Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH TEKNIK BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN

SPUTUM PASIEN TUBERCULOSIS DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN


BERSIHAN JALAN NAPAS DIRUANG PARU RS TK.III
Dr. REKSODIWIRYO PADANG TAHUN 2019
Effect Of Effective Chough Techniue On sputum Removal Of Tuberculosis
Patients With Ineffective Clearance di Ruang Paru RS TK.III
Dr Reksodiwiryo Padang Tahun 2019
Febrio Esa Putra
Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes SYEDZA SAINTIKA

ABSTRAK
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini dapat
juga menyerang kebagian tubuh lain seperti Meningen, Ginjal, Tulang dan Nodus
Limfe. Teknik Batuk Efektif merupakan salah satu intervensi keperawatan yang
dapat diajarkan perawat dalam membersihkan sekresi pada jalan napas pasien
dengan tujuan dari batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi dan
mencegah resiko tinggi retensi sekresi.
Jenis penelitian ini adalah Pre Eksperimental Design dengan rancangan One
Group Pretest-Posttest dengan jumlah 16 orang sampel. Penelitian ini dilakukan
pada 14 sampai 25 Agustus 2019 diRuang Paru RS TK.III Dr.Reksodiwiryo
Padang Tahun 2019 dengan teknik Porposive Sampling. Pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan lembar observasi dan dianalisa secara Univariat dan
Bivariat.
Hasil penelitian diketahui nilai rata-rata (mean) pengeluaran sputum sebelum
diajarkan teknik batuk efektif yaitu 0,69 ml sedangkan nilai rata-rata (mean)
pengeluaran sputum setelah diajarkan teknik batuk efektif yaitu 3,81 ml.
Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan bahwa Z= -3.542a dengan Sig
= 0,000, maka Sig ≤ 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh teknik
batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pasien Tuberculosis (TB).
Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasien Tuberculosis (TB)
dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat diberikan intervensi non
farmakologis yaitu latihan teknik batuk efektif secara baik dan benar. Sehingga
hal tersebut akan membantu pasien dalam mengeluarkan sputum yang menumpuk
pada jalan napasnya.

Kata Kunci : Teknik Batuk Efektif, Pengeluaran Sputum

1
PENDAHULUAN

Tuberculosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Tuberculosis (TB) merupakan salah satu

penyakit pada saluran napas bawah yang mana keluhan yang dirasakan pada

pasien bermacam-macam seperti penumpukkan dahak atau sputum, kesulitan

bernapas dan lain-lain. Tuberculosis sering dijuluki sebagai “The Great Imitator”

karena penyakit tersebut mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lainnya

(Somantri, 2009).

World Health Organization (WHO, 2015) memperkirakan terdapat 10,4

juta kasus pada masalah pernapasan seperti Tuberculosis (TB) pada tahun 2015

meningkat dari sebelumnya hanya 9,6 Juta dimana 1,35 juta orang (13%)

diantaranya adalah pasien dengan HIV Positif. Pada tahun 2015 diperkirakan

terdapat 450.000 orang yang menderita TB MDR (Multy Drug Resistant) dari

170.000 orang diantaranya meninggal dunia. WHO juga memperkirakan terdapat

10,4 juta penderita masalah pernapasan seperti TB dan 1,79 juta kematian akibat

TB Paru diseluruh dunia (Kemenkes RI, 2016).

Menurut Depkes RI (2014) Indonesia merupakan negara berkembang yang

menunjukkan ada sebesar 657.490 kasus infeksi saluran napas yang terjadi.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai masalah beban

Tuberkulosis (TB) yang terbesar pada saluran napas seperti pada masalah TBC

diantara 5 negara yaitu India, Indonesia, China, Philippina dan Pakistan (Global

Tuberculosis Report, 2017). Target renstra pada tahun 2019 prevalensi TB paru

2
menjadi 245/100.000 penduduk dengan insiden TB 321/100.000 penduduk

(Global Report dalam RISKEDAS Tahun 2018).

Sumatera Barat juga merupakan salah satu provinsi dengan angka kejadian

penyakit saluran napas seperti TB Paru yang cukup tinggi. Berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2016) angka kejadian pada masalah pernapasan

seperti TB Paru terdapat kasus sebanyak 7.853 kasus. Kemudian jumlah kejadian

Pneumonia di Sumatera Barat tahun 2017 sebanyak 30% dan mengalami

peningkatan dari tahun 2015 yang hanya 25% (DinKes SumBar, 2017).

Penyakit saluran napas dapat menimbulkan tanda-tanda dan gejala umum

maupun pernapasan mencangkup batuk, sputum yang berlebihan ataupun

abnormal, hemoptisis, dispnea, dan nyeri dada. Tanda dan gejala umum dari

penyakit saluran napas adalah sianosis, dan osteoartropati hipertropik, serta

manifestasi lain yang berkaitan dengan pertukaran gas yang tidak adekuat. Batuk

merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi trakeobronkial yang

mana kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme pembersihan saluran

napasdari sekret (Susanti, Dkk, 2015).

Sekresi mukus yang berlebihan harus dikeluarkan untuk mencegah

komplikasi didalam paru-paru. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya

penumpukan sputum ini sangat merugikan pasien seperti pada kondisi infeksi

yang berat akan meyebabkan gangguan yang hebat pada pernapasan yang disebut

Respiratory Distres Syndrome, selain itu infeksi yang tidak ditanggulangi dengan

tepat dapat menyebar keseluruh tubuh dan menyebabkan peradangan, gangguan

3
fungsi organ lainnya, kondisi ini disebut sepsis yang berakhir dengan kematian

(Wong, 2008).

Penatalaksanaan non farmakologi yang diberikan kepada pasien dengan

ketidakefektifan bersihan jalan napas seperti pemberian nafas dalam dan juga

teknik batuk efektif. Latihan batuk efektif merupakan salah satu terapi modalitas

dan merupakan aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan napas

pasien dengan tujuan dari batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi

dan mencegah resiko tinggi retensi sekresi. Pemberian latihan batuk efektif

dilaksanakan terutama pada klien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan

bersihan jalan napas dan masalah resiko tinggi infeksi pada saluran napas dengan

akumulasi sekret pada jalan napas yang sering disebabkan oleh kemampuan batuk

yang menurun (Soemantri, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan (Nugroho, 2011) dengan judul batuk

efektif terhadap pengeluaran dahak pada pasien Tuberculosis (TB) dengan

ketidakefektifan bersihan jalan napas di Instalasi rehabilitas medik rumah sakit

Baptis Kediri, Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan dengan menggunakan

uji statistik T-Test Dependent dengan taraf signifikansi yang ditetapkan adalah α

= 0,05 serta nilai p = 0,003, maka hasil nilai kelompok data tersebut adalah p <

0,05 yang bearti H0 ditolak dan H1 diterima, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa ada pengaruh yang signifikan sebelum dan setelah pemberian batuk efektif.

Penelitian tentang batuk efektif juga dilakukan oleh Wahyu (2015) dengan

judul Efektifitas batuk efektif dan fisioterapi dada pada pagi, siang hari terhadap

pengeluaran sputum pasien Tuberculosis (TB) di rumah sakit paru dr.Ario

4
Wirawan Salatiga didapatkan bahwa hasil uji statistik dengan menggunakan T-

Test Dependent di peroleh P Value 0,000 ( < 0,05 ) maka Ha diterima dan H0 di

tolak, artinya ada perbedaan antara intervensi batuk efektif dan fisioterapi dada

pada pagi hari dan siang hari. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang

pernah dilakukan oleh Ariasti (2014) menunjukkan hasil T hitung sebesar -5.839

dengan P Value 0,000 (<0,05) yang bearti ada pengaruh pemberian fisioterapi

dada tehadap kebersihan jalan napas pada pasien Paru di Desa Pucung Eromoko

Wonogiri.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Ada Pengaruh Teknik Batuk Efektif

Terhadap Pengeluaran Sputum Pasien Tuberculosis dengan ketidakefektifan

bersihan jalan napas diRuang Paru RS TK.III Dr.Reksodiwiryo Padang Tahun

2019?”

TUJUAN PENELITIAN

Diketahui pengaruh teknik batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pasien

Tuberculosis dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas diRuang Paru RS

TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2019.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

5
Jenis penelitian ini menggunakan (Pre-EksperimentalDesign), karena masih

terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel

dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan

semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi karena

tidak adanya variabel kontrol (Sugiyono, 2012).

TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini telah selesai dilakukan diRuang Paru Rumah Sakit TK.III

Dr.Reksodiwiryo Padang yang dimulai dari tanggal 14 Agustus sampai 25

Agustus 2019.

POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pasien Tuberculosis (TB) diruang paru

RS TK.III Dr.Reksodiwiryo Padang yang mengalami ketidakefektifan

bersihan jalan napas yang dalam 1 bulan terakhir berjumlah 29 orang yang

sesuai dengan kriteria inklusi peneliti.

2. Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

teknik Porposive Sampling Sampel dalam penelitian ini menggunakan 16

orang responden dengan kriteria inklusi yang mengalami penumpukan

sputum dan juga ada cadangan untuk penelitian 10%=2 orang responden

cadangan sehingga jumlah sampel sebanyak 18 orang sampel.

6
ETIKA PENELITIAN

Etika penelitian ini berisi Lembar Persetujuan (Informed Consent), Tanpa Nama

(Anonim), Kerahasiaan (Confidentiality), Menghormati Keadilan dan Inklusivitas

(Respect and Justice Inclusivitas), dan Balancing Harms and Benefits.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan dengan Data Primer dan

Sekunder. Data primer pada penelitian ini yaitu data yang diambil secara langsung

dengan cara mengobservasi pengeluaran sputum pasien Tuberculosis (TB). Dan

Data sekunder merupakan suatau data yang diperoleh atau didapatkan seperti dari

rekam medis pasien di Rumah Sakit yakni data tentang penyakit Tuberculosis

(TB).

TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Adapun teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian yaitu :

Pemeriksaan Data (Editing), Pengkodean Data (Coding), Memasukkan Data

(Entry), Pembersihan Data (Cleaning) dan Menstabulasi Data (Tabulating)

ANALISA DATA

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Analisa Univariat

dan Analisa Bivariat.

7
HASIL PENELITIAN

a. Pengeluaran Sputum Sebelum Intervensi (Pre-Test)

Variabel Mean SD Min Max N

Pre-Test 0,69 ml 1,078 0 ml 3 ml 16

b. Pengeluaran Sputum setelah intervensi (Post-Test)

Variabel Mean SD Min Max N

Post-Test 3,81 ml 1,870 1 ml 8 ml 16

c. Pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum

Test Statistics Z Asymp Sig.


Wilcoxon (2-tailed)

Posttest-Pretest -3.542a 0,000

PEMBAHASAN

a. Pengeluaran Sputum Sebelum Intervensi (Pre-Test)

Asumsi peneliti, sebelum diajarkan teknik batuk efektif sebagian besar pasien

Tuberculosis dengan masalah penumpukkan sputum tidak mengerti cara

melakukan teknik batuk efektif dengan baik dan benar. Sehingga dengan begitu

pasien Tuberculosis yang memiliki dahak atau sputum mengalami kesulitan dalam

mengeluarkan dahak atau sputumnya. Hasil penelitian sebelum diajarkan teknik

batuk efektif dari 16 orang sampel terdapat hanya 5 orang sampel saja yang

8
mampu mengeluarkan dahak sebanyak (2-3ml) sedangkan 11 sampel lainnya

tidak mampu sama sekali dalam mengeluarkan sputum (0 ml).

b. Pengeluaran Sputum setelah intervensi (Post-Test)

Asumsi peneliti setelah diajarkan teknik batuk efektif kepada klien didapatkan

adanya peningkatan pengeluaran sputum. Hal tersbut diketahui dari hasil

penelitian yang mana dari 16 orang sampel diperoleh jumlah pengeluaran sputum

dengan jumlah terendah 1 ml dan jumlah sputum terbanyak yaitu 8 ml. Hal

tersebut terjadi karena saat penelitian klien diajarkan dan dibimbing untuk

melakukan bagaimana cara teknik batuk efektif dengan benar. Sehingga dari hal

tersebut diperoleh perubahan dan peningkatan dari pengeluaran sputum klien.

c. Pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum

Berdasarkan asumsi peneliti yang dilakukan pada 16 orang sampel, maka dari

hasil penelitian yang telah dilakukan dapat kita lihat bahwa ada pengaruh dari

teknik batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien Tuberculosis (TB).

Pasien Tuberculosis diajarkan bagaimana teknik batuk efektif secara benar

sehingga sputum yang awalnya sulit dikeluarkan dapat mudah untuk keluar dari

mulut. Teknik batuk efektif yang baik dan benar membuat pasien yang awalnya

kesulitan dalam mengeluarkan sputum dan merasa nyeri dikerongkongan saat

akan batuk maka setelah diajarkan cara teknik batuk yang baik memperoleh hasil

pengeluaran sputum yang baik dari sebelum diajarkan teknik batuk efektif. Teknik

batuk efektif dapat diajarkan secara terus menerus kepada pasien rawatan karena

9
sangat membantu dalam mengatasi masalah pada pasien disamping penggunaan

terapi famakologi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka Ada Pengaruh Teknik Batuk

Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pasien Tuberculosis Dengan

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas diRuang Paru RS TK.III Dr Reksodiwiryo

Padang Tahun 2019.

Saran

1. Bagi Tempat Penelitian (RS TK.III Dr Reksodiwiryo)

Peneliti Berharap bahwa penelitian yang telah dilakukan dapat digunakan

oleh instansi terkait dalam memberikan terapi kepada pasien selain terapi

farmakologi dan terus mencari terapi keperawatan lain nya untuk dapat

diberikan kepada pasien.

2. Bagi Institusi Pendidikan (Stikes Syedza Saintika)

Hasil penelitian yang didapatkan bisa dijadikan sebagai salah satu rujukan

dalam materi perkuliahan, seminar atau tugas yang diberikan terkait

masalah kesehatan Tuberculosis.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti berharap kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk dapat

menggali lagi intervensi keperawatan yang dapat diberikan kepada pasien

10
Tuberculosis seperti pemberian intervensi keperawatan dengan Fisioterapi

Dada.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Dinas Kesehatan Kota Padang.(2017). Profil Kesehatan Kota
Padang.www.depkes.go.id
Kemenkes RI. (2016). Tubekulosis Temukan Obati Sampai Sembuh. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kementrian RI
Nugroho, Y.A. (2014). Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien
Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan NApas Di Istalasi Rehabilitasi
Medik RS Bapts Kediri. Jurnal: stikes RS.Baptis Kediri Volume 4. No 2.
http://ejurnal.Stikes-Baptis.ac.id
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2018). Prevalensi Penyakit TB Dan
Infeksi Penyakit Menular Indonesia
Somantri, Irman. (2009). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Sugioyo. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Susanty, Elva. Amir Zainudin, Dkk. (2015) Uji Diagnostik TB?/RIF Di RSUP
Haji Adam Malik Medan. http://www.ejurnal.com/2016/05/uji-diagnostik-
genexpery-mtbrif-di.html
Wahyu, Nur Kasanah, Dkk. (2015).Dalam Jurnal Keperawatan Stikes Telogorejo
Semarang TentangEfektifitas Batuk Efektif dan Fisioterapi Dada Pagi dan
Siang Hari Terhadap Pengeluaran Sputum Pasien Asma Bronchial di RS
Paru dr. Ario Wirawan Salatiga
WHO. (2015). World Health Organization Statistics
Wong D. L, Hucfenberry M. J. (2008).Wong’s Nursing Care Of Infants And
Children. Mosby Company, St Louis Missouri

11

Anda mungkin juga menyukai