Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang juga menghadapi masalah polusi udara,

paling sering disebabkan oleh asap kendaraan bermotor dan asap pabrik. Tingkat

polusi udara di kota-kota besar di Indonesia makin meningkat sehingga masalah

kesehatan terutama pernapasan juga bertambah. Bahkan pajanan polusi udara

dalam jangka lama, dapat menimbulkan perubahan atau kerusakan histopatologi

paru kesehatan (Munthe et al., 2003)


Kebersihan lingkungan menjadi salah satu faktor utama demi berlangsungnya

hidup yang bersih, sehat, dan nyaman demi terhindar dari berbagai macam

penyakit sangat di inginkan oleh setiap orang. Dalam menjaga kebersihan

lingkungan hidup tidak hanya diri kita sendiri, tetapi juga masyarakat, dan juga

pemerintah. Dalam perkembangan dan pertumbuhan suatu kota, kebersihan

merupakan salah satu faktor yang menunjang kemajuan suatu kota. Kota yang

bersih melambangkan keseriusan pemerintah daerah tersebut dalam menjaga dan

memelihara kebersihan serta kebersihan kota tersebut.


Untuk itu perlu adanya suatu upaya jelas dalam pengelolaan kebersihan kota

yang menyebabkan berbagai dampak negatif yang ditimbulkannya. Dalam

pelaksanaan pengelolaan kebersihan kota maka dibutuhkan dinas khusus yang

mempunyai tugas dan fungsi tentang tatakelola kebersihan kota, berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Balikpapan No. 17 Tahun 2008 Tentang pembentukan

organisasi Dinas Kebersihan pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapapan.

Melalui Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) kebersihan Kota


2

Balikpapan menjadi tanggungjawab dan wilayah kerjanya yang menangai khusus

kebersihan lingkungan Kota Balikpapan.


Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya DKPP Balikpapan didukung oleh

beberapa petugas kebersihan yang terdiri dari 1 orang sebagai pengawas, 71 orang

sebagai driver, 329 orang sebagai petugas pengangkut sampah, 41 orang sebagai

petugas drainase/ atas air dan sebanyak 210 orang sebagai penyapu jalan (DKKP

Balikpapan 2016). Semua petugas tersebut bersinergi satu sama lain dibawah

DKKP tersebar diseluruh Kota Balikpapan, sedangkan petugas penyapu jalan

banyak di pusatkan di jalan-jalan protokol Kota Balikpapan.


Petugas Kebersihan penyapu jalan merupakan petugas terdepan

dalam pencapaian dan terciptanya kebersihan jalan kota, Penyapu jalan

merupakan suatu profesi yang umum di Indonesia. Walaupun di luar negeri sudah

menggunakan suatu mesin untuk menyapu jalan, di Indonesia menyapu jalan

masih dikerjakan secara manual. Pekerjaan ini dimulai dari pagi-pagi sekali

hingga siang hari. Pada saat pagi-pagi sekitar pukul 4 pagi atau lebih pagi dari itu

para penyapu jalan mulai melakukan pekerjaan. Pada pagi hari tersebut kurangnya

cahaya atau gelap menjadi kesulitan bagi para penyapu jalan. Selain itu terkadang

di pagi-pagi tersebut banyak mobil yang ngebut dikarenakan kondisi jalan yang

sepi.

Salah satu bidang pekerjaan yang perlu mendapat perhatian adalah pekerja

penyapu jalan. Pekerjaan sebagai penyapu jalan merupakan pekerjaan yang

berisiko untuk terpapar debu baik debu yang berasal dari aktifitas jalan raya

maupun debu yang berasal dari polusi kendaraan. Dampak negatif dari jalan raya

adalah pencemaran udara polusi kendaraan dan debu. Hal demikian bisa
3

menimbulkan gangguan kesehatan berupa Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

pada petugas penyapu jalan.


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi pada saluran

pernafasan terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring tetapi

kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara

berurutan (Nelson, 2004). Berdasarkan laporan World Health Organization

(WHO) Tahun 2005 menyatakan kematia akibat ISPA di seluruh dunia sekitar

19% atau berkisar 1,6-2,2 juta, di mana sekitar 70% terjadi di negara-negara

berkembang terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Berdasarkan data Kementrian

Kesehatan Indonesia menunjukkan penderita ISPA semakin bertambah tiap tahun.

Pada tahun 2011 tercatat penderita mencapai 18.790.481 orang dengan 756.777

orang lainnya menderita pneumonia. Meningkat dari penderita ISPA sebanyak

18.069.360 orang pada 2010.


Di dunia, penyakit ini telah menyebabkan 3,9 juta kematian (WHO, 2002).

Akan tetapi, pada sumber lain diketahui bahwa ISPA bertanggung jawab untuk

4,25 juta kematian setiap tahun (ARIAtlas.org, 2010). Acute Respiratory Infection

merupakan penyebab kematian terbesar ketiga khususnya di negara miskin dan

negara menengah. Banyaknya jumlah kematian pada negara miskin dan menengah

umumnya disebabkan karena gizi buruk, polusi, kepadatan penduduk, dan

penggunaan tembakau. Di negara, seperti Mali, Afganistan, Sierra Leon, dan

Niger, merupakan negara yang memiliki angka kematian (death rate) sepuluh kali

lebih tinggi dari rata-rata dunia (ARIAtlas.org, 2010).


ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di

dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%- nya

disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat


4

tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara- negara

dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA

merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas

pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007)


Di Indonesia berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia, penyakit infeksi ini

masuk dalam 10 penyakit terbesar pada pasien rawat jalan selama 4 tahun terakhir

(2007-2010) dengan jumlah kunjungan berturut-turut sebesar 960.460 pada tahun

2007, 469.067 pada tahun 2008, 781.881 Pada tahun 2009, dan 433.354 pada

tahun 2010.
Adapun di Kota Balikpapan penderita ISPA selalalu meningkat, data pada

tahun 2013-2015 Dinas Kesehatan Kota Balikpapan terlihat pada tabel 1.1. berikut

ini :
Tabel 1.1.
Penanggulangan Penyakit ISPA di Kota Balikpapan Tahun 2013-2015

Tahun
No Indikator 2013 2014 2015
Jumlah Penderita ISPA 83.118 91.602 93.873
Target Penemuan Pnemonia 6.044 7.357 6.156
Jumlah Kasus Pnemonia 2.915 2.529 4.012
Penemuan Pnemonea 48.22 34.37 206.3
Sumber : Bidang P2PL DKK Balikpapan Tahun 2015
Berdasarkan Tabel diatas jumlah penderita ISPA pada tahun 2013 berjumlah

83.118 meningkat pada tahun 2014 menjadi 91.602, hingga pada tahun 2015

jumlah penderita ISPA di Kota Balikpapan juga meningkat hingga 93.873.


Prevalensi kejadian ISPA di Indonesia adalah 25,0 persen (Riskesdas, 2013).

ISPA menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1

dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode

ISPA setiap tahunnya.Antara 40%-60% dari kunjungan di puskesmas adalah

karena penyakit ISPA (Depkes, 2008).


5

Salah satu faktor kimia di tempat kerja adalah debu. Debu adalah partikel-

partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis

dari bahan-bahan organik maupun anorganik (Sumamur 2012). Partikel (debu)

yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau

pengendapan partikel tersebut. (Wardhana, W.A. 2004). Fungsi paru dapat

menjadi tidak maksimal oleh karena faktor dari luar tubuh atau faktor ekstrinsik

yang meliputi kandungan komponen fisik udara, komponen kimiawi dan faktor

dari dalam tubuh penderita itu sendiri atau instrinsik. (Amin M. 2000). Akibat

penumpukan debu yang tinggi di paru dapat menyebabkan kelainan dan kerusakan

paru. Penyakit akibat penumpukan debu pada paru disebut pneumoconiosis. Salah

satu bentuk kelainan paru yang bersifat menetap adalah berkurangnya elastisitas

paru, yang ditandai dengan penurunan pada kapasitas vital paru. (Depkes RI.

1994).
Tingginya kasus ISPA dari tahun ke tahun dapat disebabkan beberapa faktor.

karakteristik dan perilaku pekerja serta faktor lainnya seperti umur, penggunaan

masker, lama bekerja, keberadaan perokok dalam rumah dan kebiasaan merokok,

dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit ISPA. Selain itu, pajanan debu juga

dapat menjadi penyebab ISPA. Hal ini dikarenakan pekerja giling batu terus

menerus kontak langsung dengan pajanan debu di lingkungan kerja yang

merupakan partikel yang memiliki range diameter antara 0,5-5 mikron. Debu

berupa partikel padat, halus, merupakan hasil penggilingan tidak sempurna materi

organik seperti batubara. Keberadaan partikulat diudara secara potensial

menyebabkan gangguan saluran pernafasan (Taty, 2012).


6

Menurut hasil penelitian Dinda Anggun di Palembang tahun 2013 bahwa

paparan debu berhubungan dengan kejadian ISPA sejumlah 34 0rang (48.6%) dari

jumlah populasi 70 orang. Menurut penelitian Yusnabeti, dkk tahun 2009 di

pekerja industri mebel di Desa Cilebut Barat bahwa paparan debu berhubungan

dengan kejadian ISPA, yang mengalami ISPA 43 orang dari populasi 98 orang.

Menurut penelitian khairiah dkk, tahun 2012 di sumatera utara bahwa konsentrasi

debu berhubungan dengan gangguan pernafasan 19 orang, dari jumlah populasi 56

orang.
Pencemara udara yang terjadi pada lingkungan membawa dampak negative

bagi kesehatan, terutama berbahaya pada pernafasan manusia. Udara pada kota-

kota besar sudah tercemar oleh asap kendaraan dan debu jalanan. Berbahgai

penyakit pernafasan timbul akibat masalah pencemaran udara, dan yang lebih

banyak dialami adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).


Upaya mencegah timbulnya penyakit khususnya pada pekerja, dapat

dilakukan dengan berbagai cara pengendalian yaitu pengendalian secara tekhnik,

administrasi dan pemakaian alat pelindung diri. Pemakaian alat pelindung diri

merupakan syarat terakhir guna menanggulangi bahaya yang terjadi di tempat

kerja. Macam alat pelindung diri diantaranya alat pelindung kepala, pelindung

tangan, pelindung kaki, tali, dan sabuk pengaman. Pelindung hidung dan mulut

(masker) merupakan alat pelindung pernafasan dari penghisapan (inhalasi) debu,

gas, uap, kabut, asap, sehingga masker ini sangat diperlukan oleh pekerja,

terutama pada penyapu jalan


Berdasarkan observasi awal dari penelitian ini dapat ditemukan berupa

fenomena yang terjadi pada petugas penyapu jalan di Kota Balikpapan adalah

sebagai berikut :
7

1. Petugas penyapu jalan Kota Balikpapan sering dijumpai tidak memakai

masker pada saat bertugas menyapu membersihkan jalan


2. Rentannya kondisi pekerjaan penyapu jalan yang selalu berhubungan

dengan debu dan polusi udara pada pekerjaan penyapu jalan.


3. Meningkatnya jumlah penderita ISPA di Balikpapan pada tiap tahunnnya
4. Kota Balikpapan juga sering terkena dampak kabut asap yang Indeks

Standar Pencemaran Udara (ISPU) hingga mencai pada level tidak sehat.
5. Kurang optimalnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan

Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan dalam pemakaian Alat

Pelindung Diri oleh pekerja penyapu jalan

6. Minimnya diadakan pelatihan/sosialisasi tentang keselamatan dan

kesehatan kerja pada pekerja penyapu jalan.

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah diatas, maka penulis

tertarik melakukan penelitian yang relevan dengan masalah penelitian dengan

judul Analisis Kesehatan Gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

pada pekerja penyapu jalanan Dinas Kebersihan Pertamanan dan

Pemakaman Kota Balikpapan.


1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah yang akan diteliti adalah:


1. Bagaimana lingkungan kerja petugas penyapu jalan Dinas Kebersihan

Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan


2. Bagaimana Dampak paparan debu dengan Kesehatan Gangguan Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada pekerja penyapu jalanan Dinas

Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan


3. Bagaimana dampak Polusi Asap Kendaraan dengan Kesehatan Gangguan

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada pekerja penyapu jalanan

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan


8

1.3. Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi batasan masalah dari

penelitian ini adalah :


1. Kondisi Lingkungan Kerja pada pekerja penyapu jalanan Dinas

Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan


2. Dampak paparan debu dengan Kesehatan Gangguan Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) pada pekerja penyapu jalanan Dinas Kebersihan

Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan


3. Dampak polusi Asap Kendaraan dengan Kesehatan Gangguan Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada pekerja penyapu jalanan Dinas

Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan

1.4. Maksud Dan Tujuan


Berdasarkan judul dan latar belakang serta rumusan masalah di atas

maksud dan tujuan dari penelitian yaitu:


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Kondisi Lingkungan Kerja pada pekerja penyapu jalanan

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan.


2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui dampak paparan debu dengan Kesehatan Gangguan

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada pekerja penyapu jalanan

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan

b. Untuk mengetahui dampak polusi Asap Kendaraan dengan Kesehatan

Gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada pekerja penyapu

jalanan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


9

Ruang lingkup penelitian ini adalah tentang Kondisi Lingkungan Kerja

serta dampak dari paparan debu dan polusi asap kendaran pada pekerja penyapu

jalanan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Balikpapan

1.6. Manfaat Penelitian


Adapun hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat, adapun

manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:


1. Bagi pekerja penyapu jalan, di harapkan penelitian ini bisa di jadikan

sebagai informasi berupa bagaimana lingkungan kerja yang sehat serta

dampak dari lingkungan kerja dari kondisi paparan debu dan polusi asap

kendaraan sehingga para pekerja penyapu jalan dapat mengetahui dan

mengantisipasi dampak pada kesehatan gangguan Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA)

2. Bagi Masyarakat, diharapkan dapat di jadikan sebagai informasi dan

pengetahuan tentang kondisi lingkungan kerja beserta dampaknya pada

pekerja penyapu jalanan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman

Kota Balikpapan

3. Bagi DKPP Kota Balikpapan, Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan

sebagai referensi informasi, sekaligus antisipasi dan usaha pencegahan/

deteksi dini dan pengobatan yang tepat tentang kondisi lingkungan kerja

dari dampak dari debu dan polusi asap kendaraan pada pekerja penyapu

jalanan sehingga kesehatan penyapu jalan dapat terus terjaga terhindar dari

gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Anda mungkin juga menyukai