Anda di halaman 1dari 20

DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN DAN COST OF ILLNESS (COI)

DI JAKARTA, INDONESIA
Pembanguanan Kawasan perkotaan secara fisik dapat menghilangkan esensi ruang ruang
terbuka dan semakin besar dan secara ekologis mengakibatkan berbagai gangguan terhadap
proses alam di lingkungan perkotaan yakni meningkatnya temperature, frekuensi banjir dan
polusi udara serta berkurangnya keragaman hayati. Udara merupakan aspek terpenting dalam
kehidupan manusia, semakin banyaknya Pembangunan perkotaan, industry, dan transportasi
yang ada menyebabkan kualitas udara khususnya di daerah perkotaan mengalami perubahan.
Perubahan udara tersebut dapat membahayakan Kesehatan manusia, hewan maupun tumbuhan
(Ismiati, Marlita, & Saidah, 2014).

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi atau komponen lain
ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu udara yang telah
ditetapkan. Sumber pencemaran udara dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1) sumber perkotaan dan industri;


2) sumber pedesaan/pertanian;
3) sumber alami.

Sumber perkotaan dan industri ini berasal dari kemajuan teknologi yang mengakibatkan
banyaknya pabrik-pabrik industri, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor.Sumber
pencemaran udara untuk wilayah pedesaan/pertanian yaitu dengan penggunaan pestisida sebagai
zat senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh), virus dan zat lain-lain yang
digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman. Sedangkan sumber
alami berasal dari gunung berapi, gas-gas vulkanik, debu yang bertiupan akibat tiupan angin, bau
yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organik dan lainnya.

Menurut simanjudjuntak (2013), Pencemaran udara disebabkan oleh sumber bergerak dan
sumber tidak bergerak yang meliputi sektor transportasi, industri dan domestik. Faktor lain yang
secara tidak langsung berpengaruh terhadap terjadinya pencemaran udara adalah pertumbuhan
penduduk, laju urbanisasi yang tinggi pengembangan tataruang yang tidak seimbang dan
rendahnya tingkat kesadaran masyarakat mengenai pencemaran udara.
Kualitas udara dipengaruhi oleh pencemaran udara. Penyebab pencemaran udara terbagi
menjadi dua adalah polutan berbentuk partikel dan gasgas. Partikel pencemar dapat berupa total
suspended particulate/partikel tersuspensi total (TSP) dengan ukuran diameter partikel sampai
dengan 100µm, partikel berdiameter kurang dari 10µm (PM10), dan partikel berdiameter kurang
dari 2.5µm (PM 2,5); sedangkan gas-gas pencemar dapat berupa sulfur dioksida (SO2), nitrogen
dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), oksidan/ozon permukaan (O3), dan lainnya
(Yulinawati, 2015).

Ada banyak dampak yang dihasilkan dari pencemaran udara diantaranya: mengganggu
kesehatan makhluk hidup, kerusakan lingkungan ekosistem, dan hujan asam. Kesehatan pada
manusia akan terganggu akibat udara yang tercemar yang bisa mengakibatkan timbulnya
penyakit seperti infeksi saluran pernapasan, paru-paru, jantung dan juga sebagai pemicu
terjadinya kanker yang sangat berbahaya. Selanjutnya efek yang ditimbulkan pada lingkungan
ekosistem adalah kerusakan dimana lingkungan ekosistem tempat tinggal berbagai macam
makhluk hidup seperti akibat kebakaran hutan merusak tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Sedangkan hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan polutan dalam bahan
bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan
nitrogen dioksida. Polutan tersebut berasal dari knalpot mobil dan industri yang menggunakan
bahan bakar minyak dan batubara. Diatmosfir, polutan tersebut membentuk asam sulfat (H2SO4)
dan asam nitrat (HNO3). Akhirnya mereka jatuh ke tanah sebagai hujan asam. Selanjutnya yang
terjadi adalah bencana bagi kehidupan makhluk hidup. Sebagai contoh peristiwa kebakaran yang
terjadi di Kalimantan dan Pekanbaru tentunya mengakibatkan kondisi udara yang sangat
membahayakan kesehatan. Masyarakan akan terjangkit penyakit infeksi saluran pernapasan
(ISPA) akibat menghirup udara yang bercamput asap hasil kebakaran hutan.

Polusi udara merupakan ancaman besar terhadap kesehatan manusia, lebih dari 10,5 juta
penduduk di Jakarta yang terancam terpapar polusi udara. Berdasarkan data Badan Lingkungan
Hidup Provinsi DKI Jakarta, konsentrasi PM2.5 ambien tahunan di Jakarta merupakan yang
tertinggi diantara seluruh pusat perkotaan di Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
telah menyatakan bahwa polusi udara adalah salah satu risiko lingkungan utama terhadap
Kesehatan, yang menyebabkan kesakitan dan kematian termasuk kanker, penyakit
kardiovaskular dan penyakit pernafasan. Pada tahun 2019, Studi Global Burden of Disease
(GBD) memperkirakan bahwa polusi udara menyebabkan 5.054 kematian (atau 54 per 100.000
orang) 168.000 tahun hilang karena Kesehatan yang buruk, kecacatan, atau kematian dini di
Jakarta.

Polusi udara berkaitan pada penyakit tidak menular, termasuk penyakit kardiovaskular
dan pernafasan kronis serta kanker paru paru yang memberikan beban besar pada sektor
Kesehatan dan perekonomian negara. Di Jakarta penyakit tidak menular menyumbang 79%
(36.000 kematian) dari total kematian pada tahun 2019. Akibat menyebabkan penyakit tidak
menular dan kematian dini, polusi udara berkontribusi terhadap hilangnya tenaga kerja produktif
dan peningkatan pengeluaran perawatan Kesehatan, menuruntan produk domestic bruto,
menjadikan kota kurang rpoduktif dan kompetitif serta menurunkan kualitas hidup penduduknya.
Baru baru ini bank dunia melaporkan bahwa polusi udara di Indonesia menyebabkan kerugian
tahunan sebesar lebih dari 220 miliar USD (6,6% PDB Indonesia) pada tahun 2019.

Polusi udara dapat menjadi parah, terutama bagi anak-anak yang tinggal di negara-negara
berpenghasilan rendah atau menengah, dimana tingkat kualitas udara jauh melebihi pedoman
kesehatan WHO. Anak-anak mempunyai risiko khusus akibat polusi udara karena organ mereka
(misalnya jantung dan paru-paru) dan sistemnya (misalnya pernapasan dan kardiovaskular)
masih dalam tahap perkembangan. Selain itu, anak-anak menghirup lebih banyak udara per
kilogram massa tubuh, karena mereka memiliki laju pernapasan yang lebih tinggi dibandingkan
orang dewasa. Ada juga semakin banyak bukti yang menghubungkan polusi udara dengan
stunting pada anak dan dampak buruk pada kelahiran seperti berat badan lahir rendah dan
kelahiran premature.

Studi ini membahas penilaian kesehatan penting pada anak-anak yang disebabkan oleh
polusi udara, karena informasi mengenai dampak kesehatan pada anak-anak lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok umur lain atau populasi rentan. Selain itu, untuk memahami
besarnya beban kesehatan dan ekonomi yang disebabkan oleh polusi udara di Jakarta, kami
bertujuan untuk memperkirakan dampak kesehatan akibat PM2.5 dan Ozon (O3) di permukaan
tanah, dengan fokus pada dampak kesehatan yang merugikan pada anak-anak, angka kematian,
dan rawat inap harian. Dampak ekonomi yang terkait dengan beban kesehatan ini juga dihitung.
Hasil penelitian kami saat ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan bukti ilmiah yang tepat
waktu guna mendukung perumusan kebijakan udara bersih di Jakarta.
Dalam studi ini, dampak jangka panjang dari polusi udara didefinisikan sebagai beban
kesehatan. Disebabkan oleh paparan tahunan terhadap polusi udara. Hasil kesehatan yang
ditangani mencakup dampak buruk pada anak-anak dan angka kematian total, termasuk enam
kematian yang disebabkan oleh penyebab tertentu.

Polusi udara berpotensi menyebabkan lebih dari 10.000 kematian, lebih dari 5.000 rawat
inap karena penyakit kardio-pernapasan, dan lebih dari 7.000 dampak buruk kesehatan pada
anak-anak setiap tahunnya di Jakarta. Total beban ekonomi yang disebabkan oleh polusi udara
diperkirakan mencapai USD 2943,42 juta (2,2% dari PDB-nya) pada tahun 2019. Dengan
menggunakan data lokal untuk mengukur dan menilai dampak kesehatan dan ekonomi dari
polusi udara di Jakarta, baik terhadap angka kematian maupun dampak buruknya terhadap
kesehatan. dampaknya pada anak-anak, penelitian kami memberikan bukti tepat waktu yang
diperlukan untuk memandu pembuat kebijakan kota dalam memprioritaskan tindakan udara
bersih yang harus diambil untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

Untuk megurangi polusi hal yang perlu dilakukan yaitu dengan menumbuhkan kesadaran
kepada masyarakat. Kesadaran adalah sadar akan perilaku atau perbuatan yang dilakukan.
Kesadaran tentang lingkungan hidup mencakup banyak segi, antara lain segi kognitif
(pengetahuan dan ketrampilan), segi afektif (sikap), dan segi perilaku seseorang ketika terlibat
dalam sebuah aksi lingkungan secara perorangan atau kelompok. Melalui pendidikan formal
maupun non formal kesadaran tersebut dapat dicapai. Menjaga lingkungan di sekitar kita
merupakan aspek dasar yang harus dimiliki oleh semua orang. Banyak cara sederhana yang dapat
dilakukan oleh manusia untuk menjaga lingkungan diantara dengan membuang sampah pada
tempatnya, melakukan penghijauan dengan menanam kembali tumbuhan atau pohon baik
disekitar rumah, pinggir jalan maupun hutan. Dengan adanya penghijauan dapat memberikan
udara yang segar dan membantu mengurangi efek dari pencemaran udara.Tentunya dalam
mewujudkan lingkungan yang bersih perlu adanya kesadaran bagi semua pihak baik itu
masyarakat, pemerintah maupun penghasil limbah polusi udara, agar dapat bersama-sama
menjaga dang mengatasi pencemaran udara.

Polusi udara akan menganggu sistem pernafasan. Kualitas udara yang jelek akan
menganggu sistem pernafasan tubuh dalam menyerap oksigen dan membuang karbondioksida ke
luar tubuh karena masuknya zat lain yang bersifat negatif ikut masuk dalam sistem pernafasan.
Keperluan udara oleh tubuh adalah untuk menarik oksigen yang akan digunakan dalam proses
metabolisme tubuh menghasilkan energi secara sistem aerobik untuk digunakan dalam bekerja.
Oleh karena itu, kualitas fungsi paru dan kualitas udara menjadi mutlak dalam menjaga
kesehatan tubuh. Senam pernafasan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas sistem
pernafasan dalam menjaga kinerja karyawan maupun pasien penyakit pernafasan.

Anda mungkin juga menyukai