Anda di halaman 1dari 48

Buku Putih Sanitasi Kota

Padang

BAB V
PROFIL SANITASI KOTA

5.1 KONDISI UMUM SANITASI KOTA


Kondisi sanitasi suatu daerah dapat dilihat dari tingkat layanan dan akses masyarakat
terhadap ketersediaan sarana. Ketersediaan sarana sangat erat kaitannya dengan
kemiskinan disuatu daerah. Di Kota Padang, pada tahun 2008 terdapat 29.661 rumah
tangga miskin atau 118.644 jiwa, yang terbagi di tiap kecamatan dan kelurahan.
Kecamatan dengan rumah tangga miskin terbanyak adalah kecamatan Koto Tangah
berjumlah 5.027 rumah tangga atau 20.108 jiwa dan terendah di Kecamatan Nanggalo
berjumlah 1.230 rumah tangga atau 4.920 jiwa. (Badan Pusat Statistik, 2008).

5.1.1 Kesehatan Lingkungan


Masyarakat Kota Padang umumnya menggunakan onsite system (sistem pengolahan
setempat) dalam penanganan limbah rumah tangganya. Bentuk penanganan black water
(air limbah yang berasal dari toilet) adalah cubluk (lubang yang digunakan untuk
menampung air limbah manusia dari jamban) dan septic tank (sistem sanitasi yang
terdiri dari pipa saluran dari kloset, bak penampungan kotoran cair dan padat, bak
resapan, serta pipa pelepasan air bersih dan udara). Untuk akses air bersih, masyarakat
Kota Padang menggunakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sumur pompa
tangan, sumur galian, dan sumber air lainnya.

5.1.2 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat


Dari laporan tahunan bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas
Kesehatan Kota (DKK) Padang tahun 2008, secara umum kesehatan masyarakat Kota
Padang sudah lebih baik dibandingkan tahun 2007. Secara makro, pencapaian profil
kesehatan itu dapat dilihat dari beberapa penyakit akibat sanitasi, diantaranya:
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Gambar 5.1 Kondisi Pemukiman yang Tidak Sehat

1. Malaria
Jumlah kasus yang di diagnosa dan dirawat di rumah sakit pada tahun 2008
berjumlah 179 kasus. Jumlah kasus rawatan rumah sakit naik dibanding tahun 2007
yaitu sebanyak 94 kasus dan tahun 2006 sebanyak 77 kasus.
2. Diare
Penyakit diare yang banyak ditemukan di Kota Padang adalah gastro enteritis yang
disebabkan oleh kuman. Pada tahun 2008, jumlah kasus diare rawat jalan di
Puskesmas adalah sebanyak 14.168 kasus dengan Insidens Rate 16,9/1000
penduduk. Data ini naik dibanding tahun 2007 (10.678 kasus) dan tahun 2006
(13.449 kasus).
3. Filariasis (penyakit kaki gajah)
Dari hasil survey tahun 2006, ditemukan 21 kasus positif filariasis. Pada tahun 2008,
dilakukan pengobatan massal pada 3 kecamatan endemis yaitu Kecamatan Padang
Timur, Lubuk Begalung, dan Lubuk Kilangan. Jumlah sasaran pengobatan 182.601
penduduk yang berusia diatas 2 tahun, tidak dalam keadaan sakit berat dan hamil.
Jumlah penduduk yang minum obat sebanyak 147.474 orang (80,76%). Setelah
pengobatan, muncul masing-masing 5 (lima) kasus baru di hampir seluruh
kecamatan di Kota Padang, kecuali Koto Tangah dan Nanggalo. Kasus baru yang
muncul tersebut telah diatasi dengan pengobatan selektif.

4. Flu burung (virus influensa tipe A)

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Selama tahun 2008, ditemukan 1 (satu) kasus baru dugaan penderita flu burung di
Kota Padang karena riwayat demam bersamaan dengan adanya ayam mati
mendadak. Namun setelah diperiksa ternyata penderita dinyatakan negatif.
5. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pada awal tahun 2008 terjadi lonjakan kasus DBD sebanyak 1219 kasus dengan 6
kematian. Jumlah ini turun dibandingkan tahun 2007 (1760 kasus dengan 19
kematian) tetapi naik dibanding tahun 2005 (1100 kasus dengan 19 kematian).

Untuk lebih jelasnya, jumlah penderita penyakit terbanyak selama 5 tahun terakhir
dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Jumlah Penderita Beberapa Jenis Penyakit Terbanyak


di Kota Padang
No Jenis Penyakit 2003 2004 2005 2006 2007
Infeksi Saluran Pernafasan
1 111.792 122.090 112.589 124.270 99.998
Atas (ISPA)
2 Jaringan Bawah Kulit 22.431 23.024 17.962 17.949 17.632
3 Rematik 29.367 20.953 11.926 13.869 13.894
4 Jaringan Gusi/Prodental 17.399 16.774 13.551 66.594 22.210
5 Tukak Lambung 6.524 8.008 5.244 5.178 5.961
6 Scabies 3.472 2.261 1.374 2.618 7.816
7 Diare 11.775 13.334 10.764 12.289 11.487
8 Alergi Kulit 16.401 14.304 12.163 18.080 10.816
9 Cacing 5.237 5.197 4.270 4.222 2.735
10 Hipertensi 16.478 12.018 6.070 7.306 7.256
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang, 2007

5.1.3 Kuantitas dan Kualitas Air


Sumber air bersih perpipaan dilayani dari 5 (lima) Water Treatment Plan (WTP)
dengan sumber air baku berasal dari air permukaan, mata air, dan sumur bor. Kapasitas
terpasang sampai tahun 2008 adalah 1.393 liter/detik dengan kapasitas produksi 946
liter/detik.
Sumber air non perpipaan, terdapat di beberapa bagian kota yang tersebar di daerah
pantai dan pinggiran kota seperti di Kelurahan Kampung Baru, Limau Manis, Bungus,
Tarantang, Parupuk Tabing dan sebagainya yang mengandalkan sumber air pada pompa
listrik, sumur, mata air, dan sungai/kali.
5.1.4 Limbah Padat (Sampah)

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Timbulan sampah Kota Padang berasal dari bermacam sumber dan tempat yaitu
sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah industri, sampah rumah sakit, sampah
hasil gotong royong, sampah kawasan wisata, sampah terminal, dan sampah pusat
keramaian lain. Ada beberapa model penanganan yang dilakukan di tingkat masyarakat
berdasarkan Potensi Desa (Podes) 2005, terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Dibuang di tempat penumpukan sampah sementara kemudian diangkut ke LPA,
terdapat di beberapa kelurahan antara lain: Parupuk Tabing, Air Tawar Timur, Purus,
Padang Pasir, Olo, Limau Manis Selatan, Indarung, dan lain-lain
2. Dibuang dalam lubang kemudian setelah penuh lobang ditutup terdapat di
beberapa kelurahan antara lain Lubuk Buaya, tunggul Hitam, dan lain-lain
3. Dibakar kemudian sisa pembakaran di buang terdapat di Lubuk Buaya dan
kelurahan pinggiran kota.

5.1.5 Drainase Lingkungan


Drainase adalah suatu tindakan untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal
dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan dan atau lahan
sehingga fungsi kawasan tersebut tidak terganggu. Sedangkan drainase perkotaan
merupakan suatu sistem drainase yang menangani permasalahan kelebihan air di
wilayah perkotaan meliputi drainase permukaan dan bawah permukaan.
Komponen drainase dalam konteks sanitasi yang dimaksud adalah drainase makro
atau saluran yang fungsi utamanya untuk saluran pembuangan air hujan dan
pengendalian banjir. Drainase ini dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu drainase primer,
drainase sekunder, dan drainase lingkungan. Pengelolaannya dilakukan oleh Dinas
Pekerjaan Umum (DPU) dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP).
Prinsip dasar dalam suatu perancangan pematusan air hujan (drainase) adalah
mengalirkan secepat mungkin kelebihan air permukaan yang menggenang khususnya di
daerah hilir suatu aliran. Kemiringan/kelerengan lahan berpengaruh besar terhadap
percepatan aliran air. Berdasarkan sifatnya, tingkat kecepatan aliran dalam saluran alami
pada suatu kawasan berbeda-beda, sesuai dengan tingkat kemiringannya.

5.1.6 Pencemaran Udara

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Tahun 2007, dilakukan analisis udara terhadap kandungan gas SO 2, O3, dan Co2 di
Anduring, Pasar Baru, Kampus Universitas Andalas, Depan POLTABES Padang, dan
perumahan Ulu Gadut. Sampel gas diserap dengan menggunakan peralatan impiger
dengan larutan penyerap tetrakloromerkurat (TCM) untuk SO 2, Buffer Kalium Iodida
Netral untuk O3, dan Natrium Oksida (NaOH). Kadar gas ditentukan dengan
spektrofotometer sinar tampak.
Dari hasil analisis didapatkan kandungan gas SO 2 berkisar antara 0,026 – 0,0285
ppm, kandungan O3, berkisar antara 0,000229 – 0,037 ppm, dan kandungan CO 2 berkisar
antara 0,063 – 1,03 ppm. Meskipun demikian, hasil yang didapatkan dari kandungan SO 2,
O3, dan CO2 di lokasi di atas masih berada dibawah standar baku mutu udara ambien
yang dikeluarkan oleh Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
(Kep.02/Men-KLH/I/1988), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999
tanggal 26 Mei 1999 mengenai Baku Mutu Udara Ambien Nasional dan OSHA
(Occupotional Safety and Health Administration) U.S. (terlampir).

5.1.7 Limbah Industri


Pengelolaan air limbah industri di Kota Padang masih kurang mendapat perhatian.
Air limbah industri sebagian diolah langsung oleh masing-masing industri tapi ada yang
langsung membuang ke badan air. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena berpotensi
sangat besar untuk mencemari lingkungan.

5.1.8 Limbah Medis


Di Kota Padang, pengelolaan limbah medis ditangani langsung oleh masing-masing
pihak rumah sakit dengan jalan mengirimkan limbah medis ke rumah sakit yang memiliki
sistem pengelolaan limbah medis (RS.M.Djamil dan RS. Yos Sudarso).

5.2 PENGELOLAAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Pengelolaan air limbah rumah tangga di Kota Padang hingga saat ini masih bersifat
individual dengan sistem setempat (onsite system) menggunakan septik tank yang secara
periodik perlu dilakukan penyedotan lumpurnya. Perkiraan jumlah air buangan di
wilayah Kota Padang didasarkan pada kriteria setiap 80% dari kebutuhan air bersih akan
dibuang sebagai air limbah, sehingga total air limbah sekitar 2.306 liter/detik.

Gambar 5.2 Kondisi Jamban yang Asal-asalan

5.2.1 Landasan Hukum/Legal Operasional


Secara hukum, pengelolaan air limbah di Kota Padang, telah diatur dengan Perda
No.6 Tahun 2002 tentang retribusi penyedotan kakus dan atau pemusnahan tinja.
Besarnya tarif retribusi penyedotan dan pemusnahan tinja berdasarkan Perda tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Jarak 1 – 20 Km dengan volume 0 – 2,5 m3:
a. Non komersil sebesar Rp. 60.000,-/kali penyedotan
b. Komersil sebesar Rp. 100.000,-/kali penyedotan
2. Jarak lebih dari 20 Km dengan volume 0 – 2,5 m 3 dikenakan tambahan biaya
angkutan sebesar Rp. 1.000,-/Km
3. Bagi badan atau orang pribadi yang membuang langsung tinja untuk
dimusnahkan di IPLT yang penyedotannya tidak dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dengan volume 0 – 2,5 m3 dikenakan retribusi sebesar Rp. 10.000,-
5.2.2 Aspek Institusional

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Upaya penanganan air limbah domestik di Kota Padang saat ini merupakan upaya
yang masih bertumpu pada peran dan upaya pemerintah. Masyarakat baik secara
individu maupun kelompok, dan juga sektor swasta telah menunjukkan peran dan
keterlibatannya dalam penanganan masalah subsektor ini, namun demikian tingkat
pelaksanaan peran atau keterlibatannya masih relatif minimal. Dalam penanganan sub
sektor air limbah domestik, peran Pemerintah Kota untuk sementara ini dijalankan oleh
institusi:
a. Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), yang dijalankan oleh Bidang Sanitasi
Pengelolaan Sampah dan Air Limbah
b. Dinas Kesehatan melalui pelaksanaan tugas Seksi Penyehatan Lingkungan dan Seksi
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat.
Hingga saat ini upaya nyata yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Padang
dalam rangka penanganan subsektor air limbah domestik dapat diamati dari upaya
kebijakan yang bersifat strategis, upaya penanganan layanan yang bersifat teknis
operasional, serta upaya pembinaan dan peningkatan kesadaran. Upaya kebijakan yang
terkait dengan penanganan air limbah domestik dilakukan dengan penerbitan dan
penegakkan kebijakan.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) menjalankan fungsi sebagai regulator
kebijakan di level teknis dan pelaksana (operator) kegiatan operasional di bidang
pengelolaan air limbah. Dalam pelaksanaan fungsi sebagai regulator teknis, DKP
bertanggungjawab untuk merencanakan dan mengawasi penanggulangan air limbah.
Sementara dalam fungsi sebagai operator dalam hal layanan pengelolaan air limbah DKP
menjalankan tugas untuk:
a. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan
dan penanggulangan limbah
b. Memberikan rekomendasi pembuangan air kotor / limbah dalam pendirian industri-
industri, rumah, bengkel-bengkel, dan tempat cuci kendaraan, hotel, rumah sakit
dan lain-lain.
5.2.3 Cakupan Pelayanan
Tahun 2008, DKK menyebutkan bahwa presentase jamban keluarga dari 142.878
jumlah KK (kepala keluarga) adalah 85,26% (121.818 KK). Persentase total untuk

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

keseluruhan kota Padang berdasarkan cakupan pelayanan di Kota Padang per-puskesmas


dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Dibandingkan dengan data dari BPS 2008, fasilitas tempat buang air besar
masyarakat Kota Padang dibedakan menjadi fasilitas sendiri, fasilitas bersama (satu
fasilitas digunakan oleh beberapa kepala keluarga), umum (MCK), dan sebagian
masyarakat tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar. Persentase fasilitas tempat
buang air besar tertinggi adalah tempat buang air besar sendiri sebesar 74,5%, tempat
buang air besar bersama sebesar 16,7%, dan tempat buang air besar umum 2,1 %.
Sedangkan yang tidak memiliki fasilitas sebesar 6,7%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 5.3 dan Gambar 5.3.

Tabel 5.2 Persentase Jamban Keluarga


Menurut Kecamatan Tahun 2008
Jamban
No Kecamatan Puskesmas Jumlah KK
(%)
1 Padang Selatan Seb.Padang 3.627 87,39
Pemancungan 5.097 89,11
Rawang Barat 4.391 67,50
2 Padang Barat Padang Pasir 12.017 91,43
3 Padang Utara Ulak Karang 3.819 86,21
Alai 4.324 85,00
Air Tawar 3.637 87,27
4 Padang Timur Andalas 12.065 98,33
5 Koto Tangah Lubuk Buaya 18.924 85,00
Air Dingin 6.472 89,83
6 Naggalo Nanggalo 8.637 91,98
Lapai 4.445 88,24
7 Kuranji Kuranji 8.813 67,50
Belimbing 10.772 92,31
Ambacang 0 0,00
8 Pauh Pauh 6.413 82,00
9 Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan 7.370 91,67
10 Lubuk Begalung Lubuk Begalung 10.798 71,43
Pegambiran 7.135 75,00
11 Bungus Bungus 4.122 62,50
Jumlah (Kota Padang) 142.878 85,26
Sumber : Dinas Kebersihan Kota (DKK) Padang, 2009

Tabel 5.3 Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun 2008
Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar (%)
No Kecamatan
Sendiri Bersama Umum Tidak ada
1 Bungus Teluk Kabung 48,4 20,3 1,6 29,6

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

2 Lubuk Kilangan 71,9 6,0 5,5 16,6


3 Lubuk Begalung 76,2 9,2 2,4 12,2
4 Padang Selatan 64,3 29,4 2,2 4,0
5 Padang Timur 84,7 12,2 1,6 1,6
6 Padang Barat 83,8 13,6 0,7 1,8
7 Padang Utara 46,7 50,3 0,7 2,3
8 Nanggalo 87,9 10,5 0,0 1,6
9 Kuranji 71,2 13,8 3,5 11,4
10 Pauh 59,3 26,6 6,6 7,4
11 Koto Tangah 90,6 4,5 0,7 4,2
Total 74,5 16,7 2,1 6,7
Sumber : BPS Padang, 2009

Gambar 5.3 Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun 2008

Ditinjau dari tingkat pengelolaannya, air limbah rumah tangga di Kota Padang telah
terolah ± 69,42 % dari total 142.878 jumlah kepala keluarga. Namun tingkat pengelolaan
masing-masing daerah per puskesmas masih tidak merata. Bahkan, daerah Puskesmas
Ambacang Kecamatan Kuranji sama sekali belum mengolah limbah rumah tangganya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.4 dan Tabel 5.4.

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Gambar 5.4 Persentase Pengelolaan Air Limbah Keluarga


Berdasarkan Puskesmas Tahun 2008

Tabel 5.4 Persentase Pengelolaan Air Limbah Keluarga


Berdasarkan Puskesmas Tahun 2008
Pengelolaan
No Kecamatan Puskesmas Jumlah KK
(%)
1 Padang Selatan Seb.Padang 3.627 80,00
Pemancungan 5.097 80,77
Rawang Barat 4.391 55,83
2 Padang Barat Padang Pasir 12.017 73,08
3 Padang Utara Ulak Karang 3.819 88,08
Alai 4.324 87,33
Air Tawar 3.637 77,27
4 Padang Timur Andalas 12.065 91,67
5 Koto Tangah Lubuk Buaya 18.924 80,51
Air Dingin 6.472 70,37
6 Naggalo Nanggalo 8.637 93,16
Lapai 4.445 93,33
7 Kuranji Kuranji 8.813 64,46
Belimbing 10.772 85,19
Ambacang 0 0,00
8 Pauh Pauh 6.413 45,00
9 Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan 7.370 92,31
10 Lubuk Begalung Lubuk Begalung 10.798 72,00
Pegambiran 7.135 43,14
11 Bungus Bungus 4.122 14,96
Jumlah (Kota Padang) 142.878 69,42
Sumber : DKK Padang, 2009

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

5.2.4 Aspek Teknis dan Teknologi


Upaya operasional layanan pengelolaan air limbah rumah tangga/domestik
dilakukan dengan cara:
a. Penyediaan IPLT sebagai sarana pengolahan air limbah rumah tangga;
b. Penyediaan layanan jasa penyedotan kakus dengan skala layanan yang tidak hanya
terbatas di wilayah Kota Padang, namun juga hingga pada wilayah kota dan
kabupaten lain di sekitar Kota Padang;
c. Kerjasama pengelolaan dengan pihak swasta dalam bentuk kontrak kelola fasilitas
MCK di wilayah pasar dan terminal.
Adapun pelaksanaan pembinaan pengelolaan air limbah rumah tangga dilakukan
dalam bentuk program kampanye sanitasi total berbasis masyarakat yang dilakukan oleh
RT/RW Kota Padang dalam rangka untuk memicu inisiatif masyarakat.

On -Site System (Sistem Setempat)

Gambar 5.5 On-Site System

On-site system merupakan suatu sistem dimana penghasil limbah mengolah air
limbahnya secara individu, misalkan dengan menggunakan tangki septik. Untuk
domestik, tempat pembuangan akhir tinja adalah menggunakan tangki septik,
kolam/sawah, sungai/danau/laut, dan sebagian menggunakan lobang tanah. Masyarakat
Kota Padang kebanyakan menggunakan tangki septik sebagai tempat pembuangan akhir
tinja yaitu sebesar 73,6 %. Sedangkan kolam/sawah sebesar 2,8 %, sungai/danau/laut
sebesar 12,1 %, dan lobang tanah sebesar 7,8 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 5.5 dan Gambar 5.6.

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Tabel 5.5 Persentase Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tahun 2008


Tempat Pembuangan Akhir Tinja (%)
No Kecamatan Tangki Lobang
Kolam/Sawah Sungai/Danau/Laut
Septik Tanah
Bungus Teluk 37,5 4,2 33,7 18,4
1
Kabung
2 Lubuk Kilangan 60,0 11,5 24,2 1,7
3 Lubuk Begalung 77,1 0,6 15,2 2,7
4 Padang Selatan 65,8 1,5 15,1 8,5
5 Padang Timur 71,2 1,9 11,9 5,9
6 Padang Barat 79,4 0,4 0,4 14,3
7 Padang Utara 89,5 1,3 0,0 7,2
8 Nanggalo 85,5 0,8 3,1 10,2
9 Kuranji 70,9 2,7 19,6 5,4
10 Pauh 45,7 5,9 23,9 17,2
11 Koto Tangah 81,1 3,8 8,0 7,1
Total 73,6 2,8 12,1 7,8
Sumber : BPS Padang, 2009

Gambar 5.6 Persentase Tempat Pembuangan Akhir Tinja

Pengelolaan air limbah yang dilakukan di Kota Padang berupa penyedotan lumpur
tinja dari septik tank dan pengolahan lumpur tinja di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) yang berlokasi di RW 19 / RT 4 Kelurahan Surau Gadang Nanggalo dengan
kapasitas sebesar 81 m³. Sistem pengolahan di IPLT terdiri dari kolam Imhoff, kolam
Anaerob, kolam Fakultatif , kolam Maturasi dan unit Pengering Lumpur.
Jumlah truk tinja yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Padang saat ini berjumlah 1 unit
dengan kapasitas 2.000 liter. Selain yang dikelola oleh Pemda, terdapat 3 truk

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

penyedotan tinja yang dikelola oleh pihak swasta. Masing-masing truk dalam sehari rata-
rata dapat melayani 4 kali pengangkutan.

5.2.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Air Limbah
Rumah Tangga
Di samping peran pemerintah, peran masyarakat Kota Padang dalam pengelolaan air
limbah domestik juga telah nampak meski dalam skala peran yang terbatas. Peran
tersebut dijalankan oleh masyarakat Kota Padang secara individual ataupun tingkatan
rumah tangga dalam bentuk:
a. Upaya pengadaan atau pembangunan saluran penyaluran air limbah rumah
tangga/domestik seperti sambungan saluran pembuangan air limbah bekas cucian,
mandi dan sebagainya ke saluran/riol;
b. Upaya pengadaan atau pembangunan serta pemanfaatan tangki septic sebagai
sarana penampungan limbah tinja domestik (black water).

Beberapa kegiatan berbasis masyarakat yang telah dan akan dilakukan guna
meningkatkan akses sanitasi diantaranya ialah yang dilakukan oleh LP2M melalui
program jamban dan sumur bergulir yang berlokasi di Kelurahan Koto Lalang dan
Kelurahan Batu Gadang yang bertujuan untuk terwujudnya lingkungan dan perilaku
hidup bersih dan sehat. Selain itu terdapat juga pembangunan MCK++ yang berlokasi di
Purus atas inisiatif bantuan hibah dan pendampingan teknis dari USAID-ESP- (Program
Jasa Lingkungan yang didanai oleh USAID) bekerjasama dengan Pemerintah Kota Padang
dan BORDA.
Upaya masyarakat di tingkat kelompok dalam fungsi pengelolaan air limbah
domestik saat ini juga telah mulai muncul. Upaya ini dapat dilihat dari peran kelompok
masyarakat pada level kelurahan dalam bentuk upaya pembangunan serta pemanfaatan
sarana jamban keluarga meski dalam kondisi yang masih sederhana.
Peran stakeholder lainnya yaitu sektor swasta dalam pengelolaan air limbah
domestik di Kota Padang saat ini baru terwujud dalam bentuk pengelolaan fasilitas
sarana umum MCK milik Pemerintah Kota Padang. Sementara keterlibatan sektor swasta
secara langsung dalam pengelolaan polutan limbah domestik belum terlihat di Kota
Padang.

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

5.2.6 Permasalahan
Dalam pengelolaan air limbah rumah tangga, ada beberapa permasalahan yang
dihadapi pemerintah Kota Padang, diantaranya adalah:
1. Belum maksimalnya kinerja lembaga penanggungjawab regulasi dan layanan
operasional pengelolaan air limbah:
a. Terbatasnya jumlah anggaran operasional yang tersedia pada DKP dalam
rangka penanganan air limbah rumah tangga. Kondisi ini mempengaruhi kinerja
DKP karena pada dasarnya dalam kondisi dimana pengetahuan dan kesadaran
masyarakat untuk mengelola air limbah rumah tangga/domestik secara benar
belum terbangun, dan fasilitas atau sarana masyarakat untuk pengelolaan air
limbah domestik di Kota Padang masih sangat terbatas, maka tuntutan akan
peran DKP sangatlah besar. Tuntutan dan kebutuhan peran yang besar tersebut
untuk sementara waktu ini belum dapat terjawab sehubungan dengan
terbatasnya anggaran yang ada.
b. Tupoksi DKP telah menempatkan institusi DKP pada dua wilayah fungsi yaitu
fungsi regulasi terkait dengan kewenangan institusi ini sebagai lembaga teknis
daerah, dan fungsi pemberi layanan umum di bidang kebersihan, pertamanan,
yang sebenarnya merupakan ranah kewenangan suatu dinas daerah. Kondisi
masih tergabungnya kedua fungsi tersebut di dalam organisasi DKP telah
menyebabkan DKP berada dalam kondisi beban tupoksi yang terlalu berat
(overload) sehingga mempengaruhi efektivitas kinerja DKP dalam penanganan
air limbah.
c. Belum ada master plan kota untuk pembuangan air limbah rumah tangga.
2. Peran serta masyarakat yang saat ini masih terbatas pada pembangunan dan
pemeliharaan sarana pengelolaan air limbah domestik, dan belum mampu
menjangkau pada upaya aktif untuk mampu mengelola air limbah domestik secara
mandiri terjadi karena beberapa hal diantaranya:
a. Masih terbatasnya pengetahuan, kesadaran dan keterampilan untuk mengelola
air limbah domestik dalam bentuk grey water dan black water secara benar;
b. Pada beberapa wilayah dan kategori masyarakat tertentu kemampuan
masyarakat untuk memiliki sarana pengelolaan air limbah domestik terkendala
oleh keterbatasan finansial atau juga keterbatasan lahan;

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

c. Masih cukup tingginya tingkat permisivitas masyarakat terhadap pola perilaku


pengelolaan air limbah dalam bentuk grey water maupun black water yang
dilakukan oleh masyarakat lainnya;
d. Minimnya pengetahuan warga atau pihak pembangun (kontraktor) untuk
membuat tangki septik yang sesuai dengan standar teknis.
3. Kondisi terbatasnya peran serta sektor swasta dalam pengelolaan air limbah
domestik di Kota Padang saat ini terjadi karena:
a. Saat ini prospek bisnis dalam bidang pengelolaan air limbah domestik belum
tersosialisasikan secara efektif pada kalangan swasta yang ada di Kota Padang;
b. Keberadaan sektor swasta di Kota Padang sendiri saat ini masih relatif sedikit.

5.3 PENGELOLAAN PERSAMPAHAN (LIMBAH PADAT)


Keberhasilan pengelolaan persampahan di suatu kota tidak terlepas dari beberapa
aspek yang terkait. Peranan masing-masing aspek tersebut sangat menentukan berhasil
atau tidaknya penanganan pengelolaan persampahan. Aspek-aspek tersebut diantaranya
adalah aspek hukum, aspek institusional, aspek teknis dan teknologi, serta aspek
peranserta masyarakat.

Gambar 5.7 Kondisi Sampah di Lingkungan Permukiman

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

5.3.1 Landasan Hukum/Legal Operasional


Aspek hukum dalam pengelolaan sampah di Kota Padang meliputi:
1. Perda No.5 Tahun 1985 tentang kebersihan dalam daerah Kotamadya Tingkat II
Padang;
2. Perda No.5 Tahun 2002 tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan;
3. Perda No.3 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kota Padang No.5
Tahun 2002 tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan.
Pemungutan retribusi pelayanan persampahan ini bekerjasama antara pemerintah
dengan PDAM Kota Padang dengan cara memungut retribusi melalui rekening PDAM.
Sementara daerah yang bukan daerah pelayanan PDAM, pemungutan dilakukan
langsung oleh petugas kolektor DKP. Berdasarkan Perda No.3 Tahun 2007 tersebut,
besarnya tarif retribusi untuk masing-masing jenis dan kelas bangunan adalah sebagai
berikut:

Tabel 5.6 Tarif Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan


Tarif Retribusi
No Jenis/Kelas Bangunan
/m2/hari /bulan /m3 sampah
1 Penginapan
a. Hotel berbintang Rp. 7,-
b. Hotel melati Rp. 6,-
c. Losmen, wisma Rp. 5,-
d. Pondokan, asrama, pesantren Rp. 4,-
Restoran, rumah makan, rumah makan
2
ampera, kedai kopi
a. Restoran Rp. 7,-
b. Rumah makan Rp. 6,-
c. Rumah makan ampera Rp. 5,-
d. Kedai kopi Rp. 4,-
Taman hiburan/rekreasi, bioskop, gedung Rp. 5,-
3
pertunjukan
4 Sarana kesehatan
a. Rumah sakit Rp. 5,-
b. Klinik, puskesmas, praktek dokter Rp. 4,-
bersama
5 Toko swalayan, supermarket, plaza Rp. 7,-
6 Ruko, toko, kios/kedai
a. Ruko Rp. 8,-
b. Toko Rp. 7,-
c. Kios/kedai Rp. 5,-
7 Gudang Rp. 5,-
8 Pabrik, industri, perbengkelan Rp. 7,-

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Kantor, sekolah/tempat kursus/lembaga Rp. 2,-


9
pendidikan
10 Tarif retribusi rumah tempat tinggal
a. > 250 m2 Rp. 15.000,-
b. 200 m2 – 249 m2 Rp. 10.000,-
c. 150 m2 - 199 m2 Rp. 7.500,-
d. 71 m2 - 149 m2 Rp. 5.000,-
e. < 70 m2 Rp. 2.500,-
11 Persil Rp. 25,-
12 Penggunaan LPA
a. Non komersil Rp. 3.000,-
b. Komersil Rp. 10.000,-
Sumber : Perda No.3, 2007

5.3.2 Aspek Institusional


Pengelolaan sampah di Kota Padang melibatkan 5 (lima) dinas, dengan rincian:
1. DKP Kota Padang, mengelola sampah dari permukiman, daerah komersial,
perkantoran, sebagian industri, jalan raya, taman-taman kota, dan Lokasi
Pembuangan Akhir (LPA);
2. Dinas Pasar, mengelola sampah pasar yang ada di seluruh Kota Padang (mulai dari
pengumpulan sampai pengangkutan ke LPA);
3. DPU, mengelola sampah dari saluran drainase dan irigasi (mulai dari pengumpulan
sampai pengangkutan ke LPA);
4. Dinas Pariwisata, mengelola sampah yang berada di lokasi objek wisata. Biasanya
Dinas Pariwisata membakar sendiri sampah yang dihasilkan atau menimbunnya di
lokasi tersebut;
5. Dinas Perhubungan, mengelola sampah di Terminal Regional Bingkuang (TRB).

5.3.3 Cakupan Pelayanan


Daerah pelayanan persampahan meliputi 34 kelurahan atau sekitar 34% dari luas
administrasi, yaitu permukiman di pusat kota, sepanjang jalan protokol dan pasar. Tahun
2008, baru sekitar 70% penduduk yang terlayani pengangkutan sampahnya. Tahun 2007,
tingkat pelayanan DKP sebesar 67,73% dari seluruh sampah yang dihasilkan. 19,87%

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

dilayani Dinas Pasar; 10,4% ditangani oleh instansi-instansi lain, dan sisanya 2% dikelola
oleh masyarakat.
Jumlah sampah yang dihasilkan penduduk Kota Padang selalu meningkat setiap
tahunnya dengan komposisi jenis sampah yang beragam. Tahun 2008, total timbulan
yang dihasilkan Kota Padang adalah 481,96 ton/hari atau rata-rata 0,56 kg/orang/hari
dengan ekspektasi bahwa 26,92% sampah dihasilkan oleh domestik (rumah tangga),
komersil 5,66%, institusi 1,38%, industri 63,65%, dan pelayanan kota 2,39%. Jumlah total
sampah yang dihasilkan Kota Padang dapat dilihat pada Gambar 5.8 sedangkan timbulan
sampah berdasarkan sumber dapat dilihat pada Gambar 5.9.

Gambar 5.8 Total Timbulan Sampah Kota Padang

Gambar 5.9 Timbulan Sampah Kota Padang Berdasarkan Sumber Sampah

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Berdasarkan data dari DKK tahun 2008, persentase jumlah penduduk yang memiliki
tempat sampah di rumah tangga cukup tinggi yaitu sekitar 80,24 % dari 142.878 jumlah
KK di Kota Padang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.7 dan Gambar 5.10.

Tabel 5.7 Persentase Jumlah Keluarga yang Memiliki Tempat Sampah Menurut
Puskesmas Tahun 2008
Tempat Sampah
No Kecamatan Puskesmas Jumlah KK
(%)
1 Padang Selatan Seb.Padang 3.627 88,26
Pemancungan 5.097 60,00
Rawang Barat 4.391 63,16
2 Padang Barat Padang Pasir 12.017 84,29
3 Padang Utara Ulak Karang 3.819 85,71
Alai 4.324 86,73
Air Tawar 3.637 73,33
4 Padang Timur Andalas 12.065 87,50
5 Koto Tangah Lubuk Buaya 18.924 91,86
Air Dingin 6.472 56,39
6 Naggalo Nanggalo 8.637 99,14
Lapai 4.445 93,75
7 Kuranji Kuranji 8.813 46,67
Belimbing 10.772 90,00
Ambacang 0 0,00
8 Pauh Pauh 6.413 74,63
9 Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan 7.370 78,95
10 Lubuk Begalung Lubuk Begalung 10.798 64,44
Pegambiran 7.135 78,00
11 Bungus Bungus 4.122 72,31
Jumlah (Kota Padang) 142.878 80,24
Sumber : DKK Padang, 2009

Gambar 5.10 Persentase Jumlah Keluarga yang Memiliki Tempat Sampah Menurut
Puskesmas

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

5.3.4 Aspek Teknis dan Teknologi

Gambar 5.11 Sistem Manajemen Persampahan Kota Padang

Teknis pengelolaan sampah Kota Padang dimulai dari tahap pewadahan,


pengumpulan sampah di sumber selanjutnya tahap pengangkutan. Tahap pewadahan
merupakan tahapan dimana sampah yang dihasilkan masyarakat dikumpulkan dalam
wadah yang disediakan oleh DKP maupun pewadahan masyarakat sendiri. Pewadahan
yang digunakan di Kota Padang cukup beragam jenisnya, antara lain bak sampah,
gantungan sampah, box sampah, dan kontainer. Jenis pewadahan disesuaikan dengan
lokasi sumber sampah.
Dari segi teknis untuk pengumpulan dan pengangkutan, pemerintah Kota Padang
telah menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dapat digunakan oleh petugas
kebersihan kota. Untuk lebih jelasnya jumlah sarana dan prasarana yang tersedia di DKP
dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 5.8 Sarana dan Prasarana DKP Kota Padang Tahun 2008

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

No Jenis Jumlah (unit)


1 Amroll truck 23
2 Dump truck 14
3 Truk bak kayu 5
4 Truk tangki penyiram 2
5 Mini dump truck (operasional truk kecamatan) 17
6 Kijang pick up 13
7 Becak motor 22
8 Becak dayung 249
9 Sampan 2
10 Mesin potong rumput 4
11 Mesin semprot lalat 1
12 Sekop 6
13 Cangkul 65
14 Sapu lidi 3
15 Container 168
16 Bak sampah (TPS/LPS) 658
17 Gantungan sampah 451
18 Box sampah 120
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2009

a. Tempat Pembuangan Sementara (TPS)


Tahap pengumpulan sampah dibedakan atas kegiatan pada penyapuan jalan dan
pengumpulan langsung dari sumber-sumber ke kendaraan pengumpul. Pengumpulan
sampah pemukiman dilakukan dengan sistem door to door menggunakan becak motor
dan becak dayung menuju TPS.
Sampah dari TPS akan diangkut ke LPA (Lokasi Pembuangan Akhir) dengan
menggunakan truk yang dilakukan dua hari sekali. Untuk kawasan komersial, seperti
pasar, rumah makan, dan pertokoan, pengangkutan sampah dilakukan dengan
menggunakan armroll truck dan dump truck kemudian dibawa ke LPA. Untuk kawasan
pasar, pengangkutan dilakukan satu kali sehari sedangkan untuk rumah makan dan
pertokoan dilakukan dua hari sekali. Pengangkutan sampah dari institusi dilakukan dua
hari sekali.

b. Lokasi/Tempat Pembuangan Akhir (LPA/TPA)


LPA/TPA sampah Kota Padang terletak di Kelurahan Air Dingin dan Kelurahan
Baringin, Kecamatan Koto Tangah. Luas area ± 33,3 Ha dengan status tanah pemerintah.
Sampah yang berada pada lokasi ini merupakan sampah padat yang berasal dari TPS,
transfer depo, pasar, dan industri yang tersebar di Kota Padang dan sekitarnya. Pada
tahun 2008 berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), LPA Air

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Dingin menerima 115.841,430 ton sampah selama 1 (satu) tahun atau sekitar 317,37
ton/hari. Komposisi sampah yang masuk ke LPA yaitu: plastik (50%), sisa sayuran (30%),
kertas (5%), barang bekas elektro (5%), bekas bangunan (5%), dan lain-lain (5%).
Sampah yang masuk sebagian diolah (kompos) dan sisanya diurug menggunakan
sistem open dumping. Jumlah sampah yang dikompos baru mencapai 1 – 1,5 ton/bulan.
Pengomposan menggunakan sistem windrow composting yang menghabiskan waktu 45
hari sampai kompos matang. Hasil kompos ini akan digunakan untuk taman kota.
Saat ini, pemerintah Kota Padang berencana mengubah sistem pengolahan sampah
dari open dumping menjadi sanitary landfill. Sekarang, di LPA Air Dingin telah dibangun 7
(tujuh) buah kolam lindi yang terdiri dari 2 buah bak anaerob, 2 buah bak fakultatif, 2
buah bak maturasi, dan 1 buah bak kontrol. Selain itu, LPA Air Dingin juga telah
dilengkapi dengan sumur monitoring yang terletak di bagian depan dan bagian LPA yang
aktif. Untuk menangkap gas yang dihasilkan sampah, di LPA Air Dingin telah dipasang
pipa penangkap gas.
Di LPA Air Dingin tersedia fasilitas yang menunjang kelancaran operasional LPA.
Untuk lebih jelasnya, fasilitas-fasilitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.9.

5.3.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Sampah


Peran serta masyarakat dalam menangani sampah di tingkat rumah tangga adalah
dengan mengumpulkan sampah setiap harinya ke dalam kantong plastik atau
pewadahan yang disediakan dan kemudian dibuang sesuai dengan sistem pengumpulan
yang digunakan oleh masyarakat yaitu sistem door to door maupun komunal. Bagi
masyarakat dengan pelayanan menggunakan becak/gerobak/becak motor yang dijemput
ke rumah-rumah oleh petugas sampah, masyarakat membayar retribusi sesuai dengan
Perda No.3 tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Padang No.5
Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah juga terlihat dari sikap kooperatif
masyarakat disekitar lokasi LPA. Sejak dioperasikan tahun 1986, masyarakat di sekitar LPA
Air Dingin tidak ada keluhan, bahkan 90% masyarakat menggantungkan perekonomian
mereka dari LPA. Sebagian ada yang menjadi pemulung (± 150 orang), petugas
operasional LPA, bahkan ada yang telah menjadi pegawai tetap.

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Tabel 5.9 Kelengkapan Sarana dan Prasarana LPA Air Dingin


No Jenis Jumlah (unit) Kondisi
1 Pos/Kantor jaga 1 Rusak
2 Bulldozer D6 2 Baik
3 Bulldozer D3 1 Baik
4 Excavator 1 Baik
5 Jembatan timbang 2 Baik
6 Unit pengomposan 1 Rusak
7 Unit pencucian kendaraan 1 Rusak
8 Sumur monitoring 3 Baik
9 Jalan masuk Baik
10 Jalan operasi Baik
11 Drainase Kurang baik
12 Saluran lindi Baik
13 Pengolahan lindi Kurang baik
14 Penanganan gas Kurang baik
15 Penyediaan air bersih Baik
16 Garase alat berat Kurang baik
17 Gudang Baik
18 Pengomposan Baik
19 Penutupan untuk lokasi yang penuh Baik
20 Pemilahan sampah Kurang baik
21 Pagar lokasi Baik
Sumber: DKP, 2009

5.3.6 Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah


Kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Padang diantaranya adalah:
1. Masih kecilnya biaya operasional yang dianggarkan ;
2. Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki terutama sarana angkutan berupa
becak sampah dan kontainer ;
3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pembayaran retribusi kebersihan ;
4. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk memelihara K-3 dilingkungannya akibat dari
krisis multidimensi dan lemahnya penegakan supremasi hukum terhadap pelanggar
K-3 kota.

5.4 PENGELOLAAN DRAINASE


Sistem drainase Kota Padang bertumpu pada 7 (tujuh) sungai utama dan beberapa
buah anak sungai badan penerima utama, yaitu: Batang Kandis, Batang Air Dingin,

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Batang Tabing, Batang Balimbiang, Batang Panjalinan, Batang Kuranji, Saluran Lolong,
Banjir Kanal, Batang Arau, dan Batang Jirak, dengan luas total 3.986 Ha.

Gambar 5.12 Kondisi Drainase yang Tidak Berfungsi

5.4.1 Landasan Hukum/Legal Operasional


Secara umum, pengelolaan drainase di Kota Padang telah diatur dengan beberapa
perda, yaitu:
1. Perda No.6 Tahun 2007 tentang pengelolaan dan pemanfaatan prasarana kota;
2. Perda No.11 Tahun 2005 tentang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
3. Perda No.4 Tahun 2007 tentang perubahan atas peraturan daerah Kota Padang No.11
Tahun 2005 tentang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

5.4.2 Aspek Institusional


Pengelolaan drainase di Kota Padang ditangani oleh DPU khususnya Bidang Sumber
Daya Air dan dibantu oleh DKP dengan sistem pembagian area layanan. DPU mengelola
drainase mayor dan minor mulai dari pembangunan fisik, operasional, sampai
pemeliharaan dan rehabilitasi. Sedangkan DKP bertugas untuk mengelola persampahan
di 5 (lima) buah banjir kanal yang merupakan proyek Kali Bersih Adipura di Kota Padang.
Selain itu, DKP juga bertugas mengelola drainase lingkungan (drainase dengan
kedalaman kurang dari 1 meter).

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

5.4.3 Cakupan Pelayanan


Pengelolaan drainase merupakan tugas utama DPU dan dibantu oleh DKP. DPU
bertugas mengelola sepanjang 49.275 m drainase primer dan 29.395 m drainase
sekunder. Untuk lebih jelasnya, daerah layanan DPU dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10 Daerah Layanan Pengelolaan Drainase Oleh Dinas PU


Panjang
No Drainase Lokasi Konstruksi
(m)
A Drainase primer
1 Saluran Jati Simp.Banjir Kanal – Jembt.Sawahan 7.725 Permanen
2 Saluran Jati Jembt.Sawahan – Jembt.Proklamasi 450 Permanen
3 Saluran Jati Jembt.Proklamasi – 600 Permanen
Jembt.Saripetejo
4 Saluran Jati Jembt.Saripetejo – Jembt.Banjir 400 Permanen
Kanal
5 Saluran Olo Jembt.Blkg Tangsi – Simp.Blkg Olo 600 Permanen
6 Saluran Bandar Damar Simp.Blkg Olo – Jembt.A.Yani 300 Permanen
7 Saluran Bandar Purus Jembt.A Yani – Jembt.Ujung Gurun 900 Permanen
8 Saluran Pepaya Jembt.Ujung Gurun – Banjir Kanal 350 Permanen
9 Saluran Belakang Tangsi Jembt.Blkg Tangsi – Jembt.Gereja 450 Permanen
10 Saluran Bandar Gereja Jembt.Gereja – Jembt.Simpang 6 425 Permanen
11 Saluran Bandar Pulau Jembt.Simpang 6 – Jl.Kali Kecil 450 Permanen
Karam
12 Saluran Hangtuah – Koto Jl.Hangtuah – Jl.Koto Marapak 500 Permanen
Marapak
13 Saluran Koto Marapak – Jl.Koto Marapak – Jl.Damar 250 Permanen
Damar
14 Saluran Olo Ladang – Purus Jl.Damar – Purus III 525 Permanen
III
15 Saluran Purus III – Banjir Jl. Purus Iii – Banjir Kanal 550 Permanen
Kanal
16 Saluran Raden Saleh Utara – Selatan Jl.Raden Saleh 1.800 Permanen
17 Saluran Kwarda Pramuka Jl.Kh.Sulaiman – Jl.S.Parman Lolong 800 Permanen
18 Saluran Rel.K.A Jl.Jhoni Belakang SMU 3 – Batang Muara 2.200 Permanen
Anwar
19 Saluran Belanti P.Bensin Polda Jl.G.Mada – Hotel 2.500 Permanen
Pangeran – Jl.Juanda /tanah
20 Saluran Lolong Jl.S.Parman Lolong – Batang Muara 1.200 Permanen
21 Saluran Kurao Berok Raya – Batang Muara 1.000 Permanen
22 Saluran Jalan Teuku Umar Alai – Banjir Kanal 800 Permanen
23 Saluran Rawang Barat Perumahan Jondul – Sungai Jirak 1.200 Permanen
24 Saluran Rawang Timur Jl.St.Syahril – Sungai Jirak 750 Permanen
25 Saluran Mata Air Barat Jl.Koto Kacik – Sungai Jirak 1.200 Permanen
26 Saluran Mata Air Timur Rel K.A – S.Jirak – Ampang Rel K.A 1.500 Permanen

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Panjang
No Drainase Lokasi Konstruksi
(m)
/tanah
27 Saluran Teknologi Jl.Aper – Btg.Kandis 1.000 Permanen
28 Saluran Aru Jl.By Pass – Banjir Kanal 1.200 Permanen
29 Saluran Berok Raya Berok – Jmbt.Kurao Pagang 1.000 Permanen
30 Saluran Pasar Pagi Jmbt.Jl.Juanda – Banjir Kanal 500 Permanen
31 Saluran Jalan Jakarta Jl.Khatib Sulaiman – Psr.Ulak Karang 750 Permanen
32 Saluran Kuala Nyiur Jl.Rel K.A – Jl.Adinegoro – S.Muara 1.250 Tanah
Penjalinan /Permanen
33 Saluran Singgalang Jl.Rel K.A – Jl.Adinegoro – Kampus 650 Tanah
Muhammadiyah
34 Saluran Arang Prahu Jl.Rel K.A – Jl.Adinegoro – Kampus 800 Tanah
Muhammadiyah
35 Saluran Rimbo Jariang Perum Mutiara Biru – Btg Kandis 2.000 Tanah
36 Saluran Bungo Tanjung Jl.By Pass – Jembt.Brimob Pd.Sarai 3.000 Tanah
37 Saluran Rumah Potong Jl.Anak Air – Btg.Kandis 1.500 Tanah
Hewan Lubuk Buaya
38 Saluran IKIP Sal.Linggar Jati – Btg.Muara 3.000 Permanen
/tanah
39 Saluran Jl. Padang By Pass Jembt.Bandar Purus – Baitul Rahma 2.700 Permanen
40 Saluran Dadok Tunggul Jl.Hercules – Btg.Muara 1.500 Permanen
Hitam
41 Saluran Kampung Koto Sawah Liat – Btg.Kuranji 2.000 Tanah
42 Saluran Kayu Kalek Jl.Adinegoro 3.000 Tanah
Jumlah 49.275

B Drainase Sekunder
1 Saluran Imam Bonjol Jl.S.Pangan – Pertemuan Bdr.Ranah 1.300 Permanen
2 Saluran Ranah Bdr.Jati – Blk.Pondok 900 Permanen
3 Saluran Tanah Konsi Blk.Pondok – Btg.Arau 800 Permanen
4 Saluran bdr.Pulau Air Bdr.Ranah – Btg.Arau 900 Permanen
5 Saluran Sawahan Bjr.Kanal – Bdr.Jati 1.350 Permanen
6 Saluran Jl.Proklamasi Sipm.Jl.Sudirman – Simp.Bdr.Jati 1.100 Permanen
7 Saluran Sawahan Dalam Jl.Dr.Wahidin – Bdr.Jati 600 Permanen
8 Saluran Rawang Jl.Ps.Baru – Bdr.Olo 400 Permanen
9 Saluran Belakang Simp.Pagar Gubernur – Bdr.Jati 325 Permanen
Gubernur
10 Saluran Padang Besi Jl.Kartini – Bdr.Purus 350 Permanen
11 Saluran Cokroaminoto Jl.Bdr.P.Karam – Simp.Nipah 1.400 Permanen
12 Saluran Kampung Sebelah Simpang Enam – Jl.Nipah 650 Permanen
13 Saluran Nipah Jl.Cokroaminoto – Kali Mati 400 Permanen
14 Saluran Pulau Air Jl.A.R.Hakim – Btg.Arau 550 Permanen
15 Saluran Ganting Jl.Ganting – Bdr.Jati 300 Permanen
16 Saluran Parak Sigoro (Pdg Jl.St.Syahril – Btg.Arau 500 Permanen
Selatan)
17 Saluran Andalas Simp.Anduring – Bjr.Kanal 2.000 Permanen
18 Saluran Padang Baru Jl.Lampasi – bjr.Kanal 600 Permanen
19 Saluran Gajah Mada Sekolah PGA – Btg.Kuranji 1.600 Permanen

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Panjang
No Drainase Lokasi Konstruksi
(m)
20 Saluran Jhoni Anwar Jl.Jhoni Anwar – Btg.Kuranji 1.000 Permanen
21 Saluran Tunggul Hitam Jl.Tunggul itam – Btg.Kuranji 600 Permanen
22 Saluran Mahakam Jl.Raden Saleh – Bjr.Kanal 550 Permanen
23 Saluran Parak Gadang Jl.Sutomo – Btg.Arau/Air Camar 1.000 Tanah
24 Saluran Parak Pisang Jl.Sisingamangaraja – Btg.Arau 400 Tanah
/Permanen
25 Saluran Seberang Pdg Jl.St.Syahril – Btg.Arau 1.000 Permanen
Utara I
26 Saluran Anak Jati Rel.K.Api – Drainase Primer Jati 1.000 Tanah
27 Saluran Ujung Gurun Jl.Kismangunsarkoro – Saluran Unes 1.200 Permanen
28 Saluran Unes Jl.A.Yani – Purus V 1.000 Permanen
29 Saluran Kismangunsarkoro Jl.P.Kemerdekaan – Jl.U.gurun 1.000 Permanen
30 Saluran Parak Ino Jl.Dr.Wahiddin – Drainase Primer 800 Permanen
Jati
31 Saluran Aru Simp.Lubeg – Bjr.Kanal 2.220 Permanen
32 Saluran Rawang Jambak I SMA 5 – Drainase Jati 800 Tanah
Jati
33 Saluran Rawang Jambak II Rel K.Api – Drainase Jati 800 Tanah
Jumlah 29.395
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, 2009

Di samping itu perubahan tata guna lahan di luar kawasan pusat kota yang tidak
didukung perencanaan drainase yang terintegrasi dengan jaringan yang telah ada ikut
menyebabkan menurunnya tingkat pelayanan jaringan drainase yang ada di wilayah Kota
Padang. Areal tangkapan drainase dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Area layanan pengelolaan drainase oleh DKP mencakup drainase lingkungan dan 5
(lima) buah banjir kanal dengan total panjang 24.850 m. Untuk lebih jelasnya area
layanan DKP dapat dilihat pada Tabel 5.11.

Tabel 5.11 Area Layanan Pengelolaan Drainase Oleh DKP


Panjang Biaya/tahun
No Area
(m) (Rp)
1 Banjir kanal Padang Baru 6.840 7.200.000
2 Batang Tabing dan Muaro Panyalinan 1.700/3.900 7.200.000
3 Batang Kuranji 6.700 7.200.000
4 Batang Jirek 5.710 7.200.000
Total 24.850 28.800.000
Sumber: DKP, 2009

Tabel 5.12 Areal Tangkapan Drainase se Kota Padang

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Luas Wilayah Tangkapan


No Areal Drainase Badan Penerima
(Ha)
1 Air Pacah 426 Batang Balimbing
2 Pasir Putih 60 Batang Air Dingin
3 Tabing 307 Batang Tabing
4 Bandara 352 Batang Balimbing
5 Baung Panjalinan 291 Baung Panjalinan Pond
6 Siteba 128 Batang Balimbing
7 Sawah Liat 174 Batang Kuranji
8 Kandis 85 Batang Kuranji
9 Lapai 164 Batang Kuranji
10 Ulak Karang 223 Batang Kuranji
11 Lolong 304 Saluran Lolong
12 Alai 136 Banjir Kanal
13 Purus 120 Banjir Kanal
14 Jati 322 Batang Arau
15 Ujung Gurun 303 Banjir Kanal
16 Aur Duri 271 Batang Arau
17 Olo Nipah 197 Batang Arau
18 Kali Mati 50 Batang Arau
19 Rawang Barat 73 Batang Jirak
Kota Padang 3.986
Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Barat, 2009

5.4.4 Aspek Teknis dan Operasional


Di Kota Padang, drainase dipengaruhi pasang surut karena beda elevasi dengan
permukaan laut sangat kecil. Langkah antisipasi yang dilakukan DPU adalah dengan
membuat tandon-tandon air yang memakai pintu air sehingga ketinggian air di daerah
tersebut bisa diawasi. Selain itu, juga diperhatikan land use yang sangat berkaitan
dengan tata ruang dan tata bangunan di Kota Padang. Daerah-daerah genangan banjir di
Kota Padang antara lain Kelurahan Cengkeh, Tanah Sirah Piai, Tanjung Saba Pitameh,
Tanjung Aua, Parak Laweh Pulau Aia, Rawang, Berok Nipah, Lolong Belanti, Sungai Sapih,
Parupuk Tabing, Batang Kabung Ganting, Lubuk Buaya, Dadok Tunggul Hitam, dan Air
Pacah. Untuk lebih jelasnya, daerah genangan banjir Kota Padang dapat dilihat pada
Gambar 5.13.

5.4.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Drainase


Lingkungan

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Dalam pengelolaan drainase, masyarakat Kota Padang sudah ikut berpartisipasi. Hal
ini dapat dilihat dari:
1. Menyumbang tanah untuk dijadikan drainase tanpa ganti rugi;
2. Gotong royong ditingkat kelurahan untuk membersihkan drainase;
3. Melakukan penyuluhan-penyuluhan;
4. Pembuatan kolam ikan di saluran drainase dengan membuat tanggul-tanggul tanpa
menghambat aliran drainase. Hasilnya, saluran drainase menjadi bersih sehingga
DPU tidak perlu membersihkan saluran drainase itu lagi.

5.4.6 Permasalahan
Permasalahan utama pengelolaan drainase di Kota Padang adalah:
1. Banjir disebabkan oleh banyaknya pipa-pipa PDAM, Telkom, dan lain-lain sehingga
sampah menyangkut di pipa-pipa tersebut;
2. Beda elevasi Kota Padang dengan permukaan laut terlalu kecil (± 1 m) sehingga
drainase di Kota Padang sangat dipengaruhi oleh pasang air laut;
3. Saluran drainase banyak yang tidak efektif karena banyak yang tidak terbentuk atau
terputus menuju samudera/muara;
4. Dimensi drainase kurang efektif karena bermasalah dalam pembebasan lahan;
5. Pembangunan perumahan tidak mengindahkan lebar efektif drainase;
6. Dinas tata ruang dan tata bangunan hanya sebatas membri izin pendirian bangunan
tanpa memperhatikan drainase;
7. Bak kontrol eksisting sekarang berukuran 1 m x 1,1 m dengan dimensi penutup 0,5
m x 0,6 m sehingga mudah diangkat-angkat yang mengakibatkan aliran drainase
terganggu;
8. Alokasi dana untuk operasional dan pemeliharaan masih sangat minim sehingga
menghambat penanganan masalah drainase;
9. Drainase di Kota Padang tidak hanya diperuntukkan sebagai penyaluran air hujan
namun juga sebagai saluran pembuangan air limbah. Hal ini menyebabkan drainase
dan lingkungan sekitarnya menjadi kotor.

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Gambar 5.13 Daerah bahaya banjir Kota Padang


Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

5.5 Penyediaan Air Bersih


Dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk Kota Padang, Pemerintah
Kota Padang bekerjasama dengan PDAM Kota Padang. Penyediaan air bersih
menyangkut beberapa aspek, antara lain aspek hukum, aspek institusional, aspek
pelayanan, aspek teknis dan operasional.

5.5.1 Landasan Hukum/Legal Operasional


Pengelolaan air bersih di Kota Padang diatur dengan UU No. 7 tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air.

5.5.2 Aspek Institusional


Sumber air bersih perpipaan dilayani dari 5 (lima) Water Treatment Plan (WTP)
PDAM dengan sumber air baku berasal dari 9 (sembilan) buah intake (air permukaan), 2
buah reservoir (mata air), dan 12 buah sumur bor. Sampai tahun 2008, sumber-sumber
tersebut tersebar pada 23 titik dengan total kapasitas terpasang 1.393 liter/detik dan
kapasitas produksi 946 liter/detik. Untuk lebih jelasnya, sumber air PDAM Kota Padang
dapat dilihat pada Gambar 5.14.

5.5.3 Cakupan Pelayanan


Sebagaimana umumnya kota besar lainnya di Indonesia, jumlah pelanggan PDAM
Kota Padang terus meningkat dari tahun ke tahun. Tingkat pelayanan air bersih di Kota
Padang sekitar 300.000 penduduk atau sekitar 36% dari total penduduk Kota Padang.
Jumlah pelanggan air bersih setiap tahun meningkat rata-rata lebih dari 3.000 pelanggan.
Jumlah pelanggan pada tahun 2007 sebanyak 68.112 unit pelanggan. Volume air yang
diproduksi oleh PDAM tahun 2007 sebesar 31.564.065,74 m 3 dengan jumlah terdistribusi
30.601.339,74 m3, terjual 17.292.230 m3 sedangkan nilai total penjualan adalah
Rp.53.352.837.990. Untuk lebih jelasnya banyak pelanggan berdasarkan jenis langganan
dapat dilihat pada Tabel 5.13 sedangkan lokasi pelayanan PDAM Kota Padang dapat
dilihat pada Gambar 5.15.

5.5.4 Aspek Teknis dan Operasional


Pelayanan air bersih Kota Padang bersumber pada air perpipaan yang dilayani oleh
PDAM maupun non perpipaan. Lebih lanjut berdasarkan data Podes Tahun 2006,

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

teridentifikasi bahwa untuk ketersediaan air bersih di Kota Padang bersumber dari
PDAM, sumur bor pompa listrik/tangan, sumur dangkal, mata air, dan sungai/danau.
Sumber air yang berasal dari PDAM pada umumnya telah menjangkau hampir seluruh
bagian kota. Persentase jumlah keluarga yang memiliki akses air bersih di Kota Padang
dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.13 Jumlah Langganan PDAM Menurut Jenis Langganan Tahun 2007

Jumlah Pelanggan
No Jenis Langganan
(unit)
1 Kelompok I A 571
(Hidran umum, MCK umum, WC umum, terminal air, dan tempat
ibadah)
2 Kelompok I B 421
(Hidran umum, MCK umum, WC umum, terminal air, dan tempat
ibadah)
3 Kelompok II A 6.205
(Yayasan sosial, panti asuhan, dan badan sosial lainnya)
4 Kelompok II B 16.079
(Rumah tangga A, sekolah negeri, rumah sakit, laboratorium &
sanatorium, pemerintahan dan instansi pemerintah A)
5 Kelompok II C 34.279
(Rumah tangga C)
6 Kelompok II D 6.822
(Rumah tangga D)
7 Kelompok III A 102
(Rumah tangga B, sekolah swasta (SD – SLTA)
8 Kelompok III B 281
(Rumah tangga C, kios, industri rumah tangga, instansi pemerintah
B, kolam renang milik pemerintah)
9 Kelompok IV A 2.842
(Rumah tangga D, real estate, kedutaan, konsulat asing, dan instansi
pemerintah C)
10 Kelompok IV B 379
(Niaga kecil, industri kecil, dan lembaga swasta non komersil)
11 Kelompok IV C 129
(Niaga besar dan industri besar)
12 Kelompok V 2
(Khusus pelabuhan laut dan sungai, PLN dan gas unit produksi,
telekomunikasi unit sentral otomat)
Sumber : Badan Pusat Statistik Padang, 2008

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Gambar 5.14 Sumber Air PDAM Kota Padang

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Gambar 5.15 Area Pelayanan PDAM Kota Padang

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Tabel 5.14 Persentase Jumlah Keluarga


yang Memiliki Akses Air Bersih Tahun 2008
Jumlah % Akses Air Bersih
No Kecamatan Puskesmas Keluarga Sumur Sumur Penampung
Ledeng Kemasan Lainnya Jumlah
yg ada Pompa Galian Air Hujan
Padang Seb.Padang 3.820 54,28 19,60 18,70 0 0 0 92,58
1
Selatan
Pemancungan 5.120 32,91 17,39 20,93 0 0 0 71,23
Rawang Barat 4.291 48,53 3,05 44,46 0 0 0 96,04
Padang Padang Pasir 1.120 29,80 13,19 26,72 0 0 0 69,72
2
Barat
Padang Ulak Karang 3.719 57,88 0,83 36,88 0 0 0 95,58
3
Utara
Alai 4.224 51,21 2,53 12,89 0 0 0 66,63
Air Tawar 3.547 66,61 4,64 6,40 0 0 0 77,65
Padang Andalas 1.185 76,23 8,71 38,33 0 0 0 88,77
4
Timur
Koto Lubuk Buaya 18.524 67,76 1,79 29,14 0 0 0 98,69
5
Tangah
Air Dingin 6.472 36,13 0,65 36,20 0 0 0 72,98
6 Naggalo Nanggalo 8.637 43,81 1,32 36,90 0 0 0 82,04
Lapai 4.445 53,64 3,01 81,24 0 0 0,23 64,78
7 Kuranji Kuranji 8.813 67,96 1,50 52,08 0 0 0 74,67
Belimbing 10.772 49,47 5,14 18,30 0 0 0 72,91
Ambacang 0 - - - 0 0 0 -
8 Pauh Pauh 6.413 80,54 8,24 76,44 0 0 0,77 96,43
Lubuk Lubuk 7.370 71,47 4,86 53,71 0 0 0 81,70
9
Kilangan Kilangan
Lubuk Lubuk 10.798 76,67 7,92 11,86 0 0 0 96,45
10
Begalung Begalung
Pegambiran 7.145 71,90 6,38 65,38 0 0 4,64 84,82
11 Bungus Bungus 3.812 36,69 1,62 32,79 0 0 1,73 71,11
Jumlah (Kota Padang) 120.227 52,78 5,80 19,42 0 0 0,35 78,00
Sumber : DKK, 2009

5.5.5 Permasalahan
Permasalahan utama yang dihadapi oleh PDAM Kota Padang adalah besarnya
kehilangan air. Pada tahun 2007, persentase kehilangan air adalah 42,17 %. Angka ini
menurun dibandingkan tahun 2006, tetapi jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat
kehilangan air tahun 1997 sampai tahun 2005.

5.6 Komponen Sanitasi Lainnya


Selain limbah cair, sampah, dan emisi (asap, debu), perlu diperhatikan penanganan
sanitasi lainnya. Komponen sanitasi lain yang perlu diperhatikan adalah penanganan

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

limbah industri, penanganan limbah medis, dan kampanye Pola Hidup Bersih Sehat
(PHBS).

5.6.1 Penanganan Limbah Industri


Di Kota Padang, ada beberapa industri atau perusahaan yang menghasilkan limbah
cair ataupun limbah B3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15 Kondisi Limbah yang Dihasilkan Industri/Perusahaan


Kondisi
No Nama Industri Lokasi Jenis Limbah
Limbah
1 PT. Batang Hari Barisan Lubuk Begalung Limbah cair Sedang
2 PT. Tazar Guna Mandiri Kel. Batung Taba Lubeg Limbah cair Sedang
3 PT. Lembah Karya Simpang Haru Limbah cair, B3 Sedang
4 PT. Abaisiat Raya Sei. Barameh Limbah cair Sedang
5 PT. Lembah Karet Kel. Anak Air By Pass Limbah cair Sedang
6 PT. Kilang Lima Gunung Kel. Banuaran Limbah cair Sedang
7 PT. Teluk Luas Lubuk Begalung Limbah cair Sedang
8 PT. Family Raya Jl. Parak Laweh Limbah cair Sedang
9 PT. Semen Padang Kel. Indarung Kec. Lubuk Limbah cair Sedang
Kilangan
Sumber : Bapedalda Padang, 2007

Pengelolaan limbah cair diatur dengan Perda No.3 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang mengatur tentang batas mutu
limbah yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan/badan air. Pelaksanaan Perda
tersebut pada dasarnya dibawah pengawasan Dinas Perindustrian dan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda).
Industri besar (tenaga kerja > 100 orang) melakukan pengolahan sendiri terhadap
limbah yang mereka hasilkan sesuai dengan standar karakteristik limbah yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Industri sedang (tenaga kerja 20 – 99 orang) baru
sebahagian yang telah memiliki sarana pengolahan limbah dan mengikuti standar baku
mutu pengolahan limbah. Sedangkan industri kecil (tenaga kerja 5 – 19 orang) dan
industri rumah tangga (tenaga kerja < 5 orang) masih belum menangani limbahnya
secara aman dan kebanyakan membuang limbahnya ke saluran atau badan air. Hal inilah
yang berpotensi sangat besar untuk mencemari lingkungan. Jenis industri penghasil
limbah di Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 5.16.

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Tabel 5.16 Jenis Industri Penghasil Limbah


No Nama Industri Sektor/ Komoditi Jenis Produksi
Industri Besar
1 Lembah Karet Jasa karet Pengekspor komoditi karet
2 PT.Andalas Agro Industri Industri kelapa sawit CPO
3 PT.Batang Hari Baru Kehutanan : karet Crumb rubber
4 PT.Famili Raya Jasa : karet Pengekspor komiditi karet
Industri pengemasan RBD Oleind
5 PT.Incasi Raya (PMA) Industri minyak makan dan industri minyak kasar (minyak
makan) dari nabati
6 PT.Kilang Lima Unggul Kehutanan : karet Crumb rubber
7 PT.Kilang Lima Gunung Jasa : karet Pengekspor komoditi karet
8 PT.Lembah Karet Kehutanan : karet Crumb rubber
9 PT.Lembah Karya Industri : kelapa sawit Idustri minyak goreng
10 PT.Semen Padang Industri : semen semen
11 PT.Teluk Luas Jasa : karet Pengekspor komoditi karet
12 PT.Usaha Inti Padang (PMA) Industri minyak kasar (minyak
Industri : minyak makan
makan) dari nabati
13 PT.Zamzibar Kehutanan : karet Crumb rubber
14 PT.Zanzibar Jasa : karet Pengekspor komoditi karet

Industri Sedang
1 Alfindo Industri : rotan Furniture
2 Alysis Industri : rotan Furniture
Jasa : perdagangan dan jasa
3 Bumi Ramayana Indah, CV Perdagangan dan jasa kontraktor
kontraktor
4 Christine Hakim Industri : Makanan Makanan Ringan (180 Ton)
5 Kinabalu Glass Industri : Kaca Kaca Gravier (200 Buah)
Industri : Kayu Gergajian dan
6 Kosima Arta CV.
Kayu Olahan
Industri : Kayu Gergajian dan
7 Nan Gombang CV.
Kayu Olahan
PT. Matahari Graha Fantasi Jasa Rekreasi (permainan/
8 Jasa: Hiburan
(PMA) hiburan keluarga)
9 PT. Nasional VI Perkebunan Karet Crumb Rubber
Industri Pengolahan Rempah
10 PT. Natraco Spices Indonesia Industri : Rempah-rempah
Rempah
Industri : Kayu Gergajian dan
11 Sumbar Kembang Agung PT.
Kayu Olahan
Industri : Kayu Gergajian dan
12 Torimon PT.
Kayu Olahan
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2009

5.6.2 Penanganan Limbah Medis


Pengelolaan limbah rumah sakit merupakan bagian penyelenggaraan pelayanan
sanitasi rumah sakit dan juga bagian integral secara keseluruhan sehingga
penyelenggaraan tersebut harus berlandaskan pada:
Permenkes RI No.986/Menkes/Per/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit;

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Keputusan Dirjen P2M dan PLP No.HK.00.06.6.44 tahun 1993 tentang Persyaratan
dan Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit;
Keputusan Menteri KLH No.58/Men LH/XII/1995 tentang baku mutu limbah cair
rumah sakit.
Di Kota Padang khususnya di Rumah Sakit M.Djamil dan Rumah Sakit Yos Sudarso,
telah dilakukan pengelolaan terhadap limbah medis yang dihasilkan. Sumber limbah cair
yang diolah berasal dari ruang perawatan, OK, laboratorium, radiologi, kebidanan, IGD,
dapur, laundry, kamar jenazah, dan lain-lain. Sedangkan rumah sakit lain serta
puskesmas-puskesmas yang ada di Kota Padang, mengirimkan limbah medisnya ke
instalasi pengolahan limbah medis yang ada di kedua rumah sakit tersebut (Rumah Sakit
M.Djamil dan Rumah Sakit Yos Sudarso) untuk diolah. Hasil pengolahan limbah medis
tersebut di laporkan ke DKK dan Bapedalda setiap bulannya.
Peralatan atau fasilitas yang digunakan dalam pengolahan limbah antara lain:
Jaringan perpipaan air limbah: saluran harus tertutup, kedap air, dan harus mengalir
dengan lancar;
Bak kontrol/manhole untuk mempermudah pengontrolan air limbah;
Unit pengolahan limbah cair lengkap dengan perlengkapan desinfeksi;
Alat pengukur debit/flow meter.
Tata cara/prosedur pengolahan yang dilakukan di Rumah Sakit M.Djamil adalah
sebagai berikut:
1. Pengaliran dan pengumpulan limbah cair dari sumbernya;
2. Pre treatment (pengolahan pendahuluan) pada ruang tertentu seperti instalasi gizi,
laundry, dan radiologi;
3. Monitoring bak kontrol, bak penampung, dan jaringan perpipaan;
4. Proses pengolahan limbah cair di unit pengolahan;
5. Pemeriksaan hasil pengolahan limbah cair harus sesuai dengan baku mutu limbah
cair;
6. Pembuangan hasil pengolahan dialirkan ke badan air.

Permasalahan pengolahan limbah medis di Kota Padang antara lain:


1. Tidak disiplinnya para penghasil limbah (rumah sakit dan puskesmas) dalam
pemilahan limbahnya (limbah medis, limbah organik, anorganik);

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

2. Lemahnya pengawasan DKK (selaku pengawas pengolahan limbah medis) terhadap


rumah sakit dan puskesmas yang tidak menjalankan pengolahan limbah sesuai
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan;
3. Bapedalda merupakan badan yang mengawasi pencemaran lingkungan, namun
dalam hal pelaksanaan operasional rumah sakit merupakan tanggung jawab DKK.

5.6.3 Kampanye Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS)


Dinas Kesehatan Propinsi Sumbar dan Dinas Kesehatan Kota Padang telah melakukan
kampanye pola hidup bersih sehat ke masyarakat Sumbar umumnya dan masyarakat
Kota Padang khusunya. Dalam kampanye tersebut, ada 4 (empat) strategi utama renstra
dan sasaran, yaitu:
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
a. Seluruh desa menjadi desa siaga
b. Seluruh masyarakat berprilaku hidup bersih dan sehat
c. Seluruh keluarga sadar gizi
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
a. Setiap orang miskin mendapat pelayanan kesehatan yang berkualitas
b. Setiap bayi, anak, bumi, kelompok masyarakat resiko tinggi terlindungi dari
penyakit
c. Di setiap desa tersedia SDM kesehatan yang kompeten
d. Di setiap desa tersedia cukup obat esensial alat kesehatan dasar
e. Setiap Puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan dijangkau seluruh
masyarakat di wilayah kerjanya
f. Pelayanan Kesehatan di setiap RS, Puskesmas, dan jaringannya memenuhi
standar mutu
3. Meningkatkan sistem surveillance, monitoring dan informasi kesehatan
a. Setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat kepada Kepala Desa/Lurah
untuk kemudian diteruskan ke Instansi Kesehatan terdekat
b. Setiap Kejadian Luar Biasa/KLB dan Wabah Penyakit tertanggulangi secara cepat
dan tepat sehingga tidak menimbulkan dampak Kesehatan Masyarakat
c. Semua sediaan farmasi, makanan, dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat
d. Terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

e. Berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di seluruh


Indonesia
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan
a. Pembangunan kesehatan memperoleh prioritas penganggaran pemerintah pusat
dan daerah
b. Anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya pencegahan dan
promosi kesehatan
c. Terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi rakyat miskin.

Manajemen peningkatan PHBS yang dilakukan di Kota Padang adalah sebagai


berikut:

Gambar 5.16 Manajemen Peningkatan PHBS Kota Padang

PHBS rumah tangga adalah upaya pemberdayaan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu mempraktekkan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1. Cuci tangan pakai sabun
2. Penggunaan air bersih
3. Menggunakan jamban sehat
4. Rumah bebas jentik nyamuk
5. Tidak merokok
6. Penimbangan bayi dan balita

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

7. Pemberian ASI eksklusif


8. Persalinan oleh Nakes
PHBS sekolah adalah upaya pemberdayaan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktekkan PHBS serta berperan aktif dalam
mewujudkan sekolah ber-PHBS. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1. Mengkonsumsi jajanan sehat di warung/kantin sekolah
2. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
3. Menggunakan jamban
4. Olahraga teratur di sekolah
5. Memberantas jentik di sekolah
6. Tidak merokok di sekolah
7. Menimbang berat badan dan tinggi badan setiap bulan
8. Membuang sampah pada tempatnya.

5.7 Pembiayaan Sanitasi Kota


Berdasarkan PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
dijelaskan bahwa belanja daerah meliputi semua pengeluaran daerah yang merupakan
urusan pemerintah daerah selama tahun anggaran yang berkenaan dan dialokasikan
dalam 2 (dua) kelompok belanja daerah yang terdiri dari:
a. Belanja Daerah Tidak Langsung yang
dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan. Belanja Tidak Langsung ini terdiri dari ini terdiri dari : belanja pegawai,
belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi
hasil kepada propinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, belanja bantuan
keuangan kepada propinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, dan belanja tidak
terduga
b. Belanja Daerah Langsung adalah belanja
yang dikeluarkan dan dianggarkan terkait secara langsung kepada pelaksanaan
program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari : belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, dan belanja modal.

5.7.1 Kondisi APBD Kota Padang

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Secara umum, sejak 5 (lima) tahun terakhir kondisi APBD Kota Padang mengalami
perubahan. Dari sisi total maupun alokasi juga tidak mengalami perubahan yang drastis.
Persentase anggaran untuk layanan publik, khususnya sanitasi sangat terbatas, berkisar
antara 1 – 2 % saja dari total pengeluaran. APBD realisasi selama (2004 - 2008) relatif
naik, meskipun demikian pos - pos pelayanan publik mendapat alokasi yang cenderung
tetap. Total APBD sisi penerimaan masih di dominasi oleh dana perimbangan, disusul
dana PAD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.18.

Gambar 5.17 Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah

Pendapatan Kota Padang dari sektor sanitasi, berasal dari Retribusi Jasa Usaha
Kakus, Retribusi Kakus umum dan Retribusi Penyediaan Penyedotan Kakus. Pendapatan
daerah dari retribusi sektor sanitasi dapat dilihat pada Tabel 5.17.

Tabel 5.17 Pendapatan Kota Padang Sektor Sanitasi


Tahun
No Jenis Retribusi
2004 2005 2006 2007 2008
Pelayanan
1 1.662.932.233,00 1.723.160.085,00 2.360.687.000,00 2.342.097.000,00 2.606.254.700,00
persampahan
Penyedotan
2 14.830.000,00 22.600.000,00 9.310.000,00 25.340.000,00 33.975.000,00
kakus
3 Kakus umum 145.267.000,00 155.474.250,00 0 0 0
Total 1.823.029.233 1.901.234.335 2.369.997.000 2.367.437.000 2.640.229.700
Sumber : APBD Kota Padang, 2009

APBD sisi pengeluaran terlihat di dominasi belanja daerah khususnya belanja tidak
langsung dan belanja langsung untuk pos pengawai. Pola seperti ini berlangsung sejak

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

2004-2008 berjalan secara rutin, hampir tidak memiliki penekanan yang spesifik pada
pos tertentu. Pengeluaran belanja sanitasi Pemerintah Kota Padang dari tahun 2005
sampai 2008 diberikan prioritas kepada Dinas PU/CK/TR/KP. Pada kondisi tahun 2005
Dinas PU/CK/TR/KP menguasai sebesar 81,6% untuk seluruh belanja sanitasi tersebut.
Sedangkan pada tahun 2008 yang lalu, belanja sanitasi Kota Padang masih dikuasai oleh
Dinas PU/TRTB/DKP sebesar 83,00%. Hal ini karena sanitasi memang merupakan tugas
pokok dan fungsi dari SKPD Dinas PU.

5.7.2 Peluang Pembiayaan Sanitasi Kota Padang


Untuk mendeteksi peluang pembiayaan, secara teknis dapat dilihat dari sisi
penerimaan. Karena sisi penerimaan merupakan sisi arus tunai, rutin dan efektif untuk
di harapkan sebagai kontra pos untuk belanja. Melalui hasil simulasi diketahui bahwa ada
6 (enam) pos sterategis dan 2 (dua) pos yang harus diwaspadai untuk mendukung
ketersediaan dana peningkatan investasi publik untuk sanitasi. Secara berurutan pos
tersebut adalah (dari yang besar ke yang lebih kecil) sebagai berikut:
1. Dana Perimbangan dari propinsi
2. Bagi Hasil Pajak
3. Pajak daerah
4. Pendapatan Hibah
5. Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi
6. Lain lain Pendapatan Asli Daerah
Sedangkan dari sisi penerimaan yang mesti di waspadai karena berpengaruh sangat
cepat terhadap menurunnya arus tunai adalah :
1. Subsidi tidak langsung
2. Subsidi langsung

5.7.3 Permasalahan
Sebagai daerah yang rendah potensi sumber daya alam dan ekonomi, sumber
pendapatan Pemerintah Kota Padang dari pendapatan asli daerah sangat terbatas.
Pemerintah Kota Padang masih sangat tergantung pada dana dari pemerintah pusat.

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Jumlah pendapatan asli daerah menjadi persoalan yang sangat penting bagi sumber-
sumber pendapatan daerah di masa yang akan datang.
Dari Tabel 5.18 terlihat bahwa kontribusi dana perimbangan cenderung meningkat,
pada tahun 2006, kontribusinya sebesar 83,86%, pada tahun 2007 menurun sebesar
80,56% dan tahun 2008 menjadi sebesar 79,08%. Dalam jumlah nominal pendapatan
daerah dari dana perimbangan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Sementara pendapatan dari Pendapatan Asli Daerah cenderung meningkat dalam jumlah
nominal namun kontribusinya terhadap pendapatan cenderung menurun, pada tahun
2006 kontribusinya sebesar 13,94%, pada tahun 2007 turun menjadi 13,11% dan tahun
2008 menjadi 12,89%.
Pendapatan asli daerah dari pajak daerah dalam tiga tahun terakhir mengalami
peningkatan secara nominal, namun secara riil mengalami penurunan karena
kenaikannya lebih rendah dari tingkat inflasi dan kontribusinya terhadap pendapatan
juga cenderung menurun, pada tahun 2006 kontribusinya sebesar 64,52%, pada tahun
2007 sebesar 65,31%, dan pada tahun 2008 menjadi 64,75%. Sedangkan dari retribusi
daerah kontribusinya terhadap pendapatan juga mengalami tren penurunan, pada tahun
2006 kontribusinya sebesar 21,69%, pada tahun 2007 sebesar 20,68% dan pada tahun
2008 sebesar 21,08%. Sedangkan dalam jumlah nominal pendapatan asli daerah dari
retribusi daerah cenderung tetap. Pendapatan daerah dari lain-lain pendapatan yang sah
kontribusinya juga cenderung menurun, pada tahun 2006 kontribusinya sebesar 2,19%,
pada tahun 2007 naik menjadi 6,33%, dan tahun 2008 menjadi 7,61%.
Dari data APBD selama 5 (lima) tahun terakhir dari sisi pendapatan dapat
dikemukakan permasalahan Pendapatan Daerah Kota Padang sebagai berikut :
1. Penerimaan PAD mengalami peningkatan secara nominal, namun secara riil
mengalami penurunan dan laju perkembangannya masih relatif rendah.
2. Proporsi pendapatan PAD dari total pendapatan Pemerintah Kota Padang
cenderung turun.
3. Pendapatan dari Dana Perimbangan mengalami peningkatan secara
signifikan baik secara nominal maupun dari segi proporsinya terhadap jumlah
pendapatan.
4. Kontribusi BUMD masih rendah dalam pembentukan sumber pendapatan.
5. Sumber pendapatan pemerintah Kota Padang masih bertumpu pada
pendapatan konvensional.

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Tabel 5.18 Perkembangan Sumber Pendapatan Daerah dan Proporsinya


Terhadap Pendapatan Kota Padang Dari Tahun 2005-2007
Realisasi % Realisasi % Realisasi %
No URAIAN
2006 Proporsi 2007 Proporsi 2008 Proporsi
A PENDAPATAN ASLI 106.471.167.855,7
98.546.198.285 13,94 13,11 118.594.876.381 12,89
DAERAH 5
Pajak Daerah 63.586.171.401 64,52 69.540.855.976 65,31 76.795.691.361 64,75
Retribusi Daerah 21.378.618.722 21,69 22.016.799.635,25 20,68 25.002.469.660 21,08
Pendapatan Hasil
Pengelolaan kekayaan 0,00 0,00 3.308.613.943 3,11 3.788.864.957 3,19
daerah yg Dipisahkan
Bagian Laba Usaha
3.698.527.038 3,75 0,00 0,00 0,00 0,00
Daerah
Lain-lain PAD yang Syah 9.882.881.124 10,03 11.604.898.301,50 10,90 13.007.850.403 10,97

B DANA PERIMBANGAN 592.801.898.880 83,86 654.367.452.573 80,56 727.341.517.061 79,08


Bagi Hasil Pajak 40.094.278.501 6,76 56.973.652.573 8,71 58.870.431.061 8,09
Dana Alokasi Umum 503.906.000.000 85,00 565.100.000.000 86,36 624.642.086.000 85,88
Dana Alokasi Khusus 26.050.000.000 4,39 32.293.800.000 4,94 0,00 0,00
Dana Perimbangan dari
22.751.620.379 3,84 0,00 0,00 0,00 0,00
Propinsi

C LAIN-LAIN
15.505.862.000 2,19 51.423.864.437,87 6,33 69.955.966.144 7,61
PENDAPATAN YG SYAH
Bantuan dana
15.505.862.000 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00
kontijensi
Hibah 0,00 0,00 7.066.910.000 13,74 7.500.000.000 10,72
Dana Darurat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Dana bagi hasil pajak
dari Propinsi&Pemda 0,00 0,00 23.429.896.325,87 45,56 32.132.938.766 45,93
lain
Dana penyesuaian dan
0,00 0,00 10.089.679.400 19,62 5.399.448.000 7,72
otonomi khusus
Bantuan keuangan dari
Propinsi atau Pemda 0,00 0,00 10.837.378.712 21,07 24.923.579.378 35,63
lainnya
812.262.484.866,6 919.727.331.553,7
706.853.959.165
JUMLAH PENDAPATAN 2 7
Sumber : APBD Kota Padang, 2009

Dari ke-5 (lima) permasalahan utama pendapatan daerah dapat diuraikan


permasalahan spesifik pendapatan daerah pada Perubahan APBD tahun 2008, antara
lain :
1. Tingginya tingkat kebutuhan daerah (fiscal need) yang tidak seimbang dengan
kapasitas fiscal (fiscal capacity) yang dimiliki.
2. Kualitas layanan publik yang masih rendah.
3. Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum.

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

4. Belum maksimalnya pengelolaan potensi PAD.


5. Belum maksimalnya sistem perpajakan daerah.
6. Belum optimalnya sistem pengendalian intern.
7. Masih rendahnya investasi di Kota Padang.
8. Ketidakcukupan sumber daya finansial dan sumberdaya manusia yang memiliki
keterampilan dan keahlian.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peningkatan kemampuan keuangan


daerah merupakan upaya yang terus dilakukan. Upaya-upaya tersebut secara umum
adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
Peningkatan pendapatan asli daerah merupakan upaya konvensional yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Pada dasarnya ada 3
(tiga) upaya yang akan dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah,
yaitu:
a. Penyesuaian tarif pajak dan retribusi sesuai dengan tingkat
harga dan dan tingkat inflasi, hal ini perlu dilakukan karena dalam beberapa tahun
terakhir tarif tersebut belum pernah disesuaikan sehingga tarif tersebut terlalu
rendah dibandingkan dengan tingkat harga.
b. Melakukan studi dalam upaya mencari kemungkinan terhadap
jenis pajak dan retribusi baru sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
c. Meningkatkan efisisensi dan efektifitas pengelolaan
pendapatan asli daerah.
2. Pengembangan Perusahaan Milik Daerah
Pengembangan perusahaan milik daerah ditempuh melalui peningkatan penyertaan
modal, dengan semakin meningkatnya penyertaan modal maka akan semakin besar
pula deviden yang akan diterima sebagai bagian dari laba perusahaan daerah
tersebut.
3. Pemanfaatan Pinjaman Daerah
Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk
memanfaatkan pinjaman, namun demikian pemanfaatan pinjaman memerlukan
penelitian yang cukup mendalam karena hal ini akan berkaitan dengan kemampuan

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

untuk membayar cicilan dan bunga sehingga tidak memberatkan pemerintah daerah
di kemudian hari.
4. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Keuangan Daerah
Peningkatan kemampuan keuangan daerah juga dilakukan melalui efisiensi
pemanfaatan keuangan daerah, hal ini dilakukan dengan menetapkan standar harga
dan standar analisa belanja dalam penyusunan anggaran.
5. Peningkatan Kerjasama dengan Pihak Swasta.
Upaya ini dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta dalam membangun
sarana dan prasarana umum dengan prinsip saling menguntungkan. Dengan adanya
kerjasama dengan pihak swasta beberapa keuntungan yang akan diperoleh antara
lain; dapat memiliki suatu fasilitas tanpa mengeluarkan dana selain aset yang telah
dimiliki dan selama masa pengelolaan akan memperoleh penerimaan ( royalti) tanpa
menanggung resiko.
Secara khusus beberapa langkah yang telah dilakukan antara lain :
1. Penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi
daerah;
2. Law enforcement dalam upaya membangun ketaatan wajib pajak dan wajib retribusi
daerah;
3. Peningkatan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah
untuk terciptanya efektifitas dan efisiensi yang dibarengi dengan peningkatan
kualitas, kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan dengan biaya murah;
4. Peningkatan penerimaan bagian laba/deviden atas penyertaan modal atau investasi
daerah lainnya yang ditempuh melalui inventarisasi dan menata serta mengevaluasi
nilai kekayaan daerah yang dipisahkan baik dalam bentuk uang maupun barang
sebagai penyertaan modal (investasi daerah);
5. Mendayagunakan kekayaan daerah yang belum dipisahkan dan belum dimanfaatkan
untuk dikelola atau dikerjasamakan pihak ketiga sehingga menghasilkan pendapatan;
6. Proyeksi Kemampuan Keuangan Daerah (dapat dilihat pada Tabel 5.19 dan 5.20).

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34
Buku Putih Sanitasi Kota
Padang

Tabel 5.19 Proyeksi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2009 - 2014


URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013 2014
PENDAPATAN
999,332.20 1,085,779.98 1,184,021.56 1,296,362.08 1,425,735.06 1,016,862.76
DAERAH
Pendapatan Asli
136,409.32 148,141.02 160,955.28 174,955.33 190,254.42 187,220.47
Daerah
- Pajak Daerah 93,096.51 102,406.16 112,646.78 123,911.46 136,302.61 142,950.80
- Retribusi Daerah 25,985.84 27,285.14 28,649.39 30,081.86 31,585.96 37,158.67
- Hasil Perusahaan
Milik Daerah dan
Hasil Pengelolaan 3,881.41 3,928.53 3,976.21 4,024.48 4,073.33 4,063.43
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
- Bagian Laba Usaha
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Daerah
- Lain-lain
Pendapatan Asli 13,445.55 14,521.19 15,682.89 16,937.52 18,292.52 3,047.57
Daerah yang Sah

Tabel 5.20 Proyeksi Dana Perimbangan Tahun 2009 – 2014


URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Dana
801,633.78 871,550.29 951,302.27 1,043,060.49 1,149,587.80 735,157.13
Perimbangan
- Bagi Hasil Pajak /
Bagi Hasil Bukan 58,702.03 64,572.24 71,029.46 78,132.41 85,945.65 77,030.61
Pajak
- Dana Alokasi
648,258.11 690,394.89 735,270.56 783,063.14 833,962.25 505,915.87
Umum
- Dana Alokasi
73,742.08 95,651.62 124,070.70 160,933.39 208,748.36 131,279.10
Khusus
- Bagi Hasil Pajak
dan Bantuan
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Keuangan dari
Propinsi
- Dana
Perimbangan dari 20,931.55 20,931.55 20,931.55 20,931.55 20,931.55 20,931.55
Propinsi

Pokja Sanitasi Kota Padang


V-
34

Anda mungkin juga menyukai