Anda di halaman 1dari 84

Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

BAB III
PROFIL SANITASI KOTA PONTIANAK

3.1. Kondisi Umum Sanitasi

P embangunan bidang sanitasi di banyak daerah masih belum mendapatkan perhatian


yang besar dan serius. Hal ini dikarenakan para pemangku kepentingan belum begitu
memprioritaskan sektor ini. Kalau pun sudah mendapat perhatian seperti yang
dilakukan di beberapa kota, maka penanganannya belum terintegrasi dengan baik. Sehingga
masih kita dapati tingginya penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi yang buruk, dan
rendahnya kualitas lingkungan hidup di masyarakat permukiman.

Pembangunan sanitasi merupakan kerja besar bersama yang tidak bisa diselesaikan dengan
mudah dan dalam waktu singkat. Pembangunan sanitasi memerlukan data yang akurat
untuk mengetahui permasalahan yang sesungguhnya guna merumuskan strategi penanganan
yang tepat. Penangangan drainase lingkungan, air bersih, sampah lingkungan perumahan,
pembuangan limbah cair dan padat dari rumah-rumah tangga, dan promosi perilaku hidup
bersih dan sehat merupakan upaya yang harus dilaksanakan dan diusahakan oleh banyak
pihak. Hal ini menyangkut perilaku hidup masyarakat, sarana dan prasarana yang harus
disiapkan pemerintah, swasta dan juga mayarakat, dana yang harus dianggarkan, peraturan
yang harus dibuat dan bahkan kemungkinan kelembagaan yang harus dibentuk dan
dijalankan.

Secara umum kondisi sanitasi kota Pontianak saat ini belum memberikan kepuasan yang
memadai bagi banyak pihak. Sebagai salah satu indikator misalnya badan air, yang berfungsi
sebagai penerima drainase permukaan dan limbah cair rumah tangga, pada beberapa
kawasan kualitasnya cenderung menurun dari tahun ke tahun, dan sampai saat ini belum
terlihat adanya upaya signifikan yang dapat memberikan keyakinan kepada kita semua
bahwa kualitas-nya sudah mengarah ke arah yang lebih baik.

Kita ketahui bersama pula bahwa telah dilakukan upaya dan kegiatan-kegiatan pembangunan
di bidang sanitasi di Kota Pontianak guna meningkatkan kualitas lingkungan, baik berupa
kegiatan fisik maupun berupa upaya meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Perlu disadari bahwa
derajat kesehatan masyarakat yang optimal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
fisik, sosial, ekonomi dan budaya hidup masyarakat. Dikarenakan empat faktor tersebut
selalu dinamis, maka derajat kesehatan masyarakat harus diupayakan secara terus-menerus,
salah satunya melalui program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).
Kondisi pengelolaan sanitasi yang telah dilaksanakan di Kota Pontianak dapat dilihat pada
uraian berikut.

3.1.1 Kesehatan Lingkungan

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 1


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Menurunnya kualitas lingkungan hidup di Kota Pontianak dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti perilaku hidup masyarakat yang belum sadar sanitasi, beban lingkungan yang makin
besar akibat pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya, urbanisasi, serta kurang
tersedianya sarana dan prasarana sanitasi. Masih kita dapati juga sebagian kecil masyarakat
yang tinggal di tepian badan air menggunakan sungai untuk keperluan MCK. Sehingga
kekurangan-kekurangan ini masih harus kita upayakan untuk dilakukan perubahan.

Menurunnya kualitas air permukaan dikarenakan masuknya air limbah, sampah padat dan
tinja ke badan air. Hal ini disebabkan karena limbah cair domestik masih dikelola secara
individual. Sistem komunal mandi, cuci dan kakus (MCK) telah dilaksanakan dibeberapa
tempat melalui program SANIMAS, tetapi belum menjangkau seluruh pemukiman padat
sehingga perlu juga kita lakukan pengadaannya di lokasi-lokasi lain. Limbah cair yang berasal
dari industri, rumah makan, hotel, dan rumah sakit baik yang sudah memiliki fasilitas IPAL
apalagi yang belum juga memberi kontribusi bahan pencemar. Hal ini menyebabkan
Biologycal Oxygent Demand (BOD) dan Chemical Oxygent Demand (COD) meningkat
sedangkan Dissolved Oxygent (DO) menurun; sehingga air permukaan di beberapa tempat
sudah berbau busuk dan berwarna kehitam-hitaman, kandungan mikroorganisme pada
badan air tersebut meningkat serta terjadinya pendangkalan sungai.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan penyebaran penduduk ke wilayah yang lebih
luas, menyebabkan jumlah timbulan sampah meningkat setiap tahunnya. Kesulitan
mendapatkan area tempat pengelolaan/penampungan sampah sementara (TPS)
mempengaruhi ketersediaan jumlah TPS. Sehingga sering kita lihat beberapa TPS yang
overload, disamping karena perilaku masyarakat itu sendiri yang suka membuang sampah
seenaknya. Isyu lain adalah ketersediaan lahan yang laik untuk tempat pengelolaan sampah
akhir (TPA) dan pengelolaan TPA yang masih open dumping dan controlled landfill merupakan
tantangan ke depan yang perlu dicari pemecahannya. Rintisan upaya 3R (Reduce, Reuse,
Recycle) perlu dilakukan. Upaya pengelolaan sanitasi udara dilakukan lewat uji emisi
kendaraan bermotor, penghijauan di ruas jalan kota dan penataan ruang terbuka hijau di
pusat Kota.

Secara umum, kualitas kesehatan lingkungan perlu ditingkatkan, dimana hal ini terlihat dari
akses masyarakat terhadap kepemilikan sarana dasar sanitasi yaitu jamban dan pengelolaan
limbah keluarga/rumah tangga. Dari keluarga sampel (60% dari populasi), keluarga yang
memiliki akses terhadap jamban keluarga baru mencapai 81,8% dan 89,92% diantaranya
katagori jamban sehat sedangkan +10% sisanya masih belum memenuhi standar kesehatan.
Dalam pengelolaan air limbah rumah tangga, baru 51% yang mempunyai saluran air limbah
dan hanya 36,44% yang kondisinya dikatagorikan sehat. Berdasarkan data di atas maka masih
ada + 20% masyarakat yang tidak punya akses terhadap jamban dan itu artinya kemungkinan
besar mereka melakukan aktivitas Buang Air Besar di sembarang tempat. Dalam hal
pengelolaan air limbah, lebih dari 50% keluarga sampel tidak mempunyai saluran air limbah
rumah tangga.

Tabel 3-1
Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan Tahun 2009

No Kecamatan Jumlah KK Kepemilikan Jamban Pengelolaan Air Limbah

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 2


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Total Sampel Ada % Sehat % Ada % Sehat %

1. Pontianak Utara 20.595 12.251 10.010 81,71 9.192 91,83 5.207 42,50 1.714 32,92
2. Pontianak Timur 17.720 9.600 7.233 75,34 6.204 85,77 3.096 32,25 874 28,23
3. Pontianak Selatan 14.254 8.432 6.647 78,83 6.101 91,79 4.568 54,17 1.505 32,95
4. Pontianak Tenggara 10.701 7.215 6.311 87,47 5.811 92,08 3.894 53,97 1.432 36,77
5. Pontianak Barat 29.236 16.462 13.132 79,77 11.835 90,12 10.037 60,97 3.781 37,67
6. Pontianak Kota 21.649 13.930 12.201 87,59 10.793 88,46 8.429 60,51 3.533 41,91
Jumlah/rata-rata 114.155 67.890 55.534 81,80 49.936 89,92 35.231 51,89 12.839 36,44

Sumber: DInas Kesehatan Kota Pontianak, 2010

3.1.2 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat

Untuk melihat kondisi kesehatan masyarakat Kota Pontianak dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun terakhir dapat dilihat dari tabel dibawah, dimana terdapat 10 besar jenis penyakit yang
paling banyak diderita oleh masyarakat.

Tabel. 3-2
Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2004 2008

No Nama Penyakit 2004 2005 2006 2007 2008

1 Infeksi Akut lain Pernapasan Atas 42.581 55.932 83.749 83.765 98.529
2 Penyakit lain pada Saluran Pernapasan Atas 32.703 42.332 57.000 60.392 56.692
3 Penyakit Pulpa dan Jaringan Peripikal 14.930 18.382 25.518 24.269 31.376
4 Penyakit Darah Tinggi 13.275 16.332 20.090 24.229 33.904
5 Penyakit pada sistim Otot dan Jaringan Pengikat 11.616 12.408 7.306 16.013 10.011
6 Penyakit Kulit Infeksi 9.697 12.828 16.008 13.925 18.655
7 Diare ( termasuk tersangka Kolera) 8.041 12.752 15.293 13.053 17.544
8 Penyakit Kulit Alergi 6.633 9.624 13.221 7.891 14.985
9 Asma 4.422 6.154 8.268 7.180
10 Penyakit Lainnya 48.229 25.912 7.605 6.216
11 Gingivitis dan Penyakit Periodental 9.908
12 Penyakit pada saluran pernafasan bawah 94
Jumlah 192.127 212.656 254.058 256.933 301.004
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pontianak

Penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat (pengunjung puskesmas) adalah penyakit
pernafasan dimana hal itu berkaitan dengan adanya kabut asap karena kebakaran hutan dan
ladang yang sering terjadi setiap tahunnya. Dibanding tahun 2007, pada tahun 2008 penyakit
diare mangalami peningkatan, dimana hal itu sangat berkaitan dengan kondisi sanitasi
lingkungannya, yang juga terkait erat dengan kebiasaan PHBS masyarakat.

Sesuai dengan warisan budaya masa lalu, orientasi hidup masyarakat Kota Pontianak
sebagian masih berada di daerah aliran sungai. Segala aktivitas dilakukan disana. Mereka
mendirikan rumah di bantaran sungai sehingga hampir semua aktivitas masyarakat dilakukan
di sungai tersebut, mulai dari mandi dan mencuci hingga buang air besar disana. Selain itu,
karena badan rumah ada yang berada di atas air maka apabila mereka membuat kakus/
jamban di dalam rumah, tinjanya juga secara langsung maupun tidak langsung dibuang ke
badan air tersebut. Sudah banyak program sanitasi yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk
masyarakat yang hidup di pinggiran sungai berupa Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) yang
dibangun wilayah di daratan tetapi karena kebiasaan dan kepraktisan dalam penggunaannya

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 3


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

menjadi kendala. Dalam membuang sampah juga demikian. Sungai digunakan oleh sebagian
masyarakat sebagai tempat pembuangan sampah yang terbesar. Kebiasaan masyarakat yang
masih belum ber-PHBS dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3-3
Rumah tangga yang ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Tahun 2009

Jumlah Rumah Tangga


No. Kecamatan
Yang dipantau Ber-PHBS % KK ber- PHBS
1. Pontianak Utara 1.050 305 29,04
2. Pontianak Timur 1.260 257 20,39
3. Pontianak Selatan 420 223 55,47
4. Pontianak Tenggara 420 195 46,42
5. Pontianak Barat 840 345 41,07
6. Pontianak Kota 840 391 46,54
Jumlah/rata-rata 4.830 1.716 35,53
Sumber: Penyehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Pontianak

Kebiasaan masyarakat yang berkontribusi terhadap pencemaran air (sungai) menjadikan


penyakit yang berbasis lingkungan seperti diare masih merupakan penyakit yang angka
kesakitannya selalu terjadi berulang setiap tahunnya.

Kebiasaan masyarakat yang masih ada sampai saat ini terutama masyarakat yang berdomisili
di bantaran sungai Kapuas, masih menggunakan wc terapung atau dengan nama lain wc
helikopter, kebiasaan dan perilaku hidup
demikianlah perlu adanya perhatian dari
berbagai pihak untuk saling mengingatkan dan
rasa kesadaran dari masyarakat itu sendiri
untuk menjaga kelestarian ekosistem sungai
Kapuas, dari limbah domestik. Secara langsung
kotoran yang terbuang itu langsung
dihanyutkan oleh air dan kadang dihabiskan
oleh biota sungai. Kebiasaan ini dilakukan oleh
masyarakat akibat rendahnya pengetahuan
tentang hidup sehat dan tingkat perekonomian Lokasi Bantaran Sungai Kapuas
masyarakat yang masih dibawa rata-rata
sehingga tidak bisa membangun wc yang
cukup layak dan sehat untuk hunian mereka.
Ada juga sebagian masyarakat merasa lebih
gampang dan mudah buang hajat di sungai, ini
dikarenakan pola hidup dan kebiasaan
masyarakat yang berdomisili di bantaran
sungai. Kondisi wc yang terlihat pada gambar
ini biasa terjadi karena pemilik rumah tersebut
memang tidak mempunyai biaya untuk
membangun wc dan tempat cucian yang layak,
kehidupan keseharian mereka juga belum

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 4

Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

mencapai tahap sejahtera. Ada juga sebagian masyarakat yang memang tidak mau
dikarenakan kebiasaan tadi, lebih mudah dan murah membangun wc dan tempat cucian di
sungai.

Sungai Kapuas adalah sumber kehidupan masyarakat kota Pontianak, kebersihan dan
kelestariannya perlu diperhatikan oleh masyarakat kota Pontianak itu sendiri. Air sungai
Kapuas dimanfaatkan masyarakat, pemerintah dan swasta untuk keperluan-keperluan
sehari-hari seperti air baku PDAM, cuci dan mandi masyarakat tepian sungai, air baku pabrik
es, tempat pengembangbiakan ikan air tawar, dan lain-lain. Kebersihan dan kualitas air
sungai Kapuas secara langsung berpengaruh kepada kesehatan masyarakat. Kesehatan
merupakan hal yang sangat mahal harganya, kesadaran dari masyarakat dan pola hidup
masyarakat sangat diharapkan oleh pelbagai kalangan untuk menjaga kelestariannya, dengan
tidak membuang sampah, limbah domestik ke sungai, harus ditata dan diatur secara baik dan
benar, sesuai alur sistem pengolahan limbah yang baik.

Kota Pontianak terletak di delta Sungai Kapuas merupakan daerah pasang surut. Sebagai kota
tua yang berdiri sejak tahun 1771 masehi banyak sekali masyarakat yang tinggal di sekitar
bantaran sungai, sementara wc dan kamar mandi pada saat surut air sampah dan limbah
akan terseret keluar dan ada yang tersangkut di permukaan tanah, pada waktu air pasang
tiba, semua sampah yang ada pada permukaan tanah akan mengapung, sehingga limbah dan
kotoran akan menggenang, apalagi pada saat kondisi wc atau tempat pembuangan itu tidak
teratur dan sudah penuh, sehingga limbah yang harusnya masuk ke bak penampungan akan
mengapung. Kondisi seperti ini perlu penanganan khusus, terutama typical daerah pasang
surut yang memang masyarakat setempat yang berdomisili di bantaran sungai dan
mengandalkan air sungai untuk keperluan sehahi-hari, dan pada saat pasang air sungai atau
laut naik kepermukaan dan menggenangi daratan akan mengakibatkan semua yang ada pada
permukaan akan merambah naik sampai ke hunian penduduk. Termasuk limbah dan sampah
tersebut.

Disamping pembangunan sarana dan prasarana yang ada perlu sangat diperhatikan operation
and maintenance sehingga kenyamanan dan kebersihan pada saat menggunakan sarana
tersebut dapat tercapai. Walaupun sarana wc yang digunakan masyarakat terlihat amat
sederhana dan tidak terlalu bagus tetapi dengan memelihara dan merawat sarana yang ada
akan terlihat bagus dan tahan lama usia bangunan nya.

Ketersediaan air bersih sangat penting , sebagai


pelengkap sarana WC. Selain kloset dan ember
akan sangat baik jika dilengkapi dengan bak air,
sehingga ketersediaan air pada saat
membersihkannya lebih mudah. Kamar mandi
dan WC harus selalu dibersihkan untuk
menghindari bau yang tidak sedap pada saat
menggunakan dan sekitar lingkungan, paling
tidak dibersihkan 1 2 kali sehari. Air bersih
juga harus selalu tersedia di WC tersebut
sehingga pada saat selesai buang air kecil dan Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak
BAB langsung disiram dan dibersihkan.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 5


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Kloset WC bermacam-macam, ada yang disebut kloset jongkok dan ada juga yang disebut
kloset duduk, dari sisi fungsi sama saja, sementara untuk kenyamanan tentunya kloset duduk
dirancang lebih nyaman ketika digunakan.

Limbah dari Kloset / wc ini tentunya langsung dimasukkan ke tangki septik, ada yang
menggunakan bak penampungan seperti Biofill. Proses pembuangannya dari kloset / lobang
di salurkan dengan menggukan paralon atau pipa yang dipasang miring hingga mengalir ke
bak pembuangan atau biofill tadi, kemudian ditampung di kotak pembuangan dan proses di
dalam bak fiofil tadi dioleh sehingga kotoran tadi menjadi air dan diserap ke dalam tanah.

Pemasangan pipa terlihat pada gambar disamping, pipa yang tersambung dari kloset ke
biofill. Pemasangan pipa biofil harus kuat dan jangan sampai bocor hingga hawa atau baunya
sampai keluar menimbulkan bau yang kurang sedap. Jadi pemasangan pipa biofil ini harus
benar rapat dan benar sesuai spesifikasi.

Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak

Pemasangan Biofill terlihat pada gambar


disamping yang terdiri dari beberapa komponen
antara lain pipa dari kloset dan pipa
Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak
pembuangan yang yang mengarah ke tanah dan
dipasang tertanam kedalam tanah sehingga hasil
dari olahan kloset tadi bisa meresap kedalam
tanah, tanpa menimbulkan hawa dan bau yang
tidak sedap.
Selain Biofill ada juga yang disebut TRIPICONS
sebenarnya fungsi dan manfaatnya tidak jauh
berbeda dengan biofill, hasil limbah yang berasal
dari kloset/wc tadi dihubungkan melalui pipa
pembuangan kemudian masuk ke bak
penampungan, lalu dibawa oleh pipa ke bak
Lokasi Sungai Kapuas Pontianak penyaringan untuk mengubah limbah tadi
dilakukan penyaringan sehingga pada saat

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 6

Lokasi Sungai Kapuas Pontianak


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

limbah tersebut keluar sudah menjadi air dan bukan limbah kotor lagi.
Untuk bentuk dari Tripicon S ini bermacam-macam tergantung keperluan dan selera, bisa
berbentuk bulat dan bisa juga berbentuk persegi empat. Penggunaan Tripicon S ini ada di
lokasi pinggiran sungai Kapuas pada lokasi yang padat penduduk nya, dengan adanya bak
penampungan yang efektif dan efisen untuk menampung dan mengolah limbah cair hasil
buangan tentunya pola bisa diikuti oleh masyarakat lain yang belum mengggunakan pola
pengolahan limbah yang baik di hunian mereka.
Hasil Pengolahan di lokasi pinggiran sungai Kapuas terlihat pipanya mengarah kepembuagan
atau sungai, hasil pengolahan dari Tripicon S ini sudah cair, melalui proses pengolahan dan
penyaringan.

Pemerintah kota Pontianak pada saat ini juga


memiliki layanan sedot wc limbah rumah tangga
dan hasil buangan dari wc sehingga masyarakat
yang memerlukan jasa sedot wc bisa
menggunakan jasa layanan Pemerintah Kota
Pontianak, hasil limbah kemudian dibawa ke
tempat pengolahan dan kemudian dibuang
ketempat pembuangan akhir yaitu di Batu
Layang.

Selain pemerintah, juga ada beberapa pihak


Lokasi Dinas Kebersihan Kota Pontianak
swasta yang melakukan kegiatan sedot wc ini,
usaha ini belum terkordinir dengan baik,
biasanya pihak swasta tersebut memasang iklan nya di pohon-pohon dipersimpangan

jalan,dan ada juga yang memasang iklan di Pontianak Post.


Lokasi Proses Pengolahan dan Pembuangan Akhir Limbah padat maupun Cair di Lokasi Kelurahan Batu Layang
Kecamatan Pontianak Utara.

3.1.3 Kuantitas dan Kualitas Air

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 7


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Air bersih merupakan kebutuhan hidup yang esensial, karena tidak satu pun kehidupan yang
ada di dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air yang cukup. Selain
dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik seperti minum, masak, mandi dan
mencuci, air juga berpengaruh pada bidang sosial, ekonomi, teknologi dan kesehatan. Jika
secara kualitas air tidak memenuhi syarat, maka akan menimbulkan gangguan kesehatan,
teknis, estetika, dan ekonomis. Gangguan kesehatan dapat terjadi karena adanya penyakit-
penyakit yang penularannya melalui perantaraan air (Water Borne Diseases). Oleh karena itu,
air harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan kualitasnya memenuhi syarat.

Di dalam pemenuhan kebutuhan air bersih, masyarakat Kota Pontianak memanfaatkan


pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sampai tahun 2009
cakupan pelayanan air bersih PDAM Kota Pontianak baru mencapai 68%. Hal ini terjadi
karena instalasi PDAM belum menjangkau seluruh wilayah Kota Pontianak dan atau
masyarakat tidak mau, tidak mampu memasang instalasi PDAM dikarenakan faktor ekonomi.
Untuk mencukupi kekurangan air bersih, kebiasaan hidup masyarakat Kota Pontianak
memanfaatkan air hujan, terutama untuk memasak dan minum. Sedangkan untuk kegiatan
mandi dan mencuci, masyarakat memanfaatkan air permukaan seperti air kolam dan air
sungai.

Pergantian musim hujan ke musim kemarau merupakan masalah bagi masyarakat Kota
Pontianak untuk mendapatkan air bersih karena suplai air bersih dari PDAM akan dihentikan
disebabkan intrusi air laut, sehingga menyulitkan proses pengolahan air baku dan dapat
merusak instalasi perpipaan yang terbuat dari material besi. Selain itu, persediaan air bersih
yang bersumber dari air hujan akan habis. Pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih
juga kurang ekonomis dan membutuhkan pengolahan terlebih dahulu, karena air tanah di
wilayah Kota Pontianak mengandung kadar Fe yang tinggi. Jalan yang ditempuh masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan air bersih adalah dengan memanfaatkan air permukaan berupa
air kolam dan air sungai. Padahal permukaan tanpa pengolah tidak memenuhi syarat sebagai
sumber air bersih. Hal ini mengakibatkan letusan penyakit Diare selalu terjadi setiap tahun.
Secara umum, akses masyarakat terhadap air bersih masih rendah. Dari keluarga yang
dijadikan sampel baru 69,24% yang mempunyai akses terhadap air bersih, hal ini dapat
dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 3-4
Keluarga dengan akses air bersih menurut kecamatan tahun 2009
Jumlah KK Akses Air Bersih % Akses Air Bersih
No. Kecamatan
Total Sampel PAM PAH Lainnya Jumlah PAM PAH Lainnya Jumlah
1. Pontianak Utara 20.595 12.251 3.872 3.047 116 7.035 31,61 24,87 0,95 57,42
2. Pontianak Timur 17.720 9.600 4.145 2.635 347 7.127 43,18 27,45 3,61 74,24
3. Pontianak Selatan 14.254 8.432 5.415 906 129 6.450 64,22 10,74 1,53 76,49
4. Pontianak 10.701 7.215 3.945 801 553 5.299 54,68 11,10 7,66 73,44
Tenggara
5. Pontianak Barat 29.236 16.462 6.450 2.869 798 10.117 39,18 17,43 4,85 61,46
6. Pontianak Kota 21.649 13.930 7.083 3,433 464 10.980 50,85 24,64 3,33 78,82

Jumlah/rata-rata 114.155 67.890 30.910 13.691 2.407 47.008 45,53 20,17 3,55 69,24

Sumber: DInas Kesehatan Kota Pontianak, 2010

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 8


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Kesehatan dan pola hidup masyarakat, kuantitas dan kualitas air yang dapat diakses
masyarakat, sebagian masyarakat kota Pontianak ada yang menggunakan air ledeng (PDAM),
dan ada juga sebagian masyarakat di kota Pontianak
ini yang masih mengandalkan air hujan untuk di
konsumsi sehari hari, baik untuk memasak, minum
dan mencuci, masyarakat menggunakan talang dan
penampungan berupa tong air yang terbuat dari
semen untuk mendapatkan dan menampung air
hujan tersebut sehingga kuantitas air yang
tertampung hanya mengandalkan tadah hujan saja,
dari talang dan atap rumah tangga tersebut dapat
Lokasi Komyos Sudarso lah kiranya kita pikirkan sejauh mana standart
Pontianak kualitas kesehatan dari masyarakat itu bias
terpenuhi dengan baik.

Terkait dengan pola hidup dan kebiasaan tadi


sebagian masyarakat menggunakan kulitas air hujan
yang lebih murah, ini juga disebabkan karena tingkat
kesadaran dan kualitas pendidikan masyarakat yang
masih rendah, sehingga pemahaman tentang
kesehatan juga teramat sedikit, ini disebabkan biaya
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak kesehatan itu amat mahal harganya, sehingga
masyarakat juga belum mampu dalam
mengupayakan standart- standar kesehatan itu,
paling tidak mendekati standart maxsimal tentang pentingnya akan kesehatan pribadi dan
lingkungan.

Disamping menggunakan atau mengkonsumsi air ledeng (PDAM) sebagian masyarakat juga
menggunakan sumur atau air tanah untuk keperluan mandi dan mencuci, dimana jarak dari
septiktank dan sumur mata air yang digunakan untuk dikonsumsi rumah tangga juga harus
diperhatikan sehingga air buangan dari septiktank tidak rembes ke dalam dan bercampur
dengan air sumur resapan yang digunakan untuk meandi dan mencuci. Air sumur yang
digunakan untuk mencuci dan mandi juga harus perlu diperhatikan kualitas air nya sehingga
kesehatan masyarakat yang tinggagal dan dan menggunakan air dilikingkungan tersebut akan
terjaga kesehatan nya.

Sumur resapan yang dibangun digali sedalam 2 3 meter atau sepanjang 3 sambung gorong-
gorong, dan biasanya dinding penahan dari sumur tersebut terbuat dari kayu cerucuk atau
kayu belian untuk menahan tanah runtuh kesamping. Yang sangat perlu diperhatikan sekali
apabila dinding penahan dari kayu air resapan dari samping akan rembes dan masuk ke
dalam sumur tersebut, apabila tanpa kita sengaja jarak wc, dan pembuangan dekat dengan
sumur tersebut akan bercampur dengan hasil buangan tadi.

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi,
dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan internasional
(WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih
di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam Permen Kesehatan RI. No
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dan Kepmenkes

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 9


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dimana setiap
komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai. Air tawar bersih yang layak
minum, kian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar
berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah
beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah
terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan. Itulah salah satu alasan
mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang disebut-sebut menggunakan air
pegunungan banyak dikonsumsi.

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga: untuk air minum, air mandi, dan
keperluan lainnya, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan sesuai peraturan
internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional atau setempat. Dalam hal ini
kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam Permen
Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas
air dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum,
dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai Kualitas air
tersebut menyangkut :

a) Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air
dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di
dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika,
kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran air buangan.
b) Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang
membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti
antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar
bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya
perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak
diharapkan kehadirannya di dalam air.
c) Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab penyakit,
terutama penyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil toksin.
Definisi Operasional

Variabel Bebas:
Kadar Bakteriologis Jumlah bakteri E. Coli pada air Uji Lab. MPN Ratio
Sebelum Unit Instalasi sebelum melalui instalasi air
depo isi ulang.
Variabel Terikat:
Kadar Bakteriologis Setelah Jumlah bakteri E. Coli pada air Uji Lab. MPN Ratio
Unit Instalasi setelah melalui instalsi air
depo isi ulang.
Variabel Antara:
Sumber Air Baku Air yang dipergunakan Wawancara Lembar Tilik Nominal
sebagai air baku untuk air
minum isi ulang.
Alat Instalasi Jenis alat instalsi pengolahan Observasi Cheklish Ordinal
yang dipergunakan (Merk,
Biaya, jumlah filter, dll)
Penanganan Air Cara perlakuan air/pada Observasi Chkelish Ordinal
pengisian galon setelah
melalui unit instalsi air.
Desinfektansi Sistem pembunuhan bakteri Observasi Chkelish Nomonal

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 10


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

yang dipergunakan dalam


proses instlasi.
Lama Operasi Depot Air Lama operasi depot air sejak Wawancara Lembar Tilik Ratio
mulai dibukanya usaha depot
air

Analisis kualitas air akan kehadiran bakteri koliform dari uji penduga dilakukan berdasarkan
metode standar dari APHA (American Public Health Association,1989 ) dan Standard Methods
for the Examination of Water and Wastewater, 14th edition. American Public Health
Association, American Water Works Association, Water Polution Control Federation,
Washington, D.C., 1975 dibandingkan dengan tabel MPN/JPT ( Cappuccino & Sherman.,
1987). Tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri colifom dalam
100 ml sampel air. Pembacaan hasil uji dilihat dari berapa tabung uji yang menghasilkan gas
dan asam (tiga seri pertama,kedua dan ketiga), hasil yang positif asam dan gas dibandingkan
dengan tabel MPN/JPT. Data di analisis secara kualitatif dan kuantitatif.

Data dari contoh-contoh air minum isi ulang setelah di analisis di laboratorium Mikrobiologi,
akan dibandingkan dengan Permenkes No.416/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Bersih dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum.

Berdasarkan uraian diatas dengan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sumber air baku yang dipergunakan 100% menggunakan air gunung, dari Anjungan
sebanyak77,2%, Paniraman sebanyak 12,3% dan dari Sui Purun sebanyak 10%.
2. Kualitas air baku yang dipergunakan sebagian besar (71,9%) angka MPN Coliform masih
belum memenuhi syarat kesehatan, demikian halnya angka E. Coli yang belum memenuhi
syarat kesehatan mencapai 59,6%.
3. Kualitas air olahan yang dihasilkan sesuai Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum masih terdapat 33,3% angka MPN Coliform belum
memenuhi syarat kesehatan, sedangkan untuk angka E. Coli yang belum memenuhi
syarat kesehatan mencapai 15,4%.
Kuantitas Air Baku PDAM, Pemakaian air rata-rata untuk kebutuhan non domestik.

NO. JENIS KEBUTUHAN PEMAKAIAN AIR RATA-RATA PER HARI (LITER) KETERANGAN

1. Kantor 100 - 200 Per karyawan


2. Rumah Sakit 250- 1000 Setiap tempat tidur pasien
Pasien luar : 8 liter
Pegawai : 160 liter
3. Gedung Bioskop 10 Per Pengunjung
4. Sekolah Dasar & SLTP 40-50 Permurid, Guru : 100 liter
5. SLTA & PT 80 Permurid, Guru : 100 Liter
6. Laboratorium 100-200 Perkaryawan
7. Toserba 3 Pengunjung ,karyawan = 100 Liter
8. Industri/Pabrik Buruh pria = 80 Per orang pershift
Buruh wanita = 100
9. Statsiun dan terminal 3 Setiap penumpang
10. Restoran 30 Penghuni :160 Liter
11. Hotel 250-300 Untuk setiap tamu
12. Perkumpulan Sosial 30 Setiap Tamu
13. Tempat Ibadah 10 Jumlah jemaat setaip hari

Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU
Dirjen Cipta Karya.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 11


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Klasifikasi dan struktur kebutuhan air


Kota metro Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil
No. Parameter >1.000.0000 500.000- 100.000-500.000 < 100.000
(Jiwa) 1.000.000 (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)

1 Tingkat Pelayanan 100% 100% 100% 100%


(target)

2 Tingkat pemakaian air 190 170 150 130


(liter/orang/hari) 30 30 30 30
Sambungan Rumah(SR)
Kran Umum (KU)

3 KebutuhanNon domestik 15% - 30% x Kebutuhan Domestik


-Industri (l/d/ha)
Berat 0,50-1,000
Sedang 0,25-0,50
Ringan 0,1 1,0
-Komersial(l/d/ha)
Pasar 400
Hotel 1000
- Sosial & Institusi:
Universssitas(l/Mhs/hari) 20
Sekolah (l/siswa/hari) 15
Mesjid (m3/hr/unit) 1 2
Rumah Sakit(l/km/hr) 400
Puskesmas(m3/hr/unit) 1- 2
Kantor(l/dt/hr) 0,01
Militer (m3/hr/ha) 10

4 Kebutuhan hari rata-rata Kebutuhan Domestik dan Non Domestik

5 Kebutuhan hari maksimum Kebutuhan rata-rata x 1,15- 1,20 (faktor hari maksimum)

6 Kehilangan air 20% x Kebutuhan rata-rata


Sistem baru 30%-50% x Kebutuhan rata-rata
Sistem lama

7 Kebutuhan jam Puncak Kebutuhan rata-rata x faktor jam puncak 1,5 2


Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta
Karya.
3.1.4 Limbah Cair Rumah Tangga

Limbah cair di Kota Pontianak secara umum


dapat dikategorikan atas limbah rumah tangga
dan limbah industri. Kota Pontianak belum
memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
sehingga pembuangan limbah cair rumah tangga
yang berasal dari dapur dan kamar mandi serta
air hujan disalurkan dalam satu saluran yang
akan bermuara ke badan air berupa anak sungai
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak yang akan mengalir sampai ke sungai Kapuas.
Dengan demikian, sungai Kapuas merupakan
tempat penampungan seluruh limbah cair di Kota
Pontianak.

Pembuangan limbah cair rumah tangga


menyangkut kebiasaan dan lahan yang ada di

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 12

Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

sekitar pekarangan masih dianggap layak dan bisa dimanfaatkan untuk membuang limbah
cair rumah tangga tanpa memperhatikan dan melihat dampak dari limbah tersebut terhadap
kesehatan dan kebersihan orang lain ( tentangga ) dan lingkungan sekitar.

Tempat pembuangan limbah yang ada juga tergolong sangat sederhana sekali sehingga
langsung di buang ke permukaan tanah, yang nantinya akan menimbulkan bau yang tidak
sedap di lingkungan dan pekarangan disekitar hunian. Ada juga sebagian masyarakat yang
sadar dan mengerti akan pentingnya arti hidup sehat itu, mengumpulkan sisa limbah rumah
tangga tersebut dalam kantong plastic atau ember dan
kemudian di buang ke tempat penampungan sampah
yang berada jauh dari permukiman mereka. Keemudian
diangkut oleh truk pengangkut sampah.

Limbah cair rumah tangga hasil pencucian dan mandi


terkadang biasanya di gelontorkan juga langsung
melalui sungai sehingga berselang waktu saja akan
akan menimbulkan pendangkalan pada parit atau Lokasi Kom Yos Sudarso
sungai itu sendiri. Masalah limbah sampah dan lain-lain Pontianak
yang terkait kesehatan dan lingkungan perlu adanya
kesadaran yang tulus dan iklas yang timbul dari
masyarakat itu sendiri dan itu adalah tanggung jawab
kita bersama untuk mengaplikasikan nya dalam
kehidupan bermasyakat sejalan terciptanya kehidupan
yang sehat dan ramah lingkungan.

Sebagian masyarakat ada juga yang sudah


menggunakan dan memanfaatkan saluran/sarana yang Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
ada di rumah nya untuk mengalirkan dan pembuang
hasil limbah rumah tangga tersebut bias mengalir dari
hasil limbah tadi dibuang ke tempat penampungan, sehingga hal positif tersebut perlu
ditanggapi positif. Kesadaran itu timbul dari masyarakat pengguna dan pemanfaat sarana
tersbut serta mereka menyadari penatan lingkungan yang nyaman serta arti hidup sehat
yang sesungguh nya.

3.1.5 Limbah Padat

Timbulan sampah di Kota Pontianak pada tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3-5
Proyeksi Timbulan Sampah Kota Pontianak Juni 2008

No. Asal Sampah Timbulan sampah (m3/hari)


1 Permukiman 1.018,28
2 Komersil 112,05
3 Pasar 274,53
4 Perkantoran 4,55

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 13


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

5 Fasilitas Umum 4,09


6 Sapuan Jalan 3,05
7 kawasan Industri 1,36
8 Saluran(drainase) 2,09
9 Lain-lain 0,78
Jumlah 1.424,75
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak 2008

Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2012 yang akan mencapai 703.696 jiwa,
maka limbah padat domestik yang dihasilkan dapat dihitung berdasarkan standar timbulan
sampah sebesar 2,5 liter/orang/hari, yaitu sebesar 1.759.241 liter/hari atau 1.759 m3/hari.
Untuk limbah non domestik, terdapat timbulan sebesar 20% dari limbah padat domestik,
yaitu sebesar 351.848 liter/hari atau 352 m3/hari. Total timbulan sampah yang dihasilkan
setiap hari menjadi 2.111.089 liter/hari (2.111 m3/hari).

Adapun komposisi sampah Kota Pontianak sangat tergantung dari kondisI musim, geografis
dan sosial ekonomi, biasanya terdiri dari :
o Kertas = 5,0 %
o Kaca = 2,1 %
o Plastik = 6.0 %
o Logam = 2,0 %
o Kayu = 1,5 %
o Kain = 0,1 %
o Karet = 0,1 %
o Organik(sayur,daun) =
83,0%
o Lain-lain =
0,2%
Jumlah = 100 %

Berdasarkan komposisi diatas, dinyatakan bahwa


komposisi untuk Kota Pontianak sudah masuk kategori
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak sehat (diatas 80% organik). Ini berarti warga kota sudah
mulai memahami penggunaan bahan-bahan organik
sebagai sumber konsumsi sehari-hari.

Program pemerintah tentang persampahan atau limbah


padat ini sangat gencar sekali baik di tingkat pusat
sampai ke tingkat desa bahkan sampai ke level
masyarakat bawah, tindakan nyata adalah penyediaaan
tong sampah pada tempat-tempat tertentu sehingga
masyarakat bisa membuang sampah pada tempatnya.
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Untuk di lokasi Perumahan biasanya masyarakat
menyediakan atau membuat sendiri tempat pembakaran
sampah, atau menggunakan jasa penangkutan sampah
untuk membuang sampah ke tempat pembuangan
sampah. Pemerintah menyediakan tempat

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 14


Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

penampungan sementara sampah, baik sampah kaleng, plastik, dan lain sebagainya diangkut
dengan menggunakan truk sampah kemudian dibawa ketempat pengolahan atau
pembuangan akhir yang disediakan oleh Pemkot Pontianak bertepat di Batu Layang.

Sampah padat yang dihasil kan oleh Rumah tangga warga atau tempat sampah, kemudian
dengan menggunakan gerobak sampah diangkut ke TPS yang telah disediakan oleh Pemkot
Pontianak.

Penampungan Sementara Sampah yang telah disiapkan Pemkot terlihat penuh


dan siap untuk diangkut ketempat pembuangan akhir, sementara dicelah-
celah timbunan sampah padat dan apapun bentuk nya pemulung mengais
rezeki dengan mengumpulkan sampah ke penampung sampah atau ke
cukong-cukong sampah untuk diolah menjadi bahan yang bermanfaat
sehingga sampah itu bisa didaur ulang kembali. Masyarakat juga terlibat
dalam pengolahan dan pengumpulan sampah-sampah yang bisa dilakukan
daur ulang seperti sampah kertas dan kardus serta plastik.
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Pengumpul bahan-bahan bekas ini tidak hanya dilakukan oleh kaum pria saja,
kaum wanita juga ikut serta dalam mengumpulkan barang barang bekas ini,
sehingga peran serta kaum hawa juga sangat berperan penting, dimana
pekerjaan mengumpul sampah dan barang bekas ini menurut pandangan
mereka mereka bisa mendatangkan rezeki dan memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.

Lokasi Jalan Apel Pontianak

Lokasi Jalan Martadinata Pontianak

Sampah secara tanpa kita sadari juga menghasilkan dan


meraih untung yang menjanjikan dari sampah ini,
kelihatannya secara kasat mata kotor dan menjijikkan serta
pekerjaan ini dianggap rendah tetapi tidaklah oleh sebagian
orang pencari sampah, secara tidak langsung mereka juga
membantu program pemerintah dalam menjaga kebersihan
lingkungan.
Beberapa pemungut barang bekas dan pengelola daur ulang
sampah di kota Pontianak antara lain daur ulang kardus atau
kertas serta kaleng bekas, Sektor swata juga melirik
pekerjaan ini adalah pekerjaan yang menjanjikan serta bisa
meraih untung yang berlipat ganda.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 15


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Pengumpulan sampah di tempat penampungan sementara merupakan suatu rangkaian


kegiatan pengolahan sampah, baik limbah cair maupun padat, dari tempat
penampungan dan penumpukan sampah, lalu diangkut ke tempat pengolahan atau
pembuangan akhir. Pengangkutan limbah sampah tersebut menggunakan Truk
pengangkut sampah kemudian dibawa dan dibongkar ditempat penampungan
sampah, dengan menggunakan tenaga manual dan mekanis (truk arm-roll), pada
saat penumpukan dan pembuangan akhirnya sampah diratakan dengan peralatan
berat dozer dan excavator.

Sampah yang diangkut dan ditumpuk dalam suatu kawasan ditempatkan pada Lokasi
Penumpukan dan pengolahan sampah di Batu Layang, Pemerintah menyediakan
lokasi sampah ini agak jauh dari permukiman penduduk sehingga tidak mengganggu
aktifitas masayakat.

3.1.6 Drainase Lingkungan

Drainase di Kota Pontianak masih menggunakan sistem gabungan (mix drain) di mana air
hujan dan pembuangan limbah cair rumah tangga disalurkan dalam satu saluran. Peruntukan
saluran drainase tersebut hanya untuk memindahkan genangan air ke sungai. Pada saat
hujan lebat sedangkan muka air sungai sedang tinggi karena air pasang maka akan terjadi
genangan air dimana-mana. Kejadian ini akan mengganggu aktivitas masyarakat karena
sebagian besar genangan terjadi di jalan raya termasuk di jalan-jalan protokol seperti jalan
Ahmad Yani.

Gambar 3-1
Peta Drainase Kota Pontianak

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 16


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Drainase lingkungan di kawasan


permukiman yang mengalirkan air ke
badan air pembuangan, beberapa di
antaranya masih sangat sempit dan
sederhana sekali, sehingga kita dapati
air sisa limbah atau buangan sisa mencuci rumah tangga tidak
mengalir dengan lancar, masih tersisa di saluran.

Karena terletak di daerah pasang surut yang topografinya dekat


dengan permukaan laut, saluran drainase di kota Pontianak rawan
sedimentasi. Proses penggelontoran tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Masih dijumpai saluran drainase yang tidak dibersihkan Lokasi Jalan Merdeka

sehingga terlihat kotor, air buangan tersendat atau mengalami

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 17


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

penyumbatan untuk dialirkan ke tempat pembuangan, ini tidak saja disebabkan oleh saluran
yang mampet karena sampah, namun juga oleh sedimentasi alami.

3.1.7. Pencemaran Udara

Dengan banyaknya jumlah kendaraan bermotor tentunya tingkat polusi dan pencemaran
udara cukup tinggi sampai saat ini belum ada cara yang signifikan untuk mengatasi
pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan dan asap industri.

Kota Pontianak tergolong wilayah konsumtif kendaraan bermotor baik roda dua maupun
roda empat. Sehingga dengan demikian polusi udara di kota Pontianak ini bisa dikatakan
cukup serius tingkat pencemarannya.

Tabel 3-6
Jumlah Kendaraan Bermotor Di Kota Pontianak Menurut Jenisnya
Tahun 2004 2007

Jenis Kendaraan 2004 2005 2006 2007

Mobil Penumpang 9,802 10,954 26,182 27,434

Mobil Barang 5,829 7,143 16,007 7,957

Bus 1,448 1,460 1,120 1,141

Sepeda Motor 210,996 239,922 271,603 306,340

Jumlah 228,075 259,479 314,912 342,872

Sumber: Sat Lantas Polda Kalimantan Barat

Upaya saat ini yang dilakukan adalah dengan


menanam pohon dan perdu yang dapat mengurangi
dampak-dampak pencemaran udara, di sepanjang
jalur hijau pinggiran jalan dan taman kota. Setiap
trotoar diupayakan diberi tanaman perdu yang
dapat menyaring pencemaran udara. Jalur trotoar
yang dilengkapi dengan tanaman pohon dan perdu
ini dapat kita lihat di Jalan Ahmad Yani, Jalan Gusti
Sulung Lelanang, Jalan Teuku Umar, Jalan Johar,
Jalan Jendral Urip dan sebagainya. Sedangkan pada ruas-ruas jalan lain selalu ditanam pohon
pelindung, yang tidak saja melindungi dari panasnya matahari, namun juga fungsi
penyerapan karbon monoksida dari kendaraan bermotor.
Pada kawasan-kawasan perdagangan diupayakan dengan menempatkan pot-pot dan bak
tanaman hias, sehingga menjadikan kota Pontianak lebih colourfull dan asri.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 18


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

3.1.8. Limbah Industri

Limbah Pabrik untuk kota Pontianak ini disebabkan gencarnya kegiatan illegal loging sehingga
sebagian limbah itu bisa dikatakan agak berkurang, sementara di sektor lain juga terdapat
limbah pabrik pengolahan hasil limbah pabrik tersebut diarahkan ke Batulayang, dikarenakan
Lokasi Pabrik yang beroperasi saat ini kebanyakan di kecamatan Pontianak Utara Kelurahan
Batu Layang, sehingga untuk penanganannya lebih cepat dan mudah.

3.1.9. Limbah Medis

Limbah medis ini tentunya terkait dengan limbah rumah sakit, pengelolaannya juga ke TPA
Batu Layang. Rumah Sakit menyediakan penampungan kemudian diangkut oleh petugas
kebersihan lalu diangkut dengan truck kemudian dibawa ke Tempat Pengelolaan Akhir Batu
Layang.
Khusus Rumah Sakit Antonius dan Soedarso sudah memiliki incinerator untuk memusnahkan
waste yang berbahaya. Fasilitas ini juga digunakan oleh rumah sakit lain yang tidak memiliki
incinerator melalui perjanjian bersama.

3.2. Pengelolaan Limbah Cair


3.2.1 Landasan Hukum
Landasan hukum pelaksanaan pengelolaan limbah cair berdasarkan beberapa produk hukum
baik berupa :
Undang-Undang :
1. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Kepmen No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
3. Kepmen No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel
4. Kepmen No.113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan
Pertambangan Batu Bara
Peraturan pemerintah :
1. PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air
2. PP Nomor 18 tahun 1999 jo PP No.85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3
3. PP Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3
4. Perda Kota Pontianak No.10 Tahun 2001 tgl 23 Juli 2001 tentang retribusi penyedotan
kakus
5. Surat Keputusan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak Nomor 001
tanggal 4 Januari 2010 bahwa operasional dan pemeliharaan IPLT di bawah UPTD TPA
Sampah dan Limbah

Keputusan Menteri :
1. Kepmen No.3 Tahun 1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 19


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

2. Kepmen No.202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Limbah Bagi Usaha dan atau
Kegiatan Pertambangan Bijih Besi dan atu Tembaga

Peraturan Daerah :
1. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Ketertiban Umum
2. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor Perubahan Pertama Peraturan Darah Nomor 3
Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum.
3. Peraturan Daerah Kota Pontiank Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Retribusi pelayanan
Persampahan/Kebersihan.
4. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah.

3.2.2 Aspek Kelembagaan

Dalam upaya peningkatan sanitasi lingkungan di Kota Pontianak, instansi-instansi yang terkait
langsung adalah Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Pontianak, Dinas PU,dan Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak. Untuk Badan Lingkungan
Hidup Kota Pontianak pembentukan berdasarkan SK Walikota Pontianak Nomor 46 Tahun
2008 tentang Susunan Organisasi, tugas pokok, fungsi dan tata kerja Badan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak. Untuk Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak berdasarkan SK
Walikota Nomor 40 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, dan
Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak.

Kinerja aparatur yang bertugas di bidang Limbah dan


Persampahan khususnya di kota sudah cukup baik,
terbukti dengan adanya petugas-petugas pengolahan dan
pengangkutan limbah baik padat dan cair, bekerja secara
kontinyu membersihkan kota setiap harinya.

Bersama-sama pasukan kuning dan mereka tanpa kenal


lelah membersihkan kota kita tercinta ini sehingga kota
Pontianak ini bisa jadi kota yang Bersih, Indah dan Lokasi Dinas Kebersihan Pontianak
Nyaman.

Ke depan kelembagaan ini perlu diperkuat dengan sumberdaya yang lebih baik, program
kegiatan, dan pendanaan yang memadai. Karena sampai saat ini Pemerintah Kota Pontianak
belum memiliki kelembagaan khusus yang menangani limbah cair.

3.2.3 Cakupan Pelayanan


Limbah rumah tangga sampai saat ini dibuang langsung ke saluran-saluran drainase yang ada
melalui parit-parit kota dan sungai alami, langsung dibuang ke Sungai Kapuas.
Untuk limbah industri, mengingat lokasi sebaran industri yang umumnya berada di tepi
sungai, harus diawasi dengan ketat supaya tidak membuang langsung limbahnya tanpa
pengolahan. Air Sungai Kapuas yang dimanfaatkan sebagai air baku PDAM lama kelamaan
akan tercemar jika pemerintah tidak mengawasi secara ketat buangan industri langsung ke

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 20


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

sungai. Sedangkan limbah cair rumah tangga yang sangat mengganggu umumnya berupa
detergent sisa-sisa pencucian.

Kota Pontianak melalui Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak melakukan pemantauan
terhadap kualitas air sungai yang berada di Kota Pontianak yaitu Sungai Kapuas. Selain
melakukan pemantauan kualitas air juga dilakukan pengawasan dan penaatan hukum
lingkungan hidup terhadap industri, rumah sakit, rumah makan, limbah domestik, bengkel-
bengkel dimana output dari kegiatan pengawasan dan penaatan hukum ini terciptanya
lingkungan hidup yang sehat dan berkualitas.
Berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2008 kualitas air Sungai Kapuas dan anak
sungainya setiap tahun menunjukkan bahwa parameter Total Suspended Solid (TSS),
Chemical Oxygen Deman (COD), Nitrit (NO2) dan Besi (Fe) melebihi Baku Mutu yang
ditetapkan melalui PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Pada tahun 2009 parameter yang melebihi baku mutu adalah parameter
NO2 dan Fe (sumber : BLH tahun 2010).

Grafik Kualitas Air Sungai Kapuas Kota Pontianak

50
Nilai

27.5
24.2 20.2
27.6
21.5 10
10
18.9
10.3 9.9
7.4 8.15 10
6.6 2.5
9.2 8.17 9 1.6 1.04
6.4 6.5 6.5 0.05
4.6 0.06
0.97 1.02 0.3 0.1
0
ty

Fe
L
S

O
pH

t
D
S
r

lfa
tu

O
TS
TD

O
ni

D
ra

Su
N

N
C
i
id
pe

rb
m

Tu
Te

Parameter Uji
Cakupan daerah layanan Bidang NilaiKegiatan Kebersihan
(kapuas besar) Limbah
Nilai (kapuas kecil) ini Mutu
Nilai Baku pemerintah kota melayani
seluruh wilayah Kota Pontianak yang meliputi 29 Kelurahan dan 6 Kecamatan, dimana lokasi
sarana dan tempat sampah tersebar di wilayah Kota Pontianak, yang cukup jauh jaraknya ke
tempat pembuangan akhir ( TPA ) Batu Layang.

Pelayanan limbah yang dilakukan oleh Pemkot Pontianak ini berupa berbagai jenis limbah
antara lain, limbah rumah tangga, rumah sakit, perkantoran, jalan, mall,pasar, restoran,
hortel serta rumah makan, baik limbah/ sampah cair maupun sampah padat.

Pada musim kemarau kadar garam air Sungai Kapuas cenderung meningkat, disamping itu
juga pengaruh pasang surut air yang menyebabkan terjadinya fluktuasi perubahan kualitas air
Sungai Kapuas/Landak dan anak-anak sungainya serta pengaruh curah hujan yang terjadi
penggelontoran dan run of water yang cukup tinggi yang membawa beban pencemaran
terhadap badan air Sungai Kapuas dan Landak. Dengan demikian kondisi kualitas air Sungai

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 21


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Kapuas/Landak dan anak-anak sungainya dipengaruhi pasang surut air, curah hujan dan
pembuangan limbah domestik, industry, sampah dan lain-lain serta dampak kegiatan
penambangan emas tanpa ijin dan aktifitas lainnya diluar wilayah Kota Pontianak ke dalam
badan air. Kondisi kualitas air Sungai Kapuas dan Landak dan anak-anak sungainya secara
umum berada pada kisaran Kelas I dan Kelas II menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Selain memantau kualitas air permukaan, Kota Pontianak juga melakukan Pengelolaan
instalasi pengolahan lumpur tinja. Pengelolaan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) Kota
Pontianak sampai saat ini berada di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Pontianak.

Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) Kota Pontianak dibangun sejak tahun 1997 melalui
program KUDP (Kalimantan Urban Development Project). Dalam perkembangan selanjutnya
IPLT disempurnakan sarana dan prasarananya melalui Dana Bantuan Pusat dengan
penambahan prasarana pendukung berupa :

1) Pagar keliling
2) Bangunan Laboratorium
3) Penyempurnaan Jalan Lingkungan
4) Jalan Kerja
5) Penanggulangan kebocoran pada Imhoff Tank

IPLT Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak terletak di Jalan Kebangkitan
Nasional. Berjarak sekitar 15 km dari pusat kota. Lokasi IPLT ini bersebelahan dengan lokasi
TPA dengan struktur lahan gambut.
Pelayanan IPLT sejalan dengan penarikan retribusi. Retribusi yang didapat dari penyedotan
tinja selanjutnya disetor pada Kas Daerah. Berikut data penyetoran retribusi penyedotan
yang disetor pada Kas Daerah dari tahun 2000 ~ 2010 (sumber data : Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Pontianak tahun 2010).

Tabel 3-7 Retribusi sedot tinja

Tahun Target PAD Realisasi PAD Prosentase Keterangan


2000 - 1.770.600 - Masa Uji Coba Operasional
2001 - 6.462.000 -
2002 6 juta 1.545.000 25,75
2003 6 juta 2.072.150 34,54
2004 6 juta 6.614.000 110,23
2005 8 juta 9.730.412 121,63
2006 10 juta 10.624.798 106,25
2007 10 juta 6.364.784 63,65
2008 15 juta 10.198.000 67,93
2009 15 juta 10.523.000 70,15
2010 15 juta 4.837.500 32,25 Dari Januari s/d Maret 2010
Sumber: DKP Kota Pontianak, tahun 2010

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 22


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Gambar 3-2
Grafik Realisasi Penyetoran Retribusi Kakus pada Kas Daerah tahun 2000 2010

12000000 2000
2001
10000000
2002
8000000 2003
2004
6000000 2005
4000000 2006
2007
2000000 2008

0 2009
Sumber:
2000DKP
2001Kota
2002Pontianak,
2003 2004 tahun 2010
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2010

3.2.4 Aspek Teknis dan Operasional

Dalam pengelolaan IPLT, pelayanan pada masyarakat berupa pengurasan dan pengangkutan
limbah tinja dari pelayanan ke:

- Perumahan
- Perkantoran
- Perhotelan
- Mall
- Rumah Sakit
- Restoran / Rumah makan

Hasil pelayanan oleh Dinas Kebersihan Kota Pontianak dan hasil pemantauan yang dilakukan
oleh BLH Kota Pontianak, diperoleh data bahwa di Kota Pontianak terdapat 3 cara
pembuangan limbah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu:
1. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya langsung ke badan air tanpa
mengalami pengolahan terlebih dahulu.
2. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya ke alam bebas setelah mengalami
pengolahan awal yang sangat sederhana berupa tangki septik.
3. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya ke badan air setelah diolah secara
tuntas pada sistem pengolahan air imbah yang memadai.

Setiap aktivitas rumah tangga, industri atau kegiatan usaha pasti menghasilkan limbah yang
dapat memberikan dampak pada lingkungan. Oleh karena itu dilakukan pengawasan yang
bertujuan untuk memantau dan mengawasi setiap kegiatan usaha atau industri tersebut..
Pengawasan dilakukan dengan memeriksa tempat kegiatan usaha / industri, limbah yang
dihasilkan serta Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL).

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 23


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Berdasarkan hasil pengawasan terhadap kegiatan usaha / industri, ditemukan usaha-usaha


yang masih belum menampung limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan hasil
pembuangan limbah masih melewati ambang batas yang telah ditentukan. Upaya yang
dilakukan pemerintah kota untuk mengoptimalkan pengolahan air limbah yang dihasilkan
dengan cara memberikan saran kepada setiap kegiatan usaha/ industri.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 24


Gambar 3-3. Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak

PRODUK A B C D E
INFUT User Interface Pengumpulan & Pengangkutan / ( Semi ) Pengolahan Daur Ulang Dan /
Penampungan / Pengaliran Akhir Terpust Pembuangan Akhir
Pengolahan Awal

Black
Water

Tinja

Urine

Air
Pembersih
Air
Penggelontor

Kertas
Pembersih

Grey
Water
Air Cucian
Dari Dapur

Air Bekas
Mandi

Air Cucian Pembuangan Air


Pakaian Cucian

| 25
Gambar 3-4 Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak ( On Site )

PRODUK A B C D E
INFUT User Interface Pengumpulan & Pengangkutan / ( Semi ) Pengolahan Akhir Daur Ulang Dan /
Penampungan / Pengaliran Terpust Pembuangan Akhir
Pengolahan Awal

Black Water

Tinja

Urine

Air
Pembersih
Air
Penggelonto
r
Kertas
Pembersih

Grey Water

Air Cucian
Dari Dapur

Air Bekas
Mandi

Air Cucian Pembuangan Air


Pakaian Resapan Air Tanah
Cucian

| 26
Gambar 3-5 Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak ( Off Site )

PRODUK A B C D E
INPUT User Interface Pengumpulan & Pengangkutan / ( Semi ) Pengolahan Akhir Daur Ulang Dan /
Penampungan / Pengaliran Terpusat Pembuangan Akhir
Pengolahan Awal

Black Water

Tinja

Urine

Air
Pembersih Lumpur
Air
Penggelonto
r
Kertas
Pembersih Truk

Grey Water

Air Cucian Effluent


Dari Dapur

Air Bekas
Mandi

Air Cucian Pembuangan Air Cucian


Pakaian

| 27
Gambar 3-6 Diagram Sistem Sanitasi : Drainase Lingkungan Kota Pontianak

PRODUK A B C D E
INPUT User Interface Pengumpulan & Pengangkutan / ( Semi ) Pengolahan Akhir Daur Ulang dan /
Penampungan / Pengaliran Terpusat Pembuangan Akhir
Pengolahan Awal

Grey Water

Air Cucian
Dari Dapur

Ke Sistem Air
Air Bekas Limbah Setempat/
Mandi Terpusat

Air Cucian Pembuangan


Pakaian Air Cucian

Atap Talang
Bangunan Sumur Resapan
Keluar Saluran /
Sungai. diluar
Halaman Pemantauan
Pemerintah Kota
Jalan

Ruang Publik

| 28
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

3.2.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair

Berdasarkan data penduduk Kota Pontianak pada tahun 2009, penduduk Kota Pontianak
berjumlah 595.601 jiwa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat dan agama yang
berbeda. Selama pelaksanaan program pembinaan masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup menunjukkan ada kecendrungan masyarakat untuk peduli terhadap
kelestarian fungsi lingkungan hidup antara lain dalam bentuk kegiatan Peduli Wargaku Hijau
Kotaku, Pontianak Colourfull, Minggu Bersih dan kegiatan lainnya walaupun masih ada
masyarakat yang masih kurang peduli terhadap lingkungan hidup yang dapat dilihat dari
adanya indikasi masyarakat membuang sampah di sembarang tempat dan tidak tepat waktu
dan melakukan aktivitas MCK di tempat yang sama dengan lokasi pembuangan tinja yaitu di
tepian sungai.
Dengan potensi dan karakteristik masyarakat yang heterogen merupakan aset dalam upaya
meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup ini dapat dilakukan dalam bentuk Program Cinta Sungai Jawi
Bersih (Cijasih), Gerakan Bangga Parit Bersih (Gerbang
Pasih), Gerakan penghijauan kota dan lain-lain. Disisi lain
budaya masyarakat Kota Pontianak yang menggambarkan
kepedulian tentang lingkungan hidup ditunjukkan dengan
penanaman pohon bersamaan penanaman ari-ari. Makna
dari budaya tersebut menggambarkan perlindungan
sumber daya alam, keteduhan dan sumber pendapatan
masa depan dari pohon tersebut yang menghasilkan buah.
Budaya tersebut perlu ditumbuh kembangkan yang
dikaitkan dengan pelaksanaan kegiatan peringatan hari-hari
besar nasional ataupun hari besar agama melalui kegiatan
penanaman pohon.
Peran serta wanita dalam penanganan limbah ini sangat
diperlukan karena mereka keseharian yang berurusan
dengan dapur dan sampah/ limbah, wanita menyadari akan
pentingnya membuang limbah itu pada tempatnya atau
mengumpulkannya ke tempat penampungan kemudian di
buang ke tempat penampungan sementara yang telah
disiapkan oleh Pemkot dan terdekat dengan pemukiman.
Dengan adanya kesadaran dari ibu-ibu rumah tangga dengan tidak sembarangan membuang
limbah itu juga bagian dari peran jender dalam menjaga kebersihan dan pengelolaan limbah
rumah tangga.

3.2.6 Permasalahan

Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan limbah cair di Kota Pontianak meliputi
beberapa aspek diantaranya:

Aspek teknis
a. Masih bercampurnya fungsi saluran drainase dengan fungsi pembuangan air limbah
(saluran air limbah rumah tangga menyatu dengan saluran drainase)

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 29


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

b. Tidak ada standarisasi tempat penampungan limbah yang berwawasan lingkungan


c. Belum ada data yang akurat terhadap jumlah septic tank yang memenuhi standar teknis
dan yang tidak
d. Pelayanan IPLT terbatas
e. Belum ada IPAL
f. Tidak ada penyaringan saat limbah dibuang ke parit
g. Sistem pengolahan air limbah yang belum terbangun
h. Belum ada sewerage system skala kota /kecamatan
i. Belum ada sistem pengolahan percontohan air limbah komunal (skala perumahan, pasar
tradisional, dll)

Aspek sosial
a. Kurang kesadaran (karena tidak familiar) pentingnya bak pengolahan air limbah di setiap
rumah tangga
b. Kebiasaan masih menggunakan WC cemplung (khususnya masyarakat tepi sungai)

Aspek kelembagaan
a. Tidak ada saluran khusus untuk limbah pabrik (mencemari lingkungan)
b. Tidak ada sarana pengolahan air limbah skala kota

Aspek pendanaan/pembiayaan
a. Lahan terbatas, tetapi tidak ada sistem air limbah perpipaan
b. 90% rumah tidak layak huni tidak memiliki jamban/WC

Aspek lingkungan/kondisi alam


a. Topografi wilayah relative rata (berpengaruh terhadap tingkat kesulitan untuk
membangun system pengelolaan limbah system perpipaan)

Terjadinya penurunan kualitas badan air pada Kota Pontianak selain disebabkan oleh
kegiatan pembuangan limbah domestik oleh masyarakat juga terdapat kontribusi dari
kegiatan-kegiatan usaha yang berkembang di Pontianak. Saat ini untuk beberapa kegiatan
usaha tersebut secara umum masih ditemukan beberapa hal yang menyebabkan kegiatan
usaha berpotensi menimbulkan pencemaran, antara lain seperti :
a. Tidak semua kegiatan usaha mempunyai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang
memadai untuk menampung limbah yang dihasilkan yang selanjutnya dilakukan
pengolahan secara proporsional sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat memenuhi
baku mutu yang telah ditetapkan sesuai kegiatan usaha yang bersangkutan.
b. Belum optimalnya proses pengolahan limbah cair di IPAL sehingga baku mutu
yang dihasilkan masih jauh melebihi baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan sesuai
bidang usaha masing-masing.
c. Ada sebagian kegiatan usaha yang tidak/belum mempunyai IPAL untuk mengolah
limbah cair yang dihasilkan dengan berbagai alasan seperti: tidak adanya lahan,
keterbatasan dana, keterbatasan kemampuan tenaga teknis pengolahan limbah cair dan
lain-lain.
d. Ada sebagian kegiatan usaha yang IPALnya yang kurang dilengkapi dengan filter,
penangkap lemak dan lain-lain sehingga padatan yang terkandung dalam limbah cair
yang dihasilkan yang dibuang ke badan air terdekat masih mengandung padatan yang
berpotensi menimbulkan bau. Hal ini pada umumnya terjadi pada kegiatan usaha
restoran dan rumah makan.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 30


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

3.3. Pengelolaan Persampahan


3.3.1. Landasan Hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam penyelenggaraan dalam bidang persampahan :

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup.
2. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
3. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
4. Undang Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman
5. PP Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Amdal
6. PP Nomor 18 jo 85/1999 Tentang Limbah B3
7. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Ketertiban Umum
8. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor Perubahan Pertama Peraturan Darah Nomor 3
Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum.
9. Peraturan Daerah Kota Pontiank Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Retribusi pelayanan
Persampahan/Kebersihan.
10. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah.

3.3.2. Aspek Kelembagaan


Di dalam struktur pemerintahan Kota Pontianak, urusan kewenangan pengelolaan sanitasi
yang meliputi sub sektor pengelolaan sampah berada dalam Satuan Kerja Pemerintah Daerah
(SKPD) yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan, menangani sektor persampahan dan air
limbah dengan didukung keberadaan UPTD TPA sebagai bagian dalam pengelolaan
persampahan di Kota Pontianak. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Pontianak dibuat untuk meningkatkan mutu pelayanan dan effisiensi pengelolaan dibidang
Kebersihan dan pertamanan. Sesuai pucuk pimpinan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas
yang dalam kedudukannya dibawah wali Kota Pontianak dan juga bertanggungjawab kepada
Walikota.

WALIKOTA PONTIANAK

DINAS PU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMAANAN DINAS KESEHATAN KOTA PONTIANAK


( SKPD TERKAIT LAINNYA )

OPERASIONAL UPTD
KEBERSIHAN ( TPA BATU LAYANG )

PELAKSANA

PEKERJA

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 31


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

3.3.3. Cakupan Pelayanan

Daerah Pelayanan
a. Pemukiman, Kota Pontianak mempunyai 29 Kelurahan dengan luas 107,82 KM2.
Daerah yang terlayani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak saat ini
sebanyak 29 Kelurahan, dengan tingkat layanan 66%.
b. Pasar, Jumlah pasar yang ada di Kota Pontianak sebayak 12 pasar, dimana kebersihan
lingkungan Pasar tersebut dilayani oleh Dinas kebersihan dengan tingkat pelayanan
100%.
c. Perkantoran, daerah perkantoran juga dilayani oleh Dinas Kebersihan dengan tingkat
pelayanan 100%.
d. Jalan, Diperkirakan 100% jalan utama/protokol telah dilayani penyapuan oleh Dinas
kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak.
e. Industri, Pelayanan pada kawasan industri sebesar 100% terlayani oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak.

Jumlah sampah yang terangkut


Berdasarkan kemampuan operasional sarana angkutan yang ada, diperkirakan s/d Desember
2008 sampah Kota Pontianak yang terangkut ke TPA sebanyak 896 m3/hari atau 309,33
ton/hari ( 62,89 %) sedangkan sisanya 528,72 m3/hari diupayakan untuk dilakukan angkutan
tambahan setelah ritasi rutin sebanyak 272 m3 / hari, maka masih ada sampah tertinggal
setiap harinya sebesar 256,75 m3 ( 18,02 % ) yang terdapat di daerah pinggiran kota, dimana
oleh masyarakat ada yang dibakar, ditimbun , dibuang ke sungai, selokan/got dan tempat
lainnya.

Sesuai dengan standar DPU Karakteristik pola pemindahan yang diterapkan oleh DKP Kota
Pontianak adalah menggunakan pola pemidahan berupa kontainer berkapasitas 8-9 m3/hari,
sehingga termasuk dalam jenis transfer depo tipe II, yaitu pemindahan berkapasitas 8-16
m3/hari. TPS ini digunakan untuk melayani 5.000 10.000 jiwa/unit, dengan radius standar
+500 m, sedangkan umur teknisnya adalah 5-10 tahun pemakaian (kondisi normal)

3.3.4. Aspek Teknis dan Operasional


Kondisi Pewadahan Sampah Kota
Pola pewadahan sampah di Kota Pontianak (sesuai SK SNI T-13-1990-F, Dep PU), saat ini
sepenuhnya didasarkan pada swadaya masyarakat, yang menyebabkan pola pewadahan
cukup beragam. Pola pewadahan dan jenis wadah yang digunakan untuk menampung
sampah ditentukan oleh kemampuan masayarakat dan dari kemampuan kelurahan. Apabila
didaerah tersebut memiliki kemampuan ekonomis tinggi maka pola pewadahan yang
digunakan cenderung sendiri-sendiri, begitu pula jenis wadah yang digunakan. Penduduklah
yang memilih apakah terbuat dari karet, tong atau kantong plastik. Untuk pola pewadahan di
daerah komersil, seperti di rumah-rumah makan dan ditempat perdagangan besar seperti A
Yani Hyper Mart, maka pola pewadahannya ada yang sendiri-sendiri dan berkelompok
dengan wadah yang terbuat dari plastik kemudian dimasukkan dalam tong-tong yang
diletakkan dibelakang atau base floor.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 32


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Jenis wadah yang digunakan oleh penduduk di daerah permukiman dengan pola pewadahan
secara sendri-sendiri adalah meggunakan wadah yang terbuat dari kantong plastik hingga
karet ban bekas. Wadah yag digunakan di daerah komersil dan tempat umum adalah terbuat
dari tong, tumpukan bata, dan kontainer kecil, sedangkan didaerah perkantoran terbuat dari
tumpukan bata. Keseluruhan wadah digunakan sebagai wadah sampah campuran antara
bahan organik dan anorganik.

Kondisi Pengumpulan Sampah


Wujud pelayanan penting (sesuai SK SNI T-13-1990-F,Dep PU), berikut terkait pengumpulan
sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan daeri masing-masing
sumber sampah untuk diangkut dari TPS ke TPA. Jenis TPS yang ada dikota Pontianak
selama 4 tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Tabel 3-8
Jenis TPS
Tahun
No. Jenis TPS
2006 2007 2008 2009
1. Container 61 35 35 37
2. Batako, Bak plat semen 97 119 100 79
3. Transfer Depo 4 4 4 4
Jumlah 169 158 138 118
TPS liar di 6 kecamatan 65 60 23 15
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Pelayanan Pengumpulan Sampah di Pasar Tradisional


Pengumpulan sampah pada pasar-pasar tradisional dilakukan oleh tenaga dari DKP.
Pengumpulan sampahnya dilakukan setiap hari setelah selesai aktivitas pasar. Kegiatan
dimulai dari penyapuan los-los, meja-meja jualan, lapak halaman trotoar jalan sampai dengan
sampah saluran got/saluran. Kegiatan ini dilakukan setiap hari oleh pekerja yang dikoordinir
oleh DKP. Sampah tersebut diangkut dengan gerobak sampah untuk dimasukkan kedalam
dump truk/kontainer dan ada pula yang ditampung pada TPS yang di bangun disekitar pasar
tersebut. Kemudian sampah-sampah tersebut diangkut dengan dump truk/kontainer untuk
dibawa ke TPA Batu Layang.

Tabel 3-9
Data Volume sampah pada Pasar-Pasar
Vol.sampah
No Nama Pasar Ritasi/hari
(M3)
1 Plamboyan 8 48
2 Dahlia 4 32
3 Mawar 4 32
4 Kemuning 4 32
5 Teratai 4 32
6 Siantan 4 32
7 Kenanga 2 12
8 Puring 1 6
9 Nipah Kuning 1 6
10 Pasar Tengah 4 24
Jumlah 39 276
Sumber: DInas Kebersihan dan Pertamanan

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 33


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Sampah pasar volumenya akan meningkat pada saat tiba hari-hari besar, seperti Tahun Baru
Masehi, Imlek, Cap Goh Me, Idhul Adha, Idul Firti, Hari Natal, Momentum Hari Nasional,
Kegiatan Besar Propinsi dan Kota. Demikian pula pada musim buah, pada musin ini Kota
Pontianak akan dibanjiri berbagai jenis buah sesuai dengan musimnya, terutama buah
duarian. Oleh karena itu, jika musin buah ini tiba maka timbulan sampah volumenya
akannaik. Pada Umumnya pada pada hari-hari besar volume sampah naik hingga 10-20%,
pada musim buah meningkat sampai dengan 20%-30%. Jenis buah-buah yang datang dari
daerah adalah durian, rambutan, langsat, rambai, jambu, semagka, jeruk, melon dan mangga.

Pelayanan Pengumpulan Sampah Perdagangan


Pengumpulan sampah di kawasan perdagangan dilakukan oleh pekerja DKP. Pengumpulan
dilakukan dengan cara penyapuan pemungutan dan pembersihan sampah setiap hari setelah
selesai aktifitas perdagangan. Pada umumnya jenis sampah perdagangan ini cenderung lebuh
banyak sampah anorganik seperti kardus, plastik, kertas dan barang barang lainnya. Hal ini
juga bermakna bahwa sampah organik dikawasan ini tergolong sangat sedikit. Pengumpulan
sampahnya juga menggunakan kontainer atua disediakan TPS pada kawasan perdagangan
tersebut.

Pola pengelolaan kawasan perdagangan ini dengan pola kontrak pihak ketiga. Pemerintah
Kota Pontianak dan DKP mengangkut sejumlah volume sampah, kemudian pihak swasta
membayar sejumlah uang sesuai dengan nilai yang tertera didalam kontrak yang disepakati,
kemudian dananya akan disetorkan ke Kas Pemerintah Kota Pontianak melalui Bank kalbar
(pertambahan PAD Kota). Jumlah timbulan sampah akan disurvey secara periodik guna
menentukan asumsi volumenya angkutannya.

Tabel 3-10
Data Volume Sampah Kawasan Perdagangan

Vol.sampah
No Kawasan Ritasi/Hari
(M3)
1 A Yani Hyper Mart 6 36
2 PT Pelindo 6 36
3 PT Matahari Mall 2 12
4 RS Antonius 2 12
5 Ps.Mawar 4 24
Jumlah 20 120
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Sistem Operasional Pengangkutan Sampah


Sesuai standard Dep.PU, SK SNI T-13-1990-F, pengangkutan sampah adalah tahap membawa
sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat
pembuangan akhir. Rute operasional pengelolaan angkutan persampahan sudah ditetapkan
oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak yaitu mencakup : Rute Pengangkutan,
Jadwal pengangkutan, Lokasi TPS Container, Pelaksanaan pengelolaan kebersihan Kota
Pontianak ditetapkan dengan sistem operasional sebagai berikut :
1. So1 Sumber sampah langsung dengan tipper Truck diangkut ke TPA.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 34


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

2. So2 Sumber sampah Gerobak sampah TPS Tipper Truck


3. So3 Sumber sampah gerobak sampah Transfer depo Tipper truck
4. So4 Sumber sampah gerobak sampah Container Container truck
5. So5 Sumber sampah TPS Tiper truck
6. So6 Sumber sampah Container Container truck

Adapun daftar armada Kendaraan dan alat berat yang dimiliki, adalah sebagai berikut :

Tabel 3-11
Jenis dan jumlah Armada pengolahan sampah

NO JENIS JUMLAH KONDISI


1 Amr Roll Truck 11 unit 10 Baik, 1 RR
2 Dump Truck Tipper 26 unit 20 Baik, 6 RB
3 Compactor 1 unit Baik
4 Pick Up+taman 4 Unit Baik
5 Double Cabin 1 Unit Baik
6 Ops.Kepala Dinas 1 Unit Baik
7 Tangki (Tinja )+taman 3 Unit Baik
8 Excavator D 6 (TPA) 1 Unit Baik
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Kondisi Bulan Januari 2010

Dari jumlah armada yang ada, dengan keterbatasan masa pakai (tahun pembuatan dan layak
jalan/operasi dengan komposisi sampah basah diatas 60%, maka di perkirakan kemampuan
pakai setiap unit hanya kurang lebih 5 tahun saja.

Dengan demikian setelah dilakukan evaluasi dan pengamatan terhadap pertumbuhan


timbulan volume sampah yang makin bertambah, jumlah armada sekarang kurang lebih
hanya 60 % dari jumlah total sampah/harinya, sehingga diperlukan penambahan unit
angkutan sebanyak 25 unit, menjadi 59 Unit untuk tahun 2009.

Untuk melaksanakan kegiatan sistem tersebut (operasional), maka dipergunakan peralatan


dan sarana Pemerintah Kota Pontianak Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

a. Sarana
- Pewadahan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Pewadahan dilingkungan permukiman
(swadaya) bentuk dan jenisnya bervariatif, namun masyarakat wajib menyediakan
pewadahan sesuai dengan jumlah sampahnya.
- Pengumpulan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan gerobak sampah 1 1,5 M3
sebagai alat pengumpulan sampah yang dilaksanakan oleh masyarakat/RT/RW/LPM
dengan kondisi keseluruhan 80%.
- Pemindahan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan container 8 M3 sebanyak 35 unit
untuk pemindahan sampah dan kondisnya masih cukup baik.
- Pengangkatan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan container truck (arm roll truck)
8 M3, dump truck 6-8 M3 serta Compactor 8 M3. dimana pengoperasionalnya
disesuaikan jadwal siang malam.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 35


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

- TPA, Digunakan Excavator dan bulldozer untuk mengangkat dan memindahkan serta
meratakan dan memadatkan sampah pada sel-sel tertentu.

b. Prasarana
Prasarana pengelolaan sampah sampai dengan tahun 2007 , seperti :
- Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak.
- TPA dengan luas 26,5 HA, sudah milik sertifikat atas nama Pemerintah Kota
pontianak. Hingga saat ini luas terpakai + 13,5 Ha, sisanya sebagai lahan penyangga
(Buffer Zone ).
- Kebun bibit (bidang Pertamanan), dalam area perkantoran.
- Workshop / bengkel kendaraan angkutan Dinas dan sarana area parkir.
- Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) Batu Layang seluas 28,6 Ha , dalam sistem
pengelolaan controll landfill.
- 1 unit alat pemusnah sampah (incinerator), dengan kapasitas pemusnahan sampah
rata-rata sekitar 3 m3 3,5 m3 / jam (efektif jam kerja/kondisi normal). Pengadaan
tahun anggaran 2005, dengan tingkat pelayanan persampahan sekitar wilayah Kec.
Pontianak Barat, khususnya masyarakat sekitar keluarahanParit Tokaya. Effisiensi alat
pemusnah ini, dapat meminimalkan keberadaan TPS-TPS liar yang berada pada lokasi
jalan protokol dan sekitar wilayah Kec. Pontianak Barat (desentralisasi pelayanan
persampahan). Akhir tahun kegiatan 2007, unit incinerator mengalami penurunan
kemampuan bakar sekitar 45 %, hal ini dikarenakan model kontruksi mesin adalah
statis, sehingga permasalahan sering terjadi pada pemadatan sampah bagian bawah
yang tidak tersentuh proses pembakaran. Akibatnya terjadi penumpukan panas
tinggi ke bagaian sistem bahan penyerap panas (castble iron dan bata tahan api).
Kemampuan bahan tersebut terbatas, akan rontok sedikit demi sedikit, sehingga
terjadi penyerapan panas tidak merata, proses pembakaran akan terjadi lama.

Pengelolaan TPA Batu Layang

Akses Jalan
Jalan masuk ke TPA Batu Layang dihubungan melalui Jalan kebangkitan Nasional yang
merupakan rencana jalan lingkungan luar Kota Pontianak. Jalan kerja adalah merupakan jalan
operasional yang berfungsi sebagai lintasan kendaraan angkutan truk sampah, agar dapat
mencapai sedekat mungkin dengan sel timbulan. Lebar jalan yang ada 6 M dengan bahu jalan
selebar 1,5 m dengan dilengkapi lokasi kerja penurunan sampah (Tipping Area) pada setiap
jarak 80 m dimanan bahu jalannya diperlebar menjadi 6 M. Jarak antara jalan kerja dibuat 80
m dengan maksud agar panjang lintasan operasi Buldozer dapat efektif dan effisien dengan
hasil maksimal.

Lokasi Kerja Penurunan Sampah ( Tipping Area )


Jalan kerja penurunan sampah (tipping area) dibuat dengan maksud agar sampah
diturunkan/dibongkar dari truk sampah dengan mudah dapat dipindahkan oleh Buldozer
pada sel terdekat. Lokasi Kerja ini digunakan pada musim kemarau/muka air tanah rendah,
sedangkan untuk musin hujan/muka air tanah tinggi lokasi penurunan sampah dilakukan
disisi jalan kerja ( dibahu jalan ).

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 36


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Sistem Drainase
Sistem drainase TPA dibuat melingkari TPA, sehingga dapat berfungsi mencegah aliran air
permukaan dan aliran air tanah masuk kedalam lahan Controlled Landfill. Dan juga mencegah
aliran air permukaan dan aliran tanah keluar dari lahan landfill secara langsung ke badan air
parit selang yang ada.

Tanah Dasar TPA


Kondisi tanah dasar TPA Batu Layang berupa tanah gambut, jumlah air, muka air tanah tinggi,
sehingga daya dukung tanah permukaan sangat rendah. Sebelum dioperasikan lapisan humus
dan alang-alang yang ada dihapus terlebih dahulu, baru dapat dilakukan penimbunan
sampah.

Dimensi Sel
Ukuran sel yang ada dibuat 80 mx 85 m, sehingga dapat lebih mudah mengontrol kepadatan
sampah setiap selnya. Tebal penimbunan dilaksanakan maksimal 1 m, sehingga timbunan
sampah dapat dipadatkan sampai mencapai density seluas + 600 Kg/m3.

Tanah Penutup
Sistem control landfil yang dilakukan pada TPA batu layang saat ini berupa tanah penutup,
timbunan sampah dengan ketebalan sebagai berikut :
Tanah penutup untul sel harian dibuat tebal 15 cm
Penutup antara dibuat tebal 30 cm.
Tanah penutup akhir dengan tebal 50 cm dilakukan jika timbunan sampah sudah
mencapai 5 cm.

Sarana Pengolahan Leachate


Leachate yang timbul akan dialirkan secara gradiasi melalui saluran pengumpul leachate yang
dibuat sekeliling lahan (parit keliling) dilengkapi dengan sumur pengumpul.
Selain sumur pengumpul juga dibuatkan Kolam Maturasi dan Bio filter yang diletakkan
disebelah selatan lahan TPA.

Bangunan Fasilitas Penunjang


Bangunan ini dibuat untuk menunjang kegiatan TPA batu layang, berupa :
Jembatan timbang 1 Unit ( kondisi saat ini sudah rusak berat, akibat terkena petir saat
hujan)
Tempat pencucian kendaraan angkut dan alat berat
Garasi unit alat berat dan kendaraan angkut.
Kantor Administrasi dan Gudang umum.

Pagar Hijau Pelindung TPA


Pagar hijau pelindung TPA ini dibuat sekeliling TPA dengan maksud untuk mengurangi
pengaruh bau, kecepatan angin, menangkal gangguan petir serta pembatas pagar antara
Lahan Control landfill dengan sekitar. Pepohonan untuk pagar hijau ini ditanami jenis pohon
yang tinggi dan berdaun lebar disekeliling TPA.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 37


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Gambar
Peta Lokasi TPA dan TPS Kota Pontianak

PETA LOKASI TPA KOTA PONTIANAK


10915'52" 10917'51" 10919'50" 10921'49" 10923'48" N

01'29" % J
l. P
en
un
ja
gAta
n sI 01'29"
ra
Flo
Jl

as
kitanN
ng al
ion
ba
JlKe
etun
kB
lu
JlTe g
t as I
A
unj a
ng
Jl.Pen
Jl.
ha
K
#
tulistiwa

## SK ALA = 1 : 110.000

Jl.Da
Jl T
ansAD

rmaP
uraB
Jl.B
ud
iU
to
mo

# #

Jl.Su

nB
era
ng

ng
aiSe
l.JSah

retPa

e
b
la

arsa

r
ang

kto
ma

Jl28O
Jl. P
Jl.Paw

a
t
#
#
JlUKA

Ma
s

#
li
mBa
sI
a

#
l iM
Ko
mBa
Jl
mad

# #
JlKo
JlOtotAh

# # Pur a
a rma
JlHNa

lYa
kMSabran l. D
mad

ina
a

#
t

Jl. K
omY J lOtotAh
mad
I J
d

osSu
da
r so J
JlHAh
wa

arta

# #
M
wiH

#
000'30" 000'30"
Jl.

J.L M
asan

alib

.Y
##
T

era
n
JlHNa
waw
iH
asan usu f

ng
JlHNa
I

ma

#
Ur

t Pa
ie
akr
Jl.

.B

are
wa

Jl. P
wiHa

JL

##
ent Belit ar

J
l. S
aa
sa

dA
im
#
Jl
nI

Jl.Ap
el
e

J
bu M

lSela tSu
r in
g

Jam

Tpa Kota Pontia nak


Pu

mb

%
aI I
Jl

Jl

## #
g

liIn dah

JlPa
re
tP
an
ge
ra
nB
Saha
n

adi

B
Suka P

a
Jl

Kom

kmur
elVI

Jl
Jl

it M
ama

Ap

a
t

a
ka y

Par
Jl
u/T

#
J l.
Sri
eb

t J l.
Jl. T

a
ntan

um
Jl.H
arun
a Jl.S
ela
tP
an
ja
ng

b
# ##
am

S
JlKela
a

l. S
i tuM
ah
mud

ela
t
aw

J
Sel

S
o

##
Jl.

ri
Jl. S

ka
Tps Pontia nak

JlSe
Jl.

JlTa
#
JlB

latSab
JlB

ukitRa
JlKo

PK

#
P

an
JlPurin
g
erma
i
mSu

ya

g
aP
u
Jntos
lSe
Jl.Jera

omM
an
d
#
tBal
i
ng

lK
## #
h ra i

la
iJ
a

nd

Mu

# J l. H
asanu
din

Se
aw

a
in

J Jl.Pa
are

iP

ba
t

Jl
Lem
K

erm

#### # # # #
J lMe I I

kKa
Jl.

J l.

akI

sih
i
a

Mer

ah
ma
n
ra k

l. R
aisA
.R
I
Jl

###### Jalan
J
Jl K
en ari

ch
mad JlKu
ja W

an
ali
Jl.Bu

raiA
n lKen
ari til lab uh
Jl.Sida
Ra

# # #### # #
Jl. T
ab Jl.C
ama
r J ang Jl. P
e
kit B

Jl.Hu

Jl.Ra
J l.

hadi U
JlKo
Jl.GstH

ar

ssie
s
isa

sm

l.J
# # ia k
mKP

Jl.Z

an

mka Cen raw lS


an

atimah

ain

Jl .K

Jl. D
RHa Jl. N n u J
LP
za

udin

apMars

## #
as ih J urAli l. T
am ar ma
F
h

kI

l. L t if
a J Su dir hBa r
eMra

Jl.

h Jl. JelnN usaIn da


Jl. T

an

s l. S ejara u
anju

#
Jl.

esma J is
b J I ahI eray rat

Admininistrasi
JlBer

ngp ura

Jl. P
usk Jl B
eli saIn dah l. N usaInd Jl. SgHari B a
Jl.Pa

Jl.Me l. T
r itura
dikari

Jl. S

# JlB
PK PI r dek a arjo
# Jl. N u J atan
# J
Jl.ARa
t
im

l
tM

asi ha
Tha um
S oh l. B
# .l T
an
jun
gHilr .l Y
a'Sa
bran
ura

uh

Nav ig Jl U
ma
r JlPan ca silaV Jl. Ur ip saIndahI I l. Jua nd a J gara l.ja A s ahan J J
ammad

m rti ni ur
hm
Puy uh

Jl K
o kDal ek AKa Jl. N
u J si ngam an J ra GiriTim

ekaa
n
Jl. W

anHa

lPain
J
l. R
Jl. A
nin
g

### # # ##
h lW a ohar J i n ro
l. S l. Ind
Jl

merd
l .HMS
J

ahitHa

kim

iB
hKu

amza
H JlPancasilaIV J Jl .J J ik D i ti J
nt

arda
u se in engkuC
# hakam

Ke
Jl. D

sy im

sa
a
JlNipa

Jl. H nc asi laI Jl T Jl. Ma


uw

ri

t is
lPancasilaI lem

r in
ig

raH

ar 1 J
# Jl. P a Jl P aJl.Hos alim ekayam

Pe
ny

ita m

uta
D un us S l. S
o

a rLu lKom rim o


C l. A g J

Jl
Jl .Me

l .Lin gk
#
J mai Jl K a at na
## kro amin l. WMS idi goro J
r
ap

J ign
yoP
er sila I arim end a ot o J i pon e
i

J l.Sama
JlK
omS
uw
sia lI l P a nca Jl .K Jl. C e ring in Jl. D Jl. S ia m
a rito
#
I l. B
Jl.KH

nh
lSep
aka
t VI anca J l .B J

udi
## #
smas I J Jl. P J
ADa

JlTa

ki Jl.Gaya

Muis
uske aiMarz u
hlan

sl

JlR
l. P tan
ian in Im

d
im

asun
J Jl K
omP
er Mus lim ar Jl. Ism ia k ng limaA,

Jl. A
b
a ru
B
ama
i p nti Um lS ni]

aS
aka
tD a kam ans ag e ra e ngk u n ang J
#
nglimaARa Jl. P
a

a
lSep lM l .M
Jl .Kerta

id
J lMarta
J J l .W J l .T L ela di l. P
a

Jl. T
J J u lun g e tia B u J Tol I
Sari

a
njun
#
ay a

l. S
Jl K

Ja ya

JlNy

Tiy
ya s tS J g alr el
Wij
e

gRa

iAgen

ah
k aj mai Jl .G etap an
# Jl. P
a
Jl
nca n

yaI

hu
Jl E Jl. K
Jl.Dr.

aJlKo

Jl.GajahM

Jl. A

gSe
ang

k se

ra n
ntu

aPnd kaDa
Jl. W

s Ka

g
Bu

jung Jl Su
Wh
a

mB

R.

#
lU y ang
J l.

Jl.Kh
i
din

Jl.Pu

Supr atm

ada

pua sI
###
J
atI

li an airil an a rya
#
pak

l .A ya r en tK
tr iDarana

JlI smail
J l.Se

JlL J Mul l .A n war


# ada
an

ang arH k
u a J
# i
a
j a
t a
m n a a
d h lJ .P
MZ

ka tV Jl S IP an l .SP ar artik Jl. K e s


nte

Ali lD iS
w l. H i ja

#
ep a J J l. De J
Jl. U

Jl S r iJa ya nd ean J l Tani


ra y

Jl .Ra
Baw

J l .T ie rTa da
m J
ha y

l.J ambi J me amn Jl .P Jl P


e
adi

Jl.Putr i

#
u kaRa b du rach mad
#
### #
lS ani
t IV

Can
tI

J yA kiAh Sury 2 it I
dram

Jl.KsTub
aka

aka

l .Slt.S arzu deIrma ra to


p ltan Hama
Sep

Sep

l .M l. A l. S up
id

Jl. Jo

J J J J Jl S
u
Jl

Jl

han
um

un

J lSu
a

Idrus

Jl.I m
k us

II mra n
pr apt o
ata

# #
lJSuk ep ak at .A pto 7 pto 3
PN

am

h l. M da
6

Bo

#
amu lS
J l.

ia n barka J uha so pra pra an


Jl. A

Jl.Halmah

njol

lya J lJ .Ir a he raI l.J S


u lJ .S m
a
t l u
S l u
S a hla w
irl an

02'29" 02'29"
lK a pto J J l. P
gga

JlSu 5

# alm J upra J JlPa


JlSu

pr apt o

Jl .H Jl .S da tKa
JlPet

eraI

pr a

t an gai nit s uf
I

pt o

aliman eman Jl P
e rya l .MYu
ani

J l.Dr.Su

lK ngS afie
a ri J Jl. P a Jl. S y J
Jl.Malul kuawesi

Jl.Mu

#
S
to m

Jl. S

j iah din di

aw a rgo no
m

Jl B
tar u

e
el ac

l. R
a
r dan

sP

J ir ad a id
S ris Ma Jl.
enS

pu a

Jl. HS Jl. M. Jl A Unun


tg
JlAh Jldr

Ha

JlLing

etra
n
nau

J l.Ka
Jl. V
JlKa

J lSe Jl F

mad
J l.Da

y rahr katir au Dal am ryaBhakti u rop at


S
ra n

Jl.Su

n
gA

ramI lo res

JlI smail i

oo
S

ar S
k

l .Slt Jl.S K esi Jl. K


a a hma Jl.Ka i I/
nyar

mate

lau w R
JldrRu

tad

J l. Su di bd
A r vin Jl.
ra

Agus

io

l Timor JlNatu J BD Ha o SlT Tuno


rJ
#
bin

dia

ru lA OR
Jam

pa n
J l.Me

J Jl.Sumn a l.J K aryma Ba Is mo y J THary on lJ G oy


Baba ng
Tan jungHa
ra
at on

lJNaw JlSum bawa JlK ap Jl. M


HA
ri K

Jl.Pa
op ati I

li
Sa

i
aw ba Jl. la p
Jl

#
uSr

l Alor JlAnda Pala pa I a I


J l.

J l.Ma

Jl
tu ng
ya

# J las ng ga no
ra m
du

Un
Kar

JlAr yo
I
ra

Jl. S
J l.Se

iKary a Jl.Pu Jl E Jl. S


urya Jl.MSo Jl. S uto
J l.
Jl

JlNia

#
l.J
Sar i
s

uto

In da hI I la uWe hor AdiSuc


J l.Sela y

aya

Jl.wo
I
In
o

noy ipto
uSropati

J lWij
da

Jl.PG oso
ar

ung

A
JlWid

Unt
o do

Jl.

lJ
.Ta
#
jun gsa ri
Jl.Ka

ni M
a km
r ya

Tan

Jl.Mo ur JlMar go
sion al

J
Jl.
aru
B

aNa

l.Pa r od lJ sasi
k Bece ng adi Swa karya
osia

Day

u rna m
a Jl.M
l
na S

Jl.

l .P Is a
Kar

J
Jl. Ling k

Jl.

l.J
ar L

Peri ntis
uar
2

J in
l.I lh m
Jl.Pu

am r of.MYa
rnam

Jl .P ryaBaru
aAg
adiI

l.J l. K
a
ungIV
r od

Wonob J
Mo

ak at
I
J l.

aru as
Sep

a yor it
Jl Kom

ein
Jl.

lM
Hus

J
J l.Am

Bap

Jl N
le h

Par etH
in d

u sa K
nSa
pera

o
tan

chm

arya
seha

J
Jl.
Ke

dulRa

lNirbaya
J l.

is
Ab

lHRa
J l.

J
JlAYan
i

Jl.Har ap
an Ja
yaI I

#
arso
ud

Jl.Tanj u
RS
S

Jl.Har ap ng R
Jl.

ay
anJ aI
ay a

JlTum
a
rd an a

ng
Jl .Parit D

Pe
J l.
em

I
a

J l.Ad

p uas
ng

at I

iSu
Sepa k

nKa
ci pto

embata
J l.

#
I
ama
Purn

Jl .S
Jl.

epa k
at -
Pari

nI
Husei
Hs ie
Hu

tH
n

Pare

04'28" 04'28"
Jl.
aDlam
gaiRa
ya
Jl.Sun

10915'52" 10917'51" 10919'50" 10921'49" 10923'48"

Tabel 3-12
Kondisi Dan Lokasi TPSTahun 2010 Wilayah Kota Pontianak

Volume
Kondisi Timbulan
No. Wilayah / Lokasi TPS Jenis TPS (Ukuran Landasan Keterangan
TPS Sampah
TPS)

I. KECAMATAN PONTIANAK BARAT


A. KELURAHAN SEI. JAWI DALAM
a. Jl. HRA. Rahman
(3,5 x 2,5 x
1 Komplek Pasar Dahlia Bak Semen 1,5) Baik 1 M3 Tanah
0,5
2 Samping Gg. Bukit Seguntang Liar - - M3 sda Dihilangkan
Rusak 0,5
3 Samping Gg. Gunung Palong Bak Semen (3 x 2 x 1) Berat M3 sda
4 Depan Gg. Pandan Liar - - 1 M3 sda Dihilangkan
5 Samping Gg. Bukit Gading Bak Semen (1 x 2,5 x 1) Baik - sda
Rusak
6 Samping Bukit Barisan Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Ringan - sda
7 Samping Gg. Tenaga Baru Bak Batu (2 x 2,5 x 1) Baik - sda
8 Samping Gg. Gunung Jati Bak Batu (3 x 1 x 1) Baik sda
0,5
9 Dpn Gg. Agung Liar - - M3 sda Dihilangkan
0,5
10 Dpn Gg. Sentosa Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Baik M3 sda
11 Dpn Gg. Sederhana Bak Batu (3 x 1 x 1) Baik - sda
12 Dpn Gg. Gunung Gede Bak Batu (3 x 1 x 1) Baik - Cor Semen

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 38


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

13 Dpn Gg. Kerinci II Container (3 x 2, x 1) Baik - sda


14 Dpn Gg. Bersama II Liar - - sda Dihilangkan
15 Dpn Komp. Hasia Permai Container (3 x 2, x 1) Baik - sda
Samping Kompl Pawan / Dpn Pasar
16 Janur Liar - - - sda Dihilangkan
17 Samping GG. Janur Liar - - - sda Dihilangkan
18 Dpn Gg. Risa Liar - - - sda Dihilangkan
19 Dpn Gg. Amanah / Simpang Liar - - - sda Dihilangkan

b. Jl. Husein Hamzah


20 Samping Gg. Melda Bak Batu (6 x 2,5 x 1) Baik - Tanah
21 Samping Batara Indah II Blok A-B Bak Semen (3 x 1,5 x 1) Baik - sda
Rusak
22 Samping Batara Indah II Blok C-D Bak Semen (3 x 1,5 x 1) Berat 1 M3 sda

B. KELURAHAN Pal 5
a. Jl. Husein Hamzah
Samping Dpn Komp. Griya Jawi 0,5
23 Permai Bak Batu (3 x 1 x 1) Baik M3 Tanah
0,5
24 Samping Komp. Mitra Utama 2 Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Baik M3 sda
25 Samping Komp. Karya Indah Lestari Bak Semen (2 x 1,5 x 1) Baik - sda Swadaya
Samping Komp. Mandai Lestari 0,5
26 Permai Bak Semen (2 x 1,5 x 1) Baik M3 sda Swadaya
0,5
27 Samping Komp Didis Permai 1 Bak Semen (2 x 1,5 x 1) Baik M3 sda Swadaya
0,5
28 Samping Pesona Palma Bak Semen (2 x 1,5 x 1) Baik M3 sda Swadaya

C. KELURAHAN Sei. Beliung


a. Jl. Komyos Sudarso
29 Dpn SDN 68 Ptk (Nipah Kuning) Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Baik 2 M3 Tanah
(2,5 x 2,5 x 1,5
30 Dpn Komp. Jeruju Permai Bak Semen 1) Baik M3 sda
Rusak 1,5
31 Dpn Univ. Panca Bakti Bak Semen (3 x 1,5 x 1) Ringan M3 sda
Rusak 1,5
32 Depan Gg. Landak IV Bak Semen (4 x 1,5 x 1) Berat M3 sda
(2,5 x 2,5 x 1,5
33 Pasar Teratai Bak Semen 1) Baik M3 Cor Semen

D. KELURAHAN SEI. JAWI LUAR


a. Jl. Komyos Sudarso
(6 x 2,5 x Rusak
34 Samping SPBU Jeruju Bak Batu 0,5) Berat 1 M3 Tanah
0,5
35 Dpn Komp. TNI AL " Patimura" Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik M3 sda
Rusak 0,5
36 Samping Pertamina UPPDN Bak Semen (3 x 2 x 1) Berat M3 sda
37 Depan SD Negeri 54 Ptk Bak Semen (4 x 2 x 1) Baik - sda Dibesarkan
38 Depan Jl. Gg. Nangka Bak Batu (2 x 1,5 x 1) Baik - sda
39 Samping Jln Srikaya Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik - sda
40 Samping Gg. Jarak Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik - sda
Rusak
41 Samping Gg. Tamang 1 Bak Semen (3 x 1,5 x 1) Ringan - sda
0,5
42 Depan Jl. Gg. Durian 1 Bak Semen (3 x 1,5 x 1) Baik M3 Cor Semen
Rusak
43 Samping Gg. Saga Bak Semen (3 x 2 x 1) Ringan -

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 39


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Volume
Kondisi Timbulan
No. Wilayah / Lokasi TPS Jenis TPS (Ukuran Landasan Keterangan
TPS Sampah
TPS)

II. KECAMATAN PONTIANAK KOTA

A. KELURAHAN SEI. BANGKONG


a. Jl. P. Natakusuma
Rusak
44 Dpn Kantor Camat Kota Bak Batu (3 x 2 x 1) Berat - Tanah
45 Samping Gg. Jambi II BakSemen+Con (2,5 x 1 x 1) Baik - sda
46 Samping Gg. Erlangga Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik - sda
47 Dpn Gg. Bambu Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik - sda

b. Jl. Alianyang
48 Dpn Gg. Kencana Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Baik - Tanah
49 Samping Kantor Pertanian Bak Batu (4 x 2 x 1) Baik - sda
50 Dpn Makam Muslim Sei Bangkong Bak Semen (2 x 2 x 1) Baik - sda
51 Dpn Masjid Hidayatush Shalihin Bak Batu (3,5 x 2 x 1) Baik sda

c. Jl. Urai Bawadi


52 Samping Gg. Bawadi 2 Bak Batu (2,5 x 2 x 1) Baik - Tanah
Rusak
53 Samp. Kntr Perindustrian Propinsi Bak Batu (4 x 2 x 1) Ringan - sda

d. Jl. Prof M. Yamin


54 Komp. Psr Kemuning Bak Semen (6 x 3 x 1) Baik - Tanah

B. KELURAHAN SEI. JAWI


a. Jl. Gusti Hamzah
0,5
55 Samping Gg. Nur 3 Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik M3 Tanah
56 Dpn SDN 16 Pontianak Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen

b. Jl. KH. Wahid Hsyim


57 Dpn Gg. Gemar /Dpn RS. Amtonius. Bak Semen (4 x 3 x 1,20) Baik - Cor Semen
58 Dpn RS. Antonius Bak Batu (2 x 2 x 1) Baik - Tanah
59 Komp RS Antonius Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen

c. Jl. Dr. Wahidin Sudirohusudo


Ujung Jl. Dr. Wahidin Samping
60 Jembatan Bak Batu (6 x 2 x 0,5) Baik 2, M3 Tanah

C. KELURAHAN DARAT SEKIP

a. Jl. Serayu
0,5
61 Ujung Jl. Serayu Bak Semen (3 x 3 x 1,5) Baik M3 Cor Semen

0,5
b. Jl. Sultan Muhammad Liar - - M3 Tanah
62 Ujung Jl. Asahan (Jembatan)

c. Jl. KH. Ahmad Dahlan


63 Samping Gg. Cendana Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 40


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

d. Jl. Merdeka Timur


64 Samping Gg. Beringin Container (3 x 2 x 1) Baik - sda
Rusak
65 Samping Gg. Meranti Container (3 x 2 x 1) Berat - sda
66 Dpn SMP Negeri I Container (3 x 2 x 1) Baik - sda

e. Jl. Wolter Monginsidi


67 Komp. Pasar Mawar Bak Semen - Baik - Tanah

D. KELURAHAN TENGAH

a. Jl. AR. Hakim (Kebon Sayok)


68 Samping SMA Santo Paulus Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen

b. RA. Kartini
69 Komp. Matahari Mall Container (3 x 2 x 1) Baik - sda

E. KELURAHAN MARIANA

a. Jl. Merdeka Barat


71 Samping Gg. Pergam Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
Cor
72 Dpn Wisma Rahayu Container (3 x 2 x 1) Baik - R.Ringan
72 Samping Gg. Kaswari I Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
a. Jl. Fatimah
Rusak Cor
73 Belakang Hotel Mahkota Container (3 x 2 x 1) Berat - R.Berat

a. Pak Kasih
74 Samping Gg. Lembah Murai Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen

a. Pak Kasih

75 Komp. Pelabuahn Indonesia II Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen 2 Unit

III. KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

A KELURAHAN BENUA MELAYU DARAT


a. Jl. Gajahmada
64 Kompleks Pasar Flamboyan Bak Semen (4 x 3 x 0,5) Baik 2, M3 Tanah
65 Blkng Komp Gajah Mada Mall Bak Semen (3 x 2 x 0,5) Baik - sda

B. KELURAHAN BENUA MELAYU LAUT


a. Jl. Mahakam
0,5
66 Samping Pasar Barang Bekas Bak Semen (3 x 2 x 1) Baik M3 sda

C. KELURAHAN PARIT TOKAYA


a. Jl. Letkol Sugiyono
Transfer Depo Komp. Sltn
67 Abdurrahman Bak Semen - Baik - sda Depo
b. JL. A. Yani
56 Jl DI Panjaitan Bak Semen (2 x 2 x 1) Baik -
c. Jl Sutan Syahrir

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 41


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

67 Belakang PCC Bak Semen (2 x 2 x 1) Baik -

d. Jl M. Hambal
68 Depn Kantor PU Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen 2 Unit

e. Jl. Sultan Abdurrahman


69 Samping Jl. Sulawesi Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik - sda

D. KELURAHAN BANGKA BELITUNG


a. Jl. Imam Bonjol
70 Depan Gg. Garuda Baru Bak Batu+Cont (3 x 2 x 1) Baik Tanah+Cor

IV. KECAMATAN PONTIANAK TENGGARA

A. KELURAHAN BANSIR LAUT


a. Jalan Imam Bonjol
71 Dpn Gg. Tanjung Harapan Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Baik - Tanah
72 Dpan Hotel Merpati Bak Batu (5 x 2,5 x 1) Baik sda

B. KELURAHAN BANSIR DARAT


a. Jalan Sudarso
73 Komp. RS Sudarso Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen

C. KELURAHAN BENUA MELAYU DARAT


a. JL. Parit Haji Husin II
Rusak
74 Samping Jl. Rimbawan Bak Batu (5 x 2,5 x 1) Berat

75 a. Jl. Ahmad Yani


Mega Mall A.Yani Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen 3 Unit

V. KECAMATAN PONTIANAK UTARA

A. KELURAHAN SIANTAN HULU


a. Jl. Gusti Situt Mahmud
Samping Bengkel P.D. Khatulistiwa (3 x 1,5 x
76 Disel Bak Semen 1,5) Baik 0,5 M3 Tanah
Rusak
77 Depan Gg. Blitar II Bak Semen (3 x 1,5 x 1) Berat - sda Swadaya
78 Samping Gg. Swadaya Murni Liar - - 0,5 M3 sda

Depan Gg. Selat Maluku/Spng PT.


79 Sumber Alam Bak Semen (3 x 2 x 1) Baik - sda

b. Jl. Budi Utomo


Rusak
80 Samping Bengkel Prima Mandiri Bak Semen (2,5 x 2 x 1) Berat 0,5 M3 sda

c. Jl. 28 Oktober
81 Depan Gg. Swasembada V Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik 1,5 M3 sda

B. KELURAHAN SIANTAN TENGAH

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 42


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

a. Jl. Khatulistiwa
Dpn Karet (Jembatan) Liar - Baik 1,5 M3 sda
Susak
82 Samping Lap.Volly Monginsidi Bak Semen (3 x 2 x 1) Berat 0,5 M3 sda
Rusak
83 Depan PT.Sumber Djantin Bak Semen (3 x 2 x 1) Berat 0,5 M3 sda

C. KELURAHAN SIANTAN HILIR


a. Jl. Khatulistiwa
84 Kompl. Psr Puring (Transfer Depo) Bak Semen - Baik - sda Depo
85 Depan Gg. Samudera Bak Semen (3 x 2 x 1) baik 0,5 M3 sda
86 Depan Gg. Usaha Baru Bak Semen (2 x 2 x 1) Baik 0,5 M3 sda
87 Depan Gg. Teluk Betung Maju Bak Semen (3 x 2 x 1) Baik 0,5 M3 sda
88 Depan Toko Air II Bak Semen (3 x 2 x 1) Baik - sda
90 Depan Teluk Air Liar - - 0,5 M3 sda
91 Depan STM I Liar - - 0,5 M3 sda
92 Depan Gg. Mandika Liar - - 0,5 M3 sda
`
D. KELURAHAN BATU LAYANG
a. Jl. Khatulistiwa
93 Depan Gg. Usaha Baru Bak Semen (3 x 2 x 1) Baik 0,5 M3 sda
94 Dpn Gudang Vitamo Bak Besi (2 x 1,5 x 1) Baik - Plat Besi Swadaya
95 Depan Gg. Akrab Bak Semen (4 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
Rusak
96 Terminal Batu Layang Bak Semen - Berat 3,5 M3 sda
b. Jl. Kebangkitan Nasional

TPA Batulayang - Baik 26,8 Ha

VI. KECAMATAN PONTIANAK TIMUR

A. KELURAHAN TAMBELAN SAMPIT


a. Jl. Tanjung Raya I
97 Dpn Gg. Al Mutahar Liar - - 1 M3 Tanah
Lingk. Ps.Tradisional dp. Keraton
98 Kadariyah Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik 0,5 M3 sda
99 Depan Gg. Bersama Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik 0,5 M3 sda
100 Dpn Gg. Famili Bak Batu (4 x 2 x 1,5) Baik 1 M3 sda

B. KELURAHAN BANJAR SARASAN


a. Jl. Swadiri / Tanjung Raya II
101 Samping Gg. Mutiara Container (3 x 2 x 1) Baik 3,5 M3 Tanah

C. KELURAHAN TANJUNG HULU


a. Komplek Tanjung Hulu
Rumah
102 Perumnas IV Kompos - Baik - -

D. KELURAHAN TANJUNG HILIR


a. Jl. Tritura
103 Samping Gudang Besi Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 43


Gambar
Sket Lokasi Pelayanan Sampah Di Kota Pontianak

| 44
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Kerjasama dengan pihak swasta

Penanganan sampah di TPA kini dalam pengelolaannya, telah dilakukan kerjasama oleh pihak
swasta, dalam hal pengelolaan gas methane (CH4), yaitu oleh PT Gikoko Kogyo Indonesia.
Sedangkan untuk bentuk operasional lingkungan dan bentuk kegiatan pembuangan dan
penataan, tetap ditangai oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. Bentuk
kerjasama dalam hal penanganan gas methane di lokasi TPA, dilakukan agar keberadaan TPA
tersebut tetap dipertahankan sehingga umur atau lama penggunaan TPA menjadi lebih lama
dalam pengoperasiannya dan yang tak kalah pentingnya adalah ada upaya sistimatis dari
Pemerintah Kota Pontianak dalam mengurangi salah satu dampak pemanasan global yang
sekarang terjadi, terutama upaya pemanfaat pengurangan gas methane di TPA melalui
program CDM ( Clean Development Mekanism ) proses LFG (landfill Flaring Gas ).
Tentang Program CDM pengelolaan TPA Batu Layang, pada tanggal 24 Juli 2006, telah
dilakukan pendatangan MOU antara Pemerintah Kota Pontianak Bapak Walikota dengan PT
Gikoko Kogyo Indonesia. Adapaun masa kerja sama tersebut selama 21 tahun, terhitung
mulai tahun 2006 s/d tahun 2027, dengan pola BOO (Built Own Operate) dan Pemerintah
Kota Pontianak tidak dibebani dana maupun pinjaman. Pengelolaan sampah di TPA terutama
pengumpulan Gas Methane kemudian dilakukan pengurangan dengan penyalaan (flaring)
maupun pemanfaatan untuk energi lain.
Seiring dengan perkembangan yang ada ternyata TPA Batu Layang ini tidak dapat menghasil
gas metana yang diinginkan. Dari hasil pemantauan di lapangan diperoleh data hasil gas yang
dihasilkan 30% saja, sehingga tidak memenuhi kuota yang diinginkan. Permasalahan yang
terdidentifikasi sehingga prasarana ini tidak berfungsi diantaranya:
- Tingginya muka air di daerah lokasi TPA di Kelurahan Batu layang;
- Drainase pada saluran yang tidak baik;
- Tingginya curah hujan di Kota Pontianak;
- Pengaruh tanah gambut pada proses kimia persampahan;
- Kondisi jaringan pipa yang terlalu rendah yang mengakibatkan banyaknya air limpasan
(hujan atau tanah) yang masuk ke pipa peresapan dibandingkan air sampah;
- Jenis sampah yang ada tidak dibedakan antara organik dan anorganik;
- Sirkulasi air limpasan dari limpasan air tidak berjalan lancar.

3.3.5. Peran serta masyarakat dan Gender dalam Penanganan Sampah


Volume sampah di Pontianak melebihi kemampuan armada dan tenaga kerja dari DKP untuk
menanganinya. Untuk itu perlu dimasyarakatkan 3R (Recycle, reduce dan reuse) agar volume
sampah yang harus dibawa ke TPA dapat diminimalisasi. Program 3R ini sudah dilaksanakan
di Pontianak secara tidak terstruktur. Recycle dilakukan oleh para pemulung.

Selain para pemulung, kegiatan organisasi masyarakat Kota pontianak yang turut
berpartisipasi dalam kebersihan lingkungan antara lain :
- LPM
- PKK
- Pramuka
- Para siswa
- Organisasi kepemudaan

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 45


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

- LSM Peduli Lingkungan dan Kebersihan.


Dalam skala kecil recycle juga dilakukan oleh ibu PKK tepatnya di Kelurahan Siantan Hulu
dimana sampah plastik dibuat jadi topi, tas, payung, jas hujan dan lain-lain, sisa sampah
basah dibuat jadi kompos.

Di kelurahan Tanjung Hulu telah dibuat rumah kompos yang dikelola oleh LSM Peduli
Lingkungan sehingga sampah yang dibawa keTPA betul-betul sampah yang sudah tidak bisa
mengalami proses 3R lagi.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 46


Gambar 3-9 Sistem Pengolahan Persampahan Domestik Kota Pontianak ( Off Site )

PRODUK A B C D E E
INPUT User Interface Pengumpulan Penampungan Pengangkutan Pengolahan Akhir Daur Ulang Dan /
Setempat Sementara Terpusat Pembuangan Akhir

Kompos Kompos
Skala Skala
Rumah Resid Rumah Resid
Tangga u Tangga u

Sampah Resid
Organik u

Resid
u

Daur
Sampah Non Kompos
Ulang
Organik Skala
Skala
Resi Rumah Resi
Rumah
du Tangga du
Tangga

| 47
Gambar 3-10 Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak ( On Site )

PRODUK A B C D E
INFUT User Interface Pengumpulan & Pengangkutan / ( Semi ) Pengolahan Akhir Daur Ulang Dan /
Penampungan / Pengaliran Terpust Pembuangan Akhir
Pengolahan Awal

Black Water

Tinja

Urine

Air
Pembersih
Air
Penggelonto
r
Kertas
Effluent
Pembersih

Grey Water

Air Cucian
Dari Dapur

Air Bekas
Mandi

Air Cucian Pembuangan Air


Pakaian Cucian

| 48
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

3.3.6. Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah

Dalam pengelolaan persampahan di Kota Pontianak, terdapat berbagai permasalahan yang


dapat dikelompokkan dalam berbagai aspek, seperti berikut ini

No. Aspek Permasalahan


1. Teknis (& Sistem pengolahan sampah (di TPA) belum ideal (cenderung open
operasional) dumping)
Penanganan sampah secara umum masih dilaksanakan secara
konvensional melalui: pewadahan,pengumpulan,pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan akhir.
2. Sosial Sampah di TPS tidak diangkut setiap hari karena masyarakat
membuang sampah diluar jam yang telah ditentukan.
TPS terbatas (tidak ada warga yang lahannya bersedia dijadikan
TPS)
Wilayah yang jauh dari TPS banyak yang mengelola sampah
dengan cara dibakar dan ditimbun
Masih rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam
menjaga kebersihan, membuang sampah tidak pada tempatnya,
kesungai, selokan, jalan, taman, dsb.
Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah pada kendaraan
umum, kendaraan pribadi.
Masih rendahnya peran masyarakat dalam mengelola sampahnya,
misalnya :
masih tingginya pembakaran sampah sembarangan, melakukan
pembakaran didalam TPS tersedia sehingga TPS cepat rusak, masih
rendahnya upaya pemilahan sampah, masih rendahnya
pengawasan masyarakat dalam upaya pengelolaan sampah, masih
rendahnya pastisipasi masyarakat dalam pemanfaatan sampah
untuk kepentingan ekonomis, pemanfaatan lahan kosong untuk
membuang sampah sembarangan, pemakaian/penggunaan plastik
yang tidak terkendali (serba plastik)
Masih ada masyarakat yang tidak mau/belum membayar
partisipasi retribusi persampahan/kebersihan
3. Kelembagaan Tidak ada pemilahan sampah yang dimulai dari tingkat rumah
tangga sampai TPA
Daerah perbatasan tanpa TPS
Perlunya merubah paradigma dari sampah sebagai masalah
menjadi sampah sebagai berkah (kampanye, sosialisasi, kebijakan)
4. Pendanaan Armada angkut terbatas
Peningkatan laju timbulan sampah perkotaan(2-4%/Th) tidak
diikuti ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai/standar.
Berdampak pada pencemaran lingkungan
5. Sumber Daya Masih kurang dipahaminya tupoksi dan tanggungjawab setiap
Aparatur pegawai baik ditingkat staf dan pejabat dalam melaksanakan
setiap pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan, sehingga tidak
mendapatkan hasil yang maksimal.
Kurangnya koordinasi, kerjasama dan kepercayaan antara sesama
pegawai dalam melaksanakan kegiatan. Hal ini berakibatnya
menumpuknya pekerjaan/tugas yang ada/diberikan serta terjadi
tumpang tindih dalam pelaksanaan dilapangan.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 94


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

No. Aspek Permasalahan


Pelaksanaan kerja oleh suatu TIM, kurang solid, siapa mengerjakan
apa, dimana dan bagaimana, sehingga target tugas tidak jelas.
Masih ada pegawai yang kurang/tidak disiplin, terutama dalam
mentaati jam kerja, baik jam kerja di kantor maupun jam kerja
dilapangan.
Dasar Hukum Pengelolaan Persampahan ditingkat nasional baru UU
(Kebijakan) Persampahan No 18 Tahun 2008, SNI sedangkan Perda
Pengelolaan sampah belum ada di tk kota.
Penerapan sanksi hukum masih sulit diterapkan karena
terbatasnya anggaran untuk pelaksanaannya serta tingkat
koordinasi antar instansi terkait lemah.
Peran swasta Masih rendahnya jumlah industri yang menerapkan konsep
teknolgi bersih dan konsep pengelolaan/pengolahan limbah.
Masih rendah jumlah industri yang memanfaatkan sistem dan
teknologi daur ulang
Masih rendahnya jumlah dunia usaha yang memanfaatkan
sampah untuk : menghasilkan produk, menghasilkan energi baru.

3.4. Pengelolaan Drainase


3.4.1. Landasan Hukum

Didalam menjaga kondisi kota yang berkaitan dengan drainase maka pemerintah
mengeluarkan peraturan baik berupa Perda dan Perwa yang mengatur mengenai kegiatan
yang berhubungan dengan drainase, seperti berikut:

1. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008, tentang Pembentukan Organisasi Perangkat


Daerah Kota Pontianak
2. Peraturan Walikota Pontinak Nomor 38 Tahun 2008, tentang Susunan Organisasi,
Tugas Pokok, Fungsi dan Tata kerja Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak.
3. Keputusan Wali Kota Pontianak No. 10 Tahun 2009, tanggal 5 januari 2009, tentang
Penetapan Inventaris Saluran di Kota Pontianak Tahun 2009.

Peraturan Darah :
1. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Ketertiban Umum
2. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor Perubahan Pertama Peraturan Darah Nomor
3 Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum.
3. Peraturan Daerah Kota Pontiank Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Retribusi pelayanan
Persampahan/Kebersihan.

3.4.2. Aspek Kelembagaan

Perkembangan suatu kota tidak terlepas dari kegiatan pembangunan, didalam kegiatan
pembangunan tersebut harus ada suatu dinas yang bertanggung jawab dalam sub bidang
tertentu.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 95


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi


Perangkat Daerah Kota Pontianak, telah dibentuk Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontinak.
Untuk memperjelas Tugas Pokok dari Dinas Pekerjaan Umum dikeluarkanlah Peraturan
Walikota Pontianak Nomor 38 tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi
dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan umum Kota Pontianak, yang didalamnnya ditegaskan untuk
penanganan drainase mengenai pembangunan dan pemeliharaan Saluran Drainase ditangani
oleh Dinas Pekerjaan Umum.
Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak berdasarkan Peraturan Walikota dibagi menjadi tiga
bidang yaitu: Bidang Cipta Karya, Bidang Bina Marga dan Bidang Sumber Daya Air.
Penanganan drainase berdasarkan Tupoksi dilaksanakan oleh Bidang Sumber Daya Air dan
Bidang Cipta Karya pada Seksi Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman.
Penanganan Saluran Drainase ditinjau dari aspek kelembagaan dibagi menjadi 3 bagian :
1. Penanganan Saluran Drainase Primer
Penanganan Saluran Drainase Primer Kota ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang
Sumber Daya Air. Terhadap Jalan Arteri Primer Kota yang statusnya sebagai jalan
Provinsi untuk saluran Drainase ditangani oleh Provinsi.
2. Penanganan Saluran Drainase Sekunder
Penanganan Saluran Drainase Sekunder ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang
Sumber Daya Air. Terhadap Jalan Arteri Sekunder Kota yang statusnya sebagai jalan
Provinsi untuk saluran Drainase ditangani oleh Provinsi.
3. Penanganan Saluran Drainase Tersier
Penanganan Saluran Drainase Tersier ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang
Sumber Daya Air dan Bidang Cipta Karya Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman.

3.4.3. Cakupan Pelayanan


A. Wilayah yang dilayani Saluran Drainase
Seluruh wilayah yang termasuk di dalam Wilayah Kota Pontianak telah dilayani oleh Saluran
Drainase yang melayani 6 Kecamatan dan 29 Kelurahan yaitu :

Tabel 3-12
Saluran drainase per kecamatan

Kecamatan Kelurahan
1 Pontianak Barat 1 Pal Lima
2 Sungai Jawi Dalam
3 Sungai Jawi Luar
4 Sungai Beliung
2 Pontianak Timur 1 Parit Mayor
2 Banjar Serasan
3 Saigon
4 Tanjung Hulu
5 Tanjung Hilir
6 Dalam Bugis
7 Tambelan Sampit
3 Pontianak Utara 1 Siantan Hulu

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 96


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

2 Siantan Tengah
3 Siantan Hilir
4 Batu Layang
4 Pontianak Selatan 1 Benua Melayu Darat
2 Benua Melayu Laut
3 Parit Tokaya
4 Akcaya
5 Kota Baru
5 Pontianak Kota 1 Sungai Bangkong
2 Darat Sekip
3 Tengah
4 Mariana
5 Sungai Jawi
6 Pontianak Tenggara 1 Bangka Belitung Darat
2 Bangka Belitung Laut
3 Bansir Darat
4 Bansir Laut

B. Sistem Pengelolaan Saluran Drainase


Pengelolaan drainase Kota Pontianak dilakukan dengan cara membagi wilayah Kotamadya
Pontianak dalam 9 zone. Zone yang dibagi tersebut dikualifikasikan menurut jalan, sungai,
Parit, dan Kecamatan. Kondisi kawasan yang ditangani meliputi pusat perkotaan, pasar, pusat
perbelanjaan, pusat pemerintahan kota, daerah permukiman yang sedang berkembang,
Pusat pemerintahan, Perkantoran, Perdagangan lokal dan kawasan pertanian.

Penanganan jaringan drainase untuk setiap zone direncanakan dengan melakukan


peningkatan jaringan saluran yang ada, normalisasi, pemeliharaan saluran, pengadaan dan
perintisan jaringan utama dan pengadaaan interceptor di daerah batas administrasi.

Untuk kegiatan penanganan terhadap saluran drainase yang dilakukan dengan normalisasi
khususnya pada 3 saluran primer yaitu sungai Malaya, sungai Raya dan Parit Tokaya
dilakukan dengan penentuan rancangan dimensi sebagai berikut:

Tabel 3-14
Dimensi Saluran Primer

Dimensi Normalisasi
Sungai Daerah
Lebar (m) Kemiringan Tebing Panjang (m)
Malaya BM5-BM3 10 1:1.5 2.171
BM3-BM2 13 1:1.5 1.375
BM2-BM0 15 1:1.5 2.715
Tokaya K28-BM TKY 1/3 6 1:1.5 2.012
BM TKY 1/3 TK 88 10 1:1.5 2.150
Raya R103 R76 4 1:1.5 1.380
R76 R58 6 1:1.5 920
R58 R21 10 1:1.5 1.827

Pengelolaan Drainase yang telah dilakukan sampai dengan Maret 2008 dan masih diperlukan
penanganan lebih lanjut terdapat pada saluran :

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 97


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Tabel 3-15
Saluran Primer
No. Jenis Saluran Nama Jalan/Parit/Sungai
1. Saluran Primer JL. Diponegora
2. Saluran Primer JL. Gajah Mada
3. Saluran Primer JL. Urip/ Sudirman
4. Saluran Primer JL. JL. Dr. Wahidin
5. Saluran Primer JL. Ampera
6. Saluran Primer JL. Cokroaminoto
7. Saluran Primer JL.Merdeka/S. Bangkong
8. Saluran Primer JL. JL. U. Bawadi
9. Saluran Primer Sungai Raya
10. Saluran Primer Parit Tokaya
11. Saluran Primer Sungai Jawi
12. Saluran Primer Sungai Malaya

C. Kondisi Saluran Drainase


Dari total saluran sepanjang 394.861 meter, kondisi saluran drainase Kota Pontianak pada
saat ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian :
1. Saluran Drainase dengan kondisi Baik (panjang 74.079 meter)
2. Saluran Drainase dengan kondisi Sedang (panjang 149.829 meter)
3. Saluran Drainase dengan Kondisi Buruk (panjang 176.702 meter)

3.4.4. Aspek Teknis dan Operasional

A. Saluran Drainase berdasarkan Fungsi

Pengklasifikasian menurut fungsinya, Saluran Drainase dibagi menjadi tiga jenis Saluran
Drainase :
1. Saluran Drainase Primer
Saluran Drainase Primer di Kota Pontianak memiliki panjang 131.870 m dengan
fungsi untuk menampung air dari saluran Primer dan Sekunder.

2. Saluran Drainase Sekunder


Saluran Drainase Sekunder di Kota Pontianak memiliki panjang 127.220 m dengan
fungsi untuk menampung air dari saluran Tersier.

3. Saluran Drainase Tersier


Saluran Drainase Tersier di Kota Pontianak memiliki panjang 345.715 m dengan
fungsi untuk menampung air hujan dan kegiatan rumah tangga seperti mencuci
mobil.

B. Konstruksi Saluran Kota


Untuk penanganan pada saluran primer Kota telah dilakukan dengan pembuatan turap
menggunakan beton tetapi kegiatan yang dilakukan belum secara keseluruhan. Begitu pula
dengan penanganan yang terdapat pada saluran sekunder dan tersier Kota, penanganan

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 98


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

dilakukan dengan menggunakan Beton, Pasangan Batu dan Kayu dengan memiliki jumlah
penanganan lebih kecil dari Saluran Primer Kota. Sebagian saluran Kota baik Primer,
Sekunder dan Tersier masih menggunakan papan dan ada yang masih berdindingkan tanah.

Saluran tertutup difungsikan untuk menghubungkan saluran yang satu dengan yang lainnya
terutama untuk saluran yang memotong jalan . Pada daerah daerah tertentu khususnya di
daerah yang aktifitas lalu lintasnya cukup tinggi dan lebar saluran yang tidak begitu besar
digunakan juga saluran tertutup.

Selain saluran terbuka terdapat pada daerah Permukiman, Saluran terbuka terdapat juga
pada daerah Perdagangan dan Perkantoran yang sejajar dengan jalan Arteri Primer dan Arteri
sekunder Kota. Bentuk saluran seperti ini difungsikan untuk membantu Dinas yang terkait
didalam mendukung kegiatannya.

Didalam hal menjaga agar tidak terjadi limpasan atau genangan di Kota Pontianak
Pemerintah membangun beberapa pintu air yang diharapkan dapat mengatur keluar
masuknya air ke Kota Pontianak.

3.4.5. Peran Serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Drainase

Drainase di kota Pontianak rata-rata bermasalah, yang dalam hal ini disebabkan karena
Pontianak berada di daerah delta dan pasang surut. Bila datang hujan pada saat air pasang,
maka saluran drainase tak bisa mengalir secara lancar ke sungai dan bahkan meluap dan
banjir di mana-mana. Hal itu diperparah dengan budaya buang sampah yang masih rendah
membuat drainase penuh dengan sampah.

Peran serta masyarakat didalam penanganan Saluran Drainase masih cukup kecil ini dapat
kita lihat dari banyaknya jumlah dari Saluran Drainase yang tidak berfungsi sesuai dengan
yang kita harapkan. Data yang ada menunjukkan Saluran Drainaase hanya 18.76 % dalam
kondisi baik dan sebagiannya 44,75 % dalam kondisi yang buruk. Hampir 50 % Saluran
Drainase tidak berfungsi.

Kegiatan peran serta masyarakat didalam mendukung penanganan Drainase hanya dilakukan
pada saat acaraacara tertentu seperti hari ulang tahun kemerdekaan Bangsa Indonesia yang
kegiatannya dilakukan secara gotong royong dengan membersihkan saluran yang ada.
Kegiatan seperti ini diadakan 1 2 kali dalam setahun.

Peran masyarakat yang lain datang dari kelompok - kelompok Pencinta Lingkungan Hidup
yang kegiatannya masih didukung oleh pemerintah dan dilakukan pada kegiatan acara
acara hari besar seperti hari kemerdekaan RI.

Peran serta masyarakat yang bisa diharapkan dan dekat dengan kegiatan kesehatan adalah
kader Posyandu. Kader Posyandu merupakan kader yang mempunyai hubungan yang cukup
dekat dengan masyarakat khususnya para ibu rumah tangga yang kesehariannya selalu
melakukan aktifitas yang berhubungan dengan Saluran Drainase. Para kader Posyandu bisa
diharapkan untuk memberikan bimbingan terhadap para ibu rumah tangga didalam hal
memberikan informasi betapa pentingnya kegiatan menjaga Saluran Drainase yang telah ada.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 99


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Apabila Kegiatan ini dapat berjalan sesuaia dengan yang diharapkan maka Prosentase Saluran
Drainase dalam kondisi buruk dapat menurun. Sehingga dari segi Kesehatan, Kualitas
Kesehatan masyarakat dapat meningkat.

3.4.6. Permasalahan Pengelolaan Drainase

Pengelolaan Drainase maupun pengelolaan bidang bidang lainnya, yang berkaitan erat
dengan hajat hidup orang banyak harus dikelola secara komprehensif. Pengelolaan ini
diharuskan melibatkan komponen masyarakat secara menyeluruh dan SKPD terkait. Perlu
dipertanyakan mengapa persoalan pengelolaan Drainase yang ada maupun drainase yang
akan di bangun selalu mengalami hambatan atau tantangan yang besar?. Apabila ditinjau
lebih jauh faktor ini disebabkan oleh tidak adanya cara pandang yang sama dan pemahaman
yang mendalam terhadap arti pentingnya Drainase perkotaan, baik itu dari elemen
masyarakat maupun Pemerintah.

Permasalahan pengelolaan Drainase dapat disebabkan oleh beberapa faktor:


A. Aspek Sosial
1. Kurang mengertinya masyarakat akan arti pentingnya Drainase
2. Tingkat pendidikan yang masih rendah.
3. Masyarakat tidak memprioritaskan Saluran Drainase didalam pembangunan
rumah mereka.
4. Mengerti tetapi tidak peduli di dalam hal yang terkait dengan Drainase.
5. Kurangnya perhatian masyarakat didalam mendukung kegiatan
pembangunan Drainase oleh Pemerintah Daerah.
6. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan melewati Ruang Milik Jalan (
RMJ ) atau berada diatas tanah masyarakat.
7. Tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin cepat.
8. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan
9. Saluran menyempit karena timbunan sampah
10. Pemeliharaan belum optimal
11. Drainase kurang berfungsi karena banyak bangunan di atasnya

B. Aspek Teknis
1. Belum adanya perencanaan secara keseluruhan terhadap Drainase Kota.
2. Drainase lingkungan perumahan belum tertata (masih alami)
3. Masalah koneksitas dari drainase primer ke sekunder, kemudian ke tersier
4. Drainase perumahan tidak nyambung dengan sistem drainase kota
5. Drainase hanya berupa selokan untuk memindahkan air hujan

C. Aspek Pendanaan
1. Terbatasnya anggaran APBD Kota.
2. Kurangnya Pengalokasian Dana Pembangunan Infrastruktur ke Saluran Drainase
Lingkungan Pemukiman.
3. Belum adanya pendanaan khusus dari Pemerintah Pusat ke Drainase Lingkungan
Pemukiman di daerah daerah.
4. Banyak saluran tanpa pengerasan (tidak memenuhi standar teknis)

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 100


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

D. Aspek Kelembagaan dan Landasan Hukum


1. Kurangnya Sosialisasi secara periodik yang dilakukan oleh SKPD - SKPD terkait
mengenai manfaat dari Saluran Drainase.
2. Kurangnya Perhatian SKPD yang terkait terhadap pembangunan Infrastruktur
Saluran Drainase di Lingkungan Pemukiman.
3. Belum adanya Landasan Hukum yang mengatur Mengenai dimensi dari
Saluran Drainase di masing-masing wilayah, baik itu Primer, Sekunder maupun
Tersier.

E. Aspek lingkungan/kondisi alam


1. Tinggi muka air tanah mempengaruhi mata air S. Kapuas (daerah pasang air sungai
yang cukup tinggi)
2. Kurang lahan untuk aplikasi drainase
3. Topografi relatif landai tidak dinamis
4. Jenis tanah gambut memerlukan perlakuan khusus di dalam pengerjaan

3.5. Penyediaan Air Bersih


3.5.1. Landasan Hukum

1. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat


dan pengawasan kualitas air dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
2. Keputusan Menteri Kesehatan No.907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum, pengawasan mutu air pada air minum menjadi tugas dan tanggung
jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum, dimana setiap komponen yang diperkenankan berada
di dalamnya harus sesuai Kualitas air tersebut menyangkut :
Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau
dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan
anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang
berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan
dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan.
Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa
ataupun logam yang membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang
bersifat racun, seperti antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawa-
senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang
umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam
berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di dalam air.
Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba
patogen (penyebab penyakit, terutama enyakit perut), pencemar (terutama bakteri
coli) dan penghasil toksin.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 101


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Pengaturan sistem pengembangan air minum secara umum diatur melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005. PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak didirikan
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 03 tahun 1975 sebagaimana diubah melalui Peraturan
Daerah Nomor 03 tahun 2009 tanggal 16 Perbruari 2009 sedangkan Pelayanan Air Minum
kepada pelanggan diatur melalui Perda Nomor 04 Tahun 2009 tanggal 16 Perbruari 2009.

Dalam bidang manajemen diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum dan
Peraturan Walikota Nomor 26 Tahun 2008 mengatur tentang Direksi, Dewan Pengawas dan
Kepegawaian PDAM Kota Pontianak. Sementara Peraturan Walikota Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Pada bidang keuangan dilaksanakan dengan mengacu pada Keputusan Menteri OTDA Nomor
8 Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum sementara
kebijakan tentang tariff air PDAM mengacu pada Permendagri nomor 23 tahun 2006 dan saat
ini tarif air minum diberlakukan sejak tahun 2007 melalui Peraturan Walikota No. 30 Tahun
2007, sedangkan Pengawasan Kualitas Air Mengacu pada Permenkes No. 416 tahun 1990

3.5.2. Aspek Kelembagaan


Perusahaan Daerah Air Minum adalah Badan Usaha Milik Daerah yang diberi wewenang
dalam penyediaan air bersih untuk masyarakat. Hal itu dituangkan juga dalam Peraturan
Walikota Nomor 44 Tahun 2009 mengatur Tentang Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja
PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak.

3.5.3. Cakupan Pelayanan


Pada akhir tahun 2009, PDAM Tirta Khatulistiwa telah melayani 68% penduduk kota
Pontianak melalui 71.785 pelanggan yang tersebar di 5 (lima) kecamatan dan selain melayani
penduduk kota Pontianak, juga melayani sebagian kecil penduduk wilayah Kabupaten Kubu
Raya (KKR) yang berbatasan dengan wilayah administrative kota Pontianak Secara garis besar
jumlah penduduk yang dilayani terlihat pada table berikut :

Tabel 3-16
Cakupan layanan PDAM

Jumlah Penduduk Cakupan Jumlah


KECAMATAN Penduduk Terlayani Layanan Pelanggan
(Jiwa) (Jiwa) (%) (SL)
Pontianak Barat 117,052 90,550 77% 17051
Pontianak Kota 112,766 73,010 65% 14368
Pontianak Selatan 143,332 123,280 86% 24513
Pontianak Timur 71,712 40,550 57% 7527
Pontianak Utara 112,485 37,420 33% 6423
Jumlah 557,346 364,810 65% 69,882
Catt. Jumlah Pelanggan tidak Termasuk Kab. KKR

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 102


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Sumber data: PDAM TIrta Khatulistiwa, 2010

Gambar3-11
Booster PDAM Dan Jaringan Pipa PDAM Di Kota Pontianak

PETA B OO STER PDAM D AN JARINGAN PIPA PD AM


DI K OTA P ONTIANAK
N
10915'52" 10917'51" 10919'50" 10921'49" 10923'48"

01'29" 01'29"

P ip a 100 In ci
i
In c

SKALA = 1 : 100 .000

P ipa 100 In ci
00
a1

P ip
P ip

Pip a 2
Keterangan :
i
a
50 Inc

In c
i

10

i
0

nc
ci
0I
10

1 00 In

0I
nc
ci

In ci

P ipa 250 In ci
Pdam.
a

10
i
P ip
P ipa 100 In

a
a 1 00

P ip
P ip a
P ip

Pi
Booster-pdam.
a

P ip pa #
P ip

000'30" 000'30"
25

ci
a 10
0

10 0

In
#
In

In c
0
0
Sungai.
ci

In 10 i
ci
9 10
Pipa 100 In ci
Pip a

#
6
a
P ip
In ci

Sungai # Admin _geo.


10 0
a 50

ci
I nc i

0 In
11
P ip

In ci
ci P ip
a 10
a 50
In c
i
# 8 Pipa 200 In ci
In ci P ip
7#
0
ci ci #

a 10
0 In i In
a
10
10
0
50
Inc 5 50
In
50 In c
i
ip i pa 12
a ci
P ip
a # a 50
Pip

P P ip ip In
P ip P P a ci
0 P ip
a

In
10 # 50
50

P ip

a 2
Pi

a
In c

ip
P ip
a
pa

P
P ip

10
P ip

i
50

P ip

02'29" 02'29"
c

P ip
3
In
a5

In

4
a

a
In

ci
ci
50
10

P ip a 5 0
10
ci
0 In

0 In I nc i # c i
0

a5#
0

a
5 0 In c i
ip

P ip ip a 1 00 1
In

In

In
c

00
ci

ci

P
i

Pi In a1
pa ci Pi # P ip
Pi

50 pa i
Pi

In In c
pa

50
pa

Pi c i 50
a
25

pa In
i

Pip
25
In c
ci

50 ci
0
In

ci

0
In

In
0

In
In
50

ci
ci
i

10
In c

i ci
50

In c
a

a
P ip

50

P ip
ci
ip

00
In
P
pa

a1
0
Pi

10

2
P ip
a

i
In c
ip
P

#
00

04'28" 04'28"
a1
P ip

ci
0 In
20
a
P ip

10915'52" 10917'51" 10919'50" 10921'49" 10923'48"

Tabel 3.16
Jumlah Pelanggan Per Kelurahan Tahun 2009

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 103


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Golongan Pelanggan
Kecamatan/Kelurahan
KU/HU Sosial R. Tangga Pemerintah Niaga Industri Khusus Jumlah
PONTIANAK BARAT 72 121 16,207 22 606 22 1 17,051
Kelurahan Sei Jawi Luar 16 35 3,739 11 215 10 - 4,026
Kelurahan Sei Jawi Dalam 29 60 7,903 5 316 8 - 8,321
Kelurahan Paal Lima 9 12 1,632 3 21 2 - 1,679
Kelurahan Sei Beliung 18 14 2,933 3 54 2 1 3,025
PONTIANAK KOTA 79 154 12,181 82 1,851 20 1 14,368
Kelurahan Mariana 11 15 1,081 5 92 1 1 1,206
Kelurahan Tengah 9 25 1,178 22 182 2 - 1,418
Kelurahan Darat Sekip 9 19 1,517 9 1,182 11 - 2,747
Kelurahan Sei Bangkong 50 95 8,405 46 395 6 - 8,997
PONTIANAK SELATAN 94 304 21,352 187 2,542 32 2 24,513
Kelurahan Parit Tokaya 34 152 8,486 111 639 13 1 9,436
Kelurahan Benua Melayu Laut 14 10 1,156 4 333 2 1 1,520
Kelurahan Benua Melayu Darat 18 39 3,879 9 1,174 10 - 5,129
Kelurahan Bangka Belitung 28 103 7,831 63 396 7 - 8,428
PONTIANAK TIMUR 38 85 7,192 8 203 1 - 7,527
Kelurahan Saigon 9 20 1,935 2 70 - - 2,036
Kelurahan Banjar Serasan 4 12 490 - 3 - - 509
Kelurahan Tambelan Sampit 5 5 233 1 5 - - 249
Kelurahan Parit Mayor 2 2 131 - 4 - - 139
Kelurahan Tanjung Hulu 8 26 3,085 4 86 1 - 3,210
Kelurahan Tanjung Hilir 4 3 292 - 3 - - 302
Kelurahan Dalam Bugis 6 17 1,026 1 32 - - 1,082
PONTIANAK UTARA 68 85 5,799 26 426 19 - 6,423
Kelurahan Siantan Hulu 31 33 2,793 18 155 11 - 3,041
Kelurahan Siantan Tengah 14 26 1,692 2 221 5 - 1,960
Kelurahan Siantan Hilir 21 19 964 6 44 2 - 1,056
Kelurahan Batu Layang 2 7 350 - 6 1 - 366
WILAYAH KAB. KUBU RAYA 3 6 1,867 1 26 - - 1,903
Kab/Kel Paal Sembilan 3 4 986 - 25 - - 1,018
Kab/Kel Sei Raya Dalam - 1 553 - - - - 554
Kab/Kel Sei Ambawang - 1 328 1 1 - - 331
JUMLAH 354 755 64,598 326 5,654 94 4 71,785

Sumber data: PDAM TIrta Khatulistiwa, 2010

3.5.4. Aspek Teknis dan Operasional

Sistem penyediaan air bersih PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak menggunakan sistem
pengolahan lengkap, terdiri dari dua instalasi utama dan instalasi mini (Mini Treatment Plan)
yang berada disekitar wilayah Kota Pontianak.

Instalasi utama I (IPA Imam Bonjol) berlokasi di jalan Imam Bonjol Km. 2.5, mulai
dikembangkan oleh Pemerintah Prancis tahun 1962 memiliki kapasitas awal sebesar 100
lt/dtk dan saat ini telah mencapai 1.210 lt/dtk yang terdapat di 3 (tiga) lokasi, yang terdiri
dari ; 4 (empat) unit pengolahan konvensional, 3 (tiga) unit mini treatment plan (MTP) yang
masing-masing dilengkapi dengan reservoir, pompa air baku dan pompa distribusi.

IPA (1) Imam Bonjol 150 lt/dtk IPA (2) Imam Bonjol 300 l/dtk

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 104


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

IPA (3) Imam Bonjol 110 ltr/dtk IPA (4) Imam Bonjol 300 ltr/dtk

Pasokan air baku IPA Imam Bonjol dengan kapasitas 860 lt/dtk yang berada di Pontianak
Selatan bersumber dari Intake Sungai Kapuas yang berjarak 300 m dari lokasi IPA Imam
Bonjol dan IPA Selat Panjang dengan kapasitas 300 lt/dtk yang berlokasi di Pontianak Utara
memiliki sumber air baku S. Landak sementara MTP Sei Jawi Luar dengan kapasitas 50 lt/dtk
mengambil air baku dari S. Kapuas.

Pelanggan di wilayah Pontianak Barat, Kota,


Selatan dan Tenggara dilayani melalui IPA
Imam Bonjol dan MTP Sei Jawi Luar dengan
jumlah pelanggan 57.504 SL sementara IPA
Selat Panjang melayani Pontianak Timur dan
Utara dengan jumlah pelanggan 14.281 SL.

IPA Selat Panjang 300 lt/dtk


Gambar 3-12 Sistem Pengolahan Air PDAM

Reservoir Distribusi

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 105


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Reservoir distribusi adalah bangunan penampung air minum dari Instalasi Pengolahan Air
(IPA) atau mata air untuk kemudian didistribusikan ke daerah pelayanan melalui jaringan pipa
distribusi. Penentuan volume reservoir berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Jumlah volume air maksimum yang harus ditampung pada saat pemakaian air minum
ditambah volume air yang harus disediakan pada saat pengaliran jam puncak karena
adanya fluktuasi pemakaian air di wilayah pelayanan dan periode pengisian reservoir.
Dimensi atau daya tampung reservoir pelayanan pada umumnya berkisar antara 17,5% -
25% dari kebutuhan air rata-rata.
2. Cadangan air untuk pemadam kebakaran kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku
untuk daerah setempat.
3. Kebutuhan air khusus yaitu pengurasan reservoir, taman dan daerah pariwisata.

Gambar 3-13 Fluktuasi Pemakaian Air

Fungsi Reservoir :
1. Menyeimbangkan debit produksi air dan pemakaian air bersih.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 106


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

2. Menambah tekanan air pada jaringan distribusi.


3. Agar tekanan air pada jaringan pipa distribusi relatif stabil
4. Mengatasi keadaan darurat
5. Tempat pembubuhan dan pencampuran desinfektan
6. Tempat pengendapan kotoran yang mungkin masih terbawa
7. Pompa beroperasi lebih merata

A. Jaringan pipa distribusi

Jaringan sistem distribusi merupakan sarana pengaliran air minum dari reservoir distribusi air
minum menuju ke konsumen
Sistem distribusi terdiri dari :
1. Pipa Induk untuk menyalurkan air di seluruh daerah distribusi
2. Pipa Dinas untuk membagi air ke para pelanggan

Pipa Induk dibagi menjadi :


- Pipa Primer : menyalurkan air dari pipa transmisi/reservoir ke daerah-daerah
tertentu
- Pipa Sekunder : membagi air dari pipa primer ke daerah-daerah yang lebih kecil.
- Pipa Tertier : membagi air dari pipa sekunder ke pipa dinas.

Diameter pipa :
Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak dengan sisa
tekanan minimum di jalur distribusi. Ukuran diameter pipa pembawa (pipa primer dan pipa
sekunder) minimum 100 mm dan ukuran diameter pipa pembagi atau tersier minimum 50
mm.
Faktor jam Puncak untuk perhitungan pipa distribusi :

Faktor Pipa Primer Pipa Sekunder Pipa Tersier

Maksimum 1,15 1,15 1,15

Jam puncak 1,5 1,7 2 3


Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem
Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya,

Panjang pipa tersier yang diijinkan :


Panjang maksimum yang diijinkan
Diameter ketika mensuplai
Suplai
pipa tersier (mm)
Dari satu sisi jalan Dari dua sisi jalan

Suplai dari satu sisi 50 65 40


akhir 75 155 100
saja 100 280 185

Suplai dari dua sisi 50 130 80


akhir 75 310 200
100 560 370

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 107


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem
Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya,

Jumlah dan debit pompa sistem penyediaan air minum :


Debit Jumlah pompa Total pompa
(m3/hari) (unit) (unit)
Sampai 2800 1 (1) 2
2500 s/d 10.000 2 (1) 3
lebih dari 90.000 lebih dari 3 (1) lebih dari 4
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem
Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya,

3.5.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penyediaan Air Bersih

Dalam hubungannya dengan PDAM, masyarakat adalah pelanggan dan PDAM adalah
penyedia layanan. Namun jika ditinjau secara keseluruhan dimana PDAM hanya mampu
melayani +68% masyarakat Kota Pontianak maka 32% masyarakat lainnya melakukan upaya
swadaya dalam penyediaan air bersih misalnya dengan mengakses air hujan atau
memanfaatkan air sungai. Perempuan sangat berperan dalam penyediaan air bersih dalam
skala rumah tangga. Sebagian besar masyarakat menampung air hujan dengan menggunakan
PAH berupa tempayan-tempayan. Sistem PAH yang memenuhi standar teknis baik dari
volume, konstruksi maupun sistem filtrasi masih sangat jarang digunakan oleh masyarakat.

3.5.6. Permasalahan

1. 32% penduduk kota Pontianak belum memiliki akses pelayanan air bersih
2. 35% pelanggan yang dilayani air bersih dari PDAM mendapat aliran dibawah 10
M3/SL/Bulan dan terindikasi pelanggan tersebut tidak mendapatkan aliran 24 Jam
3. Kualitas air yang disalurkan dari IPA relative memenuhi syarat, namun yang diterima
pelanggan kadang terjadi perubahan kualitas akibat kondisi jaringan yang sudah tua dan
kecepatan pengaliran yang tidak memadai.
4. Penurunan kualitas air baku S. Kapuas dan S. Landak sebagai sumber air baku utama bagi
PDAM terutama pada saat kemarau dimana terjadi interusi air laut dengan kadar garam
diatas batas yang diijinkan sementara IPA yang ada tidak didesain untuk mengolah air
asin.
5. Kapasitas IPA terbatas, hingga PDAM sulit mengembangkan pelayanan dan diperburuk
dengan tingginya angka kehilangan air sebesar 34% jauh diatas toleransi nasional sebesar
20%
6. Tarif air PDAM masih rendah hingga sulit untuk berinvestasi dalam pengembangan
infrastruktur air bersih
7. Pendanaan melalui APBD Murni Pemkot Pontianak tidak ada, sementara yang ada
bersumber dari APBN melalui DAK (Dana Alokasi Khusus) dan DHD (Dana Hibah Daerah)
dengan kondisi tidak memadai.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 108


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

3.6. Komponen Sanitasi Lainnya

3.6.1. Penanganan Limbah Industri

Beberapa kegiatan usaha yang saat ini menunjukkan perkembangan cukup signifikan dan
membawa pengaruh dalam perkembangan wajah kota Pontianak, antara lain kegiatan :

1. Industri
a. Crumb Rubber sebanyak 5 buah.
b. Keramik sebanyak 1 buah
c. Cold Storage sebanyak 3 buah
d. Galangan Kapal sebanyak 1 buah
e. Minyak kelapa / sawit sebanyak 2 buah.
2. Perdagangan
a. Supermarket / Mall sebanyak 5 buah
3. Parawisata
a. Hotel Berbintang sebanyak 4 buah
b. Hotel Melati sebanyak 39 buah
4. Kesehatan
a. Rumah Sakit sebanyak 4 buah
b. Klinik / Balai Pengobatan sebanyak 26 buah
5. Home Industri
Usaha Kecil Menengah sebanyak 670 buah (untuk Kecamatan Pontianak
Kota dan Pontianak Selatan).
Sektor kegiatan usaha diatas dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari berpotensi
menghasilkan limbah baik berupa limbah padat, cair dan gas yang dapat menimbulkan
pencemaran yang membawa dampak terhadap penurunan daya dukung lingkungan apabila
tidak dilakukan tindakan pencegahan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Penyebab pencemaran kualitas air permukaan di Kota Pontianak tahun 2009 rata-rata
pencemarannya disebabkan oleh berbagai macam seperti pabrik, bengkel, rumah sakit,
limbah hotel serta limbah restoran. Lokasi perbatasan Sungai Landak dan Sungai Ambawang
pencemarannya disebabkan oleh pabrik-pabrik yang beroperasi disekitar sungai tersebut.
Sedangkan lokasi Parit Malaya yang terletak di Tanjung Hulu pencemarannya disebabkan
oleh limbah bengkel-bengkel yang membuang sisa minyak pelumas tanpa pengolahan
terlebih dahulu. Lokasi Parit Nanas yang juga terletak di Tanjung Hulu pencemarannya
disebabakan oleh limbah-limbah restoran.

Tabel 3.18
Lokasi Parit Dan Penyebab Pencemaran

No Lokasi Penyebab Pencemaran


1 Perbatasan Sungai Landak dan Ambawang Limbah Pabrik
2 Parit Malaya / Tanjung Hulu Bengkel
3 Parit Nanas / Tanjung Hulu Restoran

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 109


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

No Lokasi Penyebab Pencemaran


4 Bawah Tol Landak PDAM Siantan Rumah Sakit
5 Depan Rimba Ramin Gudang Sangkar Emas Limbah Pabrik
6 Depan PT.Hok Tong Siantan Limbah Pabrik
7 Pabrik Sagu PT. Sumber Alam Limbah Pabrik
8 Peracikan Kayu Galangan Kapal Kampung Beting Limbah Pabrik
9 Pasar Puring / Pasar Siantan Limbah Pasar
10 Hotel Kartika (Sungai Kapuas) Limbah Hotel
11 Kapuas Indah (Sungai Kapuas) Limbah Pasar
12 Parit Besar (Sungai Kapuas) Limbah Pasar
13 Depan PDAM / Imam Bonjol (Sungai Kapuas) Limbah Rumah Tangga
Sumber data: BLH Kota Pontianak, 2010

Pada tahun 2007 pengawasan limbah kegiatan usaha dilakukan pada 43 kegiatan usaha
yang terbagi dalam beberapa bidang usaha, masing-masing bidang usaha diambil
hanya beberapa kegiatan usaha. Adapun 43 kegiatan usaha dimaksud adalah sebagai
berikut :

a. SPBU
1. SPBU 64.781.01 5. SPBU 64.781.06
2. SPBU 64.781.02 6. SPBU 64.781.07
3. SPBU 64.781.03 7. SPBU 64.782.01
4. SPBU 64.781.05 8. SPBU 64.782.02
b. Laundy
1. laundry King 3. Laundry Sabda Express
2. Laundry Martuari Waya 4. Laundry Rajawali

c. Rumah Makan/ Restoran/Caf


1. RM. Aneka Rasa 4. Restoran American Fried Chicken
2. KFC Gajah Mada 5. Restoran Gajah Mada
3. Restoran Cita Rasa 6. RM.Rio II
d Gudang dan Bengkel
1. PT. Trakindo Utama Cabang Pontianak
2. PT. Sarana Tirta Marguna
e. Industri
1. PT. Kota Niaga Raya 7. PT.Sumber Batulayang Indah
2. CV.Jaya Kota 8. PT. Niramas Utama
3. PT. Hok Tong 9. PT. Sumber Alam
4. PT. Giat Usaha Dieng 10. PT. sumber Djantin
5. PLTD Siantan 11. PT. Cahaya Kalbar, Tbk
6. PT. Aloe Vera Indonesia
f. Kesehatan
1. KB. Khanza Khatulistiwa 3. RSIA. Anugrah Bunda
2. RSUD dr.Soedarso 4. RSS. Antonius
g. Mall dan Hotel
1. Matahari Mall Pontianak

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 110


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

2. Hotel Grand Mahkota


3. Hotel Kini
h. BUMN
1. PT. Pertamina (persero) UPms VI. Cab. Pemasaran Pontianak
2. PT. Pertamina (persero) UPms VI Depot Pontianak
3. Penimbunan Pelumas Jeruju PNT. NBBM
4. PT Telkom Pontianak

Temuan permasalahan yang diperoleh pada saat peninjauan lapangan dan hasil analisis
laboratorium dibahas sebagai data primer dalam pembahasan rekomendasi dan saran yang
akan disampaikan kembali kepada pemilik usaha kegiatan.

3.6.2. Penanganan Limbah Medis

Berdasarkan keputusan Mentreri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : Kep-
58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, yang
mengharuskan bahwa setiap rumah sakit harus mengolah air limbah sampai standar yang
diijinkan,

Untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar umumnya dapat membangun unit alat
pengolah air limbahnya sendiri karena mereka mempunyai dana yang cukup. Tetapi untuk
rumah sakit tipe kecil sampai dengan tipe sedang umumnya sampai saat ini masih
membuang air limbahnya ke saluran umum tanpa pengolahan sama sekali.

Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan tersebut, akan menghasilkan limbah baik cair
maupun padat. Limbah padat yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah
medis dan limbah non medis. Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan langsung dari
kegiatan medis. Limbah ini tergolong dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun
(B-3) sehingga berpotensi membahayakan komunitas rumah sakit. Jika pembuangan limbah
medis tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bahaya terhadap masyarakat di sekitar
lokasi pembuangan. Limbah non-medis adalah limbah domestik yang dihasilkan di RS
tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan bukan merupakan limbah
B-3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-sama dengan sampah kota yang ada.

Untuk melaksanakan pengendalian pencemaran air sebagaimana telah ditetapkan dalam


Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendatian Pencemaran Air,
maka Pemerintah Kota Pontianak telah melakukan kegiatan pengawasan terhadap beberapa
sarana pelayanan kesehatan yang ada di kota Pontianak sebagaimana dapat dilihat pada tabel
berikut

Tabel 3-19
Hasil Pengawasan Kualitas Limbah cair pada beberapa Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada di kota
Pontianak Periode 2003 s/d. 2009

No. Nama Kegiatan Usaha Proses Penanganan Hasil Pengukuran

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 111


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

No. Nama Kegiatan Usaha Proses Penanganan Hasil Pengukuran


Limbah cair medis dialirkan ke bak BOD = 75 mg/l.
penampungan ( septic tank dgn ukuran COD = 180 mg/l.
2m x 2m ) , Limbah cair non medis TSS = 60 mg/l.
1. Klinik Bina Sehat
dibuang langsung ke saluran drainase Minyak & Lemak = 15 mg/l.
yang menuju ke parit sei jawi. Fosfat ( PO4) = 2mg/l.
MBAS = 5 mg/l.
1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke Suhu = 28,9 ' C
septic tank yang aliran outletnya ke pH = 6,93
badan air/parit sekitar Puskesmas. BOD5 = 6,44 mg/l.
2. Limbah padat medis dibakar secara COD = 66,02 mg/l.
2. Puskesmas Alianyang terbuka. TSS = 23 mg/l.
3. Limbah padat non medis dibuang ke NH3 bebas =0,04 mg/l
TPS terdekat. PO4 = 0,02 mg/l.
MPN-Kuman Gol. Koli/100ml =
16.000 MPN Koliform/100ml
1. Limbah cair yang dihasilkan Suhu = 28,3 ' C
seluruhnya dibuang ke parit tanpa pH = 6,25
pengolahan kecuali limbah cair dari BOD5 = 3,55 mg/l.
wc dan kamar mandi yang dialirkan COD = 124,71 mg/l.
3. Puskesmas Siantan Hilir ke septic tank TSS = 20 mg/l.
2. Limbah padat medis dibakar secara NH3 bebas =0,01 mg/l
terbuka. PO4 = 0,06 mg/l.
3. Limbah padat non medis dibuang ke MPN-Kuman Gol. Koli/100ml =
TPS terdekat. 24.000 MPN Koliform/100ml
1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke Suhu = 26,7 ' C
septic tank yang aliran outletnya ke pH = 6,62
badan air/parit di belakang linik. BOD5 = 84,74 mg/l.
2. Limbah padat medis dibakar COD = 327,60 mg/l.
4. Klinik Bahana Putra dengan mengunakan alat pembakar TSS = 81 mg/l.
las . NH3 bebas =0,18 mg/l
3. Limbah non medis dibuang ke TPS PO4 = 0,72mg/l.
terdekat. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml =
24.000 MPN Koliform/100ml
1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke
septic tank dan sebagian yang Suhu = 27,1 ' C
lainna lansung dibuang ke pH = 6,94
lingkungan. BOD5 = 8,13mg/l.
2. Limbah padat medis dan non medis COD = 18,34mg/l.
Rumah Sakit Islam
5. dibakar secara terbuka. TSS = 96 mg/l.
YARSI Pontianak
3. Limbah B3 dari Radiologi ditampung NH3 bebas =0,04 mg/l
di dalam wadah khusus untuk PO4 = 0,01 mg/l.
kemuadian dikirim ke RSUD MPN-Kuman Gol. Koli/100ml =
Sudarso. 24.000 MPN Koliform/100ml

1. Limbah cair yang dihasilkan di


dapur disalurkan ke IPAL dengan
Suhu = 29,1 ' C
sistem up.flow sehingga minyak
pH = 6,91
lemak yang ada dapat segera
BOD5 = 7,79 mg/l.
diangkat keluar.
COD = 104,40 mg/l.
2. Menaburkan kapur gamping pada
Rumah Sakit Bersalin TSS = 73 mg/l.
6. bak pengumpul limbah cair dari
Harapan Anda NH3 bebas =0,20 mg/l
loundry dan VK, untuk kemudian
PO4 = 0,82mg/l.
limbah padatnya diagkat.
MPN-Kuman Gol. Koli/100ml =
3. Limbah padat medis di bawa ke RS
24.000 MPN Koliform/100ml
Bhayangkara Tk. IV Pontianak untuk
dimusnahkan dg menggunakan
incinerator.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 112


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

No. Nama Kegiatan Usaha Proses Penanganan Hasil Pengukuran


4. Limbah padat non medis dibuang ke
TPS terdekat.

1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke Suhu = 30,0 ' C


IPAL sebelum dialirkan ke badan air. pH = 6,71
2. Limbah padat medis dimusnahkan BOD5 = 5,96 mg/l.
dengan incinerator. COD = 94,84 mg/l.
7. RSU. St. Antonis 3. Limbah padat non medis dibuang ke TSS = 5,2 mg/l.
TPS terdekat. NH3 bebas =0,2 mg/l
PO4 = 1,15 mg/l.
MPN-Kuman Gol. Koli/100ml =
170 MPN Koliform/100ml
1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke Suhu = 28,1 ' C
IPAL sebelum dialirkan ke badan air. pH = 6,04
2. Limbah padat medis dimusnahkan BOD5 = 15,59 mg/l.
dengan incinerator. COD = 128,38 mg/l.
8. RSU. Dr. Sudarso 3. Limbah padat non medis dibuang ke TSS = 21,5 mg/l.
TPS terdekat. NH3 bebas =0,03 mg/l
PO4 = 0,03 mg/l.
MPN-Kuman Gol. Koli/100ml =
24.000 MPN Koliform/100ml
1. Instalasi Pengolahan Air Limbah
yang digunakan untuk mengolah
limbah dari kegitan klinik berupa
septic tank yg terdiri dari 2 bak,
yaitu bak I merupakan bak kedap
yang berfungsi untuk
mengendapkan partikel berbahaya
yang terdapat di limbah cair yang
Suhu = 26,8 ' C
slanjutnya proses pengendapan
pH = 6,57
menghasilkan sludge yang
BOD5 = 13,55g/l.
pembersihannya dengan cara
COD = 49,51.
disedot, sedangkan bak II yang
Klinik Rosye Jaya TSS = 8 g/l.
9. merupakan bak penampungan
Medika NH3 bebas =0,02g/l
limbah cair dari bak I yang
PO4 = 0,01/l.
pengolahannya dengan cara filtrasi
MPN-Kuman Gol. Koli/100ml =
dengan menggunakan batu kerikil,
24.000 MPN Koliform/100ml
ijuk, dan pasir dengan sistem
resapan pada tanah setelah
melewati proses filtrasi.
2. Limbah padat medis dikumpulkan
dan dibawa ke RSUD Sudarso untuk
dimunahkan dengan mengunakan
incinerator.
3. Limbah non medis dibuang ke TPS
terdekat.
1. Pengolahan limbah berupa septic -
tank yang dibuat dengan sistem
RSIA Anugrah Bunda sedot tiap 6 bulan sekali
10
Khatulistiwa 2. Panambahan bakteri IPAL dilakukan
sekali pada waktu pertama kali IPAL
difungsikan
1. Limbah medis dikirim ke RS. -
11 R.S Promedika
Bayangkara dan sebagian dikirim ke

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 113


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

No. Nama Kegiatan Usaha Proses Penanganan Hasil Pengukuran


Lab.Kes.
2. Limbah sisa medis sebagian ada
yang dikeringkan terlebih dahulu
sebelum dikirim
3. Limbah rontgen film nya dibakar,
dan limbah cairnya diarahkan ke
IPAL
1. Sampah medik dibakar didalam
Incinerator
12 Klinik Bersalin Khanza 2. IPAL berupa bak-bak yang berisi
koral, ijuk, arang kemudian dibuang
langsung ke lingkungan
1. Incinerator telah digunakan -
sebagaimana mestinya
2. IPAL belum digunakan sehingga
RS.Tk IV Bhayangkara
13 limbah cair langsung dialirkan ke
Polda Kalbar
septic tank
3. Masih terdapat sisa-sisa botol infus
yang dibuang sembarangan
1. Penanganan limbah medis cair -
langsung dialirkan ke septic tank
yang kemudian diresapkan ke tanah
Laboratorium Klinik 2. Penanganan limbah non medis
14
Utama Taruna langsung dibuang ke TPS dan
dibakar
3. Penanganan ceceran menggunakan
antiseptik
1. Limbah cair di klinik dialirkan -
melalui bak yang terdiri atas bak
penyaringan, bak pengendapan dan
bak penyaringan yang berisi pasir
15 Klinik 24 Jam Anggrek dan ijuk .Limbah dari IPAL di buang
ke parit sekitar klinik
2. Limbah cair dapur dialirkan melalui
septic tank dan selanjutnya
meresap kedalam tanah
Sumber: BLH Kota Pontianak

Berdasarkan Tabel 2 tersebut di atas maka jenis sarana pelayanan kesehatan yang diamati
dapat dikelompokkan menjadi :

a. Sarana Pelayanan Kesehatan Lanjutan


Termasuk dalam kategori ini adalah :
1. Rumah Sakit Umum Sudarso,
2. RS Umum Santo Anthonius,
3. RS Islam Yarsi,
4. RS Tingkat IV Bhayangkara,
5. RS Pro Medika,
6. RS Bersalin Harapan Anda, dan
7. RSIA Anugrah Bunda Khatulistiwa.

Dari ketujuh Sarana Pelayanan Kesehatan Lanjutan tersebut yang telah memiliki dan
melakukan proses pengolahan limbah cair medis dengan menggunakan Instalasi

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 114


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Pengolahan Air Limbah (IPAL) standar baru 2 buah Rumah Sakit (28,57 %), yaitu RSU Dr.
Sudarso dan RSU Santo Anthonius sedangkan ke-5 RS lainnya (71,43 %) dalam
penanganan limbahnya masih menggunakan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
berupa septic Tank.

Dari table di atas diketahui bahwa hasil pengukuran terhadap sample air yang diambil
dari masing-masing sarana pelayanan kesehatan lanjutan menunjukkan secara umum
kondisi effluent limbah cair medis masih berada di bawah Nilai Ambang Batas
maksimum yang diperkenankan sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-58/MENLH/12/1995, kecuali untuk
parameter tertentu. Kadar COD buangan limbah cair dari RSU Dr. Sudarso menunjukkan
telah melebihi NAB yang diperkenankan yaitu sebesar 128,38 mg/liter (maksimal 100,00
mg/liter). Demikian juga halnya dengan Rumah Sakit Bersalin Harapan Anda, dimana
kadar COD buangan limbah cairnya sebesar 104,40 mg/liter.

b. Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar tersebut


Termasuk dalam kategori ini adalah :
1. Puskesmas Alianyang
2. Puskesmas Siantan Hilir

Untuk sarana pelayanan kesehatan dasar, ada 1 Puskesmas (50 %) yang parameter
buangan limbah cairnya melebihi Nilai Ambang Batas yang diperkenankan, yaitu di
Puskesmas Siantan Hilir dimana kadar COD=124,71 mg/l.

c. Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya


Termasuk dalam kategori ini adalah
1. Klinik Bina Sehat,
2. Klinik Bahana Putra,
3. Klinik Rosye Jaya Medika
4. Klinik Bersalin Khanza
5. Klinik 24 Jam Anggrek
6. Laboratorium Klinik Utama Taruna

Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya, hanya 3 klinik yang diambil sample buangan
limbah cairnya, sedangkan 3 klinik lainnya belum dilakukan pengambilan sample. Dari
ke-3 klinik yang diambil tersebut, 2 di antaranya (66,67%) memiliki kadar COD yang
melebihi Nilai Ambang Batas yang diperkenankan, yaitu :
1. Klinik Bahana Putra : COD = 327,60 mg/liter.
2. Klinik Bina Sehat : COD = 180 mg/liter.

Penanganan limbah non medis pada umumnya dibuang di TPS untuk kemudian dibakar. Hal
ini sebenarnya tidak diperkenankan karena kota Pontianak, terutama pada musim kemarau
sering terjadi penurunan kualitas udara akibat kabut asap.

3.6.3. Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 115


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Sarana sanitasi yang terdapat di sekolah-sekolah dan familiar digunakan oleh siswanya adalah
jamban/toilet dan tong sampah. Namun selama ini baik Dinas Kesehatan maupun Dinas
Pendidikan tidak mempunyai data tentang jumlah dan kondisi sarana sanitasi yang dimaksud.

Di bawah ini adalah data tentang jumlah sekolah mulai dari pra sekolah sampai lanjutan
tingkat atas beserta jumlah muridnya. Untuk menggambarkan ketersediaan sarana sanitasi
sekolah adalah dengan didasarkan pada persyaratan penyediaann jamban yang ideal dengan
rata-rata kenyataan yang ada.

Tabel 3.20
Distribusi Jumlah Sekolah Dan Jumlah Murid Di Kota Pontianak Menurut Kecamatan
Tahun 2009.

PAUD / TK SD / MI SMP / MTs SMA / SMK / MA TOTAL


Kecamatan Se Se Se Se Se
LK PR LK PR LK PR LK PR LK PR
k k k k k
Pontianak
18 388 386 47 8097 7358 15 2280 2450 13 2430 1631 93 13195 11825
Utara
Pontianak
10 271 288 34 4572 4313 8 1339 1438 6 802 1014 58 6984 7053
Timur
Pontianak
Selatan dan 30 1592 1540 51 9218 8694 28 4601 4377 28 5630 6260 137 21041 20871
Tenggara
Pontianak
28 1082 1326 45 7499 7176 18 2853 2675 28 3329 3167 119 14763 14344
Kota
Pontianak
24 583 599 34 6899 6453 18 2557 2696 13 2187 1836 89 12226 11584
Barat

Total 110 3916 4139 211 36285 33994 87 13630 13636 88 14378 13908 496 68209 65677

a. Pra sekolah (PAUD, TK)


Berdasarkan table tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah PAUD / TK yang ada di
kota Pontianak sebanyak 110 buah dengan jumlah murid pra sekolah sebanyak 774
orang yang terdiri dari 388 murid laki-laki dan 386 murid perempuan.

Menurut ketentuan persyaratan penyediaan jamban / WC komunal sebagaimana yang


telah diatur dalam pedoman penyediaan Jamban Keluarga yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kesehatan yang mempersyaratkan 1 jamban untuk 40 orang laki-laki atau 25
orang perempuan, maka estimasi kebutuhan Jamban / WC yang ideal untuk PAUD / TK
yang ada di kota Pontianak adalah sebanyak 10 jamban untuk murid laki-laki dan 15
jamban untuk murid perempuan, sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC yang
diperlukan untuk PAUD / TK idealnya adalah sebanyak 25 buah.

Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid pra sekolah, baik PAUD maupun
TK yang ada di kota Pontianak pada umumnya hanya 1 untuk setiap PAUD/TK sehingga
jumlah keseluruhan jamban / WC untuk anak pra sekolah baru mencapai sekitar 18 buah
atau sekitar 72 %.

b. SD / MI

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 116


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SD / MI yang ada di kota
Pontianak sebanyak 211 buah dengan jumlah murid sebanyak 70.279 orang yang terdiri
dari 36.285 murid laki-laki dan 33.994 murid perempuan.

Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah
jamban / wc untuk anak SD / MI sebanyak 907 buah untuk murid laki-laki dan 1.360
buah untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban / WC yang
diperlukan untuk anak SD / MI sebanyak 2.267 buah.

Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid SD / MI, yang ada di kota
Pontianak pada umumnya hanya 2 untuk setiap SD / MI sehingga jumlah keseluruhan
jamban / WC untuk SD / MI baru mencapai sekitar 422 buah atau sekitar 19 %.

c. SMP / MTs
Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SMP / MTs yang ada di
kota Pontianak sebanyak 87 buah dengan jumlah murid sebanyak 27.266 orang yang
terdiri dari 13.630 murid laki-laki dan 13.636 murid perempuan.

Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah
jamban / wc untuk anak SD / MI sebanyak 341 buah untuk murid laki-laki dan 545 buah
untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban / wc yang
diperlukan untuk anak SD / MI sebanyak 886 buah.

Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid SMP / MTs yang ada di kota
Pontianak seperti juga halnya penyediaan jamban / wc untuk murid SD / MI, pada
umumnya hanya 2 untuk setiap SMP / MTs sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC
untuk SD / MI baru mencapai sekitar 174 buah atau sekitar 20 %.

d. SMU / SMK sederajat


Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SMU /SMK / sederajad
yang ada di kota Pontianak sebanyak 88 buah dengan jumlah murid sebanyak 28.286
orang yang terdiri dari 14.378 murid laki-laki dan 13.908 murid perempuan.

Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah
jamban/wc untuk anak SMU/SMK/sederajad sebanyak 359 buah untuk murid laki-laki
dan 556 buah untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban /
wc yang diperlukan untuk anak SMU/SMK/sederajad sebanyak 915 buah.

Jumlah ketersediaan jamban keluarga/WC untuk murid SMU/SMK/sederajad, yang ada


di kota Pontianak pada umumnya hanya 2 untuk setiap SMU/SMK sehingga jumlah
keseluruhan jamban/WC untuk SMU/SMK mencapai sekitar 176 buah atau sekitar 19 %.

3.6.4. Kampanye PHBS

Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996 oleh
Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama Pusat Promosi Kesehatan.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 117


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan program PHBS,
mulai dari pelatihan petugas pengelola PHBS tingkat Kota sampai dengan Puskesmas,
memproduksi dan menyebarkan buku Panduan Manajemen Penyuluh Kesehatan Masyarakat
tingkat Puskesmas; memproduksi dan menyebarkan buku Pedoman Pembinaan Program
PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan tempat umum, tatanan sarana kesehatan, serta
membuat buku saku PHBS untuk petugas puskesmas.

Hasilnya sampai tahun 2009 tenaga kesehatan yang telah terlatih PHBS untuk tingkat kota
Pontianak sebesar 80 % sedangkan untuk tingkat puskesmas telah mencapai 100 %, artinya
seluruh petugas pengelola program PHBS di Puskesmas telah mengikuti pelatihan PHBS.
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program PHBS adalah kemitraan/ dukungan lintas
program/lintas sektor rendah, kemampuan teknis petugas rendah, mutasi petugas terlatih,
alokasi dana terbatas dan perubahan struktur organisasi. Altematif pemecahan adalah
melalui kegiatan advokasi kebijakan, koordinasi dan keterpaduan manajemen dan
peningkatan kemampuan teknis pelaksana PHBS.

Kegiatan Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilaksanakan selama
periode 2009 adalah :
1. Kampanye PHBS, melalui :
a. Media Cetak : Iklan layanan masyarakat : 10 kali
b. Media elektronik :
- Dialog interaktif di TV : 3 kali, Radio : 6 kali.
2. Sosialisasi PHBS : 2 kali
3. Cetak Buku Saku : 50 buah
4. Cetak poster : 100 lembar
5. Cetak leaflet : 1.000 lembar
6. Cetak Buku Pemantauan Jentik Mingguan oleh anak Sekolah : 10.000 buah
7. Penggandaan CD PHBS : 50 buah.

Hasil Kegiatan PHBS


Berdasarkan rekapitulasi hasil kegiatan program PHBS tatanan Rumah Tangga di seluruh
kecamatan yang ada di Kota Pontianak (tidak semua rumah tangga, tetapi dengan
menggunakan metode sampling), gambaran cakupan program PHBS Tingkat Kota Pontianak
adalah sebagai berikut :
- Persentase Rumah Tangga
Sehat (10 indikator) : 26,67 %.
- Persentase Rumah Tangga
Sehat (indicator terpilih) : 0 %.
- Persentase Rumah Tangga
Sehat (GHS) : 0 %.

Untuk Indikator Perilaku Sehat, cakupan PHBS untuk Tatanan Rumah Tangga adalah sebagai
berikut :
- Persentase Rumah Tangga yang memperoleh pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan : 79,05 %.
- Persentase Rumah Tangga dengan Balita diberi ASI Eksklusif : 100,0 %.
- Persentase Rumah Tangga yang tidak merokok : 38,57 %.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 118


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

- Persentase Rumah Tangga yang melakukan aktifitas fisik setiap hari : 95,71 %.
- Prosentase Rumah Tangga yang melakukan diet sayur dan buah : 76,67 %.
- Persentase Rumah Tangga yang mempunyai JPKM : 47,62 %.

Untuk Indikator Lingkungan Sehat, cakupan PHBS untuk Tatanan Rumah Tangga adalah
sebagai berikut :
- Persentase
Rumah Tangga yang tersedia Jamban : 98,57 %.
- Persentase
Rumah Tangga yang tersedia air bersih : 96,19 %.
- Persentase
Rumah Tangga yang sesuai antara luas lantai dan jumlah penghuni : 70,48 %
- Persentase
Rumah Tangga yang lantai rumah bukan dari tanah : 100,0 %.

Kampanye PHBS tidak hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan sebagai SKPD dengan tupoksi
yang terkait tetapi juga oleh PKK melalui Pokjanya.

PKK dengan 10 program pokoknya telah banyak membantu untuk kemajuan keluarga di
bidang kesehatan dan kegiatan PKK terlibat dalam program 7,9 dan 10 yaitu kesehatan,
penyehatan lingkungan dan Perencanaan Keluarga.

Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku dan lingkungan melalui program PHBS
diharapkan masyarakat dapat mewujudkan derajad kesehatan yang setinggi-tingginya. PKK
Kota Pontianak membantu meningkatkannya dalam Program PHBS, hal ini dapat dilihat dari
tersedianya anggaran untuk program ini pada tahun 2009 sebanyak Rp.600.000,- dan Tahun
2010 ini sebanyak Rp.10.000.000,-. Pada tahun 2009 anggaran digunakan untuk sosialisasi 10
perilaku ber PHBS di rumah tangga, sedangkan pada tahun ini anggaran diperuntukkan pada
lomba kelurahan dengan pelaksanaan 10 perilaku ber PHBS di rumah tangga yang akan
diikutkan pada lomba tingkat propinsi dalam kegiatan gerakan PKK Kabupaten Kota.

Pada saat ini sejak bulan Februari 2010 PKK Kota Pontianak bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan, melaksanakan pemantauan mingguan menuju rumah tangga bebas jentik
sebagai upaya Penegakan kasus DBD yang endemis di Kota Pontianak.

Permasalahan kampanye PHBS


Aspek teknis
Masih banyak rumah tangga yang belum punya WC
Kebiasaan (masih banyak yang melakukan BAB sembarangan)
Tingkat kesadaran yang belum merata tentang kesehatan dan kebersihan
Tingkat ekonomi yang relative rendah sehingga fasilitas sanitasi terabaikan
Lingkungan pemukiman yang belum higienis

Aspek kelembagaan
Cakupan air bersih masih kurang sehingga masyarakat masih menggunakan air
permukaan
Jaringan air bersih belum mencakup seluruh pemukiman
Terbatasnya akses air bersih untuk masyarakat miskin (kumuh)

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 119


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Promosi PHBS di tingkat masyarakat masih kurang

3.7. Pembiayaan Pengelolaan Sanitasi Kota

3.7.1. Kelembagaan dan Regulasi Pengelolaan Sanitasi

Berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat


Daerah Kota Pontianak, perangkat daerah yang ada di Kota Pontianak meliputi:
Sekretariat Daerah
Sekretariat DPRD
Inspektorat
Bappeda
Dinas Daerah : 13 dinas
Lembaga Teknis Daerah : 3 Badan dan 4 Kantor
Lembaga Lain : BP2T dan Lakhar Narkotika & Penanggulangan HIV-AIDS
Satpol PP
Kecamatan : 6 kecamatan
Kelurahan : 29 kelurahan

Di dalam struktur pemerintahan Kota Pontianak, urusan kewenangan pengelolaan sanitasi


yang meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, drainase, pengelolaan air limbah
dan PHBS tidak berada dalam satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) akan tetapi
tersebar dalam beberapa SKPD dengan cakupan tugas dan fungsi yang berbeda, SKPD
tersebut meliputi:
Dinas Pekerjaan Umum, mencakup sector drainase dan dukungan penyediaan air bersih
bersama PDAM Tirta Khatulistiwa serta peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan
permukiman secara umum. Secara struktural, Bidang yang banyak berperan di Dinas
Pekerjaan Umum dalam penanganan sanitasi kota adalah Bidang Cipta Karya khususnya
pada Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan, menangani sektor persampahan dan air limbah
dengan didukung keberadaan UPTD TPA sebagai bagian dalam pengelolaan
persampahan di Kota Pontianak
Dinas Kesehatan, meliputi promosi, penyuluhan PHBS dan pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan sanitasi kota. Secara struktural, bidang yang menangani sanitasi
berada pada Bidang Penyehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan, didukung dengan
keberadaan Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman dan Seksi Promosi Kesehatan.
Badan Lingkungan Hidup, mencakup sector air limbah, kualitas air baku dan
pengendalian pencemaran lingkungan. Berdasarkan TUPOKSI dalam struktur organisasi,
bidang yang banyak berperan dalam penanganan sanitasi kota adalah Bidang
Pengawasan dan Penataan Hukum serta Bidang Revitalisasi Lingkungan dan
Pengembangan Kapasitas yang masing-masing bidang terebut didukung oleh dua seksi

Selain intansi-instansi tersebut, beberapa instansi lain juga memiliki program dan kegiatan
yang mendukung pengelolaan sanitasi di Kota Pontianak seperti Kantor Pemberdayaan
Masyarakat melalui kegiatan Stimulan Rumah Tidak Layak Huni yang banyak digunakan
untuk pembangunan MCK di rumah tidak layak huni; Kecamatan melalui Program Pembinaan

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 120


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Kesehatan Masayarakat (kegiatan gerakan kebersihan lingkungan), Program Pemeliharaan


Sarana dan Prasarana Fasilitas Umum (melalui kegiatan bantuan stimulan jalan
lingkungan/gang dan saluran drainase), Program Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat
(kegiatan lomba kebersihan lingkungan), Program Pemberdayaan Masyarakat (kegiatan
gotong royong pembersihan lingkungan), Program Pembangunan Kecamatan dan Kelurahan
(kegiatan pengembangan sarana dan prasarana lingkungan jalan). Untuk lebih jelasnya terkait
program dan kegiatan masing-masing instansi dalam mendukung pelaksanaan sanitasi kota
Pontianak dapat dilihat dalam sub bab 3.7.3. yang akan mengulas lebih dalam terkait maslah
pendanaan sanitasi.

Dalam pelaksanaan urusan sanitasi, Instansi-instansi tersebut mengacu kepada TUPOKSI-nya


masing-masing dan melakukan koordinasi bilamana melibatkan instansi terkait lainnya.
Dalam hal ini BAPPEDA memiliki peranan cukup penting dalam menyambung rantai
koordinasi antar instansi yang berkecimpung di dalam urusan sanitasi di Kota Pontianak.

Sebagai dasar operasional pelaksanaan urusan sanitasi di tingkat kota, beberapa regulasi
telah disusun, diantaranya:

1. Perda Nomor 6 tahun 1999 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan


2. Perda Nomor 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Penyedotan Kakus
3. Perda Nomor 4 tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak
Tahun 2002-2012
4. Perda Nomor 13 Tahun 2005 tentang perubahan pertama Perda Nomor 8 Tahun
2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

3.7.2. Perkembangan APBD

Dalam kurun 5 tahun terakhir (2005-2009), besaran Realisasi APBD Kota Pontianak meningkat
cukup singnifikan. Di tahun 2005 tercatat besaran APBD sebesar Rp.
312.590.392.355,62 yang 74,07% diantaranya dialokasikan untuk belanja tidak langsung dan
hanya 25,93% sisanya dialokasikan untuk belanja langsung pembangunan.

Trend tersebut mulai bergeser di tahun 2007, dimana dengan besaran APBD senilai
Rp. 556.263.221,66 hanya 47,80% diantaranya dialokasikan untuk belanja tidak langsung,
sedangkan sisanya 52,20% dialokasikan untuk belanja langsung pembangunan. Dari data
terakhir yang didapat (tahun 2009), total nilai realisasi ABPD kota Pontianak adalah senilai
Rp. 666.306.493.928,90 yang mana 47,96% dipakai untuk belanja tidak langsung dan 52,04%
untuk belanja langsung pembangunan.

Tabel 3-21
Perkembangan Nilai APBD Kota Pontianak Tahun 2005-2009

TAHUN ANGGARAN (Rp)


URAIAN
2005 2006 2007 2008 2009*

I Realisasi Pendapatan 312.590.392.355,62 480.081.594.859,98 556.515.008.922,17 618.641.452.979,53 666.306.493.928,90

II Belanja Daerah 304.462.321.318,45 474.804.730.648,34 537.263.364.221,66 633.594.660.392,22 658.842.306.673,92

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 121


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

1. Belanja Tidak
225.523.482.982,15 252.503.970.325,44 256.792.310.095,12 308.047.136.111,24 315.971.691.096,43
Langsung

2. Belanja Langsung 78.938.838.336,30 222.300.760.322,90 280.471.054.126,54 325.547.524.280,98 342.870.615.577,49

Surplus/defisit 8.128.071.037,17 5.276.864.211,64 19.251.644.700,51 (14.953.207.412,69) 7.464.187.254,98

III Pembiayaan 635.243.278,59 5.659.355.676,96 8.791.538.241,80 31.717.485.054,51 16.177.638.953,30

1. Pembiayaan
5.045.451.917,39 8.763.314.315,76 11.395.496.880,60 32.321.443.693,31 16.781.597.592,10
Penerimaan

2. Pembiayaan
4.410.208.638,80 3.103.958.638,80 2.603.958.638,80 603.958.638,80 603.958.638,80
Pengeluaran
Sisa Lebih Pembiayaan
IV 8.763.314.315,76 10.936.219.888,60 28.043.182.942,31 16.764.277.641,82 23.641.826.208,28
Th Berjalan

Sumber : Bagian Keuangan, Setda Kota Pontianak


Ket : Data sebelum diaudit

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah dalam komponen APBD kota Pontianak juga terus
mengalami peningkatan. Beradasarkan data tahun 2009, kontribusi PAD dalam struktur APBD
Kota Pontianak mencapai 9,88% atau senilai Rp. 65.847.726.764,00 yang didapat dari
komponen pengelolaan 6 jenis pajak daerah (pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak
reklame, pajak reklame, pajak penerangan jalan dan pajak parker) serta 25 jenis retribusi
daerah. Kontribusi terbesar dari komponen PAD ini disumbangkan oleh pajak penerangan
jalan umum senilai Rp. 19.523275.132,- atau senilai 29,64%. Dari total nilai PAD di tahun
2009.

3.7.3. Besaran dan Proporsi Pendanaan Sanitasi Per Tahun

Berdasarkan pembagian wewenang TUPOKSI SKPD, alokasi pendanaan sanitasi dalam kurun
tiga tahun terakhir (2007-2009) menunjukkan kenaikan yang kurang signifikan. Jika dilihat
pada tahun 2007 besaran total pendanaan sanitasi di Kota Pontianak sebesar Rp.
27.212820.195,- atau senilai 4,88% dari total APBD Kota Pontianak tahun 2007 dengan
proporsi pendanaan terbesar di Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Sedangkan di 2009 total
besaran pendanaan sanitasi adalah Rp. 27,959,340,019,- atau senilai 4,19% dari APBD tahun
2009 dengan proporsi terbesar pendanaan tetap di Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

Tabel 3-22
Proposi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut SKPD Tahun 2007-2009

Pembiayaan (Rp)
No Institusi 2007 2008 2009
APBD Kota APBD Kota APBD Kota
1 Dinas Kesehatan 1,862,515,475.00 1,283,168,450.00 315,781,000.00
2 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 11,435,276,430.00 8,861,043,471.00 14,132,031,533.00
3 Badan Lingkungan Hidup 2,039,185,880.00 1,981,097,828.00 2,312,342,842.00
4 Dinas Pekerjaan Umum 9,966,107,660.00 12,877,401,810.00 6,968,252,750.00
5 Kecamatan 1,909,734,750.00 2,312,556,900.00 1,662,474,588.00
6 Kantor Pemberdayaan Masyarakat - 272,024,320.00 2,568,457,306.00

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 122


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Total 27,212,820,195.00 27,587,292,779.00 27,959,340,019.00

Sumber : LKPJ Walikota Pontianak Tahun 2007, 2008 dan 2009, data diolah

Tabel 3-23
Proposi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut SKPD Tahun 2007-2009
(sumber dana APBD Kota, APBD I dan APBN)

Pembiayaan (Rp)
No Sektor Sanitasi
2007 2008 2009
1 Kampanye PHBS 2,021,320,225.00 1,609,733,750.00 428,257,500.00
2 Sampah 11,435,276,430.00 8,910,543,471.00 14,296,534,833.00
3 Air Limbah 3,411,923,880.00 3,104,193,948.00 3,153,872,942.00
4 Drainase & Jalan 10,629,743,160.00 10,032,546,610.00 6,473,286,338.00
5 Air Bersih 3,465,122,500.00 7,276,930,500.00 9,331,962,500.00

Total 30,963,386,195.00 30,933,948,279.00 33,683,914,113.00


Sumber : LKPJ Walikota Pontianak Tahun 2007, 2008 dan 2009, data diolah

Gambar 3-14 Diagram Proporsi Pendanaan


Jika dilihat berdasarkan sektor-sektor dalam
Sanitasi Menurut Sektor Tahun 2007
sanitasi, sektor-sektor sampah dan
drainase/jalan lingkungan merupakan sektor
yang paling banyak dibiayai oleh APBD kota
Pontianak. Tercatat di tahun 2007 sektor
drainase/jalan lingkungan sebesar 34% dari total
pembiayaan sanitasi yang bersumber baik dari
APBD kota maupun dari APBD propinsi dan
APBN, sedangkan yang terkecil di sektor
Gambar 3-15 Diagram Proporsi Pendanaan kampanye PHBS yang mencakup 7% dari total
Sanitasi Menurut Sektor Tahun 2008
pembiayaan sanitasi.
Di tahun 2009 pembiayaan terbesar bergeser ke
sektor persampahan mencapai 43% dari total
pembiayaan sanitasi dan yang terkecil adalah
pendanaan kampanye PHBS yang hanya meliputi
1% dari total pembiayaan sanitasi. Kedepan
perlu peningkatan pendanaan di ini mengingat
Gambar 3-16 Diagram Proporsi Pendanaan Sanitasi
aspek pelibatan masyarakat merupakan hal
Menurut Sektor Tahun 2009 yang sangat penting untuk mendukung
keberhasilan pengelolaan sanitasi.

Untuk mengetahui lebih dalam program-


program dan kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengelolaan sanitasi di Kota
Pontianak dalam kurun waktu 2007-2009
dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini:

Tabel 3-24

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 123


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2007

Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2007, data diolah

Tabel 3-25
Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2008

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 124


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Pembiayaan (Rp)
Institusi Program Jumlah Kegiatan
APBD Kota APBD Prop APBD Pusat

Dinas Kesehatan 1 Program Promosi Kesehatan - 3 Kegiatan 745,550,000.00


Pemberdayaan Masyarakat
2 Program Pengembangan - Kegiatan penyehatan 537,618,450.00
Lingkungan Sehat Lingkungan Permukiman
Sub Total 1,283,168,450.00

Dinas Kebersihan dan 1 Program Pengembangan - 9 Kegiatan 8,861,043,471.00


Pertamanan Pengolahan Persampahan
Sub Total 8,861,043,471.00

Badan Lingkungan 1 Program Pengendalian Pencemarn - 4 Kegiatan 1,602,325,550.00


Hidup dan Perusakan Lingkungan
- Pengadaan sarana dan prasrn 667,350,000.00
pemantauan kualitas air
permukaan
2 Program Peningkatan Kualitas - 2 Kegiatan 162,428,000.00
dan Akses Informasi SDA dan LH
3 Program Peningkatan Pengndalian - 2 Kegiatan 216,344,278.00
Polusi
Sub Total 1,981,097,828.00 667,350,000.00

Dinas Pekerjaan Umum 1 Program Pembangunan Drainase - 2 kegiatan 2,257,816,150.00


2 Program Pengembangan Kinerja - Kegiatan Air Bersih 2,714,805,500.00
Pengelolaan Air Minum dan - Kegiatan Air Bersih/BAKU 4,562,125,000.00
Air Limbah
3 Program Penyehatan lingkungan - 3 Kegiatan 45,000,000.00
perumahan dan Permukiman
4 Program Pemberdayaan - Kegiatan Peningkatan Kualitas 5,538,730,720.00
Komunitas Perumahan Lingkungan Pemukiman Kumuh
(NUSSP)
- NUSSP (luncuran) 243,709,840.00
- SANIMAS 230,020,100.00
Sub Total 12,877,401,810.00 - 2,714,805,500.00

Kecamatan 1 Program Pembinaan Kesehatan - Kegiatan gerakan kebersihan


Masyarakat Lingkungan
- Kec Pontianak Kota 22,800,000.00
- Kec Pontianak Tenggara 15,250,000.00
- Kec Pontianak Selatan 20,500,000.00
- Kec Pontianak Utara 15,000,000.00
2 Program Pemeliharaan Sarana - Kegiantan pemeliharaan
dan Prasarana Fasilitas Umum sarana lingkungan
- Kec Pontianak Kota 23,000,000.00
- Kec Pontianak Utara 404,503,200.00
- Bantuan stimulan jalan lingk
gang, jembatan dan drainase
- Kec Pontianak Tenggara 124,872,000.00
3 Program pembinaan partisipasi - Kegiatan lomba kelurahan
sosial masyarakat - Kec Pontianak Kota 10,000,000.00
- Kec Pontianak Barat 10,000,000.00
- Kec Pontianak Selatan 10,595,000.00
- Lomba kebersihan lingk RW
- Kec Pontianak Selatan 28,150,000.00
- Bantuan stimulan jalan lingk
gang, jembatan dan drainase
- Kec Pontianak Kota 643,579,550.00
- Pembinaan bakti masy
- Kec Pontianak Barat 24,732,000.00
- Kec Pontianak Utara 40,000,000.00
4 Program pemberdayaan masy - Kegiatan gotong royong masy
- Kec Pontianak Barat 2,190,000.00
- Kec Pontianak Utara 7,950,000.00
- Kec Pontianak Tenggara 8,100,000.00
- Peningktn jalan lingkungan
- Kec Pontianak Timur 245,000,000.00
5 Program Pembangunan kecamtan - Kegiatan Pengembangan sarna
dan Kelurahan dan Prasarana lingkngan jalan
- Kec Pontianak Barat 380,370,150.00
- Kec Pontianak Tenggara 125,965,000.00
- Kegiatan bedah rumah
- Kec Pontianak Timur 120,000,000.00
- Kegiatan lomba kebersihan
- Kec Pontianak Timur 30,000,000.00
Sub Total 2,312,556,900.00 - -

Kantor Pemberdayaan 1 Program Peningkatan Partisipasi - Kegiatan Stimulan rumah 105,726,020.00


Masyarakat Masyarakay dalam Membangun tidak layak huni
Kelurahan - Pembinaan bulan bhakti 116,798,300.00
gotong royong
- Fasilitasi pengelolaan sampah menjadi 49,500,000.00
pupuk organik
Sub Total 272,024,320.00 - -
TOTAL 27,587,292,779.00 - 3,382,155,500.00

Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2008, data diolah

Tabel 3-26
Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2009

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 125


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2009, data diolah

3.7.4. Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan Layanan Sanitasi

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 126


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Pendapatan Asli Daerah dari pengelolaan sanitasi didapat dari dua jenis retribusi yang telah
diatur dalam peraturan daerah yaitu:

1. Perda Nomor 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Penyedotan Kakus


2. Perda Nomor 13 Tahun 2005 tentang perubahan pertama Perda Nomor 8 Tahun
2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Dalam kurun waktu 2005-2009, realisasi pendapatan dari dua jenis retribusi tersebut
menunjukkan trend fluktuatif. Hal ini terjadi akibat belum adanya sistem pemungutan
retribusi pelayanan sampah ideal yang dapat menjangkau potensi retrubusi secara luas. Di
tahun 2010 ini Pemerintah kota Pontianak melakukan kerjasama dengan PDAM Tirta
Khatulistiwa di dalam pemunguta retribusi sampah (dijadikan satu tagihan dengan tagihan
pemakaian air bersih). Akan tetapi hal ini dirasa belum cukup maksimal menjangkau potensi
retribusi yang masih sangat besar mengingat cakupan pelayanan air bersih sendiri masih
belum mencakup seluruh Kepala Keluarga di kota Pontianak.

Disisi lain masih terjadi hambatan/penolakan dari masyarakat sendiri akibat pemahaman
yang keliru dari retribusi yang dikenakan. Masyarakat beranggapan retribusi tersebut tidak
wajib dibayar karen merasa tidak mendapat pelayanan pengambilan sampah dari tempat
tinggal, padahal retribusi yang dikenakan adalah untuk menutupi operasional
penganggukatan sampah dari TPS menuju TPA setiap harinya.

Tabel 3-27
Realisasi Pendapatan Daerah dari Pelayanan Pengelolaan Sampah

Realisasi Pendapatan (Rp.)


Jumlah
No Tahun Retribusi Jumlah (Rp)
Penduduk Retribusi Sampah
Penyedotan Kakus
1 2005 494,441 1,593,144,697.00 9,730,412.00 1,602,875,109.00
2 2006 510,687 1,768,416,550.00 11,664,798.00 1,780,081,348.00
3 2007 514,622 1,477,091,577.00 6,364,784.00 1,483,456,361.00
4 2008 521,569 1,631,135,441.00 10,198,000.00 1,641,333,441.00
5 2009 595,601 1,745,852,951.00 10,523,000.00 1,756,375,951.00

Sumber: DInas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak

Kedepan perlu dipikirkan system pemungutan retribusi sampah yang lebih ideal untuk
mendapatkan pendapatan yang maksimal, mengingat potensi yang ada cukup besar. Selain
itu perlu juga dilakukan upaya peningkatan pemahaman masyarakat melalui promosi dan
kampanye-kampanye tentang pemungutan retribusi sampah yang dikenakan kepada
masyarakat.

Berdasarkan data diatas, dengan merata-rata penerimaan pertahunnya dalam periode 2005-
2009 dan kemudian membandingkannya dengan jumlah rerata jumlah penduduk pertahun
dalam periode yang sama, maka didapatkan angka rasio 3,134.01 yang merupakan angka
rata-rata Penerimaan Retribusi Persampahan per kapita per tahun (Rp. 3.134/jiwa).
3.7.5. Besaran Pendanaan Sanitasi Per Kapita

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 127


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

Besaran pendanaan sanitasi perkapita adalah perbandingan jumlah rata-rata pembiayaan


sanitasi yang dikeluarkan dalam periode tertentu dibandingkan dengan jumlah rata-rata
penduduk dalam periode yang sama.

Berdasarkan data-data yang telah digambarkan pada sub-bab sebelumnya, dimana dalam
periode 2007-2009 maka didapat angka besaran pendanaan sanitasi perkapita Kota
Pontianak adalah Rp. 50.716,91 bandingkan dengan besaran penerimaan retribusi
persampahan per kapita per tahun yang hanya Rp. 3.134,-.

3.7.6. Pinjaman Daerah

Dalam neraca keuangan Pemerintah Kota Pontianak, pada posisi per tanggal 1 Januari 2011
kedepan, masih terdapat kewajiban hutang sebesar Rp. 3.527.703.535,53 yang merupakan
hutang Pemerintah Kota Pontianak untuk pembiayaan proyek-proyek pembangunan fisik
dalam program KUDP (Kalimantan Urban Development Projects) melalui IBRD Bank Dunia
yang dilaksanakn mulai tahun 1995.

Jangka waktu pinjaman tersebut adalah 20 tahun dengan besaran angsuran pertahun yang
harus dibayar oleh Pemerintah Kota Pontianak sebesar Rp. 610.000.000,-.

Tabel 3-28
Daftar Pinjaman Pemerintah Kota Pontianak

Sisa Hutang (Rp.)


Keterangan
s/d 1 jan 2009 s/d 1 jan 2010 s/d 1 jan 2011

Pemberi Pinjaman IBRD Bank Dunia


Tujuan Pinjaman Pembiayaan KUDP
Rp9,059,379,582.00
Jumlah Pinjaman 5,562,956,070.98 4,509,354,419.75 3,527,703,535.53
No dan Tanggal Loan LA-3854-IND tgl 6-4-1995
Jangka Waktu
Pinjaman 20 Tahun

Sumber: Bagian Keuangan, Setda Kota Pontianak

3.7.7. Permasalahan Pendanaan Sanitasi Kota

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pendanaan pengelolaan sanitasi di Kota


Pontianak adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya proporsi dana untuk sanitasi dalam struktur belanja langsung APBD. Hal
ini terkait dengan besaran APBD Kota Pontianak sendiri yang masih relative kecil dan
sumber pendapatannya masih sangat tergantung dari Dana Alokasi Umum yang
dianggarkan oleh Pemerintah Pusat, sedangkan kontribusi PAD masih amat sangat
kecil dimana berdasarkan data terakhir tahun 2009 hanya sebesar 9,88% dari total

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 128


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak

APBD. Sedangkan disisi lain Pemerintah Kota Pontianak dihadapkan dengan begitu
kompleksnya permasalahan pembangunan kota dan begitu banyaknya urusan
pemerintahan yang harus diemban oleh Pemerintah Kota Pontianak sehingga
pelaksanaan pembangunan dilakukan sesuai prioritas yang telah disusun dalam
dokumen perencanaan jangka menengah dan jangka panjang.

2. Peran Pemerintah Kota masih sangat dominan sedangkan sektor swasta belum
banyak berperan. Untuk menunjang penanganan sanitasi di kota, selama ini masih
sangat tergantung oleh alokasi dana pemerintah yang sangat terbatas, sedangkan
sektor swasta belum banyak berperan. Padahal penanganan sanitasi sebenarnya
bukan hanya melulu diemban oleh pemerintah akan tetapi swasta memiliki
kewajiban turut serta dalam penanganan sanitasi kota. Kedepan perlu di dorong
peran serta sektor swasta dalam pembiayaan pengelolaan sanitasi melalui skema-
skema kerjasama yang ideal antara pemerintak Kota Pontianak dengan para pelaku
usaha.

3. Belum ada perencanaan pembiayaan yang komprehensif dalam penanganan


Sanitasi. Berdasarkan pengalaman pelaksanaan pembangunan setiap tahunnya,
masalah pembiayaan sanitasi sebenarnya muncul sejak dari proses perencanaan
pengelolaan sanitasi sendiri yang belum ideal, belum tersinkronisasi dan belum
termonitoring dengan baik. Sehingga belum ada tahapan dan target yang jelas
kedepan sebagai acuan dalam penyusunan pembiayaan sanitasi. Kondisi saat ini
cukup sulit mengukur besaran pembiayaan dalam struktur APBD dengan program
dan kegiatan yang tidak terstruktur dengan baik. Penanganan sanitasi di Kota
Pontianak belum memiliki perencanaan yang menyeluruh sehingga dalam
pelaksanaanya terkesan jalan sendiri-sendiri oleh masing-masing SKPD yang
berkenaan dengan urusan sanitasi dan belum terkoordinasi dengan baik.

4. Belum maksimalnya penerimaan pendapatan dari sektor sanitasi sebagai salah satu
sumber pembiayaan. Sebagaimana telah dijelaskan di sub bab sebelumnya, sampai
saat ini potensi pendapatan dari pengelolaan sanitasi belum tergali dengan baik
sehingga besaran pendapatan belum maksimal. Apabila kedepan potensi yang ada
telah tergali maksimal diharapkan dana yang terhimpun dapat dikeluarkan kembali
sebagai sumber dana yang signifikan dalam pembiayaan pengelolaan sanitasi
tentunya dengan tetap disukung dari sumber-sumber pendanaan yang lainnya.

Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 129

Anda mungkin juga menyukai