udara
khususnya
di
perkotaan
saat
ini
semakin
memprihatinkan, seiring dengan bencana alam yang semakin sering terjadi serta
meningkatnya aktifitas manusia dari sektor transportasi, industri, perkantoran, dan
perumahan yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap pencemaran udara.
Udara yang tercemar dapat menyebabkan gangguan kesehatan, terutama gangguan
pada organ paru-paru, pembuluh darah, dan iritasi mata dan kulit. Hampir tidak
ada kota di dunia ini yang dapat menghindar dari pencemaran udara. Bahkan kotakota yang dulu terkenal dengan udaranya yang bersih misalnya Buenos Aires,
Denver, dan Madrid saat ini telah mengalami pencemaran. Mengingat besarnya
dampak pencemaran udara ini terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, maka
di dunia. Buruknya udara perkotaan sudah barang tentu akan berakibat pada
menurunnya kualitas hidup bagi penduduk. WHO memperkirakan bahwa
sekitar 80% kematian penyakit jantung iskemik dan stroke, 14% kematian
penyakit paru obstruktif kronik atau infeksi saluran pernapasan bawah akut,
dan 6% dari kematian kanker paru-paru terkait dengan pencemaran udara
ambien.
Paparan Partikulat (PM10) Tahun 2008-2013
dampak pencemaran udara. Peningkatan aktifitas pembangunan kotakota di Indonesia berimplikasi pada peningkatan penggunaan kendaraan
bermotor dan konsumsi energi perkotaan, jika tidak dikendalikan, akan
memperparah pencemaran udara, kemacetan, dan dampak perubahan
iklim yang menimbulkan kerugian kesehatan, produktivitas dan
ekonomi bagi negara. Indonesia juga memegang peranan penting dalam
upaya menekan laju emisi gas rumah kaca, dengan potensi hutan tropis
yang dimilikinya, yang semakin hari malah semakin tergerus dengan
tingginya laju deforestrasi. Laporan Statistik Kehutanan (2012)
menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan hutan seluas 0.48 juta hektar
pertahun pada periode 2009-2010. Angka ini lebih kecil dibandingkan
dengan laju deforestasi pada periode 2000-2006 yang mencapai 1.17
juta hektar pertahun. Hal ini yang menjadikan Indonesia dikenal sebagai
salah satu pengemisi terbesar dari sektor kehutanan dan lahan gambut
(UNDP Indonesia, 2013).
Dalam hal penggunaan energi, Indonesia menempati peringkat
kesebelas di antara Negara-negara penghasil gas alam utama di dunia
pada tahun 2006 dan peringkat ke dua puluh satu diantara Negaranegara penghasil minyak mentah pada tahun 2007. Sektor industri
merupakan pengguna energi terbesar (44,8%) diikuti oleh sektor
transportasi (31,1%), rumah tangga (15,2%), komersial (4,6%), dan
sektor lainnya (4,3%) pada tahun 2007. Potensi sumber pencemaran
udara berbeda untuk masing-masing provinsi atau kota. Hampir tidak
ada kota di Indonesia telah melakukan inventarisasi emisi sumber
pencemaran udara. Dari berbagai studi yang telah dilakukan, diperoleh
beberapa kesimpulan terkait kualitas udara perkotaan di Indonesia : (a)
transportasi merupakan sumber utama hidrokarbon (HC), karbon
monoksida (CO), dan oksida nitrogen (NO), (b) industri merupakan
sumber utama sulfur dioksida (SO2), dan (c) transportasi, pembakaran
sampah memberikan kontribusi yang cukup besar untuk partikulat (PM)
(CAI-Asia, 2010)
10
11
12
kadar polutan dengan efek kesehatan dan kesejahteraan populasi terpapar, (6)
menentukan Indeks Kualitas Udara, (7) mengkonfirmasi validasi pemodelan
polusi udara, dan (8) menilai tren polutan di udara.
Pengukuran pencemaran udara ambien dan pengukuran emisi
merupakan bagian penting dalam memperoleh data yang dibutuhkan untuk
melaksanakan program pengendalian pencemaran udara. Proses pemantauan
partikulat dan emisi gas dari sumber stasioner sering disebut sebagai sumber
sampling atau sumber pengujian. Setelah data dikumpulkan dari hasil
monitoring, kemudian disimpan dalam sistem manajemen data sebagai
database. Selanjutnya, data harus dianalisis untuk melihat apakah kondisi
kadar polutan udara telah sesuai dengan standar dalam regulasi yang telah
ditetapkan. Perlu pula melihat akurasi model pemantauan yang digunakan dan
dampak terhadap kesehatan. Di AS data ini dikumpulkan dan disimpan
sebagai database Air Quality Subsystem (AQS). AQS berisi data pencemaran
udara ambien yang dikumpulkan oleh EPA, pemerintah negara bagian,
pemerintah lokal, dan lembaga pengendalian pencemaran udara dari ribuan
stasiun pemantauan. AQS juga berisi data meteorologi, informasi deskriptif
tentang masing-masing stasiun pemantauan (termasuk lokasi geografis dan
operatornya), serta data dan informasi terkait quality assurance / quality
control (US EPA, 2014).
Di Indonesia, pemantauan kualita udara perkotaan dilakukan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup RI melalui Asisten Deputi Urusan
Pengendalian Pencemaran Udara (ASDEP PPU) Sumber Bergerak, Deputi
Menteri Lingkungan Hidup Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan
melaksanakan kegiatan Evaluasi Udara Perkotaan (EKUP). Beberapa kota di
Indonesia telah dilakukan pemantauan kualitas udara ambien dengan
menggunakan sistem jaringan (AQMS). Stasiun pemantauan kualitas udara
tersebar di beberapa kota besar di Indonesia, diantaranya berlokasi di Jakarta
(5), Medan (4), Bandung (5), Surabaya (5), Semarang (3), Pekanbaru (3),
Palangkaraya (3), Denpasar (3), Jambi (1) dan Pontianak (1). Parameter yang
dinilai adalah CO, SO2, NOx, O3, dan PM10. Hasil pemantauan kualitas udara
13
15
adalah
angka
yang
tidak
mempunyai
satuan
yang
dan
Kep-107/KABAPEDAL/11/1997
yaitu:
16
17
18
tindakan
pengendalian
dan
regulasi
regulasi,
serta
19
20
21
karakteristik
aliran
gas,
dan
karakteristik
kinerja
sistem
pengendalian; dan
3) Ekonomi : faktor-faktor seperti biaya modal, biaya operasi, pemeliharaan
peralatan, dan masa pakai peralatan. Pihak terkait juga harus
mempertimbangkan
pencegahan
pencemaran
udara
dengan
untuk
suksesnya
strategi
pengendalian.
Sebuah
strategi
22
pengendalian
berdasakan hasil
membuat
regulasi
dan
memasukkannya
dalam
rencana
24
Negara
berkembang
dimana
tingkat
pertumbuhan
kepemilikan kendaraan pribadi lebih tinggi daripada di Negaranegara maju. Penduduk perkotaan di Negara-negara berkembang
juga sebagian besar memiliki kendaraan yang lebih tua. Strategi
untuk mengurangi polusi kendaraan mencakup :
1. Pengujian emisi dan pemeliharaan kendaraan bermotor,
2. Perbaikan kualitas bahan bakar, dan
3. Memperkenalkan teknolologi kendaraan baru, yang ramah
lingkungan.
b) Mengelola Lalu Lintas dan Prasarana Transportasi
Dalam mengembangkan sistem Pemerintah kota tidak bisa
terus mengembangkan sistem transportasi perkotaan. Perencanaan
pola transportasi yang tidak memadai , baik dalam hal sistem lalu
lintas maupun sarana dan prasarana pendukung, menentukan
intensitas pencemaran udara yang terjadi. Faktor-faktor dominan
yang berpengaruh dalam hal ini antara lain : 1) tidak seimbangnya
jumlah kendaraan dengan prasarana yang tersedia, 2) pola lalu
lintas perkotaan yang berorientasi terpusat, 3) semakin jauhnya
area pemukiman penduduk dengan pusat kota, 4) kesamaan waktu
aliran lalu lintas, dan lain-lain. Strategi terkait hal ini mencakup :
1. Penyesuaian sistem transportasi perkotaan dengan sistem tata
ruang wilayah,
2. Peningkatan dan pemeliharaan prasarana transportasi, dan
3. Rekayasa lalu lintas, utamanya pada waktu dan lokasi tertentu.
25
penegakan
peraturan
untuk
mengendalikan
26
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
Suyono. 2013. Pencemaran Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
World Health Organization (WHO). 2014. Global Health Observatory (GHO).
http://www.who.int/, diakses tanggal 17 Desember 2014
Harris, D. N., Huffman, J. R., Weiland, J. H. 2012. Another Look at New York
Citys Air Pollution Problem. Journal of the Air Pollution Control
Association, Vol. 18 No. 6: 406-410
Levy, I., et.al. 2014. Evaluating Multipollutant Exposure and Urban Air Quality:
Pollutant Interrelationships, Neighborhood Variability, and Nitrogen
Dioxide as a Proxy Pollutant. Environmental Health Perspectives,
Vol. 122 No. 1: 65-72
Lee, H. D., et.al. 2014. Evaluation of Concentrations and Source Contribution of
PM10 and SO2 Emitted from Industrial Complexes in Ulsan, Korea:
Interfacing
of
the
WRFCALPUFF
Modeling
Tools.
Atmospheric Pollution Research, Vol. 5 : 664676
OECD. 2014. Urban Green Growth in Dynamic Asia: A Conceptual Framework
CAI-Asia. 2010. Air Quality in Asia: Status and Trends. Published By Clean Air
Initiative for Asian Cities (CAI-Asia) Center
UNDP Indonesia. 2013. Indeks Tata Kelola Hutan, Lahan, dan REDD+ 2012 di
Indonesia. Jakarta
Kementerian Lingkungan Hidup RI. 2013. Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan
2012. Jakarta
CAI-Asia. 2010. Clean Air Management Profile (CAMP) Indonesia: 2010
Edition. Published By Clean Air Initiative for Asian Cities (CAI-Asia)
Center
US EPA. 2003. Principles and Practices of Air Pollution Control. Published By
Environmental Research Center, MD E142-01 Research Triangle
Park, NC
US EPA. 2014. Air Quality Management. http://www.epa.gov/, diakses tanggal 19
Desember 2014
Daly, A., P. Zannetti. 2007. Air Pollution Modeling An Overview. Chapter 2 of
AMBIENT AIR POLLUTION. Published by The Arab School for
Science and Technology (ASST) (http://www.arabschool.org.sy) and
The EnviroComp Institute (http://www.envirocomp.org/).
27