TINJAUAN PUSTAKA
Sumber perkotaan dan industri ini berasal dari kemajuan teknologi yang mengakibatkan
banyaknya pabrik-pabrik industri, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor.Sumber
pencemaran udara untuk wilayah pedesaan/pertanian yaitu dengan penggunaan pestisida
sebagai zat senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh), virus dan zat
lain-lain yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman.
Sedangkan sumber alami berasal dari alam seperti abu yang dikeluarkan akibat Prosiding
SNFUR-4, Pekanbaru, 7 September 2019 3002-3 gunung berapi, gas-gas vulkanik, debu
yang bertiupan akibat tiupan angin, bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah
organik dan lainnya. (Abidin, Jainal dan Ferawati, 2019).
Polusi udara merupakan hasil dari proses buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia
dalam memenuhi kebutuhannya, dari sektor produksi maupun sektor transportasi. Dengan
Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)
Pencemaran udara disebabkan oleh zat-zat pencemar udara atau yang biasa disebut dengan
polutan.Setiap polutan memiliki dampak yang berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis
yang lainnya. Zat yang dapat menyebabkan pencemaran udara diantara: Karbon
Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida
(NO2), Hidrokarbon (HC), Chlorouorocarbon (CFC), Timbal (Pb), dan Partikular (PM10).
Zat polutan di udara bebas memiliki beberapa sifat bentuknya yaitu ada memiliki bau, ada
yang tidak memiliki bau, dapat dilihat, tidak dapat dilihat, dan berwarna atau tak berwarna.
Ada banyak dampak yang dihasilkan dari pencemaran udara diantaranya: mengganggu
kesehatan makhluk hidup, kerusakan lingkungan ekosistem, dan hujan asam. Kesehatan
pada manusia akan terganggu akibat udara yang tercemar yang bisa mengakibatkan
timbulnya penyakit seperti infeksi saluran pernapasan, paru-paru, jantung dan juga sebagai
pemicu terjadinya kanker yang sangat berbahaya. Selanjutnya efek yang ditimbulkan pada
lingkungan ekosistem adalah kerusakan dimana lingkungan ekosistem tempat tinggal
berbagai macam makhluk hidup seperti akibat kebakaran hutan merusak tumbuh-tumbuhan
dan hewan. Sedangkan hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan
polutan dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen dioksida. Polutan tersebut berasal dari knalpot
mobil dan industri yang menggunakan bahan bakar minyak dan batubara. Di atmosfir,
polutan tersebut membentuk asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3).Akhirnya
mereka jatuh ke tanah sebagai hujan asam. Selanjutnya yang terjadi adalah bencana bagi
kehidupan makhluk hidup.Sebagai contoh peristiwa kebakaran yang terjadi di Kalimantan
dan Pekanbaru tentunya mengakibatkan kondisi udara yang sangat membahayakan
kesehatan. Masyarakan akan terjangkit penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA) akibat
menghirup udara yang bercamput asap hasil kebakaran hutan. (Abidin, Jainal dan
Ferawati, 2019).
Wicahyo et al. (2007) dalam Indrayani dan Asfiati (2018), dalam blognya Jurnal
Lingkungan mengungkapkan efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat
terlihat dari masing-masing parameter pencemar udara sebagai berikut:
a) Parameter Karbon Monoksida (CO) dapat menyebabkan keracunan CO, perubahan
tekanan darah dan mengganggu fungsi kerja otot pada orang yg mengidap penyakit
jantung;
b) Parameter Nitrogen Oksida (NO2), dapat menyebabkan keracunan, kelumpuhan pada
sistem syaraf, dan kematian;
c) Parameter Hidrokarbon (HC), bila Plycyclic Aromatic Hidrocarbon masuk dalam paru-
paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker;
d) Parameter Sulfur Dioksida (SO2), dapat menyebabkan iritasi pernapasan;
e) Parameter Partikel Debu (PM10 dan TSP), partikulat debu yang melayang dan
berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi
daya tembus pandangan mata;
f) Parameter Timah Hitam (Pb), bila tertelan dalam jumlah besar dapat menimbulkan sakit
perut, muntah atau diare akut, bahkan gejala kronisnya dapat menimbulkan gangguan
pencernaan, lelah yg berlebihan, sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan,
kejang dan gangguan penglihatan;
g) Parameter Oksidan (O3), bila masuk kedalam tubuh dapat mengganggu pernapasan
normal, dan oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata.
pengemasan, pengantongan dan lainnya yang timbul dari benda atau bahan baik organik
maupun anorganik. Debu total merupakan debu yang terdiri dari campuran berbagai
elemen dan senyawa lain dengan berbagai ukuran partikel, mulai dari ukuran yang terkecil
sampai dengan ukuran 100 mikron. (Siswati dan Diyanah, 2017).
Menurut Rochimawati et al. (2014) dalam Oktaviani, 2018, TSP adalah partikulat udara
seperti debu, asap, dan fume dengan diameter kurang dari 100 μm. Semua partikulat
tersebut bertanggung jawab atas efek kesehatan manusia karena partikulat tersebut dapat
menjangkau daerah pernapasan dalam (Alias, et al., 2007). Meningkatnya konsentrasi
Total Suspensed Particulate (TSP) di udara sekitar disebabkan oleh berbagai kegiatan
manusia seperti pertambangan, transportasi, pembersihan tanah, pembangunan
pemukiman, konversi lahan, pembudidayaan lahan, penggundulan hutan, dll. Jumlah
partikulat tersuspensi (TSP) adalah partikulat kecil di udara seperti debu, fume, dan asap
dengan diameter kurang dari 100 μm yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi,
pembakaran, dan kendaraan. Partikulat ini dapat terdiri atas zat organik dan anorganik.
Partikulat organik dapat berupa mikroorganisme seperti virus, spora dan jamur yang
melayang di udara (Santiasih et al., 2012).
Menurut Oktaviani, 2018, TSP menjadi komponen penting dalam kualitas udara ambien,
jika konsentrasi TSP melebihi standar kualitas akan menyebabkan beragam efek negatif
yang serius, baik untuk kesehatan, ekonomi, dan aspek lingkungan (Zhou, 2010). Selain itu
partikulat dapat menyebabkan perubahan radiasi matahari di atmosfer yang diserap oleh
bumi permukaan (Mahankale, 2009).
padat dan sebagainya. TSP umumnya berasal dari gabungan secara mekanik dan material
yang berukuran kasar yang berada di udara, dalam konsentrasi tertentu dapat berbahaya
bagi manusia. Partikulat merupakan partikulat-partikulat kecil padatan seperti debu dan
droplet cairan misalnya kabut (Af’idah, 2019).
yang terjadi pada gangguan nutrisonal dan gangguan atraksional biologis adalah terjadinya
penurunan tingkatan kandungan enzim, gangguan pada respon fisiologis adalah perubahan
pada sistem fotosintesis, sedang gangguan yang nampak secara visual adalah chlorosis
(perusakan zat hijau daun/menguning), flecking (daun bintik-bintik), dan reduced crop
yield (penurunan hasil panen) (Prabowo dan Muslim, 2018).
Pencemaran udara dapat menjadi awal kerusakan komponen abiotik dari ekosistem.
Bahanbahan kimia atau energi yang masuk ke dalam udara ambien akan merubah sifat
fisik dan kimia udara. Gangguan fisik yang terjadi dapat berupa perubahan intensitas sinar
matahari yang masuk ke dalam ekosistem, perubahan suhu udara, dan perubahan
kelembaban udara. Perubahan kimia udara yang dapat terjadi antara lain adalah perubahan
pH dan perubahan komposisi kimia udara. Perubahan suhu pada ekosistem merupakan
dampak dari efek rumah kaca yang terjadi secara global akibat peningkatan konsentrasi gas
rumah kaca seperti CO2 dan CH4 diatmosfer. Perubahan suhu ekosistem dapat bepengaruh
terhadap eksistensi dan vitalitas berbagai komponen biotik yang memiliki batas toleransi
terhadap perubahan suhu yang sempit (disebut dengan organisme stenotermal). Kehadiran
berbagai bahan kimia di atmosfer juga dapat merobah sifat kimia ekosistem. Sifat kimia
yang dapat berubah antara lain pH, dan kandungan bahan kimia beracun. Perubahan pH
terjadi akibat bereaksinya bahan polutan udara seperti CO2, SO2, dan NO2 dengan uap air
menjadi senyawa asam seperti asam karbonat, asam sulfat, dan asam nitrat. Perubahan pH
akan mengeliminasi organisme yang rentan terhadap perubahan pH. Kehadiran bahan
beracun di udara seperti timah hitam (Pb) yang berasal dari pembakaran bahan bakar
premium dapat meracuni flora dan fauna dalam sebuah ekosistem (Prabowo and Muslim,
2018).
Bahan kimia yang ada di udara juga dapat turun ke permukaan bumi melalui proses
pengendapan atau tersuspensi dalam air hujan. Bahan kimia ini selanjutnya akan
menyebabkan pencemaran terhadap air dan tanah. Air yang tercemar akan menyebabkan
tereliminasinya organisme yang rentan. Kehilangan satu jenis organisme akan
menyebabkan terganggunya aliran energi dan siklus materi yang pada akhirnya
menyebabkan ketidakseimbangan dalam ekosistem. Bahan kimia yang terdeposit ke dalam
tanah akan mendaur mengikuti bahan kimia lain melalui vegetasi, dan sebagian akan
terakumulasi dalam biomassa. Bahan yang terakumulasi dalam biomassa dapat
menyebabkan keracunan bagi organisme herbivora (Prabowo and Muslim, 2018).