ABSTRAK
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini dapat
juga menyerang kebagian tubuh lain seperti Meningen, Ginjal, Tulang dan Nodus
Limfe. Teknik Batuk Efektif merupakan salah satu intervensi keperawatan yang
dapat diajarkan perawat dalam membersihkan sekresi pada jalan napas pasien
dengan tujuan dari batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi dan
mencegah resiko tinggi retensi sekresi.
Jenis penelitian ini adalah Pre Eksperimental Design dengan rancangan One
Group Pretest-Posttest dengan jumlah 16 orang sampel. Penelitian ini dilakukan
pada 14 sampai 25 Agustus 2019 diRuang Paru RS TK.III Dr.Reksodiwiryo
Padang Tahun 2019 dengan teknik Porposive Sampling. Pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan lembar observasi dan dianalisa secara Univariat dan
Bivariat.
Hasil penelitian diketahui nilai rata-rata (mean) pengeluaran sputum sebelum
diajarkan teknik batuk efektif yaitu 0,69 ml sedangkan nilai rata-rata (mean)
pengeluaran sputum setelah diajarkan teknik batuk efektif yaitu 3,81 ml.
Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan bahwa Z= -3.542a dengan Sig
= 0,000, maka Sig ≤ 0,05 yang artinya Ha diterima atau ada pengaruh teknik
batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pasien Tuberculosis (TB).
Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasien Tuberculosis (TB)
dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat diberikan intervensi non
farmakologis yaitu latihan teknik batuk efektif secara baik dan benar. Sehingga
hal tersebut akan membantu pasien dalam mengeluarkan sputum yang menumpuk
pada jalan napasnya.
1
PENDAHULUAN
penyakit pada saluran napas bawah yang mana keluhan yang dirasakan pada
bernapas dan lain-lain. Tuberculosis sering dijuluki sebagai “The Great Imitator”
(Somantri, 2009).
juta kasus pada masalah pernapasan seperti Tuberculosis (TB) pada tahun 2015
meningkat dari sebelumnya hanya 9,6 Juta dimana 1,35 juta orang (13%)
diantaranya adalah pasien dengan HIV Positif. Pada tahun 2015 diperkirakan
terdapat 450.000 orang yang menderita TB MDR (Multy Drug Resistant) dari
10,4 juta penderita masalah pernapasan seperti TB dan 1,79 juta kematian akibat
menunjukkan ada sebesar 657.490 kasus infeksi saluran napas yang terjadi.
Tuberkulosis (TB) yang terbesar pada saluran napas seperti pada masalah TBC
diantara 5 negara yaitu India, Indonesia, China, Philippina dan Pakistan (Global
Tuberculosis Report, 2017). Target renstra pada tahun 2019 prevalensi TB paru
2
menjadi 245/100.000 penduduk dengan insiden TB 321/100.000 penduduk
Sumatera Barat juga merupakan salah satu provinsi dengan angka kejadian
penyakit saluran napas seperti TB Paru yang cukup tinggi. Berdasarkan Riset
seperti TB Paru terdapat kasus sebanyak 7.853 kasus. Kemudian jumlah kejadian
peningkatan dari tahun 2015 yang hanya 25% (DinKes SumBar, 2017).
abnormal, hemoptisis, dispnea, dan nyeri dada. Tanda dan gejala umum dari
manifestasi lain yang berkaitan dengan pertukaran gas yang tidak adekuat. Batuk
penumpukan sputum ini sangat merugikan pasien seperti pada kondisi infeksi
yang berat akan meyebabkan gangguan yang hebat pada pernapasan yang disebut
Respiratory Distres Syndrome, selain itu infeksi yang tidak ditanggulangi dengan
3
fungsi organ lainnya, kondisi ini disebut sepsis yang berakhir dengan kematian
(Wong, 2008).
ketidakefektifan bersihan jalan napas seperti pemberian nafas dalam dan juga
teknik batuk efektif. Latihan batuk efektif merupakan salah satu terapi modalitas
dan merupakan aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan napas
pasien dengan tujuan dari batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi
dan mencegah resiko tinggi retensi sekresi. Pemberian latihan batuk efektif
bersihan jalan napas dan masalah resiko tinggi infeksi pada saluran napas dengan
akumulasi sekret pada jalan napas yang sering disebabkan oleh kemampuan batuk
uji statistik T-Test Dependent dengan taraf signifikansi yang ditetapkan adalah α
= 0,05 serta nilai p = 0,003, maka hasil nilai kelompok data tersebut adalah p <
0,05 yang bearti H0 ditolak dan H1 diterima, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa ada pengaruh yang signifikan sebelum dan setelah pemberian batuk efektif.
Penelitian tentang batuk efektif juga dilakukan oleh Wahyu (2015) dengan
judul Efektifitas batuk efektif dan fisioterapi dada pada pagi, siang hari terhadap
4
Wirawan Salatiga didapatkan bahwa hasil uji statistik dengan menggunakan T-
Test Dependent di peroleh P Value 0,000 ( < 0,05 ) maka Ha diterima dan H0 di
tolak, artinya ada perbedaan antara intervensi batuk efektif dan fisioterapi dada
pada pagi hari dan siang hari. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang
pernah dilakukan oleh Ariasti (2014) menunjukkan hasil T hitung sebesar -5.839
dengan P Value 0,000 (<0,05) yang bearti ada pengaruh pemberian fisioterapi
dada tehadap kebersihan jalan napas pada pasien Paru di Desa Pucung Eromoko
Wonogiri.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Ada Pengaruh Teknik Batuk Efektif
2019?”
TUJUAN PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
5
Jenis penelitian ini menggunakan (Pre-EksperimentalDesign), karena masih
dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan
semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi karena
Penelitian ini telah selesai dilakukan diRuang Paru Rumah Sakit TK.III
Agustus 2019.
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pasien Tuberculosis (TB) diruang paru
bersihan jalan napas yang dalam 1 bulan terakhir berjumlah 29 orang yang
2. Sampel
sputum dan juga ada cadangan untuk penelitian 10%=2 orang responden
6
ETIKA PENELITIAN
Etika penelitian ini berisi Lembar Persetujuan (Informed Consent), Tanpa Nama
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan dengan Data Primer dan
Sekunder. Data primer pada penelitian ini yaitu data yang diambil secara langsung
Data sekunder merupakan suatau data yang diperoleh atau didapatkan seperti dari
rekam medis pasien di Rumah Sakit yakni data tentang penyakit Tuberculosis
(TB).
ANALISA DATA
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Analisa Univariat
7
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
Asumsi peneliti, sebelum diajarkan teknik batuk efektif sebagian besar pasien
melakukan teknik batuk efektif dengan baik dan benar. Sehingga dengan begitu
pasien Tuberculosis yang memiliki dahak atau sputum mengalami kesulitan dalam
batuk efektif dari 16 orang sampel terdapat hanya 5 orang sampel saja yang
8
mampu mengeluarkan dahak sebanyak (2-3ml) sedangkan 11 sampel lainnya
Asumsi peneliti setelah diajarkan teknik batuk efektif kepada klien didapatkan
penelitian yang mana dari 16 orang sampel diperoleh jumlah pengeluaran sputum
dengan jumlah terendah 1 ml dan jumlah sputum terbanyak yaitu 8 ml. Hal
tersebut terjadi karena saat penelitian klien diajarkan dan dibimbing untuk
melakukan bagaimana cara teknik batuk efektif dengan benar. Sehingga dari hal
Berdasarkan asumsi peneliti yang dilakukan pada 16 orang sampel, maka dari
hasil penelitian yang telah dilakukan dapat kita lihat bahwa ada pengaruh dari
teknik batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien Tuberculosis (TB).
sehingga sputum yang awalnya sulit dikeluarkan dapat mudah untuk keluar dari
mulut. Teknik batuk efektif yang baik dan benar membuat pasien yang awalnya
akan batuk maka setelah diajarkan cara teknik batuk yang baik memperoleh hasil
pengeluaran sputum yang baik dari sebelum diajarkan teknik batuk efektif. Teknik
batuk efektif dapat diajarkan secara terus menerus kepada pasien rawatan karena
9
sangat membantu dalam mengatasi masalah pada pasien disamping penggunaan
terapi famakologi.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka Ada Pengaruh Teknik Batuk
Saran
oleh instansi terkait dalam memberikan terapi kepada pasien selain terapi
farmakologi dan terus mencari terapi keperawatan lain nya untuk dapat
Hasil penelitian yang didapatkan bisa dijadikan sebagai salah satu rujukan
10
Tuberculosis seperti pemberian intervensi keperawatan dengan Fisioterapi
Dada.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Dinas Kesehatan Kota Padang.(2017). Profil Kesehatan Kota
Padang.www.depkes.go.id
Kemenkes RI. (2016). Tubekulosis Temukan Obati Sampai Sembuh. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kementrian RI
Nugroho, Y.A. (2014). Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien
Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan NApas Di Istalasi Rehabilitasi
Medik RS Bapts Kediri. Jurnal: stikes RS.Baptis Kediri Volume 4. No 2.
http://ejurnal.Stikes-Baptis.ac.id
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2018). Prevalensi Penyakit TB Dan
Infeksi Penyakit Menular Indonesia
Somantri, Irman. (2009). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Sugioyo. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Susanty, Elva. Amir Zainudin, Dkk. (2015) Uji Diagnostik TB?/RIF Di RSUP
Haji Adam Malik Medan. http://www.ejurnal.com/2016/05/uji-diagnostik-
genexpery-mtbrif-di.html
Wahyu, Nur Kasanah, Dkk. (2015).Dalam Jurnal Keperawatan Stikes Telogorejo
Semarang TentangEfektifitas Batuk Efektif dan Fisioterapi Dada Pagi dan
Siang Hari Terhadap Pengeluaran Sputum Pasien Asma Bronchial di RS
Paru dr. Ario Wirawan Salatiga
WHO. (2015). World Health Organization Statistics
Wong D. L, Hucfenberry M. J. (2008).Wong’s Nursing Care Of Infants And
Children. Mosby Company, St Louis Missouri
11