69
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang pada tahun 2008
dari tiga kecamatan yang menjadi lokasi program PPSP, yaitu kecamatan
Jombang, Peterongan, Diwek dengan jumlah rumah 64.465 dan 77.856 KK yang
memiliki jamban menunjukkan 58,6 % KK memiliki jamban dan sisanya tidak
memiliki. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi penanganan air limbah rumah
tangga di Kabupaten Jombang masih belum cukup memadai. Sebagai dampaknya
adalah timbulnya pencemaran terhadap air tanah maupun badan air yang
mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit yang ditularkan melalui air.
Hampir sama dengan kondisi pada pencemaran air, timbulan sampah yang
semakin meningkat seiring juga dengan peningkatan jumlah penduduk dan
fasilitas penunjang yang juga meningkat. Sebagai akibatnya masih sering terjadi
kewalahan dalam penangan sampah mulai dari sumber sampah hingga ke tempat
pemrosesan akhir sampah.
Sekitar 40.000 anak Indonesia meninggal setiap tahun akibat diare (Unicef,
2002; dikutip dari facts sheet ISSDP, 2006). Bukan hanya itu, diare juga ikut
menyumbang pada angka kematian balita yang disebabkan faktor gizi buruk.
70
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
Dalam studi global disimpulkan bahwa dari 3,6 juta kematian akibat gizi buruk,
sekitar 23% ternyata disebabkan oleh diare (Fishman, dkk., 2004).
Diare sebagai salah satu indikator penyakit akibat dari sanitasi yang buruk.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang sepanjang tahun 2010
ditemui kasus diare di puskesmas sebesar 5.037 kasus dan diare pada balita
sebanyak 1426 kasus.
71
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
72
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
74
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
76
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
untuk limbah yang berasal dari kamar mandi, kegiatan mencuci dan dapur
langsung diresapkan ke dalam sumur resapan.
79
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
2. Plengsengan
Jamban plengsengan biasanya dibuat di daerah bantaran sungai. (Dinas
Kesehatan Kabupaten Jombang, 2005). Manusia membuang kotoran
langsung ke sungai tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dampak
yang ditimbulkan adalah tercemarnya air sungai oleh bakteri yang
berasal dari kotoran manusia.
Pada tangki resapan ini kandungan pencemar dari tinja maupun air
limbah rumah tangga sudah berkurang sehingga aman untuk dibuang
atau diresapkan ke dalam tanah.
Kondisi IPAL domestik yang ada saat ini sebagian masih berfungsi
dengan baik dan sebagian lagi tidak. Beberapa faktor yang mengakibatkan
IPAL domestik menjadi kurang berfungsi atau bahkan tidak berfungsi sama
sekali adalah kapasitas air limbah yang masuk ke dalam IPAL sudah tidak
sesuai dengan desain perencanaan, rusaknya bangunan IPAL serta
kurangnya perawatan.
Beberapa IPAL yang masih berfungsi dengan baik hingga saat ini
adalah: IPAL PG. Tjoekir; IPAL PG. Jombang Baru; IPAL Cheil Jedang
Indonesia; IPAL PT. Kimia Farma; IPAL di tujuh rumah sakit dan IPAL di TPA
Banjardowo.
81
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
82
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
83
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
Kolam Lindi
Pipa aerator
Mesin pompa
Pengolah
Lindi
Bak
kontrol
lindi
Salura
n
Jaringan pipa
pembuangan
lindi
84
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
III.2.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair
85
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
memasak. Demikian pula untuk penangan limbah cair secara komunal. Dalam
penanganan limbah cair secara komunal dilakukan secara bersama-sama oleh
masyarakat pengguna. Biasanya pihak laki-laki akan lebih bertanggung jawab
terhadap pemeliharaan sistim pengolahan pada IPAL sedangkan untuk pihak
perempuan lebih kepada sumber limbahnya terutama untuk grey water (air
limbah cucian, mandi dan memasak).
Peran yang tidak kalah pentingnya bagi kedua belah pihak baik laki-laki
dan perempuan adalah kedua-duanya harus dilibatkan dalam penentuan
beberapa hal yang terkait dalam pengolahan limbah cair terutama untuk
pengolahan dengan sistim komunal, seperti untuk urusan pendanaan, penentuan
teknologi, lokasi dan lain-lain.
III.2.6 Permasalahan
86
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
Aspek peran serta masyarakat dan swasta dalam hal pengolahan air
limbah hingga saat ini masih dirasakan kurang, hal ini terbukti dari kurangnya
respon masyarakat maupun swasta terhadap penyuluhan-penyuluhan mengenai
sanitasi. Walaupun ada respon masyarakat yang baik terkait dengan masalah
pembuatan sarana sanitasi dilingkungannya masih ada kendala-kendala yang
ditemui seperti tidak adanya lahan untuk dibangun sarana sanitasi.
Ketersediaan lahan yang sangat minim terutama untuk daerah urban juga
menjadi permasalahan yang cukup berat dalam usaha menangani masalah
limbah cair rumah tangga.
Keterlibatan swasta saat ini masih terbatas pada kegiatan penyedot WC,
namun karena minimnya perusahaan swasta ini maka IPLT yang berada di Desa
Banjardowo penggunaannya masih belum maksimal sehingga kinerja dari IPLT
masih belum efisien.
87
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
a. Sampah organik
Sampah organik dapat dikelompokkan atas sampah organik mudah
membusuk dan sampah organik tidak membusuk/mudah terbakar. Yang
termasuk dampah organik mudah membusuk adalah sampah sisa dapur, sisa
makanan, sampah sisa sayur, dan kulit buah-buahan. Sedangkan sampah
organik yang tidak membusuk/ mudah terbakar adalah kertas, kain karet,
tektile,kayu dan kulit.
b. Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat terdekomposisi. Jenis
sampah anorganik adalah logam, besi, kaca, tembikar, plastik dan debu.
88
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
Tabel 21. Perhitungan Volume Sampah Yang Masuk ke TPA Banjardowo Kabupaten Jombang
Sampah Sampah Perhitungan
Sampah Sampah Per Pemadatan Reduksi
Jumlah Pelaya Setelah Setelah Berdasar Komul
No. Tahun n Po Per Hari Tahun Pengangkutan di TPA
Penduduk nan (%) Reduksi Pemadatan Rumus dg atif
(m^3/hari) (m^3/tahun) (2,67) (%)
(m^3/tahun (m^3/tahun (T=10m) ha
1 2010 3 1,174,059 1,179,880 13 383.46 139,963.29 69,981.64 5 66,482.56 22,160.85 0.17 0.17
2 2011 4 1,174,059 1,181,827 25 738.64 269,604.28 134,802.14 8 124,691.98 41,563.99 0.32 0.49
3 2012 5 1,174,059 118,377 35 1035.80 378,068.78 189,034.39 10 170,130.95 56,710.32 0.44 0.93
4 2013 6 1,174,059 1,185,730 40 1185.73 432,791.54 216,395.77 15 183,936.40 61,312.13 0.47 1.4
5 2014 7 1,174,059 1,187,687 50 1484.61 541,882.05 270,941.03 20 216,752.82 72,250.94 0.56 1.96
6 2015 8 1,174,059 1,189,646 50 1487.06 542,776.16 271,388.08 20 217,110.46 72,370.15 0.56 2.52
7 2016 9 1,174,059 1,191,609 55 1638.46 598,038.91 299,019.46 20 239,215.56 79,738.52 0.62 3.13
8 2017 10 1,174,059 1,193,575 60 1790.36 653,482.56 326,741.28 20 261,393.02 87,131.01 0.67 3.81
9 2018 11 1,174,059 1,195,545 75 2241.65 818,201.00 409,100.50 20 327,280.40 109,093.47 0.84 4.65
10 2019 12 1,174,059 1,197,517 80 2395.03 874,187.77 437,093.89 20 349,675.11 116,558.37 0.9 5.55
11 2020 13 1,174,059 1,199,493 80 2398.99 875,630.18 437,815.09 20 350,252.07 116,750.69 0.9 6.45
12 2021 14 1,174,059 1,201,473 80 2402.95 877,074.97 438,537.48 20 350,829.99 116,943.33 0.9 7.35
13 2022 15 1,174,059 1,203,455 80 2406.91 878,522.14 439,261.07 20 351,408.86 117,136.29 0.9 8.26
14 2023 16 1,174,059 1,205,441 80 2410.88 879,971.71 439,985.85 20 351,988.68 117,329.56 0.91 9.16
15 2024 17 1,174,059 1,207,430 80 2414.86 881,423.66 440,711.83 20 352,569.46 117,523.15 0.91 10.07
Sumber : Dinas PU Ciptakarya Tata Ruang kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Jombang 2010
89
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
90
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
91
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
2.5
2
ha
1.5
0.5
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Cakupan Pelayanan 1.529 1.534 1.537 1.549 1.549 1.587 2.8 2.8
Trend yang kurang lebih sama juga ditunjukkan oleh volume sampah,
baik sampah basah maupun kering yang mengalami trend naik sampai dengan
tahun 2005 kemudian turun pada tahun 2006 dan naik lagi pada tahun 2007.
Selama periode ini baik jumlah sampah basah maupun kering mengalami
penurunan masing-masing 1,33%. Untuk lebih jelasnya trend volume sampah
dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Perkembangan Volume Sampah di Kabupaten Jombang dari
Tahun 2000 – Tahun 2007
400
300
m3/hari
200
100
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sampah Kering 113.1 113.7 114.6 118.05 118.08 119 89.016 111.6
Sampah Basah 263.9 265.3 267.4 273.95 274.65 276.5 207.7 260.4
Sumber: RPIJM Kabupaten Jombang Tahun 2010.
92
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
300
250
200
orang
150
100
50
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Jml Tenaga 225 227 227 259 255 255 300 325
93
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
94
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
95
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
Pada dasarnya desain suatu lahan urug mengacu pada titik control
yang dilaksanakan pada rencana pengoperasiannya. Pengontrolan bagian
atas meliputi usaha agar emisi cemaran udara dan ionfiltrasi air dapat
dibatasi, sedang pengontrolan bagian dinding dan dasar diarahkan untuk
memaksimalkan pengumpulan lindi dan membatasi transport cemaran
(terutama lindi) ke dalam tanah. Sejumlah upaya yang dilakukan untuk hal
tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a. Pengurangan masuknya air eksternal pada area penimbunan dengan
menerapkan system drainase lahan efektif dan tanah penutup final
b. Pengintegrasian antara tanah penutup final (final cover), dengan tanah
penutup harian (daily coner).
c. Pengendalian erosi permukaan dengan system drainase sekitar lahan
efektif
d. Pencegahan/meminimisasi pencemaran air tanah dengan lapisan dasar
(liner) terintegrasi
e. Pengumpulan dan pengolahan lindi
f. Pengontrolan emisi gas dengan pearlengkapan penangkap gas
g. Pencegahan bau, kebakaran dan ledakan dengan pengadaan ventilasi
dan tutupan (cover) dan area hijau.
Pada dasarnya, tanah mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi
dan mendegradasi pencemar, namun dengan adanya sistem pengumpul
lindi dan pelapis dasar akan meminimisasi pencemaran air tanah yang akan
terjadi. Para ahli persampahan menyarankan agar dasar TPA sampah di
Indonesia dilapisi 2 x 0.25 meter tanah yang relatip kedap dan dipadatkan
sampai densitas proctor 90 - 95%. Selain itu, disarankan pula agar
kemiringan dasar TPA mengarah ke titik tertentu yang merupakan tempat
pengumpulan lindi untuk ditangani lebih lanjut. Guna memperlancar serta
menjaga agar pelapis dasar tersebut tidak rusak, maka diperlukan penutup
kerikil 20 – 30 cm.
96
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
97
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
98
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
99
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
100
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
101
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
102
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
103
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
104
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
Pertamanan yang telah ada sehingga peranan badan ini sementara dapat
bersifat semi private. Sedangkan pada proses selanjutnya akan terdapat
proses pengalihan tugas secara bertahap dari Dinas PU Cipta Karya Tata Ruang
Kebersihan dan Pertamanan menjadi suatu badan. Pertimbangan
pembentukan badan adalah dalam rangka penanganan secara professional
dimana apabila terjadi kerjasama dengan pihak swasta, maka dapat secara
langsung ditangani oleh badan yang dibentuk. Pada sisi yang lain maka Dinas
PU Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan tetap menyelenggarakan
pelayanan umum langsung kepada masyarakat serta pengelolaan operasional
kebersihan dengan pola pelibatan peran serta masyarakat (PSM). Pada tahap
selanjutnya badan pengelola dapat dikembangkan menjadi badan usaha murni
milik Pemerintah Kabupaten/Kota bersama masyarakat.
105
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
3% 3%
7%
87%
Permasalahan lain yang ada saat ini adalah adanya TPS-TPS yang belum
mampu menjangau seluruh masyarakat perKabupatenan dan semakin
berkurangnya daya tampung TPA sementara sampah yang ditampung semakin
lama semakin banyak seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
tingkat konsumsi mayarakat yang semakin beragam.
106
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
dengan lumpur dan gulma dan secara tidak langsung menjadi media yang sangat
nyaman untuk berkembangnya penyakit demam berdarah.
Sedangkan di wilayah perkotaan Jombang dengan semakin meningkatnya
perkembangan kawasan permukiman mengakibatkan sering terjadinya genangan
di beberapa lokasi dengan luasan mencapai 7.111 meter, yang meliputi wilayah
Kelurahan Kepatihan, Jombang, Desa Sambong Dukuh, Desa Pulu Lor, Kelurahan
Kaliwungu, Desa Tambakrejo dan Desa Mojongapit. Terbatasnya dana untuk
pemeliharaan saluran drainase hampir bisa dikatakan bahwa hampir 5 tahun
kebelakang belum pernah ada pemeliharaan saluran drainase, sehingga membuat
banyak saluran yang rusak.
Selain itu dengan adanya fenomena pemanasan global dengan paradigma
mitigasinya adalah bukan segera membuang air hujan tetapi bagaimana air hujan
bisa dengan cepat diresapkan kedalam tanah, hal ini untuk lebih meningkatkan
deposit air tanah yang kian tahun terasa semakin berkurang depositnya. Sebagai
solusinya adalah perlu adanya resapan air kedalam tanah dengan media sumur
resapan.
Sistem drainase di Kabupaten Jombang dibuat sedemikian rupa dengan
menggunakan prinsip gravitasi bumi untuk mengalirkan air dari tempat yang lebih
tinggi ke tempat yang lebih rendah. Persoalan lancar atau tidaknya suatu sistem
drainase menjadi sangat berarti dalam suatu lingkungan perkotaan, khususnya
dilingkungan padat terutama di areal-areal pusat aktifitas kegiatan manusia. Titik
kunci dari perencanaan sistem jaringan drainase ini adalah lancar tidaknya aliran
air hujan yang mengalir di permukaan tanah.
Perencanaan sistem drainase tergantung dari beberapa hal antara lain;
besarnya curah hujan rata-rata yang diterima oleh satu satuan kawasan; besar
kecilnya daya serap air oleh permukaan tanah. Hal ini tergantung dari koefisien
serap permukaan yang sangat tergantung dari jenis material penutup permukaan;
luasnya bidang penyerapan air hujan.
Semakin sulit air diserap oleh suatu permukaan, maka semakin banyak
volume yang harus dialirkan melalui sistem pembuangan (drainase), demikian
107
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
pula sebaliknya. Dan hal ini sangat menentukan dimensi pipa yang digunakan
sebagai sarana pembuangan.
Dengan meningkatnya beberapa fungsi ruang di perkotaan yang
menyebabkan terjadinya perubahan kawasan yang belum terbangun menjadi
terbangun, perlu diimbangi dengan perencanaan sistem drainse yang baik. Sistem
ini akan mengalirkan buangan air hujan dari kawasan terbangun ke jaringan
drainase perkotaan melalui gaya gravitasi.
108
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
Rencana Induk Jaringan Drainase Kota Jombang sampai saat ini belum
dibuat, sehingga menyulitkan untuk program pengembangan dan
mengidentifikasi daerah-daerah genangan baru serta untuk drainase kota yang
lebih baik. Rencana pengembangan sistem pematusan di kabupaten Jombang di
utamakan pada jalan arteri dan kolektor primer yang terdapat pada desa-desa
pusat perkotaan dan pada pusat permukiman real estate. Selain itu juga
pengembangan jaringan pematusan juga terdapat pada Kecamatan Mojowarno
yang merupakan lokasi rawan banjir di Kabupaten Jombang yaitu desa
Mojoduwur, Japanan, dan Penggaran. Sistem jaringan pematusan di Kabupaten
Jombang terdiri dari sistem jaringan drainase primer yang terdapat pada 44
aliran kali yang melewati Kabupaten Jombang.
109
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
110
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
111
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
III.4.6 Permasalahan
112
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
113
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
100
80
60
40
20
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Perkotaan 116 116 116 116 116 116 146 146
IKK 66.5 66.5 66.5 66.5 66.5 66.5 50 50
114
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
200
150
100
50
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Perkotaan 115.94 115.94 115.94 115.94 122.38 123.6 124.71 125.83
Series2 287.81 287.81 287.81 287.81 290.92 293.83 299.59 302.29
115
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
Pengelolaan sistem air bersih dikelola oleh PDAM, air bersih non-
perpipaan dengan pembuatan sumur gali dikelola oleh masing-masing pemilik
sumur gali (keluarga), sedangkan untuk sumber air bersih dari mata air dikelola
oleh pemerintah Kelurahan setempat.
80
Prosentase (%)
60
40
20
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Cakupan Layanan 38.37 38.98 39.35 23.5 30.63 30.63 34.12 36.6
116
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
117
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
Tabel 23. Pelanggan dan Pemakaian Air Per Kelompok Tarip Kabupaten
Jombang Tahun 2008
Rumah Tempat Tinggal (Non Niaga) Badan Sosial (RS, Tempat Ibadah, dll)
Air Air
Kecamatan
Pelanggan Disalurkan Nilai (Rp) Pelanggan Disalurkan Nilai (Rp)
(m3) (m3)
Bandar Kdm - - - - - -
Perak - - - - - -
Gudo - - - - - -
Diwek 127 28,425 32,861,625 12 8,834 6,653,250
Ngoro - - - - - -
Mojowarno - - - - - -
Bareng 1,542 288,227 308,971,879 41 15,495 11,504,700
Wonosalam - - - - - -
Mojoagung 802 115,240 136,873,300 7 1,381 1,099,800
Sumobito - - - - - -
Jogoroto - - - - - -
Peterongan - - - - - -
Jombang 7,288 1,814,530 2,303,294,250 53 57,856 43,109,400
Megaluh - - - - - -
Tembelang - - - - - -
Kesamben - - - - - -
Kudu - - - - - -
Ngusikan - - - - - -
Ploso 1,837 351,211 433,646,250 1 180 135,000
Kabuh 1,172 207,813 249,398,250 3 203 334,350
Plandaan - - - - - -
Jumlah 12,768 2,805,446 3,465,045,554 117 83,949 62,836,500
Sumber: PDAM Kabupaten Jombang Tahun 2008
118
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
119
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
3.5.5 Permasalahannya
Sampai dengan saat ini (tahun 2008) berdasarkan hasil survey yang telah
dilakukan oleh dinas terkait terdapat 23 Desa yang tersebar di 8 Kecamatan di
Kabupaten Jombang yang masuk dalam kategori desa yang rawan air.
Sedangkan permasalahan lain yang dihadapi PDAM di Kabupaten Jombang
adalah sebagai berikut :
- Sudah banyak jaringan perpipaan yang sudah tua, sehingga banyak terjadi
kebocoran;
- Kawasan permukiman belum semuanya dapat dilayani oleh PDAM;
- Minat masyarakat untuk berlangganan PDAM masih kurang;
- Sumber air baku dan sumber mata air yang ada belum digunakan secara
optimal;
- Sebagian kawasan tidak layak untuk dikembangkan sumber air bakunya;
- Perbaikan sistem manajemen di dalam PDAM sehingga pelayanan bagi
masyarakat dapat lebih efisien dan efektif
- Belum adanya Rencana Induk Sistem/Masterplan Air Minum.
Berdasarkan kondisi diatas, maka Kabupaten Jombang yang terdiri dari
21 Kecamatan untuk cakupan pelayanan PDAM masih belum maksimal dalam
melayani kebutuhan keseluruhan wilayahnya. Cakupan pelayanan PDAM sampai
dengan saat ini baru mencapai 36,60 %. Sampai dengan saat ini Kabupaten
Jombang untuk memenuhi kebutuhan air bersih masih memanfaatkan sumber
air bawah dan sumber mata air. Pemanfaatan air bawah tanah secara
keseluruhan di Kabupaten Jombang meliputi seluruh pemanfaatan air bawah
tanah baik untuk kebutuhan domestik, pertanian, komersil serta industri.
Wilayah yang memiliki kuantitas dan kualitas air bawah tanah yang baik serta di
dukung oleh ketersediaan air bawah tanah yang melebihi dari kebutuhan air,
maka wilayah tersebut layak untuk dikembangkan dalam pemanfaatan sumber
daya air bawah tanahnya, sedangkan untuk wilayah yang ketersediaan air
bawah tanahnya lebih kecil ataupun sama dengan jumlah kebutuhan air, pada
wilayah tersebut tidak layak untuk di kembangkan dalam pemanfaatan sumber
daya air bawah tanahnya karena akan merusak kelestarian lingkungan.
120
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
121
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
123
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
125
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
127
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
128
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
129
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jombang
130