Anda di halaman 1dari 5

2.

3 Pembagian Sterilisasi

2.3.1 Sterilisasi Secara Fisik


1. Sterilisasi dengan pemanasan kering
a. Pemijaran
Untuk metode ini dapat digunakan api gas tidak berwarna atau pembakar spiritus.
Caranya sangat sederhana, cepat dan menjamin sterilitas dari bahan yang
disterilkan. Namun, penggunaannya sangat terbatas hanya pada beberapa alat saja.
Alat-alat yang dapat disterilkan dengan cara ini adalah yang terbuat dari logam,
antara lain:
- Pincet
- Gelas
- Kroes
- Batang Pengaduk
- Kaca Arloji
- Mortir dan Stamfer

Semua alat ini yang dikenakan api langsung tidak kurang dari 20 detik.
Beberapa bahan kimia juga dapat disterilkan dengan cara pemanasan ini,
seperti ZnO, dan NaCl.

b. Udara Panas
Umumnya sterilisasi kering dilakukan dengan cara ini, dimana alat yang
digunakan adalah oven. Suhu yang biasa digunakan 160-180ᵒC selama 1-2
jam. Sterilisasi kering dengan oven ini baik dilakukan terhadap alat-alat
kering yang terbuat dari kaca, seperti: cawan petri, tabung reaksi, botol
sampel, pipet, alat suntik kaca, pinset, gunting, bahan-bahan yang tidak
tembus uap seperti gliserin, minyak, vaselin, bubuk, dan atau apa saja yang
tidak menjadi rusak, menyala, hangus atau menguap pada suhu tinggi.

2. Sterilisasi dengan pemanasan basah


a. Dimasak dengan air
Cara pelaksanaannya sangat sederhana karena banyak alat-alat kedokteran yang
disterilkan dengan cara demikian. Pada prinsipnya cara ini hanya merebus bahan
atau alat yang akan disterilkan dalam jangka waktu tertentu, dihitung sejak mulai
mendidih. Kekurangan cara ini adalah sebagai berikut.
1) Alat-alat yang akan disterilkan tidak dapat dibungkus sehingga setelah
sterilisasi kemungkinan dapat terkontaminasi kembali dengan
mikroorganisme dari luar.
2) Spora-spora dengan daya tahan yang tinggi tidak dapat dimatikan dengan
cara sterilisasi ini.
3) Tidak dapat untuk mensterilkan bahan-bahan kimia atau obat-obatan
karena di samping teknik tidak memungkinkan, juga spora tidak dapat
dimatikan walaupun sudah disterilkan selama 2 sampai 5 jam.
b. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah teknik sterilisasi yang biasa digunakan untuk larutan-
larutan yang mudah rusak apabila terkena suhu tinggi lebih tepat digunakan
untuk susu dan produk susu. Pasteurisasi tidak membunuh semua
mikroorganisme yang terdapat pada susu namun menguranginya sehingga akan
lebih tahan lama disimpan. Bakteri thermoduric memiliki kemungkinan
bertahan hidup lebih besar saat pasteurisasi. Pasteurisasi terdapat dua cara
yaitu metode lama (yang dikembangkan oleh Louis Pasteur), dengan
mmemanaskan susu pada 63ᵒC selama 30 menit atau dengan flash pasteurisasi
(HTST-High Temperature Short-Term) yaitu pemanasan cepat pada 72ᵒC
selama 15 detik kemudian didinginkan dengan cepat.
c. Uap air bertekanan
Autoklaf merupakan alat yang digunakan dalam sterilisasi menggunakan uap
dalam tekanan. Dalam autoklaf uap berada dalam keadaan jenuh, dan
peningkatan tekanan mengakibatkan suhu yang tercapai menjadi lebih tinggi.
Sterilisasi cara ini menggunakan suhu 121ᵒC selama 15-20 menit dengan
tekanan 1 atm. Tekanan yang lebih besar akan dibutuhkan pada tempat-tempat
yang lebih tinggi dari 10 permukaan laut. Udara yang berada dalam autoklaf
harus dikeluarkan semuanya untuk memperoleh suhu yang diinginkan (121ᵒC).

Alat dan bahan yang disterilkan dengan cara ini akan dilewati oleh uap panas
selama proses sterilisasi berlangsung. Sehingga bahan-bahan yang disterilkan
dengan cara ini harus yang bersifat permeabel terhadap uap panas dan tidak
rusak pada suhu 110-121ᵒC. Panas lembab sangat efektif untuk mensterilkan
bahan dan alat meskipun pada suhu yang tidak terlalu tinggi, karena ketika uap
air berkondensasi pada bahan dan alat yang disterilkan, dilepaskan panas
sebanyak 686 kalori per gram uap air pada suhu 121 ᵒC. Sterilisasi cara ini
efektif untuk semua mikroorganisme, baik vegetatif maupun spora.
Beberapa hal yang menjadi prinsip pada sterilisasi dengan autoklaf adalah.
1) Sterilisasi bergantung pada uap, sehingga udara harus benar-benar
dikosongkan dari sterilisator.
2) Semua bagian bahan yang disterilkan harus benar-benar dilalui oleh uap
panas, sehingga labu kosong dan tabung sebaiknya diletakkan dengan
posisi tidur agar udara tidak terperangkap di dasarnya.
3). Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus permeabel
tehadap uap.
4). Suhu harus mencapai 121ᵒC dan dipertahankan selama 15-20 menit.

d. Penyinaran
Penyinaran Sterilisasi secara fisis dapat juga dilakukan dengan penyinaran
sinar UV (ultra violet). Biasanya safety cabinet akan dilengkapi dengan lampu
UV guna mensterilkan permukaan interior safety cabinet tersebut, atau untuk
mencegah kontaminasi selama proses penurunan suhu media atau alat-alat
yang baru dikeluarkan dari oven atau autoklave sebelum digunakan. Selain itu
lampu UV juga bisa dipasang dalam sebuah ruangan untuk mensterilkan
ruangan.

2.3.2 Sterilisasi Secara Kimia

Sterilisasi secara kimia yaitu memaparkan alat atau bahan yang mengandung mikroorganisme
terhadap suatu senyawa kimia sehingga dengan suatu reaksi tertentu dapat membunuh atau
menghentikan pertumbuhan mikroorganisme tersebut tanpa merusak bahan atau alat yang
disterilisasi. Selain waktu sterilisasi, efektivitas suatu senyawa kimia dalam membunuh
mikroorganisme dipengaruhi oleh beberapa faktor :

a. Jumlah mikroorganisme. Semakin besar jumlah kontaminan maka semakin lama


waktu sterilisasi.
b. Keadaan populasi mikroorganisme. Seringkali kontaminan yang harus dimusnahkan
bukan satu spesies, melainkan campuran bakteri, jamur, spora dan virus sehingga
membutuhkan spectrum bahan antimikroba yang luas.
c. Temperatur dan pH dari lingkungan.
d. Konsentrasi (dosis) senyawa antimikroba.
e. Cara senyawa antimikroba dalam membunuh (mode of action).
f. Adanya pelarut, senyawa organik lain yang menginterferensi dan inhibitor seperti
saliva, darah dan feces.

Senyawa kimia yang paling banyak digunakan sebagai desinfektan (senyawa yang dapat
menghancurkan sel) antara lain CuSO4, AgNO3, HgCl2, ZnO, alkohol dan campurannya.
Beberapa larutan garam seperti NaCl (9%), KCl (11%), dan KNO3 (10%). Basa kuat dan
asam kuat dapat juga digunakan karena mampu menghidrolisis sel mikroorganisme.

Larutan KmNO4 (1%) dan HCl (1,1%) merupakan desinfektan kuat. HgCl2 (0,1%) banyak
digunakan hanya sifatnya sangat beracun dan korosif. Khlor banyak digunakan sebagai
desinfektan terutama pada tempat penyimpanan air, larutan lain yang juga dapat digunakan
yaitu larutan formalin (4-20%).

Sterilisasi adalah mematikan seluruh (total) mikroorganisme yang hidup pada suatu alat atau
bahan. Namun istilah desinfeksi dapat memberi kesempatan beberapa mikroorganisme dapat
survive. Desinfektan adalah agen kimia yang digunakan untuk mendesinfeksi objek tidak
hidup (inanimate) seperti permukaan benda. Terminologi sanitasi digunakan untuk
mendeskripsikan kombinasi desinfeksi dan pembersihan. Proses perusakan sel yang
disebabkan desinfektan dapat berupa koagulasi atau denaturasi protein karena bereaksi
dengan enzim mikroorganisme.

2.3.3 Sterilisasi Secara Mekanik

Beberapa media atau bahan akan mengalami perubahan karena tidak tahan terhadap
pemanasan tinggi ataupun tekanan tinggi. Dengan demikian maka sterilisasi yang efektif yaitu
secara mekanik misalnya, penyaringan menggunakan filter khusus. Jenis filter yang
digunakan juga tergantung dari jenis medium. Beberapa filter atau saringan yaitu: Filter Seitz,
Filter Chamberland Pasteur dan Filter Berkefeld.

Prinsip sterilisasi secara mekanik (filtrasi) yaitu menyaring suatu cairan non steril dengan
kertas membran sehingga cairan yang melewatinya akan terbebas dari mikroorganisme
(steril). Pada umumnya bahan yang disterilkan melalui cara ini adalah bahan yang
mengandung senyawa tidak tahan suhu tinggi atau tekanan tinggi seperti serum darah,
antibiotik, glukosa dll. Filter apparatus umumnya terdiri dari corong, filter base, penjepit
corong, labu pengumpul, selang, dan pompa vakum. Filter apparatus juga dapat digunakan
untuk menghitung mikroorganisme dengan prinsip yang sama dengan sterilisasi filtrasi.
Kertas membran filter memiliki pori-pori yang sangat kecil, lebih kecil dari ukuran bakteri
pada umumnya. Diameter poripori dapat berukuran 0,2 µm, 0,45 µm, 0,65 µm dll. Kertas
membran yang baik adalah yang bebas dari bahan inhibitor atau stimulus pertumbuhan, bebas
dari bahan yang mampu menginterfrensi indikator media, tinta skala yang tidak beracun,
berdiameter 47 mm, berpori maksimal 0,45 µm, minimal 70% luas area berpori. Mampu
dilewati dengan flowrate 55 ml/menit/cm 2 pada 25OC, diharapkan tetap mampu menyaring
kultur cair 1x103 Serratia marcescens. Sedangkan ISO11133-1 (2009:8) menyarankan
menggunakan filter berukuran 0,2 µm dan membasuh kertas membran setelah digunakan
untuk melarutkan substansi yang tertinggal pada kertas membran seperti protein dan
antibiotik.

Anda mungkin juga menyukai