Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andi Resky Aisyah Bania Bajang

Nim :14120210183
Kelas : C6
Matkul : k3 kontruksi dan pertambagan

Penyakit Akibat Kerja (PAK)


1. Penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru juga dapat
menyerang organ tubuh lainnya. Penyakit Tuberkulosis ditularkan oleh penderita
Tuberkulosis BTA positif, kuman Tuberkulosis menular melalui udara pada saat
penderita batuk dan bersin sehingga kuman menyebar di udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak), sehingga orang dapat terinfeksi apabila menghirup droplet tersebut
ke dalam saluran pernafasan (Kemenkes RI, 2014). Menurut Achmadi (2010) faktor
risiko penularan tuberkulosis adalah faktor lingkungan dan faktor perilaku. Faktor
lingkungan meliputi ventilasi, kepadatan hunian, suhu, pencahayaan dan kelembaban.
Sedangkan faktor perilaku meliputi kebiasaan merokok, meludah atau membuang
dahak di sembarang tempat, batuk atau bersin tidak menutup mulut dan kebiasaan
tidak membuka jendela. Berdasarkan hasil survei di Indonesia oleh Ditjen
Pemberantas Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (2011) tingginya angka
kejadian TB paru salah satunya disebabkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan.
Pengetahuan penderita tuberkulosis akan berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya
seperti membuang ludah atau dahak yang sembarangan dapat menjadi sumber penular
bagi orang disekelilingnya Prabu dalam Fitriani (2013) menjelaskan bahwa kepala
keluarga yang mempunyai pendapatan di bawah upah minimum regional (UMR) akan
mengonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi
setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan
memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru.
Menurut WHO angka kasus penyakit tuberkulosis menduduki peringkat di atas
HIV/AIDS. Pada tahun 2016 diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru tuberkulosis
atau 142 kasus/100.000 populasi, sebesar 60% kasus baru terjadi di 6 (enam) negara
yaitu India, Indonesia, China, Nigeria, Pakistan dan Afrika Selatan, dan Indonesia
menduduki peringkat kedua (WHO Global Tuberculosis Report, 2017). Berdasarkan
data profil kesehatan Indonesia Tahun 2018 jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia
pada tahun 2017 adalah sebanyak 420.994 kasus dan meningkat pada tahun 2018
mencapai angka 511.873 kasus (Kemenkes RI, 2018). Angka tuberkulosis paru di
Provinsi Riau pada Tahun 2018 adalah sebanyak 11.135 kasus (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2017, penyakit
tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung berbasis lingkungan yang
menduduki peringkat kedua dengan jumlah kasus 1.071 setelah penyakit diare dengan
jumlah kasus 1.076. Jumlah kasus BTA Positif pada Tahun 2017 di Kabupaten
Kampar mencapai angka 1071 kasus, dengan jumlah penderita terbanyak terdapat di
Kecamatan Tambang yaitu 78 Kasus. Pada Tahun 2018 jumlah kasus TB sebanyak
1079 kasus, dengan kasus tertinggi juga terjadi di Puskesmas Tambang dengan
jumlah total 67 kasus dan 43 kasus baru, disusul oleh Puskesmas Siak Hulu I dengan
jumlah 57 Kasus (Dinkes Kab.Kampar, 2018). Beradasarkan hal tersebut maka
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan besar risiko hubungan lingkungan
fisik, sosial dan ekonomi dengan kejadian tuberkulosis paru di Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar.

 Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Dalam studi kasus
ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan wawancara dan analisis
dokumen terkait proyek pengembangan solusi. Data-data ini kemudian dianalisis
untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin terjadi selama proses
pengembangan dan implementasi.
 Latar belakang
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko-
risiko yang terkait dengan pengembangan dan implementasi solusi tertentu dalam
suatu konteks tertentu. Latar belakang penelitian ini menekankan pentingnya
memahami risiko-risiko tersebut agar dapat mengambil langkah-langkah yang
tepat dalam mengelolanya.

 Jumlah sampel
Penelitian ini melibatkan satu proyek pengembangan solusi sebagai studi
kasus. Jumlah sampel dalam studi kasus ini adalah satu proyek tersebut. Data
diperoleh dari berbagai sumber, termasuk tim proyek, dokumentasi proyek, dan
pihak terkait lainnya.

 Risiko sulusi
Risiko-risiko solusi mengacu pada potensi kendala, masalah, atau
tantangan yang mungkin muncul selama pengembangan dan implementasi solusi
tersebut. Solusi tersebut dapat berupa proyek IT, perubahan proses bisnis, atau
inisiatif lainnya. Risiko-risiko ini perlu diidentifikasi, dievaluasi, dan diatasi agar
solusi dapat berhasil diimplementasikan dan memberikan nilai tambah yang
diinginkan.

 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat
beberapa risiko kunci yang terkait dengan pengembangan dan implementasi solusi
di konteks yang diteliti. Risiko-risiko ini termasuk masalah anggaran, perubahan
kebutuhan, masalah teknis, dan lain sebagainya. Kesimpulan ini menjadi dasar
untuk mengembangkan rekomendasi dan strategi pengelolaan risiko yang tepat.

2. Penyakit Paru-paru
Pertambangan batu bara tetap menjadi industri yang cukup besar karena perannya
yang penting dalam produksi energi. Teknologi pertambangan modern telah
meningkatkan produktivitas, dengan kemampuan menghancurkan ribuan ton batubara
per shift. Tugas-tugas ini menghasilkan awan partikel debu yang dapat terhirup
dengan radikal beracun di permukaannya

Paru-paru adalah sepasang organ penting yang terletak di dalam dada, di dalam
rongga dada di antara tulang rusuk. Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk
memfasilitasi pertukaran oksigen (O2) dari udara yang kita hirup ke dalam darah dan
untuk menghilangkan karbon dioksida (CO2) dari darah. Ini adalah proses vital yang
memungkinkan tubuh kita mendapatkan oksigen yang diperlukan untuk berfungsi dan
membuang produk sampingan berupa karbon dioksida.
Paru-paru terdiri dari jaringan berongga yang disebut alveoli, tempat
pertukaran gas terjadi. Oksigen yang kita hirup dihantarkan ke dalam alveoli, dan dari
sana, oksigen tersebut diserap oleh pembuluh darah ke dalam aliran darah dan dibawa
ke seluruh tubuh. Sebaliknya, karbon dioksida yang telah dihasilkan oleh sel-sel
tubuh dibawa oleh darah kembali ke paru-paru, di mana ia dikeluarkan dari tubuh
melalui pernapasan.
Paru-paru juga memiliki sistem pertahanan yang membantu melindungi tubuh
dari infeksi dan partikel berbahaya yang dapat masuk melalui pernapasan. Sistem ini
mencakup mukus dan rambut-rambut halus di dalam saluran pernapasan yang
bertindak sebagai penyaring.
Masalah dalam fungsi paru-paru atau kondisi medis tertentu yang
memengaruhi paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan mengganggu
pertukaran gas yang esensial untuk kehidupan. Itulah mengapa menjaga kesehatan
paru-paru sangat penting untuk kesejahteraan umum seseorang.
 Latar belakang :
Penelitian ini membahas dampak paparan debu batu bara terhadap penyakit
paru-paru yang terkait dengan pekerjaan di pertambangan batubara (CMDLD).
CMDLD mencakup berbagai gangguan pernapasan, termasuk pneumokoniosis
(CWP), silikosis, dan fibrosis paru terkait debu. CMDLD merupakan masalah
kesehatan yang signifikan di kalangan penambang batu bara.

 Metode penelitian :
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis literatur dan berfokus pada data
yang relevan dari berbagai sumber. Sumber data mencakup studi kasus-kontrol,
analisis gambar radiografi dada, tes fungsi paru, dan informasi riwayat pekerjaan
penambang. Data dikumpulkan untuk menganalisis prevalensi CMDLD, faktor
risiko, biomarker klinis, dan diagnosis penyakit.

 Risiko : Penambang batubara memiliki risiko tinggi mengembangkan


pneumokoniosis, yang disebabkan oleh paparan debu tambang batubara.
Pneumokoniosis dapat mencakup pneumokoniosis pekerja batubara (CWP),
silikosis, dan pneumokoniosis debu campuran.

 Jumlah sempel :
Penelitian ini mencakup data dari sejumlah studi sebelumnya dan tidak
secara spesifik menyebutkan jumlah sampel dalam teks. Jumlah sampel dalam
penelitian sebelumnya dapat bervariasi tergantung pada studi kasus-kontrol yang
diambil sebagai dasar analisis.

 Pemantauan Medis
Secara historis, kesehatan paru-paru pekerja penambang batu bara telah
dipantau menggunakan radiografi berkala (setiap 5 tahun). Laporan terbaru
kemajuan pesat telah menantang pendekatan tersebut. Selain itu

terhadap radiografi, spirometri setiap 1 hingga 3 tahun sekarang


direkomendasikan, untuk mendeteksi penurunan fungsi yang cepat dan
memungkinkan dilakukannya pemeriksaan tepat waktu. intervensi dan
pemeliharaan kesehatan paru-paru (28). Beberapa pendekatan untuk penilaian
spirometri longitudinal telah dilakukan diterbitkan (termasuk paket perangkat
lunak domain publik gratis) yang memfasilitasi identifikasi individu dengan
penurunan yang dipercepat, bahkan ketika fungsi paru-paru masih dalam batas
normal populasi

 Kesimpulan :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CMDLD merupakan masalah
kesehatan serius di antara pekerja tambang batubara. Penelitian ini
mengidentifikasi berbagai faktor risiko, termasuk paparan debu batu bara dan
silika, yang dapat mempengaruhi perkembangan CMDLD. Diagnosis penyakit
terkait debu batubara berdasarkan transformasi faktor pertumbuhan dan faktor
pertumbuhan endotel vaskular, dan peran polimorfisme tertentu dalam gen
inflamasi dan fibrotik juga dibahas. Pentingnya pemantauan medis, perawatan,
dan pencegahan penyakit CMDLD di antara penambang batu bara ditekankan
dalam penelitian ini. Lebih banyak penelitian dan pemahaman tentang CMDLD
diperlukan untuk mengidentifikasi biomarker klinis yang berguna dan
pengelolaan yang efektif.

 Catatan :Penelitian ini merangkum temuan dan pemahaman sebelumnya tentang


CMDLD. Detail lengkap dan data spesifik dari penelitian terdahulu mungkin
diperlukan untuk informasi lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai