PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) bukan satu penyakit tunggal namun
merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan penyakit paru-paru
kronis yang menyebabkan keterbatasan aliran udara di paru-paru. Istilah yang lebih
dikenal seperti 'bronkitis kronis' dan 'emphysema' tidak lagi digunakan, namun sekarang
termasuk dalam diagnosis PPOK. Gejala COPD/PPOK yang paling umum adalah sesak
napas, atau kebutuhan akan udara, produksi sputum berlebihan, dan batuk kronis. Namun,
PPOK bukan hanya sekedar "batuk perokok", tapi penyakit paru yang kurang terdiagnosis
dan mengancam jiwa yang dapat menyebabkan kematian secara progresif (WHO, 2015).
Penyakit paru obstruksi kronis adalah penyakit yang ditandai dengan pengurangan
aliran udara yang terus-menerus. Gejala COPD/PPOK semakin memburuk dan sesak
napas terus-menerus pada pengerahan tenaga, akhirnya menyebabkan sesak napas saat
istirahat. Ini cenderung kurang di diagnosis dan bisa mengancam nyawa. Istilah yang
lebih dikenal bronkitis kronis dan emphysema sering digunakan sebagai label untuk
kondisinya (WHO, 2015).
Riskesdas 2013 berhasil mengunjungi 11.986 blok sensus (BS) dari 12.000 BS
yang di targetkan (99,9%), 294.959 dari 300.000 RT (98,3%) dan 1.027.763 anggota RT
(93,0%). Data hasil riskesdas tersebut menempatkan Sulawesi Tenggara pada peringkat
10 dengan penderita penyakit PPOK sebesar 4,9% dari 33 provinsi di Indonesia
(Riskesdas, 2018).
Prevalensi PPOK berdasakan wawancara di Indonesia didapati 3,7 % per mil
dengan frekuensi yang lebih tinggi pada laki-laki, dari seluruh populasi daerah yang
terbanyak yaitu di Nusa Tenggara Timur (10,0%) (Riskesdas, 2018).
Pasien dengan PPOK mengalami penurunan kapasitas kualitas hidup, peningkatan
biaya hidup serta ketidakmampuan fisik. Pelayanan keperawatan yang optimal
merupakan tugas dan tanggung jawab perawat yang bertujuan untuk perbaikan dan
memaksimalkan kemampuan pasien PPOK dalam memenuhi kebutuhan dan aktivitas
yang mampu dilakukan. Perawat berperan dalam memberikan layanan asuhan
keperawatan baik secara 3 langsung maupun tidak langsung kepada pasien. Perawat
memperhatikan kebutuhan dasar pasien melalui pemberian asuhan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan. Dimulai dari pengkajian lalu menentukan diagnosa
keperawatan. Kemudian diimplementasikan sesuai dengan tindakan atau intervensi
dengan tujuan yang tepat sehingga dapat di evaluasi (Ratih, 2013).
Keluhan pasien dengan PPOK pada umumnya adalah batuk dan sesak nafas yang
semakin berat seiring dengan adanya aktifitas. Dalam kondisi ini perawat sangat
dibutuhkan oleh pasien dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan kenyamanan. Intervensi
keperawatan yang dilaksanakan pada pasien penyakit paru obstruksi kronis bertujuan
meningkatkan dan mempertahankan oksigenasi tercakup dalam domain keperawatan,
yaitu pemberian dan pemantauan intervensi serta program yang terapeutik. Tindakan
keperawatan mandiri yang dimaksud seperti perilaku peningkatan kesehatan dan upaya
pencegahan, pengaturan posisi fowler atau semifowler, teknik batuk efektif, dan
intervensi tidak mandiri, seperti pengisapan lendir (suction), fisioterapi dada, hidrasi, dan
inhalasi serta terapi oksigen (Soeharto, 2014).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus penyakit dalam dan mampu menerapkan asuhan keperawatan
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada penderita
PPOK di Rumah Sakit Pusat Soeradji Tirtonegoro Klaten.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kasus penyakit
paru obstruktif kronis
c. Mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronis di ruangan Melati 2 Rumah Sakit Pusat Soeradji Tirtonegoro Klaten.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan kasus penyakit paru
obstruktif kronis
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan kasus penyakit paru
obstruktif kronis
BAB II
TINJAUAN TEORI
PEMBAHASAN
Penyakit paru obstruktif kronis adalah penyakit yang ditandai dengan berdasarkan uji
fungsi paru terdapat bukti objektif hambatan aliran udara yang menetap dan ireversibel.
Beberapa penyebab PPOK sendiri adalah kebiasaan merokok, terpapar polusi, genetik, riwayat
infeksi saluran pernafasan berulang, gender, usia, konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik dan
alergi (Oemiati, 2013). Hal ini sesuai dengan kasus Ny.J yaitu penyebab dari PPOK yang dialami
adalah sebagai perokok pasif yang mana suaminya adalah perokok aktif.
Beberapa manifestasi klinis yang dapat dialami pasien PPOK diantaranya batuk yang tak
kunjung sembuh, kadang disertai dengan dahak, napas tersengal-sengal/napas pendek, terutama
saat melakukan aktivitas fisik, berat badan menurun, nyeri dada, mengi/wheezing/lainnya,
pembengkakan di tungkai dan kaki, lemas (Padila, 2012). Beberapa tanda gejala di atas dialami
oleh Ny.J yaitu diantaranya batuk yang tak kunjung sembuh, kadang disertai dengan dahak,
napas tersengal-sengal/napas pendek, terutama saat melakukan aktivitas fisik, nyeri dada, suara
paru wheezing.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penatalaksanaan PPOK dengan terapi non farmakologi dan farmakologi dapat
mengurangi dan mengatasi tanda dan gejala yang dirasakan Ny.J
B. Saran
1. Mahasiswa
Dapat digunakan sebagai acuan referensi dan menambah pengetahuan cara
penatalaksanaan PPOK
2. Perawat
Dapat menjadi acuan intervensi non farmakologi dalam mengelola pasien PPOK
3. Rumah Sakit
Dapat dipertimbangkan sebagai intervensi pilihan dalam mengatasi keluahan pasien
PPOK.
DAFTAR PUSTAKA
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (12 ed.). Nuha Medika.
Smeltzer & Bare. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (12 ed.). EGC.