Anda di halaman 1dari 62

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

III.1 KONDISI UMUM SANITASI KABUPATEN


Dalam usahanya untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan
lingkungan hidup di Kabupaten Jombang pelaksanaan pembangunan yang
dilaksanakan tetap berupaya untuk menjaga kelestarian alam dan kualitas
lingkungan serta pemukiman di Kabupaten Jombang. Salah satu aspek yang
penting dalam menjaga kualitas lingkungan adalah dengan menjaga kondisi
sanitasi Kabupaten.

Profil sanitasi Kabupaten sebagai gambaran kondisi sanitasi di Kabupaten


Jombang ditinjau dalam berbagai aspek yaitu kesehatan lingkungan, kesehatan
dan pola hidup masyarakat, kuantitas dan kualitas air, limbah cair rumah tangga,
limbah padat (sampah), drainase lingkungan, pencemaran udara, limbah industri
dan penanganan limbah medis. Aspek aspek tersebut merupakan gambaran
kondisi riil yang saat ini sedang berjalan di Kabupaten Jombang. Tinjauan lebih
jauh untuk masing masing aspek disajikan dalam sub bab berikut ini.

III.1.1 Kesehatan Lingkungan

Kondisi kesehatan lingkungan di Kabupaten Jombang semakin menurun hal


ini ditunjukkan oleh adanya peningkatan pencemaran lingkungan baik
pencemaran air, tanah maupun udara. Peningkatan pencemaran ini terjadi
seiring dengan perkembangan jumlah penduduk Kabupaten yang harus diimbangi
dengan berbagai fasilitas penunjang. Sebagai contoh adalah terjadinya
pencemaran air baik di sungai maupun air tanah. Hal ini terjadi karena semakin
banyaknya air limbah yang dihasilkan baik di tingkat rumah tangga, komersial
maupun industri yang dibuang ke sungai atau diresapkan ke dalam tanah dengan
atau tanpa pengolahan.

69
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang pada tahun 2008
dari tiga kecamatan yang menjadi lokasi program PPSP, yaitu kecamatan
Jombang, Peterongan, Diwek dengan jumlah rumah 64.465 dan 77.856 KK yang
memiliki jamban menunjukkan 58,6 % KK memiliki jamban dan sisanya tidak
memiliki. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi penanganan air limbah rumah
tangga di Kabupaten Jombang masih belum cukup memadai. Sebagai dampaknya
adalah timbulnya pencemaran terhadap air tanah maupun badan air yang
mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit yang ditularkan melalui air.

Hampir sama dengan kondisi pada pencemaran air, timbulan sampah yang
semakin meningkat seiring juga dengan peningkatan jumlah penduduk dan
fasilitas penunjang yang juga meningkat. Sebagai akibatnya masih sering terjadi
kewalahan dalam penangan sampah mulai dari sumber sampah hingga ke tempat
pemrosesan akhir sampah.

Kondisi lingkungan untuk udara juga semakin menurun karena semakin


banyaknya polusi udara yang bersumber dari berbagai fasilitas penunjang
kehidupan. Fasilitas tersebut diantaranya adalah kebutuhan perumahan yang
mengakibatkan berkurangnya ruang terbuka hijau. Akibat dari berkurangnya
ruang terbuka hijau bisa dirasakan saat ini suhu di Kabupaten Jombang semakin
meningkat dan kuantitas air bersih semakin berkurang.

Namun demikian berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah


Kabupaten Jombang bersama pihak lain untuk meningkatkan kesehatan
lingkungan. Usaha tersebut adalah dengan melakukan penghijauan dan
peningkatan sarana sanitasi secara komunal di beberapa daerah dan
mengupayakan pengelolaan sampah mulai dari tingkat rumah tangga.

III.1.2. Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat

Sekitar 40.000 anak Indonesia meninggal setiap tahun akibat diare (Unicef,
2002; dikutip dari facts sheet ISSDP, 2006). Bukan hanya itu, diare juga ikut
menyumbang pada angka kematian balita yang disebabkan faktor gizi buruk.

70
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Dalam studi global disimpulkan bahwa dari 3,6 juta kematian akibat gizi buruk,
sekitar 23% ternyata disebabkan oleh diare (Fishman, dkk., 2004).

Diare sebagai salah satu indikator penyakit akibat dari sanitasi yang buruk.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang sepanjang tahun 2010
ditemui kasus diare di puskesmas sebesar 5.037 kasus dan diare pada balita
sebanyak 1426 kasus.

Diare kebanyakan diderita oleh anak-anak balita dikarenakan balita belum


bisa mengurus dirinya sendiri selain itu kondisi lingkungan yang kotor dan
buruknya sanitasi dan daya tahan tumbuh serta kandungan gizi makanan yang
rendah juga memicu terjadinya diare. Sedangkan bagi orang dewasa yang
menderita diare biasanya tertular melalui makanan dan minuman yang tidak
hygienis.

Kesehatan dan pola hidup masyarakat dapat ditinjau melalui berbagai


perilaku diantaranya adalah penerapan pola hidup bersih dan sehat. Pola hidup
bersih dan sehat ini ditinjau dari berbagai aspek yaitu kebiasaan mencuci
tangan, pola pembuangan sampah, kebiasaan buang air besar, kondisi drainase
dan sumber air minum.

Di Kabupaten Jombang kesadaran untuk mencuci tangan pakai sabun


sebesar 95% hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Jombang
memiliki tingkat kesadaran cukup tinggi (EHRA, 2009). Namun pola pembuangan
sampah masih dijumpai pola pembuangan yang kurang baik sedangkan untuk
kebiasaan buang air besar juga masih dijumpai masyarakat yang tidak memiliki
jamban yang memadai. Sebagai akibatnya penyebaran penyakit akibat sanitasi
buruk masih sering dijumpai.

III.1.3. Kuantitas dan Kualitas Air

Sumber mata air yang dimanfaatkan untuk melayani Kabupaten Jombang


terdiri dari 11 sumber mata air yang berlokasi di Desa Jipurapah Kecamatan
Plandaan, Desa Tanjung Wadung Kecamatan Kabuh, Desa Japanan Kecamatan
Mojowarno, Desa Kedung Lumpang Kecamatan Mojoagung, Desa Wonosalam,

71
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Desa Carang Wulung dan Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam. Untuk


mendukung pelayanan kebutuhan air bersih, juga di rencanakan pengembangan
sumber air dengan sumur bor yang dikembangkan di setiap Kecamatan di
Kabupaten Jombang. Mata air di wilayah Jombang yang ditetapkan sebagai
bagian dari sistem sumberdaya air di wilayah Kabupten Jombang.
Akses air bersih bagi Kabupaten Jombang didapatkan dari PDAM, air
sumur, hidran umum dan sebagian kecil berasal dari sumber mata air. Sebagian
besar akses air bersih dilayani oleh PDAM (perusahaan daerah air minum).
Produksi air bersih oleh PDAM selama dua tahun terakhir menunjukkan
peningkatan. Total air yang disalurkan bertambah dari 4.319.178 m3 (2007)
menjadi 4.689.678 m3, dengan jumlah pelanggan PDAM di tahun 2007 sebanyak
12.723 pelanggan dimana jumlah pelanggan terbanyak dimiliki oleh rumah
tempat tinggal (non niaga) dengan jumlah 12.000. Rata – rata konsumsi air
bersih per pelanggan rumah tangga pertahun adalah 220 m3. Kecamatan
Jombang menempati urutan pertama dalam konsumsi air bersih, yaitu sebanyak
249 m3. Namun demikian masih ada pula penduduk yang masih memanfaatkan
air sumur atau hidran umum untuk pemenuhan kebutuhan air bersih sehari hari.
Kebutuhan air bawah tanah yang dapat terlayani oleh PDAM Kabupaten
Jombang berdasarkan data Dispenda Propinsi Jawa Timur di Kabupaten
Jombang sebagai berikut :
1. PDAM Jombang yang membawahi wilayah Kecamatan Jombang dan
sekitarnya tercatat sebesar 193.536 m3 / tahun
2. PDAM Unit IKK Diwek yang membawahi wilayah Kacamatan Diwek dan
sekitarnya tercatat sebesar 19.356 m3 / tahun
3. PDAM Unit IKK Kabuh yang membawahi wilayah Kacamatan Kabuh dan
sekitarnya tercatat sebesar 19.356 m3 / tahun
4. PDAM Unit IKK Ploso yang membawahi wilayah Kacamatan Ploso dan
sekitarnya tercatat sebesar 48.384 m3 / tahun

Kualitas air PDAM Kabupaten Jombang telah memenuhi standar kualitas


air minum, atau sudah sesuai dengan Permenkes RI No.

72
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

416/Menkes/Per/IX/1990. Hasil pemerikasaan labortorium yang dilakukan oleh


pihak PDAM Kabupaten Jombang meliputi tiga parameter utama yaitu
parameter fisik, kimia dan biologi. Hasil uji parameter untuk fisika berupa bau,
kadar TDS 120, dengan tingkat kekeruhan satu dan tidak berasa menunjukkan
bahwa dari paremeter ini sudah masuk dalam standar baku mutu. Pemeriksaan
parameter kimia menunjukkan bahwa tidak ada bahan kimia berbahaya
misalnya air raksa, aluminium, fluoride dan berbagai kimia berbahaya lainnya.
Untuk pemeriksaan mikrobiologi berupa koliform tinja dan total koliform tidak
ditemukan di dalam air PDAM Kabupaten Jombang

III.1.4. Limbah Cair Rumah Tangga

Kondisi limbah cair rumah tangga di Kabupaten Jombang sebagian sudah


melalui proses pengolahan ada pula yang langsung di salurkan menuju sungai
atau diresapkan ke dalam tanah.

Pengelolaan limbah cair rumah tangga di Kabupaten Jombang sebagian


besar masih memanfaatkan sistim pengolahan konvensional yaitu menggunakan
septic tank di masing-masing rumah tangga, namun demikian kondisi septic tank
ini belum menjamin bahwa hasil pengolahan sudah memenuhi persyaratan.

III.1.5 Limbah Padat (Sampah)

Pola penanganan sampah yang umum dilakukan oleh masyarakat di


Kabupaten Jombang adalah dengan cara pengumpulan di masing-masing sumber
sampah. Dari sumber sampah kemudian diambil oleh petugas menggunakan
gerobak untuk dikumpulkan ke Tempat Penampungan Sementara (TPS). Dari TPS-
TPS ini kemudian diangkut kembali menuju ke TPA (Tempat Penampungan Akhir).

Pola penanganan tersebut diatas banyak diterapkan di daerah pusat Kota.


Lain halnya untuk daerah pinggiran dan daerah di sepanjang Sungai Brantas. Pada
daerah pinggiran yang tidak mendapatkan akses pengangkutan oleh petugas
lebih banyak memanfaatkan lahan mereka masing-masing untuk mengubur
sampah atau dengan cara dibakar, sedangkan untuk daerah sepanjang sungai
cenderung membuang sampah langsung ke sungai.
73
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

III.1.6 Drainase Lingkungan

Secara umum kondisi drainase di Kabupaten Jombang terutama pada


saluran drainase tertutup, sebagian besar sudah cukup tua peninggalan jaman
penjajahan Belanda. Kondisinya banyak mengalami penurunan kualitas seperti
terjadinya penyumpatan dan tidak berfungsinya manhole sebagi street inlet.
Keadaan ini sangat mengkhawatirkan bagi penduduk dan pengguna jalan apabila
terjadi genangan air akibat peningkatan intensitas curah hujan.

III.1.7 Pencemaran Udara

Kualitas udara di Kabupaten Jombang secara umum relatif cukup baik.


Dari hasil pengujian udara ambien oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM) Surabaya sepanjang tahun
2008 menunjukkan hampir keseluruhan parameter kualitas udara ambien berada
di bawah baku mutu yang dipersyaratkan. Namun kecenderungan peningkatan
polutan yang cukup signifikan perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius
sehingga kualitas udara tetap terjaga.

III.1.8 Limbah Industri

Kabupaten Jombang memiliki berbagai macam industry baik sekala


menengah, sedang hingga kecil. Dari berbagai industri tersebut rata-rata industri
dengan skala besar dan menengah sudah memiliki instalasi pengolahan air
limbah, sedangkan untuk industri kecil atau home industri masih banyak dijumpai
yang belum memiliki IPAL.
Keluaran air limbah dari berbagai industri tersebut disalurkan melalui
saluran drainase untuk kemudian dialirkan menuju ke sungai, dan sebagai
akibatnya sering terjadi berbagai kasus pencemaran.

III.1.9 Limbah Medis

Limbah medis dikategorikan menjadi tiga yaitu limbah infeksius, non


infeksius dan bahan beracun berbahaya (B3). Penanganan untuk sampah (limbah
padat) infeksius padat biasanya dilakukan pemusnahan dengan cara dibakar pada

74
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

incinerator yang mampu menghasilkan suhu pembakaran hingga lebih dari


1000°C. Sedangkan untuk limbah padat non infeksius diperlakukan sama dengan
penanganan sampah pada umumnya. Khusus untuk limbah B3 perlu
mendapatkan penanganan secara khusus.

Penanganan untuk limbah cair biasanya rumah sakit memiliki fasilitas


berupa instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Dengan adanya IPAL ini diharapkan
air limbah sudah mendpatkan pengolahan yang baik dan memnuhi standart baku
mutu sehingga layak untuk dibuang.

III.2 PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

Masyarakat di Kabupaten Jombang pada umumnya melakukan


pengolahan air limbah mereka secara konvensional yaitu dengan menggunakan
septic tank, namun tidak sedikit dijumpai pula yang masih memanfaatkan sungai
sebagai tempat untuk BAB (buang air besar).

Menurut hasil survey EHRA menemukan fasilitas BAB di Kabupaten


Jombang yang paling umum adalah jamban siram/ leher angsa yang disalurkan ke
tangki septik. Proporsinya adalah sekitar 83,33% (siram dan non siram). Frekuensi
penggunaan jambang dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Fekuensi penggunaan Sarana Jamban


Jamban Pribadi
No. Kecamatan Jml Jml Leher Septic Septic Tak Dengan
Rumah Angsa Kedap Air Kedap Resapan
1 Jombang 35056 14420 16209 5638 15001
2 Peterongan 17231 8646 5621 333 3324
3 Diwek 26369 2848 1063 1387 2578
Jumlah 78565 25914 22893 7358 20903

Sebagian masyarakat memanfaatkan sewerage system untuk


pembuangan limbah mereka. Prosentase penggunaan sewerage system hanya
2,3% saja, sedangkan masih banyak ditemukan penduduk yang BAB di sungai,
kolam atau parit. Hal ini terjadi mengingat akan ketersediaan lahan yang semakin
sempit, yang dipicu oleh adanya pertambahan jumlah penduduk yang menuntut
adanya pemenuhan kebutuhan akan perumahan dan sarana lainya. Tingkat
75
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

perekonomian penduduk terutama penduduk dengan ekonomi lemah juga


sangat memengaruhi mengingat untuk masyarakat ekonomi lemah tidak mampu
membuat suatu pengolahan sendiri karena tidak adanya dana. Satu hal lagi yang
tidak kalah pentingnya adalah tidak adanya tingkat kesadaran yang tinggi dari
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat terutama dalam hal pembuangan
limbah domestik.

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik saat ini menjadi


kebutuhan yang sangat mendesak guna mengatasi permasalahan tersebut. Untuk
itu Pemerintah Kabupaten Jombang perlu bekerjasama dengan berbagai pihak
berusaha menambah pembuatan Instalasi Pengolahan Air limbah Domestik.

III.2.1 Landasan Hukum/Legal Operasional

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber
Daya Air
 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai
 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 1994 Tentang
Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003 Tentang Metode
Analisa Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku
Mutu Lingkungan Limbah Domestik
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 122 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995
Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

76
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

 Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2000 Tentang


Pengendalian Pencemaran Air di Propinsi Jawa Timur
 Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2000
 Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Tata Cara
Permohonan Izin Pembuangan Limbah Cair ke Sumber-Sumber Air di Propinsi
Jawa Timur.

III.2.2 Aspek Institusional

Organisasi pengelola sektor air limbah (fasilitas sanitasi) di Kabupaten


Jombang adalah Badan Lingkungan Hidup. Badan Lingkungan Hidup mempunyai
tugas pokok melaksanakan kewenangan daerah di bidang pengelolaan
kebersihan sesuai dengan kebijakan Kepala Daerah. Berikut adalah fungsi dari
Badan Lingkungan Hidup :

a) Penyusunan dan perumusan rencana program kegiatan pengendalian,


pengelolaan dalam rangka penetapan kebijakan teknis di bidang lingkungan
hidup;
b) Pelaksanaan koordinasi dalam rangka pencegahan, penanggulangan kerusakan
lingkungan dan pemulihan kerusakan lingkungan;
c) Pelaksanaan kebijakan teknis dibidang lingkungan hidup dan pengendalian
teknis analisa dampak lingkungan;
d) Pengembangan program kelembagaan dan peningkatan kapasitas
pengendalian dampak lingkungan;
e) Pelaksanaan pembinaan teknis bidang pemantauan, pencegahan dan
penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemulihan
kualitas lingkungan;
f) Pengawasan dan pengendalian teknis dibidang pemeliharaan sarana dan
prasarana lingkungan hidup;
g) Pengendalian kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup yan
berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan;
h) Penyelenggaraan bimbingan dan evaluasi dalam rangka peningkatan kinerja
77
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

dibidang lingkungan hidup;


i) Pengelolaan sarana dan prasarana Badan Lingkungan Hidup;
j) Pengelolaan tugas ketatausahaan.
Namun untuk mengefektifkan beroperasinya sistem sanitasi dengan
adanya suatu proyek atau program khusus perlu dibentuk dan dibina unit-unit :
1. Badan Kredit Kecamatan (BKK)
2. Kelompok Pembimbing Sanitasi (KBS)
3. Kelompok Pengarah Sanitasi (KPS)
4. Kelompok Kerja Sanitasi (KKS)

III.2.3 Cakupan Pelayanan

Dinas kesehatan Kabupaten Jombang telah melakukan pemeriksaan


terhadap 77.856 KK di Kabupaten Jombang, dari hasil pemeriksaan diketahui
bahwa 83.33% KK memiliki jamban dan sisanya tidak memiliki. Sebagian besar
penduduknya juga memanfaatkan jamban/septik tank sebagai pengolahan air
limbah domestik di masing-masing rumah tangga, namun demikian pemerintah
bekerjasama dengan pihak lain juga memberikan fasilitas pengolahan air limbah
domestik secara komunal meskipun belum mampu mengatasi seluruh limbah
cair yang dihasilkan oleh penduduk Kabupaten.

III.2.4 Aspek Teknis dan Teknologi

Sanitasi air limbah domestik mencakup saluran pembuangan dan sistem


pengolahan air buangan rumah tangga baik yang berasal dari WC, kamar mandi
maupun dapur.

Terdapat dua sistem pengolahan air limbah domestik yang digunakan


yaitu sistem pengolahan secara individu di masing-masing rumah atau sering
disebut on-site system, dan secara kolektif atau komunal yang sering disebut
dengan off-site system.

Pengolahan secara on-site biasanya dilakukan dengan membuat septic


tank dan sumur resapan. Septic tank biasanya digunakan untuk mengolah limbah
tinja yang kemudian disalurkan menuju ke bak atau sumur resapan, sedangkan
78
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

untuk limbah yang berasal dari kamar mandi, kegiatan mencuci dan dapur
langsung diresapkan ke dalam sumur resapan.

Pengolahan secara komunal atau off site dimaksudkan adalah pengolahan


dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dimana dibutuhkan
saluran khusus yang membawa air limbah dari rumah-rumah menuju IPAL.

III.2.4.1 Kondisi Pengolahan Limbah Domestik On-site System di Kabupaten


Jombang
Pengolahan air limbah domestik dengan On-site System banyak
dijumpai di Kabupaten Jombang. Adapun teknologi atau pengolahan yang
dipakai pada On-site system ini adalah jamban yang biasanya dibangun di
masing-masing rumah atau di tempat-tempat tertentu dan dipakai secara
bersama atau kolektif untuk beberapa rumah tangga.

Penyediaan jamban ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor


diantaranya faktor ekonomi dan ketersediaan lahan.

Tingkat ekonomi penduduk sedang dan tinggi mampu untuk


membuat toilet yang memenuhi syarat di rumah masing-masing,
sedangkan untuk masyarakat dengan penghasilan sedikit/rendah biasanya
tidak bisa membuat jamban sendiri tetapi mereka mendapatkan fasilitas
berupa jamban secara kolektif. Pada kenyataannya sampai saat ini masih
sering dijumpai masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di bantaran
sungai memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi dan buang air besar.

Ketersediaan lahan juga merupakan faktor yang penting dalam


penyediaan jamban. Untuk lokasi yang padat penduduknya dan tidak
mempunyai lahan yang cukup untuk membuat jamban biasanya dibuatkan
jamban bersama.

Berikut adalah jenis jamban yang umumnya dipakai oleh masyarakat


di Kabupaten Jombang:

1. Cubluk (toilet cemplung)

79
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Cubluk/toilet cemplung atau sistem sederhana ini


menampung/menerima kotoran dalam lubang galian tanah di bawah
toilet. Penguraian dari kotoran manusia menghasilkan gas-gas (karbon
dioksida dan metana) dan mengurangi volume lumpur. Mengalirnya air
ke dalam tanah di sekitarnya terjadi melalui tepian lubang dan dasar
galian. Dampak dari sistem jamban ini adalah kotoran manusia akan
meresap atau merembes langsung ke dalam tanah sehingga bisa
mencemari air tanah. (UNEP, 2001).

2. Plengsengan
Jamban plengsengan biasanya dibuat di daerah bantaran sungai. (Dinas
Kesehatan Kabupaten Jombang, 2005). Manusia membuang kotoran
langsung ke sungai tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dampak
yang ditimbulkan adalah tercemarnya air sungai oleh bakteri yang
berasal dari kotoran manusia.

3. Leher Angsa Tanpa Sarana Tangki Septik


Jamban jenis ini mempunyai penyekat air yang berfungsi untuk
mencegah bau dan masuknya serangga. Tinja dalam toilet diguyur
dengan menyiramkan 2 sampai 3 liter air. Campuran air dan tinja
tersebut masuk ke dalam lubang dengan cara yang sama dengan toilet
cemplung. Proses penguraian tinja di dalam lubang juga sama. Semakin
banyak air yang menyusup ke tanah di sekeliling lubang galian maka
semakin besar potensi untuk mencemari air tanah.

4. Leher Angsa dengan Sarana Tangki Septik


Pada jenis ini kotoran manusia tidak langsung dibuang atau masuk ke
dalam tanah, tetapi melalu pengolahan yang disebut dengan tangki
septik. Tangki septik adalah tangki kedap air, biasanya berada di bawah
tanah dan menerima buangan limbah kotoran manusia dan air limbah
dari rumah tangga. Setelah tinja diuraikan atau mengalami pengolahan
dalam tangki septik kemudian dialirkan menuju ke tangki resapan.
80
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Pada tangki resapan ini kandungan pencemar dari tinja maupun air
limbah rumah tangga sudah berkurang sehingga aman untuk dibuang
atau diresapkan ke dalam tanah.

III.2.4.2 Kondisi Pengolahan Limbah Domestik Off-site System di Kabupaten


Jombang
Pengolahan air limbah domestik di Kabupaten Jombang selain
memakai on-site system juga memakai off-site system atau sering disebut
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik.

Kondisi IPAL domestik yang ada saat ini sebagian masih berfungsi
dengan baik dan sebagian lagi tidak. Beberapa faktor yang mengakibatkan
IPAL domestik menjadi kurang berfungsi atau bahkan tidak berfungsi sama
sekali adalah kapasitas air limbah yang masuk ke dalam IPAL sudah tidak
sesuai dengan desain perencanaan, rusaknya bangunan IPAL serta
kurangnya perawatan.

Beberapa IPAL yang masih berfungsi dengan baik hingga saat ini
adalah: IPAL PG. Tjoekir; IPAL PG. Jombang Baru; IPAL Cheil Jedang
Indonesia; IPAL PT. Kimia Farma; IPAL di tujuh rumah sakit dan IPAL di TPA
Banjardowo.

1. IPAL PG. Tjoekir dan PG. Jombang Baru

Dari hasil pemantauan kualitas lingkungan yang dilakukan secara


rutin setiap bulan pada saat musim giling, hasil analisa menunjukkan
semua parameter memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kinerja IPAL telah berfungsi secara optimal.
Meskipun adakalanya muncul kendala, diantaranya pada saat musim
kemarau warna air buangan masih terlihat kehitam-hitaman yang
disebabkan karena akumulasi pengendapan debu sisa pembakaran yang
terbawa air buangan, namun melalui koordinasi yang terjalin dengan
baik persoalan yang muncul dapat segera teratasi.

81
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

2. IPAL PT. Cheil Jedang Indonesia (Produsen IMP/Inosine


Monophosphate)

Dari hasil pemantauan kualitas lingkungan yang dilakukan secara


rutin setiap bulan, hasil analisa menunjukkan semua parameter
memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kinerja IPAL telah berfungsi secara optimal. Hal ini juga ditunjang
dengan komitmen perusahaan yang cuku ptinggi terhadap pengelolaan
lingkungan sehingga hasil yang dicapai dapat memenuhi target yang
ditetapkan.

3. IPAL PT. Kimia Farma

Dari hasil pemantauan kualitas lingkungan yang dilakukan secara


rutin setiap bulan, hasil analisa menunjukkan semua parameter
memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kinerja IPAL telah berfungsi secara optimal. Terlebih bahwa PT>
Kimia Farma merupakan perusahaan terbuka dan menjadi peserta
Proper sehingga dituntut untuk senantiasa meningkatkan kinerja dalam
pengelolaan lingkungan.

4. IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) di Desa Banjardowo

Selain IPAL, di Kabupaten Jombang juga dibangun Instalasi


Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berlokasi di TPA Banjardowo. IPLT
ini berfungsi untuk mengolah lumpur tinja hasil dari penyedotan tinja
dari rumah-rumah penduduk di seluruh Kabupaten Jombang.
Pengolahan yang dipakai pada IPLT ini menggunakan pengolahan secara
hayati dan fisikawi. Skema operasional pengolahan lindi di TPA
Banjardowo dapat dilihat pada Gambar11.

Pemerintah Kabupaten Jombang telah melakukan


kerjasama dengan pihak-pihak swasta dalam pengadaan dan
penyedotan guna menangani lumpur tersebut.

82
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

 Untuk pelayanan penyedotan lumpur tinja, Dinas PU Ciptakarya Tata


Ruang Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Jombang juga
melakukan kerjasama dengan pihak swasta dengan menyediakan
truk tinja. Untuk pengelolaan lumpur tinja dilakukan dengan cara
disedot dengan memakai mobil tinja milik Dinas PU Ciptakarya
Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan dan hasil sedotan
dibuang ke IPLT Banjardowo.
 IPLT Banjardowo belum berfungsi secara maksimal. Hal ini
disebabkan karena kekurangan pasokan lumpur tinja.
 IPLT terdiri dari beberapa bangunan dengan fungsi yang berbeda-
beda. Pada bak sedimentasi awal ini menampung limbah dai tangki
tinja dan memisahkan air dari lumpur. Dari bak sedimentasi awal ini
kemudian dialirkan menuju bak pasteurisasi. Pada bak ini terjadi
pengurangan bakteri pathogen yang tekandung dalam lumpur
karena adanya pemanasan dari kompor pemanas. Dari bak
pasteurisasi lumpur dikentalkan dalam bak pengentalan, sedangkan
untuk cairannya atau supernatan dimasukkan ke dalam bak aerasi
untuk mendapatkan tambahan oksigen bagi mikooganisme pengurai
senyawa organik. Untuk lumpur yang sudah mengalami proses
pengentalan kemudian disalurkan menuju bak pengering lumpur.

83
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Gambar 11. Skema Operasional Pengolahan Lindi di TPA


Banjardowo

Zona Bak Kontrol Lindi


Pengolahan Jaringan pipa pemasukan
air lindi ke kolam
Sampah pengolah lindi (model
grafitasi)

Kolam Lindi

Pipa aerator

Mesin pompa
Pengolah
Lindi

Bak
kontrol
lindi
Salura
n

Jaringan pipa
pembuangan
lindi

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang, 2008

Prinsip pengolahan air lindi di TPA Jombang adalah dengan


mengalirkan lindi dari bak kontrol ke kolam pengolah lindi dengan
sistem gravitasi. Adapun metode pengolahan dalam kolam lindi adalah
dengan memompakan lindi ke dalam sistem spray aerator, hal ini
dimaksudkan untuk menambahkan suplay oksigen dalam lindi sehingga
mikroorganisme/bakteri pengurai dapat berfungsi dengan baik untuk
mendegradasi air lindi. Sehingga menghasilkan outlet dengan kualitas
air buangan lindi yang baik / memenuhi baku mutu.
Kesimpulan hasil analisa inlet / oulet Kolam Pengolah lindi TPA
Jombang adalah adanya pengurangan kadar cemaran pada setiap

84
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

parameter yang dianalisa. Sehingga metode suplai oksigen melalui


aerator spray, relatif efektif dalam mendegradasi air lindi. Hasil uji
laboratorium lingkungan DLHK dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel.19 Hasil Uji Laboratorium Lingkungan DLHK
Hasil Analisa
No. Parameter Satuan
Inlet Outlet
1. pH - 2.95 5.8
2. Temperatur 0C 38 35
3. BOD5 mg/l 2506 906
4. COD mg/l 2834 1226
5. TSS mg/l 1765 541
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang 2010

Jumlah timbulan lumpur tinja dapat dihitung dengan pendekatan


formulasi atau asumsi bahwa lumpur tinja yang dihasilkan adalah 30
liter/jiwa/tahun (0,03 m3/jiwa/tahun). Tabel berikut ini merupakan
produksi lumpur tinja di Kabupaten Jombang tahun 2009.

Tabel 20. Produksi Lumpur Tinja Kabupaten Jombang Tahun 2009


No. Kecamatan Jumlah Produksi Lumpur
Penduduk Tinja (m3/tahun)
1. Jombang 125.117 3753,51
2. Diwek 93.464 2803,92
3. Peterongan 58.243 1747,29
Jumlah 276.824 8304,72
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2009

III.2.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair

Secara umum penanganan limbah cair di Kabupaten Jombang relatif baik.


Masyarakat tidak mempermasalahkan mengenai perbedaan gender, hanya saja
untuk laki-laki dan perempuan menempati porsi masing-masing yang sesuai
dengan kemampuan masing-masing.

Penanganan limbah cair di masing-masing rumah melibatkan laki-laki dan


perempuan, biasanya laki-laki lebih banyak pada penangan saluran air di luar
rumah dan septic tank sedangkan perempuan lebih banyak pada sumber dari
limbah cair terutama untuk air limbah yang berasal dari cucian, mandi dan

85
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

memasak. Demikian pula untuk penangan limbah cair secara komunal. Dalam
penanganan limbah cair secara komunal dilakukan secara bersama-sama oleh
masyarakat pengguna. Biasanya pihak laki-laki akan lebih bertanggung jawab
terhadap pemeliharaan sistim pengolahan pada IPAL sedangkan untuk pihak
perempuan lebih kepada sumber limbahnya terutama untuk grey water (air
limbah cucian, mandi dan memasak).

Peran yang tidak kalah pentingnya bagi kedua belah pihak baik laki-laki
dan perempuan adalah kedua-duanya harus dilibatkan dalam penentuan
beberapa hal yang terkait dalam pengolahan limbah cair terutama untuk
pengolahan dengan sistim komunal, seperti untuk urusan pendanaan, penentuan
teknologi, lokasi dan lain-lain.

III.2.6 Permasalahan

Permasalahan yang saat ini timbul dalam usaha menangani masalah


limbah cair rumah tangga adalah belum adanya kesadaran yang tinggi dari
masyarakat dan pemerintah untuk lebih serius melihat dampak negatif dari
adanya limbah cair yang dibuang tanpa melalui proses pengolahan. Dampak yang
terjadi adalah adanya pencemaran baik terhadap air tanah, tanah maupun
sungai.

Permasalahan dalam pengelolaan limbah meliputi beberapa aspek yaitu


aspek kelembagaan, aspek perundangan dan aspek peran serta masyarakat dan
swasta. Dari ketiga aspek tersebut terdapat berbagai masalah yang harus
menjadi perhatian.

Permasalahan dalam aspek kelembagaan lebih banyak pada masalah


dimana sumber daya manusia baik di pemerintahan maupun masyarakat banyak
yang masih belum paham terhadap kondisi lingkungan yang berkaitan dengan
limbah domestic.

Pada aspek Perundangan masalah yang sering timbul adalah adanya


materi tentang pengolahan air limbah domestic yang belum diatur, serta
penerapan sanksi terhadap siapapun yang melanggar peraturan.

86
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Aspek peran serta masyarakat dan swasta dalam hal pengolahan air
limbah hingga saat ini masih dirasakan kurang, hal ini terbukti dari kurangnya
respon masyarakat maupun swasta terhadap penyuluhan-penyuluhan mengenai
sanitasi. Walaupun ada respon masyarakat yang baik terkait dengan masalah
pembuatan sarana sanitasi dilingkungannya masih ada kendala-kendala yang
ditemui seperti tidak adanya lahan untuk dibangun sarana sanitasi.

Bagi sebagian masyarakat urban yang tinggal disepanjang bantaran sungai


mereka lebih banyak membuang limbah cair rumah tangga mereka ke sungai hal
ini dipicu oleh adanya permasalahan ekonomi maupun tidak tersedianya lahan.

Bagi sebagian penduduk Kabupaten Jombang yang memiliki tingkat


perekonomian yang baik, mereka mampu untuk membuat sebuah pengolahan
berupa tangki septik yang memenuhi syarat, namun bagi penduduk yang
memiliki pendapatan rendah, terutama untuk daerah kawasan kumuh, mereka
tidak mampu untuk membuat septik tank secara mandiri.

Ketersediaan lahan yang sangat minim terutama untuk daerah urban juga
menjadi permasalahan yang cukup berat dalam usaha menangani masalah
limbah cair rumah tangga.

Sebagian besar masyarakat Kabupaten Jombang menggunakan septic


tank untuk mengolah air limbah rumah tangga namun ternyata septic tank yang
dibuat tidak memenuhi syarat sehingga terjadi pencemaran tanah maupun air
tanah.

Keterlibatan swasta saat ini masih terbatas pada kegiatan penyedot WC,
namun karena minimnya perusahaan swasta ini maka IPLT yang berada di Desa
Banjardowo penggunaannya masih belum maksimal sehingga kinerja dari IPLT
masih belum efisien.

Permasalahan lain yang dihadapi dalam usaha menangani limbah air


adalah tidak adanya saluran yang memadai dan keterbatasan inovasi teknologi
yang tepat untuk penanganan limbah cair terutama oleh adanya bau.

87
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

III.3 PENGELOLAAN PERSAMPAHAN (LIMBAH PADAT)


Pengelolaan sampah di Kabupaten Jombang merupakan permasalahan yang
akan terus menerus dihadapi baik oleh pemerintah Kabupaten maupun
masyarakatnya sendiri. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk tidak akan
terlepas dari bertambahnya jumlah volume sampah. Sementara tempat
pembuangan akhir sampah semakin hari semakin penuh. Volume sampah yang
masuk ke TPA Banjardowo Kabupaten Jombang dapat dilihat pada Tabel 21.

Gambaran sistem pengolahan persampahan Kabupaten Jombang ditinjau


dari komposisi dan timbulan sampah, dimana sampah yang dihasilkan
dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Sampah organik
Sampah organik dapat dikelompokkan atas sampah organik mudah
membusuk dan sampah organik tidak membusuk/mudah terbakar. Yang
termasuk dampah organik mudah membusuk adalah sampah sisa dapur, sisa
makanan, sampah sisa sayur, dan kulit buah-buahan. Sedangkan sampah
organik yang tidak membusuk/ mudah terbakar adalah kertas, kain karet,
tektile,kayu dan kulit.
b. Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat terdekomposisi. Jenis
sampah anorganik adalah logam, besi, kaca, tembikar, plastik dan debu.

88
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Tabel 21. Perhitungan Volume Sampah Yang Masuk ke TPA Banjardowo Kabupaten Jombang
Sampah Sampah Perhitungan
Sampah Sampah Per Pemadatan Reduksi
Jumlah Pelaya Setelah Setelah Berdasar Komul
No. Tahun n Po Per Hari Tahun Pengangkutan di TPA
Penduduk nan (%) Reduksi Pemadatan Rumus dg atif
(m^3/hari) (m^3/tahun) (2,67) (%)
(m^3/tahun (m^3/tahun (T=10m) ha
1 2010 3 1,174,059 1,179,880 13 383.46 139,963.29 69,981.64 5 66,482.56 22,160.85 0.17 0.17
2 2011 4 1,174,059 1,181,827 25 738.64 269,604.28 134,802.14 8 124,691.98 41,563.99 0.32 0.49
3 2012 5 1,174,059 118,377 35 1035.80 378,068.78 189,034.39 10 170,130.95 56,710.32 0.44 0.93
4 2013 6 1,174,059 1,185,730 40 1185.73 432,791.54 216,395.77 15 183,936.40 61,312.13 0.47 1.4
5 2014 7 1,174,059 1,187,687 50 1484.61 541,882.05 270,941.03 20 216,752.82 72,250.94 0.56 1.96
6 2015 8 1,174,059 1,189,646 50 1487.06 542,776.16 271,388.08 20 217,110.46 72,370.15 0.56 2.52
7 2016 9 1,174,059 1,191,609 55 1638.46 598,038.91 299,019.46 20 239,215.56 79,738.52 0.62 3.13
8 2017 10 1,174,059 1,193,575 60 1790.36 653,482.56 326,741.28 20 261,393.02 87,131.01 0.67 3.81
9 2018 11 1,174,059 1,195,545 75 2241.65 818,201.00 409,100.50 20 327,280.40 109,093.47 0.84 4.65
10 2019 12 1,174,059 1,197,517 80 2395.03 874,187.77 437,093.89 20 349,675.11 116,558.37 0.9 5.55
11 2020 13 1,174,059 1,199,493 80 2398.99 875,630.18 437,815.09 20 350,252.07 116,750.69 0.9 6.45
12 2021 14 1,174,059 1,201,473 80 2402.95 877,074.97 438,537.48 20 350,829.99 116,943.33 0.9 7.35
13 2022 15 1,174,059 1,203,455 80 2406.91 878,522.14 439,261.07 20 351,408.86 117,136.29 0.9 8.26
14 2023 16 1,174,059 1,205,441 80 2410.88 879,971.71 439,985.85 20 351,988.68 117,329.56 0.91 9.16
15 2024 17 1,174,059 1,207,430 80 2414.86 881,423.66 440,711.83 20 352,569.46 117,523.15 0.91 10.07
Sumber : Dinas PU Ciptakarya Tata Ruang kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Jombang 2010

89
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

III.3.1 Landasan Hukum/Legal Operasional


Kriteria yang akan digunakan untuk pekerjaan Perencanaan Teknis TPA
Kabupaten Jombang ini disusun berdasarkan beberapa literature dan
keputusan sebagai berikut :
a. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
b. Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya, Nomor ; 07/KPTS/CK/1999
tentang Petunjuk Teknis perencanaan, pembangunan dan pengelolaan
bidang ke-PLP an perkotaan dan pedesaan
c. SK. SNI S-04-1991-03, tentang metode pengambilan dan pengukuran
contoh timbulan sampah
d. SK. SNI T-13-1990-F, tentang Tata cara pengelolaan teknik sampah
perkotaan
e. SK. SNI S-04-1991-03, tentang Tata cara pemilihan lokasi Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah
f. SK. SNI S-04-1991-03, tentang Tata Cara pengelolaan sampah di
permukiman
g. SK. SNI S-04-1991-03, tentang Spesifikasi timbulan sampah kota kecil dan
sedang di Indonesia
h. Metoda pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi
sampah perkotaan (SK SNI M-36-1991-03)
i. Tata cara pengelolaan teknik sampah perkotaan (SK. SNI T-13-1990-F)
j. Tata cara pemilihan lokasi TPA sampah (SNI 03-3241-1994)
k. Tata cara pengelolaan sampah di permukiman (SNI 03-3242-1994)
l. Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang di Indonesia
(SK SNI S-04-1991-03)

III.3.2 Aspek Institusional

Unsur pelaksana Pemerintah Daerah di Kabupaten Jombang dalam


bidang kebersihan sampah dan pertamanan dilakukan oleh Dinas PU Ciptakarya
Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan. Dinas PU Ciptakarya Tata Ruang

90
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas pokok melaksanakan


kewenangan Daerah di bidang pengelolaan kebersihan sesuai dengan kebijakan
Kepala Daerah. Berikut adalah fungsi dari Dinas PU Ciptakarya Tata Ruang
Kebersihan dan Pertamanan dan Badan Lingkungan Hidup :

a) Penyusunan dan perumusan rencana program dan kegiatan dalam rangka


penetapan kebijakan teknis dibidang ciptakarya, tata ruang, kebersihan dan
pertamanan;
b) Pelaksanaan kebijakan teknis dibidang ciptakarya, tata ruang, kebersihan da
pertamanan;
c) Perencanaan teknis, pelaksanaan, pemeliharaan, rehabilitasi, sarana dan
prasarana dan perawatan serta penyiapan peralatan dan perbekalan
dibidang ciptakarya, tata ruang, kebersihan dan pertamanan;
d) Penyelenggaraan pembinaan, pembangunan dan penyuluhan dibidang
ciptakarya, tata ruang, kebersihan dan pertamanan;
e) Pengawasan dan pengendalian teknis dibidang ciptakarya, tata ruang ,
kebersihan dan pertamanan;
f) Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan dan evaluasi untuk peningkatan
kinerja dibidang ciptakarya, tata ruang, kebersihan dan pertamanan;
g) Pengelolaan tugas kesekretariatan.

III.3.3 Cakupan Pelayanan

Cakupan area pelayanan persampahan di Kabupaten Jombang


menunjukkan trend naik dengan pergeseran yang relatif kecil sampai dengan
tahun 2005 kemudian melonjak pada tahun 2006 – 2007. Sepanjang tahun 2000
– 2007 telah terjadi penambahan area cakupan layanan persampahan sebesar
1,27 ha yaitu naik dari 1,529 ha menjadi 2,800 ha atau bertambah sebesar
83,13% dalam waktu 8 tahun. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12.

91
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Gambar 12. Tingkat Perkembangan Pelayanan Persampahan di Kabupaten


Jombang dari Tahun 2000 – Tahun 2007

Perkembangan Cakupan Pelayanan Persampahan


3

2.5

2
ha

1.5

0.5
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Cakupan Pelayanan 1.529 1.534 1.537 1.549 1.549 1.587 2.8 2.8

Sumber: RPIJM Kabupaten Jombang Tahun 2010.

Trend yang kurang lebih sama juga ditunjukkan oleh volume sampah,
baik sampah basah maupun kering yang mengalami trend naik sampai dengan
tahun 2005 kemudian turun pada tahun 2006 dan naik lagi pada tahun 2007.
Selama periode ini baik jumlah sampah basah maupun kering mengalami
penurunan masing-masing 1,33%. Untuk lebih jelasnya trend volume sampah
dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Perkembangan Volume Sampah di Kabupaten Jombang dari
Tahun 2000 – Tahun 2007

Perkembangan Volume Sampah

400

300
m3/hari

200

100

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sampah Kering 113.1 113.7 114.6 118.05 118.08 119 89.016 111.6
Sampah Basah 263.9 265.3 267.4 273.95 274.65 276.5 207.7 260.4
Sumber: RPIJM Kabupaten Jombang Tahun 2010.

92
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Tidak berbeda dengan trend fasilitas persampahan yang naik turun


tenaga pengambilan sampah menujukkan trend naik sampai dengan tahun 2003
kemudian turun pada 2004 – 2005 kemudian naik lagi pada tahun 2006 – 2007,
namun dengan pergeseran yang tidak terlalu besar. Jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 14.
Gambar 14. Pekerja Fasilitas Persampahan di Kabupaten Jombang dari Tahun
2000 – Tahun 2009

Tenaga Pengambilan Sampah


350

300

250

200
orang

150

100

50

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Jml Tenaga 225 227 227 259 255 255 300 325

Sumber : Dinas PU Ciptakarya Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan

Pengelolaan sampah di Kabupaten Jombang sangat baik, kondisi ini


dapat dibuktikan dengan dianugerahkannya penghargaan Adipura khususnya
bidang persampahan di Kabupaten Jombang, selain daripada itu dijadikannya
sistem pengelolaan persampahan yang ada saat ini sebagai pilot project bagi
Kabupaten/Kota lainnya. Target yang dicanangkan tidaklah muluk-muluk tetapi
cukup sukses dalam pelaksanaannya, target tersebut antara lain :
 Pengurangan sampah semaksimal mungkin yang dimulai dari sumbernya;
 Peningkatan peran aktif masyarakat dan usaha/swasta sebagai mitra
pengelolaan;
 Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan setiap
periode.

93
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Sedangkan untuk sasaran yang ingin terus dicapai dan ditingkatkan


adalah :
 Peningkatan cakupan pelayanan sehingga dapat mencapai 60% - 75%;
 Pengurangan kuatintas sampah menjadi sebesar 20% - 10%;
 Tercapainya kualitas pengelolaan TPA menjadi controlled landfill serta
menghindari pengoperasian TPA secara open dumping.
III.3.4 Aspek Teknis dan Operasional
Jumlah sampah yang dihasilkan Kabupaten Jombang tahun 2008
diprakirakan kurang lebih adalah 424 m3/hari, dengan komposisi 70,98 %
Sampah Organik dan 29,02 % Sampah Non Organik. Wilayah pelayanan oleh
Subdin Kebersihan dan Pertamanan Kota Jombang adalah 17 desa dari 20 desa
di Kecamatan Jombang dan 4 desa ibukota kecamatan yakni ibukota kecamatan
Ploso, Mojoagung, Ngoro dan Peterongan. Gambaran sumber penghasil sampah
dan jumlah sampah yang dapat dilayani atau masuk ke lokasi TPA dapat dilihat
pada Tabel 22.
Tabel 22. Jumlah timbulan sampah dan yang terangkut ke TPA
Sampah
Jumlah Timbulan
No. Lokasi terangkut
Lokasi (m3/hari)
(m3/hari)
1 Perumahan 17 kel/Ds 291,90 261,90
2 Sarana Kota :
a. Jalan arteri dan kolektor 44 ruas 25,50 25,50
b. Pasar 4 32,00 32,00
c. Pertokoan 7 15,00 15,00
d. Kantor 55 7,35 7,35
e. Sekolah 1 Kec. 12,25 12,25
f. Terminal 1 7,00 7,00
h. Stasiun KA 1 4,00 4,00
i. Rumah sakit 6 8,25 8,25
j. Taman kota 20 5,00 5,00
k. Hutan kota 4 2,75 2,75
3 Perairan terbuka 7 1,00 1,00
4 Lokasi lainnya :
- industri 6 12,00 12,00
Total 424,00 394,00

94
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

III.3.4.1 Sistim Pengumpulan Sampah di Kabupaten Jombang


Pengembangan pelayanan persampahan di Kabupaten Jombang perlu
dianalisis guna mengetahui jumlah produksi sampah yang dihasilkan oleh
Kabupaten Jombang setiap harinya. Pola pembuangan sampah yang ada di
Kabupaten Jombang dilaksanakan dengan sistem individual dan komunal
yang sudah dilayani oleh sistem pengelolaan sampah umum, mulai dari
pengumpulan, hingga pembuangan akhir, yang dikelola oleh Dinas PU
Ciptakarya Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan. Penanganan sampah
sampai saat ini di Kabupaten Jombang masih terdapat dua cara.

Cara yang pertama, yaitu cara konvensional, dimana sampah


ditangani dengan cara dibakar atau ditimbun yang mana hal tersebut masih
banyak dilakukan oleh warga yang belum terlayani oleh petugas kebersihan
yang terdapat di Kabupaten Jombang. Namun untuk masa-masa mendatang
cara-cara yang masih konvensional tersebut perlu dirubah, hal ini mengingat
jumlah produksi sampah yang semakin lama semakin meningkat volumenya
seiring dengan tingkat perkembangan penduduk yang terjadi di Kabupaten
Jombang. Untuk itu perlu adanya suatu organisasi serta partisipasi
masyarakat atau badan-badan pemerintah yang khusus menangani masalah
persampahan.

Cara yang kedua, yaitu pengelolaan sampah secara terorganisasi,


dimana penanganan sampah yang berasal dari sumber-sumber sampah
seperti rumah tangga, perdagangan, perkantoran, dan lain sebagainya mulai
dari pengumpulan, hingga pembuangan akhir dikelola oleh Dinas PU
Ciptakarya Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Jombang.
Sampah-sampah tersebut kemudian dikumpulkan pada tong-tong atau bak-
bak sampah untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan sampah
sementara (TPS) dengan gerobak yang pada akhirnya akan dibuang di tempat
pemrosesan akhir sampah (TPA).

95
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Pada dasarnya desain suatu lahan urug mengacu pada titik control
yang dilaksanakan pada rencana pengoperasiannya. Pengontrolan bagian
atas meliputi usaha agar emisi cemaran udara dan ionfiltrasi air dapat
dibatasi, sedang pengontrolan bagian dinding dan dasar diarahkan untuk
memaksimalkan pengumpulan lindi dan membatasi transport cemaran
(terutama lindi) ke dalam tanah. Sejumlah upaya yang dilakukan untuk hal
tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a. Pengurangan masuknya air eksternal pada area penimbunan dengan
menerapkan system drainase lahan efektif dan tanah penutup final
b. Pengintegrasian antara tanah penutup final (final cover), dengan tanah
penutup harian (daily coner).
c. Pengendalian erosi permukaan dengan system drainase sekitar lahan
efektif
d. Pencegahan/meminimisasi pencemaran air tanah dengan lapisan dasar
(liner) terintegrasi
e. Pengumpulan dan pengolahan lindi
f. Pengontrolan emisi gas dengan pearlengkapan penangkap gas
g. Pencegahan bau, kebakaran dan ledakan dengan pengadaan ventilasi
dan tutupan (cover) dan area hijau.
Pada dasarnya, tanah mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi
dan mendegradasi pencemar, namun dengan adanya sistem pengumpul
lindi dan pelapis dasar akan meminimisasi pencemaran air tanah yang akan
terjadi. Para ahli persampahan menyarankan agar dasar TPA sampah di
Indonesia dilapisi 2 x 0.25 meter tanah yang relatip kedap dan dipadatkan
sampai densitas proctor 90 - 95%. Selain itu, disarankan pula agar
kemiringan dasar TPA mengarah ke titik tertentu yang merupakan tempat
pengumpulan lindi untuk ditangani lebih lanjut. Guna memperlancar serta
menjaga agar pelapis dasar tersebut tidak rusak, maka diperlukan penutup
kerikil 20 – 30 cm.

96
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Sumber terbesar dari terbentuknya lindi (leachate) adalah infiltrasi


air melalui bagian atas lahan urug, baik melalui presipitasi langsung maupun
melalui limpasan masuk (run on). Oleh sebab itu, aplikasi penutup akhir akan
berperan penting. Rancangan penutup akhir, hendaknya
mempertimbangkan aspek kesehatan, keselamatan, estetika, permeabilitas,
kekuatan dan pemanfaatan lahan setelah ditutup kelak. Penutup akhir ini
diharapkan tetap berfungsi walaupun prasarana ini sudah tidak digunakan,
yang mungkin membutuhkan waktu lebih dari 30 tahun. Untuk memenuhi
kebutuhan akan lahan penutup, dapat diupayakan dari tanah setempat.
Tanah penutup diperlukan pada waktu selesainya kegiatan pemadatan
sampah harian yang disebut tanah penutup harian atau penutup saat
penyelesaian 1 lapisan sel serta pada saat lahan selesai dipergunakan yaitu
disebut tanah penutup akhir. Kriteria desain tanah penutup adalah :
a. Tinggi tanah penutup harian setelah dipadatkan = 30 cm
b. Tinggi tanah penutup akhir setelah dipadatkan = 50 cm
c. Faktor pemadatan tanah = 0.75 cm
Untuk lokasi pembuangan akhir sampah (TPA) saat ini di Kabupaten
terletak di Dusun Gedang Keret, Desa Banjar Dowo, Kecamatan
Jombang dengan luas total lahan 8,78 Ha. Luas lahan yang sudah terpakai
adalah 4,40 Ha dan yang belum terpakai adalah 4,48 Ha dengan status
lahan adalah milik Pemerintah Kabupaten Jombang. Jarak permukiman
dengan TPA adalah 1 km.
Secara fisik lokasi TPA terletak di dataran paling tinggi yang ada di
wilayah Kabupaten Jombang. Daerah ini tandus, saat musim kemarau sumber
air akan mengering. Untuk memenuhi kebutuhan air untuk operasional TPA
menggunakan air PDAM. Digunakan untuk mencuci kendaraan, proses
pengolahan air limbah maupun untuk kebutuhan MCK semua menggunakan
air PDAM.

97
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Sistem pemrosesan akhir sampah yang dioperasikan sejak tahun 1993


dilakukan secara Controll landfill dengan fasilitas 2 unit alat berat berupa
wheel loader. Ada sistem pengolahan lindi tapi belum digunakan secara
maksimal. Air hasil pengolahan lindi langsung dibuang ke saluran drainase,
tetapi karena pengolahan lindi belum berjalan maksimal maka lindi yang
diolah juga sangat sedikit. Proses penutupan sel sampah dilakukan setiap
satu bulan sekali dan pengambilan tanah urug menggunakan tanah TPA dan
lahan di sekitarnya. Tinggi timbunan maksimal penumpukan sampah adalah
2-3 meter. Sampah yang masuk ke TPA tiap hari adalah 395 m3/hari.
Pengelolaan TPA berada di bawah tanggung jawab Dinas PU Ciptakarya Tata
Ruang Kebersihan dan Pertamanan, bidang seksi pengelolaan kebersihan.
Gambaran kondisi TPA Kabupaten Jombang dapat dilihat pada Gambar di
bawah.
Gambar 15. Tumpukan Sampah

98
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Gambar 16. Kolam Pengolahan Lindi

Gambar 17. Lokasi TPA yang sudah tidak terpakai

Rencana perluasan TPA dengan menambah lahan untuk TPA dan


lokasinya berada di sekitar lahan yang ada sekarang dan perencanaan ini
menggunakan lahan 1,3 hektar jadi luas lahan total nantinya adalah 10
hektar. Dan perluasan 1,3 hektar itu harus mencakup semua operasional TPA
Kabupaten Jombang. Lokasi perluasan TPA berada di Dusun Kedung Keret
Desa Banjar Dowo, Kecamatan Jombang atau tetap pada wilayah administrasi
yang sama.

99
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Standar pelayanan kebutuhan untuk prasarana sampah di Kabupaten


Jombang terdiri atas beberapa macam prasarana pendukung, diantaranya
yaitu:
1. Wheel Loader : 2 unit
2. Gerobak sampah : 148 buah dengan kapasitas 1 m3
3. Mini truck (kijang) : 2 buah dengan kapasitas 1,5 m3
4. Dump truck besar : 8 buah dengan kapasitas 8 m3
5. Dump truck kecil : 1 buah dengan kapasitas 6 m3
6. Arm roll besar : 8 buah dengan kapasitas 6 m3
7. Sepeda Motor Gerobak : 11 buah dengan kapasitas 1,5 m3
Berdasarkan standar yang ada bahwa setiap jiwa menghasilkan 2,16
liter/jiwa/hari atau 0,00216 m3, maka pada tahun 2007 dengan jumlah
penduduk 1.168.097 jiwa untuk sampah yang dihasilkan sebesar 2.523 m 3 .
Sedangkan untuk sampah yang dihasilkan sampai dengan tahun 2027 dengan
jumlah penduduk hasil proyeksi adalah 1.735.731 jiwa adalah 3.749 m3.
Hasil perhitungan diatas menunjukkan peningkatan volume sampah
total dari tahun 2007 sebesar + 2.523 m3/jiwa/hari menjadi + 3.749
m3/jiwa/hari pada tahun 2027 atau meningkat sebesar + 1.226 m3/jiwa/hari.
Untuk itu perlu ada kesiapan rencana strategis, antara lain :

1. Penambahan sarana persampahan seperti gerobak sampah, arm roll


truck, dump truck, alat pengangkut lain seperti pick up, buldozer dan skid
roader sebagai alat dalam pengelolaan sampah controlled land fill,
kontainer, dan unit daur ulang produksi kompos.
2. Untuk pengelolaan sampah, sistem yang digunakan adalah controlled land
fill.
3. Pengelolaan sampah dengan sistem composting.
Sarana pengangkutan sampah dari TPS ke TPA adalah menggunakan
dump truck berkapasitas 8 m3, truck arm roll besar berkapasitas 7 m3.
Sedangkan dari tempat sampah menuju ke TPS berupa gerobak.

100
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Karakteristik jenis kendaraan angkut yang digunakan dalam sistem


pengelolaan sampah di Kabupaten Jombang, adalah sebagai berikut:
 Dump Truk, yaitu truk pengangkut sampah yang dilengkapi dengan
penutup kontainer.
 Arm Roll pakai kontainer, yaitu truk pengangkut sampah yang dilengkapi
dengan mesin pengangkat konatiner.
 Gerobak sampah atau sepeda motor gerobak, yaitu alat angkut sampah
yang digunakan pasukan kuning untuk mengangkut sampah dari unit-unit
ke TPS.
Secara umum jumlah kendaraan yang digunakan sekarang sudah
dapat melayani kebutuhan pengangkutan sampah, namun untuk
meningkatkan efisiensi waktu bongkar muat maka sebaiknya truk yang
digunakan jenis arm roll.

III.3.4.2 Tempat Pembuangan Sementara (TPS)

Menurut Dinas PU Ciptakarya Tata Ruang Kebersihan dan


Pertamanan Kabupaten Jombang tahun 2007, di Kecamatan Jombang
tersedia sarana tempat penampungan sampah sementara sebanyak 24
buah dan di Kecamatan Peterongan 1 buah. Tempat Penampungan
Sementara (TPS) yang disediakan oleh yaitu berupa kontainer besar
yang berkapasitas 8m3 dan kontainer kecil yang berkapasitas 4-5 m3
yang didistribusikan pada Kelurahan /Kecamatan.
Berdasarkan bongkar muat yang dilakukan, sistem TPS dibagi
dalam beberapa jenis yaitu :
 Direct-load Transfer Station
Yaitu dimana sampah dari alat pengumpul langsung dikosongkan
dan dimasukkan alat pengangkut yang mengangkut sampah ke
pembuangan akhir.
 Storage – loading Transfer Station
Yaitu dimana sampah dikosongkan dalam tempat penyimpanan dan
dapat digunakan beberapa tipe alat angkut. Perbedaan antara direct

101
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

loading dengan storage loading terletak pada kapasitas tempat


penyimpanan, secara tipikal sampah disimpan 1-3 hari.
Kondisi TPS di Wilayah Kabupaten Jombang umumnya masih
baik, namun ada sebagian sudah mengalami kerusakan yang harus
segera diperbaiki agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan sekitar TPS tersebut. Bentuk TPS secara umum ada tiga
yaitu berbentuk Transfer depo, landasan beton, dan landasan tanah.

III.3.4.3 Tempat Pembuangan Akhir (TPA)


Kabupaten Jombang memiliki 1 TPA yang masih berfungsi, yaitu
di Desa Banjardowo Kecamatan Jombang, dimana target tonase
sampah yang masuk sebesar 56.210 m3/tahun. Sedangkan realisasi
tonase sampah yang terangkut ke TPA pada tahun 2009 adalah 47.450
m3/tahun atau sebesar 40,6%.
Dari hasil tersebut masih terdapat kurang lebih 4.289 m3/tahun
atau sebesar 31,28% sampah yang tidak masuk ke TPA, kondisi
tersebut dikarenakan sebagian sampah telah dikelola sendiri oleh
masyarakat dengan system lubangan (bagi masyarakat yang masih
memiliki lahan yang luas), sebagian kecil sampah masih dibuang ke
lahan – lahan kosong dan sebagian dimanfaatkan sebagai kompos
(kegiatan composting).

TPA Banjardowo menggunakan sistem pembuangan open


dumping (pembuangan sampah di lahan terbuka). Sistem penimbunan
yang diterapkan di TPA Banjardowo adalah sistem penimbunan harian
(setiap 0–7 hari), dimana sampah ditimbun dengan tanah penutup
setebal 15–20 cm, demikian seterusnya sampai penuh kemudian
ditutup dengan penutup akhir setebal 50–100 cm. Tanah penutup
diperoleh dari sekitar lokasi sel pembuangan yang sedang aktif.
Berdasarkan sistem pengelolaan di TPA Banjardowo yang
cenderung mengarah ke open dumping (pengurugan/ penimbunan

102
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

pada lahan TPA) maka terjadi beberapa permasalahan yang muncul


antara lain:
1. Volume sampah di TPA terus menerus bertambah sehingga luasan
lahan yang disediakan terus berkurang.
2. Pencemaran air tanah yang disebabkan oleh lindi karena tidak
adanya lapisan dasar dan tanah penutup akan menyebabkan
leachate yang semakin banyak dan dapat mencemari air tanah.
3. Pencemaran udara seperti gas, bau dan debu.

TPA Banjardowo memiliki fasilitas insenerator yang biaya


operasinya cukup mahal. Selain itu di TPA ini juga dilengkapi dengan
satu instalasi limbah cair (leachate) dan satu bak kontrol leachate.
Fasilitas pengolahan limbah yang ada belum sempurna dimana air lindi
yang dihasilkan oleh sampah organik dialirkan secara terbuka ke bak
leachate sehingga menimbulkan pencemaran udara. Selain itu pada
musim hujan, air hujan bercampur dengan air lindi sehingga bak
leachate tidak mampu menampung limbah cair tersebut. Untuk itu
perlu dibangun bak leachate yang memenuhi ketentuan sehingga air
lindi yang dibuang ke sungai tidak mencemari sungai tersebut.

Upaya untuk mereduksi sampah melalui program pengkomposan


sampah organik telah dilaksanakan di di TPS Geneng (Kelurahan
Jombatan), TPS Kepanjen, TPS Candimulyo, TPS Keplaksari/perumahan
Yasmin, TPS Urip Sumoharjo, TPS Sengon, TPS Kalimalang, TPS Pandan,
TPS belakang Koramil Jombang, TPS Parimono dan TPS Kaliwungu.
Selain itu juga dikembangkan composting skala rumah tangga
dengan metode takakura dibeberapa lokasi permukiman antara lain
Perumahan Jombang Permai, Perumahan PGRI, perumahan Sengon
Bumi Damai, perumahan Geneng dan Desa Jelakombo RT 02 RW 02.
Dengan metode pengolahan ini maka sampah organik dapat
dimanfaatkan kembali dalam bentuk kompos dan akan mempunyai

103
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

nilai jual. Program ini sangat membantu dalam mengurangi volume


sampah yang harus dibawa ke TPA.

III.3.5 Peran Serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Sampah

Dinas PU Cipta Karya Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan di


Kabupaten Jombang merupakan dinas yang mempunyai yang tugas dan
wewenangnya berkaitan dengan persampahan baik secara vertikal maupun
horizontal. Dengan adanya UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah yang mengatur otonomi daerah telah memberikan keleluasan bagi
Pemerintah Daerah untuk mengambil dan mengembangkan prakarsanya bagi
pengembangan pembangunan prasarana yang dibutuhkan, termasuk TPA
Jombang.
Pembentukan kelembagaan dalam pengelolaan TPA Jombang disusun
dengan maksud untuk mengupayakan kesatuan tindak dalam
mengkoordinasikan pelaksanaan pengelolaan kebersihan wilayah Kabupaten
Jombang
Sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya maka bentuk
kelembagaan pengelola TPA dapat merupakan perpanjangan dari Dinas PU
Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan, kerjasama dengan pihak PT (badan
usaha) atau murni PT (badan usaha). Untuk menjawab hal tersebut maka
salah satu dari beberapa alternatif bentuk kerjasama atau kelembagaan TPA
Jombang adalah pembentukan Badan Pengelola dan Pengatur TPA. Untuk
memudahkan pengoperasian daripada TPA Jombang maka skenario
pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan pembentukan beberapa badan
atau corporate yang terlibat langsung dalam pengelolaan TPA yaitu :
1. Pembentukan lembaga/Badan Pengelola TPA
2. Pembentukan lembaga/Badan Pengatur TPA
3. Pembentukan lembaga/Badan Pengawas TPA
Badan pengelola TPA Jombang dianggap sebagai lembaga teknis yang
bersifat independen namun tetap dalam awal operasionalnya sehari-hari
harus tetap sinergis dengan Dinas PU Cipta Karya Tata Ruang Kebersihan dan

104
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Pertamanan yang telah ada sehingga peranan badan ini sementara dapat
bersifat semi private. Sedangkan pada proses selanjutnya akan terdapat
proses pengalihan tugas secara bertahap dari Dinas PU Cipta Karya Tata Ruang
Kebersihan dan Pertamanan menjadi suatu badan. Pertimbangan
pembentukan badan adalah dalam rangka penanganan secara professional
dimana apabila terjadi kerjasama dengan pihak swasta, maka dapat secara
langsung ditangani oleh badan yang dibentuk. Pada sisi yang lain maka Dinas
PU Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan tetap menyelenggarakan
pelayanan umum langsung kepada masyarakat serta pengelolaan operasional
kebersihan dengan pola pelibatan peran serta masyarakat (PSM). Pada tahap
selanjutnya badan pengelola dapat dikembangkan menjadi badan usaha murni
milik Pemerintah Kabupaten/Kota bersama masyarakat.

III.3.6 Permasalahan Dalam Pengelolaah Sampah

Permasalahan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab dari


pemerintah namun seharusnya menjadi tanggung jawab semua pihak. Namun
pada kenyataannya kesadaran masyarakat akan penanganan sampah secara
mandiri masih belum ada justru terkesan bahwa urusan pengolahan sampah
sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemerintah.

Tingkat pelayanan sampah di Kabupaten Jombang belum mampu


mengatasi seluruh sampah di Kabupaten Jombang, hal ini terlihat dari
banyaknya masyarakat pinggiran Kabupaten yang belum dapat menikmati
pelayanan sampah, sebagai akibatnya banyak masyarakat yang mengelola
sampahnya sendiri dengan cara mengubur atau membakar sampah dimasing-
masing pekarangan rumah.

Lain halnya untuk masyarakat urban yang tinggal di pinggiran mereka


memiliki permasalahan sendiri karena sulitnya petugas dalam menjangkau
sampah dari rumah-rumah sehingga mereka cenderung untuk membuang
sampah di sungai. Selain itu tingkat ekonomi yang rendah juga mengakibatkan

105
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

ketidakmampuan dalam membayar iuran sampah. Volume penanganan sampah


dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Prosentase penanganan sampah di Kabupaten Jombang

Prosentase Penanganan Sampah


Diangkut ke TPA Composting Daur ulang Tidak terangkut

3% 3%
7%

87%

Pola pemilahan sampah organik dan non organik di Kabupaten Jombang


belum dilakukan secara maksimal, padahal jika pemilahan sampah ini jika
dilakukan akan berdampak pada berkurangnya volume sampah yang akan
masuk ke TPA dan mampu memberi nilai ekonomi. Sampah organik dapat
dijadikan kompos dan memiliki nilai ekonomis karena kompos dapat dijual.

Permasalahan lain yang ada saat ini adalah adanya TPS-TPS yang belum
mampu menjangau seluruh masyarakat perKabupatenan dan semakin
berkurangnya daya tampung TPA sementara sampah yang ditampung semakin
lama semakin banyak seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
tingkat konsumsi mayarakat yang semakin beragam.

III.4 PENGELOLAAN DRAINASE


Pada akhir-akhir ini dengan cuaca yang tidak menentu termasuk pengaruh
dari pemanasan global, sehingga hujan sulit diprediksi dan relatif terjadi dengan
curah yang tinggi namun frekuensi tidak menentu, sehingga dampaknya juga
terjadi genangan air di saluran drainase yang memang kondisinya 40 % penuh

106
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

dengan lumpur dan gulma dan secara tidak langsung menjadi media yang sangat
nyaman untuk berkembangnya penyakit demam berdarah.
Sedangkan di wilayah perkotaan Jombang dengan semakin meningkatnya
perkembangan kawasan permukiman mengakibatkan sering terjadinya genangan
di beberapa lokasi dengan luasan mencapai 7.111 meter, yang meliputi wilayah
Kelurahan Kepatihan, Jombang, Desa Sambong Dukuh, Desa Pulu Lor, Kelurahan
Kaliwungu, Desa Tambakrejo dan Desa Mojongapit. Terbatasnya dana untuk
pemeliharaan saluran drainase hampir bisa dikatakan bahwa hampir 5 tahun
kebelakang belum pernah ada pemeliharaan saluran drainase, sehingga membuat
banyak saluran yang rusak.
Selain itu dengan adanya fenomena pemanasan global dengan paradigma
mitigasinya adalah bukan segera membuang air hujan tetapi bagaimana air hujan
bisa dengan cepat diresapkan kedalam tanah, hal ini untuk lebih meningkatkan
deposit air tanah yang kian tahun terasa semakin berkurang depositnya. Sebagai
solusinya adalah perlu adanya resapan air kedalam tanah dengan media sumur
resapan.
Sistem drainase di Kabupaten Jombang dibuat sedemikian rupa dengan
menggunakan prinsip gravitasi bumi untuk mengalirkan air dari tempat yang lebih
tinggi ke tempat yang lebih rendah. Persoalan lancar atau tidaknya suatu sistem
drainase menjadi sangat berarti dalam suatu lingkungan perkotaan, khususnya
dilingkungan padat terutama di areal-areal pusat aktifitas kegiatan manusia. Titik
kunci dari perencanaan sistem jaringan drainase ini adalah lancar tidaknya aliran
air hujan yang mengalir di permukaan tanah.
Perencanaan sistem drainase tergantung dari beberapa hal antara lain;
besarnya curah hujan rata-rata yang diterima oleh satu satuan kawasan; besar
kecilnya daya serap air oleh permukaan tanah. Hal ini tergantung dari koefisien
serap permukaan yang sangat tergantung dari jenis material penutup permukaan;
luasnya bidang penyerapan air hujan.
Semakin sulit air diserap oleh suatu permukaan, maka semakin banyak
volume yang harus dialirkan melalui sistem pembuangan (drainase), demikian

107
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

pula sebaliknya. Dan hal ini sangat menentukan dimensi pipa yang digunakan
sebagai sarana pembuangan.
Dengan meningkatnya beberapa fungsi ruang di perkotaan yang
menyebabkan terjadinya perubahan kawasan yang belum terbangun menjadi
terbangun, perlu diimbangi dengan perencanaan sistem drainse yang baik. Sistem
ini akan mengalirkan buangan air hujan dari kawasan terbangun ke jaringan
drainase perkotaan melalui gaya gravitasi.

III.4.1 Landasan Hukum/Legal Operasional

a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang pengelolaan DAK Sub Bidang


Pengelolaan Sanitasi Lingkungan;
b. Pedoman Konstruksi dan Bangunan Departemen Pekerjaan Umum;
c. Inspeksi dan Pemeliharaan Drainase Jalan Departemen Pekerjaan Umum;
d. Informasi Produk Pengaturan Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah;
e. Pemeliharaan Rutin Drainase, Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah.

III.4.2 Aspek Institusional

Institusi yang bertanggung jawab pada sektor drainase adalah Bidang


Drainase Dinas PU Binamarga dan Pengairan dan Dinas PU Ciptakarya Tata
Ruang Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Jombang.

III.4.3 Cakupan Pelayanan

Sistim drainase Makro Kabupaten Jombang pada umumnya


memanfaatkan sungai sebagai saluran pembuang akhir. Di Kabupaten Jombang
memiliki beberapa aliran sungai dan hampir seluruh wilayah Kabupaten
Jombang masuk dalam daerah aliran Sungai Brantas. Sungai-sungai utama yang
melintasi wilayah Kabupaten Jombang yaitu Sungai Brantas, Kali Konto, Kali
Gunting, Kali Ngotok Ringkanal, Kali Gudo, Kali Apur Besok, dan Kali Jombang

108
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

yang sebagian besar berhulu di Pegunungan Arjuno.


Jaringan drainase utama yang terdapat di Kabupaten Jombang sampai
dengan saat ini masih memanfaatkan sungai dan saluran pengairan yang telah
ada untuk dimanfaatkan sebagai drainase perkotaan. Jaringan drainase di
Kabupaten Jombang lebih diutamakan pada lokasi jalan dengan fungsi arteri
primer dan kolektor primer yang terdapat pada desa-desa pusat perkotaan dan
pada pusat permukiman real estate.

Rencana Induk Jaringan Drainase Kota Jombang sampai saat ini belum
dibuat, sehingga menyulitkan untuk program pengembangan dan
mengidentifikasi daerah-daerah genangan baru serta untuk drainase kota yang
lebih baik. Rencana pengembangan sistem pematusan di kabupaten Jombang di
utamakan pada jalan arteri dan kolektor primer yang terdapat pada desa-desa
pusat perkotaan dan pada pusat permukiman real estate. Selain itu juga
pengembangan jaringan pematusan juga terdapat pada Kecamatan Mojowarno
yang merupakan lokasi rawan banjir di Kabupaten Jombang yaitu desa
Mojoduwur, Japanan, dan Penggaran. Sistem jaringan pematusan di Kabupaten
Jombang terdiri dari sistem jaringan drainase primer yang terdapat pada 44
aliran kali yang melewati Kabupaten Jombang.

III.4.4 Aspek Teknis dan Operasional

Rencana pengembangan sistem drainase di Kabupaten Jombang


bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang bebas banjir dan genangan air,
baik yang diakibatkan oleh meluapnya air permukaan (run off), maupun yang
diakibatkan kondisi permukaan geografisnya. Pengembangan sistem drainase
sejalan dengan perkembangan pola tata guna tanah yang ada. Dalam
perencanaan pengembangan sistem jaringan drainase pada suatu kawasan
perencanaan, tidak dapat dilakukan dengan hanya melihat kondisi dan potensi
internal kawasan tersebut secara tersendiri (mikro saja). Tetapi harus dilihat
juga kondisi dan potensi dalam konteks yang lebih luas (makro).

109
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Sistem jaringan drainase dibuat untuk menampung air limpasan maupun


air limbah yang dihasilkan oleh sistem kegiatan yang dihasilkan oleh masyarakat
di Kabupaten Jombang. Pembuangan air limpasan maupun air imbah dialirkan
melalui saluran primer, sekunder dan saluran tersier. Kondisi saluran drainase
yang kurang baik tidak akan mampu menampung air buangan yang ada
sehingga dapat menyebabkan terjadinya genangan atau banjir.

Pengembangan sistem jaringan drainase ini akan dibedakan antara


limbah rumah tangga (air dengan tinja) dan limbah air hujan. Faktor-faktor yang
harus diperhatikan karena pengaruhnya yang besar terhadap pembuangan
limbah adalah:

a) Jumlah penduduk (kepadatan penduduk);


b) Tata cara hidup/kecenderungan masyarakat dalam memanfaatkan air
tanah (open well);
c) Iklim (data curah hujan) dan topografi/kondisi permukaan tanah;
d) Kedalaman muka air dan daya serap tanah/permeabilitas tanah.
Strategi yang dilakukan dalam memenuhan pelayanan untuk kebutuhan
sistem jaringan drainase yang berwawasan lingkungan adalah :
1. Strategi untuk pengembangan sitem jaringan drainase yaitu dengan cara
pembangunan dan perbaikan saluran drainase terutama sepanjang jaringan
jalan guna menunjang saluran induk drainase serta memperbesar kapasitas
saluran/ gorong-gorong sehingga mampu mengalirkan air hujan, khususnya
di lokasi-lokasi yang rawan genangan dan daerah permukiman pada musim
hujan.
2. Penertiban kawasan sempadan sungai dan pembuatan plengesengan pada
saluran drainase sekunder untuk menghindari terjadinya erosi dinding
saluran drainase yang akan berakibat pada pengurangan kapasitas
penampungan air.
Adapun rencana jaringan drainase yang dilakukan di Kabupaten Jombang
adalah:

110
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

a. Pembuatan Masterplan/Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan;


b. Rencana Pengelolaan Limbah Air Hujan/Drainase;
c. Rencana Pengelolaan Limbah Rumah Tangga;
d. Pelebaran dan pengerukan bagian saluran yang belum mencapai dimensi
minimal yang dibutuhkan;
e. Penghijauan disepanjang saluran (pada tempat-tempat yang
memungkinkan);
f. Pengamanan pencemaran air, memberi peringatan dan tindakan pada
kegiatan-kegiatan (terutama kegiatan industri, yang berada diluar wilayah
perencanaan) yang membuang air limbah sehingga mencemarkan air
saluran tersebut;
g. Penertiban bangunan-bangunan yang berada pada batas sempadan sungai;
h. Pengaturan, penetapan, pemanfaatan dan pengawasan sungai harus
direncanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
i. Pengembangan sistem jaringan drainase yang lebih terencana, melalui
perbaikan dan penambahan saluran. Dengan adanya sistem jaringan
drainase yang terencana maka pematusan air hujan akan berjalan lancar,
sehingga akan mencegah kerusakan bangunan-bangunan penting terutama
kerusakan badan jalan. Tidak saja dalam rangka menanggulangi masalah
teknis pematusan namun juga dalam rangka mendukung fungsi wilayah dan
kesehatan;
j. Pelebaran dan pengerukan bagian saluran yang belum mencapai dimensi
minimal yang dibutuhkan;
k. Rehabilitasi saluran dan dibuat flood way/ kanal banjir;
l. Pengembangan sistem jaringan drainase ke bagian-bagian kota yang hinggga
saat ini belum memiliki saluran drainase dengan prioritas utama pada
daerah yang berpotensi mendapat genangan.

111
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

III.4.6 Permasalahan

Sistem drainase di Kabupaten Jombang terdiri dari saluran drainase


primer, sekunder dan tersier. Saluran sekunder berupa saluran di kiri kanan
jalan utama Kabupaten Jombang. Sedangkan Saluran tersier tersebar di kanan
kiri Jalan Lingkungan/ perumahan. Tipe saluran terdiri dari saluran terbuka dan
saluran tertutup. Kondisi saluran sekunder dan tersier sering terjadi genangan
pada ruas–ruas jalan terutama pada waktu hujan.
Untuk menangani drainase kota banyak permasalahan-permasalah yang
dihadapi, antara lain :

a) Belum tersusunnya master plan/rencana induk sistem drainase perkotaan;


b) Dimensi saluran tidak mampu lagi menampung air limpasan;
c) Daerah resapan air berkurang, karena permukaan tanah sebagian telah
tertutup material padat, seperti bangunan, jalan dll;
d) Banyaknya sampah dan sedimentasi pada badan saluran;
e) Dalam membangunan saluran kurang memperhatikan elevasi saluran
sampai ke badan air penerima.
Pada beberapa kasus di Kabupaten Jombang terjadi banyak sekali
penyimpangan fungsi guna lahan. Pada tahap awal tentunya perencanaan
drainase telah disesuaikan dengan jenis guna lahan yang telah ditetapkan
namun pada faktanya terjadi penyimpangan guna lahan sehingga saluran
drainase yang semula, tidak mampu menampung aliran air akibat perubahan
guna lahan yang terjadi.

III.5 PENYEDIAAN AIR BERSIH

Air bersih sangat penting bagi kehidupan manusia dan kebutuhannya


terhadap air bersih tidak dapat terelakkan. Oleh karena itu, pemenuhan air bersih
untuk penduduk suatu wilayah menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah,
apalagi keberadaan air bersih pada saat ini menjadi barang yang langka untuk
didapatkan.

112
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Tujuan program penyediaan air bersih adalah meningkatkan pelayanan air


bersih di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin yang
tinggal di kawasan rawan air disamping itu untuk meningkatkan keikutsertaan
swasta dalam investasi pembangunan air bersih di perkotaan. Adapun program air
bersih di Kabupaten Jombang adalah untuk menyediakan prasarana dan sarana
air bersih untuk desa miskin dan rawan air serta daerah-daerah yang
direncanakan untuk dikembangkan.

Pelayanan air bersih untuk wilayah Kabupaten Jombang, dilayani oleh


PDAM dan ada juga yang masih menggunakan sumur. Untuk air bersih yang
dilayani oleh PDAM terdapat di beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Diwek,
Bareng, Mojoagung, Peterongan, Jombang, Ploso dan Kabuh. Secara keseluruhan
jumlah pelanggan 12.723 dimana jumlah pelanggan terbanyak dimiliki oleh rumah
tempat tinggal (non niaga) dengan jumlah 12.000.
Pengguna sumur di Kabupaten Jombang mencakup sekitar 43% dari total
populasi. Sekitar 29% di antaranya menggunakan sumur gali terlindungi yang
relatif aman. Yang dimaksud dengan sumur terlindungi adalah sumur yang
memiliki bertutup, memiliki cincin dan lantainya di semen. Selain itu, sekitar 12%
memanfaatkan sumur bor yang juga dapat dikategorikan aman. Sementara,
sekitar 3% menggunakan sumur gali tidak terlindungi.
Kebutuhan air bersih sebagai salah satu kebutuhan pokok penduduk
Kabupaten Jombang tentunya akan meningkat sejalan dengan perkembangan
jumlah penduduk. Kebutuhan pelayanan air bersih ini secara umum didasarkan
pada beberapa hal terutama yang menunjang fungsi kesehatan, sosial dan
ekonomi. Setiap lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan prasarana air
minum yang memenuhi syarat. Maka dari itu diperlukan suatu
Masterplan/Rencana Induk untuk pengembangan air bersih secara bertahap di
Kabupaten Jombang dengan tujuan meningkatkan pelayanan untuk kebutuhan
penduduknya.

113
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Kondisi perkembangan kapasitas produksi air bersih di Kabupaten


Jombang menunjukkan trend yang cukup stabil sampai dengan tahun 2005
kemudian naik untuk perkotaan dan turun untuk IKK. Untuk Daerah perkotaan
kapasitas produksi sebesar 116 liter/detik sampai dengan tahun 2005 kemudian
naik menjadi 146 liter/detik pada tahun 2006 dan 2007. Sementara untuk IKK
kapasitas produksi sebesar 66,50 liter/detik sampai dengan tahun 2005 kemudian
turun menjadi 50,00 liter/detik pada tahun 2006 dan 2007.
Dengan kapasitas produksi air bersih yang cukup stabil ternyata membawa
dampak bagi jumlah penduduk yang terlayani air bersih dengan menunjukkan
trend yang menaik. Hal ini berarti jumlah penduduk yang terlayani air bersih di
Kabupaten Jombang semakin bertambah, dari sejumlah 403.762 jiwa pada tahun
2000 menjadi 428.127 jiwa pada tahun 2007 naik sebesar 24.365 jiwa atau 6,03%.
Agar lebih jelasnya perkembangan kapasitas produksi air bersih dan
perkembangan jumlah penduduk yang terlayani air bersih dapat dilihat pada
Gambar 19 & Gambar 20.

Gambar 19. Perkembangan Kapasitas Produksi Air Bersih di Kabupaten Jombang


dari Tahun 2000 – Tahun 2007

Perkembangan Kapasitas Produksi Air Minum


160
140
120
liter/detik

100
80
60
40
20
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Perkotaan 116 116 116 116 116 116 146 146
IKK 66.5 66.5 66.5 66.5 66.5 66.5 50 50

114
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Gambar 20. Perkembangan Penduduk Yang Dilayani Air Bersih di Kabupaten


Jombang dari Tahun 2000 – Tahun 2007

Perkembangan Penduduk yang Dilayani Air Bersih


450
400
350
300
250
Jiwa

200
150
100
50
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Perkotaan 115.94 115.94 115.94 115.94 122.38 123.6 124.71 125.83
Series2 287.81 287.81 287.81 287.81 290.92 293.83 299.59 302.29

III.5.1 Landasan Hukum/Legal Operasional

Penyediaan air minum dalam skala Kabupaten diselenggarakan oleh


Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Jombang (PDAM Kabupaten
Jombang). Dasar hukum yang mengatur organisasi dan tata laksana PDAM
Kabupaten Jombang antara lain adalah:

 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387);
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4490);
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan
Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum.

115
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

III.5.2 Aspek Institusional

Pengelolaan sistem air bersih dikelola oleh PDAM, air bersih non-
perpipaan dengan pembuatan sumur gali dikelola oleh masing-masing pemilik
sumur gali (keluarga), sedangkan untuk sumber air bersih dari mata air dikelola
oleh pemerintah Kelurahan setempat.

III.5.3 Cakupan Pelayanan

Pelanggan PDAM hingga tahun 2009 adalah 12.723 pelanggan artinya


sudah mencakup 70%. Semakin banyaknya jumlah penduduk yang terlayani air
bersih dan peningkatan kapasitas produksi air bersih ternyata belum mampu
memperbesar cakupan layanan air bersih. Dari data yang ada menunjukkan baru
sebesar 38,37% yang terlayani air bersih pada tahun 2000, bahkan pada tahun
2007 prosentase cakupan turun menjadi 36,60% penduduk yang terlayani air
bersih. Jelasnya untuk cakupan layanan dan perkembangan pelanggan untuk air
bersih di Kabupaten Jombang dapat dilihat pada Gambar 21 & Gambar 22.

Gambar 21. Perkembangan Cakupan Layanan Air Bersih di Kabupaten


Jombang dari Tahun 2000 – Tahun 2007

Cakupan Layanan Air Bersih


100

80
Prosentase (%)

60

40

20

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Cakupan Layanan 38.37 38.98 39.35 23.5 30.63 30.63 34.12 36.6

116
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Perkembangan jumlah pelanggan air bersih menunjukkan trend naik


untuk kategori pelanggan rumah tangga dan pelayanan masyarakat, sedang
untuk pelanggan usaha perdagangan dan industri menunjukkan trend menurun.
Prosentase terbesar pelanggan air bersih adalah pelanggan rumah tangga yaitu
rata-rata sebesar 92,82%; kemudian pelanggan kategori perdagangan/usaha
rata-rata sebesar 3,96%; pelanggan untuk pelayanan masyarakat rata-rata
sebesar 3,10%, dan terakhir pelanggan industri rata-rata sebesar 0,12%.

Gambar 22. Perkembangan Pelanggan Layanan Air Bersih di Kabupaten


Jombang dari Tahun 2000 – Tahun 2007

117
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Tabel 23. Pelanggan dan Pemakaian Air Per Kelompok Tarip Kabupaten
Jombang Tahun 2008
Rumah Tempat Tinggal (Non Niaga) Badan Sosial (RS, Tempat Ibadah, dll)
Air Air
Kecamatan
Pelanggan Disalurkan Nilai (Rp) Pelanggan Disalurkan Nilai (Rp)
(m3) (m3)
Bandar Kdm - - - - - -
Perak - - - - - -
Gudo - - - - - -
Diwek 127 28,425 32,861,625 12 8,834 6,653,250
Ngoro - - - - - -
Mojowarno - - - - - -
Bareng 1,542 288,227 308,971,879 41 15,495 11,504,700
Wonosalam - - - - - -
Mojoagung 802 115,240 136,873,300 7 1,381 1,099,800
Sumobito - - - - - -
Jogoroto - - - - - -
Peterongan - - - - - -
Jombang 7,288 1,814,530 2,303,294,250 53 57,856 43,109,400
Megaluh - - - - - -
Tembelang - - - - - -
Kesamben - - - - - -
Kudu - - - - - -
Ngusikan - - - - - -
Ploso 1,837 351,211 433,646,250 1 180 135,000
Kabuh 1,172 207,813 249,398,250 3 203 334,350
Plandaan - - - - - -
Jumlah 12,768 2,805,446 3,465,045,554 117 83,949 62,836,500
Sumber: PDAM Kabupaten Jombang Tahun 2008

III.5.4 Aspek Teknis dan Operasional

Penduduk Kabupaten Jombang yang tidak menggunakan pelayanan air


bersih dari PDAM, pada umumnya menggunakan pompa dan sumur. Di daerah
yang tidak terjangkau oleh pelayanan PDAM menggunakan sumur artesis dan
pompa tangan maupun pompa listrik dalam memenuhi kebutuhan air
bersihnya.
Tentunya penyediaan air bersih secara individu ini perlu dibatasi dan
dikendalikan dengan lebih meningkatkan jumlah sambungan dan jangkauan
pelayanan PDAM di daerah yang belum terlayani tersebut. Pengendalian ini
terkait dengan pemanfaatan air bawah tanah dalam pembuatan sumur artesis
secara individu yang mengancam kerusakan lingkungan karena tidak
mempertimbangkan ekologi setempat. Pemanfaatan air tanah dalam secara

118
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

berlebihan akan dapat menimbulkan penurunan tanah, fenomena ini sudah


terjadi di Jakarta dan Surabaya dimana dari hasil penelitian daratan di kedua
wilayah tersebut mengalami penurunan.
Sedangkan untuk penggunaan pompa listrik, pembatasan dilakukan agar
jumlah energi listrik yang digunakan dalam pemompaan air dapat dikurangi
mengingat saat ini pemakaian energi listrik perlu dibatasi terkait dengan adanya
krisis energi.
Sumber air baku Kabupaten Jombang berasal dari 11 mata air. Adapun
lokasi dari tiap sumber mata air meliputi mata air di Desa Jipurapah Kecamatan
Plandaan, Desa Tanjung Wadung Kecamatan Kabuh, Desa Japanan Kecamatan
Mojowarno, Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam, Desa Kedung Lumpang
Kecamatan Mojoagung, Desa Carang Wulung dan Desa Panglungan Kecamatan
Wonosalam.
Dari hasil data yang ada gambaran umum sistim pelayanan air bersih di
Kabupaten Jombang berkaitan pengelola, tingkat pelayanan, sumber air baku,
kapasitas sub sistem, jumlah sambungan, jam operasi sub. sistem, kehilangan
air, jam operasi pelayanan, restribusi dan tekanan pada jaringan distribusi
dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 24. Sistem Transmisi Air Baku Kabupaten Jombang


Sistem Non Sistem
No Uraian Satuan Keterangan
Perpipaan Perpipaan
1. Pengelola - Masyarakat PDAM
2. Tingkat Pelayanan % 98,77 % 1,23 %
3. Sumber Air Baku - Air sungai/air Air Permukaan
danau, Sumur Sumur Dalam
Gali Mata Air
4. Kapasitas Sub Sistem
Produksi
Kapasitas Terpasang l/dt 45.647 l/dt
Kapasitas Produksi l/dt 45.647 l/dt
Terjual l/dt 42.768 l/dt
5. Jumlah Sambungan Unit 314
6. Jam Operasi Sub Jam/hari 12 jam
Sistem Produksi
7. Kehilangan Air % 6,31 %
8. Jam Operasi Pelayanan Jam/hari 24 Jam
9. Retribusi Rp/m3 Rp 3.400
Sumber: Masterplan Air Bersih Kabupaten Jombang 2006-2015

119
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

3.5.5 Permasalahannya
Sampai dengan saat ini (tahun 2008) berdasarkan hasil survey yang telah
dilakukan oleh dinas terkait terdapat 23 Desa yang tersebar di 8 Kecamatan di
Kabupaten Jombang yang masuk dalam kategori desa yang rawan air.
Sedangkan permasalahan lain yang dihadapi PDAM di Kabupaten Jombang
adalah sebagai berikut :
- Sudah banyak jaringan perpipaan yang sudah tua, sehingga banyak terjadi
kebocoran;
- Kawasan permukiman belum semuanya dapat dilayani oleh PDAM;
- Minat masyarakat untuk berlangganan PDAM masih kurang;
- Sumber air baku dan sumber mata air yang ada belum digunakan secara
optimal;
- Sebagian kawasan tidak layak untuk dikembangkan sumber air bakunya;
- Perbaikan sistem manajemen di dalam PDAM sehingga pelayanan bagi
masyarakat dapat lebih efisien dan efektif
- Belum adanya Rencana Induk Sistem/Masterplan Air Minum.
Berdasarkan kondisi diatas, maka Kabupaten Jombang yang terdiri dari
21 Kecamatan untuk cakupan pelayanan PDAM masih belum maksimal dalam
melayani kebutuhan keseluruhan wilayahnya. Cakupan pelayanan PDAM sampai
dengan saat ini baru mencapai 36,60 %. Sampai dengan saat ini Kabupaten
Jombang untuk memenuhi kebutuhan air bersih masih memanfaatkan sumber
air bawah dan sumber mata air. Pemanfaatan air bawah tanah secara
keseluruhan di Kabupaten Jombang meliputi seluruh pemanfaatan air bawah
tanah baik untuk kebutuhan domestik, pertanian, komersil serta industri.
Wilayah yang memiliki kuantitas dan kualitas air bawah tanah yang baik serta di
dukung oleh ketersediaan air bawah tanah yang melebihi dari kebutuhan air,
maka wilayah tersebut layak untuk dikembangkan dalam pemanfaatan sumber
daya air bawah tanahnya, sedangkan untuk wilayah yang ketersediaan air
bawah tanahnya lebih kecil ataupun sama dengan jumlah kebutuhan air, pada
wilayah tersebut tidak layak untuk di kembangkan dalam pemanfaatan sumber
daya air bawah tanahnya karena akan merusak kelestarian lingkungan.
120
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Untuk sumber mata air di Kabupaten Jombang dijadikan suatu kawasan


perlindungan setempat sekitar mata air dan ditetapkan dengan radius 200
meter. Adapun kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Jombang yang
berupa kawasan sekitar mata air yaitu seluas 34,60 Ha yang terdapat di 11
(sebelas) lokasi mata air dan tersebar di Kecamatan Plandaan, Kabuh, dan
Wonosalam.

III.6 Komponen Sanitasi Lainnya


III.6.1 Penanganan Limbah Industri
Sebagai salah satu upaya pelestarian kualitas lingkungan hidup, maka
bagi kegiatan industri yang menghasilkan limbah diwajibkan untuk melakukan
pengelolaan limbah sebelum dibuang ke perairan umum. Syarat tersebut
dicantumkan dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup No. 32/2009 Bab VII pasal 59. Untuk wilayah Jawa Timur,
kualitas air limbah industri harus sesuai dengan baku mutu air limbah industri
dan kegiatan lainnya yang ditetapkan dalam SK Gubernur No. 45/2002. Di
Kabupaten Jombang saat ini terdapat 4 lokasi industri besar yang kualitas air
limbahnya mengacu pada SK Gubernur tersebut, yaitu PG. Djombang Baru,
PG. Tjoekir, PT Cheil Jedang dan PT Kimia Farma.
1) PG. Tjoekir dan PG. Jombang Baru
Dari hasil pemantauan kualitas lingkungan yang dilakukan rutin
setiap bulan pada saat musim giling, hasil analisa menunjukkan semua
parameter memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kinerja IPAL telah berfungsi secara optimal. Meskipun
adakalanya muncul kendala, diantaranya pada saat musim kemarau warna
air buangan masih terlihat kehitam-hitaman yang disebabkan karena
akumulasi pengendapan debu sisa pembakaran yang terbawa air buangan,
akan tetapi melalui koordinasi yang terjalin dengan baik persoalan yang
muncul dapat segera teratasi.
2) PT. Cheil Jedang Indonesia (Produsen IMP/Inoyse Monophosphate)

121
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Dari hasil pemantauan kualitas lingkungan yang dilakukan rutin


setiap bulan, hasil analisa menunjukkan semua parameter memenuhi baku
mutu yang ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja IPAL
telah berfungsi secara optimal. Hal ini juga ditunjang dengan komitmen
perusahaan yang cukup tinggi terhadap pengelolaan lingkungan sehingga
hasil yang dicapai dapat memenuhi target yang ditetapkan.
3) PT. Kimia Farma
Dari hasil pemantauan kualitas lingkungan yang dilakukan rutin
setiap bulan, hasil analisa menunjukkan semua parameter memenuhi baku
mutu yang ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja IPAL
telah berfungsi secara optimal. Terlebih bahwa PT. Kimia Farma
merupakan perusahaan terbuka dan menjadi peserta Proper sehingga
dituntut untuk senantiasa meningkatkan kinerja dalam pengelolaan
lingkungan.
III.6.2 Penanganan Limbah Medis
Untuk lebih meningkatkan capaian kinerja di masa yang akan datang
akan dilakukan beberapa upaya-upaya antara lain:
a. Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam hal pemanatauan,
pengawasan dan pengendalian terkait pembuangan limbah cair RS.
b. Penegakan hukum secara nyata terhadap pengelola RS yang menyalahi
ketentuan sebagaimana tercantum dalam dokumen UKL/UPL.
c. Mewajibkan Rumah Sakit/Puskesmas yang belum memiliki dokumen
AMDAL atau UKL/UPL untuk segera menyusun dokumen tersebut, agar
upaya pemantauan dan pengendalian lebih optimal.
d. Mewajibkan segera membangun IPAL di lingkungan Rumah
Sakit/Puskesmas bagi yang belum memiliki IPAL.
e. Meningkatkan kesadaran penanggungjawab usaha terhadap pentingnya
pengelolaan lingkungan khususnya pengelolaan limbah cair medis melalui
kegiatan sosialisasi (tahun 2009).
f. Mengadakan pelatihan teknis bagi operator IPAL Rumah Sakit/Puskesmas di
kabupaten Jombang (tahun 2009), dengan harapan akan menambah
122
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

kapasitas dan kemampuan dari operator IPAL sehingga mampu menangani


setiap kendala yang timbul dan kinerja IPAL dapat berfungsi optimal.
g. Pada tahun 2011 diupayakan untuk membangun IPAL Medis bagi
Puskesmas rawat inap sebanyak 10 (sepuluh) lokasi melalui DAK.
III.6.3 Kampanye Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
“Sanitasi” tidak hanya berbicara sarana, namun juga tentang kondisi
lingkungan tempat tinggal dan perilaku sehari - hari. Sanitasi yang baik sangat
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Investasi $ 1 untuk sanitasi yang
lebih baik akan menghasilkan nilai ekonomi $ 8 – 21 di negara yang sebanding
dengan Indonesia (studi WHO, 2005).
Masyarakat miskin di wilayah pedesaan dan perkotaan memiliki akses
yang rendah terhadap pemanfaatan sanitasi, sementara penggunaan sumber
air permukaan yang tercemar masih terus berlanjut. Lebih dari 30 tahun, akses
terhadap sanitasi di pedesaan tidak berubah. Berdasarkan Joint Monitoring
Program WHO - UNICEF, akses terhadap sanitasi di pedesaan tetap pada
angka 38%. Dengan laju perkembangan seperti ini Indonesia tidak akan
berhasil mencapai target Millenium Development Goal (MDGs) untuk sanitasi.
Menurut SUSENAS 2004, akses masyarakat terhadap sarana sanitasi mencapai
53%, tetapi hanya seperempat dari fasilitas sanitasi tersebut yang memenuhi
standar dan menggunakan septic tank. Selebihnya buangan disalurkan ke
sawah, kolam, danau, sungai atau laut.
Dilatar belakangi oleh kegagalan pendekatan tradisional dalam
penyediaan infrastruktur sanitasi di pedesaan, sejak tahun 2001
dikembangkan satu pendekatan dalam pembangunan sanitasi pedesaan yang
disebut Community Led Total Sanitation (CLTS). Pendekatan ini memfasilitasi
proses pemberdayaan masyarakat untuk menganalisis keadaan dan risiko
pencemaran lingkungan yang disebabkan BAB di tempat terbuka, membangun
dan menggunakan jamban tanpa subsidi dari luar. Pemerintah Indonesia telah
melakukan uji coba pendekatan CLTS sejak bulan Mei 2005 di 18 komunitas di
6 kabupaten di 6 Propinsi dengan karakteristik yang berbeda. Hasil uji coba

123
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

dinilai cukup menggembirakan karena membawa 159 komunitas terbebas dari


open defecation dan mengubah perilaku BAB 28 ribu rumah tangga.
Dalam rangka mendorong peningkatan akses sanitasi dan peningkatan
perilaku hygiene yang berkesinambungan untuk mencapai target Millenium
Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, juga sebagai implementasi dari
kebijakan dan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(Kepmenkes No.852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat), Bill and Mellinda Gates Foundation memberikan
hibah melalui Water and Sanitation Program East Asia and Pasific (WSP – EAP)
yang tertuang dalam Total Sanitation and Sanitation Marketing project (TSSM)
atau Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS). TSSM / SToPS
dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur mencakup 29 Kabupaten selama 3 tahun
sejak 2007 – 2009.
Gambaran masyarakat Kabupaten Jombang masa depan yang ingin
dicapai oleh segenap komponen masyarakat melalui program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat ( STBM ) adalah “STBM yang berkualitas menuju
masyarakat jombang mandiri hidup sehat”.
Dengan harapan memberikan dampak nyata terhadap Kabupaten
Jombang, yaitu :
1. Sungai bersih dari tempat BAB
2. Setiap sekolah tersedia tempat cuci tangan dan tempat sampah
3. Setiap orang akses ke jamban sehat sehingga lingkungan sehat
4. Semua tempat – tempat umum tersedia jamban sehat
Disamping itu nilai nilai yang harus dimiliki dan dianut bersama
seluruh pengikut kepentingan yaitu pemerintah kabupaten, pihak swasta dan
masyarakat madani untuk mencapai misi yang telah ditetapkan adalah
sebagai berikut :
A. Komitmen Stake holder yang kuat
Komitmen merupakan kunci keberhasilan dari program STBM
yang telah ditetapkan. Karena merupakan bahan bakar semangat dalam
mencapai visi. Dengan komitmen maka seluruh sumber daya akan
124
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

diarahkan untuk keberhasilan program serta mengatasi setiap


persoalan yang mengahambat pencapaian visi komitmen dapat dapat
diwujudkan adanya kesepakatan pengambil kebijakan di tingkat
kabupaten, kecamatan, desa sampai dusun untuk mendukung program
STBM. Hal ini dituangkan dalam bentuk kegiatan :
1) Pengalokasian input baik SDM, pendanaan, sarana dan prasarana dan
petunjuk pelaksaan program
2) Rapat – rapat lintas sector untuk monitoring dan evaluasi progres
program
3) Adanya regulasi berupa aturan tertulis dan tidak tertulis yang dibuat
pengambil kebijakan untuk mempertahankan komunitas ODF dan
percepatan ODF
4) Kegiatan pembinaan bersama partisipatori oleh pengambil kebijakan
B. Kebersamaan
Kebersamaan merupakan budaya baik warisan nenek moyang
yang telah ada sejak dulu. Dengan kebersamaan maka suatu program
yang berak akan terasa ringan karena seluruh persoalan yang ada akan
ditanggung oleh banyak pihak terkait baik dari sisiinput maupun output
proses maupun output. Kunci untuk menciptakan kebersamaan adalah
komunikasi yang terbuka serta adanya kesamaan tujuan untuk
kepentingan bersama sesuai kebutuhan. Kebersamaan dapatdiwujudkan
dalam hal langkah dan arah kegiatan sehingga dalam kurun waktu yang
ditetapkan 2014 sudah mencapai ODF kabupaten. Hal ini dituangkan
dalam kegiatan :
1) Penyusunan rencana kegiatan tiap tribulan, semester, tahunan
sampai 5 tahun dari masing – masing program dan satker terkait
dengan melibatkan LSM dan swasta dan masyarakat. Sehingga ada
kebersamaan langkah oleh 3 pilar dalam good goverment.
2) Pelaksanaan rencana kegiatan yang dilakukan bersama atau saling
mendukung sehingga mencapai hasil yang optimal.

125
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

3) Menyelesaikan setiap masalah atau hambatan yang ditemui dengan


mendiskusikan secara terbuka untuk mencapai jalan keluarterbaik
secara bersama.
C. Pemberdayaan Masyarakat
Program STBM akan tercapai sesuai visinya apabila terdapat
peran serta yang baik dari masyarakat secara mandiri dengan didukung
oleh peran swasta serta fasilitasi dan regulasi dari pemerintah.
Dengan keterbatasan resources pemerintah dan swasta, maka
peningkatan peran serta dapat di capai dengan pemberdayaan
masyarakat melalui penyediaan akses informasi, akses sarana dan
perubahan perilaku menuju hidup sehat sehingga secara mandiri
masyarakat dapat menyelesaikan masalah kesehatan sendiri.
Masyarakat ditumbuhkan rasa butuh (demand) terhadap jamban
sehat sampai pada sanitasi total ( cuci tangan dengan sabun, air bersih,
sampah, penanganan makanan yang benar ) Dan diharapkan perilaku
sehat tersebut merupakan bagian dari kehidupan sehari – hari
masyarakat. Bentuk kegiatan adalah :
1) Menyediakan akses informasi STBM melalui sosialisasi dan pemberian
informasi dengan menggunakan media cetak dan elektronik
2) Membangkitkan kesadaran serta semangat untuk melaksanakan
program dengan pemicuan dikomunikasikan secara terncana dengan
baik
3) Masyarakat biasa menggunakan jamban sehat untuk BAB
4) Masyarakat mampu sebagai pemimpin dalam membahas masalah –
masalah kesehatan
5) Menumbuhkan berperilaku sehat dan tidak kembali ke perilaku yang
tidak sehat karena sadar bukan paksaan di masyarakat.
D. Kelembagaan STBM yang kuat
Program STBM akan berhasil apabila didukung oleh
kelembagaan yang solid. Kelembagaan tersebut merupakan tugas pokok
untuk mengelola dengan menyusun perencanaan, melaksanakan
126
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

program, melakukan monitoring dan evaluasi serta menindak lanjuti


setiap permasalahan dalam proses manajemen tersebut. Kelembagaan ini
perlu dituangkan dalam suatu surat keputusan dan yang lebih penting
lembaga tersebut mempunyai komitmen yang kuat terhadap
keberhasilan program STBM diterpkan
Sistem kelembagaan STBM yang sudah terbentuk dapat
berfungsi secara optimal dari tingkat kabupaten, kecamatan, desa
sampai dusun. Bentuk kegiatannya adalah :
1) Sudah ada aturan tertulis di tingkat kabupaten, kecamatan, desa dan
dusun yang dapat mengikat orang – orang yang ada dalam SK tersebut
dan telah diterapkan baik dalam lembaga tersebut maupun yang
mengikat masyarakat.
2) Adanya perencanaan kegiatan program di setiap lembaga STBM yang
telah terbentuk.
3) Ada kewajiban masing – masing Satuan kerja untuk memberikan
kontribusi positif yang dituangkan dalam rencana anggaran dan
dilaksanakan dalam bentuk DPA disetiap tahun anggaran.
4) Adanya pengembangan dari kelembagaan STBM sampai ke pihak
swasta.
Target merupakan keadaan ideal yang diharapkan pada kurun waktu
tertentu, sehingga ada dampak yang nyata yang dapat dirasakan oleh sasaran
tau yang memanfaatkan, adapun target program STBM tahun 2011 – 2014
dapat dilihat pada Tabel 25.

127
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Tabel 25. Target Program STBM


No Kegiatan Th. 2011 Th.2012 Th 2013 Th 2014
A Enambling environment
I Advokasi ke Bupati
1 Rapat seninan ada ada ada Ada
Kadinkes
2 Dialog interaktif ( 2 kali 3 kali 4 kali 5 kali
saresehan )
3 Kunjungan Bupati 1 kali 2 kali 3 kali 4 kali
ke dasa ODF
II Advokasi Lintas sektor
1 Rakor Linsek tiap trib tiap trib tiap trib tiap trib
Tingkat Kabupaten
2 Safari Tim Pokjanal tiap trib tiap trib tiap trib tiap trib
Kab ke desa
ODF/next ODF
3 Rakor Linsek tiap trib tiap trib tiap trib tiap trib
Tingkat kecamatan
4 Safari tim Pokjanal tiap trib tiap trib tiap trib tiap trib
Kecamatan
Ke desa ODF / Next
ODF
III Bina suasana
1 Stake holder semester semester semester semester
meeting
2 Temu fasilitator semester semester semester semester
B DEMAND
1 Pemicuan di 327 + 255 + 240 + 249 +
komunitas belumODF belumODF belumOD BelumODF
F
2 Pemicuan di 15 % 20 % 30 % 35 %
sekolah Juml Juml Juml Jml
SD+SMP SD+SMP SD+SMP SD+SMP
3 Pemberian reward Ada ada ada ada
bagi komunitas
4 ODF
5 Pemberian bant. Ada ada ada ada
transport komite
Pemberian bantuan
jamban per -
contohan di desa
ODF
6 Mengadakan media Ada ada ada ada
cetak dan
dan kerjasama
dengan media
elektronik
7 Baliho, spanduk, Ada ada ada ada
papan, souvenir
Monitoring dan
evaluasi
Verifikasi dan
deklarasi ODF
C SUPPLY
1 Pelatihan fasilitator 2 kali 3 kali 4 kali 5 kali
2 Pelatihan tukang 1 kali 1 kali 2 kali 2 kali
bangunan
3 Pertemuan dengan 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali
pemilik
Toko bangunan
4 Perjantian ( MOU ) ada ada ada Ada
dengan toko
Dan lembaga lain
yg mendukung

128
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

Rencana strategis yang kami susun tidak terlepas dari 3 komponen


STBM yaitu Demand, Supply, Enambling environment yang didukung oleh pilar
pelaku yaitu Pemerintah, masyarakat dan swasta dapat kami jabarkan sebagai
berikut :
1) Demand
a) Pemicuan di komunitas dan sekolah oleh fasilitator
b) Pembuatan media promosi dengan cara disebar luaskan kepada
masyarakat pada moment pertemuan lintas sector dan kegiatan
kemasyarakatan lainnya
c) Monev pada komunitas yang dipicu
Penanggung jawab kegiatan tersebut diatas adalah tim Pokja STBM
tingkat kecamatan dan desa. Sedangkan tim Pokja STBM tingkat
Kabupaten sebagai monitoring atau supervisor
Masyarakat terlibat sebagai subyek dan obyek sedangkan LSM dan
swasta mendukung kegiatan tersebut dapat terlaksana
2) Supply
Adanya kerja sama dengan membangun jejaring supply dengan
toko bangunan dan tukang yang sudah dilatih, sehingga pemenuhan
pembangunan jamban sehat segera dapat terwujud.
Hal ini untuk mengantisipasi peningkatan demand di masyarakat
setelah pemicuan untuk keberlangsungan siklus program. Kegiatan dapat
dilaksanakan dengan MOU, pelatihan tukang dan menciptakan tukang
yang berjiwa enterpreneur
3) Enambling Environment
Memperkuat kelembagaan di tingkat Kabupaten, kecamatan dan
desa dalam bentuk :
1) Pertemuan lintas sector tingkat kabupaten dan kecamatan
2) Pertemuan fasilitator STBM
3) Stake holder meeting

129
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang

130

Anda mungkin juga menyukai