Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Limbah B3


Limbah ada yang berbahaya dan beracun bagi lingkungan hidup dan khususnya
manusia.Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan
sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara
berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Limbah B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan
hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kelangsungan hidup manusida
serta makhluk hidup lainnya. Menurut PP 85/1999, pasal 1 (ayat 2) Limbah bahan
berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya.
2.2. Karakteristik Limbah B3

Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan
beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses,
dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-
bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut:
mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,
bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui
termasuk limbah B3. Jenis-jenis limbah beracun diantaranya:

1) Mudah meledak
Suatu limbah dianggap sebagai limbah B3 jika mudah meledak pada temperature dan
tekanan standart (25⁰C dan 760 mmHg) atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat
menghasilkan gas yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitar.
2) Mudah menyala
Limbah berupa cairan yang mengandung alkihil kurang dari 24% volume dan atau pada
titik nyala tidak lebih dari 60⁰C atau 140⁰F akan menyala jika terjadi kontak dengan api.
3) Reaktif
Suatu limbah dikatakan memiliki sifat reaktif jika limbah tersebut tidak stabil di kondisi
normal. Dimana limbah ini dapat menyebabkan ledakan, mengeluarkan asap, bereaksi
jika berdekatan dengan barang tertentu, menguap atau menghasilkan campuran yang
mudah meledak jika dipanaskan, dikompresi atau dicampur air.
4) Infeksius
Infeksius adalah salah satu karakter limbah B3 yang berasal dari kegiatan medis yang
dapat menimbulkan infeksi. Umumnya limbah jenis ini dihasilkan dari fasilitas
kesehatan.
5) Korosif
Suatu limbah dianggap memiliki karakteristik korosif jika asam memiliki pH sama
dengan atau kurang dari 2 dan basa dengan nilai pH sama dengan atau diatas 12.5, dapat
menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat menyebabkan baja berkarat.
6) Beracun
Limbah yang memiliki karakteristik ini dapat menjadi sangat fatal jika mencapai
jaringan target dan terakumulasi dalam konsentrasi tertentu di dalam tubuh manusia
maupun makhluk hidup lain jika masuk ke dalam tubuh melalui organ pernafasan, kulit
maupun mulut. Buku mutu konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching
Procedure) pencemar organik dan anorganik dalam limbah dapat digunakan untuk
menentukan sifat racun pada suatu limbah seperti yang tercantum pada Lampiran II
Peraturan Pemerintah nomor 18 Tahun 1999.
Limbah B3 maupun bahan berbahaya dan beracun tidak saja dihasilkan atau
digunakan oleh kegiatan industri tetapi juga dari berbagai aktivitas manusia lainnya
misalnya dari kegiatan pertanian, rumah tangga dan rumah sakit. Untuk itulah perlu
dikelola secara benar sehingga tidak mencemari dan mengganggu kesehatan manusia.
2.3. Sumber Limbah B3

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:


a. Primary sludge yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil
dan mudah menguap.
b. Chemical sludge yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi
danflokulasi.
c. Excess activated sludgeyaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dengnlumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur darihasil proses tersebut.
d. Digested sludgeyaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan atau lumpur yang
dihasilkancukup stabil dan banyak mengandung padatan organik
2.4. Teknologi Pengolahan Limbah B3

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling
populer di antaranya ialah :
1. chemical conditioning, yaitu salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah
chemical conditioning. Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:
1) menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
2) Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
3) mendestruksi organisme patogen
4) Memanfaatkan hasil samping proseschemical conditioning yang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada
prosesdigestion
5) Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman
dan dapat diterima lingkungan
2. Solidification/Stabilization
Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah
dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan
pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut.
Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan
berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait
sehingga sering dianggap mempunyaiarti yang sama. Proses solidifikasi atau
stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:
1) Macroencapsulation,yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
dibungkus dalam matriks struktur yang besar
2) Microencapsulation,yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat
mikroskopik
3) Precipitation
4) Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada
bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
5) Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke
bahan padat
6) Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi
senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama
sekali.
Teknologi solidikasi atau stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur
(CaOH2),dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah
metoda in-drum mixing, in-situ mixing , dan plant mixing. Peraturan mengenai
solidifikasi atau stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-
03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration) adalah alternatif yang menarik dalam
teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah
hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan
solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya
memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang
tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas.
Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari
komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat.
Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil. Aspek penting dalam
sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value) limbah. Selain
menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses
pembakaran, heating value juga menentukan banyaknyaenergi yang dapat
diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang palingumum diterapkan
untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiplehearth, fluidized
bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous wasteinjection, dan
starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut,rotary kiln mempunyai
kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair,dan gas
secara simultan.

Anda mungkin juga menyukai