.047 116 7.035 31,61 24,87 0,95 57,42
2. Pontianak Timur 17.720 9.600 4.145 2.635 347 7.127 43,18 27,45 3,61 74,24
3. Pontianak Selatan 14.254 8.432 5.415 906 129 6.450 64,22 10,74 1,53 76,49
4. Pontianak 10.701 7.215 3.945 801 553 5.299 54,68 11,10 7,66 73,44
Tenggara
5. Pontianak Barat 29.236 16.462 6.450 2.869 798 10.117 39,18 17,43 4,85 61,46
6. Pontianak Kota 21.649 13.930 7.083 3,433 464 10.980 50,85 24,64 3,33 78,82
Jumlah/rata-rata 114.155 67.890 30.910 13.691 2.407 47.008 45,53 20,17 3,55 69,24
Kesehatan dan pola hidup masyarakat, kuantitas dan kualitas air yang dapat diakses
masyarakat, sebagian masyarakat kota Pontianak ada yang menggunakan air ledeng (PDAM),
dan ada juga sebagian masyarakat di kota Pontianak
ini yang masih mengandalkan air hujan untuk di
konsumsi sehari hari, baik untuk memasak, minum
dan mencuci, masyarakat menggunakan talang dan
penampungan berupa tong air yang terbuat dari
semen untuk mendapatkan dan menampung air
hujan tersebut sehingga kuantitas air yang
tertampung hanya mengandalkan tadah hujan saja,
dari talang dan atap rumah tangga tersebut dapat
Lokasi Komyos Sudarso lah kiranya kita pikirkan sejauh mana standart
Pontianak kualitas kesehatan dari masyarakat itu bias
terpenuhi dengan baik.
Disamping menggunakan atau mengkonsumsi air ledeng (PDAM) sebagian masyarakat juga
menggunakan sumur atau air tanah untuk keperluan mandi dan mencuci, dimana jarak dari
septiktank dan sumur mata air yang digunakan untuk dikonsumsi rumah tangga juga harus
diperhatikan sehingga air buangan dari septiktank tidak rembes ke dalam dan bercampur
dengan air sumur resapan yang digunakan untuk meandi dan mencuci. Air sumur yang
digunakan untuk mencuci dan mandi juga harus perlu diperhatikan kualitas air nya sehingga
kesehatan masyarakat yang tinggagal dan dan menggunakan air dilikingkungan tersebut akan
terjaga kesehatan nya.
Sumur resapan yang dibangun digali sedalam 2 3 meter atau sepanjang 3 sambung gorong-
gorong, dan biasanya dinding penahan dari sumur tersebut terbuat dari kayu cerucuk atau
kayu belian untuk menahan tanah runtuh kesamping. Yang sangat perlu diperhatikan sekali
apabila dinding penahan dari kayu air resapan dari samping akan rembes dan masuk ke
dalam sumur tersebut, apabila tanpa kita sengaja jarak wc, dan pembuangan dekat dengan
sumur tersebut akan bercampur dengan hasil buangan tadi.
Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi,
dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan internasional
(WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih
di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam Permen Kesehatan RI. No
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dan Kepmenkes
No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dimana setiap
komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai. Air tawar bersih yang layak
minum, kian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar
berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah
beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah
terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan. Itulah salah satu alasan
mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang disebut-sebut menggunakan air
pegunungan banyak dikonsumsi.
Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga: untuk air minum, air mandi, dan
keperluan lainnya, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan sesuai peraturan
internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional atau setempat. Dalam hal ini
kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam Permen
Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas
air dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum,
dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai Kualitas air
tersebut menyangkut :
a) Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air
dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di
dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika,
kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran air buangan.
b) Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang
membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti
antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar
bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya
perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak
diharapkan kehadirannya di dalam air.
c) Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab penyakit,
terutama penyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil toksin.
Definisi Operasional
Variabel Bebas:
Kadar Bakteriologis Jumlah bakteri E. Coli pada air Uji Lab. MPN Ratio
Sebelum Unit Instalasi sebelum melalui instalasi air
depo isi ulang.
Variabel Terikat:
Kadar Bakteriologis Setelah Jumlah bakteri E. Coli pada air Uji Lab. MPN Ratio
Unit Instalasi setelah melalui instalsi air
depo isi ulang.
Variabel Antara:
Sumber Air Baku Air yang dipergunakan Wawancara Lembar Tilik Nominal
sebagai air baku untuk air
minum isi ulang.
Alat Instalasi Jenis alat instalsi pengolahan Observasi Cheklish Ordinal
yang dipergunakan (Merk,
Biaya, jumlah filter, dll)
Penanganan Air Cara perlakuan air/pada Observasi Chkelish Ordinal
pengisian galon setelah
melalui unit instalsi air.
Desinfektansi Sistem pembunuhan bakteri Observasi Chkelish Nomonal
Analisis kualitas air akan kehadiran bakteri koliform dari uji penduga dilakukan berdasarkan
metode standar dari APHA (American Public Health Association,1989 ) dan Standard Methods
for the Examination of Water and Wastewater, 14th edition. American Public Health
Association, American Water Works Association, Water Polution Control Federation,
Washington, D.C., 1975 dibandingkan dengan tabel MPN/JPT ( Cappuccino & Sherman.,
1987). Tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri colifom dalam
100 ml sampel air. Pembacaan hasil uji dilihat dari berapa tabung uji yang menghasilkan gas
dan asam (tiga seri pertama,kedua dan ketiga), hasil yang positif asam dan gas dibandingkan
dengan tabel MPN/JPT. Data di analisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Data dari contoh-contoh air minum isi ulang setelah di analisis di laboratorium Mikrobiologi,
akan dibandingkan dengan Permenkes No.416/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Bersih dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum.
Berdasarkan uraian diatas dengan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sumber air baku yang dipergunakan 100% menggunakan air gunung, dari Anjungan
sebanyak77,2%, Paniraman sebanyak 12,3% dan dari Sui Purun sebanyak 10%.
2. Kualitas air baku yang dipergunakan sebagian besar (71,9%) angka MPN Coliform masih
belum memenuhi syarat kesehatan, demikian halnya angka E. Coli yang belum memenuhi
syarat kesehatan mencapai 59,6%.
3. Kualitas air olahan yang dihasilkan sesuai Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum masih terdapat 33,3% angka MPN Coliform belum
memenuhi syarat kesehatan, sedangkan untuk angka E. Coli yang belum memenuhi
syarat kesehatan mencapai 15,4%.
Kuantitas Air Baku PDAM, Pemakaian air rata-rata untuk kebutuhan non domestik.
NO. JENIS KEBUTUHAN PEMAKAIAN AIR RATA-RATA PER HARI (LITER) KETERANGAN
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU
Dirjen Cipta Karya.
5 Kebutuhan hari maksimum Kebutuhan rata-rata x 1,15- 1,20 (faktor hari maksimum)
sekitar pekarangan masih dianggap layak dan bisa dimanfaatkan untuk membuang limbah
cair rumah tangga tanpa memperhatikan dan melihat dampak dari limbah tersebut terhadap
kesehatan dan kebersihan orang lain ( tentangga ) dan lingkungan sekitar.
Tempat pembuangan limbah yang ada juga tergolong sangat sederhana sekali sehingga
langsung di buang ke permukaan tanah, yang nantinya akan menimbulkan bau yang tidak
sedap di lingkungan dan pekarangan disekitar hunian. Ada juga sebagian masyarakat yang
sadar dan mengerti akan pentingnya arti hidup sehat itu, mengumpulkan sisa limbah rumah
tangga tersebut dalam kantong plastic atau ember dan
kemudian di buang ke tempat penampungan sampah
yang berada jauh dari permukiman mereka. Keemudian
diangkut oleh truk pengangkut sampah.
Timbulan sampah di Kota Pontianak pada tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3-5
Proyeksi Timbulan Sampah Kota Pontianak Juni 2008
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2012 yang akan mencapai 703.696 jiwa,
maka limbah padat domestik yang dihasilkan dapat dihitung berdasarkan standar timbulan
sampah sebesar 2,5 liter/orang/hari, yaitu sebesar 1.759.241 liter/hari atau 1.759 m3/hari.
Untuk limbah non domestik, terdapat timbulan sebesar 20% dari limbah padat domestik,
yaitu sebesar 351.848 liter/hari atau 352 m3/hari. Total timbulan sampah yang dihasilkan
setiap hari menjadi 2.111.089 liter/hari (2.111 m3/hari).
Adapun komposisi sampah Kota Pontianak sangat tergantung dari kondisI musim, geografis
dan sosial ekonomi, biasanya terdiri dari :
o Kertas = 5,0 %
o Kaca = 2,1 %
o Plastik = 6.0 %
o Logam = 2,0 %
o Kayu = 1,5 %
o Kain = 0,1 %
o Karet = 0,1 %
o Organik(sayur,daun) =
83,0%
o Lain-lain =
0,2%
Jumlah = 100 %
penampungan sementara sampah, baik sampah kaleng, plastik, dan lain sebagainya diangkut
dengan menggunakan truk sampah kemudian dibawa ketempat pengolahan atau
pembuangan akhir yang disediakan oleh Pemkot Pontianak bertepat di Batu Layang.
Sampah padat yang dihasil kan oleh Rumah tangga warga atau tempat sampah, kemudian
dengan menggunakan gerobak sampah diangkut ke TPS yang telah disediakan oleh Pemkot
Pontianak.
Sampah yang diangkut dan ditumpuk dalam suatu kawasan ditempatkan pada Lokasi
Penumpukan dan pengolahan sampah di Batu Layang, Pemerintah menyediakan
lokasi sampah ini agak jauh dari permukiman penduduk sehingga tidak mengganggu
aktifitas masayakat.
Drainase di Kota Pontianak masih menggunakan sistem gabungan (mix drain) di mana air
hujan dan pembuangan limbah cair rumah tangga disalurkan dalam satu saluran. Peruntukan
saluran drainase tersebut hanya untuk memindahkan genangan air ke sungai. Pada saat
hujan lebat sedangkan muka air sungai sedang tinggi karena air pasang maka akan terjadi
genangan air dimana-mana. Kejadian ini akan mengganggu aktivitas masyarakat karena
sebagian besar genangan terjadi di jalan raya termasuk di jalan-jalan protokol seperti jalan
Ahmad Yani.
Gambar 3-1
Peta Drainase Kota Pontianak
penyumbatan untuk dialirkan ke tempat pembuangan, ini tidak saja disebabkan oleh saluran
yang mampet karena sampah, namun juga oleh sedimentasi alami.
Dengan banyaknya jumlah kendaraan bermotor tentunya tingkat polusi dan pencemaran
udara cukup tinggi sampai saat ini belum ada cara yang signifikan untuk mengatasi
pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan dan asap industri.
Kota Pontianak tergolong wilayah konsumtif kendaraan bermotor baik roda dua maupun
roda empat. Sehingga dengan demikian polusi udara di kota Pontianak ini bisa dikatakan
cukup serius tingkat pencemarannya.
Tabel 3-6
Jumlah Kendaraan Bermotor Di Kota Pontianak Menurut Jenisnya
Tahun 2004 2007
Limbah Pabrik untuk kota Pontianak ini disebabkan gencarnya kegiatan illegal loging sehingga
sebagian limbah itu bisa dikatakan agak berkurang, sementara di sektor lain juga terdapat
limbah pabrik pengolahan hasil limbah pabrik tersebut diarahkan ke Batulayang, dikarenakan
Lokasi Pabrik yang beroperasi saat ini kebanyakan di kecamatan Pontianak Utara Kelurahan
Batu Layang, sehingga untuk penanganannya lebih cepat dan mudah.
Limbah medis ini tentunya terkait dengan limbah rumah sakit, pengelolaannya juga ke TPA
Batu Layang. Rumah Sakit menyediakan penampungan kemudian diangkut oleh petugas
kebersihan lalu diangkut dengan truck kemudian dibawa ke Tempat Pengelolaan Akhir Batu
Layang.
Khusus Rumah Sakit Antonius dan Soedarso sudah memiliki incinerator untuk memusnahkan
waste yang berbahaya. Fasilitas ini juga digunakan oleh rumah sakit lain yang tidak memiliki
incinerator melalui perjanjian bersama.
Keputusan Menteri :
1. Kepmen No.3 Tahun 1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri
2. Kepmen No.202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Limbah Bagi Usaha dan atau
Kegiatan Pertambangan Bijih Besi dan atu Tembaga
Peraturan Daerah :
1. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Ketertiban Umum
2. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor Perubahan Pertama Peraturan Darah Nomor 3
Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum.
3. Peraturan Daerah Kota Pontiank Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Retribusi pelayanan
Persampahan/Kebersihan.
4. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah.
Dalam upaya peningkatan sanitasi lingkungan di Kota Pontianak, instansi-instansi yang terkait
langsung adalah Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Pontianak, Dinas PU,dan Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak. Untuk Badan Lingkungan
Hidup Kota Pontianak pembentukan berdasarkan SK Walikota Pontianak Nomor 46 Tahun
2008 tentang Susunan Organisasi, tugas pokok, fungsi dan tata kerja Badan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak. Untuk Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak berdasarkan SK
Walikota Nomor 40 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, dan
Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak.
Ke depan kelembagaan ini perlu diperkuat dengan sumberdaya yang lebih baik, program
kegiatan, dan pendanaan yang memadai. Karena sampai saat ini Pemerintah Kota Pontianak
belum memiliki kelembagaan khusus yang menangani limbah cair.
sungai. Sedangkan limbah cair rumah tangga yang sangat mengganggu umumnya berupa
detergent sisa-sisa pencucian.
Kota Pontianak melalui Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak melakukan pemantauan
terhadap kualitas air sungai yang berada di Kota Pontianak yaitu Sungai Kapuas. Selain
melakukan pemantauan kualitas air juga dilakukan pengawasan dan penaatan hukum
lingkungan hidup terhadap industri, rumah sakit, rumah makan, limbah domestik, bengkel-
bengkel dimana output dari kegiatan pengawasan dan penaatan hukum ini terciptanya
lingkungan hidup yang sehat dan berkualitas.
Berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2008 kualitas air Sungai Kapuas dan anak
sungainya setiap tahun menunjukkan bahwa parameter Total Suspended Solid (TSS),
Chemical Oxygen Deman (COD), Nitrit (NO2) dan Besi (Fe) melebihi Baku Mutu yang
ditetapkan melalui PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Pada tahun 2009 parameter yang melebihi baku mutu adalah parameter
NO2 dan Fe (sumber : BLH tahun 2010).
50
Nilai
27.5
24.2 20.2
27.6
21.5 10
10
18.9
10.3 9.9
7.4 8.15 10
6.6 2.5
9.2 8.17 9 1.6 1.04
6.4 6.5 6.5 0.05
4.6 0.06
0.97 1.02 0.3 0.1
0
ty
Fe
L
S
O
pH
t
D
S
r
lfa
tu
O
TS
TD
O
ni
D
ra
Su
N
N
C
i
id
pe
rb
m
Tu
Te
Parameter Uji
Cakupan daerah layanan Bidang NilaiKegiatan Kebersihan
(kapuas besar) Limbah
Nilai (kapuas kecil) ini Mutu
Nilai Baku pemerintah kota melayani
seluruh wilayah Kota Pontianak yang meliputi 29 Kelurahan dan 6 Kecamatan, dimana lokasi
sarana dan tempat sampah tersebar di wilayah Kota Pontianak, yang cukup jauh jaraknya ke
tempat pembuangan akhir ( TPA ) Batu Layang.
Pelayanan limbah yang dilakukan oleh Pemkot Pontianak ini berupa berbagai jenis limbah
antara lain, limbah rumah tangga, rumah sakit, perkantoran, jalan, mall,pasar, restoran,
hortel serta rumah makan, baik limbah/ sampah cair maupun sampah padat.
Pada musim kemarau kadar garam air Sungai Kapuas cenderung meningkat, disamping itu
juga pengaruh pasang surut air yang menyebabkan terjadinya fluktuasi perubahan kualitas air
Sungai Kapuas/Landak dan anak-anak sungainya serta pengaruh curah hujan yang terjadi
penggelontoran dan run of water yang cukup tinggi yang membawa beban pencemaran
terhadap badan air Sungai Kapuas dan Landak. Dengan demikian kondisi kualitas air Sungai
Kapuas/Landak dan anak-anak sungainya dipengaruhi pasang surut air, curah hujan dan
pembuangan limbah domestik, industry, sampah dan lain-lain serta dampak kegiatan
penambangan emas tanpa ijin dan aktifitas lainnya diluar wilayah Kota Pontianak ke dalam
badan air. Kondisi kualitas air Sungai Kapuas dan Landak dan anak-anak sungainya secara
umum berada pada kisaran Kelas I dan Kelas II menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Selain memantau kualitas air permukaan, Kota Pontianak juga melakukan Pengelolaan
instalasi pengolahan lumpur tinja. Pengelolaan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) Kota
Pontianak sampai saat ini berada di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Pontianak.
Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) Kota Pontianak dibangun sejak tahun 1997 melalui
program KUDP (Kalimantan Urban Development Project). Dalam perkembangan selanjutnya
IPLT disempurnakan sarana dan prasarananya melalui Dana Bantuan Pusat dengan
penambahan prasarana pendukung berupa :
1) Pagar keliling
2) Bangunan Laboratorium
3) Penyempurnaan Jalan Lingkungan
4) Jalan Kerja
5) Penanggulangan kebocoran pada Imhoff Tank
IPLT Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak terletak di Jalan Kebangkitan
Nasional. Berjarak sekitar 15 km dari pusat kota. Lokasi IPLT ini bersebelahan dengan lokasi
TPA dengan struktur lahan gambut.
Pelayanan IPLT sejalan dengan penarikan retribusi. Retribusi yang didapat dari penyedotan
tinja selanjutnya disetor pada Kas Daerah. Berikut data penyetoran retribusi penyedotan
yang disetor pada Kas Daerah dari tahun 2000 ~ 2010 (sumber data : Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Pontianak tahun 2010).
Gambar 3-2
Grafik Realisasi Penyetoran Retribusi Kakus pada Kas Daerah tahun 2000 2010
12000000 2000
2001
10000000
2002
8000000 2003
2004
6000000 2005
4000000 2006
2007
2000000 2008
0 2009
Sumber:
2000DKP
2001Kota
2002Pontianak,
2003 2004 tahun 2010
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2010
Dalam pengelolaan IPLT, pelayanan pada masyarakat berupa pengurasan dan pengangkutan
limbah tinja dari pelayanan ke:
- Perumahan
- Perkantoran
- Perhotelan
- Mall
- Rumah Sakit
- Restoran / Rumah makan
Hasil pelayanan oleh Dinas Kebersihan Kota Pontianak dan hasil pemantauan yang dilakukan
oleh BLH Kota Pontianak, diperoleh data bahwa di Kota Pontianak terdapat 3 cara
pembuangan limbah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu:
1. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya langsung ke badan air tanpa
mengalami pengolahan terlebih dahulu.
2. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya ke alam bebas setelah mengalami
pengolahan awal yang sangat sederhana berupa tangki septik.
3. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya ke badan air setelah diolah secara
tuntas pada sistem pengolahan air imbah yang memadai.
Setiap aktivitas rumah tangga, industri atau kegiatan usaha pasti menghasilkan limbah yang
dapat memberikan dampak pada lingkungan. Oleh karena itu dilakukan pengawasan yang
bertujuan untuk memantau dan mengawasi setiap kegiatan usaha atau industri tersebut..
Pengawasan dilakukan dengan memeriksa tempat kegiatan usaha / industri, limbah yang
dihasilkan serta Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL).
PRODUK A B C D E
INFUT User Interface Pengumpulan & Pengangkutan / ( Semi ) Pengolahan Daur Ulang Dan /
Penampungan / Pengaliran Akhir Terpust Pembuangan Akhir
Pengolahan Awal
Black
Water
Tinja
Urine
Air
Pembersih
Air
Penggelontor
Kertas
Pembersih
Grey
Water
Air Cucian
Dari Dapur
Air Bekas
Mandi
| 25
Gambar 3-4 Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak ( On Site )
PRODUK A B C D E
INFUT User Interface Pengumpulan & Pengangkutan / ( Semi ) Pengolahan Akhir Daur Ulang Dan /
Penampungan / Pengaliran Terpust Pembuangan Akhir
Pengolahan Awal
Black Water
Tinja
Urine
Air
Pembersih
Air
Penggelonto
r
Kertas
Pembersih
Grey Water
Air Cucian
Dari Dapur
Air Bekas
Mandi
| 26
Gambar 3-5 Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak ( Off Site )
PRODUK A B C D E
INPUT User Interface Pengumpulan & Pengangkutan / ( Semi ) Pengolahan Akhir Daur Ulang Dan /
Penampungan / Pengaliran Terpusat Pembuangan Akhir
Pengolahan Awal
Black Water
Tinja
Urine
Air
Pembersih Lumpur
Air
Penggelonto
r
Kertas
Pembersih Truk
Grey Water
Air Bekas
Mandi
| 27
Gambar 3-6 Diagram Sistem Sanitasi : Drainase Lingkungan Kota Pontianak
PRODUK A B C D E
INPUT User Interface Pengumpulan & Pengangkutan / ( Semi ) Pengolahan Akhir Daur Ulang dan /
Penampungan / Pengaliran Terpusat Pembuangan Akhir
Pengolahan Awal
Grey Water
Air Cucian
Dari Dapur
Ke Sistem Air
Air Bekas Limbah Setempat/
Mandi Terpusat
Atap Talang
Bangunan Sumur Resapan
Keluar Saluran /
Sungai. diluar
Halaman Pemantauan
Pemerintah Kota
Jalan
Ruang Publik
| 28
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
3.2.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair
Berdasarkan data penduduk Kota Pontianak pada tahun 2009, penduduk Kota Pontianak
berjumlah 595.601 jiwa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat dan agama yang
berbeda. Selama pelaksanaan program pembinaan masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup menunjukkan ada kecendrungan masyarakat untuk peduli terhadap
kelestarian fungsi lingkungan hidup antara lain dalam bentuk kegiatan Peduli Wargaku Hijau
Kotaku, Pontianak Colourfull, Minggu Bersih dan kegiatan lainnya walaupun masih ada
masyarakat yang masih kurang peduli terhadap lingkungan hidup yang dapat dilihat dari
adanya indikasi masyarakat membuang sampah di sembarang tempat dan tidak tepat waktu
dan melakukan aktivitas MCK di tempat yang sama dengan lokasi pembuangan tinja yaitu di
tepian sungai.
Dengan potensi dan karakteristik masyarakat yang heterogen merupakan aset dalam upaya
meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup ini dapat dilakukan dalam bentuk Program Cinta Sungai Jawi
Bersih (Cijasih), Gerakan Bangga Parit Bersih (Gerbang
Pasih), Gerakan penghijauan kota dan lain-lain. Disisi lain
budaya masyarakat Kota Pontianak yang menggambarkan
kepedulian tentang lingkungan hidup ditunjukkan dengan
penanaman pohon bersamaan penanaman ari-ari. Makna
dari budaya tersebut menggambarkan perlindungan
sumber daya alam, keteduhan dan sumber pendapatan
masa depan dari pohon tersebut yang menghasilkan buah.
Budaya tersebut perlu ditumbuh kembangkan yang
dikaitkan dengan pelaksanaan kegiatan peringatan hari-hari
besar nasional ataupun hari besar agama melalui kegiatan
penanaman pohon.
Peran serta wanita dalam penanganan limbah ini sangat
diperlukan karena mereka keseharian yang berurusan
dengan dapur dan sampah/ limbah, wanita menyadari akan
pentingnya membuang limbah itu pada tempatnya atau
mengumpulkannya ke tempat penampungan kemudian di
buang ke tempat penampungan sementara yang telah
disiapkan oleh Pemkot dan terdekat dengan pemukiman.
Dengan adanya kesadaran dari ibu-ibu rumah tangga dengan tidak sembarangan membuang
limbah itu juga bagian dari peran jender dalam menjaga kebersihan dan pengelolaan limbah
rumah tangga.
3.2.6 Permasalahan
Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan limbah cair di Kota Pontianak meliputi
beberapa aspek diantaranya:
Aspek teknis
a. Masih bercampurnya fungsi saluran drainase dengan fungsi pembuangan air limbah
(saluran air limbah rumah tangga menyatu dengan saluran drainase)
Aspek sosial
a. Kurang kesadaran (karena tidak familiar) pentingnya bak pengolahan air limbah di setiap
rumah tangga
b. Kebiasaan masih menggunakan WC cemplung (khususnya masyarakat tepi sungai)
Aspek kelembagaan
a. Tidak ada saluran khusus untuk limbah pabrik (mencemari lingkungan)
b. Tidak ada sarana pengolahan air limbah skala kota
Aspek pendanaan/pembiayaan
a. Lahan terbatas, tetapi tidak ada sistem air limbah perpipaan
b. 90% rumah tidak layak huni tidak memiliki jamban/WC
Terjadinya penurunan kualitas badan air pada Kota Pontianak selain disebabkan oleh
kegiatan pembuangan limbah domestik oleh masyarakat juga terdapat kontribusi dari
kegiatan-kegiatan usaha yang berkembang di Pontianak. Saat ini untuk beberapa kegiatan
usaha tersebut secara umum masih ditemukan beberapa hal yang menyebabkan kegiatan
usaha berpotensi menimbulkan pencemaran, antara lain seperti :
a. Tidak semua kegiatan usaha mempunyai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang
memadai untuk menampung limbah yang dihasilkan yang selanjutnya dilakukan
pengolahan secara proporsional sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat memenuhi
baku mutu yang telah ditetapkan sesuai kegiatan usaha yang bersangkutan.
b. Belum optimalnya proses pengolahan limbah cair di IPAL sehingga baku mutu
yang dihasilkan masih jauh melebihi baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan sesuai
bidang usaha masing-masing.
c. Ada sebagian kegiatan usaha yang tidak/belum mempunyai IPAL untuk mengolah
limbah cair yang dihasilkan dengan berbagai alasan seperti: tidak adanya lahan,
keterbatasan dana, keterbatasan kemampuan tenaga teknis pengolahan limbah cair dan
lain-lain.
d. Ada sebagian kegiatan usaha yang IPALnya yang kurang dilengkapi dengan filter,
penangkap lemak dan lain-lain sehingga padatan yang terkandung dalam limbah cair
yang dihasilkan yang dibuang ke badan air terdekat masih mengandung padatan yang
berpotensi menimbulkan bau. Hal ini pada umumnya terjadi pada kegiatan usaha
restoran dan rumah makan.
WALIKOTA PONTIANAK
OPERASIONAL UPTD
KEBERSIHAN ( TPA BATU LAYANG )
PELAKSANA
PEKERJA
Daerah Pelayanan
a. Pemukiman, Kota Pontianak mempunyai 29 Kelurahan dengan luas 107,82 KM2.
Daerah yang terlayani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak saat ini
sebanyak 29 Kelurahan, dengan tingkat layanan 66%.
b. Pasar, Jumlah pasar yang ada di Kota Pontianak sebayak 12 pasar, dimana kebersihan
lingkungan Pasar tersebut dilayani oleh Dinas kebersihan dengan tingkat pelayanan
100%.
c. Perkantoran, daerah perkantoran juga dilayani oleh Dinas Kebersihan dengan tingkat
pelayanan 100%.
d. Jalan, Diperkirakan 100% jalan utama/protokol telah dilayani penyapuan oleh Dinas
kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak.
e. Industri, Pelayanan pada kawasan industri sebesar 100% terlayani oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak.
Sesuai dengan standar DPU Karakteristik pola pemindahan yang diterapkan oleh DKP Kota
Pontianak adalah menggunakan pola pemidahan berupa kontainer berkapasitas 8-9 m3/hari,
sehingga termasuk dalam jenis transfer depo tipe II, yaitu pemindahan berkapasitas 8-16
m3/hari. TPS ini digunakan untuk melayani 5.000 10.000 jiwa/unit, dengan radius standar
+500 m, sedangkan umur teknisnya adalah 5-10 tahun pemakaian (kondisi normal)
Jenis wadah yang digunakan oleh penduduk di daerah permukiman dengan pola pewadahan
secara sendri-sendiri adalah meggunakan wadah yang terbuat dari kantong plastik hingga
karet ban bekas. Wadah yag digunakan di daerah komersil dan tempat umum adalah terbuat
dari tong, tumpukan bata, dan kontainer kecil, sedangkan didaerah perkantoran terbuat dari
tumpukan bata. Keseluruhan wadah digunakan sebagai wadah sampah campuran antara
bahan organik dan anorganik.
Tabel 3-8
Jenis TPS
Tahun
No. Jenis TPS
2006 2007 2008 2009
1. Container 61 35 35 37
2. Batako, Bak plat semen 97 119 100 79
3. Transfer Depo 4 4 4 4
Jumlah 169 158 138 118
TPS liar di 6 kecamatan 65 60 23 15
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Tabel 3-9
Data Volume sampah pada Pasar-Pasar
Vol.sampah
No Nama Pasar Ritasi/hari
(M3)
1 Plamboyan 8 48
2 Dahlia 4 32
3 Mawar 4 32
4 Kemuning 4 32
5 Teratai 4 32
6 Siantan 4 32
7 Kenanga 2 12
8 Puring 1 6
9 Nipah Kuning 1 6
10 Pasar Tengah 4 24
Jumlah 39 276
Sumber: DInas Kebersihan dan Pertamanan
Sampah pasar volumenya akan meningkat pada saat tiba hari-hari besar, seperti Tahun Baru
Masehi, Imlek, Cap Goh Me, Idhul Adha, Idul Firti, Hari Natal, Momentum Hari Nasional,
Kegiatan Besar Propinsi dan Kota. Demikian pula pada musim buah, pada musin ini Kota
Pontianak akan dibanjiri berbagai jenis buah sesuai dengan musimnya, terutama buah
duarian. Oleh karena itu, jika musin buah ini tiba maka timbulan sampah volumenya
akannaik. Pada Umumnya pada pada hari-hari besar volume sampah naik hingga 10-20%,
pada musim buah meningkat sampai dengan 20%-30%. Jenis buah-buah yang datang dari
daerah adalah durian, rambutan, langsat, rambai, jambu, semagka, jeruk, melon dan mangga.
Pola pengelolaan kawasan perdagangan ini dengan pola kontrak pihak ketiga. Pemerintah
Kota Pontianak dan DKP mengangkut sejumlah volume sampah, kemudian pihak swasta
membayar sejumlah uang sesuai dengan nilai yang tertera didalam kontrak yang disepakati,
kemudian dananya akan disetorkan ke Kas Pemerintah Kota Pontianak melalui Bank kalbar
(pertambahan PAD Kota). Jumlah timbulan sampah akan disurvey secara periodik guna
menentukan asumsi volumenya angkutannya.
Tabel 3-10
Data Volume Sampah Kawasan Perdagangan
Vol.sampah
No Kawasan Ritasi/Hari
(M3)
1 A Yani Hyper Mart 6 36
2 PT Pelindo 6 36
3 PT Matahari Mall 2 12
4 RS Antonius 2 12
5 Ps.Mawar 4 24
Jumlah 20 120
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Adapun daftar armada Kendaraan dan alat berat yang dimiliki, adalah sebagai berikut :
Tabel 3-11
Jenis dan jumlah Armada pengolahan sampah
Dari jumlah armada yang ada, dengan keterbatasan masa pakai (tahun pembuatan dan layak
jalan/operasi dengan komposisi sampah basah diatas 60%, maka di perkirakan kemampuan
pakai setiap unit hanya kurang lebih 5 tahun saja.
a. Sarana
- Pewadahan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Pewadahan dilingkungan permukiman
(swadaya) bentuk dan jenisnya bervariatif, namun masyarakat wajib menyediakan
pewadahan sesuai dengan jumlah sampahnya.
- Pengumpulan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan gerobak sampah 1 1,5 M3
sebagai alat pengumpulan sampah yang dilaksanakan oleh masyarakat/RT/RW/LPM
dengan kondisi keseluruhan 80%.
- Pemindahan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan container 8 M3 sebanyak 35 unit
untuk pemindahan sampah dan kondisnya masih cukup baik.
- Pengangkatan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan container truck (arm roll truck)
8 M3, dump truck 6-8 M3 serta Compactor 8 M3. dimana pengoperasionalnya
disesuaikan jadwal siang malam.
- TPA, Digunakan Excavator dan bulldozer untuk mengangkat dan memindahkan serta
meratakan dan memadatkan sampah pada sel-sel tertentu.
b. Prasarana
Prasarana pengelolaan sampah sampai dengan tahun 2007 , seperti :
- Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak.
- TPA dengan luas 26,5 HA, sudah milik sertifikat atas nama Pemerintah Kota
pontianak. Hingga saat ini luas terpakai + 13,5 Ha, sisanya sebagai lahan penyangga
(Buffer Zone ).
- Kebun bibit (bidang Pertamanan), dalam area perkantoran.
- Workshop / bengkel kendaraan angkutan Dinas dan sarana area parkir.
- Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) Batu Layang seluas 28,6 Ha , dalam sistem
pengelolaan controll landfill.
- 1 unit alat pemusnah sampah (incinerator), dengan kapasitas pemusnahan sampah
rata-rata sekitar 3 m3 3,5 m3 / jam (efektif jam kerja/kondisi normal). Pengadaan
tahun anggaran 2005, dengan tingkat pelayanan persampahan sekitar wilayah Kec.
Pontianak Barat, khususnya masyarakat sekitar keluarahanParit Tokaya. Effisiensi alat
pemusnah ini, dapat meminimalkan keberadaan TPS-TPS liar yang berada pada lokasi
jalan protokol dan sekitar wilayah Kec. Pontianak Barat (desentralisasi pelayanan
persampahan). Akhir tahun kegiatan 2007, unit incinerator mengalami penurunan
kemampuan bakar sekitar 45 %, hal ini dikarenakan model kontruksi mesin adalah
statis, sehingga permasalahan sering terjadi pada pemadatan sampah bagian bawah
yang tidak tersentuh proses pembakaran. Akibatnya terjadi penumpukan panas
tinggi ke bagaian sistem bahan penyerap panas (castble iron dan bata tahan api).
Kemampuan bahan tersebut terbatas, akan rontok sedikit demi sedikit, sehingga
terjadi penyerapan panas tidak merata, proses pembakaran akan terjadi lama.
Akses Jalan
Jalan masuk ke TPA Batu Layang dihubungan melalui Jalan kebangkitan Nasional yang
merupakan rencana jalan lingkungan luar Kota Pontianak. Jalan kerja adalah merupakan jalan
operasional yang berfungsi sebagai lintasan kendaraan angkutan truk sampah, agar dapat
mencapai sedekat mungkin dengan sel timbulan. Lebar jalan yang ada 6 M dengan bahu jalan
selebar 1,5 m dengan dilengkapi lokasi kerja penurunan sampah (Tipping Area) pada setiap
jarak 80 m dimanan bahu jalannya diperlebar menjadi 6 M. Jarak antara jalan kerja dibuat 80
m dengan maksud agar panjang lintasan operasi Buldozer dapat efektif dan effisien dengan
hasil maksimal.
Sistem Drainase
Sistem drainase TPA dibuat melingkari TPA, sehingga dapat berfungsi mencegah aliran air
permukaan dan aliran air tanah masuk kedalam lahan Controlled Landfill. Dan juga mencegah
aliran air permukaan dan aliran tanah keluar dari lahan landfill secara langsung ke badan air
parit selang yang ada.
Dimensi Sel
Ukuran sel yang ada dibuat 80 mx 85 m, sehingga dapat lebih mudah mengontrol kepadatan
sampah setiap selnya. Tebal penimbunan dilaksanakan maksimal 1 m, sehingga timbunan
sampah dapat dipadatkan sampai mencapai density seluas + 600 Kg/m3.
Tanah Penutup
Sistem control landfil yang dilakukan pada TPA batu layang saat ini berupa tanah penutup,
timbunan sampah dengan ketebalan sebagai berikut :
Tanah penutup untul sel harian dibuat tebal 15 cm
Penutup antara dibuat tebal 30 cm.
Tanah penutup akhir dengan tebal 50 cm dilakukan jika timbunan sampah sudah
mencapai 5 cm.
Gambar
Peta Lokasi TPA dan TPS Kota Pontianak
01'29" % J
l. P
en
un
ja
gAta
n sI 01'29"
ra
Flo
Jl
as
kitanN
ng al
ion
ba
JlKe
etun
kB
lu
JlTe g
t as I
A
unj a
ng
Jl.Pen
Jl.
ha
K
#
tulistiwa
## SK ALA = 1 : 110.000
Jl.Da
Jl T
ansAD
rmaP
uraB
Jl.B
ud
iU
to
mo
# #
Jl.Su
nB
era
ng
ng
aiSe
l.JSah
retPa
e
b
la
arsa
r
ang
kto
ma
Jl28O
Jl. P
Jl.Paw
a
t
#
#
JlUKA
Ma
s
#
li
mBa
sI
a
#
l iM
Ko
mBa
Jl
mad
# #
JlKo
JlOtotAh
# # Pur a
a rma
JlHNa
lYa
kMSabran l. D
mad
ina
a
#
t
Jl. K
omY J lOtotAh
mad
I J
d
osSu
da
r so J
JlHAh
wa
arta
# #
M
wiH
#
000'30" 000'30"
Jl.
J.L M
asan
alib
.Y
##
T
era
n
JlHNa
waw
iH
asan usu f
ng
JlHNa
I
ma
#
Ur
t Pa
ie
akr
Jl.
.B
are
wa
Jl. P
wiHa
JL
##
ent Belit ar
J
l. S
aa
sa
dA
im
#
Jl
nI
Jl.Ap
el
e
J
bu M
lSela tSu
r in
g
Jam
mb
%
aI I
Jl
Jl
## #
g
liIn dah
JlPa
re
tP
an
ge
ra
nB
Saha
n
adi
B
Suka P
a
Jl
Kom
kmur
elVI
Jl
Jl
it M
ama
Ap
a
t
a
ka y
Par
Jl
u/T
#
J l.
Sri
eb
t J l.
Jl. T
a
ntan
um
Jl.H
arun
a Jl.S
ela
tP
an
ja
ng
b
# ##
am
S
JlKela
a
l. S
i tuM
ah
mud
ela
t
aw
J
Sel
S
o
##
Jl.
ri
Jl. S
ka
Tps Pontia nak
JlSe
Jl.
JlTa
#
JlB
latSab
JlB
ukitRa
JlKo
PK
#
P
an
JlPurin
g
erma
i
mSu
ya
g
aP
u
Jntos
lSe
Jl.Jera
omM
an
d
#
tBal
i
ng
lK
## #
h ra i
la
iJ
a
nd
Mu
# J l. H
asanu
din
Se
aw
a
in
J Jl.Pa
are
iP
ba
t
Jl
Lem
K
erm
#### # # # #
J lMe I I
kKa
Jl.
J l.
akI
sih
i
a
Mer
ah
ma
n
ra k
l. R
aisA
.R
I
Jl
###### Jalan
J
Jl K
en ari
ch
mad JlKu
ja W
an
ali
Jl.Bu
raiA
n lKen
ari til lab uh
Jl.Sida
Ra
# # #### # #
Jl. T
ab Jl.C
ama
r J ang Jl. P
e
kit B
Jl.Hu
Jl.Ra
J l.
hadi U
JlKo
Jl.GstH
ar
ssie
s
isa
sm
l.J
# # ia k
mKP
Jl.Z
an
atimah
ain
Jl .K
Jl. D
RHa Jl. N n u J
LP
za
udin
apMars
## #
as ih J urAli l. T
am ar ma
F
h
kI
l. L t if
a J Su dir hBa r
eMra
Jl.
an
s l. S ejara u
anju
#
Jl.
esma J is
b J I ahI eray rat
Admininistrasi
JlBer
ngp ura
Jl. P
usk Jl B
eli saIn dah l. N usaInd Jl. SgHari B a
Jl.Pa
Jl.Me l. T
r itura
dikari
Jl. S
# JlB
PK PI r dek a arjo
# Jl. N u J atan
# J
Jl.ARa
t
im
l
tM
asi ha
Tha um
S oh l. B
# .l T
an
jun
gHilr .l Y
a'Sa
bran
ura
uh
Nav ig Jl U
ma
r JlPan ca silaV Jl. Ur ip saIndahI I l. Jua nd a J gara l.ja A s ahan J J
ammad
m rti ni ur
hm
Puy uh
Jl K
o kDal ek AKa Jl. N
u J si ngam an J ra GiriTim
ekaa
n
Jl. W
anHa
lPain
J
l. R
Jl. A
nin
g
### # # ##
h lW a ohar J i n ro
l. S l. Ind
Jl
merd
l .HMS
J
ahitHa
kim
iB
hKu
amza
H JlPancasilaIV J Jl .J J ik D i ti J
nt
arda
u se in engkuC
# hakam
Ke
Jl. D
sy im
sa
a
JlNipa
ri
t is
lPancasilaI lem
r in
ig
raH
ar 1 J
# Jl. P a Jl P aJl.Hos alim ekayam
Pe
ny
ita m
uta
D un us S l. S
o
Jl
Jl .Me
l .Lin gk
#
J mai Jl K a at na
## kro amin l. WMS idi goro J
r
ap
J ign
yoP
er sila I arim end a ot o J i pon e
i
J l.Sama
JlK
omS
uw
sia lI l P a nca Jl .K Jl. C e ring in Jl. D Jl. S ia m
a rito
#
I l. B
Jl.KH
nh
lSep
aka
t VI anca J l .B J
udi
## #
smas I J Jl. P J
ADa
JlTa
ki Jl.Gaya
Muis
uske aiMarz u
hlan
sl
JlR
l. P tan
ian in Im
d
im
asun
J Jl K
omP
er Mus lim ar Jl. Ism ia k ng limaA,
Jl. A
b
a ru
B
ama
i p nti Um lS ni]
aS
aka
tD a kam ans ag e ra e ngk u n ang J
#
nglimaARa Jl. P
a
a
lSep lM l .M
Jl .Kerta
id
J lMarta
J J l .W J l .T L ela di l. P
a
Jl. T
J J u lun g e tia B u J Tol I
Sari
a
njun
#
ay a
l. S
Jl K
Ja ya
JlNy
Tiy
ya s tS J g alr el
Wij
e
gRa
iAgen
ah
k aj mai Jl .G etap an
# Jl. P
a
Jl
nca n
yaI
hu
Jl E Jl. K
Jl.Dr.
aJlKo
Jl.GajahM
Jl. A
gSe
ang
k se
ra n
ntu
aPnd kaDa
Jl. W
s Ka
g
Bu
jung Jl Su
Wh
a
mB
R.
#
lU y ang
J l.
Jl.Kh
i
din
Jl.Pu
Supr atm
ada
pua sI
###
J
atI
li an airil an a rya
#
pak
l .A ya r en tK
tr iDarana
JlI smail
J l.Se
ang arH k
u a J
# i
a
j a
t a
m n a a
d h lJ .P
MZ
Ali lD iS
w l. H i ja
#
ep a J J l. De J
Jl. U
Jl .Ra
Baw
J l .T ie rTa da
m J
ha y
Jl.Putr i
#
u kaRa b du rach mad
#
### #
lS ani
t IV
Can
tI
J yA kiAh Sury 2 it I
dram
Jl.KsTub
aka
aka
Sep
l .M l. A l. S up
id
Jl. Jo
J J J J Jl S
u
Jl
Jl
han
um
un
J lSu
a
Idrus
Jl.I m
k us
II mra n
pr apt o
ata
# #
lJSuk ep ak at .A pto 7 pto 3
PN
am
h l. M da
6
Bo
#
amu lS
J l.
Jl.Halmah
njol
02'29" 02'29"
lK a pto J J l. P
gga
JlSu 5
pr apt o
Jl .H Jl .S da tKa
JlPet
eraI
pr a
t an gai nit s uf
I
pt o
aliman eman Jl P
e rya l .MYu
ani
J l.Dr.Su
lK ngS afie
a ri J Jl. P a Jl. S y J
Jl.Malul kuawesi
Jl.Mu
#
S
to m
Jl. S
j iah din di
aw a rgo no
m
Jl B
tar u
e
el ac
l. R
a
r dan
sP
J ir ad a id
S ris Ma Jl.
enS
pu a
Ha
JlLing
etra
n
nau
J l.Ka
Jl. V
JlKa
J lSe Jl F
mad
J l.Da
Jl.Su
n
gA
ramI lo res
JlI smail i
oo
S
ar S
k
mate
lau w R
JldrRu
tad
J l. Su di bd
A r vin Jl.
ra
Agus
io
dia
ru lA OR
Jam
pa n
J l.Me
Jl.Pa
op ati I
li
Sa
i
aw ba Jl. la p
Jl
#
uSr
J l.Ma
Jl
tu ng
ya
# J las ng ga no
ra m
du
Un
Kar
JlAr yo
I
ra
Jl. S
J l.Se
JlNia
#
l.J
Sar i
s
uto
aya
Jl.wo
I
In
o
noy ipto
uSropati
J lWij
da
Jl.PG oso
ar
ung
A
JlWid
Unt
o do
Jl.
lJ
.Ta
#
jun gsa ri
Jl.Ka
ni M
a km
r ya
Tan
Jl.Mo ur JlMar go
sion al
J
Jl.
aru
B
aNa
l.Pa r od lJ sasi
k Bece ng adi Swa karya
osia
Day
u rna m
a Jl.M
l
na S
Jl.
l .P Is a
Kar
J
Jl. Ling k
Jl.
l.J
ar L
Peri ntis
uar
2
J in
l.I lh m
Jl.Pu
am r of.MYa
rnam
Jl .P ryaBaru
aAg
adiI
l.J l. K
a
ungIV
r od
Wonob J
Mo
ak at
I
J l.
aru as
Sep
a yor it
Jl Kom
ein
Jl.
lM
Hus
J
J l.Am
Bap
Jl N
le h
Par etH
in d
u sa K
nSa
pera
o
tan
chm
arya
seha
J
Jl.
Ke
dulRa
lNirbaya
J l.
is
Ab
lHRa
J l.
J
JlAYan
i
Jl.Har ap
an Ja
yaI I
#
arso
ud
Jl.Tanj u
RS
S
Jl.Har ap ng R
Jl.
ay
anJ aI
ay a
JlTum
a
rd an a
ng
Jl .Parit D
Pe
J l.
em
I
a
J l.Ad
p uas
ng
at I
iSu
Sepa k
nKa
ci pto
embata
J l.
#
I
ama
Purn
Jl .S
Jl.
epa k
at -
Pari
nI
Husei
Hs ie
Hu
tH
n
Pare
04'28" 04'28"
Jl.
aDlam
gaiRa
ya
Jl.Sun
Tabel 3-12
Kondisi Dan Lokasi TPSTahun 2010 Wilayah Kota Pontianak
Volume
Kondisi Timbulan
No. Wilayah / Lokasi TPS Jenis TPS (Ukuran Landasan Keterangan
TPS Sampah
TPS)
B. KELURAHAN Pal 5
a. Jl. Husein Hamzah
Samping Dpn Komp. Griya Jawi 0,5
23 Permai Bak Batu (3 x 1 x 1) Baik M3 Tanah
0,5
24 Samping Komp. Mitra Utama 2 Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Baik M3 sda
25 Samping Komp. Karya Indah Lestari Bak Semen (2 x 1,5 x 1) Baik - sda Swadaya
Samping Komp. Mandai Lestari 0,5
26 Permai Bak Semen (2 x 1,5 x 1) Baik M3 sda Swadaya
0,5
27 Samping Komp Didis Permai 1 Bak Semen (2 x 1,5 x 1) Baik M3 sda Swadaya
0,5
28 Samping Pesona Palma Bak Semen (2 x 1,5 x 1) Baik M3 sda Swadaya
Volume
Kondisi Timbulan
No. Wilayah / Lokasi TPS Jenis TPS (Ukuran Landasan Keterangan
TPS Sampah
TPS)
b. Jl. Alianyang
48 Dpn Gg. Kencana Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Baik - Tanah
49 Samping Kantor Pertanian Bak Batu (4 x 2 x 1) Baik - sda
50 Dpn Makam Muslim Sei Bangkong Bak Semen (2 x 2 x 1) Baik - sda
51 Dpn Masjid Hidayatush Shalihin Bak Batu (3,5 x 2 x 1) Baik sda
a. Jl. Serayu
0,5
61 Ujung Jl. Serayu Bak Semen (3 x 3 x 1,5) Baik M3 Cor Semen
0,5
b. Jl. Sultan Muhammad Liar - - M3 Tanah
62 Ujung Jl. Asahan (Jembatan)
D. KELURAHAN TENGAH
b. RA. Kartini
69 Komp. Matahari Mall Container (3 x 2 x 1) Baik - sda
E. KELURAHAN MARIANA
a. Pak Kasih
74 Samping Gg. Lembah Murai Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
a. Pak Kasih
d. Jl M. Hambal
68 Depn Kantor PU Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen 2 Unit
c. Jl. 28 Oktober
81 Depan Gg. Swasembada V Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik 1,5 M3 sda
a. Jl. Khatulistiwa
Dpn Karet (Jembatan) Liar - Baik 1,5 M3 sda
Susak
82 Samping Lap.Volly Monginsidi Bak Semen (3 x 2 x 1) Berat 0,5 M3 sda
Rusak
83 Depan PT.Sumber Djantin Bak Semen (3 x 2 x 1) Berat 0,5 M3 sda
| 44
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Penanganan sampah di TPA kini dalam pengelolaannya, telah dilakukan kerjasama oleh pihak
swasta, dalam hal pengelolaan gas methane (CH4), yaitu oleh PT Gikoko Kogyo Indonesia.
Sedangkan untuk bentuk operasional lingkungan dan bentuk kegiatan pembuangan dan
penataan, tetap ditangai oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. Bentuk
kerjasama dalam hal penanganan gas methane di lokasi TPA, dilakukan agar keberadaan TPA
tersebut tetap dipertahankan sehingga umur atau lama penggunaan TPA menjadi lebih lama
dalam pengoperasiannya dan yang tak kalah pentingnya adalah ada upaya sistimatis dari
Pemerintah Kota Pontianak dalam mengurangi salah satu dampak pemanasan global yang
sekarang terjadi, terutama upaya pemanfaat pengurangan gas methane di TPA melalui
program CDM ( Clean Development Mekanism ) proses LFG (landfill Flaring Gas ).
Tentang Program CDM pengelolaan TPA Batu Layang, pada tanggal 24 Juli 2006, telah
dilakukan pendatangan MOU antara Pemerintah Kota Pontianak Bapak Walikota dengan PT
Gikoko Kogyo Indonesia. Adapaun masa kerja sama tersebut selama 21 tahun, terhitung
mulai tahun 2006 s/d tahun 2027, dengan pola BOO (Built Own Operate) dan Pemerintah
Kota Pontianak tidak dibebani dana maupun pinjaman. Pengelolaan sampah di TPA terutama
pengumpulan Gas Methane kemudian dilakukan pengurangan dengan penyalaan (flaring)
maupun pemanfaatan untuk energi lain.
Seiring dengan perkembangan yang ada ternyata TPA Batu Layang ini tidak dapat menghasil
gas metana yang diinginkan. Dari hasil pemantauan di lapangan diperoleh data hasil gas yang
dihasilkan 30% saja, sehingga tidak memenuhi kuota yang diinginkan. Permasalahan yang
terdidentifikasi sehingga prasarana ini tidak berfungsi diantaranya:
- Tingginya muka air di daerah lokasi TPA di Kelurahan Batu layang;
- Drainase pada saluran yang tidak baik;
- Tingginya curah hujan di Kota Pontianak;
- Pengaruh tanah gambut pada proses kimia persampahan;
- Kondisi jaringan pipa yang terlalu rendah yang mengakibatkan banyaknya air limpasan
(hujan atau tanah) yang masuk ke pipa peresapan dibandingkan air sampah;
- Jenis sampah yang ada tidak dibedakan antara organik dan anorganik;
- Sirkulasi air limpasan dari limpasan air tidak berjalan lancar.
Selain para pemulung, kegiatan organisasi masyarakat Kota pontianak yang turut
berpartisipasi dalam kebersihan lingkungan antara lain :
- LPM
- PKK
- Pramuka
- Para siswa
- Organisasi kepemudaan
Di kelurahan Tanjung Hulu telah dibuat rumah kompos yang dikelola oleh LSM Peduli
Lingkungan sehingga sampah yang dibawa keTPA betul-betul sampah yang sudah tidak bisa
mengalami proses 3R lagi.
PRODUK A B C D E E
INPUT User Interface Pengumpulan Penampungan Pengangkutan Pengolahan Akhir Daur Ulang Dan /
Setempat Sementara Terpusat Pembuangan Akhir
Kompos Kompos
Skala Skala
Rumah Resid Rumah Resid
Tangga u Tangga u
Sampah Resid
Organik u
Resid
u
Daur
Sampah Non Kompos
Ulang
Organik Skala
Skala
Resi Rumah Resi
Rumah
du Tangga du
Tangga
| 47
Gambar 3-10 Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak ( On Site )
PRODUK A B C D E
INFUT User Interface Pengumpulan & Pengangkutan / ( Semi ) Pengolahan Akhir Daur Ulang Dan /
Penampungan / Pengaliran Terpust Pembuangan Akhir
Pengolahan Awal
Black Water
Tinja
Urine
Air
Pembersih
Air
Penggelonto
r
Kertas
Effluent
Pembersih
Grey Water
Air Cucian
Dari Dapur
Air Bekas
Mandi
| 48
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Didalam menjaga kondisi kota yang berkaitan dengan drainase maka pemerintah
mengeluarkan peraturan baik berupa Perda dan Perwa yang mengatur mengenai kegiatan
yang berhubungan dengan drainase, seperti berikut:
Peraturan Darah :
1. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Ketertiban Umum
2. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor Perubahan Pertama Peraturan Darah Nomor
3 Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum.
3. Peraturan Daerah Kota Pontiank Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Retribusi pelayanan
Persampahan/Kebersihan.
Perkembangan suatu kota tidak terlepas dari kegiatan pembangunan, didalam kegiatan
pembangunan tersebut harus ada suatu dinas yang bertanggung jawab dalam sub bidang
tertentu.
Tabel 3-12
Saluran drainase per kecamatan
Kecamatan Kelurahan
1 Pontianak Barat 1 Pal Lima
2 Sungai Jawi Dalam
3 Sungai Jawi Luar
4 Sungai Beliung
2 Pontianak Timur 1 Parit Mayor
2 Banjar Serasan
3 Saigon
4 Tanjung Hulu
5 Tanjung Hilir
6 Dalam Bugis
7 Tambelan Sampit
3 Pontianak Utara 1 Siantan Hulu
2 Siantan Tengah
3 Siantan Hilir
4 Batu Layang
4 Pontianak Selatan 1 Benua Melayu Darat
2 Benua Melayu Laut
3 Parit Tokaya
4 Akcaya
5 Kota Baru
5 Pontianak Kota 1 Sungai Bangkong
2 Darat Sekip
3 Tengah
4 Mariana
5 Sungai Jawi
6 Pontianak Tenggara 1 Bangka Belitung Darat
2 Bangka Belitung Laut
3 Bansir Darat
4 Bansir Laut
Untuk kegiatan penanganan terhadap saluran drainase yang dilakukan dengan normalisasi
khususnya pada 3 saluran primer yaitu sungai Malaya, sungai Raya dan Parit Tokaya
dilakukan dengan penentuan rancangan dimensi sebagai berikut:
Tabel 3-14
Dimensi Saluran Primer
Dimensi Normalisasi
Sungai Daerah
Lebar (m) Kemiringan Tebing Panjang (m)
Malaya BM5-BM3 10 1:1.5 2.171
BM3-BM2 13 1:1.5 1.375
BM2-BM0 15 1:1.5 2.715
Tokaya K28-BM TKY 1/3 6 1:1.5 2.012
BM TKY 1/3 TK 88 10 1:1.5 2.150
Raya R103 R76 4 1:1.5 1.380
R76 R58 6 1:1.5 920
R58 R21 10 1:1.5 1.827
Pengelolaan Drainase yang telah dilakukan sampai dengan Maret 2008 dan masih diperlukan
penanganan lebih lanjut terdapat pada saluran :
Tabel 3-15
Saluran Primer
No. Jenis Saluran Nama Jalan/Parit/Sungai
1. Saluran Primer JL. Diponegora
2. Saluran Primer JL. Gajah Mada
3. Saluran Primer JL. Urip/ Sudirman
4. Saluran Primer JL. JL. Dr. Wahidin
5. Saluran Primer JL. Ampera
6. Saluran Primer JL. Cokroaminoto
7. Saluran Primer JL.Merdeka/S. Bangkong
8. Saluran Primer JL. JL. U. Bawadi
9. Saluran Primer Sungai Raya
10. Saluran Primer Parit Tokaya
11. Saluran Primer Sungai Jawi
12. Saluran Primer Sungai Malaya
Pengklasifikasian menurut fungsinya, Saluran Drainase dibagi menjadi tiga jenis Saluran
Drainase :
1. Saluran Drainase Primer
Saluran Drainase Primer di Kota Pontianak memiliki panjang 131.870 m dengan
fungsi untuk menampung air dari saluran Primer dan Sekunder.
dilakukan dengan menggunakan Beton, Pasangan Batu dan Kayu dengan memiliki jumlah
penanganan lebih kecil dari Saluran Primer Kota. Sebagian saluran Kota baik Primer,
Sekunder dan Tersier masih menggunakan papan dan ada yang masih berdindingkan tanah.
Saluran tertutup difungsikan untuk menghubungkan saluran yang satu dengan yang lainnya
terutama untuk saluran yang memotong jalan . Pada daerah daerah tertentu khususnya di
daerah yang aktifitas lalu lintasnya cukup tinggi dan lebar saluran yang tidak begitu besar
digunakan juga saluran tertutup.
Selain saluran terbuka terdapat pada daerah Permukiman, Saluran terbuka terdapat juga
pada daerah Perdagangan dan Perkantoran yang sejajar dengan jalan Arteri Primer dan Arteri
sekunder Kota. Bentuk saluran seperti ini difungsikan untuk membantu Dinas yang terkait
didalam mendukung kegiatannya.
Didalam hal menjaga agar tidak terjadi limpasan atau genangan di Kota Pontianak
Pemerintah membangun beberapa pintu air yang diharapkan dapat mengatur keluar
masuknya air ke Kota Pontianak.
Drainase di kota Pontianak rata-rata bermasalah, yang dalam hal ini disebabkan karena
Pontianak berada di daerah delta dan pasang surut. Bila datang hujan pada saat air pasang,
maka saluran drainase tak bisa mengalir secara lancar ke sungai dan bahkan meluap dan
banjir di mana-mana. Hal itu diperparah dengan budaya buang sampah yang masih rendah
membuat drainase penuh dengan sampah.
Peran serta masyarakat didalam penanganan Saluran Drainase masih cukup kecil ini dapat
kita lihat dari banyaknya jumlah dari Saluran Drainase yang tidak berfungsi sesuai dengan
yang kita harapkan. Data yang ada menunjukkan Saluran Drainaase hanya 18.76 % dalam
kondisi baik dan sebagiannya 44,75 % dalam kondisi yang buruk. Hampir 50 % Saluran
Drainase tidak berfungsi.
Kegiatan peran serta masyarakat didalam mendukung penanganan Drainase hanya dilakukan
pada saat acaraacara tertentu seperti hari ulang tahun kemerdekaan Bangsa Indonesia yang
kegiatannya dilakukan secara gotong royong dengan membersihkan saluran yang ada.
Kegiatan seperti ini diadakan 1 2 kali dalam setahun.
Peran masyarakat yang lain datang dari kelompok - kelompok Pencinta Lingkungan Hidup
yang kegiatannya masih didukung oleh pemerintah dan dilakukan pada kegiatan acara
acara hari besar seperti hari kemerdekaan RI.
Peran serta masyarakat yang bisa diharapkan dan dekat dengan kegiatan kesehatan adalah
kader Posyandu. Kader Posyandu merupakan kader yang mempunyai hubungan yang cukup
dekat dengan masyarakat khususnya para ibu rumah tangga yang kesehariannya selalu
melakukan aktifitas yang berhubungan dengan Saluran Drainase. Para kader Posyandu bisa
diharapkan untuk memberikan bimbingan terhadap para ibu rumah tangga didalam hal
memberikan informasi betapa pentingnya kegiatan menjaga Saluran Drainase yang telah ada.
Apabila Kegiatan ini dapat berjalan sesuaia dengan yang diharapkan maka Prosentase Saluran
Drainase dalam kondisi buruk dapat menurun. Sehingga dari segi Kesehatan, Kualitas
Kesehatan masyarakat dapat meningkat.
Pengelolaan Drainase maupun pengelolaan bidang bidang lainnya, yang berkaitan erat
dengan hajat hidup orang banyak harus dikelola secara komprehensif. Pengelolaan ini
diharuskan melibatkan komponen masyarakat secara menyeluruh dan SKPD terkait. Perlu
dipertanyakan mengapa persoalan pengelolaan Drainase yang ada maupun drainase yang
akan di bangun selalu mengalami hambatan atau tantangan yang besar?. Apabila ditinjau
lebih jauh faktor ini disebabkan oleh tidak adanya cara pandang yang sama dan pemahaman
yang mendalam terhadap arti pentingnya Drainase perkotaan, baik itu dari elemen
masyarakat maupun Pemerintah.
B. Aspek Teknis
1. Belum adanya perencanaan secara keseluruhan terhadap Drainase Kota.
2. Drainase lingkungan perumahan belum tertata (masih alami)
3. Masalah koneksitas dari drainase primer ke sekunder, kemudian ke tersier
4. Drainase perumahan tidak nyambung dengan sistem drainase kota
5. Drainase hanya berupa selokan untuk memindahkan air hujan
C. Aspek Pendanaan
1. Terbatasnya anggaran APBD Kota.
2. Kurangnya Pengalokasian Dana Pembangunan Infrastruktur ke Saluran Drainase
Lingkungan Pemukiman.
3. Belum adanya pendanaan khusus dari Pemerintah Pusat ke Drainase Lingkungan
Pemukiman di daerah daerah.
4. Banyak saluran tanpa pengerasan (tidak memenuhi standar teknis)
Pengaturan sistem pengembangan air minum secara umum diatur melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005. PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak didirikan
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 03 tahun 1975 sebagaimana diubah melalui Peraturan
Daerah Nomor 03 tahun 2009 tanggal 16 Perbruari 2009 sedangkan Pelayanan Air Minum
kepada pelanggan diatur melalui Perda Nomor 04 Tahun 2009 tanggal 16 Perbruari 2009.
Dalam bidang manajemen diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum dan
Peraturan Walikota Nomor 26 Tahun 2008 mengatur tentang Direksi, Dewan Pengawas dan
Kepegawaian PDAM Kota Pontianak. Sementara Peraturan Walikota Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak
Pada bidang keuangan dilaksanakan dengan mengacu pada Keputusan Menteri OTDA Nomor
8 Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum sementara
kebijakan tentang tariff air PDAM mengacu pada Permendagri nomor 23 tahun 2006 dan saat
ini tarif air minum diberlakukan sejak tahun 2007 melalui Peraturan Walikota No. 30 Tahun
2007, sedangkan Pengawasan Kualitas Air Mengacu pada Permenkes No. 416 tahun 1990
Tabel 3-16
Cakupan layanan PDAM
Gambar3-11
Booster PDAM Dan Jaringan Pipa PDAM Di Kota Pontianak
01'29" 01'29"
P ip a 100 In ci
i
In c
P ipa 100 In ci
00
a1
P ip
P ip
Pip a 2
Keterangan :
i
a
50 Inc
In c
i
10
i
0
nc
ci
0I
10
1 00 In
0I
nc
ci
In ci
P ipa 250 In ci
Pdam.
a
10
i
P ip
P ipa 100 In
a
a 1 00
P ip
P ip a
P ip
Pi
Booster-pdam.
a
P ip pa #
P ip
000'30" 000'30"
25
ci
a 10
0
10 0
In
#
In
In c
0
0
Sungai.
ci
In 10 i
ci
9 10
Pipa 100 In ci
Pip a
#
6
a
P ip
In ci
ci
I nc i
0 In
11
P ip
In ci
ci P ip
a 10
a 50
In c
i
# 8 Pipa 200 In ci
In ci P ip
7#
0
ci ci #
a 10
0 In i In
a
10
10
0
50
Inc 5 50
In
50 In c
i
ip i pa 12
a ci
P ip
a # a 50
Pip
P P ip ip In
P ip P P a ci
0 P ip
a
In
10 # 50
50
P ip
a 2
Pi
a
In c
ip
P ip
a
pa
P
P ip
10
P ip
i
50
P ip
02'29" 02'29"
c
P ip
3
In
a5
In
4
a
a
In
ci
ci
50
10
P ip a 5 0
10
ci
0 In
0 In I nc i # c i
0
a5#
0
a
5 0 In c i
ip
P ip ip a 1 00 1
In
In
In
c
00
ci
ci
P
i
Pi In a1
pa ci Pi # P ip
Pi
50 pa i
Pi
In In c
pa
50
pa
Pi c i 50
a
25
pa In
i
Pip
25
In c
ci
50 ci
0
In
ci
0
In
In
0
In
In
50
ci
ci
i
10
In c
i ci
50
In c
a
a
P ip
50
P ip
ci
ip
00
In
P
pa
a1
0
Pi
10
2
P ip
a
i
In c
ip
P
#
00
04'28" 04'28"
a1
P ip
ci
0 In
20
a
P ip
Tabel 3.16
Jumlah Pelanggan Per Kelurahan Tahun 2009
Golongan Pelanggan
Kecamatan/Kelurahan
KU/HU Sosial R. Tangga Pemerintah Niaga Industri Khusus Jumlah
PONTIANAK BARAT 72 121 16,207 22 606 22 1 17,051
Kelurahan Sei Jawi Luar 16 35 3,739 11 215 10 - 4,026
Kelurahan Sei Jawi Dalam 29 60 7,903 5 316 8 - 8,321
Kelurahan Paal Lima 9 12 1,632 3 21 2 - 1,679
Kelurahan Sei Beliung 18 14 2,933 3 54 2 1 3,025
PONTIANAK KOTA 79 154 12,181 82 1,851 20 1 14,368
Kelurahan Mariana 11 15 1,081 5 92 1 1 1,206
Kelurahan Tengah 9 25 1,178 22 182 2 - 1,418
Kelurahan Darat Sekip 9 19 1,517 9 1,182 11 - 2,747
Kelurahan Sei Bangkong 50 95 8,405 46 395 6 - 8,997
PONTIANAK SELATAN 94 304 21,352 187 2,542 32 2 24,513
Kelurahan Parit Tokaya 34 152 8,486 111 639 13 1 9,436
Kelurahan Benua Melayu Laut 14 10 1,156 4 333 2 1 1,520
Kelurahan Benua Melayu Darat 18 39 3,879 9 1,174 10 - 5,129
Kelurahan Bangka Belitung 28 103 7,831 63 396 7 - 8,428
PONTIANAK TIMUR 38 85 7,192 8 203 1 - 7,527
Kelurahan Saigon 9 20 1,935 2 70 - - 2,036
Kelurahan Banjar Serasan 4 12 490 - 3 - - 509
Kelurahan Tambelan Sampit 5 5 233 1 5 - - 249
Kelurahan Parit Mayor 2 2 131 - 4 - - 139
Kelurahan Tanjung Hulu 8 26 3,085 4 86 1 - 3,210
Kelurahan Tanjung Hilir 4 3 292 - 3 - - 302
Kelurahan Dalam Bugis 6 17 1,026 1 32 - - 1,082
PONTIANAK UTARA 68 85 5,799 26 426 19 - 6,423
Kelurahan Siantan Hulu 31 33 2,793 18 155 11 - 3,041
Kelurahan Siantan Tengah 14 26 1,692 2 221 5 - 1,960
Kelurahan Siantan Hilir 21 19 964 6 44 2 - 1,056
Kelurahan Batu Layang 2 7 350 - 6 1 - 366
WILAYAH KAB. KUBU RAYA 3 6 1,867 1 26 - - 1,903
Kab/Kel Paal Sembilan 3 4 986 - 25 - - 1,018
Kab/Kel Sei Raya Dalam - 1 553 - - - - 554
Kab/Kel Sei Ambawang - 1 328 1 1 - - 331
JUMLAH 354 755 64,598 326 5,654 94 4 71,785
Sistem penyediaan air bersih PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak menggunakan sistem
pengolahan lengkap, terdiri dari dua instalasi utama dan instalasi mini (Mini Treatment Plan)
yang berada disekitar wilayah Kota Pontianak.
Instalasi utama I (IPA Imam Bonjol) berlokasi di jalan Imam Bonjol Km. 2.5, mulai
dikembangkan oleh Pemerintah Prancis tahun 1962 memiliki kapasitas awal sebesar 100
lt/dtk dan saat ini telah mencapai 1.210 lt/dtk yang terdapat di 3 (tiga) lokasi, yang terdiri
dari ; 4 (empat) unit pengolahan konvensional, 3 (tiga) unit mini treatment plan (MTP) yang
masing-masing dilengkapi dengan reservoir, pompa air baku dan pompa distribusi.
IPA (1) Imam Bonjol 150 lt/dtk IPA (2) Imam Bonjol 300 l/dtk
IPA (3) Imam Bonjol 110 ltr/dtk IPA (4) Imam Bonjol 300 ltr/dtk
Pasokan air baku IPA Imam Bonjol dengan kapasitas 860 lt/dtk yang berada di Pontianak
Selatan bersumber dari Intake Sungai Kapuas yang berjarak 300 m dari lokasi IPA Imam
Bonjol dan IPA Selat Panjang dengan kapasitas 300 lt/dtk yang berlokasi di Pontianak Utara
memiliki sumber air baku S. Landak sementara MTP Sei Jawi Luar dengan kapasitas 50 lt/dtk
mengambil air baku dari S. Kapuas.
Reservoir Distribusi
Reservoir distribusi adalah bangunan penampung air minum dari Instalasi Pengolahan Air
(IPA) atau mata air untuk kemudian didistribusikan ke daerah pelayanan melalui jaringan pipa
distribusi. Penentuan volume reservoir berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Jumlah volume air maksimum yang harus ditampung pada saat pemakaian air minum
ditambah volume air yang harus disediakan pada saat pengaliran jam puncak karena
adanya fluktuasi pemakaian air di wilayah pelayanan dan periode pengisian reservoir.
Dimensi atau daya tampung reservoir pelayanan pada umumnya berkisar antara 17,5% -
25% dari kebutuhan air rata-rata.
2. Cadangan air untuk pemadam kebakaran kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku
untuk daerah setempat.
3. Kebutuhan air khusus yaitu pengurasan reservoir, taman dan daerah pariwisata.
Fungsi Reservoir :
1. Menyeimbangkan debit produksi air dan pemakaian air bersih.
Jaringan sistem distribusi merupakan sarana pengaliran air minum dari reservoir distribusi air
minum menuju ke konsumen
Sistem distribusi terdiri dari :
1. Pipa Induk untuk menyalurkan air di seluruh daerah distribusi
2. Pipa Dinas untuk membagi air ke para pelanggan
Diameter pipa :
Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak dengan sisa
tekanan minimum di jalur distribusi. Ukuran diameter pipa pembawa (pipa primer dan pipa
sekunder) minimum 100 mm dan ukuran diameter pipa pembagi atau tersier minimum 50
mm.
Faktor jam Puncak untuk perhitungan pipa distribusi :
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem
Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya,
3.5.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penyediaan Air Bersih
Dalam hubungannya dengan PDAM, masyarakat adalah pelanggan dan PDAM adalah
penyedia layanan. Namun jika ditinjau secara keseluruhan dimana PDAM hanya mampu
melayani +68% masyarakat Kota Pontianak maka 32% masyarakat lainnya melakukan upaya
swadaya dalam penyediaan air bersih misalnya dengan mengakses air hujan atau
memanfaatkan air sungai. Perempuan sangat berperan dalam penyediaan air bersih dalam
skala rumah tangga. Sebagian besar masyarakat menampung air hujan dengan menggunakan
PAH berupa tempayan-tempayan. Sistem PAH yang memenuhi standar teknis baik dari
volume, konstruksi maupun sistem filtrasi masih sangat jarang digunakan oleh masyarakat.
3.5.6. Permasalahan
1. 32% penduduk kota Pontianak belum memiliki akses pelayanan air bersih
2. 35% pelanggan yang dilayani air bersih dari PDAM mendapat aliran dibawah 10
M3/SL/Bulan dan terindikasi pelanggan tersebut tidak mendapatkan aliran 24 Jam
3. Kualitas air yang disalurkan dari IPA relative memenuhi syarat, namun yang diterima
pelanggan kadang terjadi perubahan kualitas akibat kondisi jaringan yang sudah tua dan
kecepatan pengaliran yang tidak memadai.
4. Penurunan kualitas air baku S. Kapuas dan S. Landak sebagai sumber air baku utama bagi
PDAM terutama pada saat kemarau dimana terjadi interusi air laut dengan kadar garam
diatas batas yang diijinkan sementara IPA yang ada tidak didesain untuk mengolah air
asin.
5. Kapasitas IPA terbatas, hingga PDAM sulit mengembangkan pelayanan dan diperburuk
dengan tingginya angka kehilangan air sebesar 34% jauh diatas toleransi nasional sebesar
20%
6. Tarif air PDAM masih rendah hingga sulit untuk berinvestasi dalam pengembangan
infrastruktur air bersih
7. Pendanaan melalui APBD Murni Pemkot Pontianak tidak ada, sementara yang ada
bersumber dari APBN melalui DAK (Dana Alokasi Khusus) dan DHD (Dana Hibah Daerah)
dengan kondisi tidak memadai.
Beberapa kegiatan usaha yang saat ini menunjukkan perkembangan cukup signifikan dan
membawa pengaruh dalam perkembangan wajah kota Pontianak, antara lain kegiatan :
1. Industri
a. Crumb Rubber sebanyak 5 buah.
b. Keramik sebanyak 1 buah
c. Cold Storage sebanyak 3 buah
d. Galangan Kapal sebanyak 1 buah
e. Minyak kelapa / sawit sebanyak 2 buah.
2. Perdagangan
a. Supermarket / Mall sebanyak 5 buah
3. Parawisata
a. Hotel Berbintang sebanyak 4 buah
b. Hotel Melati sebanyak 39 buah
4. Kesehatan
a. Rumah Sakit sebanyak 4 buah
b. Klinik / Balai Pengobatan sebanyak 26 buah
5. Home Industri
Usaha Kecil Menengah sebanyak 670 buah (untuk Kecamatan Pontianak
Kota dan Pontianak Selatan).
Sektor kegiatan usaha diatas dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari berpotensi
menghasilkan limbah baik berupa limbah padat, cair dan gas yang dapat menimbulkan
pencemaran yang membawa dampak terhadap penurunan daya dukung lingkungan apabila
tidak dilakukan tindakan pencegahan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Penyebab pencemaran kualitas air permukaan di Kota Pontianak tahun 2009 rata-rata
pencemarannya disebabkan oleh berbagai macam seperti pabrik, bengkel, rumah sakit,
limbah hotel serta limbah restoran. Lokasi perbatasan Sungai Landak dan Sungai Ambawang
pencemarannya disebabkan oleh pabrik-pabrik yang beroperasi disekitar sungai tersebut.
Sedangkan lokasi Parit Malaya yang terletak di Tanjung Hulu pencemarannya disebabkan
oleh limbah bengkel-bengkel yang membuang sisa minyak pelumas tanpa pengolahan
terlebih dahulu. Lokasi Parit Nanas yang juga terletak di Tanjung Hulu pencemarannya
disebabakan oleh limbah-limbah restoran.
Tabel 3.18
Lokasi Parit Dan Penyebab Pencemaran
Pada tahun 2007 pengawasan limbah kegiatan usaha dilakukan pada 43 kegiatan usaha
yang terbagi dalam beberapa bidang usaha, masing-masing bidang usaha diambil
hanya beberapa kegiatan usaha. Adapun 43 kegiatan usaha dimaksud adalah sebagai
berikut :
a. SPBU
1. SPBU 64.781.01 5. SPBU 64.781.06
2. SPBU 64.781.02 6. SPBU 64.781.07
3. SPBU 64.781.03 7. SPBU 64.782.01
4. SPBU 64.781.05 8. SPBU 64.782.02
b. Laundy
1. laundry King 3. Laundry Sabda Express
2. Laundry Martuari Waya 4. Laundry Rajawali
Temuan permasalahan yang diperoleh pada saat peninjauan lapangan dan hasil analisis
laboratorium dibahas sebagai data primer dalam pembahasan rekomendasi dan saran yang
akan disampaikan kembali kepada pemilik usaha kegiatan.
Berdasarkan keputusan Mentreri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : Kep-
58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, yang
mengharuskan bahwa setiap rumah sakit harus mengolah air limbah sampai standar yang
diijinkan,
Untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar umumnya dapat membangun unit alat
pengolah air limbahnya sendiri karena mereka mempunyai dana yang cukup. Tetapi untuk
rumah sakit tipe kecil sampai dengan tipe sedang umumnya sampai saat ini masih
membuang air limbahnya ke saluran umum tanpa pengolahan sama sekali.
Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan tersebut, akan menghasilkan limbah baik cair
maupun padat. Limbah padat yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah
medis dan limbah non medis. Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan langsung dari
kegiatan medis. Limbah ini tergolong dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun
(B-3) sehingga berpotensi membahayakan komunitas rumah sakit. Jika pembuangan limbah
medis tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bahaya terhadap masyarakat di sekitar
lokasi pembuangan. Limbah non-medis adalah limbah domestik yang dihasilkan di RS
tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan bukan merupakan limbah
B-3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-sama dengan sampah kota yang ada.
Tabel 3-19
Hasil Pengawasan Kualitas Limbah cair pada beberapa Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada di kota
Pontianak Periode 2003 s/d. 2009
Berdasarkan Tabel 2 tersebut di atas maka jenis sarana pelayanan kesehatan yang diamati
dapat dikelompokkan menjadi :
Dari ketujuh Sarana Pelayanan Kesehatan Lanjutan tersebut yang telah memiliki dan
melakukan proses pengolahan limbah cair medis dengan menggunakan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) standar baru 2 buah Rumah Sakit (28,57 %), yaitu RSU Dr.
Sudarso dan RSU Santo Anthonius sedangkan ke-5 RS lainnya (71,43 %) dalam
penanganan limbahnya masih menggunakan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
berupa septic Tank.
Dari table di atas diketahui bahwa hasil pengukuran terhadap sample air yang diambil
dari masing-masing sarana pelayanan kesehatan lanjutan menunjukkan secara umum
kondisi effluent limbah cair medis masih berada di bawah Nilai Ambang Batas
maksimum yang diperkenankan sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-58/MENLH/12/1995, kecuali untuk
parameter tertentu. Kadar COD buangan limbah cair dari RSU Dr. Sudarso menunjukkan
telah melebihi NAB yang diperkenankan yaitu sebesar 128,38 mg/liter (maksimal 100,00
mg/liter). Demikian juga halnya dengan Rumah Sakit Bersalin Harapan Anda, dimana
kadar COD buangan limbah cairnya sebesar 104,40 mg/liter.
Untuk sarana pelayanan kesehatan dasar, ada 1 Puskesmas (50 %) yang parameter
buangan limbah cairnya melebihi Nilai Ambang Batas yang diperkenankan, yaitu di
Puskesmas Siantan Hilir dimana kadar COD=124,71 mg/l.
Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya, hanya 3 klinik yang diambil sample buangan
limbah cairnya, sedangkan 3 klinik lainnya belum dilakukan pengambilan sample. Dari
ke-3 klinik yang diambil tersebut, 2 di antaranya (66,67%) memiliki kadar COD yang
melebihi Nilai Ambang Batas yang diperkenankan, yaitu :
1. Klinik Bahana Putra : COD = 327,60 mg/liter.
2. Klinik Bina Sehat : COD = 180 mg/liter.
Penanganan limbah non medis pada umumnya dibuang di TPS untuk kemudian dibakar. Hal
ini sebenarnya tidak diperkenankan karena kota Pontianak, terutama pada musim kemarau
sering terjadi penurunan kualitas udara akibat kabut asap.
Sarana sanitasi yang terdapat di sekolah-sekolah dan familiar digunakan oleh siswanya adalah
jamban/toilet dan tong sampah. Namun selama ini baik Dinas Kesehatan maupun Dinas
Pendidikan tidak mempunyai data tentang jumlah dan kondisi sarana sanitasi yang dimaksud.
Di bawah ini adalah data tentang jumlah sekolah mulai dari pra sekolah sampai lanjutan
tingkat atas beserta jumlah muridnya. Untuk menggambarkan ketersediaan sarana sanitasi
sekolah adalah dengan didasarkan pada persyaratan penyediaann jamban yang ideal dengan
rata-rata kenyataan yang ada.
Tabel 3.20
Distribusi Jumlah Sekolah Dan Jumlah Murid Di Kota Pontianak Menurut Kecamatan
Tahun 2009.
Total 110 3916 4139 211 36285 33994 87 13630 13636 88 14378 13908 496 68209 65677
Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid pra sekolah, baik PAUD maupun
TK yang ada di kota Pontianak pada umumnya hanya 1 untuk setiap PAUD/TK sehingga
jumlah keseluruhan jamban / WC untuk anak pra sekolah baru mencapai sekitar 18 buah
atau sekitar 72 %.
b. SD / MI
Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SD / MI yang ada di kota
Pontianak sebanyak 211 buah dengan jumlah murid sebanyak 70.279 orang yang terdiri
dari 36.285 murid laki-laki dan 33.994 murid perempuan.
Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah
jamban / wc untuk anak SD / MI sebanyak 907 buah untuk murid laki-laki dan 1.360
buah untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban / WC yang
diperlukan untuk anak SD / MI sebanyak 2.267 buah.
Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid SD / MI, yang ada di kota
Pontianak pada umumnya hanya 2 untuk setiap SD / MI sehingga jumlah keseluruhan
jamban / WC untuk SD / MI baru mencapai sekitar 422 buah atau sekitar 19 %.
c. SMP / MTs
Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SMP / MTs yang ada di
kota Pontianak sebanyak 87 buah dengan jumlah murid sebanyak 27.266 orang yang
terdiri dari 13.630 murid laki-laki dan 13.636 murid perempuan.
Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah
jamban / wc untuk anak SD / MI sebanyak 341 buah untuk murid laki-laki dan 545 buah
untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban / wc yang
diperlukan untuk anak SD / MI sebanyak 886 buah.
Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid SMP / MTs yang ada di kota
Pontianak seperti juga halnya penyediaan jamban / wc untuk murid SD / MI, pada
umumnya hanya 2 untuk setiap SMP / MTs sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC
untuk SD / MI baru mencapai sekitar 174 buah atau sekitar 20 %.
Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah
jamban/wc untuk anak SMU/SMK/sederajad sebanyak 359 buah untuk murid laki-laki
dan 556 buah untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban /
wc yang diperlukan untuk anak SMU/SMK/sederajad sebanyak 915 buah.
Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996 oleh
Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama Pusat Promosi Kesehatan.
Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan program PHBS,
mulai dari pelatihan petugas pengelola PHBS tingkat Kota sampai dengan Puskesmas,
memproduksi dan menyebarkan buku Panduan Manajemen Penyuluh Kesehatan Masyarakat
tingkat Puskesmas; memproduksi dan menyebarkan buku Pedoman Pembinaan Program
PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan tempat umum, tatanan sarana kesehatan, serta
membuat buku saku PHBS untuk petugas puskesmas.
Hasilnya sampai tahun 2009 tenaga kesehatan yang telah terlatih PHBS untuk tingkat kota
Pontianak sebesar 80 % sedangkan untuk tingkat puskesmas telah mencapai 100 %, artinya
seluruh petugas pengelola program PHBS di Puskesmas telah mengikuti pelatihan PHBS.
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program PHBS adalah kemitraan/ dukungan lintas
program/lintas sektor rendah, kemampuan teknis petugas rendah, mutasi petugas terlatih,
alokasi dana terbatas dan perubahan struktur organisasi. Altematif pemecahan adalah
melalui kegiatan advokasi kebijakan, koordinasi dan keterpaduan manajemen dan
peningkatan kemampuan teknis pelaksana PHBS.
Kegiatan Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilaksanakan selama
periode 2009 adalah :
1. Kampanye PHBS, melalui :
a. Media Cetak : Iklan layanan masyarakat : 10 kali
b. Media elektronik :
- Dialog interaktif di TV : 3 kali, Radio : 6 kali.
2. Sosialisasi PHBS : 2 kali
3. Cetak Buku Saku : 50 buah
4. Cetak poster : 100 lembar
5. Cetak leaflet : 1.000 lembar
6. Cetak Buku Pemantauan Jentik Mingguan oleh anak Sekolah : 10.000 buah
7. Penggandaan CD PHBS : 50 buah.
Untuk Indikator Perilaku Sehat, cakupan PHBS untuk Tatanan Rumah Tangga adalah sebagai
berikut :
- Persentase Rumah Tangga yang memperoleh pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan : 79,05 %.
- Persentase Rumah Tangga dengan Balita diberi ASI Eksklusif : 100,0 %.
- Persentase Rumah Tangga yang tidak merokok : 38,57 %.
- Persentase Rumah Tangga yang melakukan aktifitas fisik setiap hari : 95,71 %.
- Prosentase Rumah Tangga yang melakukan diet sayur dan buah : 76,67 %.
- Persentase Rumah Tangga yang mempunyai JPKM : 47,62 %.
Untuk Indikator Lingkungan Sehat, cakupan PHBS untuk Tatanan Rumah Tangga adalah
sebagai berikut :
- Persentase
Rumah Tangga yang tersedia Jamban : 98,57 %.
- Persentase
Rumah Tangga yang tersedia air bersih : 96,19 %.
- Persentase
Rumah Tangga yang sesuai antara luas lantai dan jumlah penghuni : 70,48 %
- Persentase
Rumah Tangga yang lantai rumah bukan dari tanah : 100,0 %.
Kampanye PHBS tidak hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan sebagai SKPD dengan tupoksi
yang terkait tetapi juga oleh PKK melalui Pokjanya.
PKK dengan 10 program pokoknya telah banyak membantu untuk kemajuan keluarga di
bidang kesehatan dan kegiatan PKK terlibat dalam program 7,9 dan 10 yaitu kesehatan,
penyehatan lingkungan dan Perencanaan Keluarga.
Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku dan lingkungan melalui program PHBS
diharapkan masyarakat dapat mewujudkan derajad kesehatan yang setinggi-tingginya. PKK
Kota Pontianak membantu meningkatkannya dalam Program PHBS, hal ini dapat dilihat dari
tersedianya anggaran untuk program ini pada tahun 2009 sebanyak Rp.600.000,- dan Tahun
2010 ini sebanyak Rp.10.000.000,-. Pada tahun 2009 anggaran digunakan untuk sosialisasi 10
perilaku ber PHBS di rumah tangga, sedangkan pada tahun ini anggaran diperuntukkan pada
lomba kelurahan dengan pelaksanaan 10 perilaku ber PHBS di rumah tangga yang akan
diikutkan pada lomba tingkat propinsi dalam kegiatan gerakan PKK Kabupaten Kota.
Pada saat ini sejak bulan Februari 2010 PKK Kota Pontianak bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan, melaksanakan pemantauan mingguan menuju rumah tangga bebas jentik
sebagai upaya Penegakan kasus DBD yang endemis di Kota Pontianak.
Aspek kelembagaan
Cakupan air bersih masih kurang sehingga masyarakat masih menggunakan air
permukaan
Jaringan air bersih belum mencakup seluruh pemukiman
Terbatasnya akses air bersih untuk masyarakat miskin (kumuh)
Selain intansi-instansi tersebut, beberapa instansi lain juga memiliki program dan kegiatan
yang mendukung pengelolaan sanitasi di Kota Pontianak seperti Kantor Pemberdayaan
Masyarakat melalui kegiatan Stimulan Rumah Tidak Layak Huni yang banyak digunakan
untuk pembangunan MCK di rumah tidak layak huni; Kecamatan melalui Program Pembinaan
Sebagai dasar operasional pelaksanaan urusan sanitasi di tingkat kota, beberapa regulasi
telah disusun, diantaranya:
Dalam kurun 5 tahun terakhir (2005-2009), besaran Realisasi APBD Kota Pontianak meningkat
cukup singnifikan. Di tahun 2005 tercatat besaran APBD sebesar Rp.
312.590.392.355,62 yang 74,07% diantaranya dialokasikan untuk belanja tidak langsung dan
hanya 25,93% sisanya dialokasikan untuk belanja langsung pembangunan.
Trend tersebut mulai bergeser di tahun 2007, dimana dengan besaran APBD senilai
Rp. 556.263.221,66 hanya 47,80% diantaranya dialokasikan untuk belanja tidak langsung,
sedangkan sisanya 52,20% dialokasikan untuk belanja langsung pembangunan. Dari data
terakhir yang didapat (tahun 2009), total nilai realisasi ABPD kota Pontianak adalah senilai
Rp. 666.306.493.928,90 yang mana 47,96% dipakai untuk belanja tidak langsung dan 52,04%
untuk belanja langsung pembangunan.
Tabel 3-21
Perkembangan Nilai APBD Kota Pontianak Tahun 2005-2009
1. Belanja Tidak
225.523.482.982,15 252.503.970.325,44 256.792.310.095,12 308.047.136.111,24 315.971.691.096,43
Langsung
1. Pembiayaan
5.045.451.917,39 8.763.314.315,76 11.395.496.880,60 32.321.443.693,31 16.781.597.592,10
Penerimaan
2. Pembiayaan
4.410.208.638,80 3.103.958.638,80 2.603.958.638,80 603.958.638,80 603.958.638,80
Pengeluaran
Sisa Lebih Pembiayaan
IV 8.763.314.315,76 10.936.219.888,60 28.043.182.942,31 16.764.277.641,82 23.641.826.208,28
Th Berjalan
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah dalam komponen APBD kota Pontianak juga terus
mengalami peningkatan. Beradasarkan data tahun 2009, kontribusi PAD dalam struktur APBD
Kota Pontianak mencapai 9,88% atau senilai Rp. 65.847.726.764,00 yang didapat dari
komponen pengelolaan 6 jenis pajak daerah (pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak
reklame, pajak reklame, pajak penerangan jalan dan pajak parker) serta 25 jenis retribusi
daerah. Kontribusi terbesar dari komponen PAD ini disumbangkan oleh pajak penerangan
jalan umum senilai Rp. 19.523275.132,- atau senilai 29,64%. Dari total nilai PAD di tahun
2009.
Berdasarkan pembagian wewenang TUPOKSI SKPD, alokasi pendanaan sanitasi dalam kurun
tiga tahun terakhir (2007-2009) menunjukkan kenaikan yang kurang signifikan. Jika dilihat
pada tahun 2007 besaran total pendanaan sanitasi di Kota Pontianak sebesar Rp.
27.212820.195,- atau senilai 4,88% dari total APBD Kota Pontianak tahun 2007 dengan
proporsi pendanaan terbesar di Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Sedangkan di 2009 total
besaran pendanaan sanitasi adalah Rp. 27,959,340,019,- atau senilai 4,19% dari APBD tahun
2009 dengan proporsi terbesar pendanaan tetap di Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
Tabel 3-22
Proposi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut SKPD Tahun 2007-2009
Pembiayaan (Rp)
No Institusi 2007 2008 2009
APBD Kota APBD Kota APBD Kota
1 Dinas Kesehatan 1,862,515,475.00 1,283,168,450.00 315,781,000.00
2 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 11,435,276,430.00 8,861,043,471.00 14,132,031,533.00
3 Badan Lingkungan Hidup 2,039,185,880.00 1,981,097,828.00 2,312,342,842.00
4 Dinas Pekerjaan Umum 9,966,107,660.00 12,877,401,810.00 6,968,252,750.00
5 Kecamatan 1,909,734,750.00 2,312,556,900.00 1,662,474,588.00
6 Kantor Pemberdayaan Masyarakat - 272,024,320.00 2,568,457,306.00
Sumber : LKPJ Walikota Pontianak Tahun 2007, 2008 dan 2009, data diolah
Tabel 3-23
Proposi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut SKPD Tahun 2007-2009
(sumber dana APBD Kota, APBD I dan APBN)
Pembiayaan (Rp)
No Sektor Sanitasi
2007 2008 2009
1 Kampanye PHBS 2,021,320,225.00 1,609,733,750.00 428,257,500.00
2 Sampah 11,435,276,430.00 8,910,543,471.00 14,296,534,833.00
3 Air Limbah 3,411,923,880.00 3,104,193,948.00 3,153,872,942.00
4 Drainase & Jalan 10,629,743,160.00 10,032,546,610.00 6,473,286,338.00
5 Air Bersih 3,465,122,500.00 7,276,930,500.00 9,331,962,500.00
Tabel 3-24
Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2007
Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2007, data diolah
Tabel 3-25
Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2008
Pembiayaan (Rp)
Institusi Program Jumlah Kegiatan
APBD Kota APBD Prop APBD Pusat
Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2008, data diolah
Tabel 3-26
Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2009
Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2009, data diolah
Pendapatan Asli Daerah dari pengelolaan sanitasi didapat dari dua jenis retribusi yang telah
diatur dalam peraturan daerah yaitu:
Dalam kurun waktu 2005-2009, realisasi pendapatan dari dua jenis retribusi tersebut
menunjukkan trend fluktuatif. Hal ini terjadi akibat belum adanya sistem pemungutan
retribusi pelayanan sampah ideal yang dapat menjangkau potensi retrubusi secara luas. Di
tahun 2010 ini Pemerintah kota Pontianak melakukan kerjasama dengan PDAM Tirta
Khatulistiwa di dalam pemunguta retribusi sampah (dijadikan satu tagihan dengan tagihan
pemakaian air bersih). Akan tetapi hal ini dirasa belum cukup maksimal menjangkau potensi
retribusi yang masih sangat besar mengingat cakupan pelayanan air bersih sendiri masih
belum mencakup seluruh Kepala Keluarga di kota Pontianak.
Disisi lain masih terjadi hambatan/penolakan dari masyarakat sendiri akibat pemahaman
yang keliru dari retribusi yang dikenakan. Masyarakat beranggapan retribusi tersebut tidak
wajib dibayar karen merasa tidak mendapat pelayanan pengambilan sampah dari tempat
tinggal, padahal retribusi yang dikenakan adalah untuk menutupi operasional
penganggukatan sampah dari TPS menuju TPA setiap harinya.
Tabel 3-27
Realisasi Pendapatan Daerah dari Pelayanan Pengelolaan Sampah
Kedepan perlu dipikirkan system pemungutan retribusi sampah yang lebih ideal untuk
mendapatkan pendapatan yang maksimal, mengingat potensi yang ada cukup besar. Selain
itu perlu juga dilakukan upaya peningkatan pemahaman masyarakat melalui promosi dan
kampanye-kampanye tentang pemungutan retribusi sampah yang dikenakan kepada
masyarakat.
Berdasarkan data diatas, dengan merata-rata penerimaan pertahunnya dalam periode 2005-
2009 dan kemudian membandingkannya dengan jumlah rerata jumlah penduduk pertahun
dalam periode yang sama, maka didapatkan angka rasio 3,134.01 yang merupakan angka
rata-rata Penerimaan Retribusi Persampahan per kapita per tahun (Rp. 3.134/jiwa).
3.7.5. Besaran Pendanaan Sanitasi Per Kapita
Berdasarkan data-data yang telah digambarkan pada sub-bab sebelumnya, dimana dalam
periode 2007-2009 maka didapat angka besaran pendanaan sanitasi perkapita Kota
Pontianak adalah Rp. 50.716,91 bandingkan dengan besaran penerimaan retribusi
persampahan per kapita per tahun yang hanya Rp. 3.134,-.
Dalam neraca keuangan Pemerintah Kota Pontianak, pada posisi per tanggal 1 Januari 2011
kedepan, masih terdapat kewajiban hutang sebesar Rp. 3.527.703.535,53 yang merupakan
hutang Pemerintah Kota Pontianak untuk pembiayaan proyek-proyek pembangunan fisik
dalam program KUDP (Kalimantan Urban Development Projects) melalui IBRD Bank Dunia
yang dilaksanakn mulai tahun 1995.
Jangka waktu pinjaman tersebut adalah 20 tahun dengan besaran angsuran pertahun yang
harus dibayar oleh Pemerintah Kota Pontianak sebesar Rp. 610.000.000,-.
Tabel 3-28
Daftar Pinjaman Pemerintah Kota Pontianak
1. Kurangnya proporsi dana untuk sanitasi dalam struktur belanja langsung APBD. Hal
ini terkait dengan besaran APBD Kota Pontianak sendiri yang masih relative kecil dan
sumber pendapatannya masih sangat tergantung dari Dana Alokasi Umum yang
dianggarkan oleh Pemerintah Pusat, sedangkan kontribusi PAD masih amat sangat
kecil dimana berdasarkan data terakhir tahun 2009 hanya sebesar 9,88% dari total
APBD. Sedangkan disisi lain Pemerintah Kota Pontianak dihadapkan dengan begitu
kompleksnya permasalahan pembangunan kota dan begitu banyaknya urusan
pemerintahan yang harus diemban oleh Pemerintah Kota Pontianak sehingga
pelaksanaan pembangunan dilakukan sesuai prioritas yang telah disusun dalam
dokumen perencanaan jangka menengah dan jangka panjang.
2. Peran Pemerintah Kota masih sangat dominan sedangkan sektor swasta belum
banyak berperan. Untuk menunjang penanganan sanitasi di kota, selama ini masih
sangat tergantung oleh alokasi dana pemerintah yang sangat terbatas, sedangkan
sektor swasta belum banyak berperan. Padahal penanganan sanitasi sebenarnya
bukan hanya melulu diemban oleh pemerintah akan tetapi swasta memiliki
kewajiban turut serta dalam penanganan sanitasi kota. Kedepan perlu di dorong
peran serta sektor swasta dalam pembiayaan pengelolaan sanitasi melalui skema-
skema kerjasama yang ideal antara pemerintak Kota Pontianak dengan para pelaku
usaha.
4. Belum maksimalnya penerimaan pendapatan dari sektor sanitasi sebagai salah satu
sumber pembiayaan. Sebagaimana telah dijelaskan di sub bab sebelumnya, sampai
saat ini potensi pendapatan dari pengelolaan sanitasi belum tergali dengan baik
sehingga besaran pendapatan belum maksimal. Apabila kedepan potensi yang ada
telah tergali maksimal diharapkan dana yang terhimpun dapat dikeluarkan kembali
sebagai sumber dana yang signifikan dalam pembiayaan pengelolaan sanitasi
tentunya dengan tetap disukung dari sumber-sumber pendanaan yang lainnya.